• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGABUNGAN CREATIVE PROBLEM SOLVING DAN PROJECT BASED-LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN MEMECAHKAN MASALAH SECARA KREATIF SISWA SMK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGGABUNGAN CREATIVE PROBLEM SOLVING DAN PROJECT BASED-LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN MEMECAHKAN MASALAH SECARA KREATIF SISWA SMK."

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

KETERAMPILAN MEMECAHKAN MASALAH SECARA KREATIF SISWA SMK SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh :

Eka Sylvianti Rahayu

1100073

DEPARTEMEN PENDIDIKAN FISIKA

(2)

Penggabungan Creative Problem Solving dan Project-Based Learning

Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan

Memecahkan Masalah Secara Kreatif Siswa SMK

Oleh

Eka Sylvianti Rahayu

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Eka Sylvianti Rahayu 2015

Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,

(3)

UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN MEMECAHKAN MASALAH SECARA KREATIF PADA SISWA SMK

Oleh :

Eka Sylvianti Rahayu NIM. 1100073

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH :

Pembimbing I

Dr. Parlindungan Sinaga, M.Si

NIP. 196204261987031002

Pembimbing II

Mohammad Arifin, M.Sc., Ph,D.

NIP. 196805211993021001

Mengetahui,

Ketua Departemen Pendidikan Fisika

(4)

Eka Sylvianti Rahayu, 2015

PENGGABUNGAN CREATIVE PROBLEM SOLVING DAN PROJECT BASED-LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN MEMECAHKAN MASALAH SECARA KREATIF SISWA SMK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu iv

PENGGABUNGAN CREATIVE PROBLEM SOLVING DAN PROJECT

BASED-LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP

DAN KETERAMPILAN MEMECAHKAN MASALAH SECARA KREATIF SISWA SMK

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa dan keterampilan memecahkan masalah secara kreatif setelah diterapkannya model pembelajaran project based-learning yang digabungkan dengan creative problem solving. Metode penelitian yang digunakan adalah Pre-Experimental dengan desain One Group Pretest-Postest. Subyek dari penelitian ini adalah 32 siswa X Analis Kimia di salah satu SMK Negeri di Kota Bandung. Peningkatan pemahaman konsep dan memecahkan masalah secara kreatif diperoleh dari hasil pengolahan nilai gain ternormalisasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman konsep dan keterampilan memecahkan masalah secara kreatif mengalami peningkatan. Nilai gain ternormalisasi dari pemahaman konsep dan keterampilan memecahkan masalah secara kreatif masing-masing adalah 0.58 dan 0.656 yang berarti bahwa keduanya mengalami peningkatan yang berada pada kategori sedang. Dapat disimpulkan bahwa penggabungan creative problem solving dan project based-learning dapat meningkatakan pemahaman konsep dan keterampilan memecahkan masalah secara kreatif siswa SMK.

(5)

INFUSING CREATIVE PROBLEM SOLVING INTO PROJECT BASED-LEARNING

TO IMPROVE CONCEPTUAL UNDERSTANDING AND CREATIVE PROBLEM

SOLVING SKILL OF VOCATIONAL HIGH SCHOOL STUDENTS

ABSTRACT

This research aims to improve the students’ conceptual understanding and creative problem solving skills after infusing creative problem solving into project based-learning. The research method used was Pre-Experimental with one group pretest-postest design. The subject of the research was 32 tenth grade chemical analytic in one of vocational high school in Bandung City. The increasing of conceptual understanding and creative problem solving skill obtained from normalization gain. The result shows that the values of the normalized gain is 0.58 for conceptual understanding and 0.656 for creative problem solving skill. Both of them have a medium category for each their increasing. Based on the result, it can be conluded that infusing crative problem solving into project based learning could improve students’ conceptual understanding and creative problem solving skill.

Keywords : creative problem solving, project based-larning, conceptual

(6)

Eka Sylvianti Rahayu, 2015

PENGGABUNGAN CREATIVE PROBLEM SOLVING DAN PROJECT BASED-LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN MEMECAHKAN MASALAH SECARA KREATIF SISWA SMK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu vi

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

ABSTRAK ... v

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Variabel Penelitian ... 7

F. Definisi Operasional... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kurikulum Fisika Di Sekolah Menengah Kejuruan ... 9

B. Pemahaman Konsep ... 13

C. Keterampilan Mmecahkan Masalah Secara Kreatif ... 16

D. Project Based-Learning ... 19

E. Tahapan Penggabungan creative problem solving dan project based-learning ... 21

F. Penelitian Terdahulu ... 24

G. Gambaran Umum Mengenai Materi Elastisitas ... 25

(7)

A. Metode dan Desain Penelitian ... 33

B. Partisipan ... 33

C. Populasi dan Sampel ... 34

D. Instrumen ... 34

E. Prosedur Penelitian... 35

F. Analisis ... 36

G. Hasil Uji Coba Instrumen... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pemahaman Konsep ... 46

B. Keterampilan Memecahkan Masalah Secara Kreatif ... 49

C. Korelasi Peningkatan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Memecahkan Masalah Secara Kreatif ... 52

D. Keterlaksanaan Pembelajaran Menggunakan Penggabungan Creative Problem Solving dan Project Based-Learning ... 53

E. Respon Siswa Terhadap Penggabungan Creative Problem Solving dan Project Based-Learning ... 54

F. Pembahasan ... 57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 63

B. Saran ... 64

(8)

Eka Sylvianti Rahayu, 2015

PENGGABUNGAN CREATIVE PROBLEM SOLVING DAN PROJECT BASED-LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN MEMECAHKAN MASALAH SECARA KREATIF SISWA SMK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan pendidikan menengah yang terdiri dari berbagai bidang keahlian. Menurut Permendikbud No 60 Tahun 2014 menyatakan bahwa SMK terdiri dari sembilan bidang keahlian. Dari sembilan bidang keahlian tersebut, lima di antaranya mempelajari fisika. Fisika dipelajari sebagai mata pelajaran kelompok C1 dengan posisinya sebagai dasar dari bidang keahlian.

Berdasarkan standar nasional pendidikan Indonesia yang dimuat dalam permendikbud nomor 23 tahun 2013, menjelaskan bahwa pembelajaran fisika dimaksudkan agar siswa memiliki kemampuan-kemampuan tertentu, yakni sebagai berikut.

“fisika termasuk bahan kajian ilmu pengetahuan alam, dimaksudkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis peserta didik terhadap lingkungan alam dan sekitarnya, serta membudayakan proses berpikir secara kritis, kreatif, dan mandiri”.

Selain dari pemahaman konsep, standar nasional pendidikan Indonesia menyatakan bahwa siswa pun harus membudayakan proses berpikir. Salah satu dari proses berpikir tersebut adalah berpikir kreatif. Berpikir kreatif menjadi sangat penting terutama bagi siswa SMK yang disiapkan untuk terjun langsung ke dunia kerja. Seperti yang diungkapkan oleh Hammond dalam Ramos, bahwa dengan berpikir kreatif seseorang akan mampu mempertimbangkan berbagai kemungkinan tindakan yang dapat dilakukan (Ramos; Dolipas; Villamor, 2013, hlm. 49).

(9)

Seperti yang diungkapkan oleh Hsieh et al. yang menyatakan bahwa kreatif dan budaya industri menjadi hal yang sangat penting untuk hidup di era globalisasi seperti saat ini (Hsieh et al., 2013, hlm. 18).

Namun, berpikir kreatif saja tidak akan cukup mengingat tantangan eksternal yang akan dihadapi oleh penduduk Indonesia. Menurut permendikbud no. 60 tahun 2014, penduduk Indonesia akan dihadapkan pada tantangan eksternal yang berkaitan dengan berbagai isu yang terkait dengan berbagai masalah, salah satunya adalah masalah lingkungan hidup (Kemendikbud, 2014, hlm.1). Sehingga siswa juga dituntut untuk mampu menyelesaikan masalah seperti yang dicantumkan dalam kompetensi inti no. 3 untuk MAK/SMK yang menyatakan bahwa siswa SMK harus mampu memahami dan menerapkan keahliannya dalam bidang kerja yang spesifik untuk memecahkan masalah. Jika lulusan SMK dapat memiliki keterampilan memecahkan masalah secara kreatif, lulusan tersebut dapat menjadi sumber daya manusia yang kompeten di dunia global.

Keterampilan memecahkan masalah secara kreatif bagi siswa SMK sangat penting karena pada saat siswa SMK terjun di dunia kerja, mereka akan dituntut untuk memiliki tanggung jawab terhadap kemajuan perusahaan tempat mereka bekerja. Sehingga mereka haruslah menjadi pribadi yang tidak mudah menyerah untuk berpikir dan mampu menghasilkan tindakan yang inovatif dalam mengatasi masalah yang terjadi di dunia kerja.

Mengingat pentingnya pemahaman konsep dan keterampilan memecahkan masalah secara kreatif, pembelajaran fisika di sekolah tentu harus mampu memfasilitasinya. Namun, kenyataan yang didapat dari hasil observasi di salah satu SMK Negeri di kota Bandung menunjukkan bahwa :

1. Pembelajaran fisika terpaku pada latihan soal dan tidak pernah melakukan kegiatan praktikum. Dari 148 siswa 64,8% menyatakan bosan dengan pembelajaran fisika seperti itu.

(10)

3

Eka Sylvianti Rahayu, 2015

PENGGABUNGAN CREATIVE PROBLEM SOLVING DAN PROJECT BASED-LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN MEMECAHKAN MASALAH SECARA KREATIF SISWA SMK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mereka yang lebih memilih untuk memainkan telepon genggam dibandingkan dengan mengerjakan soal yang diberikan oleh guru. Informasi tersebut juga didukung dengan hasil angket yang menunjukkan bahwa 79,72% siswa merasa tidak bersemangat untuk mengerjakan tugas fisika.

3. Selain itu, 50,06% siswa tidak mencari solusi dari soal yang diberikan oleh guru sampai mendapat jawaban yang benar. Mereka lebih memilih untuk melihat temannya dan menunggu soal tersebut dibahas oleh guru. Menurut mereka penting untuk mengetahui jawaban dari soal yang diberikan agar pada saat ujian mereka bisa mengerjakan soal tersebut. Hal tersebut tentu tidak melatihkan keterampilan memecahkan masalah secara kreatif dari siswa. Karena berpikir kreatif pada khususnya adalah proses berpikir yang akan melahirkan pribadi yang mampu menangani situasi yang solusinya tidak dipelajari (Torrance, 1967, hlm. 493). Siswa menghafal jawaban dari soal artinya siswa menghafal solusi untuk kemungkinan situasi yang akan mereka hadapi.

4. Pembelajaran fisika yang tidak pernah melakukan praktikum membuat siswa tidak mampu membayangkan konsep fisika yang diajarakan. Sebanyak 72,9% siswa mengakui bahwa mereka mengetahui konsep fisika melalui soal, namun tidak dapat menyadari sebenarnya masalah apa yang sedang mereka hadapi di dalam soal tersebut, apalagi untuk membayangkan bahwa konsep yang sedang mereka pelajari benar-benar terjadi pada kehidupan sehari-hari. Sehingga siswa masih menganggap bahwa fisika merupakan pelajaran yang berkaitan dengan hal-hal yang tidak mereka jumpai di kehidupan sehari-hari.

(11)

alternatif yang dipilih adalah dengan mengajarkan soal agar siswa terbiasa dan mampu mengerjakan soal saat ujian. Namun pada kenyataannya, sebagian besar siswa selalu mendapat nilai di bawah kriteria ketuntasan minimal saat ujian maupun ulangan harian. Sehingga siswa belum dapat dikatakan memiliki pemahaman konsep yang baik.

Dari hasil studi pendahuluan di atas dapat dikatakan bahwa pemahaman konsep dan keterampilan memecahkan masalah secara kreatif siswa belum mampu dikembangkan dengan baik. Sehingga diperlukan kegiatan pembelajaran fisika yang mampu untuk mengembangkan kedua hal tersebut namun tanpa membuat siswa merasa bosan. Salah satu model yang dipandang mampu untuk mengembangkan keterampilan memecahkan masalah secara kreatif dan pemahaman konsep adalah dengan menggabungkan creative problem solving dan project based learning. Karena dengan menggabungkan atau menyisipkan keterampilan berpikir tertentu terhadap suatu model pembelajaran selain akan meningkatkan ketermapilan berpikir tersebut, hal tersebut juga akan meningkatkan pemahaman konsep siswa (Dopplet, 2004, hlm. 5).

(12)

5

Eka Sylvianti Rahayu, 2015

PENGGABUNGAN CREATIVE PROBLEM SOLVING DAN PROJECT BASED-LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN MEMECAHKAN MASALAH SECARA KREATIF SISWA SMK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Selain itu, model PBL juga sesuai dengan anjuran pemerintah yang dimuat dalam permendikbud nomor 103 tahun 2014. Yang menyatakan bahwa pembelajaran pada kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik dengan menggunakan beberapa model. Salah satunya adalah model project based learning. Menurut permendikbud no 105 tahun 2014 menyatakan bahwa pembelajaran menggunakan PBL dapat memberikan berbagai keuntungan sebagai berikut.

1. Mengajak peserta didik untuk mencari tahu. 2. Mengajak peserta didik untuk membuktikan. 3. Terbiasa mengelola project.

4. Membiasakan pserta didik bekerja berkolaborasi.

Materi pembelajaran yang akan dikaji pada penelitian ini adalah materi elastisitas bahan. Materi ini dipilih karena sangat memungkinkan untuk dilakukan eksperimen dengan menggunakan alat-alat sederhana dan tidak berbahaya. Selain itu, materi ini memiliki aplikasi yang sangat luas dalam kehidupan sehari-hari, sehingga sangat memungkinkan untuk memberikan tugas project kepada siswa.

Kompetensi dasar dari sifat mekanis bahan yang termuat dalam kurikulum 2013 adalah menerapkan konsep elastisitas bahan. Menurut taksonomi Bloom yang telah mengalami revisi oleh Anderson dan Krathwohl, sebelum mampu menerapkan siswa harus mampu terlebih dahulu memahaminya, selain itu untuk mampu menerapkan, siswa dituntut mampu berpikir kreatif karena sebelum menerapkan siswa harus mengetahui terlebih dahulu situasi yang sedang dihadapi. Penggabungan creative problem solving dan PBL diharapkan mampu memfasilitasi siswa dalam memahami konsep dan berpikir kreatif dalam memecahkan masalah terkait materi elastisitas bahan. Sehingga pada akhirnya siswa mampu menerapkan konsep elastisitas dengan benar sesuai dengan kompetensi dasar yang dikehendaki oleh pemerintah.

(13)

pemahaman konsep siswa dan keterampilan memecahkan masalah secara kreatif siswa SMK. Serta mengetahui korelasi antara peningkatan pemahaman konsep dan keterampilan memecahkan masalah secara kreatif yang dimiliki oleh siswa.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana peningkatan pemahaman konsep siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) setelah dilakukan pembelajaran melalui penggabungan creative problem solving dan project based-learning?

2. Bagaimana peningkatan keterampilan memecahkan masalah secara kreatif siswa SMK setelah dilakukan pembelajaran melalui penggabungan creative problem solving dan project based-learning? 3. Bagaimana korelasi peningkatan pemahaman konsep dengan

keterampilan memecahkan masalah secara kreatif siswa SMK?

4. Bagaimana tanggapan siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan penggabungan creative problem solving dan project based-learning?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep siswa SMK setelah dilakukan penggabungan creative problem solving dan project based- learning.

2. Untuk mengetahui peningkatan keterampilan memecahkan masalah secara kreatif siswa SMK setelah dilakukan penggabungan reative problem solving dan project based-learning.

(14)

7

Eka Sylvianti Rahayu, 2015

PENGGABUNGAN CREATIVE PROBLEM SOLVING DAN PROJECT BASED-LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN MEMECAHKAN MASALAH SECARA KREATIF SISWA SMK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran menggunakan penggabungan creative problem solving dan project based-learning.

1.4. Manfaat Penelitian

a. Model project based learning adalah salah satu model yang disarankan oleh pemerintah yang termuat di dalam permendikbud tahun 2014 no 103. Penelitian ini akan melihat apakah model tersebut berpengaruh terhadap pemahaman konsep siswa dalam mata pelajaran fisika. Sehingga secara teori, penelitian ini akan memberikan referensi terkait project based learning dan pengaruhnya dalam hal peningkatan pemahaman konsep siswa SMK. Selain itu, penelitian ini akan menyajikan informasi mengenai keterampilan memecahkan masalah secara kreatif siswa SMK. Karena biasanya penelitian pembelajaran fisika lebih menyoroti SMA dan SMP, maka penelitian ini diharapkan mampu menjadi referensi mengenai penelitian selanjutnya yang akan dilaksanakan di SMK.

b. Penelitian ini dilakukan di SMK karena banyaknya temuan masalah mengenai pembelajaran fisika di SMK, baik dari sisi siswa maupun guru. Namun karena pembelajaran fisika di SMK memiliki porsi yang lebih sedikit dibandingkan di SMK, sehingga terkadang permasalahan yang terjadi di SMK kurang diperhatikan. Penelitian ini diharapkan mampu memicu lahirnya solusi yang tepat untuk permasalahan-permasalahan terkait pembelajaran fisika di SMK.

c. Penelitian ini menyajikan informasi mengenai pengaruh project based learning dan hubungannya dengan peningkatan pemahaman konsep siswa SMK. Sehingga penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi mengenai alternatif solusi yang bisa dilakukan oleh praktisi pendidikan fisika.

(15)

skill tertentu. Penelitian ini diharapkan mampu untuk mendukung tujuan tersebut dengan memberikan alternatif solusi untuk masalah keterampilan memecahkan masalah secara kreatif yang kelak akan digunakan oleh siswa.

1.5. Variabel Penelitian

a. Variabel bebas dari penelitian ini adalah treatment yang diberikan kepada siswa yaitu penggabungan creative problem solving dan project based learning.

b. Variabel terikat dari penelitian ini adalah: a) Pemahaman konsep siswa SMK

b) Keterampilan memecahkan masalah secara kreatif siswa SMK

1.6. Definisi Operasional

a. Project Based Learning (PBL)

Pada penelitian ini Project Based Learning adalah sebuah model pembelajaran yang diungkapkan pengertiannya oleh Doyle (Mergendoller & Thomas, 2000: 2) Project Based Learning merupakan sebuah model belajar mengajar yang membuat siswa bekerja dan fokus pada apa yang mereka pelajari. Untuk mengetahui keterlaksanaan dari project based learning di kelas, maka akan digunakan lembar observasi.

b. Penggabungan creative problem solving dan project based-learning

Pada peneilitan ini penggabungan creative problem solving dan project based-learning merupakan pembelajaran yang terdiri dari lima tahapan. Tahapan-tahapan tersebut adalah tahap perancangan tujuan, tahap berinkuiri, tahap mencari solusi (alternatif dan ide), tahap operasi, tahap evaluasi. Keterlaksanaan dari pembelajaran akan digunakan lembar observasi.

(16)

9

Eka Sylvianti Rahayu, 2015

PENGGABUNGAN CREATIVE PROBLEM SOLVING DAN PROJECT BASED-LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN MEMECAHKAN MASALAH SECARA KREATIF SISWA SMK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pemahaman konsep pada penelitian ini adalah salah satu dimensi proses kognitif yang terdapat di dalam taksonomi Bloom yang telah direvisi oleh Anderson dan Krathwhol. Dimensi proses kognitif memahami terdiri dari tujuh proses kognitif. Diantaranya adalah menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan, membandingkan, menjelaskan. Pemahaman konsep akan diukur melalui tes tertulis dengan jenis pilihan berganda yang disusun berdasarkan indikator pemahaman konsep menurut Anderson dan Krathwhol.

d. Keterampilan Memecahkan Masalah Secara Kreatif

(17)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1.Metode dan Desain Penelitian

Metode yang akan digunakan pada penelitian ini adalah metode pre- experimental. Metode pre-experimental sering disebut sebagai penelitian semu karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap hasil penelitian (Sugiyono, 2013, hlm. 109). Metode ini dirasa cocok untuk digunakan mengingat banyak faktor luar yang dapat mempengaruhi hasil penelitian.

Penelitian ini terdiri dari satu kelas yang akan diberi perlakuan. Namun sebelumnya akan dilakukan pretest terlebih dahulu kemudian postest setelah perlakuan diberikan. Sehingga desain penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini adalah one- group pretest-postest design. Skema dari one- group pretest-postest design dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3.1.

Desain Penelitian One Group Pretest-Postest Design

Pretest Treatment Posttest

T1 X T2

T1 : Tes awal (pretest) sebelum diberikan perlakuan

T2 : Tes akhir (posttest) setelah diberikan perlakuan

X : Perlakuan berupa project based learning yang digabung dengan creative problem solving

3.2.Partisipan

(18)

34

Eka Sylvianti Rahayu, 2015

PENGGABUNGAN CREATIVE PROBLEM SOLVING DAN PROJECT BASED-LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN MEMECAHKAN MASALAH SECARA KREATIF SISWA SMK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pembelajaran yang membosankan karena hanya berhubungan dengan menyelesaikan soal.

3.3. Populasi dan Sampel

Pada penelitian ini yang menjadi populasi dari penelitian adalah seluruh siswa kelas X tahun angkatan 2014/2015 di salah satu SMK Negeri di kota Bandung dengan bidang keahlian Teknologi dan Rekayasa. Di sekolah tersebut terdapat enam kelas X yang memiliki bidang keahlian teknologi dan rekayasa dengan rata-rata jumlah siswa 31 orang.

Kemudian dari enam kelas yang terdapat di salah satu SMK Negeri di kota Bandung tersebut, akan dipilih satu kelas dengan menggunakan teknik simple random sampling. Yakni pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu (Sugiyono, 2013, hlm. 120).

3.4. Instrumen

Pada penelitian pengumpulan data akan dilakukan melalui beberapa cara. Diantaranya adalah tes tertulis, observasi, dan wawancara kepada siswa menggunakan angket. Berikut merupakan penjelasan lebih lanjut mengenai instrumen yang akan digunakan.

3.4.1. Tes Tertulis

Yang akan diukur pada penelitian ini adalah pemahaman konsep dan keterampilan memecahkan masalah secara kreatif siswa. Untuk mengukurnya akan digunakan tes tertulis sebagai berikut.

a. Tes Pemahaman Konsep

(19)

peneliti dengan melakukan beberapa pengujian terlebih dahulu. Beberapa pengujian tersebut diantaranya adalah sebagai berikut.

1) Uji kelayakan konten oleh dosen.

2) Uji coba instrumen kepada siswa di lapangan yang meliputi uji validitas, uji reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda.

b. Tes Keterampilan Memecahkan Masalah Secara Kreatif

Keterampilan memecahkan masalah secara kreatif dari siswa akan diukur melalui tes uraian yang akan disusun sendiri oleh peneliti. Tes ini terdiri dari beberapa soal yang mengukur keterampilan memecahkan masalah secara kreatif sesuai dengan domain berpikir kreatif menurut Torrance. Yakni diantaranya adalah fluency, flexibility, originality, dan elaboration. Tes ini akan diberikan dua kali sebagai pretest dan postest. 3.4.2. Lembar Observasi

Selama pemberian perlakuan berlangsung, dibutuhkan lembar observasi untuk mengetahui apakah tahapan-tahapan yang sudah direncanakan terlaksana atau tidak. Lembar observasi tersebut akan diisi oleh observer yang akan melihat dan menilai pembelajaran yang berlangsung selama proses pemberian perlakuan.

3.4.3. Angket

Selain keterlaksanaan dari proses pembelajaran. Hal lain yang harus diketahui adalah tanggapan siswa terhadap perlakuan diberikan kepadanya. Sehingga angket akan disusun untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap model pembelajaran project based learning yang digabungkan dengan creative problem solving.

(20)

36

Eka Sylvianti Rahayu, 2015

PENGGABUNGAN CREATIVE PROBLEM SOLVING DAN PROJECT BASED-LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN MEMECAHKAN MASALAH SECARA KREATIF SISWA SMK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3.5.1. Tahap Persiapan awal

a. Studi literatur mengenai project based learning, pemahaman konsep, dan keterampilan memecahkan masalah secara kreatif dari buku-buku, jurnal, dan penelitian terdahulu.

b. Menentukan sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian.

c. Studi pendahuluan ke sekolah yang sudah dipilih untuk melihat pembelajaran fisika di sekolah tersebut.

d. Memberitahukan maksud penelitian kepada pihak sekolah dan melakukan wawancara kepada guru mengenai pembelajaran fisika di sekolah.

e. Diskusi dan konsultasi dengan guru mata pelajaran fisika yang terkait untuk menentukan sampel.

f. Menyusun instrumen berupa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

g. Menyusun instrumen berupa tes pemahaman konsep dan tes memecahkan masalah secara kreatif.

3.5.2. Tahap pelaksanaan

a. Pemberian pretest kepada siswa yang dijadikan sampel.

b. Pemberian treatment yakni berupa pembelajaran fisika dengan model project based learning yang digabungkan dengan kreatif problem solving kepada siswa yang dijadikan sampel.

c. Pemberian postest kepada siswa yang akan dijadikan sampel. 3.5.3. Tahap Akhir

a. Mengolah data hasil penelitian.

b. Menganalisis dan membahas hasil temuan penelitian.

c. Menarik kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengolahan data untuk menjawab permasalahan penelitian.

(21)

3.6.1. Analisis Hasil Uji Coba Instrumen a. Uji Validitas Instrumen

Instrumen yang disusun untuk mengukur pemahaman konsep dan keterampilan memecahkan masalah secara kreatif siswa haruslah valid. Artinya instrumen tersebut harus sesuai dengan kriteria yang akan diukur. Atau dengan kata lain sebuah tes yang memiliki validitas harus memiliki kesejajaran antara hasil tes dengan kriteria yang akan diukur (Arikunto, 2013, hlm. 89). Salah satu teknik yang bisa digunakan untuk mengetahui kesejajaran tersebut adalah dengan menggunakan teknik korelasi product moment (Arikunto, 2013, hlm. 89).

r =√ N ∑ N ∑2− ∑ − ∑2 N ∑2− ∑ 2 ... (3.1)

Keterangan ;

rxy : koefisien korelasi antara variabel X dan Y, dua variabel yang dikorelasikan

X : skor siswa pada butir item yang diuji validitasnya

Y : skor total yang diperoleh siswa

N : jumlah siswa

Tabel 3.2.

Tabel interpretasi validitas.

Koefisien Korelasi Kriteria Validitas

(22)

38

Eka Sylvianti Rahayu, 2015

PENGGABUNGAN CREATIVE PROBLEM SOLVING DAN PROJECT BASED-LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN MEMECAHKAN MASALAH SECARA KREATIF SISWA SMK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

, < ≤ , Tinggi

, < ≤ , Cukup

, < ≤ , Rendah

, < ≤ , Sangat Rendah

(Arikunto, 2013, hlm. 89)

b. Uji Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu instrumen dikatakan memiliki nilai reliabilitas yang tinggi apabila instrumen tersebut dapat memberikan hasil yang tetap (Arikunto, 2013:100). Teknik yang digunakan untuk mengetahui reliabilitas instrumen adalah KR 20.

= � −� {� − ∑

� }

Keterangan :

ri = reliabilitas internal seluruh instrumen

k = jumlah item dalam instrumen

pi = proporsi banyaknya subyek yang menjawab pada item i

qi = 1- pi

S2i = varians total

Tabel 3.3.

Tabel interpretasi reliabilitas.

(23)

, < ≤ , Sangat tinggi

, < ≤ , Tinggi

, < ≤ , Cukup

, < ≤ , Rendah

, < ≤ , Sangat rendah

(Arikunto, 2013, hlm. 89) c. Taraf Kesukaran

Saat soal yang diberikan kepada siswa membuat siswa menjadi berpikir dan tidak melampaui kemampuan yang dimiliki oleh siswa sehingga siswa tetap ingin untuk mencoba menyelesaikannya, maka soal tersebut dapat dikatakan sebagai soal yang baik (Arikunto, 2013, hlm. 222). Instrumen yang akan digunakan pada penelitian ini akan dianalisis terlebih dahulu taraf kesukarannya.Hal tersebut dimaksudkan agar instrumen berisi soal yang mampu dikerjakan oleh siswa dan juga merangsang siswa untuk berpikir. Taraf kesukaran akan dicari menggunakan rumus berikut ini.

� =� ... (3.4)

Keterangan :

P : Indeks kesukaran

B : Banyaknya siswa yang menjawab betul JS : Jumlah seluruh peserta tes

Tabel 3.4.

Tabel interpretasi tingkat kesukaran.

(24)

40

Eka Sylvianti Rahayu, 2015

PENGGABUNGAN CREATIVE PROBLEM SOLVING DAN PROJECT BASED-LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN MEMECAHKAN MASALAH SECARA KREATIF SISWA SMK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

, < � ≤ , Mudah

, < � ≤ , Sedang

, < � ≤ , Sukar

(Arikunto, 2013, hlm. 225)

d. Daya Pembeda

Instrumen yang akan digunakan pada penelitian ini akan dianalisis daya pembedanya. Hal tersebut dikarenakan soal yang baik adalah soal yang mampu membedakan siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai. Butir soal dikatakan baik jika soal tersebut dapat dijawab oleh siswa yang pandai dan tidak bisa dijawab oleh siswa yang kurang pandai (Arikunto, 2013, hlm. 226). Untuk mencari daya pembeda, maka digunakan rumus berikut ini.

� =� −� ...(3.5)

Keterangan :

D : Indeks diskriminasi

Ja : Jumlah peserta kelompok atas Jb : Jumlah peserta kelompok bawah

Ba : Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar

Bb : Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab dengan benar.

Tabel 3.5. Kategori daya pembeda

Nilai D Kategori

(25)

( Arikunto, 2013, hlm. 232)

3.6.2.Analisis Data Hasil Penelitian

a. Perhitungan Gain yang dinormalisasi

Perhitungan Gain yang dinormalisasi diinterpretasikan sebagai kriteria untuk menunjukkan besarnya peningkatan keterampilan berpikir kritis dan penguasaan konsep siswa pada ranah kognitif berdasarkan skor pretest-posttest. Untuk perhitungan nilai gain yang dinormalisasi dan pengklasifikasiannya akan digunakan persamaan Hake (Hake,1999, hlm. 1) sebagai berikut:

Rata-rata gain yang dinormalisasi (<g>) dirumuskan sebagai :

... (3.7)

Keterangan:

<g> = gain yang dinormalisasi

<G> = gain aktual

<Gmaksimum> = gain maksimum yang mungkin terjadi

Sf = Skor tes akhir

Si = Skor tes awal

(26)

42

Eka Sylvianti Rahayu, 2015

PENGGABUNGAN CREATIVE PROBLEM SOLVING DAN PROJECT BASED-LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN MEMECAHKAN MASALAH SECARA KREATIF SISWA SMK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Interpretasi Nilai Gain yang Dinormalisasi

Nilai <g> Klasifikasi

<g> ≥ 0,7 Tinggi

0,7 > <g> ≥ 0,3 Sedang

<g> < 0,3 Rendah

(Hake, 1999, hlm. 1)

b. Uji Korelasi Peningkatan Pemahaman Konsep Terhadap Keterampilan Memecahkan Masalah Secara Kreatif

Pada penelitian ini akan dilakukan pengolahan uji korelasi yaitu peningkatan pemahaman konsep siswa dengan keterampilan memecahkan masalah secara kreatif. Peningkatan pemahaman konsep siswa akan menjadi variabel bebas (X) karena dugaan sementara peningkatan pemahaman konsep siswa akan mempengaruhi keterampilan memecahkan masalah secara kreatif. Sehingga keterampilan memecahkan masalah secara kreatif siswa akan menjadi variabel terikat (Y). Hubungan dari kedua variabel tersebut akan dicari menggunakan rumusan korelasi Product Moment yang dapat dilihat pada persamaan (3.8).

=

∑ � �− ∑ � ∑ �

√{( ∑ 2)− ∑ � 2}√{( ∑ �2)− ∑ � 2}

... (3.8)

Keterangan :

rxy = Koefisien korelasi , dengan -1 ≤ r ≥ 1,

n = Jumlah frekuensi

(27)

% 100 N

n

X 

y = Skor memecahkan masalah secara kreatif

Tabel 3.7.

Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00- 0,199 Sangat Rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0.40 – 0, 599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat Kuat

(Sugiyono, 2011, hlm. 257) c. Lembar Observasi

Lembar observasi dimaksudkan untuk mengamati keterlaksanaan model project based learning yang digabungkan dengan kreatif problem solving. Lembar observasi akan digunakan dalam pembelajaran. Lembar observasi berbentuk rating scale, sehingga pada saat pembelajaran berlangsung observer memberikan tanda cheklist (√) pada kolom yang sesuai dengan aktivitas pembelajaran yang diamati. Data lembar observasi dihitung persentasenya dengan menggunakan persamaan berikut ini.

... (3.12)

Keterangan:

(28)

44

Eka Sylvianti Rahayu, 2015

PENGGABUNGAN CREATIVE PROBLEM SOLVING DAN PROJECT BASED-LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN MEMECAHKAN MASALAH SECARA KREATIF SISWA SMK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

n = Jumlah aspek model project based learning yang muncul selama pembelajaran

N = Jumlah aspek yang diharapkan muncul selama pembelajaran

d. Data Angket

Selain diketahui melalui observasi, respon siswa pun akan diketahui melalui angket yang akan diisi oleh siswa setelah pembelajaran selesai. Data hasil angket akan diolah dengan cara mengklasifikasikan tanggapan siswa, yakni dengan mengelompokkan

jawaban “ya” dan “tidak”. Kemudian jawaban tersebut dihitung

persentasenya menggunakan persamaan berikut ini.

� % = ∑ � " "× % ... (3.13)

� % = ∑ � " "× % ... (3.14)

3.7.Hasil Uji Coba Instrumen

Instrumen tes pemahaman konsep dan keterampilan memecahkan masalah secara kreatif sebelum digunakan dilakukan uji coba terlebih dahulu. Uji coba dilakukan kepada kelas yang bukan merupakan kelas peneltian, namun dengan tingkat dan bidang keahlian yang sama. Berdasarkan hasil uji coba, instrumen tes pemahaman konsep memiliki reliabilitas yang tinggi, yakni dengan nilai 0.67. Sedangkan untuk validitas, sebanyak 10.71% memiliki vadliditas dengan kategori tinggi, 46.3% memiliki validitas kategori cukup, 28.57% dengan kategori validitas rendah, dan 14.28% dengan kategori sangat rendah. Keterangan soal yang dipakai dapat dilihat pada tabel 3.9.

(29)

kategori mudah, 35.71% soal dengan kategori sedang, dan 10.71% merupakan soal dengan kategori sukar.

Berdasarkan hasil konsultasi dengan dosen ahli, dari 28 item instrumen tes pemahaman konsep, yang layak digunakan sebagai instrumen penelitian sebanyak 19 soal. Berikut merupakan rekapitulasi hasil uji coba instrumen pemahaman konsep.

Tabel 3.8.

Tabel Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen

No

Soal Reliabilitas Validitas

(30)

46

Eka Sylvianti Rahayu, 2015

PENGGABUNGAN CREATIVE PROBLEM SOLVING DAN PROJECT BASED-LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN MEMECAHKAN MASALAH SECARA KREATIF SISWA SMK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

20 Cukup Jelek Mudah Dipakai

21 Cukup Baik Mudah Dipakai

22 Sangat

Rendah Jelek Sedang Dibuang

23 Tinggi Baik Sedang Dipakai

24 Sangat

Rendah Jelek Sukar Dibuang

25 Cukup Cukup Mudah Dipakai

26 Cukup Jelek Sedang Dipakai

27 Cukup Jelek Mudah Dipakai

28 Cukup Jelek Sedang Dipakai

(31)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada siswa kelas X Analis Kimia di salah satu SMK Negeri di kota Bandung, mengenai penggabungan creative problem solving dan project-based learning, didapatkan kesimpulan sebagai berikut.

1. Penerapan penggabungan creative problem solving dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa SMK. Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai gain ternormalisasi sebesar 0.58. Peningkatkan tersebut berada pada kategori sedang.

2. Penerapan penggabungan creative problem solving dan project based-learning dapat meningkatkan keterampilan memecahkan masalah secara kreatif dengan kategori peningkatan yang sedang. Nilai gain ternormalisasi dari keterampilan memecahkan masalah secara kreatif adalah 0.67.

3. Peningkatan pemahaman konsep berpengaruh terhadap keterampilan memecahkan masalah secara kreatif siswa. Hal tersebut diperoleh berdasarkan hasil uji korealsi yang menghasilkan koefisien korelasi sebesar 0.21 yang berada pada kategori rendah.

(32)

64

Eka Sylvianti Rahayu, 2015

PENGGABUNGAN CREATIVE PROBLEM SOLVING DAN PROJECT BASED-LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN MEMECAHKAN MASALAH SECARA KREATIF SISWA SMK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 5.2. Saran

Berdasaran penelitian yang telah dilakukan, dapat diajukan beberapa saran berikut ini.

1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggabungan creative problem solving dan project based learning dapat meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan memecahkan masalah secara kreatif siswa SMK, sehingga layak dijadikan salah satu alternatif pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan memecahkan masalah secara kreatif siswa.

2. Soal yang dijadikan instumen harus sangat dekat dengan bidang keahlian siswa SMK yang dijadikan sampel penelitian. Karena jika tidak, keterampilan memecahkan masalah secara kreatif siswa kurang bisa digali. 3. Pembelajaran menggunakan penggabungan creative problem solving dan project based-learning memerlukan waktu yang banyak. Sehingga disarankan untuk menambah jam di luar jam pelajaran yang diisi dengan kegiatan pembuatan produk.

4. Pembelajaran menggunakan penggabungan creative problem solving dan project based-learning pada materi elastisitas sangat cocok untuk siswa SMK dengan program keahlian otomotif, karena dimensi originality pada keterampilan memecahkan masalah secara kreatif akan dapat digali lebih baik. Sehingga akan lebih baik jika memilih sekolah dengan program keahlian otomotif.

(33)

DAFTAR PUSTAKA

Afifudin. (2013). Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berbasis Proyek Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMA. (Skripsi). Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Unviersitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Alrubaie, F., & Daniel, E. G. (2014). Developing A Creative Thinking Test For Iraqi Students. International Journal of Mathematics and Physical Sciences Research, hlm. 80-84.

Anderson, L. W., & Krathwohl, D. R. (2010). Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Arikunto, S. (2013). Dasar-Dasar Evaluasi. Jakarta: Bumi Aksara.

Bell, S. (2010). Project-Based Learning for the Future. Routledge, hlm. 40-43.

Dahar, R. W. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Doppelt, Y. (2004). A Methodology For Infusing Creative Thinking into a Project-Based Learning and Its Assessment Process. Pittsburg: University of Pittsburg USA.

Eldy, E. F., & Sulaiman, F. (2013). The Role of PBL in Improving Physics

Students’ Creative Thinking and Its. International Journal of Education

and Research, hlm. 1-10.

Hake. (1999). “Analyzing Change/Gain Scores”. Dep. Of physics Indiana University.

(34)

66

Eka Sylvianti Rahayu, 2015

PENGGABUNGAN CREATIVE PROBLEM SOLVING DAN PROJECT BASED-LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN MEMECAHKAN MASALAH SECARA KREATIF SISWA SMK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Levine, B. (2009). Summary of Research on Project-based Learning. Center of Excellence in Leadership of Learning, hlm. 1-3.

Lynette, R. (2009, September 1). Strategies & Activities to Promote Creative and Critical Thinking. Retrieved April 1, 2015, from Minds in Bloom: http://www.minds-in-bloom.com/2009/09/creative-thinking-fluency.html

Lou, S.-J., Cung, C. C., Dzan, W.-Y., & Shih, R.-C. (2012). Construction of a Creative Instructional Design Model Using Blended, Project-Based Learning for College Students. Scientific Research, hlm. 1281-1290.

Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Indonesia. (2013). Kerangka Dasar Dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan. Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Indonesia.

Mergendoller, J. R., & Thomas, J. W. (2000). Managing Project Based Learning: Principles From The Field. hlm. 1-52.

Nugraha. (2011). Model Pembelajaran Inkuiri Berbatuan Simulasi Komputer untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Korelasinya dengan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas XI Pada Pokok Bahasan Fluida Statis. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Unviersitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Prieto, M. D., Parra, J., Ferrando, M., Ferrandiz, C., Bermejo, M. R., & Sánchez, C. (2006). Creative Abilities in Early Childhood. Journal of Early Childhood Research, hlm. 277-292.

Ramos, J. L., Dolipas, B. B., & Villamor, B. B. (2013). Higher Order Thinking Skills and Academic Performance in Physics of College Students: A Regression Analysis. International Journal of Innovative Interdisciplinary Research, hlm. 48-60.

(35)

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan . Bandung: Alfabeta.

Thomas, J. W. (2000). A Review Of Research On Project Based Learning. Autodesk Foundation, hlm. 1-49.

Gambar

Tabel 3.3.
Tabel interpretasi tingkat kesukaran.
Tabel 3.6.
Tabel 3.7.
+2

Referensi

Dokumen terkait

Setiap Pemegang saham public DVLA yang secara tegas memberikan suara tidak setuju atas rencana Penggabungan Usaha pada saat RUPSLB DVLA dan bermaksud untuk

Dari Direktorat Jenderal Tanaman Pangan diperoleh data historis luas sawah terkena kekeringan untuk seluruh Kabupaten/Kota di Indonesia. Karena daerah layanan

tidak dapat menjelaskan fenomena ketegangan politik yang terjadi pada suatu. gerakan sosial dengan cakupan yang cukup besar

Mengembangkan Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematis Siswa melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Matematika Realistik dalam Kelompok Kecil.. Tesis PPS UPI:

bergabung dengan Sjarikat Islam, organisasi masa yang kemudian menjadikan.. dirinya partai politik berbasis Islam, sehingga kemudian dikenal

PROSES PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENYELENGGAARAN PROGRAM DESA VOKASI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu.. PROSES

Seperti yang dipaparkan dikesimpulan tingkat pelayanan jalan berada pada tingkat F diakibatkan oleh adanya hambatan – hambatan yang besar, Dari hasil analisa

Variabel yang paling dominan mempengaruhi pemilihan penolong persalinan adalah keterjangkauan artinya jika keterjangkauan ibu tidak baik maka peluang untuk memilih