ANALISIS STRUKTUR DAN KOMPOSISI VEGETASI KAMPUS UNS KENTINGAN SURAKARTA DENGAN
PROGRAM DIGITAL MAPPING“SIHATI”
TESIS
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Margister Program Studi Biosain
Oleh
Triyadi
S901008019
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2015
ii
ANALISIS STRUKTUR DAN KOMPOSISI VEGETASI KAMPUS UNS KENTINGAN SURAKARTA DENGAN
PROGRAM DIGITAL MAPPING“SIHATI”
TESIS
Oleh: Triyadi S901008019
Telah disetujui oleh tim pembimbing
Komisi Nama Tanda
Tangan
Tanggal
Pembimbing
Pembimbing I Prof. Dr. Sugiyarto, M.Si
NIP. 19670430 199203 1 002 ……… …………
Pembimbing II Drs. Marsusi, MS, Ph.D
NIP. 1950070 1198103 1 003 ……… …………
Mengetahui
Ketua Program Studi Biosain Program Pascasarjana
iii
ANALISIS STRUKTUR DAN KOMPOSISI VEGETASI KAMPUS UNS KENTINGAN SURAKARTA DENGAN
PROGRAM DIGITAL MAPPING“SIHATI”
TESIS
Oleh: Triyadi S 901008019
Telah dipertahankan di depan penguji Dinyatakan telah memenuhi syarat
pada tanggal Pebruari 2015
Tim Penguji
Jabatan Nama Tanda
Tangan
Tanggal
Ketua Dr. Edwi Mahajoeno, M.Si
NIP.19601025 199702 1 001
……… …………
Sekretaris Dr. Ari Susilowati, M.Si.
NIP.19690428 199702 2 006
……… …………
Anggota
penguji
Prof. Dr. Sugiyarto, M.Si
NIP. 19670430 199203 1 002
……… …………
Anggota
penguji
Drs. Marsusi, MS, Ph.D
NIP. 1950070 1198103 1 003
……… …………
Mengetahui, Direktur Program Pascasarjan
Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S. NIP.19610717 198601 1 001
Ketua Program Studi Biosain
Prof.Dr. Sugiyarto, M,Si NIP. 19670430 199203 1 002
iv
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI TESIS
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa:
1. Tesis yang berjudul: “Analisis Struktur dan Komposisi Vegetasi
Kampus UNS Kentingan Surakarta dengan Program Digital Mapping “SIHATI” ini adalah karya penelitian saya sendiri dan tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh
gelar akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis dengan acuan
yang disebutkan sumbernya, baik dalam naskah dan daftar pustaka.
Apabila ternyata di dalam naskah Tesis ini dapat dibuktikan terdapat
unsur-unsur plagiasi, maka saya bersedia menerima sanksi, baik Tesis
beserta gelar megister saya dibatalkan serta diproses sesuia dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum
ilmiah harus menyertakan tim promotor sebagai uthor dan PPs UNS
sebagai institusinya. Apabila saya melakukan pelanggaran dari ketentuan
publikasi ini, maka saya bersedia mendapatkan sanksi akademik yang
berlaku
Surakarta, Pebruari 2015
Mahasiswa,
Triyadi
S901008019
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas
terselesaikannya tesis ini. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya tesis ini juga
tidak terlepas dari keterlibatan dan sumbangsih berbagai pihak baik perorangan,
kelompok, maupun kelembagaan. Maka dari itu, melalui laporan ini dengan
segenap kerendahan hati patutlah penulis ucapkan terima kasih yang tulus dan
sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. H. Ravik Karsidi. M.S. selaku Rektor UNS Surakarta yang telah
memberikan izin studi di UNS
2. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, MS selaku Direktur Pascasarjana UNS Surakarta
atas fasilitas yang sudah diberikan selama penulis belajar di program
pascasarjana UNS Surakarta
3. Prof. Dr. Sugiyarto, M.Si selaku Ketua Prodi Biosain sekaligus pembimbing I
yang telah membimbing dan mengarahkan selama penulisan tesis
4. Drs. Marsusi, MS, Ph.D selaku pembimbing II yang mengarahkan dan
membimbing selama penulisan tesis
5. Keluarga besar Program Studi Pendidikan Biologi Fakutas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan
6. Keluarga besar Yayasan Al Abidin
7. Keluarga besar Podok Pesantren Mahasiswa Ar Royyan
8. Teman-teman Program Studi Biosain
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan tesis ini, banyak sekali
kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun
menjadi harapan penulis ke depan sebagai motivasi perbaikan pada penulisan
berikutnya. Akhirnya dengan memohon rahmat Allah SWT semoga tesis ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Surakarta, Pebruari 2015
Penulis
vi
Triyadi. NIM. S901008019.2015. Analisis Struktur dan Komposisi Vegetasi
Kampus UNS Kentingan Surakarta dengan Program Digital Mapping “SIHATI”
TESIS. Pembimbing I: Prof. Dr. Sugiyarto, M.Si., Pembimbing II: Drs.Marsusi, M.S., Ph.D. Program Studi Biosain, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
ABSTRAK
Sebagian area Kampus UNS Kentingan terdaftar sebagai bagian dari hutan kota di Surakarta yang memiliki manfaat bagi civitas akademika UNS dan
masyarakat di sekitarnya. Untuk pengelolaannya diperlukan database pohon
untuk memberikan penanganan yang tepat. Tujuan penelitian ini yaitu mendapatkan data tentang jenis pohon, kerapatan, frekuensi, struktur vegetasi, dan pola sebaran jenis pohon penyusun area kampus UNS Kentingan Surakarta yang
disajikan dalam bentuk digital mapping sehingga mudah diakses.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Mei 2013 di kampus UNS Kentingan, Jl Ir Sutami 36 A Surakarta. Identifikasi, kuantifikasi dan analisis data dilakukan di Laboratorium Biologi FMIPA UNS Surakarta. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksploratif dengan melakukan sensus seluruh anggota jenis pohon penyusun vegetasi. Lokasi pengamatan dibagi menjadi 10 zona untuk memudahkan penelitian. Adapun data profil vegetasi meliputi: jenis pohon, cacah individu pohon, tinggi pohon, dan luas basal area. Dari hasil pengamatan, dilaksanakan analisis vegetasi berupa kerapatan, dominansi, frekuensi dan Indeks Nilai Penting (INP). Untuk memudahkan akses data pengamatan dibantu dengan program pemetaan vegetasi
yang bernama digital mapping“SIHATI”.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur vegetasi di area kampus
UNS Kentingan secara vertikal terdiri atas 4848 sapling (pohon dengan diameter
dibawah 10 cm), 2188 small trees (diamater 10 cm – 35 cm), 1444 big trees
(diameter diatas 35 cm). Sedangkan komposisi vegetasi pohon di area tersebut terdiri dari 151 jenis Jenis-jenis pohon yang memiliki nilai penting dalam
penyusunan vegetasi berturut-turut adalah angsana (Pterocarpus indicus) dengan
INP 44,10%, Glodokan (Polyaltia longifolia) dengan INP 41,99% dan (Tectona
grandis) dengan INP 18,95%. Ada 10 pohon yang memiliki frekuensi 1,0 yaitu:
Akasia (Acasia auriculiformis), Angsana (Pterocarpus indicus), Asam Londo
(Pithecelobium dulce), Beringin (Ficus benjamina spp), Flamboyan (Delonix regia), Glodokan (Polyaltia longifolia), Jati (Tectona grandis), Johar (Senna siamena), Kere Payung (Filicium desipiens), Ketapang (Terminalia catappa),
Mahoni (Swietenia mahagoni), Mangga (Mangifera indica), dan Talok
(Muntingia calbura). Jumlah total pohon adalah 8480 individu, dengan indeks diversitas 0,94. Zona dengan kerapatan tertinggi adalah zona FT dengan kerapatan 270.03 ind/ha, Jumlah jenis paling banyak di zona FP dengan 87 jenis, dan zona dengan indeks diversitas tertinggi adalah zona FK dengan nilai 0.95. Program
digital mapping SIHATI sangat membantu proses analisis vegetasi yang dilaksanakan karena memudahkan mengakses data dan menyajikan data dalam jumlah besar menjadi lebih sederhana.
Kata kunci: analisis vegetasi,kampus UNS kentingan, digital mapping“SIHATI”
vii
Triyadi. NIM. S901008019. 2015. Vegetation Structure and Composition
Analysis Of UNS Kentingan Campuss Of Surakarta Using “SIHATI” Digital
Mapping Program. THESIS.Supervisor I: Prof. Dr. Sugiyarto, M.Si.,Supervisor II: Drs.Marsusi, M.S., Ph.D. Bioscience Program Study, Postgraduate Program, Sebelas Maret University, Surakarta.
ABSTRACT
Several area of UNS Kentingan campus is registered as part of urban forest in Surakarta which is useful for academician and people around there. Therefore, it need more study about database recording of the plants and analyze the vegetation in order to give more appropriate treatment in the future. The aim of this research is to gain the diversity of the plants data, the density and the frequency of the plants, the vegetation structure data and also the dissemination pola of the plants made up the forest along with the making of SIHATI digital mapping program to ease accessing it.
This research had been done on April until May 2013 in UNS Kentingan campus,. Ir. Sutami street number 36 A Surakarta. The identification, quantification, and analysis of the data had held in Biology Laboratory of FMIPA UNS Surakarta. This research had been done using explorative method with census all of the vegetations in UNS Ketingan campus. The observation area is divided into 10 observation zones to ease the research. The vegetation profile data
consist of the species of the plants, the plants’ individual count, the plants’ height,
and the basalt area. Analysis was conducted from the result of observation. It consist of density, dominancy, and IVI (Importance Value Index). To Ease the access of observation data, it will be helped by mapping program called digital
mapping “SIHATI”.
The result of the research showed that vertically, vegetation structure in UNS Kentingan campus area consist of 4848 sapling (tree which of diameter less than 10 cm) 2188 small trees (diameter 10 cm-35cm) 1444 big trees (diameter more than 35 cm). The vegetation compotition on that area consisted of 151 variety. The species of the plants were had significant value in the preparation of
vegetation were angsana (Pterocarpus indicus) with IVI 41.99%, Glodokan
(Polyaltia longifolia) with IVI 44.10%, and Jati (Tectona Grandis) with IVI
18.95%. There were 10 plants had frequency of 1,0, they were Akasia (Acasia
auriculiformis), Angsana (Pterocarpus indicus), Asam Londo (Pithecelobium dulce), Beringin (Ficus benjamina spp), Flamboyan (Delonix regia), Glodokan (Polyaltia longifolia), Jati (Tectona grandis), Johar (Senna siamena), Kere
Payung (Filicium desipiens), Ketapang (Terminalia catappa), Mahoni (Swietenia
mahagoni), Mangga (Mangifera indica), dan Talok (Muntingia calabura). Total number of tree was 8480 species of plant with diversity index 0,94. The densest zone was Engineering Faculty zone with density of 270.03 ind/hectare. The highest number of species was in Agriculture zone with 87 species and the highest diversity index zone was Medical Faculty zone about 0.95. Digital
mapping program “SIHATI” helped vegetation analisys process because it was easy and simpler to access data and to provide data in huge number.
Keywords : vegetation analysis, UNS Kentingan campus, “SIHATI” Mapping
viii
MOTTO
“Sibukkan dirimu dengan hal yang bermanfaat agar engkau terhindar dari maksiat”
“Jadilah penunggang kuda yang gagah perkasa di siang hari, rahib yang taat pada
Tuhannnya di malam hari”
“Mimpi hari ini adalah kenyataan diesok hari”
ix
PERSEMBAHAN
Karya ilmiah ini dipersembahkan kepada: Kedua orang tua,
Teman seperjuangan,
Orang orang yang aku cintai bersama dakwah
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN TIM PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI TESIS ... iv
KATA PENGANTAR ... v
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
MOTTO... viii
PERSEMBAHAN ... ix
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN. ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5
A. Tinjauan Pustaka ... 5
1. Struktur dan Komposisi ... 5
2. Analisis Vegetasi ... 6
3. Ruang Terbuka Hijau dan Hutan Kota ... 7
4. Faktor-Faktor Lingkungan dan Pertumbuhan ... 10
5. Pengelolaan Green Campus ... 11
6. Proram Digital Mapping“SIHATI” ... 12
xi
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 14
A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 14
B. Alat dan Bahan Penelitian ... 14
C. Rancangan Penelitian... 14
D. Prosedur Penelitian ... 15
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 20
A. Hasil Penelitian ... 20
1. Zona Boulevard ... 30
2. Zona FE dan FISIP ... 32
3. Zona FH ... 34
4. Zona FK ... 36
5. Zona FKIP ... 38
6. Zona FP ... 41
7. Zona FSSR ... 43
8. Zona FT ... 45
9. Zona GOR ... 48
10.Zona Kantor Pusat ... 50
B. Digital Mapping“SIHATI” ... 52
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 57
A. Kesimpulan ... 57
B. Saran ... 57
Daftar Pustaka ... 58
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1. Kerapatan, dominansi dan nilai penting tumbuhan di Kampus UNS
Kentingan ... 21
Tabel 4.2. Frekuensi pohon di masing masing zona pengamatan UNS Kentingan Surakarta ... 26
Tabel 4.3. Persebaran Pohon berdasarkan sapling, small trees maupun big trees di UNS Kentingan Surakarta ... 28
Tabel 4.4. Indeks nilai penting di zona Boulevard Kampus UNS Kentingan... 30
Tabel 4.5. Indeks nilai penting di zona FE dan FISIP Kampus UNS Kentingan .. 32
Tabel 4.6. Indeks nilai penting di zona FH Kampus UNS Kentingan ... 34
Tabel 4.7. Indeks nilai penting di zona FK Kampus UNS Kentingan ... 37
Tabel 4.8. Indeks nilai penting terbesar di zona FKIP Kampus UNS Kentingan ... 39
Tabel 4.9. Indeks nilai penting di zona FP Kampus UNS Kentingan ... 41
Tabel 4.10. Indeks nilai penting di zona FSSR Kampus UNS Kentingan ... 44
Tabel 4.11. Indeks nilai penting di zona FT Kampus UNS Kentingan... 46
Tabel 4.12. Indeks nilai penting di zona GOR Kampus UNS Kentingan ... 49
Tabel 4.13. Indeks nilai penting di zona Kantor Pusat Kampus UNS Kentingan .. 51
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Kerangka berfikir ... 13
Gambar 3.2. Pembagian zona di kampus UNS Kentingan ... 15
Gambar 3.3. Tampilan menu tampilan untuk program “SIHATI” ... 17
Gambar 3.4. Tampilan halaman pembuka program “SIHATI” ... 18
Gambar 3.5. Tampilan data pengamatan yang dimasukkan program excell... 18
Gambar 3.6. Tampilan klasifikasi species yang dimasukkan program excell... 18
Gambar 3.7. Tampilan data yang diunggah lewat navicate lite ... 18
Gambar 3.8. Tampilan mySQL dan apache yang dijalankan lewat xampp ... 19
Gambar 3.9. Tampilan peta pohon yang ada di area UNS kentingan surakarta setelah dijalankan dengan program “SIHATI” ... 19
Gambar 4.10. Persebaran jumlah pohon di seluruh zona pengamatan Kampus UNS Kentingan ... 23
Gambar 4.11. Komposisi jumlah jenis pohon pada 10 zona pengamatan di Kampus UNS Kentingan ... 24
Gambar 4.12. Kerapatan populasi pohon di masing masing zona pengamatan Kampus UNS Kentingan ... 24
Gambar 4.13. Jenis pohon terbanyak yang paling banyak ditemukan di masing-masing zona pengamatan di Kampus UNS Kentingan ... 25
Gambar 4.14. Indeks diversitas di masing-masing zona pengamatan di Kampus UNS Kentingan ... 25
Gambar 4.15. Tampilan persebaran seluruh pohon di area UNS Kentingan Surakarta ... 29
Gambar 4.16. Tampilan persebaran seluruh pohon di zona Boulevard UNS Kentingan Surakarta ... 31
Gambar 4.17. Tampilan persebaran seluruh pohon di zona FE dan FISIP UNS Kentingan Surakarta ... 33
Gambar 4.18. Tampilan persebaran seluruh pohon di zona FH UNS Kentingan Surakarta ... 35
xiv
Gambar 4.19. Tampilan persebaran seluruh pohon di zona FK UNS Kentingan
Surakarta ... 38
Gambar 4.20. Tampilan persebaran seluruh pohon di zona FKIP UNS Kentingan
Surakarta ... 40
Gambar 4.21. Tampilan persebaran seluruh pohon di zona FP UNS Kentingan
Surakarta. ... 43
Gambar 4.22. Tampilan persebaran seluruh pohon di zona FSSR ... 45
Gambar 4.23. Tampilan persebaran seluruh pohon di zona FT UNS Kentingan
Surakarta ... 47
Gambar 4.24. Tampilan persebaran seluruh pohon di zona GOR UNS Kentingan
Surakarta ... 50
Gambar 4.25. Tampilan persebaran seluruh pohon di zona Kantor Pusat UNS
Kentingan Surakarta ... 52
Gambar 4.26. Tampilan jenis-jenis pohon yang hidup di UNS Kentingan
Surakarta ... 54
Gambar 4.27. Tampilan klasifikasi pohon dengan program “SIHATI” ... 54
Gambar 4.28. Tampilan morfologi dengan program “SIHATI” ... 54
Gambar 4.29. Tampilan persebaran pohon yang hidup di UNS Kentingan
Surakarta ... 55
Gambar 4.30. Tampilan statistik pembagian pohon akasia berdasarkan kelompok
big tress, small trees, maupun sapling ... 55
Gambar 4.31. Tampilan data detail pohon di salah satu zona ... 56
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Data base seluruh pohon di seluruh area kampus UNS kentingan
Lampiran 2. Dokumentasi alat dan kegiatan penelitian
Lampiran 3. Daftar riwayat hidup
Lampiran 4. Surat Pernyataan
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah negara kepulauan yang terletak di daerah tropis. Hal
itulah yang menjadikan Indonesia memiliki bermacam-macam flora dan fauna.
Sebagian besar hutan-hutan di Indonesia termasuk dalam hutan hujan tropis,
yang memiliki komposisi tumbuhan yang beranekaragam. Seiring dengan
berjalannya waktu, hutan yang merupakan sumberdaya alam mengalami
perubahan yang mengarah pada kerusakan. Kerusakan ini diperparah dengan
adanya eksploitasi hutan secara besar-besaran untuk lahan perindustrian,
pertanian, pemukiman, pertambangan, perkebunan, peternakan serta terjadinya
kebakaran hutan yang terjadi hampir setiap tahun.
Laju kerusakan hutan di Indonesia diperkirakan mencapai 1,6 - 2 juta ha
per tahun, sedangkan kemampuan pemerintah dengan program Gerakan
Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN-RHL) hanya mampu
merehabilitasi sekitar 3 juta ha dalam jangka waktu 5 tahun (2003-2007).
Apabila kegiatan GN-RHL ini berhasil seluruhnya berarti masih tersisa sekitar
5 – 7 juta ha yang perlu direhabilitasi untuk mengimbangi kerusakan hutan
yang mencapai 8 - 10 juta ha dalam jangka waktu 5 tahun (Irwanto, 2007).
Laju kehilangan keragaman hayati oleh pengaruh aktivitas manusia
mencapai 1.000 sampai 10.000 kali lebih tinggi dibanding laju kepunahan yang
alami. Hingga 270 spesies unik sekarang hilang setiap hari. Para ahli
menyatakan bahwa dunia kita berada di tengah-tengah kepunahan massalnya
yang keenam yang disebut "periode antropogenis" dengan penyebab utamanya
adalah tindakan manusia (Sugiyarto, 2011). Lebih jauh lagi bahwa Indonesia
merupakan pusat degradasi keragaman hayati global melalui proses deforestasi
(Supriyatna, 2008)
Kota merupakan pusat peradaban manusia yang menghadapi dampak
terbesar karena perubahan lingkungan hingga menuju fenomena bunuh diri
ekologis. Bencana banjir, krisis air bersih, penyakit lingkungan, pencemaran
lingkungan dan berbagai problematika sosial lingkungan menjadi beban berat
1
2
bagi pembangunan wilayah perkotaan umumnya (Joga dan Ismaun, 2011).
Langkah antisipasi berbagai kerusakan tersebut sangat penting untuk
direncanakan, salah satunya adalah pembuatan hutan kota menggunakan lahan
yang masih tersisa.
Ruang terbuka (open spaces) merupakan ruang yang direncanakan karena
kebutuhan akan tempat-tempat pertemuan dan aktivitas bersama di udara
terbuka. Ruang terbuka (open spaces), Ruang Terbuka Hijau (RTH), Ruang
publik (public spaces) mempunyai pengertian yang hampir sama. Secara
teoritis yang dimaksud dengan ruang terbuka adalah: Ruang yang berfungsi
sebagai wadah (container) untuk kehidupan manusia, baik secara individu
maupun berkelompok, serta wadah makhluk lainnya untuk hidup dan
berkembang secara berkelanjutan (UUPR no.24/1992)
Kawasan perkotaan memberikan proporsi yang kurang untuk ruang
terbuka hijau dikarenakan permintaan lahan yang lebih tinggi untuk kegiatan
perkotaan. Banyak pihak menganggap ruang terbuka hijau memiliki nilai
ekonomi yang lebih rendah sehingga tidak menjadi program utama dalam
pembangunan kota. Undang Undang Penataan Ruang memberikan kewajiban
kepada pemerintah kota untuk memberikan sekurang-kurangnya 20% lahan
untuk ruang terbuka hijau. Dalam kenyataannya pemerintah kota kesulitan
merealisasikan aturan tersebut karena pembangunan yang tidak merata.
Hutan kota merupakan pendekatan dan penerapan salah satu atau beberapa
fungsi hutan dalam kelompok vegetasi di perkotaan untuk mencapai tujuan
proteksi, rekreasi, estetika, dan kegunaan fungsi lainnya bagi kepentingan
masyarakat perkotaan (Sundari, 2007). Hutan kota merupakan salah satu
komponen ruang terbuka hijau. Keberadaan hutan kota sangat berfungsi
sebagai sistem hidroorologi, menciptakan iklim mikro, menjaga keseimbangan
oksigen (O2) dan karbon dioksida (CO2), mengurangi polutan, dan meredam
kebisingan. Selain itu, berfungsi juga untuk menambah nilai estetika dan
keasrian kota sehingga berdampak positif terhadap kualitas lingkungan dan
kehidupan masyarakat (Sibarani, 2003).
3
Hutan kota merupakan suatu ekosistem dan tidak sama dengan pengertian
hutan selama ini. Hutan kota adalah komunitas tumbuh-tumbuhan berupa
pohon dan asosiasinya yang tumbuh di lahan kota atau sekitar kota, berbentuk
jalur, menyebar atau bergerombol (menumpuk) dengan struktur meniru
(menyerupai) hutan alam, membentuk habitat yang memungkinkan kehidupan
bagi satwa dan menimbulkan lingkungan sehat, nyaman, dan estetis. (Irwan,
1997)
Kampus UNS Kentingan Surakarta dengan luas sekitar 60 hektar sangat
berpotensi dimanfaatkan untuk pembangunan bagian dari hutan kota Surakarta.
Pemanfaatannya sebagai green campus adalah suatu harapan besar agar lahan
tersebut dapat berfungsi ganda dalam penyelesaian masalah lingkungan
sekaligus sebagai wahana pendidikan (Sugiyarto, 2011).
Pembuatan peta vegetasi bisa memberikan gambaran yang sebenarnya
tentang letak pohon, jumlah pohon, jarak pohon, lokasi yang ditempati suatu
vegetasi. Dari peta vegetasi dapat diketahui pula pola sebaran dan komposisi
pohon yang menyusun vegetasi tersebut. Dari sebuah peta vegetasi dapat
dilakukan analisis vegetasi suatu wilayah. Bersamaan dengan perkembangan
zaman, peta sudah semakin canggih. Pembuatan peta digital (digital mapping)
bisa memberikan gambaran permukaan bumi yang diolah dengan bantuan
komputer. Data yang diperoleh adalah data digital dan dapat ditampilkan
melalui layar monitor komputer. Pembuatan digital mapping vegetasi yang ada
di UNS kentingan bisa membantu memberikan gambaran terhadap pola
sebaran dan kondisi vegetasi yang berada di sana. Sehingga nantinya akan
sangat membantu dalam pengembangan dari green campus yang sudah
dicanangkan.
Untuk mewujudkan hal tersebut, diperlukan perencanaan yang baik dalam
rangka menentukan penanganan yang baik agar fungsinya bisa maksimal.
Sebagai bahan pengembangan, diperlukan identifikasi kekayaan hayati baik
flora dan fauna yang ada di dalamnya. Berdasarkan uraian di atas maka perlu
diadakan penelitian tentang Analisis Struktur dan Komposisi Vegetasi Kampus
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka peneliti merumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Jenis-jenis pohon apa yang menyusun keanekaragaman dan berapa
nilai keanekaragaman jenis yang ada di areal kampus UNS
Kentingan?
2. Bagaimana kerapatan dan frekuensi tumbuhan penyusun vegetasi
UNS Kentingan berdasarkan zona-zona pengelolaannya?
3. Bagaimana struktur vegetasi di areal kampus UNS Kentingan
berdasarkan luas basal areanya?
4. Bagaimana pola sebaran jenis-jenis pohon di areal kampus UNS
Kentingan berdasarkan program digital mapping “SIHATI”?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Menghitung jenis pohon penyusun keanekaragaman dan mengukur
nilai keanekaragaman jenis yang ada di areal kampus UNS Kentingan.
2. Mengukur kerapatan dan frekuensi tumbuhan penyusun vegetasi UNS
Kentingan berdasarkan zona-zona pengelolaannya.
3. Mengukur struktur vegetasi di areal kampus UNS Kentingan
berdasarkan luas basal areanya.
4. Menggambarkan pola sebaran jenis-jenis pohon di areal kampus UNS
Kentingan berdasarkan program digital mapping “SIHATI”.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat:
1. Memberikan informasi jenis vegetasi penyusun dan pola sebaran di
areal kampus UNS Kentingan Surakarta dengan model sistem digital
mapping.
2. Memberikan masukan kepada instansi terkait dalam rangka
pengelolaan UNS sebagai hutan kota dan sebagai kawasan green
campus.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
1. Struktur dan Komposisi
Mueller-Dombois dan Ellenberg (1974) membagi struktur vegetasi menjadi
lima berdasarkan tingkatannya, yaitu: fisiognomi vegetasi, struktur biomassa,
struktur bentuk hidup, struktur floristik, struktur tegakan. Menurut Kershaw
(1973), struktur vegetasi terdiri dari 3 komponen, yaitu: Struktur vegetasi berupa
vegetasi secara vertikal yang merupakan diagram profil yang melukiskan lapisan
pohon, small trees, sapihan, semai dan herba penyusun vegetasi, Sebaran,
horisotal jenis-jenis penyusun yang menggambarkan letak dari suatu individu
terhadap individu lain, Kelimpahan (abudance) setiap jenis dalam suatu
komunitas.
Kelimpahan jenis ditentukan, berdasarkan besarnya frekuensi, kerapatan dan
dominansi setiap jenis. Penguasaan suatu jenis terhadap jenis-jenis lain ditentukan
berdasarkan indeks nilai penting, volume, biomassa, persentase penutupan tajuk,
luas bidang dasar atau banyaknya individu dan kerapatan (Soerianegara dan
Indrawan,1988).
Kerapatan adalah jumlah individu suatu jenis tumbuhan dalam suatu luasan
tertentu, misalnya 100 individu/ha. Frekwensi suatu jenis tumbuhan adalah jumlah
petak contoh dimana ditemukannya jenis tersebut dari sejumlah petak contoh yang
dibuat. Biasanya frekwensi dinyatakan dalam besaran persentase. Basal area
merupakan suatu luasan areal dekat permukaan tanah yang dikuasai oleh
tumbuhan. Untuk pohon, basal areal diduga dengan mengukur diameter batang
(Kusuma, 1997).
Suatu daerah yang didominasi oleh hanya jenis-jenis tertentu saja, maka
daerah tersebut dikatakan memiliki keanekaragaman jenis yang rendah.
Keanekaragaman jenis terdiri dari 2 komponen; Jumlah jenis dalam komunitas
yang sering disebut kekayaan jenis dan Kesamaan jenis. Kesamaan menunjukkan
5
6
bagaimana kelimpahan species itu (yaitu jumlah individu, biomass, penutup tanah,
dan sebagainya) tersebar antara banyak species itu (Ludwiq dan Reynolds, 1988).
2. Analisis Vegetasi
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari
beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme
kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama
individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya
sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis (Marsono,
1977).
Suatu vegetasi merupakan asosiasi nyata dari semua spesies tumbuhan yang
menempati suatu habitat. Selain itu vegetasi juga terkait dengan jumlah individu
dari setiap spesies organisme yang akan menyebabkan kelimpahan relatif suatu
spesies sehingga mempengaruhi fungsi suatu komunitas, distribusi individu antar
spesies dalam komunitas, bahkan dapat berpengaruh pada keseimbangan sistem
dan akhirnya berpengaruh pada stabilitas komunitas hutan (Indriyanto, 2006)
Vegetasi, tanah dan iklim berhubungan erat dan pada tiap-tiap tempat
mempunyai keseimbangan yang spesifik. Vegetasi di suatu tempat akan berbeda
dengan vegetasi di tempat lain karena berbeda pula faktor lingkungannya.
Vegetasi hutan merupakan sesuatu sistem yang dinamis, selalu berkembang sesuai
dengan keadaan habitatnya (Marsono dan Surachman, 1990).
Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi
vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuh-tumbuhan.
Struktur vegetasi terdiri atas unsur bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan
penutupan tajuk. Untuk melakukan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis,
diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penvusun
komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi
kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan.
Berdasarkan tujuan pendugaan kuantitatif komunitas vegetasi dikelompokkan
kedalam 3 kategori yaitu (1) pendugaan komposisi vegetasi dalam suatu areal
dengan batas-batas jenis dan membandingkan dengan areal lain atau areal yang
sama namun waktu pengamatan berbeda; (2) menduga tentang keragaman jenis dalam suatu areal; dan (3) melakukan korelasi antara perbedaan vegetasi dengan
faktor lingkungan tertentu atau beberapa faktor lingkungan (Greig-Smith, 1983).
7
Untuk mempelajari komposisi vegetasi dapat dilakukan dengan Metode
Berpetak (Teknik sampling kuadrat : petak tunggal atau ganda, Metode Jalur,
Metode Garis Berpetak) dan Metode Tanpa Petak (Metode berpasangan acak,
Titik pusat kwadran, Metode titik sentuh, Metode garis sentuh, Metode Bitterlich)
(Kusuma, 1997).
Pola komunitas dianalisis dengan metode ordinasi yang menurut
Mueller-Dombois dan Ellenberg (1974) pengambilan sampel plot dapat dilakukan dengan
random, sistematik atau secara subyektif atau faktor gradien lingkungan tertentu.
Untuk memperoleh informasi vegetasi secara obyektif digunakan metode ordinasi dengan menderetkan contoh-contoh (releve) berdasar koefisien ketidaksamaan
(Marsono, 1977). Pola vegetasi dicari berdasarkan variasi yang ada dalam releve.
Dengan ordinasi diperoleh releve vegetasi dalam bentuk model geometrik yang
sedemikian rupa sehingga releve yang paling serupa mendasarkan komposisi
spesies beserta kelimpahannya akan mempunyai posisi yang saling berdekatan,
sedangkan releve yang berbeda akan saling berjauhan. Pola sebaran jenis-jenis
dan perubahan faktor lingkungan dapat dihubungkan dengan ordinasi yang
diperoleh.
Dalam melakukan analisa vegetasi perlu adanya perbedaan stadium big trees,
small trees atau pohon-pohon muda (pole), sapihan (sapling) dan semai
(seedling). Batasan-batasan tersebut adalah :
a. Trees yaitu pohon yang membunyai akar, batang, dan tajuk yang jelas dengan tinggi minimum 5 meter serta mempunyai diameter batang lebih
dari 35 cm atau keliling batang >110 cm.
b. Small trees (pole) yaitu pohon muda, diameter batang 10-35 cm atau
keliling batang antara 31.4-110 cm.
c. Sa pling permudaan vegetasi dengan tinggi >1.5 m sampai dengan pohon-pohon muda dengan diameter batang kurang dari 10 cm.
d. Semai (seedling) serta tumbuhan lainnya yaitu permudaan vegetasi mulai
dari kecambah sampai mempunyai tinggi kurang dari 1.5 meter termasuk vegetasi lantai hutan (Kusmana.1997).
3. Ruang Terbuka Hijau dan Hutan kota
Ruang terbuka hijau (RTH) dapat berarti ruang terbuka yang diisi dengan
tumbuhan hijau untuk memberikan rasa kelembutan dan nilai estetika
(Budihardjo, 1999) dan area memanjang atau jalur dan atau mengelompok, yang
penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tumbuhan, baik yang
tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam (UU RI No. 26 tahun 2008)
8
Dinas Pertamanan mengklasifikasikan ruang terbuka hijau berdasarkan pada
kepentingan pengelolaannya adalah sebagai berikut: kawasan hijau pertamanan
kota, kawassan hijau hutan kota, kawasan hijau rekreasi kota, kawasan hijau
kegiatan olahraga, kawasan hijau pemakaman, kawasan hijau pertanian, kawasan
jalur hijau, kawasan hijau pekarangan.
Usaha pengembangan ruang terbuka hijau dapat dilaksanakan dengan cara
intensifikasi dan cara ekstensifikasi. Cara yang pertama (intensifikasi) adalah
usaha penanaman tanaman untuk mengkayakan dan memperbaiki serta
meningkatkan mutu tata hijau pada wilayah-wilayah yang sudah merupakan daerah tata hijau. Cara intensifikasi dapat dilakukan pada daerah-daerah yang
tidak dimungkinkan lagi untuk dilaksanakan penambahan luas ruang terbuka hijau
karena keterbatasan lahan. Ekstensifikasi dilakukansebagai upaya untuk
pengembanganruang terbuka hijau denganmenambah luasan daerah tata hijaupada
wilayah perkotaan yang masih memungkinkan.(Rijal.2008)
Hutan kota merupakan salah satu komponen ruang terbuka hijau. Keberadaan
hutan kota sangat berfungsi sebagai sistem hidroorologi, menciptakan iklim
mikro, menjaga keseimbangan oksigen (O2) dan karbon dioksida (CO2),
mengurangi polutan, dan meredam kebisingan. Selain itu, berfungsi juga untuk
menambah nilai estetika dan keasrian kota sehingga berdampak positif terhadap
kualitas lingkungan dan kehidupan masyarakat (Sibarani, 2003).Pemanfaatan
secara optimal hutan kota yang sudah ada, dengan menanam tanaman berupa semak belukar dan herba diantara pohon utama akan membantu menambah
produksi total oksigen. (Septrina, dkk.2004) Analisa emisi CO2 dan penyerapan
O2 bisa menjadi bahan untuk penyediaan RTH sebagai hutan kota. (Setiawan dan
hermana, 2013)
Tradisi awal pengembangan dan pengelolaan hutan kota sebagai bagian dari
penataan ruang berorientasi pada upaya mewujudkan satu bentuk kota tertentu. Di
Indonesia, tradisi ini direfleksikan dalam bentuk berbagai gagasan tentang
kehidupan yang aman dan sejahtera sebagaimana berbagai slogan pembangunan
kota seperti yang muncul di berbagai kota Indonesia pada awal tahun 1980-an.
(Wahyuni dan Samsoedin.2012)
Menurut Puryono dan Hastuti (1998) dalam Sibarani (2003), hutan kota
memiliki manfaat yang sangat besar terhadap peningkatan kualitas lingkungan dan
kehidupan masyarakat kota, antara lain:
9
a. Manfaat estetika, hutan kota yang ditumbuhi oleh berbagai tumbuhan
memberikan nilai estetika karena hijaunya hutan tersebut dengan aneka
bentuk daun, cabang, ranting dan tajuk serta bunga yang terpadu menjadi
suatu pemandangan yang menyejukkan.
b. Manfaat ekologis, yaitu tercapainya keserasian lingkungan antara
tumbuhan, satwa maupun manusia dan sebagai habitat satwa, seperti
burung-burung serta perlindungan plasma nutfah.
c. Manfaat klimatologis, yaitu terciptanya iklim mikro, seperti kelembaban
udara, suhu udara, dan curah hujan sehingga dapat menambah kesejukan dan kenyamanan serta tercapainya iklim yang stabil dan sehat.
d. Manfaat hidrologis, hutan kota dengan perakaran tumbuhan dan serasah
mampu menyerap kelebihan air pada musim hujan sehingga dapat
mencegah terjadinya banjir dan menjaga kestabilan air tanah, khususnya
pada musim kemarau. Hujan yang mengandung H2SO4 atau HNO3
apabila jatuh di permukaan daun akan mengalami reaksi. Pada saat
permukaan daun mulai dibasahi, maka asam seperti H2SO4 akan
bereaksi dengan Ca yang terdapat pada daun membentuk garam CaSO4
yang bersifat netral. Dengan demikian air hujan yang mengandung pH
asam melalui proses intersepsi oleh permukaan daun akan dapat
menaikkan pH, sehingga air hujan yang jatuh menjadi tidak begitu
berbahaya lagi bagi lingkungan.
e. Manfaat protektif, pepohonan di hutan kota berfungsi sebagai pelindung
dari pancaran sinar matahari dan penahan angin. Serta pohon dapat
meredam kebisingan dengan cara mengabsorpsi gelombang suara oleh
daun, cabang dan ranting. Jenis tumbuhan paling efektif untuk meredam
suara ialah tumbuhan dengan tajuk lebat dan rindang, strata yang cukup
rapat dan tinggi. Kota yang terletak di tepi pantai, seperti kota Jakarta
pada beberapa tahun terakhir terancam oleh intrusi air laut. Pemilihan
jenis tumbuhan dalam pembangunan hutan kota pada kawasan yang
mempunyai masalah intrusi air laut harus dengan teliti diperhatikan.
Dikarenakan penanaman tumbuhan yang kurang tahan terhadap
kandungan garam yang tinggi akan mengakibatkan tumbuhan tidak dapat
tumbuh dengan baik, bahkan mungkin akan mengalami kematian. Dan
juga penanaman dengan tumbuhan yang mempunyai daya
evapotranspirasi tinggi terhadap air tanah dapat mengakibatkan
konsentrasi garam air tanah akan meningkat. Sehingga upaya untuk
10
mengatasi intrusi air laut melalui hutan kota dengan tumbuhan yang daya
evapotranspirasinya rendah untuk meningkatkan kandungan air tanah.
f. Manfaat higienis, manfaat dari adanya hutan kota ini adalah menjadikan
udara yang lebih bersih dan sehat. Daerah yang merupakan tempat
penimbunan sampah sementara atau permanen mengeluarkan bau yang
tidak sedap. Hutan kota dapat bermanfaat untuk mengurangi bau karena
dapat menyerap bau secara langsung, penahan angin yang bergerak dari
sumber bau, dan pelindung tanah dari hasil dekomposisi sampah serta
penyerap zat berbahaya yang mungkin terkandung dalam sampah seperti logam berat, pestisida serta bahan beracun dan berbahaya lainnya.
g. Manfaat edukatif, hutan kota dapat bermanfaat sebagai laboratorium
alam karena dapat mengenal berbagai jenis pepohonan dan satwa
khususnya burung-burung yang sering dijumpai di kawasan tersebut.
4. Faktor-Faktor Lingkungan dan Pertumbuhan
Pertumbuhan merupakan hasil akhir interaksi dari berbagai proses fisiologis,
dan untuk mengetahui mengapa pertumbuhan pohon berbeda pada berbagai variasi keadaan lingkungan dan perlakuan, diperlukan bagaimana proses fisiologis
dipengaruhi oleh lingkungan (Kramer dan Kozlowski,1979). Sebaran populasi
dari suatu vegetasi juga sangat dipengaruhi oleh kondisi tempat tumbuh dan
asosiasi vegetasi yang berada di sekitarnya.(Kalima,2008). Faktor lingkungan
fisik berupa ketinggian dan kerapatan jenis sangat berpengaruh pada keragaman
jenis. (Lianah et al.2013)
Sifat dan ciri tanah sangat mempengaruhi kapasitas tanah sebagai media dan
tempat penyediaan hara bagi tumbuhan. Sehubungan dengan pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan, tanah mempunyai beberapa peranan diantaranya, untuk
pengaturan suhu tanah, udara tanah dan air tanah. Daniel et al. (1978) menyatakan
bahwa pengetahuan mengenai ilmu tanah merupakan dasar bagi pengelolaan
silvikultur hutan, karena kualitas tanah merupakan salah satu kendala dalam
praktek silvikultur. Lebih lanjut dikatakan bahwa pertimbangan-pertimbangan silvikultur diantaranya penentuan produktivitas tempat tumbuh sangat dipengaruhi
oleh faktor tanah. Hal ini berarti ada faktor-faktor penting yang sangat
menentukan kualitas dari tempat tumbuh tanaman yaitu sifat fisik, sifat kimia dan
sifat biologi tanah diantaranya kandungan unsur hara, kemasaman tanah (pH
11
tanah), kandungan bahan organik tanah (BO), kelengasan tanah, tekstur dan
struktur tanah dan lain-lain.
5. Pengelolaan Green Campus
Universitas merupakan tempat ideal bagi para cindekia maupun mahasiswa
yang dianggap mampu memecahkan permasalahan permasalahan sosial
diantaranya adalah isu kerusakan alam. Civitas akademika yang ada di kampus
dinilai memiliki kompetensi dalam hal pelestarian alam. Mereka dianggap sebagai
civitas yang tidak memiliki kepentingan ekonomi dalam rangka eksploitasi alam. Kebijakan pelestarian alam di kampus harus menyatu dengan visi misi universitas,
sehingga walaupun terjadi rotasi kepemimpinana di kampus, tidak akan
mempengarusi kebijakan pelestarian alam yang ada di kampus.
Program green campus dilaksanakan dalam rangka membentuk lingkungan
hijau, nyaman bersih, indah dan sehat. Letak kampus yang berada di daerah
perkotaan diharapkan mampu mengurangi dampak dari pemanasan global yang
terjadi di sana. Tidak hanya sivitas academika yang mendapat kemanfaatan dari
green kampus ini akan tetapi kawanan burung juga sangat terbantu. Seperti di
Kampus Kandang Limun Bengkulu, kawasan kampus tersebut merupakan
kombinasi dari beberapa tipe habitat antara lain hutan hasil penghijaun, rawa,
kolam, dan persawahan. Keberagaman habitat yang dimiliki tersebut memberikan
kesempatan terhadap berbagai jenis burung untuk tinggal dan berkembang biak didalamnya.(Jarulis.2007)
Istilah green campus sering dikaitkan dengan kampus konservasi. Dimana
menurut kamus besar bahasa indonesia konservasi berarti pemeliharaan dan
perlindungan sesuatu secara teratur untuk mencegah kerusakan dan kemusnahan
dengan jalan mengawetkan, pengawetan, pelestarian. Konservasi sering
diidentikkan dengan sumber daya alam hayati sehingga dengan mudah kita
mendengar istilah Konservasi Sumber Daya Alam Hayati (KS-DAH). Sedangkan
universitas konservasi adalah universitas yang memiliki sistem tata kelolanya
mendafsarkan diri pada konsep gabungan green campus dan nilai luhur dari
budaya bangsa. (Arswendi, 2013)
Green campus diharapkan mampu memberikan kesadaran kepada civitas
akademika kampus untuk memiliki kesadaran dalam rangka berpartisipasi untuk penanggulangan pemanasan global. Program green campus sangat dipengaruhi
oleh kebijakan kampus itu sendiri, seperti Penggunaan tanah hutan kota kampus
Universitas Indonesia ditetapkan berdasarkan SK Rektor Universitas Indonesia
12
No. 84/SK/12/1988, tanggal 31 Oktober 1988 difungsikan sebagai wilayah
resapan air, wahana koleksi pelestarian plasma nutfah, wahana penelitian dan
sarana rekreasi alam. Luas seluruhnya adalah 55,40 hektar. (Kusratmoko,et
al.2002)
Green campus adalah kampus yang berwawasan lingkungan, yaitu yang
mengintegrasikan ilmu pengetahuan lingkungan ke dalam kebijakan, manajemen
dan kegiatan tridharma perguruan tinggi. Green campus mempunyai kapasitas
intelektual dan sumber daya dalam mengintegrasikan ilmu pengetahuan dan tata
nilai lingkungan ke dalam misi dan program-programnya, didesain untuk menghasilkan para pemimpin bangsa, para politikus, para pengusaha, para petani
dan para penduduk bumi lainnya yang mencintai bumi. Green campus juga harus
bisa menjadi contoh implementasi pengintegrasian ilmu lingkungan dalam semua
aspek manajemen dan best practices pembangunan berkelanjutan. Minimal ada
lima manfaat dan peran Kampus Hijau dalam pembangunan berkelanjutan, yaitu
(1) jasa ekosistem mikro (micro-ecosystem services), (2) konservasi sumberdaya,
(3) kegiatan tridharma, (4) wisata kampus, dan (5) model mini pengelolaan
pendidikan tinggi berkelanjutan (Utomo, 2007)
6. Program Digital Mapping “SIHATI”
Program digital mapping “SIHATI” merupakan program yang dibuat untuk
memberikan visualisasi persebaran pohon yang sudah diamati diseluruh zona
pengamatan di Kampus UNS Kentingan. Program ini diberi nama “SIHATI”
dimana merupakan singkatan dari Sistem Keanekaragaman Hayati. Program ini
merupakan konversi data yang didapatkan secara acak yang jumlahnya mencapai
ribuan ke dalam pemetaan pohon sesuai koordinat lokasinya di dalam layanan
google earth. Selain melihat posisi secara visual di dalam peta, melalui program
ini pengamatan tiap zona akan lebih mudah. Data yang bisa di amati adalah
macam jenis pohon yang ada, jumlah masing masing jenis pohon, visualisasi
gambar pohon serta klasifikasi pohon yang diamati. Program ini juga dilengkapi
dengan sistem pencarian pohon yang diharapkan, dimana program ini akan
menunjukkan persebaran tanaman yang bersangkutan, jumlahnya, persebaran di
masing masing zona, lengkap dengan tinggi, diameter, dan luas basal areanya.
13
Program digital mapping “SIHATI” ini bisa memiliki beberapa kelebihan,
diantaranya adalah: memberikan data yang akurat kaitanya dengan lokasi
koordinat dari vegetasi yang diamati, memberikan data secara rinci dari
pohon-pohon yang diamati, memberikan visualisasi pola hubungan antar pohon-pohon, dan bisa
diperbaharui sesuai dengan waktu yang diinginkan.
Program digital mapping “SIHATI” ini dibuat dengan menggunakan program
MySQL memanfaatkan sistem localhost sehingga mampu berjalan tanpa jaringan
internet untuk menampilkan data-data dasar vegetasi. Khusus untuk
menampakkan peta, program ini harus terhubung ke google earth sehingga
jaringan internet diperlukan. Untuk dapat menampilkan data secara digital,
dibutuhkan data pengamatan yang sudah dikonversi dalam bentuk excel yang
kemudian diupload ke dalam program digital mapping “SIHATI” ini. Tampilan
dari program ini dirancang semenarik mungkin, dimana sangat memudahkan bagi
siapapun yang mengakses program digital mapping“SIHATI” ini.
B. Kerangka Berpikir
Gambar 2.1. Kerangka berfikir
Keanekaragaman hayati Vegetasi Tumbuhan Kampus UNS Kentingan
Da ta Ba se Akses Cepat
Digital Mapping “SIHATI”
Efektifitas dan efisiensi pengelolaan kawasan kampus
14
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan mulai bulan April sampai dengan Mei 2013.
Tempat penelitian di kampus UNS Kentingan, Jl Ir Sutami 36 A Surakarta seluas 60 hektar. Identifikasi, kuantifikasi dan analisis data dilakukan di Laboratorium
Biologi FMIPA UNS Surakarta.
B. Alat dan Bahan Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: kamera, rol-meter,
haga-meter, sasak, jaring serasah, loupe, mikroskop, anemometer dan lux-meter.
Untuk pembuatan digital mapping “SIHATI” diperlukan komputer, sofware
xampp, MySQL, navicate, mouse dan jaringan internet
Bahan-bahan penelitian meliputi: sampel daun, bunga/buah pohon, kertas
koran, herbarium/specimen pembanding dan buku acuan identifikasi.
.
C. Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode sensus (seluruh
anggota vegetasi di kampus UNS Kentingan dijadikan objek pengamatan). Lokasi
pengamaan dibagi menjadi 10 zona pengamatan, yaitu:
1. Zona stadion dan sekitarnya yang selanjutnya disebut zona GOR
2. Zona Fakultas Kedokteran-MIPA yang selanjutnya disebut zona FK
3. Zona Fakultas Pertanian yang selanjutnya disebut zona FP
4. Zona Fakultas KIP dan Pascasarjana yang selanjutnya disebut zona FKIP
5. Zona Fakultas Hukum yang selanjutnya disebut zona FH
6. Zona Fakultas Ekonomi dan ISIP yang selanjutnya disebut zona FE dan
FISIP
7. Zona Fakultas Sastra dan sekitarnya yang selanjutnya disebut zona FSSR
8. Zona Fakultas Teknik yang selanjutnya disebut zona FT
9. Zona Gedung Pusat-Perpustakaan dan sekitarnya yang selanjutnya disebut
zona Kantor Pusat
10.Zona depan kampus (LPPM-PSL dan sekitarnya) yang selanjutnya disebut
zona Boulevard
14
15
Gambar 3.2. Pembagian zona di kampus UNS Kentingan
Pada ke-10 zona pengamatan dilakukan pengukuran beberapa variabel,
meliputi:
1. Luas area zona kajian
2. Data profil vegetasi, meliputi:
a. Jenis pohon; untuk pohon yang belum teridentifikasi diambil
sampelnya, dibuat herbarium dan diidentifikasi di laboratorium
b. Cacah individu pohon
c. Tinggi pohon
d. luas basal area; diukur berdasar diameter batang setinggi dada dengan
cara mengukur lingkaran pohon, kemudian dihitung : Diameter = keliling pohon/3.14 (Dharmono, 2007).
D. Prosedur Penelitian
[image:30.596.140.422.113.488.2]16
Membagi kampus UNS Kentingan menjadi 10 zona pengamatan, yaitu:
a. Zona stadion dan sekitarnya yang selanjutnya disebut zona GOR
dengan luas 8.65 hektar.
b. Zona Fakultas Kedokteran-MIPA yang selanjutnya disebut zona FK
dengan luas 7.01 hektar.
c. Zona Fakultas Pertanian yang selanjutnya disebut zona FP dengan luas
6.40 hektar.
d. Zona Fakultas KIP dan Pascasarjana yang selanjutnya disebut zona
FKIP dengan luas 6.83 hektar.
e. Zona Fakultas Hukum yang selanjutnya disebut zona FH dengan luas
3.89 hektar.
f. Zona Fakultas Ekonomi dan ISIP yang selanjutnya disebut zona FE dan
FISIP dengan luas 4.10 hektar
g. Zona Fakultas Sastra dan sekitarnya yang selanjutnya disebut zona
FSSR dengan luas 3.63 hektar.
h. Zona Fakultas Teknik yang selanjutnya disebut zona FT dengan luas
7.14 hektar
i. Zona Gedung Pusat-Perpustakaan dan sekitarnya yang selanjutnya
disebut zona Kantor Pusat dengan luas 7.39 hektar.
j. Zona depan kampus (LPPM-PSL dan sekitarnya) yang selanjutnya
disebut zona Boulevard dengan luas 4.15 hektar.
2. Pengamatan dan inventarisasi vegetasi masing-masing zona dengan
memperhatikan beberapa hal berikut:
a. Jenis pohon; untuk pohon yang belum teridentifikasi diambil
sampelnya, dibuat herbarium dan diidentifikasi di laboratorium
b. Cacah individu pohon
c. Tinggi pohon
d. Luas basal area; diukur berdasar diameter batang setinggi dada dengan
cara mengukur lingkaran pohon, kemudian dihitung : Diameter =
keliling pohon/3.14.
3. Melakukan analisis vegetasi
Pada masing-masing zona pengamatan dilakukan analisis vegetasi. Metode analisis menggunakan parameter kuantitatif yang mengacu kepada Kusmana
(1997). Rumus yang digunakan dalam penentuan struktur dan komposisi vegetasi
hutan kota:
a. Kerapatan (ind/ha) = Jumlah individu suatu jenis
Luas area unit sampling (m /ha)
b. Kerapatan Relatif (%) = Total cacah individu suatu jenis x l00%
Total cacah individu seluruh spesies
c. Dominansi (cm²/ha) = Luas bidang dasar suatu jenis
Luas area unit sampling (m /ha)
17
d. Dominansi Relatif (%) = Luas bidang dasar suatu jenis x100%
Luas bidang dasar seluruh jenis
e. Frekuensi = Jumlah plot ditemukannya species
Jumlah seluruh plot contoh
f. Frekuensi Relatif (%) = Frekuensi suatu jenis x100%
Total frekuensi seluruh jenis
g. Indeks Nilai Penting (INP) = KR + DR + FR
Indeks Nilai penting merupakan penjumlahan dari kerapatan relatif,
frekuensi relatif dan dominansi relatif, yang berkisar antara 0 dan 300.
h. Indeks Keanekaragaman
H’ = -∑ [( -- )] ln[( -- )]
Keterangan :
H' = indeks keanekaragaman; ni = nilai penting dari setiap spesies; N =
total nilai penting (Ludwig and Reynold, 1988).
4. Melengkapi analisis vegetasi dengan mengelompokkan pohon berdasarkan
stadiumnya, meliputi:
a. Trees yaitu pohon yang memiliki diameter lebih dari 10 cm. Dibagi
menjadi small trees (10 cm – 35 cm) dan big trees (diatas 35 cm)
b. Sa pling yaitu pohon yang memiliki diameter kurang dari 10 cm.,
sedangkan semai (seedling) dimasukkan kedalam kelompok ini.
5. Membuat komputerisasi sebaran vegetasi UNS dengan membuat program
digital mapping “SIHATI” agar mudah dibaca oleh khalayak umum, adapun
proses pembuatannya meliputi:
a. Menginstall aplikasi xampp untuk menjalankan mySQL dan apache
b. Membuat program digital mapping “SIHATI” dengan sistem localhost,
sehingga program mampu berjalan meskipun tanpa jaringan internet.
c. Mencari template untuk penampilan program digital mapping
“SIHATI” dan menyesuaikannya dengan kebutuhan yang akan ditampilkan.
d.
Gambar3.3. Tampilan menu tampilan untuk program digital mapping
“SIHATI”
n
i=1 ni N
ni N
18
e. Memperbaiki tampilan dengan gambar berjalan dan menu sesuai zona
Gambar 3.4. Tampilan halaman pembuka program digital mapping
“SIHATI”
f. Menginput semua data pengamatan dilapangan ke dalam bentuk excell.
g.
Gambar 3.5. Tampilan data pengamatan yang dimasukkan program excell
h. Membuat klasifikasi species yang telah diamati dalam bentuk excell.
Gambar 3.6. Tampilan klasifikasi species yang dimasukkan program excel
i. Mengubah file dari format excel ke bentuk csv
j. Mengunggah file csv tersebut melalui navicate lite yang sudah
dihubungkan dengan program mySQL yang sudah dijalankan
[image:33.596.131.510.116.563.2]19
k. Menjalankan xampp dan membuka localhost
Gambar 3.8. Tampilan mySQL dan apache yang dijalankan lewat xampp
l. Menjalankan program, sesuai dengan data yang diinginkan
Gambar 3.9. Tampilan peta pohon yang ada di area UNS kentingan
surakarta setelah dijalankan dengan program “SIHATI”
m. Membuat tampilan warna pohon sesuai dengan kategorinya. Yaitu
warna biru untuk sapling, warna hijau untuk small trees , warna kuning
untuk yang big trees
[image:34.596.139.514.121.498.2]20
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian
Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau
komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari tumbuh-tumbuhan.Unsur
struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk.
Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi
untuk menentukan indeks nilai penting dari penyusun komunitas hutan tersebut.
Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan
komposisi suatu komunitas tumbuhan.
Untuk mempelajari komposisi vegetasi perlu dilakukan pembuatan
petak-petak pengamatan yang sifatnya permanen atau sementara. Menurut Soerianegara
(1974) petak-petak tersebut dapat berupa petak tunggal, petak ganda ataupun
berbentuk jalur atau dengan metode tanpa petak. Pola komunitas dianalisis dengan metode ordinasi yang menurut Dombois dan E1lenberg (1974) pengambilan
sampel plot dapat dilakukan dengan random, sistematik atau secara subyektif atau
faktor gradien lingkungan tertentu.
Sebagian area Kampus UNS Kentingan merupakan salah satu hutan kota
yang ada di Kota Surakarta. Secara morfologi, wilayah Kampus UNS Kentingan
terdiri atas relief yang tidak begitu rata, terdapat wilayah datar, lembah dan juga
bukit yang sebagian besar ditutupi oleh pepohonan dan juga bangunan kampus.
Banyaknya vegetasi yang berada di lingkungan kampus ini memberikan arti
penting dalam hal estetika, kesehatan, edukasi maupun memberikan semangat
kerja baik secara langsung maupun tidak langsung. Area kampus juga
membutuhkan daya lingkungan untuk menunjang proses pembelajaran.
Produktivitas di bidang akademik juga bisa didukung jika populasi, keragaman
dan vegetasi yang ada ditata dengan baik.
Penelitian yang dilakukan dengan pengamatan pada sepuluh zona di
Kampus UNS Kentingan menghasilkan data yang berbeda-beda. Berdasarkan
hasil penelitian menunjukkan bahwa area Kampus UNS Kentingan merupakan
daerah hijau yang memiliki keanekaragaman hayati tinggi ditandai dengan nilai
indeks keanekaragaman simpson 0,94. Komposisi vegetasi di area Kampus UNS
Kentingan tersusun dari pohon, perdu berupa tanaman hias dan tanaman liar
dengan total jenis pohon di area tersebut adalah 151 jenis. Adapun kerapatan,
20
21
dominansi dan indeks nilai penting pohon di area pengamatan dijelaskan pada
tabel 4.1.
Tabel 4.1. Kerapatan, dominansi dan INP tumbuhan di Kampus UNS Kentingan
No Nama local Nama Ilmiah Jum lah Big Trees Small Trees Sa pling Kera patan
KR Domi Nansi
DR FR INP
1 Jati Tectona grandis 1234 89 260 885 20.85 14.55% 50,850.29 2.68% 1.72% 18.95% 2 Mahoni Swietenia mahagoni 1007 111 149 747 17.01 11.88% 62,106.40 3.27% 1.72% 16.87% 3 Angsana P terocarpus indicus 804 637 111 56 13.58 9.48% 624,710.02 32.90% 1.72% 44.10% 4 Flam boy an Delonix regia 556 32 90 434 9.39 6.56% 18,721.83 0.99% 1.72% 9.26% 5 Glodokan P olyaltia longifolia 529 14 108 407 8.94 6.24% 646,093.07 34.03% 1.72% 41.99% 6 Akasia Acasia auriculiformis 296 138 118 40 5.00 3.49% 62,584.13 3.30% 1.72% 8.51% 7 Kere Pay ung F ilicium desipiens 292 45 208 39 4.93 3.44% 26,910.33 1.42% 1.72% 6.58% 8 Mangga Mangifera indica 221 6 43 172 3.73 2.61% 5,034.33 0.27% 1.72% 4.59% 9 Ketapang Terminalia catappa 174 11 96 67 2.94 2.05% 26,131.63 1.38% 1.72% 5.15% 10 Jam bu Air Eugenia aquea 143 1 16 126 2.42 1.69% 1,622.95 0.09% 1.55% 3.32% 11 Asam Londo P ithecelobium dulce 134 80 43 11 2.26 1.58% 48,099.94 2.53% 1.72% 5.83% 12 Sawo Manila Manilkara zapota 130 0 58 72 2.20 1.53% 1,557.14 0.08% 1.55% 3.17% 13 Johar Senna siamena 128 31 76 21 2.16 1.51% 147,582.77 7.77% 1.72% 11.00% 14 Kelengkeng Dimocarpus longan 105 3 8 94 1.77 1.24% 1,462.02 0.08% 1.20% 2.52% 15 Pule Alstonia scholaris 100 3 29 68 1.69 1.18% 2,637.89 0.14% 1.38% 2.70% 16 Asam Raksasa Kigelia pinnata 95 7 40 48 1.61 1.12% 4,612.86 0.24% 1.20% 2.56% 17 Beringin F icus benjamina 93 25 21 47 1.57 1.10% 29,531.37 1.56% 1.72% 4.37% 18 Tabebuy a Tabebuia chrysotricha 92 0 70 22 1.55 1.08% 2,332.38 0.12% 0.52% 1.73% 19 Talok Muntingia calbura 88 2 53 33 1.49 1.04% 3,126.56 0.16% 1.72% 2.92% 20 Kesam bi Schleichera oleosa 80 7 9 64 1.35 0.94% 5,031.43 0.26% 0.52% 1.73% 21 Tanj ung Mimusops elengi 79 3 36 40 1.33 0.93% 2,791.95 0.15% 1.55% 2.63% 22 Daun Kupu-kupu Bauhinia purpurea 78 4 33 41 1.32 0.92% 2,325.26 0.12% 1.20% 2.24% 23 Biola Cantik F icus lyrata 78 2 14 62 1.32 0.92% 1,889.32 0.10% 1.38% 2.40% 24 Gam al Gliricidia sepium 75 24 38 13 1.27 0.88% 9,445.36 0.50% 0.86% 2.24% 25 Bungur Lagerstromeia speciosa 72 13 32 27 1.22 0.85% 5,412.80 0.29% 0.69% 1.82% 26 Kenitu Chrysophylum cainito 67 0 9 58 1.13 0.79% 376.67 0.02% 1.55% 2.36% 27 karet kebo F icus elastica 65 4 11 50 1.10 0.77% 5,579.60 0.29% 1.03% 2.09% 28 Lam toro Leucaena glauca 65 0 28 37 1.10 0.77% 1,413.76 0.07% 0.86% 1.70% 29 Ny am plung Calophyllum inophyllum 61 0 5 56 1.03 0.72% 420.29 0.02% 1.03% 1.77% 30 Sengon P araserianthes falcataria 60 13 19 28 1.01 0.71% 13,710.77 0.72% 0.86% 2.29% 31 Dadap Merah Erythrina cristagali 55 0 28 27 0.93 0.65% 1,006.26 0.05% 0.69% 1.39% 32 Petai Cina P arkia speciosa 53 6 21 26 0.90 0.62% 4,385.67 0.23% 0.34% 1.20% 33 Cem ara Gunung Casuarina equisetifolia 52 21 9 22 0.88 0.61% 8,972.40 0.47% 1.03% 2.12% 34 Cem ara Thuja orientalis 49 2 23 24 0.83 0.58% 1,499.08 0.08% 1.38% 2.04% 35 gay am Inocarpus fagiferus 47 0 0 47 0.79 0.55% 2,267.09 0.12% 1.03% 1.70% 36 Trem besi Albizia saman 46 13 14 19 0.78 0.54% 11,639.48 0.61% 1.38% 2.54%
37 Lindri Lindri 46 15 11 20 0.78 0.54% 6,482.63 0.34% 1.55% 2.43%
38 Ram butan Nephelium lappaceum 45 1 4 40 0.76 0.53% 641.41 0.03% 1.03% 1.59% 39 Mirip Cokelat Mirip Cokelat 44 0 8 36 0.74 0.52% 252.39 0.01% 0.86% 1.39%
40 Melinj o Gnetum gnemon 40 0 9 31 0.68 0.47% 493.29 0.03% 0.86% 1.36%
41 Mirip Pule Mirip P ule 39 0 2 37 0.66 0.46% 115.53 0.01% 0.69% 1.16%
42 Sawo Kecik Manilkara kauki 38 0 5 33 0.64 0.45% 353.42 0.02% 0.69% 1.16%
43 Kay u Putih Melaleuca leucadendron 36 3 8 25 0.61 0.42% 1,006.69 0.05% 0.52% 1.00% 44 Mirip Gay am Mirip Gayam 34 3 4 27 0.57 0.40% 1,605.32 0.08% 1.03% 1.52% 45 Nangka Artocarpus heterophyllus 33 4 9 20 0.56 0.39% 1,385.65 0.07% 1.20% 1.66%
46 Matoa P ometia pinnata 33 0 3 30 0.56 0.39% 185.53 0.01% 1.20% 1.60%
47 Jam bu Bij i P sidium guajava 32 0 5 27 0.54 0.38% 199.69 0.01% 1.03% 1.42% 48 Sukun Artocarpus communis 30 1 5 24 0.51 0.35% 458.73 0.02% 1.38% 1.76%
49 Salam Syzygium polyanthum 30 0 3 27 0.51 0.35% 180.38 0.01% 0.86% 1.22%
50 Jati Belanda Guazuma ulmifolia 28 20 6 2 0.47 0.33% 6,785.41 0.36% 1.03% 1.72% 51 Kepuh Sterculia foetida 27 2 13 12 0.46 0.32% 1,213.52 0.06% 0.86% 1.24% 52 Belim bing Averrhoa carambola 27 0 10 17 0.46 0.32% 59.41 0.03% 1.20% 1.55% 53 Cem ara Gim bal Araucaria sp. 26 2 17 7 0.44 0.31% 1,396.59 0.07% 0.52% 0.90% 54 Nam -nam Cynometra cauliflora 24 0 4 20 0.41 0.28% 82.83 0.01% 1.03% 1.32%
55 Keben Baringtonia asiatica 23 2 6 15 0.39 0.27% 23.04 0.04% 1.38% 1.69%
56 Kopi Coffea sp. 22 1 0 21 0.37 0.26% 04.54 0.01% 0.17% 0.44%
57 Jabon Antocephalus cadamba 22 0 2 20 0.37 0.26% 35.34 0.01% 0.34% 0.61%
58 Saga Abrus precatorius 21 7 5 9 0.35 0.25% 2,076.83 0.11% 0.34% 0.70%
59 Durian Durio zibethinus 20 0 0 20 0.34 0.24% 2.12 0.00% 0.52% 0.76%
60 Asam Jawa Tamarindus indicus 19 7 5 7 0.32 0.22% 4,988.27 0.26% 0.86% 1.35%
61 Kantil Michellia alba 19 0 5 14 0.32 0.22% 66.77 0.01% 1.20% 1.44%
62 Manggis Garcinia mangostana 19 0 0 19 0.32 0.22% 24.28 0.00% 0.69% 0.92%
63 Petai P arkia speciosa 18 3 3 12 0.30 0.21% 1,691.02 0.09% 0.52% 0.82%
64 Kepel Stelechocarpus burahol 18 0 3 15 0.30 0.21% 34.55 0.01% 0.69% 0.91% 65 Beringin Putih F icus benjamina spp. 16 0 0 16 0.27 0.19% 42.89 0.00% 0.69% 0.88%
66 Sirsak Annona muricata 15 0 5 10 0.25 0.18% 92.23 0.01% 1.03% 1.22%
67 Melanding Leucaena glauca 15 0 1 14 0.25 0.18% 28.99 0.01% 1.03% 1.21%
68 Srikay a Annona squamosa 15 0 0 15 0.25 0.18% 65.79 0.00% 1.03% 1.21%
69 Bisbol Diospyros blancoi 13 0 7 6 0.22 0.15% 45.28 0.04% 0.69% 0.88%
70 Duwet Eugenia cumini 13 1 4 8 0.22 0.15% 41.46 0.02% 1.20% 1.38%
71 Mirip Angsana Mirip Angsana 12 0 9 3 0.20 0.14% 73.65 0.01% 0.17% 0.32%
[image:36.596.118.515.173.762.2]22
72 Jeruk Citrus sp. 12 0 0 12 0.20 0.14% 4.22 0.00% 0.52% 0.66%
73 Keluwih Artocarpus altilis 11 2 5 4 0.19 0.13% 1,111.00 0.06% 0.52% 0.71%
74 Waru Hibiscus tiliaceus 11 1 6 4 0.19 0.13% 859.64 0.05% 0.86% 1.03%
75 Mirip Kopi Mirip Kopi 11 0 0 11 0.19 0.13% 7.22 0.00% 0.34% 0.47%
76 Kam boj a P lumeria alba 10 0 4 6 0.17 0.12% 417.16 0.02% 0.34% 0.48%
77 Kem uning Murraya paniculata 9 0 1 8 0.15 0.11% 112.26 0.01% 0.69% 0.80%
78 Mertega Diospyros philippensis 9 0 0 9 0.15 0.11% 5.87 0.00% 0.52% 0.63%
79 Species F Species F 7 3 4 0 0.12 0.08% 826.10 0.04% 0.17% 0.30%
80 Mengkudu Morinda citrifolia 7 0 3 4 0.12 0.08% 160.49 0.01% 0.69% 0.78%
81 Nusa Indah Mussaenda phillipica 7 0 1 6 0.12 0.08% 40.21 0.00% 0.34% 0.42%
82 Bulu Bulu 7 0 1 6 0.12 0.08% 24.94 0.00% 0.34% 0.42%
83 Randu Ceiba petandra 6 2 1 3 0.10 0.07% 964.19 0.05% 0.69% 0.81%
84 Kedondong Spondias dulcis 6 0 4 2 0.10 0.07% 556.41 0.03% 0.69% 0.79%
85 Mundu Garcinia dulcis 6 0 4 2 0.10 0.07% 162.90 0.01% 0.69% 0.77%
86 Mirip Flam boy an Mirip F lamboyan 6 0 1 5 0.10 0.07% 58.35 0.00% 0.52% 0.59% 87 Jam bu Dersono Syzygium malaccense 6 0 0 6 0.10 0.07% 10.84 0.00% 0.52% 0.59%
88 Mirip Mertego Mirip Mertego 6 0 0 6 0.10 0.07% 0.27 0.00% 0.17% 0.24%
89 Mirip Talok Mirip Talok 5 0 4 1 0.08 0.06% 2,210.19 0.12% 0.17% 0.35%
90 Mirip Akasia Mirip Akasia 5 3 1 1 0.08 0.06% 636.59 0.03% 0.52% 0.61%
91 Daun Suplir Daun Suplir 5 1 4 0 0.08 0.06% 466.40 0.02% 0.17% 0.25%
92 Mirip Kantil Mirip Kantil 5 0 0 5 0.08 0.06% 8.91 0.00% 0.34% 0.40%
93 Mirip Srikay a Mirip Srikaya 5 0 0 5 0.08 0.06% 1.22 0.00% 0.17% 0.23%
94 Dadap Serep Erythrina lithosperma 4 1 2 1 0.07 0.05% 2,689.31 0.14% 0.34% 0.53% 95 Asam Cina Tamarindus indicus 4 1 3 0 0.07 0.05% 881.74 0.05% 0.17% 0.26% 96 Jam bu Mete Anacardium occidentale 4 1 3 0 0.07 0.05% 364.61 0.02% 0.34% 0.41%
97 species B species B 4 0 2 2 0.07 0.05% 185.87 0.01% 0.17% 0.23%
98 Kakao Theobroma Cacao 4 0 1 3 0.07 0.05% 28.24 0.00% 0.52% 0.57%
99 Belim bing Wuluh Averrhoa bilimbi 4 0 1 3 0.07 0.05% 26.41 0.00% 0.69% 0.74%
100 Mirip Jam bu Mirip J ambu 4 0 0 4 0.07 0.05% 4.51 0.00% 0.34% 0.39%
101 Species E Species E 3 0 0 3 0.05 0.04% 538.73 0.03% 0.34% 0.40%
102 Kenari Canarium ovatum 3 1 2 0 0.05 0.04% 434.48 0.02% 0.34% 0.40%
103 Suren Toona sureni 3 0 3 0 0.05 0.04% 241.37 0.01% 0.34% 0.39%
104 Maj a Aegle marmelos 3 0 2 1 0.05 0.04% 128.19 0.01% 0.17% 0.21%
105 Mira Mira 3 0 1 2 0.05 0.04% 62.59 0.00% 0.17% 0.21%
106 Dewandaru Eugenia uniflora 3 0 0 3 0.05 0.04% 0.72 0.00% 0.34% 0.38%
107 Mirip Daun Suplir Mirip Daun Suplir 2 2 0 0 0.03 0.02% 369.19 0.02% 0.17% 0.21%
108 Kol Banda P isonia alba 2 0