• Tidak ada hasil yang ditemukan

SINTESIS SINAMIL BENZOAT MELALUI REAKSI ESTERIFIKASI ANTARA BENZOIL KLORIDA DAN SINAMIL ALKOHOL HASIL REDUKSI SINAMALDEHIDA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SINTESIS SINAMIL BENZOAT MELALUI REAKSI ESTERIFIKASI ANTARA BENZOIL KLORIDA DAN SINAMIL ALKOHOL HASIL REDUKSI SINAMALDEHIDA."

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

SINTESIS SINAMIL BENZOAT MELALUI REAKSI ESTERIFIKASI ANTARA BENZOIL KLORIDA DAN SINAMIL ALKOHOL HASIL

REDUKSI SINAMALDEHIDA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta

untuk memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Kimia

Oleh:

Maghisya Tri Oktanni 11307144031

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

MOTTO

“You will never know that you never try” “Learning by doing”

(6)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk :

Kedua orang tua saya, Bapak Anas Yusup dan Ibu Ninik Sumi Rahayu

Kakak-kakak saya, Adi dan Bayu

Kees Vink, Chin Fei Chan, Nikola, Ima, Fahma, Tami, Kiki

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas

karunia, rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

penelitian dan penyusunan tugas akhir skripsi dengan judul “Sintesis Sinamil

Benzoat Melalui Reaksi Esterifikasi Antara Benzoil Klorida dengan Sinamil

Alkohol Hasil Reduksi Sinamaldehida” ini dapat berjalan dengan lancar. Skripsi

ini merupakan salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sains Kimia.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan penyususnan skripsi ini

telah mendapat bimbingan, bantuan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena

itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Hartono selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta,

2. Bapak Jaslin Ikhsan, Ph.D. sebagai Ketua Jurusan Kimia Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta

dan sebagai Ketua Program Studi Kimia yang telah memberikan saran

selama penyusunan tugas akhir skripsi,

3. Ibu C. Budimarwanti, M. Si sebagai dosen pembimbing Tugas Akhir

Skripsi yang telah memberikan banyak bantuan, saran, dan arahan dalam

penyelesaian tugas akhir skripsi,

4. Ibu Prof. Dr. Sri Atun Sebagai dosen penguji I yang telah bersedia

memberikan masukan yang membangun dalam penyelesaian laporan

tugas akhir skripsi,

5. Ibu Dr. Amanatie, M.Pd, M.Si Sebagai dosen penguji II yang telah

bersedia memberikan masukan yang membangun dalam penyelesaian

laporan tugas akhir skripsi,

6. Ibu Sulistyani, M.Si Sebagai sekretaris penguji yang telah bersedia

memberikan masukan yang membangun dalam penulisan laporan tugas

(8)

7. Semua pihak yang telah membantu terselesaikanya penyusunan laporan

tugas akhir skripsi ini.

Dengan terbatasnya kemampuan dalam menulis maka penulis menyadari

bahwa laporan tugas akhir skripsi ini masih banyak kekurangan dan masih jauh

dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan

saran ysng bersifat membangun guna kesempurnaan laporan tugas akhir skripsi

ini.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga laporan tugas akhir skripsi ni

dapat berguna dan memberikan manfaat bagi lembaga, fakultas, jurusan,

mahasiswa dan tentunya pembaca yang menginginkan perubahan, Amin.

Penulis

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

ABSTRAK ... xv

ABSTRACT ... xiv

BAB 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 2

C. Pembatasan Masalah ... 2

D. Perumusan Masalah ... 3

E. Tujuan Penelitian ... 3

F. Manfaat Penelitian ... 3

BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Sinamaldehida ... 4

2. Senyawa Benzoil Klorida ... 5

3. Reaksi Reduksi ... 6

4. Reaksi Esterifikasi ... 8

5. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) ... 10

(10)

7. Spektroskopi Massa ... 13

B. Penelitian Yang Relevan ... 13

C. Kerangka Berfikir ... 14

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian ... 15

2. Objek Penelitian ... 15

B. Alat dan Bahan

1. Alat Penelitian ... 15

2. Bahan-bahan Penelitian ... 15

C. Prosedur Penelitian

1. Reaksi Reduksi Sinamaldehida Menggunakan Natrium Borohidrida ... 16

2. Analisis Senyawa Hasil Reduksi dengan KLT ... 16

3. Elusidasi Struktur Senyawa Hasil Reduksi Sinamaldehida ... 16

4. Reaksi Esterifikasi Senyawa Hasil Reduksi Sinamaldehida dengan

Benzoil Klorida ... 17

5. Analisis Senyawa Hasil Esterifikasi ... 17

6. Elusidasi Struktur Senyawa Hasil Esterifikasi ... 17

D. Teknik Analisis Data

1. Analisis Kualitatif ... 17

2. Analisis Kuantitatif ... 18

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Reaksi Reduksi Sinamaldehida

a. Hasil Reduksi Sinamaldehida ... 19

b. Kromatogram KLT Hasil Reduksi Sinamaldehid ... 19

c. Spektrum Senyawa Hasil Reduksi Sinamaldehida Menggunakan

Spektroskopi IR ... 20

d. Kromatogram dan Spektrum Massa Senyawa Hasil Reduksi

Sinamaldehida ... 22

(11)

a. Hasil Sintesis Esterifikasi ... 23

b. Kromatogram KLT Hasil Esterifikasi ... 23

c. Spektrum Senyawa Hasil Esterifikasi Menggunakan Spektroskopi IR ... 24

d. Kromatogram dan Spektrum Massa Senyawa Hasil Esterifikasi ... 25

B. PEMBAHASAN 1. Sintesis Senyawa Sinamil Alkohol a. Reduksi Sinamaldehida ... 27

b. Kromatogram KLT Hasil Reduksi Sinamaldehida ... 29

c. Spektrum IR Senyawa Sinamaldehida dan Senyawa Hasil Reduksi Sinamaldehida ... 29

d. Kromatogram dan Spektrum Massa Senyawa Hasil Reduksi Sinamaldehida ... 30

2. Sintesis Sinamil Benzoat a. Esterifikasi Sinamil Alkohol dan Benzoil Klorida ... 34

b. Kromatogram KLT Senyawa Hasil Esterifikasi ... 36

c. Spektrum IR Senyawa Hasil Esterifikasi ... 37

d. Kromatogram dan Spektrum Massa Senyawa Hasil Esterifikasi ... 37

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 41

B. Saran ... 41

DAFTAR PUSTAKA ... 42

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Daerah Serapan Gugus Fungsi Utama Pada Spektroskopi Infra

Merah ... 12

Tabel 2. Data Hasil Reaksi Reduksi Sinamaldehida dengan NaBH4 ... 19

Tabel 3. Daerah Serapan Senyawa Hasil Reduksi Sinamaldehida

Pada Spektrum IR ... 21 Tabel 4. Keterangan Kromatogram GC Senyawa Hasil Reduksi

Sinamaldehida ... 22

Tabel 5. Data Hasil Reaksi Sinamil Alkohol Esterifikasi Antara Sinamil

Alkohol dengan Benzoil Klorida ... 23

Tabel 6. Daerah Serapan Senyawa Hasil Esterifikasi Pada Spektrum IR ... 25

Tabel 7. Keterangan 5 Puncak Tertinggi Kromatogram GC Senyawa

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kulit Batang Kayu Manis ... 4

Gambar 2. Struktur Sinamaldehida ... 5

Gambar 3. Struktur Benzoil Klorida ... 5

Gambar 4. Mekanisme Reaksi Subtitusi Nukleofilik Asil Halida ... 6

Gambar 5. Struktur LiAlH4 (a) dan Struktur NaBH4 (b) ... 7

Gambar 6. Reaksi Antara Asam Karboksilat dengan Alkohol ... 9

Gambar 7. Reaksi Antara Alkohol dengan Asil Klorida ... 9

Gambar 8. Reaksi Pembentukan Ester dengan Piridina ... 9

Gambar 9. Reaksi Anhidrida Asam Dengan Alkohol ... 10

Gambar 10. KLT sinamaldehida dan Hasil Reduksi Sinamaldehida ... 19

Gambar 11. Spektrum IR Sinamaldehida ... 20

Gambar 12. Spektrum IR Senyawa Hasil Reduksi ... 21

Gambar 13. Kromatogram GC Senyawa Sinamaldehida ... 22

Gambar 14. Spektrum Massa Puncak Ke-5 Hasil Reduksi ... 23

Gambar 15. KLT Hasil Reduksi Sinamaldehida dan Hasil Esterifikasi ... 24

Gambar 16. Spektrum IR Hasil Esterifikasi ... 25

Gambar 17. Kromatogram GC Senyawa Hasil Esterifikasi ... 26

Gambar 18. Spektrum Massa Puncak Ke-14 Hasil Esterifikasi ... 26

Gambar 19. Prosedur Kerja Reduksi Sinamaldehida ... 48

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Perhitungan Mol Reaksi Reduksi Sinamaldehida dan

Reaksi Esterifikasi ... 46

Lampiran 2. Perhitungan Rendemen Senyawa Hasil Reaksi Reduksi Sinamaldehida dan Senyawa Hasil Esterifikasi ... 47

Lampiran 3. Diagram Alir Reaksi Reduksi Sinamaldehida ... 48

Lampiran 4. Diagram Alir Reaksi Esterifikasi ... 49

Lampiran 5. Spektrum IR Senyawa Sinamaldehida ... 50

Lampiran 6. Spektrum IR Senyawa Hasil Reaksi Reduksi Sinamaldehida ... 51

Lampiran 7. Spektrum IR Senyawa Hasil Esterifikasi ... 52

Lampiran 8. Kromatogram GC Senyawa Hasil Reduksi Sinamaldehida ... 53

Lampiran 9. Spektrum Massa Puncak ke-5 Senyawa Hasil Reduksi Sinamaldehida ... 54

Lampiran 10. Kromatogram GC Senyawa Hasil Esterifikasi ... 55

Lampiran 11. Spektrum Massa Puncak ke-14 Senyawa Hasil Esterifikasi .. 56

(15)

SINTESIS SINAMIL BENZOAT MELALUI REAKSI ESTERIFIKASI ANTARA BENZOIL KLORIDA DAN SINAMIL ALKOHOL HASIL

REDUKSI SINAMALDEHIDA

Oleh :

Maghisya Tri Oktanni NIM 11307144031

Pembimbing: C Budimarwanti, M.Si

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mensintesis senyawa sinamil benzoat melalui reaksi esterifikasi antara asam asetat dengan sinamil alkohol hasil reduksi sinamaldehida.

Penelitian ini dimulai dengan mereduksi sinamaldehida menjadi sinamil

alkohol menggunakan reduktor NaBH4 pada suhu kamar. Hasil reduksi

sinamaldehida direaksikan dengan benzoil klorida dan piridina pada suhu kamar selama 4 jam. Senyawa hasil reduksi sinamaldehida dan hasil reaksi esterifikasi diidentifikasi dengan menggunakan KLT, Spektrofotometer IR, dan spektrofotometer GC-MS.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa reduksi sinamaldehida menghasilkan cairan berwarna kuning jerami yang mengandung sinamil alkohol dengan kadar 81,31% dan rendemen 63,94%. Hasil reaksi esterifikasi antara benzoil klorida dan sinamil alkohol menghasilkan cairan cokelat yang mengandung sinamil benzoat dengan kadar 12,44% dan rendemen 5,78%.

(16)

SYNTHESIS OF CINNAMYL BENZOATE THROUGH ESTERIFICATION BETWEEN BENZOYL CHLORIDE AND CINNAMYL ALCOHOL FROM REDUCTION PRODUCT OF

CINNAMALDEHYDE

By :

Maghisya Tri Oktanni NIM 11307144031

Supervisor: C Budimarwanti, M.Si

ABSTRACT

The purpose of the experiment was to synthesis cinnamyl benzoate through esterification reaction between benzoyl chloride and cinnamyl alcohol from reduction product of cinnamaldehyde.

This research was started by reducing cinnamaldehyde to cinnamyl

alcohol using NaBH4 reductor at room temperature. Then, the reduction

product of cinnamaldehyde reacted with benzoyl chloride through esterification reaction using pyridine at room temperature for 4 hours. The product of reduction and esterification was characterized by TLC, IR spectrometer, and GC-MS spectrometer.

The result of this research shows that reduction of cinnamladehyde produced yellow liquor that contain cinnamyl alcohol with content 81.31% and 63.94% randemen. The result of esterification reaction between benzoyl chloride and cinnamyl alcohol produce brown liquor that contain cinnamyl benzoate with content 12.44% and 5.78% randemen.

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Minyak atsiri atau yang dikenal sebagai minyak eteris (aetheric oil),

adalah kelompok besar minyak nabati yang merupakan bahan dasar dari

wangi-wangian atau minyak gosok. Dalam perdagangan minyak atsiri dikenal

sebagai bibit minyak wangi (Ruslan Harris, 1987: 1). Indonesia merupakan

salah satu penghasil minyak atsiri terkemuka di dunia. Saat ini Indonesia

telah mengekspor beberapa minyak atsiri antara lain minyak cengkeh, minyak

adas, minyak sereh, minyak pala, minyak kayu manis, dan minyak akar

wangi. Usaha untuk meningkatkan nilai tambah minyak atsiri yaitu dengan

mengisolasi komponen-komponen penyusunnya dan kalau memungkinkan

diubah menjadi turunannya yang lebih berguna (Finnen, 1987:130).

Sinamaldehida merupakan komponen utama minyak kayu manis

(Guenther,1990: 1). Sinamaldehida merupakan senyawa yang memiliki gugus

fungsi aldehida dan alkena terkonjugasi cincin benzena. Penelitian Ping dkk.

(2010) menyebutkan bahwa minyak kayu manis memiliki efek antidiabetes

pada tikus, sedangkan komponen yang terkandung dalam minyak kayu manis

adalah sinamaldehida (42-75%), sinamil asetat, karyofilen, linalool, eugenol.

Sinamaldehida yang terkandung dalam minyak kayu manis bermanfaat

sebagai antidiabetes (Prasetya dan Ngadiwiyana, 2006: 1).

Sinamaldehida memiliki gugus fungsional aldehida, maka dapat

dilakukan reaksi reduksi menggunakan reduktor, misalnya dengan NaBH4

atau dengan LiAlH4 menjadi sinamil alkohol. Terdapat 2 bentuk konformasi

dari struktur sinamaldehida yaitu trans-sinamaldehida dan cis-sinamaldehida

(Egawa, et al., 2003:7 )

Sinamil alkohol merupakan suatu senyawa organik yang memiliki

gugus fungsi –OH dan apabila direaksikan dengan suatu asil halida dengan

bantuan piridina melalui reaksi esterifikasi akan menghasilkan suatu senyawa

(18)

esterifikasi antara sinamil alkohol dengan suatu asil halida ini bertujuan untuk

mengikat hasil samping yaitu HCl, supaya tidak bereaksi dengan alkohol.

Reaksi esterifikasi memiliki banyak keunggulan, diantaranya adalah persen

hasil yang didapatkan relatif banyak. Selain itu, prosedur untuk melakukan

reaksi esterifikasi tidak terlalu sulit.

Sinamil benzoat merupakan senyawa antimycotic yang disintesis dari

reaksi esterifikasi antara benzoil klorida dengan sinamil alkohol dengan

bantuan piridina dan hasilnya cairan berwarna oranye yang mempunyai titik

didih 37°C (Tomohide Koga , et al., 1993: 524)

Penelitian bertujuan untuk mensintesis senyawa sinamil alkohol dari

reduksi sinamaldehida dengan menggunakan natrium borohidirda, dan

mensintesis senyawa sinamil benzoat melalui reaksi esterifikasi senyawa

sinamil alkohol hasil reduksi sinamaldehida dengan benzoil klorida. Hasil

reaksi reduksi sinamaldehida dan reaksi esterifikasi yang diperoleh

diidentifikasi dengan KLT, spektroskopi IR, spektroskopi GC-MS.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat

diidentifikasi beberapa maslah sebagai berikut:

1. Sumber senyawa sinamaldehida yang akan direduksi

2. Reduktor yang digunakan untuk mereduksi senyawa sinamaldehida

3. Metode yang digunakan untuk sintesis sinamil benzoat

4. Metode karakterisasi senyawa hasil reduksi sinamaldehida dan senyawa

hasil reaksi esterifikasi.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan dari identifikasi masalah diatas dilakukan pembatasan

masalah pada penelitian ini, yaitu:

1. Senyawa sinamaldehida yang direduksi adalah sinamaldehida p.a

Merck

2. Reduktor yang digunakan untuk mereduksi senyawa sinamaldehida

(19)

3. Metode yang digunakan untuk sintesis sinamil benzoat melalui reaksi

esterifikasi antara sinamil alkohol hasil reduksi sinamaldehida dengan

benzoil klorida

4. Metode analisis instrumentasi yang digunakan adalah KLT,

spektroskopi IR, spektroskopi GC-MS.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, dapat dirumuskan masalah

sebagai berikut:

1. Apakah senyawa sinamil alkohol dapat disintesis melalui reaksi

reduksi sinamaldehida menggunakan NaBH4?

2. Apakah senyawa sinamil benzoat dapat disintesis melalui reaksi

esterifikasi antara benzoil klorida dengan sinamil alkohol hasil reduksi

sinamaldehida?

E. Tujuan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mensintesis senyawa sinamil alkohol dari reduksi sinamaldehida

menggunakan NaBH4.

2. Mensintesis senyawa sinamil benzoat melalui reaksi esterifikasi antara

benzoil klorida dengan sinamil alkohol hasil reduksi sinamaldehida.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini antara lain :

1. Mempelajari mekanisme reaksi reduksi dan esterifikasi

2. Mengetahui karakter senyawa hasil esterifikasi antara benzoil klorida

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori 1. Sinamaldehida

Sinamaldehida adalah komponen utama dalam minyak kayu manis. Di

dunia kedokteran, sinamaldehida diketahui memiliki sifat anti agregasi

platelet dan sebagai vasodilasator secara in vitro. Platelet adalah kolesterol

yang menempel pada pembuluh darah. Agregasi (pengumpulan) platelet

menyebabkan terjadinya aterosklerosis atau lemak mengeras di pembuluh

arteri. Selain itu, minyak kayu manis banyak digunakan dalam industri

makanan, minuman, dan kosmetika sebagai pemberi rasa dan aroma (Smith,

1986).

Gambar 1. Kulit Batang Kayu Manis

(Sumber : http://kayu-manis.com/manfaat-kayu-manis/)

Sinamaldehida terdapat pada kulit kayu manis (Cinnamomum verum)

atau lebih dikenal sebagai kayu manis, ialah sejenis pohon penghasil

rempah-rempah. Sejak abad ke-16, kayu manis telah digunakan sebagai bumbu

masak. Kayu manis merupakan rempah-rempah dalam bentuk kulit kayu yang

biasa dimanfaatkan masyarakat Indonesia dalam kehidupan sehari-hari.

Selain sebagai penambah cita rasa masakan, sejak dulu kayu manis dikenal

punya berbagai khasiat. Bahkan, kayu manis saat ini sudah menjadi bagian

dari bahan baku dalam industri jamu dan kecantikan. Selain itu, kayu manis

(21)

(vertigo), masuk angin, diare, perut kembung, muntah-muntah, susah buang

air besar, asma, sariawan, peluruh keringat (diaforetik), peluruh kentut

(karminatif), meningkatkan nafsu makan dan menghilangkan sakit.(Siamala

Munusamy, 2012).

Sinamaldehida merupakan senyawa yang memiliki gugus fungsi

aldehida dan alkena terkonjugasi cincin benzen. Sinamaldehida memiliki 2

bentuk konformasi yaitu trans-sinamaldehida dan cis sinamaldehida.

Kelimpahan relatif dari cis-sinamaldehida sebesar 22% dan

trans-sinamaldehida sebesar 78%. Secara umum struktur dari trans-sinamaldehida dapat

dilihat dalam Gambar 2.

Gambar 2. Struktur Sinamaldehida

2. Senyawa Benzoil Klorida

Benzoil klorida dengan rumus molekul C6H5COCl merupakan salah

satu senyawa turunan asam benzoat. Gugus OH pada asam benzoat diganti

dengan halida Cl (asil klorida). Asil klorida merupakan senyawa yang paling

reaktif diantara senyawa turunan asam karboksilat lainnya (Riswiyanto, 2009:

294). Gambar 3 berikut ini adalah struktur benzoil klorida.

Gambar 3. Struktur Benzoil Klorida

Benzoil klorida merupakan salah satu golongan asil halida. Asil

halida merupakan senyawa yang paling reaktif dan senyawa ini dapat

bereaksi dengan bermacam-macam nukleofil (Sabirin Matsjeh, et. al, 1993:

430). Reaksi dengan asil halida biasanya tidak memerlukan katalis. Reaksi

(22)

yaitu adisi nukelofilik pada gugus karbonil kemudian diikuti eliminasi pada

ion klorida (Fessenden dan Fessenden, 1998: 641). Gambar 4 berikut

menggambarkan mekanisme reaksi subtitusi nukleofilik asil halida

R C

O

X

+ Nu

O

C Nu X

R R C

O

Nu

+ X : .. : : .. : .. :

-Gambar 4. Mekanisme Reaksi Subtitusi Nukelofilik Asil Halida

Sifat fisika dan kimia benzoil klorida adalah sebagai berikut (MSDS

Sigma Aldrich & Merck Millipore) :

Bentuk : Cair

Berat molekul : 140,57 g/mol

Titik didih : 197,2 o

C (387 o

F)

Titik beku : -1 oC (30,2 oF)

Tekanan uap : 0,1 kPa (pada20 oC)

Titik leleh : -0,6 oC

Kelarutan dalam air : 20 o

C (penguraian)

Densitas : 1,21 g/cm3 (20 o

C)

3. Reaksi Reduksi

Reduksi senyawa organik umumnya berkaitan dengan bertambahnya

hidrogen atau berkurangnya oksigen (Solomons, 1988: 683). Reaksi reduksi

berlangsung dengan penurunan tingkat bilangan oksidasi dan penangkapan

elektron. Proses reduksi didefinisikan sebagai konversi suatu atom dari

tingkatan oksidasi yang lebih tinggi ke tingkatan oksidasi yang lebih rendah

(Sastrohamidjojo, 2009: 122). Reduksi senyawa aldehida melalui hidrogenasi

katalitik atau dengan hidrida logam akan meghasilkan alkohol primer,

sedangkan reduksi keton akan menghasilkan alkohol sekunder. Alkohol

(23)

Dua senyawa hidrida logam yang biasa digunakan adalah litium aluminium

hidrida dan natrium borohidrida (Carey, 2008: 622-626). Reaktifitas litium

aluminium hidrida dan natrium borohidrida sangat berbeda. Gambar 5 berikut

ini adalah struktur litium aluminium hidrida dan natrium borohidrida :

Li H Al

H

H

H

+

-

Na H B

H

H

H

+

-(a) (b)

Gambar 5 (a) Struktur LiAlH4 dan (b) Struktur NaBH4

a. Litium Aluminium Hidrida

Reduksi dengan LiAlH4 harus dilakukan dalam larutan anhidrat

(Solomons, 1988:687). LiAlH4 jauh lebih reaktif dibandingkan dengan

NaBH4. Agen pereduksi ini bereaksi hebat dengan air dan alkohol, sehingga

setiap reaksi dengan LiAlH4 tidak boleh melibatkan pelarut air maupun

alkohol (Clark, 2004).

b. Natrium Borohidrida

Natrium borohidrida merupakan agen pereduksi yang lebih lemah

daripada litium aluminium hidrida. Reaksi menggunakan natrium

borohidrida dapat dilakukan pada pelarut air atau alkohol. Untuk mereduksi

aldehida atau keton, dipilih natrium borohidrida karena lebih mudah

penanganannya dan tidak reaktif terhadap air (Fessenden dan Fessenden,

1998: 570). Natrium borohidrida memiliki nama ilmiah natrium boro tetra

hidrida. Senyawa tersebut merupakan padatan berwarna putih, tidak berbau,

bersifat basa (pH=11) dengan berat jenis 1,07 g/cm3

(Merck milipore,

2012).

Reaksi yang terjadi ketika aldehida direduksi dengan NaBH4 secara

keseluruhan adalah

(24)

langkah kunci dalam reduksi senyawa karbonil baik menggunakan LiAlH4

maupun NaBH4 adalah transfer ion hidrida dari logam ke karbon karbonil.

Ion hidrida ini bertindak sebagian nukleofil (Solomons, 1988: 687).

Berikut ini mekanisme reaksi yang terjadi (James, 2015):

1. Langkah pertama adalah penyerangan karbonil aldehida oleh ion

hidrida.

H O

H B

H

H

H H

O

H

+ Na+ + BH3 Na+

:

..

: :

..

-2. Langkah kedua adalah penambahan asam, oksigen terprotonasi untuk

membentuk alkohol primer netral. Ion hidrogen sebenarnya melekat pada

molekul air sebagai H3O

+

.

H O

H

: :

..

-H2O H

+

H OH

H + H2O

 

4. Reaksi Esterifikasi

Ester adalah suatu senyawa yang mengandung gugus –COOR dengan

R dapat berbentuk aril maupul alkil. Suatu ester dapat dibentuk dengan reaksi

esterifikasi berkatalis asam (Riswiyanto, 2009). Reaksi esterifikasi dapat di

golongkan menjadi 3 yaitu :

a. Reaksi antara asam karboksilat dengan suatu alkohol

Reaksi antara asam karboksilat dengan alkohol ini menggunakan katalis

asam untuk membentuk suatu ester (Fessenden dan Fessenden, 1988: 87).

(25)

R C O

OH + R

'

OH R C + H2O

O

OR

'

Ester

Asam Karboksilat Alkohol

Gambar 6. Reaksi Antara Asam Karboksilat Dengan Alkohol

Laju esterifikasi suatu asam karboksilat bergantung pada halangan

sterik dalam alkohol dan asam karboksilatnya. Kuat asam dari asam

karboksilat hanya memainkan peranan kecil dalam laju pembentukan ester

(Fessenden dan Fessenden, 1982).

b. Reaksi antara asil klorida dengan suatu alkohol

Reaksi antara klorida asam dengan alkohol dikenal dengan nama

alkoholis. Reaksi esterifikasi klorida asam dengan alkohol sangat dipengaruhi

oleh hambatan ruang (sterik hinderence). Urutan kereaktivitasan alkohol

dalam reaksi esterifikasi alkohol dengan klorida asam adalah alkohol 1o>

alkohol 2o

> alkohol 3o

(Riswiyanto, 2009: 295). Gambar 7 adalah reaksi

antara alkohol dan asil klorida dengan piridina.

ROH + R'CCl + N R'COR + NH Cl

O O

Gambar 7. Reaksi Antara Alkohol Dengan Asil Klorida

Gambar 8 adalah mekanisme reaksi pembentukan ester menggunakan

piridina. R C Cl Cl + R-OH R' C OR O Cl

R' C OR

O

+ H Cl N

C O

R' OR +

N H Cl .. : .. .. : .. .. ..

(26)

c. Reaksi antara suatu anhidrida asam dengan alkohol

Reaksi dengan anhidrida asam berlangsung lebih lambat dibandingkan

reaksi dengan asil klorida dan biasanya campuran reaksi yang terbentuk perlu

dipanaskan (Fessenden dan Fessenden, 1982). Berikut ini adalah reaksi

antara suatu anhidrida asam dengan alkohol.

R C

O

O C

O

R + R

'

OH R C

O

OR

'

R C

O

OH

Anhidrida Alkohol Ester

Asam Karboksilat +

Gambar 9. Reaksi Anhidrida Asam Dengan Alkohol

5. Kromatografi lapis Tipis (KLT)

Kromatografi lapis tipis (KLT) merupakan salah satu jenis

kromatografi analitik, KLT sering digunakan untuk identifikasi awal, karena

keuntungan menggunakan KLT yaitu murah dan sederahana. (Khopkar,

2008:164). Kromatografi lapis tipis dapat memisahkan senyawa dengan

kecepatan tinggi, sensitif, dan mudah untuk memperoleh kembali

senyawa-senyawa yang terpisahkan. Adsorben dilapiskan pada lempeng kaca yang

berperan sebagai penunjang fase diam. Fase gerak akan merayap pada fase

diam sehingga terbentuk kromatogram (Khopkar, 2008: 164). Bila pelarut

telah mencapai batas akhir pada plat. Pelarut dibiarkan menguap pada plat

kemudian diidentifikasi dengan cara fisika dan kimia (Hardjono

Sastrohamidjojo, 2007: 27). Dalam mengidentifikasi noda-noda dapat

menggunakan harga Rf (retordation factor) yang didefinisikan sebagai

Rf = ����� ������ ��������

����� ������ �����

Faktor yang mempengaruhi gerakan noda dan harga Rf antara lain

(Sastrohamidjojo, 2007: 35-36):

(27)

b. Sifat penyerap dan derajat aktivitasnya (biasanya aktivitas dicapai

dengan pemanasan dalam oven),

c. Ketebalan dan kerataan lapisan penyerap,

d. Derajat kemurnian pelarut (fasa gerak),

e. Derajat kejenuhan dari uap dalam bejana pengembang,

f. Teknik percobaan,

g. Jumlah cuplikan yang digunakan (noda berlebihan memungkinkan

terbentuk ekor dan efek ketidakseimbangan lainnya sehingga dapat

mengakibatkan kesalahan pada harga Rf),

h. Suhu,

i. Kesetimbangan.

6. Spektroskopi IR

Spektroskopi inframerah merupakan metode analisis baik kualitatif

maupun kuantitatif yang didasarkan atas serapan radiasi infamerah. Radiasi

inframerah memiliki panjang gelombang radiasi dari 0,78 sampai 1000 μm

atau bilangan gelombang dari 12800 sampai 10 cm-1. Spektrum inframerah

dikelompokkan atas dasa spektrum inframerah dekat dengan bilangan

gelombang 6000 sampai 2000 cm-1

. Spektrum inframerah jauh dengan

bilangan 2000 sampai 10 cm-1. Akan tetapi yang lebih sering diapakai adalah

inframerah dengan bilangan gelombang 4000 sampai 670 cm-1

( I Wayan

Muderawan, 2009).

Berdasarkan intensitasnya pita-pita inframerah dalam sebuah

spektrum dikelompokkan menjadi 3 yaitu kuat (s, strong), sedang (m,

medium), dan lemah (w, weak). Suatu pita lemah yang tumpang tindih dengan

pita kuat disebut bahu (sh, shoulder) (Fessenden dan Fessenden, 1986: 316).

Informasi mengenai struktur suatu senyawa dapat diperoleh dari analisis

daerah vibrasi suatu spektrum IR. Spektrum IR adalah gambar antara persen

transmitasi (%T) lawan bilangan gelombang (Sitorus, 2009: 34). Ada

beberapa faktor yang mempengaruhi frekuensi vibrasi yaitu (Kemp, 1975:

(28)

a. Penggabungan (couple) vibrasi,

b. Ikatan hidrogen,

c. Efek elektronik,

d. Konjugasi menurunkan frekuensi C=O str dan C=C str, apakah

konjugasi menghasilkan α, β atau cincin armoatik,

e. Sudut ikatan,

f. Efek medan.

Tabel 1 berikut ini merupakan daerah serapan gugus fungsi utama

pada spektroskopi inframerah (Field, et. al, 2008) :

Tabel 1. Daerah serapan gugus fungsi utama pada spektroskopi

inframerah

Gugus fungsi ν (cm-1) Intensitas

C=O Aldehida 1740-1720 Kuat

C=O Asam karboksilat 1725-1700 Kuat

C=O Ester 1735-1750 Kuat

C-O Ester 1300-1000 Kuat

-OH alkohol, fenol 3650-3600 Sedang

-C-H Aromatik 3159-3050 Kuat

C=C Aromatik 1650-1450 Lemah

-CH3 1450-1375 Sedang

-CH2- 1465 Sedang

Aldehida 2900-2800

2800-2700

Lemah

Lemah

Alkena 3100-3000

1000-650

Sedang

Kuat

Aromatik 3159-3050

900-690

Kuat

Kuat

(29)

7. Spektroskopi Massa

Spektroskopi massa adalah suatu metode analisis dimana molekul

terion kemudian ion-ion terpisah berdasarkan massanya. Teknik ini

digunakan untuk mengetahui berat molekul dan rumus molekul. Selain itu

juga dapat memberikan informasi tentang struktur molekul. Spektra massa

melibatkan dua proses yang berbeda. Pertama adalah ionisasi sampel,

kemudian diikuti pemisahan dan deteksi ion-ion (Pine, 1987: 1120).

Pada spektroskopi massa molekul organik ditembak dengan berkas

elektron bertenaga tinggi sehingga molekul organik berubah menjadi ion-ion

bermuatan positif yang disebut sebagai ion induk. Ion induk dapat pecah

menjadi ion-ion yang lebih kecil lagi menjadi ion anak, proses ini sering

disebut fragmentasi (Sastrohamidjojo, 2007: 163). Proses fragmentasi dari

radikal kation akan menghasilkan fragmen netral dan fragmen bermuatan

positif. Lepasnya elektron dan molekul menghasilkan radikal kation dan

proses ini dinyatakan sebagai M M+.

M+ m1

+

+ m2

.

atau m1

+.

+ m2

Spektrum massa merupakan gambar antara limpahan reaktif lawan

perbandingan massa/muatan (m/e). Partikel-partikel netral yang dihasilkan

dalam fragmentasi, yaitu molekul tak bermuatan (m2) atau radikal (m2

.) tidak

dapat dideteksi dalam spektrometer massa (Hardjono, 2007: 163).

Pemecahan/fragmentasi ion molekuler terjadi bila tenaga yang digunakan

untuk menumbuk lebih besar dari pada tenaga berkas elektron (10-15 eV),

biasanya tenaga yang digunakan adalah 70 eV (Hardjono, 2007: 167).

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Aning Riwanti (2014) dengan

mereduksi senyawa vanilin menggunakan reduktor NaBH4. Produk yang

(30)

Penelitian ini relevan pada penggunaan reduktor NaBH4 dan kondisi reaksi

yang digunakan.

Penelitian yang telah dilakukan oleh Titik Taufikkurohmah (2005)

yang telah berhasil mensintesis p-Metoksisinamil p-Metoksisinamat

((PMS)2O) melalui reaksi esterifikasi antara asil klorida PMS-Cl dengan

alkohol PMS-OH. Penelitian ini relevan pada penggunaan asil klorida dengan

suatu alkohol.

Penelitian yang dilakukan oleh Asep Riswoko (2006) yang telah

menghasilkan selulosa ester melalui reaksi esterifikasi antara selulosa dengan

gugus asil klorida dengan bantuan piridina pada suhu 50-80oC. Penelitian ini

relevan dengan penggunaan piridina untuk mengikat HCl agar tidak bereaksi

dengan alkohol.

C. Kerangka Berfikir

Senyawa sinamil benzoat merupakan senyawa ester. Sinamil benzoat

diperoleh dari hasil reaksi esterifikasi antara sinamil alkohol hasil reduksi

sinamaldehid dengan benzoil klorida dengan bantuan basa lemah seperti

piridina. Sinamil alkohol didapatkan dengan mereduksi gugus aldehida pada

sinamldehida. Reduktor yang digunakan untuk mereduksi adalah NaBH4.

Pada penelitian ini diawali dengan reduksi sinamaldehida menjadi

sinamil alkohol dengan menggunakan reduktor NaBH4. Hasil dari reduksi ini

kemudian diidentifikasi dengan menggunakan KLT, spektroskopi IR, dan

spektroskopi GC-MS. Tahap berikutnya yaitu sintesis sinamil benzoat, sintesis

ini dilakukan antara sinamil alkohol hasil reduksi sinamaldehida dengan

benzoil klorida menggunakan piridina. Cairan hasil esterifikasi ini di

identifikasi dengan menggunakan KLT, spektroskopi IR, dan spektroskopi

(31)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek penelitian

Subjek penelitian ini adalah senyawa ester turunan benzoat hasil

esterifikasi sinamil alkohol dengan benzoil klorida.

2. Objek penelitian

Objek penelitian ini adalah karakteristik senyawa ester turunan benzoat

hasil esterifikasi sinamil alkohol dengan benzoil klorida.

B. Alat dan Bahan Penelitian 1. Alat penelitian

1. Spektrofotometer GC-MS Shimadzu QP-2010S

2. Spektrofotometer IR Shimadzu 8201PC

3. Satu set alat refluks

4. Satu set alat KLT

5. Neraca analitik

6. Spatula

7. Aluminium foil

8. Kertas saring

9. Alat-alat gelas laboratorium

2. Bahan-bahan penelitian

1. Sinamaldehida p.a. Merck

2. Benzoil klorida Em.801804

3. Piridina p.a Merck

4. Etanol absoult p.a. Merck

5. NaBH4 p.a Merck

(32)

7. HCl p.a Merck

8. CH2CL2 p.a. Merck

9. CaCl2 p.a Merck

10.Akuades

11.Plat KLT Merck Si gel 60 GF254

C. Prosedur Penelitian

1. Reduksi Sinamaldehida Menggunakan Natrium Borohidirida

Sinamaldehida sebanyak 10,56 gram (0,08 mol) dimasukkan dalam

labu leher tiga 250 mL yang dilengkapi dengan water bath dan pengaduk

magnet. Sebanyak 0,76 gram (0,02 mol) NaBH4 dilarutkan dalam 40 mL

etanol absolut dan dimasukkan ke dalam labu leher tiga. Campuran diaduk

selama 40 menit menggunakan magnetic stirrer pada suhu kamar.

Kemudian campuran diasamkan dengan HCl 6 M disertai pengadukan

sampai pH = 4,5. Campuran kemudian disaring sehingga didapatkan

residu dan filtrat. Filtrat yang diperoleh kemudian diekstraksi tiga kali,

masing-masing menggunakan CH2Cl2 sebanyak 15 mL. Fasa organik

dikeringkan dengan CaCl2 kemudian disaring. Filtrat disimpan untuk

dilakukan karakterisasi.

2. Analisis Senyawa Hasil Reduksi Dengan KLT

Hasil reduksi sinamaldehida dan sinamaldehida sebagai

pembanding, ditotolkan pada lempeng silika gel. Pengembangan dilakukan

di dalam chamber yang telah dijenuhi kloroform : n-heksana (2:1). Noda

dilihat di bawah lampu UV, ditandai, kemudian dihitung Rf

masing-masing noda.

3. Elusidasi Struktur Senyawa Hasil Reduksi

Senyawa hasil reduksi sinamaldehida dikarakterisasi dengan

(33)

4. Esterifikasi Senyawa Hasil Reduksi Sinamaldehida Dengan Benzoil Klorida

Sebanyak 2,03 gram (0,015 mol) filtrat reduksi sinamaldehida dan

2,11 gram (0,015 mol) benzoil klorida dimasukkan dalam labu leher tiga

yang dilengkapi dengan magnetic stirrer, campuran diaduk selama 20

menit pada suhu kamar . Kemudian dimasukkan tetes demi tetes piridina

sebanyak 5 mL, campuran direfluk selama 4 jam. Setelah refluk selesai,

kemudian campuran tersebut ditambahkan dietil eter 3 mL dan aquades 3

mL dan diekstraksi. Campuran tersebut akan membentuk 2 lapisan,

Lapisan bagian atas diambil dan dicuci dengan aquades 3 mL sebanyak 3

kali. Kemudian dimasukkan ke dalam rotary evaporator dan setelah

selesai hasilnya disimpan untuk di lakukan identifikasi.

5. Analisis Senyawa Hasil Esterifikasi Menggunakan KLT

Hasil esterifikasi dan hasil reduksi sinamaldehida sebagai

pembanding, ditotolkan pada lempeng silika gel. Pengembangan dilakukan

di dalam chamber yang telah dijenuhi kloroform : n-heksana (2:1). Noda

dilihat di bawah lampu UV dan ditandai, kemudian dihitung Rf

masing-masing noda.

6. Elusidasi struktur senyawa hasil esterifikasi

Senyawa hasil esterifikasi dikarakterisasi dengan menggunakan

spektroskopi IR dan GC-MS.

D. Teknik Analisis Data 1. Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif pada penelitian ini dilakukan dengan :

a. KLT untuk mengetahui pemisahan senyawa yang terbentuk dengan

membandingkan antara senyawa produk dengan pereaksi.

b. Spektroskopi IR untuk mengetahui gugus fungsional yang terdapat

pada senyawa.

c. Spektroskopi GC-MS untuk mengetahui masssa molekul relatif,

(34)

2. Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif bertujuan untuk mengetahui persen rendemen

senyawa yang dihasilkan. Perhitungan rendemen sinamil alkohol hasil

reduksi sinamaldehida dan sinamil benzoat hasil esterifikasi sinamil

alkohol dengan benzoil klorida adalah sebagai berikut (Winarto, 2013: 36)

% ��������= 

�����  ���� ℎ���� ����������

(35)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN

1. Reduksi Sinamaldehida a. Hasil Reduksi Sinamaldehida

Reaksi reduksi sinamaldehida menggunakan reduktor natrium

borohidrida menghasilkan senyawa sinamil alkohol. Sinamaldehida yang

digunakan sebanyak 10,56 gram (0,08 mol) dan natrium borohidrida

sebanyak 0,76 gram (0,02 mol). Berikut ini data hasil reaksi reduksi

sinamaldehida dengan menggunakan reduktor NaBH4 disajikan pada Tabel 2

[image:35.595.192.443.340.451.2]

berikut ini:

Tabel 2. Data Hasil Reaksi Reduksi Sinamaldehida dengan NaBH4

Parameter Hasil Pengamatan

Bau Harum

Berat 8,43 gram

Warna Kuning Jerami

Wujud Cair

b. Kromatogram Hasil Reduksi Sinamaldehida

Identifikasi hasil reduksi sinamaldehida dengan menggunakan

KLT. Eluen yang digunakan yaitu kloroform : n-heksana dengan

perbandingan 2 : 1 seperti yang ditunjukkan pada Gambar 10.

Gambar 10. Kromatogram hasil Sinamaldehida dan Hasil Reduksi

Sinamaldehida

Keterangan

Noda no 1 = Sinamaldehida

Noda no 2 = Hasil Reduksi

Sinamaldehida

(36)

Nilai Rf untuk noda no 1 adalah

Rf 1 = !,! !"

! !" = 0,84 

Nilai Rf untuk noda no 2 adalah

Rf 2 =!,!" !"

! !" = 0,55

c. Spektrum IR Senyawa Hasil Reduksi Sinamaldehida

Gugus fungsi pada senyawa sinamaldehida dapat diidentifikasi dengan

melihat spektrum IR seperti yang ditunjukkan pada Gambar 11 dan hasil

[image:36.595.115.515.311.521.2]

reduksi sinamaldehida ditunjukkan pada Gambar 12.

Gambar 11. Spektrum IR Senyawa Sinamaldehida

(37)
[image:37.595.119.498.82.336.2]

Gambar 12. Spektrum IR Senyawa Hasil Reduksi Sinamaldehida

Berdasarkan hasil analisis dari spektrum IR tersebut, senyawa

sinamaldehida dan senyawa hasil reduksi sinamaldehida memiliki beberapa

gugus fungsi seperti yang ditunjukkan Tabel 3.

Tabel 3. Daerah serapan senyawa hasil reduksi sinamaldehida pada spektrum IR

Bilangan gelombang (cm-1

)

Gugus Fungsi

Sinamaldehida Hasil Reduksi

Sinamaldehida 2816,64 dan

2743,56 (lemah) - C-H aldehida

1492,70 1411,89 C=C aromatik

1625,43 1658,78 C=C alkena

- 3379,29 (melebar) O-H alkohol

3059,76 3857,63 =C-H aromatik

- 2900,94 dan 2978,09 C-H alkana

[image:37.595.116.505.494.721.2]
(38)

d. Kromatogram dan Spektrum Massa Senyawa Hasil Reduksi Sinamaldehida

Kromatogram GC senyawa hasil reduksi sinamaldehida ditunjukkan

[image:38.595.126.505.153.324.2]

oleh puncak ke-5 yang ditunjukkan pada Gambar 13.

Gambar 13. Kromatogram GC Senyawa Hasil Reduksi Sinamaldehida

Tabel 4. Keterangan Kromatogram GC Senyawa Hasil Reduksi Sinamaldehida

Puncak Retention Time

(Rt)

% area Perkiraan Senyawa

1 6,582 1,56 1-fenil-2-propena

2 13,395 1,24 Sinamil format

3 17,301 2,78 Sinamaldehida

4 17,883 2,54 3-kloro-1-propenil

5 19,585 81,31 Sinamil alkohol

6 21,081 2,52 1-fenil-1-propanol

7 35,596 2,23 3-fenil-1-pentena

8 35,897 1,40 Benzene,

(metilensiklopropil)

9 37,947 0,82 9,12-oktadekadien-1-ol

10 40,088 3,61 Benzenetanol

Sedangkan fragmentasi senyawa hasil reduksi sinamaldehida pada

puncak ke-5 dengan waktu retensi 19,585 menit ditunjukkan oleh

spektrum massa pada Gambar 14.

1

2  34  5 

78  9 

[image:38.595.127.499.367.646.2]
(39)
[image:39.595.119.504.85.194.2]

Gambar 14. Spektrum Massa Puncak ke-5 Senyawa Hasil Reduksi Sinamaldehida

2. Sintesis Senyawa Sinamil Benzoat a. Hasil Sintesis Esterifikasi

Reaksi esterifikasi menggunakan sinamil alkohol dan benzoil klorida

dengan bantuan piridina menghasilkan senyawa ester sinamil benzoat.

Sinamil alkohol yang digunakan sebanyak 2,03 gram (0,015 mol) dan benzoil

klorida yang digunakan sebanyak 2,11 gram (0,015 mol). Hasil sintesis

ditunjukkan pada Tabel 5.

Tabel 5. Data Hasil Rekasi Esterifikasi Sinamil Alkohol dengan Benzoil

Klorida

Parameter Hasil Pengamatan

Bau Menyengat

Berat 1,66 gram

Warna Cokelat

Wujud Cair

b. Kromatogram Hasil Esterifikasi

Identifikasi hasil esterifikasi dengan menggunakan KLT. Eluen yang

digunakan yaitu kloroform : n-heksana dengan perbandingan 2 : 1 di

[image:39.595.186.443.443.560.2]
(40)
[image:40.595.164.264.131.336.2]

 

Gambar 15. Kromatogram Hasil Reduksi Sinamaldehida dan Hasil

Esterifikasi

Nilai Rf untuk noda no 1 adalah

Rf 1 = !,! !"

! !" = 0,76 

Nilai Rf untuk noda no 2 adalah

Rf 2 =!,! !"

! !" = 0,3

c. Spektrum Senyawa Hasil Esterifikasi Menggunakan Spektroskopi IR

Gugus fungsi pada hasil esterifikasi dapat diidentifikasi dengan

melihat spektrum IR yang ditunjukkan oleh Gambar 16. Keterangan

Noda no 1 = Hasil esterifikasi

Noda no 2 = Hasil reduksi

sinamaldehida

(41)

Gambar 16. Spektrum IR Senyawa Hasil Esterifikasi

Berdasarkan hasil dari spektrum tersebut, senyawa hasil esterifikasi

[image:41.595.116.493.88.264.2]

memiliki beberapa gugus fungsi seperti yang ditunjukkan Tabel 6.

Tabel 6. Daerah Serapan Senyawa Hasil Esterifikasi Pada Spektrum IR

Bilangan gelombang (cm-1)

Hasil esterifikasi Gugus Fungsi

1276,87 C-O-C

1716,15 C=O Karbonil

1450,32 C=C Aromatik

1600,61 C=C Alkena

3030,56 dan 3061,66 =C-H Aromatik

2980,04 C-H Alkana

d. Kromatogram dan Spektrum Massa Senyawa Hasil Esterifikasi

Berdasarkan kromatogram GC senyawa hasil esterifikasi, pada puncak

ke-14 dengan waktu retensi 19,249 menit dengan % area 12,44%

menunjukkan m/z 238, senyawa sinamil benzoat memiliki Mr 238. Puncak

(42)

tertinggi yaitu pada puncak ke-6 dengan waktu retensi 7,870 menit dengan %

area 37,38% merupakan senyawa etil benzoat (m/z = 150). Kromatogram

[image:42.595.137.505.164.294.2]

hasil esterifikasi ditunjukkan pada Gambar 17.

[image:42.595.126.506.354.484.2]

Gambar 17. Kromatogram GC Senyawa Hasil Esterifikasi

Tabel 7. Keterangan 5 Puncak Tertinggi Kromatogram GC Hasil Esterifikasi

Puncak Retention time (Rt) % area Perkiraan senyawa

1 2,257 3,76 Dietil eter

3 2,973 20,72 Piridina

6 7,870 37,38 Etil benzoat

9 10,328 10,55 Benzena, (3-etoksi-1-propenil)

14 19,249 12,44 Sinamil benzoat

Spektrum Massa senyawa sinamil benzoat hasil esterifikasi pada puncak

ke-14 ditunjukkan pada Gambar 18.

Gambar 18. Spektrum Massa Puncak ke-14 Senyawa Hasil Esterifikasi

3  6 

(43)

B. PEMBAHASAN

1. Sintesis Senyawa Sinamil Alkohol a. Reduksi Sinamaldehida

Senyawa sinamil alkohol dihasilkan melalui reaksi reduksi

sinamaldehida dengan menggunakan natrium borohidrida. Langkah pertama

yang dilakukan yaitu menimbang sinamaldehida sebanyak 10,56 gram (0,08

mol) dan natrium borohidrida sebanyak 0,76 gram (0,02 mol). Kemudian

melarutkan natrium borohidrida yang telah ditimbang dengan 40 mL etanol

absolut. Pelarut etanol dipilih karena selain dapat melarutkan natrium

borohidrida, etanol merupakan pelarut organik yang tidak memiliki gugus

fungsi yang dapat direduksi dengan reduktor natrium borohidrida. Natrium

borohidrida yang sudah dilarutkan tadi dicampur dengan sinamaldehida yang

telah ditimbang. Campuran tersebut diaduk secara konstan dengan pengaduk

stirrer dan dijaga suhunya supaya tetap pada suhu kamar. Campuran diaduk selama 40 menit supaya reaksi berjalan secara maksimal dan gugus aldehida

dapat direduksi sepenuhnya oleh reduktor natrium borohidrida. Penambahan

natrium borohidrida ini menyebabkan larutan bersifat basa dengan pH ± 12.

Campuran diasamkan dengan menambahkan HCl 6 M bertetes-tetes sampai

pH mencapai ± 4,5. Penambahan HCl 6 M ini bertujuan untuk mengasamkan

campuran karena campuran bersifat basa dengan pH ± 12. Berikut ini reaksi

dekomposisi yang terjadi pada natrium borohidrida

NaBH4 (aq) + 4HCl (aq)  NaCl (aq) +BCl3 (aq) + 4H2 (g)

Persamaan reaksi reduksi sinamaldehida menjadi sinamil alkohol yang terjadi

adalah:

OH

Sinamil alkohol O

H

Sinamaldehida

NaBH4 H+

 

(44)

Sinamaldehida C O H B H H H CH2 O + C O H Na H

Na+ + BH3

H H2O H

CH OH

H

Sinamil alkohol

+ H2O

:

..

-+

: :

..

..

:

:

+

:

..

Penyerangan karbonil aldehida oleh ion hidrida pada natrium borohidrida

kemudian setelah adanya penambahan asam, oksigen terprotonasi untuk

membentuk alkohol primer netral. Ion hidrogen sebenarnya melekat pada

molekul air sebagai H3O

+.

Setelah itu campuran disaring, filtrat diekstraksi dengan diklorometana

15 mL sebanyak 3 kali. Terbentuk fasa organik dan fasa air, lalu dipisahkan.

Pada ekstraksi pertama, hasilnya belum terpisah, lalu ditambahkan NaCl

jenuh 10 mL. Penambahan NaCl jenuh ini berfungsi sebagai salting out.

Salting out adalah peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai kelarutan lebih besar dibanding zat utama, akan menyebabkan penurunan

kelarutan zat utama atau terbentuknya endapan karena ada reaksi kimia. Pada

saat ekstraksi kedua, campuran dapat memisah dan pada ekstraksi ketiga

campuran sudah tidak memisah lagi, lalu ditambahkan sedikit NaCl jenuh.

Pada saat ekstraksi kedua kemungkinan masih ada sisa NaCl jenuh sehingga

masih dapat memisah. Fasa organik yang merupakan sinamil alkohol berada

di atas karena penggunaan NaCl jenuh sebagai salting out (ρ NaCl jenuh =

2,165 g/cm3

) menyebabkan fasa organik berada di atas. Seharusnya fasa

organik berada di bawah karena terdistribusi dalam fasa diklorometana (ρ air

= 1,00 g/cm3

; ρ CH2Cl2 = 1,33 g/cm

3

). Ekstraksi dilakukan sebanyak 3 kali

(45)

Proses selanjutnya yaitu penambahan CaCl2 pada fasa organik. Penambahan

CaCl2 dalam bentuk serbuk padat ini secukupnya dan berfungsi untuk

mengambil air yang masih ada dalam campuran. Kemudian campuran

disaring untuk memisahkan padatan CaCl2 dan filtratnya. Filtrat dimasukkan

ke dalam rotary evaporator untuk menghilangkan pelarut yang masih

tertinggal yakni pelarut etanol dan diklorometana. Hasil reduksi ini berupa

cairan berwarna kuning jerami dan berbau tajam dengan massa 8,34 gram.

Menurut MSDS sinamil alkohol berbentuk padatan berwarna putih

kekuningan memiliki titik leleh 33o

C, maka pada suhu ruangan sinamil

alkohol mudah meleleh.

b. Kromatogram KLT Hasil Reduksi Sinamaldehida

Analisis menggunakan kromatografi lapis tipis ini memiliki tujuan

untuk mengetahui Rf senyawa yang sudah terbentuk dan membandingkan

antara senyawa sinamaldehida dengan senyawa hasil reduksi sinamaldehida.

Eluen yang digunakan yaitu kloroform : n-heksana dengan perbandingan 2 :

1. Noda yang telah terbentuk kemudian diamati di bawah lampu UV dengan

panjang gelombang 366 nm.

Berdasarkan perhitungan Rf untuk noda 1 (noda sinamaldehida) yaitu

0,84 dan untuk noda 2 (noda hasil reduksi sinamaldehida) yaitu 0,55. Adanya

perbedaan nilai Rf untuk noda 1 dan 2 ini menunjukkan bahwa reaksi reduksi

sinamaldehida telah berlangsung. Nilai Rf sinamaldehida lebih besar dari

pada nilai Rf hasil reduksi sinamaldehida karena berdasarkan kepolarannya

senyawa aldehida lebih non polar daripada senyawa alkohol. Senyawa yang

lebih polar akan terikat pada fasa diam (plat KLT). Plat KLT ini terbuat dari

bahan silika yang memiliki sifat polar sehingga akan lebih lama tertahan di

silika.

c. Spektrum IR Senyawa Sinamaldehida Dan Senyawa Hasil Reduksi Sinamaldehida

Berdasarkan hasil spektrum IR, senyawa hasil reduksi sinamaldehida

(46)

fungsional yang menjadi ciri khas pada setiap senyawa, pada daerah 1676,56

cm-1

menunjukkan adanya gugus C=O Karbonil, pada daerah 1658,78 cm-1

C=C Alkena, pada daerah 1411,89 cm-1 menunjukkan gugus C=C Aromatik,

pada daerah 3379,29 cm-1 menunjukkan adanya gugus fungsi alkohol (-OH)

dengan puncak yang melebar, pada daerah 3857,63 cm-1 menunjukkan gugus

=C-H Alkena dan pada daerah 2900,94 dan 2978,09 cm-1 menunjukkan gugus

C-H alkana.

Dari kedua spektrum IR dapat diketahui perbedaan serapan gugus

fungsi yang muncul dengan munculnya gugus –OH pada spektrum IR

senyawa hasil reduksi sinamaldehida dan juga C-H alkana. Pada spektrum

hasil reduksi sinamaldehida sudah tidak ada gugus C-H aldehida dan C=O

aldehida yang terdapat pada spektrum sinamaldehida.

d. Kromatogram Dan Spektrum Massa Senyawa Hasil Reduksi Sinamaldehida

Instrumen GC-MS digunakan untuk mengetahui kadar (kemurnian),

massa molekul, dan fragmentasi senyawa hasil sintesis. Pada kromatogram

GC hasil reduksi sinamaldehida menunjukkan adanya 10 puncak yang

muncul. Senyawa sinamil alkohol ditunjukkan oleh puncak yang tertinggi

yaitu puncak ke-5 dengan waktu retensi 19,585 menit dengan kelimpahan

81,31%. Puncak ketiga yaitu senyawa sinamaldehida yang belum tereduksi

(2,78%).

Fragmentasi yang terjadi pada senyawa sinamil alkohol dapat

digunakan untuk memprediksi struktur senyawa sinamil alkohol. Fragmentasi

yang terjadi adalah :

HC H C

CH2

OH

Sinamil alkohol Mr = 134 g/mol

e 70 eV

HC H C

CH O

m/z = 134

H

H

:..

:.

+
(47)

 

HC CH +

m/z = 77 m/z = 51

+ +

   

Tipe fragmentasi kedua

HC H C CH2 OH HC H C CH2 OH Sinamil alkohol Mr = 134 g/mol

m/z = 134 e 70 eV HC H C CH OH

m/z = 134

HC H C

C

m/z = 116 H H

+ H2O

:

.

+

:

:

.

+

.

+   HC H C CH O

m/z = 134

H

H

H2C CH2

m/z = 105

O +

H2C

CH2

m/z = 105

+ H2C CH2

(48)

 

HC C

C

m/z = 115

C C

m/z = 115 H H

C C

m/z = 115 H

H

m/z = 78

+ C C CH

m/z = 77 H

m/z = 78

+ H

:

+

.

+ + +

.

+ +    

m/z = 77 +

HC H C

C

m/z = 116

H HC

H C

C

m/z = 115

+ H

.

+

..

+ HC C H CH C CH +

m/z = 39 +

..

..

(49)

Tipe fragmentasi ketiga HC H C CH2 OH Sinamil alkohol Mr = 134 g/mol

e 70 eV HC H C CH O

m/z = 134

H H HC H C CH O

m/z = 134

H

H

HC=O +

H2C H C

m/z = 105

CH

m/z = 92

+ CH H

H2C H C

m/z = 105 H

:

.

+

..

:

.

+

:

+

..

.

.

+ +

..

 

+ CH3

m/z = 77 CH3

m/z = 92

m/z = 77

HC C H CH C CH +

m/z = 39

.

+ + + +

..

..

.

HC  

Fragmentasi senyawa sinamil alkohol yang diperoleh dari hasil

spektrum MS dan dibedakan dalam tiga macam pola fragmnetasi. Senyawa

sinamil alkohol dengan berat molekul 134 ditembak dengan elektron

(50)

pertama, ion molekul dengan m/z 134 kehilangan radikal COH membentuk

kation dengan m/z 105. Lalu melepaskan molekul H2C=CH2 menjadi kation

yang memiliki m/z 77 dan melepaskan molekul CH=CH yang menghasilkan

kation dengan m/z 51.

Pola fragmentasi yang kedua, ion molekul dengan m/z 134

melepaskan molekul air membentuk radikal kation dengan m/z 116 yang

kehilangan radikal H sehingga membentuk kation dengan m/z 115. Ikatan –

C-C≡CH mengalami fragmentasi dan membentuk radikal kation C6H6 (m/z

78). Kemudian radikal H membentuk kation dengan m/z 77 dan terfragmen

lagi membentuk kation dengan m/z 39.

Pola fragmentasi ketiga, ion molekul dengan m/z 134 kehilangan

radikal COH membentuk suatu kation dengan m/z 105 selanjutnya

melepaskan molekul CH menjadi radikal kation dengan m/z 92 dan

melepaskan radikal CH3 membentuk kation dengan m/z 77. Kemudian

pelepasan molekul C3H2 membentuk kation dengan m/z 39.

Radikal kation dengan m/z 92 merupakan base peak dari spektrum

massa sinamil alkohol karena distabilkan oleh elektron yang beresonansi pada

cincin benzena. Base peak adalah puncak tertinggi dalam suatu spektrum dan

diberi nilai intensitas sebesar 100%. Intensitas peak ini sebanding dengan

kelimpahan fragmen-fragmen yang bergantung pada stabilitas relatif mereka

(Fessenden dan Fessenden, 1986: 455).

Berdasarkan hasil dari analisis IR, KLT, dan GC-MS telah terbentuk

senyawa sinamil alkohol dengan kemurnian sebesar 81,31%. Secara teoritis,

sinamil alkohol yang dihasilkan sebesar 10,72 gram namun dalam penelitian

ini hanya diperoleh 8,43 gram. Sehingga melalui perhitungan diperoleh

rendemen sebesar 63,94% (perhitungan terlampir pada Lampiran 2).

2. Sintesis Sinamil Benzoat

a. Esterifikasi Sinamil Alkohol Dan Benzoil Klorida

Sintesis sinamil alkohol dilakukan melalui esterifikasi antara sinamil

(51)

katalis karena asil klorida merupakan turunan asam karboksilat yang paling

reaktif. Proses esterifikasi ini dilakukan beberapa kali untuk mendapatkan

hasil yang diinginkan.

Percobaan yang pertama, sinamil alkohol sebanyak 2,03 gram dan

piridina sebanyak 2 mL dimasukkan ke dalam labu leher tiga yang dilengkapi

penangas air dan pengaduk magnet, kemudian campuran diaduk dengan

menggunakan magnetic stirrer selama 30 menit pada suhu kamar, lalu

campuran ditambahkan dengan benzoil klorida secara tetes demi tetes

sebanyak 2,2 mL. Campuran tersebut direfluks pada suhu 70-75 o

C selama 3

jam. Hasilnya cairan berwarna orange kecoklatan jernih kemudian di

tambahkan dietil eter 4 mL lalu di ekstraksi. Campuran tersebut belum

sempurna membentuk dua lapisan.

Percobaan yang kedua, sinamil alkohol sebanyak 2,03 gram (0,015

mol) dan benzoil klorida sebanyak 2,11 gram (0,015 mol) dimasukkan ke

dalam labu leher tiga yang dilengkapi dengan penangas air dan pengaduk

magnet, kemudian direfluks selama 4 jam pada suhu 80-90 o

C. Hasil refluks

berbentuk gel, lalu ditambahkan tetes demi tetes piridina sebanyak 2 mL.

Campuran tersebut menjadi cairan. Kemudian ditambahkan sedikit metanol

dan membentuk endapan. Endapan larut dalam benzena.

Percobaan yang ketiga dilakukan dengan cara merefluk 2,03 gram

sinamil alkohol (0,015 mol) dan 2,11 gram benzoil klorida (0,015 mol) dalam

labu leher tiga, diaduk menggunakan magnetic stirrer selama 20 menit pada

suhu kamar, kemudian memasukkan tetes demi tetes piridina sebanyak 5 mL.

Fungsi piridina yaitu untuk mengikat HCl hasil samping agar tidak bereaksi

dengan alkohol. Campuran direfluk selama 4 jam. Setelah refluk, campuran

tersebut ditambahkan dietil eter 3 mL dan akuades 3 mL dan diekstraksi.

Penambahan dietil eter tersebut berfungsi sebagai pelarut organik nonpolar

yang memiliki titik didih rendah dan dapat melarutkan berbagai senyawa

organik dan air merupakan pelarut yang polar sehingga campuran tersebut

akan membentuk 2 lapisan, Lapisan bagian atas diambil dan diekstraksi

(52)

aquades sebanyak 3 kali ini berfungsi untuk mengambil air yang masih

tertinggal di dalam fasa organik. Kemudian fasa organik dimasukkan ke

dalam rotary evaporator untuk menghilangkan pelarut yang masih ada.

Setelah itu hasilnya dikarakterisasi dengan menggunakan KLT, spektroskopi

IR, dan GC-MS.

Reaksi yang terjadi pada proses esterifikasi antara sinamil alkohol dan

benzoil klorida merupakan reaksi subtitusi nukleofilik. Berikut ini adalah

mekanisme reaksi subtitusi nukleofilik pada sinamil benzoat (Riswiyanto,

2009:292). C O Cl C H2 H C C H HO + C H2 H C C H O H O Cl C H2 H C C H O O Cl -H

H + Cl N piridina C H2 H C C H O C O + N H Cl .. .. + .. -+

Cl- pada benzoil klorida memiliki fungsi sebagai gugus lepas yang

dapat diserang oleh sinamil alkohol sebagai nukleofil. Urutan reaktivitas

alkohol pada esterifikasi antara alkohol dengan halida asam adalah alkohol 1o

> alkohol 2o > alkohol 3o sehingga C karbonil pada benzoil klorida akan

diserang oleh OH primer yang terdapat pada sinamil alkohol. Kemudian

terjadi eliminasi pada ion klorida. Hasil samping berupa HCl yang diikat oleh

piridina.

b. Kromatogram KLT Senyawa Hasil Esterifikasi

Senyawa hasil esterifikasi dianalisis dengan menggunakan

(53)

sudah berjalan atau belum. Eluen yang digunakan yaitu kloroform :

n-heksana dengan perbandingan 2 :1. Noda yang telah terbentuk kemudian

diamati di bawah lampu UV dengan panjang gelombang 366 nm. Kemudian

noda diberi tanda untuk menghitung nilai Retordaction factor (Rf).

Berdasarkan perhitungan Rf untuk noda 1 (noda hasil esterifikasi) yaitu 0,76

dan untuk noda 2 (noda hasil sinamil alkohol) yaitu 0,3. Adanya perbedaan

nilai Rf untuk noda 1 dan 2 ini menunjukkan bahwa reaksi esterifikasi telah

berlangsung.

Nilai Rf hasil esterifikasi lebih besar dari pada nilai Rf sinamil alkohol

karena berdasarkan kepolarannya senyawa alkohol lebih polar daripada

senyawa ester. Senyawa yang lebih polar akan terikat lebih lama pada fasa

diam (plat KLT). Senyawa sinamil alkohol akan terikat kuat pada plat KLT

yang memiliki sifat polar.

c. Spektrum IR Hasil Esterifikasi

Berdasarkan hasil spektrum IR hasil esterifikasi menunjukkan adanya

perbedaan dengan spektrum sinamil alkohol ini menunjukkan reaksi sudah

berlangsung. Pada spektrum IR hasil esterifikasi menunjukkan adanya gugus

C-O-C pada daerah 1276,87 cm-1, terdapat gugus C=O karbonil pada daerah

1716,15 cm-1

, Adanya gugus C=C Aromatik 1450,32 cm-1

, gugus C=C

Alkena pada daerah 1600,61 cm-1

, gugus =C-H Aromatik atau =C-H Alkena

pada daerah 3030,56 cm-1

dan 3061,61 cm-1

dan gugus fungsi C-H Alkana

pada daerah 2980,04 cm-1.

Perbedaan spektrum IR antara sinamil alkohol dan hasil esterifikasi ini

ditandai dengan terbentuknya senyawa ester dengan munculnya serapan

gugus C-O-C pada daerah 1276,87 cm-1

, kemudian terdapat gugus C=O

karbonil pada daerah 1716,15 cm-1

, perbedaan lainnya ditandai dengan

hilangnya gugus –OH pada sinamil alkohol pada daerah 3379,29 cm-1.

d. Kromatogram Dan Spektrum Massa Senyawa Hasil Esterifikasi

Kromatogram GC senyawa hasil esterifikasi menunjukkan adanya 20

puncak yang muncul. Pada puncak ke-3 dengan waktu retensi 2,973 menit

(54)

karena penggunaan piridina yang berlebihan sehingga masih terdapat sisa

dalam senyawa. Puncak tertinggi yaitu ke-6 pada waktu retensi 7,870 menit

dengan % area 37,38% yaitu senyawa etil benzoat. Terbentuknya senyawa

etil benzoat ini dimungkinkan karena benzoil klorida lebih mudah bereaksi

dengan rantai alkana yang lebih pendek sehingga hasil reaksi lebih dominan.

Pada puncak ke-14 dengan waktu retensi 19,249 menit dengan % area

12,44% menunjukkan m/z 238, sedangkan Mr dari sinamil benzoat adalah

238 g/mol. Puncak ke-14 ini diperkirakan senyawa sinamil benzoat karena

memiliki Mr yang sama dengan hasil spektrum, untuk membuktikan senyawa

tersebut kemudian dilakukan pembuktian dengan pola fragmentasi sebagai

berikut

Tipe Fragmentasi 1

C O O C H2 H C C H Sinamil Benzoat Mr = 238 g/mol

e 70 e V

C O O C H2 H C C H

m/z = 238

C O O C H2 H C C H

m/z = 238

O C H2 H C C H

m/z = 105 C O +

.

+

..

.

+ +

.

m/z = 105 C

O +

m/z = 105 C

O +

(55)

m/z = 105

C

O

+

m/z = 77 +

+ C O

..

 

m/z = 77 +

+

+ HC CH

m/z = 51  

 

Tipe Fragmentasi 2

C O O C H2 H C C H Sinamil Benzoat Mr = 238 g/mol

e 70 e V

C O O C H2 H C C H

m/z = 238

C O O C H2 H C C H

m/z = 238

O C H2 H C C H

m/z = 105

C O +

.

+

.

+ +

.

m/z = 105

C

O

+

m/z = 77 +

+ C O

..

..

 

m/z = 77 +

(56)

Pada fragmentasi yang pertama senyawa sinamil benzoat dengan berat

molekul 238 ditembak dengan elektron berenergi tinggi pada atom O yang

terikat pada gugus karbonil membentuk ion molekul dengan m/z 238. Ion

molekul m/z 238 mengalami pembelahan inti alfa pada ikatan C-O ester

sehingga menghasilkan kation dengan m/z 105. Selanjutnya kation dengan

m/z 105 mengalami perpindahan elektron π menuju O yang menyebabkan

kation beresonansi dengan muatan positif berada pada C karbonil. Kemudian

kation tersebut melepaskan gugus C=O menjadi kation dengan m/z 77

dilanjutkan dengan pelepasan molekul CH≡HC menghasilkan kation dengan

m/z 51.

Pada fragmentasi yang kedua senyawa sinamil benzoat dengan berat

molekul 238 ditembak dengan elektron berenergi tinggi pada atom O yang

terikat pada C-O ester membentuk ion molekul dengan m/z 238. Ion molekul

dengan m/z 238 mengalami pembelahan pada ikatan O-CH2 sehingga

menghasilkan ion molekul dengan m/z 105. Kemudian kation tersebut

melepaskan gugus C=O menjadi kation dengan m/z 77 dilanjutkan dengan

pelepasan molekul HC-C≡CH menghasilkan kation dengan m/z 39. Kation

dengan m/z 105 merupakan base peak (puncak dasar) dari spektrum massa

sinamil benzoat karena terdapat C benzilik yaitu C positif yang terikat

langsung pada cincin benzena sehingga struktur tersebut memiliki kestabilan

tinggi dan muncul sebagai base peak.

Berdasarkan hasil KLT, spektroskopi IR, dan GC-MS, senyawa

sinamil benzoat telah terbentuk. Pada kromatogram GC puncak ke-14 hanya

diperoleh kemurnian 12,44% dan dari hasil rendemen yang telah dilampirkan

pada Lampiran 2, diperoleh yaitu sebesar 5,78%. Senyawa sinamil benzoat

ini memiliki kemurnian kecil dapat dikarenakan masih terdapat

senyawa-senyawa pengotor dari proses esterifikasi, maka diperlukan proses pemurnian

(57)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan

bahwa:

1. Reaksi reduksi sinamaldehida dengan menggunakan reduktor NaBH4 telah

berhasil dilaksanakan dengan menghasilkan cairan berwarna kuning jerami

dan berbau harum yang mengandung senyawa sinamil alkohol dengan

kadar 81,31% dan rendemen sebesar 63,94%.

2. Reaksi esterifikasi antara benzoil klorida dan sinamil alkohol hasil reduksi

sinamaldehida telah berhasil dilakukan karena menghasilkan senyawa

ester berwarna cokelat dan berbau menyengat yang mengandung sinamil

benzoat dengan kadar 12,44% dan rendemen sebesar 5,78%.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, reaksi esterifikasi telah

berhasil dilakukan namun belum mencapai tingkat kemurnian yang optimal,

oleh karena itu ada beberapa saran dari penulis, antara lain:

1. Mencari kondisi waktu dan suhu yang tepat untuk melakukan proses

esterifikasi.

2. Melakukan pemurnian senyawa hasil reduksi maupun esterifikasi untuk

menghilangkan pengotor-pengotor yang masih ada dengan cara distilasi,

(58)

DAFTAR PUSTAKA

Aning Riwanti. (2014). Sintesis Vanilil Benzoat Melalui Reakksi Esterifikasi

Antara Benzoil Klorida d

Gambar

Gambar 1. Kulit Batang Kayu Manis
Gambar 4. Mekanisme Reaksi Subtitusi Nukelofilik Asil Halida
Gambar 5 (a) Struktur LiAlH4 dan (b) Struktur NaBH4
Gambar 7. Reaksi Antara Alkohol Dengan Asil Klorida
+7

Referensi

Dokumen terkait

dimana infrastruktur listrik mengalami masa sulit sejak krisis ekonomi tahun 1997. Kemudian pada tahun 1998 PLN mengalami kebangkrutan, sehingga

Didasarkan atas akad Mudharaba h, akad Mudharabah adalah akad antara dua belah pihak dimana satu pihak sebagai shahibul maal (penyedia modal), dan pihak lain sebagai

Oleh karena itu peneliti tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui kandungan kalsium, kalium, dan magnesium yang terdapat pada kulit buah manggis yang berperan dalam

Kemampuan beradesi pada mukosa usus memungkinkan terjadinya kolonisasi pada saluran usus manusia, meskipun sifatnya hanya sementara (Alander et al. Collado et al. Semua

Adalah fakta yang tidak dapat disangkal bahwa wacana feminisme di Indonesia, terutama dalam kaitannya dengan pandangan Islam, lebih banyak disuarakan oleh kalangan aktifis NU,

Syukur Alhamdulillah yang tiada terhingga penyusun haturkan kehadirat Allah swt. Hanya dengan rahmat dan hidayah-Nyalah penyusun dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini

Tidak memungkinkan pemberian toleransi pada peserta ujian yang mengalami masalah pada saat ujian berlangsung, sehingga perlu diberikan instruksi yang cukup jelas

Penguasaan benda adalah hak seseorang, kelompok orang, atau badan usaha yang berbadan hukum atau tidak berbadan hukum untuk melakukan perbuatan hukum, baik miliknya