• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV KONSEP PERANCANGAN"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

KONSEP PERANCANGAN

A. TATARAN LINGKUNGAN/KOMUNITAS

Sebuah rancangan selain mempunyai dampak terhadap tataran lingkungan juga ada keterhubungannya dengan tataran komunitas , yaitu siapa yang akan menggunakan produk yang nantinya telah diproduksi. Menentukan komunitas atau pengguna yang akan memakai produk yang dirancang akan mempengaruhi hasil final dalam sebuah desain. Dalam pemilihan segmentasi, perancang memilih segmentasi para pelaku industri otomotif lebih khususnya para pengendara kendaraan bermotor roda dua. Untuk itu produk harus eye catching dengan hasil bentuk, unik dan nyaman yang membuat perancang harus membuat rancangan yang memperhatikan aspek estetika dan keindahan. Produk dibuat dengan konsep kebudayaan asli Indonesia, ilustrasi visual yang diterapkan sesuai dengan masing-masing tokoh mitologi Indonesia juga memiliki arti yang sudah dipilih sebagai penempatannya.

B. TATARAN SISTEM

Penyebaran dan pemanfaatan produk untuk hasil olah visual yang diciptakan akan ditujukan untuk para pelaku industri otomotif, khususnya pengguna kendaraan bermotor roda dua, dan penikmat seni budaya Indonesia. Dalam hasil olah visual yang diciptakan terlihat pembaharuan desain olah visual dengan tema tokoh mitologi Indonesia. Olah visual

(2)

ornament symbolic yang masing – masing memiliki arti keselamatan, kehiduapan, ataupun kematian yang berkaitan dengan produk helm yang kegunaannya bermanfaat sebagai keselamatan pengguna, untuk menjaga kehidupannya, atau apabila dihiraukan kegunaannya dapt menyebabkan kematian. Penggunaan teknik helm sebagai bidang menggambar secara manual memiliki keunikan tersendiri yang terlihat dari hasil yang sangatlah original, dimana hampir semua proses dikerjakan secara manual. Dengan eksplorasi penggunaan cat, kuas, pemilihan warna dan ilustrasi tokoh mitologi budaya Indonesia pada helm yang diharapkan dapat diterima oleh masyarakat Indonesia.

Cara penggunaan produk :

1. Cara memilih helm yang benar

Tempatkan kedua tangan anda pada kedua sisi helm. Jika anda merasakan bantalan bergeser pada kepala anda, berarti helm anda kebesaran. Dan jika telinga kiri dan kanan terasa sakit, berarti helm anda kekecilan.

2. Memasukan helm dengan benar

Kencangkan tali dagu, tekan gesper tali dagu ke dalam songket sampai berbunyi 'Klik'. Sesuaikan panjang tali dagu untuk mengubah jarak. Memasukkan Helm dengan Benar Periksa helm pengikat (tali dagu). Letakkan kedua tangan di belakang

(3)

helm dan coba tekan helm dengan memutarnya ke depan. Letakkan kedua tangan di depan dahi (atau pada pelindung pipi) dan coba dorong helm dengan memutarnya ke belakang.

3. Cara penggunaan helm yang tepat

Penggantian Helm walaupun helm pabrikan anda terbuat dari bahan yang terbaik untuk menjadi produk yang tahan lama, segeralah ganti helm anda jika terkena benturan. Setiap benturan pada saat tabrakan atau terjatuh dari ketinggian 4 kaki atau lebih sudah cukup merusak helm anda. Gunakan helm anda hanya sekali benturan. Kerangka helm, kain pelapis, atau sistem pengikat rusak. Sudah digunakan selama 3-5 tahun.

C. TATARAN PRODUK

1. Konsep perancangan

Secara etimologis kata desain berasal dari kata design (itali) yang artinya gambar (Jarvis, 1984). Kata ini diberi makna dalam bahasa Inggris pada abad ke-17, yang dipergunakan untuk membentuk school of design tahun 183. Makna baru tersebut dalam praktek kerap kali semakna dengan dengan kata craft, kemudian atas Jas Rasukin dan Morris – dua tokoh gerakan anti Industri di Inggris pada abad ke-19,

(4)

kata ‘Desain’ diberi bobot sebagai art and craft : yaitu paduan antara seni dan ketrampilan.

Dalam merancang helm dengan desain ilustrasi visual, tentunya perancang mempunyai konsep yang matang, konsep yang dirancang tidak sembarangan dibuat oleh perancang namun konsep didapatkan dari hasil observasi yang sebelumnya telah dilakukan sehingga rancangan tepat sasaran untuk segmentasi yang dipilih. Dalam perancangan desain helm ini penulis mengacu pada pemanfaatan ilustrasi visual tokoh mitologi Indonesia beserta ornament symbolic yang memiliki arti berkaitan dengan keselamatan, kehidupan dan kematian. Arti dari setiap tokoh mitologi Indonesia beserta ornament simbolnya yang memiliki arti berkaitan dengan produk helm yang kegunannya bermanfaat untuk menjaga keselamatan si pengguna, untuk menjaga kehidupannya atau apabila dihiraukan kegunannya dapat menyebabkan kematian. Dengan tujuan melestarikan kebudayaan asli Indonesia dan memperkenalkan lagi budaya asli Indonesia ke masyarakat lokal maupun Internasional.

2. Proses perancangan

Setelah menentukan konsep desain yang akan dibuat, maka masuk ke dalam tahap perancangan produk. Tahapan pertama yang dilakukan adalah perancang membuat ilustrasi motif dan mitologi khas dari beberapa suku yang ada di Indonesia. Ilustrasi visual yang digunakan adalah sebagai berikut :

(5)

1. Batara kala (Jawa)

Gambar 4.1 ilustrasi Batara kala Sumber : Rizki Famitra Rikardi, 2017

Dewa Kala sering disimbolkan sebagai rakshasa yang berwajah menyeramkan, hampir tidak menyerupai seorang Dewa. Dalam filsafat Hindu, Kala merupakan simbol bahwa siapa pun tidak dapat melawan hukum karma. Apabila sudah waktunya seseorang meninggalkan dunia fana, maka pada saat itu pula Kala akan datang menjemputnya. Karakter tokoh mitologi ini dipilih karena berkaitan tentang seseorang yang dapat meninggalkan dunia apabila tidak menjaga keselamatan atau melawan hukum karma. Penggunaan ornament megamendung untuk mendukung kesan khas jawa. Menurut masyarakat jawa adapun warna yang memiliki arti dalam pewayangan seperti warna biru yang tampak pada wajah batara kala yang memiliki arti muka biru atau hijau menggambarkan sifat perwatakan yang picik, berpandangan sempit, penakut, dan tidak bertanggungjawab.

(6)

2. Dayak (Kalimantan)

Gambar 4.2 ilustrasi Dayak Sumber : Rizki Famitra Rikardi, 2017

Dahulu, budaya masyarakat Dayak adalah Budaya maritim atau bahari. Hampir semua nama sebutan orang Dayak mempunyai arti sebagai sesuatu yang berhubungan dengan "perhuluan" atau sungai, terutama pada nama-nama rumpun dan nama kekeluargaannya. Karakter tokoh mitologi ini dipilih karena berkaitan dengan perhuluan suatu proses berjalannya, perjalanan air atau mengalir kehuluan. Disertai penempatan ornament tameng khas suku dayak yang mengambil unsur sebagai alat perlindung dan bunga khas suku dayak yang melambangkan kehidupan. Adapun warna yang memiliki arti menurut suku dayak yaitu:

(7)

1. Bahenda

Bahenda yaitu warna kuning, warna ini dibuat dengan menggunakan tanamanhenda atau kunyit, mengandung makna; menunjukkan keberadaan Hatalla (Tuhan), bahwa kekuasaan Hatalla sungguh besar tidak ada penguasa lain selain Hatalla; melambangkan kekayaan (emas); keluhuran; keagungan.

2. Bahandang

Bahandang yaitu warna merah, merah dihasilkan dari buah hutan yaitujarenang (jernang), bisa juga dari daun sirih dicampur dengan kapur. Artinya sesuatu yang abadi yang tidak pernah luntur atau berubah warnanya yang diilhami oleh batu merah.

3. Bahijau

Bahijau yaitu warna hijau, warna ini dibuat dari daun sirih yang ditumbuk, memiliki makna kesuburan, dan rejeki yang limpah ruah; kehidupan; perdamaian dan pembangunan. Diilhami oleh warna tanaman yang ada di lingkungan mereka.

4. Baputi

Baputi atau putih, dibuat dengan menggunakan tanah liat putih atau dari kapur sirih, memiliki makna kesucian; kemurnian; kesederhanaan.

(8)

5. Babilem

Babilem atau hitam, dibuat dari arang ,mengandung makna, roh jahat bisa juga roh baik; kuasa kegelapan; kesungguhan; bisa juga sebagai penangkis bahaya atau celaka.

3. Gorga Ulu paung (Batak, Sumatera Utara)

Gambar 4.3 Ilustrasi Gorga Sumber : Rizki Famitra Rikardi, 2017

Gorga ulu paung berbentuk menyerupai gambaran setengah manusia dan setengah hewan. Ulu paung bermakna sebagai simbol keperkasaan untuk melindungi manusia seisi rumah. Oleh karenanya Gorga Ulu Paung dijadikan sebagai penjaga setan-setan dari luar kampung. Karakter tokoh mitologi ini dipilih yang memiliki arti juga melindungi manusia. Warna yang digunakan pada gorga memiliki arti yaitu warna putih, merah dan hitam merupakan warna utama dan dominan bagi Suku Batak dalam berbagai corak ragam hias, seperti pada warna gorga di

(9)

ruma Batak (ukiran di rumah adat Batak) dan perangkat musik gondang. Serta penggunaan ornamen daun khas dayak pada sisi helm yang melambangkan arti kehidupan.

Ketiga warna tersebut juga mempunyai makna dan simbolisme khusus menurut kepercayaan religi Batak kuno, yaitu: Putih sebagai perlambang kesucian, kebenaran, kejujuran dan ketulusan (sohaliapan, sohapurpuran), juga simbol kosmologi Banua Ginjang (dunia atas) Merah sebagai perlambang kekuatan (hagogoon) dan keberanian, simbol Banua Tonga (dunia tengah). Hitam sebagai perlambang kerahasiaan (hahomion), kewibawaan dan kepemimpinan, simbol Banua Toru (dunia bawah).

4. Fumeripits (Asmat, Papua)

Gambar 4.4 Ilustrasi Asmat Sumber : Rizki Famitra Rikardi, 2017

Fumeripits adalah orang yang asal mula dikisahkan terdampar ditepi pantai dalam keadaan sekarat. Berkat bantuan

(10)

sekelompok burung ia dapat selamat dan hidup sendiri didaerah batu tersebut. Untuk mengisi kesepiannya, ia mengukir patung-patung dari kayu dan membangun rumah panjang untuk menempatkan patung-patung tersebut. Lalu ia membuat tifa yang ditabuhnya setiap hari, tiba-tiba semua patung kayu tadi bergerak mengikuti irama tifa. Secara ajaib patung kayu berubah menjadi manusia hidup dan mendiami daerah tersebut. Sejak itu dikisahkan bahwa fumeripits pergi berkelana dan membangun rumah panjang disetiap daerah yang dikunjunginya dan menciptakan manusia-manusia baru yang sekarang dikenal dengan orang-orang suku Asmat. Karakter tokoh mitologi ini dipilih karena berhubungan dengan kisahnya memberikan kehidupan. Dengan penggunaan ornament boomerang yang memiliki arti senjata yang mampu melindungi diri kita sendiri. Adapun arti dari warna yang diguakan dalam ilustrasi asmat ini yaitu ungu melambangkan kerajaan, kemewahan, martabat, kebijaksanan, spiritual, hasrat, visi, magis sedangkan hitam,kecanggihan, kekuasaan, misteri, rahasia, resmi, jahat, kematian, dan Kuning: kegembiraan, keceriaan, keramahan, intelektualitas, energi, kehangatan, kewaspadaan.

(11)

5. Motif Pa’tedong (Toraja, Sulawesi)

Gambar 4.5 Ilustrasi Pa’tedong Sumber : Rizki Famitra Rikardi, 2017

Ukiran ini biasanya dilukiskan pada papan besar teratas (indo’para) dan pada dinding-dinding penyangga badan rumah (manangga banua). Bagi masyarakat toraja kerbau adalah hewan paling tinggi nilai dan statusnya. Motif mitologi ini dipilih karena melambangkan kepala kerbau yang paling tinggi statusnya dan helm juga digunakan dikepala. Serta penggunaan ornament grafis dengan penarikan garis melingkar yang memiliki arti menjaga seisinya.

Penggunaan warna pada ilustrasi Pa’tedong yang memiliki warna yang terdiri warna alam yang mengandung arti dan makna tersendiri bagi masyarakat Toraja, yaitu sesuai dengan falsafah hidup dan perkembangan hidup manusia Toraja. Oleh karena itu penggunaan warna pada ukiran tersebut tidak boleh diganti /dirubah dalam pemakaian. Bahan warna Passura’ (ukiran) disebut Litak yang merupakan warna dasar bagi masyarakat Toraja yaitu :

(12)

1. Warna merah (Litak Mararang) 2. Warna putih (Litak Mabusa) 3. Warna kuning (Litak Mariri) 4. Warna hitam (Litak Malotong)

Warna merah dan putih merupakan warna darah dan tulang manusia yang melambangkan kehidupan manusia. Warna tersebut dapat dipergunakan dimana saja pada waktu ada upacara adat maupun dalam kehidupan sehari-hari. Warna kuning merupakan warna kemuliaan sebagai lambang ketuhanan yang dipergunakan pada waktu upacara Rambu Tuka’ demi untuk keselamatan manusia. Sedang warna hitam merupakan lambang dari kematian atau kegelapan dipakai pada waktu upacara Rambu Solo’ (upacara kematian). Arti warna hitam pada dasar setiap Passura’ (ukiran) adalah bahwa kehidupan setiap manusia diliputi oleh kematian karena menurut pandangan Aluk Todolo bahwa dunia ini hanya sebagai tempat bermalam saja atau tempat menginap sementara.

3. Proses produksi

Dibawah ini bebrapa gambar proses pembuatan helm dengan menggunakan taeknik helm sebagai bidang menggambar secara manual :

(13)

1. Pemilihan cat

Pemilihan cat yang digunakan adalah jenis cat akrilik karena memiliki kadar kering yang lebih cepat dibandingkan pada sebelumnya penulis telah mencoba menggunakan cat berbasis minyak tetapi cat dengan basis minyak lebih licin ketika bertemu dengan permukaan helm terlebih helm memiliki bidang melengkung yang membuat cat lebih susah dikendalikan.

Gambar 4.6 proses pemilihan cat Sumber : Rizki Famitra Rikardi, 2017

2. Pemilihan pigmen pewarna

Ditahap pemilihan pigmen penulis menggunakannya sebagai pencampur untuk menemukan warna dengan paduan cat akrilik yang berbasis putih adapun warna pigmen diantaranya adalah warna kuning, biru, merah dan hitam selebihnya untuk mendapatkan warna yang diinginkan penulis

(14)

menggabungkan beberapa warna hingga mendapatkan warna yang dibutuhkan.

Gambar 4.7 proses pemilihan pigmen pewarna Sumber : Rizki Famitra Rikardi, 2017. 3. Pemilihan kuas untuk sketsa dan pewarnaan

Cara pengaplikasian ilustrasi pada helm ini menggunakan teknik menggambar manual yang menjadikan helm sebagai bidangnya dengan pemilihan kuas tipis untuk sketsa yang menghasilkan garis tipis dan kuas yang lebih tebal untuk pengisian warnanya.

Gambar 4.8 Proses pemilihan kuas Sumber : Rizki Famitra Rikardi, 2017

(15)

4. Pembuatan sketsa pada helm

Pembuatan sketsa pada media helm yang menentukan hasil gambar memiliki kerumitan dan butuh kesabaran agar menghasilkan gambar yang proporsi sesuai dengan jarak pandang terlebih helm memiliki bidang yang melengkun

Gambar 4.9 pembuatan sketsa pada helm Sumber : Rizki Famitra Rikardi, 2017

5. Pencampuran warna dan pemilihan warna

Setelah pembuatan sketsa selesai, lanjut ketahap pemilihan warna yang akan diaplikasikan pada sketsa. Pencampuran warna dari cat putih akrilik sebagai dasarnya dengan pewarna pigmen sebagai campurannya. Penyesuaian warna asli dari tokoh mitologi yang menjadi panduan dalam pemilihan warna dengan menambah sedikit varian dari warna tersebut tanpa melenceng dari warna asli dari karakter tokoh mitologi tersebut.

(16)

Gambar 4.9 Proses pencampuran dan pemilihan warna Sumber : Rizki Famitra Rikardi, 2017

6. Pengisian warna pada sketsa

Setelah pemilihan warna telah sesuai barulah memasukan warna pada sketsa sesuai dengan warna karakter tokoh mitologi itu sendiri. Penggunaan kuas yang memiliki ketebalan bulu untuk mengisi warna dak penggunaan kuas tipis sebagai outline untuk mempertegas gambar tersebut.

Gambar 4.10 Pengisian warna pada sketsa Sumber : Rizki Famitra Rikardi, 2017

(17)

D. TATARAN ELEMEN

Penjelasan teori Produk Penerapan

Warna

Unsur warna yang digunakan adalah dengan melihat target atau keinginan konsumen dengan kata lain warna yang dibuat relative dan tidak tertuju dengan hanya warna tertentu.

Warna yang digunakan perancang adalah warna asli dari tokoh mitologi tersebut dengan memberikan varian warna tanpa melenceng dari warna asli tokoh mitologi Indonesia karena pada setiap warna sudah memiliki artinya tersendiri.

(18)

Garis

Sebuah garis adalah unsure desain yang menghubungkan antara satu titik poin dengan poin lainnya sehingga bisa berbentuk gambar garis lengkung (curve) atau lurus (straight). Garis adalah unsure dasar untuk membangun bentuk atau konstruksi desain.

Garis yang terlihat pada tiap karakter tokoh mitologi sebagai outline untuk mempertegas gambar membuat produk terlihat lebih ke arah etnik.

Bidang

bidang atau shape adalah segala hal yang memiliki diameter tinggi dan lebar. Bentuk dasar yang dikenal orang adalah kotak

(rectangle), lingkaran (circle), segitiga (triangle), dan polygon.

Bidang pada helm terlihat dari bentuk lengkung berbentuk bola yang memiliki kesan elegan dan fleksibel.

(19)

Tekstur

Tekstur adalah tampilan permukaan (corak) dari suatu benda yang dapat dinilai dengan cara dilihat atau diraba. Yang pada prakteknya, tekstur sering dikategorikan sebagai corak dari suatu permukaan benda, misalnya permukaan karpet, baju, kulit kayu, dan lain sebagainya.

tekstur pada helm ini yaitu tekstur dari sapuan kuas yang memiliki kesan khas tersendiri dari teknik menggambar manual.

(20)

Ruang

Ruang merupakan jarak antara suatu bentuk dengan bentuk lainnya yang pada praktek desain dapat dijadikan unsur untuk memberi efek estetika desain. Sebagai contoh, tanpa ruang anda tidak akan tahu mana kata mana kalimat dan mana paragraf. Tanpa ruang anda tidak tahu mana yang harus dilihat terlebih dahulu, kapan harus membaca dan kapan harus berhenti sebentar. Dalam bentuk fisiknya, pengidentifikasian ruang digolongkan menjadi dua unsur, yaitu objek (figure) dan latar belakang

Unsur ruang pada helm hanya terdapat pada bagian ronggga dalam helm, ruang tersebut digunakan sebagai ruang untuk kepala pengguna dalam mengenakan produk ini.

Gambar

Gambar 4.2 ilustrasi Dayak  Sumber : Rizki Famitra Rikardi, 2017
Gambar 4.4 Ilustrasi  Asmat  Sumber : Rizki Famitra Rikardi, 2017
Gambar 4.6 proses pemilihan cat  Sumber : Rizki Famitra Rikardi, 2017
Gambar 4.8 Proses pemilihan kuas  Sumber :  Rizki Famitra Rikardi, 2017
+3

Referensi

Dokumen terkait

• Aerasi & agitasi merupakan hal yg penting dlm memproduksi sel-sel khamir dan bakteri. • u/ pertumbuhan secara aerobik, suplai oksigen merupakan faktor terpenting

untuk melikuidasi persekutuan, seperti penagihan piutang, konversi aset non kas menjadi kas, pembayaran kewajiban  persekutuan, dan distribusi laba bersih yang

Pembagian tikus ke dalam perlakuan dilakukan dengan mengelompokkan tikus berdasarkan berat badan (BB), kemudian secara acak dikelompokkan kedalam masing-masing perlakuan

Pada dasarnya bahwa Panel Control membutuhkan perawatan yang tidak begitu rumit di bandingkan perawatan peripherial yang lainnya,dalam hal ini bahwa control panel bekerja

Proses ini sangat menguntungkan dalam proses isolasi senyawa organik bahan alam karena dengan perendaman sampel akan terjadi pemecahan dinding dan membran sel akibat perbedaan

Pada penelitian ini dua pasta yang dipakai yaitu pasta plastisol dan pasta rubber dimana kedua pasta memiliki krakter yang berbeda, proses pengaplikasian yang

dan tata usaha keuangan Perseroan untuk tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2014 serta Pengesahan Neraca dan Laporan Laba/Rugi untuk tahun buku 2014

Dengan adanya pernikahan yang berbeda agama dalam suatu masyarakat juga akan menumbuhkan rasa kekeluargaan dan dengan sendirinya tertanamnya sifat saling toleransi dalam