33
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian
Pada dasarnya tujuan utama penelitian ini adalah membedakan kemampuan merangkum siswa untuk materi kalor yang diajarkan dengan menggunakan metode pembelajaran “Batutakore” lebih tinggi dari pada yang diajarkan dengan menggunakan metode diskusi.
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tapa T.P 2012/2013. Untuk sample penelitian diambil secara cluster random sumpling yaitu kelas XI yang
berjumlah 27 orang sebagai kelas eksperimen yang diajarkan dengan menggunakan metode pembelajaran “Batutakore” dan kelas X7 yang berjumlah 27 orang sebagai
pembanding dalam hal ini disebut kelas control yang diajarkan menggunakan metode pembelajaran diskusi.
Jumlah item indikator yang digunakan pada untuk mengukur kemampuan siswa membuat rangkuman ilmiah pada penelitian ini adalah masing-masing 4 indikator. Data penelitian ini diolah berdasarkan hipotesis penelitian dengan menggunakan teknik pengujian yang relevan yaitu lilieford. Pengolah ini bertujuan untuk memperoleh nilai numerik tentang perbedaan yang ditimbulkan metode pembelajaran “Batutakore” terhadap kemampuan siswa dalam membuat rangkuman ilmiah. Dari pengolahan ini, akan didapatkan tingkat perbedaan kemampuan membuat rangkuman ilmiah siswa antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Data
kemampuan membuat rangkuman ilmiah ini diperoleh dari posttest, baik itu pada siswa kelas kontrol maupun pada siswa kelas eksperimen.
4.2 Deskripsi Tentang Kemampuan Sis
4.2.1 Kemampuan Siswa
Data Kemampuan Merangkum Imiah
melalui indicator membuat rangkuman ilmiah setelah diberikan perlakuan yakni dengan menggunakan met
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada lempira 8 Secara rinci dapat digmbarkan dalam bentuk gambar 1 sebagai berikut:
Gambar 1. Nilai rata ilmiah secara p
Berdasarkan gambar di atas, nilai rata
akhir 1 dan tes akhir 2 menunjukkan adanya peningkatan dimana peningkatan paling signifikan terdapat pada indikator pertama yakni isi rangkuman deng
17% dari tes akhir 1 dan tes akhir 2. 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 Isi Rangkuman 70.37 87.04 34
kemampuan membuat rangkuman ilmiah ini diperoleh dari posttest, baik itu pada siswa kelas kontrol maupun pada siswa kelas eksperimen.
Deskripsi Tentang Kemampuan Siswa Dalam Membuat Rangkuman Imiah Membuat Rangkuman Ilmiah Kelas Eksperiman
Kemampuan Merangkum Imiah siswa kelas eksperimen diperoleh melalui indicator membuat rangkuman ilmiah setelah diberikan perlakuan yakni dengan menggunakan metode pembelajaran “Batutakore” dalam proses pengajaran. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada lempira 8 Secara rinci dapat digmbarkan dalam bentuk gambar 1 sebagai berikut:
Gambar 1. Nilai rata-rata kemampuan siswa dalam membuat rangkuman ilmiah secara pos-test untuk kelas eksperimen.
Berdasarkan gambar di atas, nilai rata-rata untuk masing indikator pada tes akhir 1 dan tes akhir 2 menunjukkan adanya peningkatan dimana peningkatan paling signifikan terdapat pada indikator pertama yakni isi rangkuman dengan perbedaan 17% dari tes akhir 1 dan tes akhir 2.
Organisasi Bahasa Tampil
64.82 47.22 46.29 75.93 66.67 57.41 Tes Akhir 1 Tes Akhir 2
kemampuan membuat rangkuman ilmiah ini diperoleh dari posttest, baik itu pada
wa Dalam Membuat Rangkuman Imiah Kelas Eksperiman
siswa kelas eksperimen diperoleh melalui indicator membuat rangkuman ilmiah setelah diberikan perlakuan yakni “Batutakore” dalam proses pengajaran. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada lempira 8 Secara rinci dapat digmbarkan
rata kemampuan siswa dalam membuat rangkuman
rata untuk masing indikator pada tes akhir 1 dan tes akhir 2 menunjukkan adanya peningkatan dimana peningkatan paling an perbedaan Tes Akhir 1
Selanjutnya untuk rata
secara klasikal setiap indikator membuat rangkuman ilmiah pada kelas eksperimen., secara rinci dapat digambarkan dalam bentuk gambar
Gambar 2. Rata-rata kemampuan siswa dalam membuat rangkuman ilmiah untuk kelas eksperimen.
Dari gambar di atas nilai rata
paling tinggi ditunjukkan oleh indikator pertama dimana nilainya adalah berbanding terbalik dengan indikator tampil yang hanya 51,85%.
4.2.2 Kemampuan Siswa Me
Data Kemampuan Merangkum Imiah siswa kelas eksperimen diperoleh melalui indicator membuat rangkuman ilmiah
dengan menggunakan metode pembelajaran Berdasarkan hasil yang diperoleh pada dalam bentuk gambar 3 sebagai berikut:
0 10 20 30 40 50 60 70 80
Isi Rangkuman Organisasi
78.7
35
Selanjutnya untuk rata-rata kemampuan siswa membuat rangkuman ilmiah secara klasikal setiap indikator membuat rangkuman ilmiah pada kelas eksperimen., secara rinci dapat digambarkan dalam bentuk gambar 2 berikut.
rata kemampuan siswa dalam membuat rangkuman ilmiah untuk kelas eksperimen.
Dari gambar di atas nilai rata-rata secara klasikal pada setiap indikator yang paling tinggi ditunjukkan oleh indikator pertama dimana nilainya adalah
berbanding terbalik dengan indikator tampil yang hanya 51,85%.
Siswa Membuat Rangkuman Imiah Kelas Kontrol
Data Kemampuan Merangkum Imiah siswa kelas eksperimen diperoleh membuat rangkuman ilmiah setelah diberikan perlakua
dengan menggunakan metode pembelajaran diskusi dalam proses pengajaran. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada lampiran 9 Secara rinci dapat di
sebagai berikut:
Organisasi Bahasa Tampil
70.37
56.94
51.85
kelas eksperimen
rata kemampuan siswa membuat rangkuman ilmiah secara klasikal setiap indikator membuat rangkuman ilmiah pada kelas eksperimen.,
rata kemampuan siswa dalam membuat rangkuman ilmiah
rata secara klasikal pada setiap indikator yang paling tinggi ditunjukkan oleh indikator pertama dimana nilainya adalah 78,7%
Kontrol
Data Kemampuan Merangkum Imiah siswa kelas eksperimen diperoleh setelah diberikan perlakuan yakni dalam proses pengajaran. Secara rinci dapat digmbarkan
Gambar 3. Nilai rata
ilmiah secara pos
Berdasarkan gambar di atas, nilai rata
akhir 1 dan tes akhir 2 menunjukkan adanya peningkatan dimana peningkatan paling signifikan terdapat pada indikator
16% dari tes akhir 1 dan tes akhir 2. Selanjutnya untuk rata
membuat rangkuman ilmiah secara klasikal setiap indikator membuat rangku ilmiah pada kelas eksperimen
4 berikut.
Gambar 4. Nilai rata
ilmiah untuk kelas kontrol. 0 10 20 30 40 50 60 70 80 isi rangkuman 61.11 76.85 0 10 20 30 40 50 60 70 Isi Rangkuman 68.98 36
Gambar 3. Nilai rata-rata kemampuan siswa dalam membuat rangkuman ilmiah secara pos-test untuk kelas kontrol.
Berdasarkan gambar di atas, nilai rata-rata untuk masing indikator pada tes akhir 1 dan tes akhir 2 menunjukkan adanya peningkatan dimana peningkatan paling signifikan terdapat pada indikator keempat yakni indikator tampil dengan perbedaan % dari tes akhir 1 dan tes akhir 2. Selanjutnya untuk rata-rata kemampuan siswa membuat rangkuman ilmiah secara klasikal setiap indikator membuat rangku ilmiah pada kelas eksperimen, secara rinci dapat digambarkan dalam bentuk gambar
Gambar 4. Nilai rata-rata kemampuan siswa dalam membuat rangkuman ilmiah untuk kelas kontrol.
organisasi bahasa tampil
54.63 51.85 38.89 62.03 60.19 54.63 Tes Akhir 1 Tes Akhir 2
Organisasi Bahasa Tampil
58.33 56.02
46.76
Kelas Kontrol rangkuman
rata untuk masing indikator pada tes akhir 1 dan tes akhir 2 menunjukkan adanya peningkatan dimana peningkatan paling indikator tampil dengan perbedaan rata kemampuan siswa membuat rangkuman ilmiah secara klasikal setiap indikator membuat rangkuman kan dalam bentuk gambar
rata kemampuan siswa dalam membuat rangkuman Tes Akhir 1
Tes Akhir 2
Dari gambar di atas nilai rata
paling tinggi ditunjukkan oleh indikator pert
berbanding terbalik dengan indikator tampil yang hanya 51,85% sementara pada indikator organisasi dan indikator bahasa memiliki persentasi hamper sama yakni masing-masing 58,33% dan 56,02%.
4.2.3 Perbandingan Rata
Rangkuman Ilmiah
Berdasarkan skor indikator kemampuan siswa dalam membuat rangkuman Ilmiah kelas eksperimen (menggunakan metode pembelajaran
kelas kontrol yang menggunakan metode
mengajar dapat digambarkan dalam bentuk diagram batang sebagai berikut :
Gambar 5. Rata-rata kemampuan siswa dalam membuat rangkuman ilmiah pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Berdasarkan gambar di atas, menunjukkan bahwa dari 4 indikator membuat rangkuman ilmiah pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingakn dengan kelas kontrol dimana perbedaan yang paling signifikan terdapat pada indikator organisasi
0 10 20 30 40 50 60 70 80
Isi Rangkuman Organisasi
78.7
70.37 68.98
37
Dari gambar di atas nilai rata-rata secara klasikal pada setiap indikator yang paling tinggi ditunjukkan oleh indikator pertama dimana nilainya adalah 78,7% berbanding terbalik dengan indikator tampil yang hanya 51,85% sementara pada indikator organisasi dan indikator bahasa memiliki persentasi hamper sama yakni
masing 58,33% dan 56,02%.
Perbandingan Rata-Rata Terhdap Kemampuan Siswa Dalam Membuat Rangkuman Ilmiah
skor indikator kemampuan siswa dalam membuat rangkuman Ilmiah kelas eksperimen (menggunakan metode pembelajaran “Batutakore”) dan kelas kontrol yang menggunakan metode pembelajaran diskusi dalam pro
mengajar dapat digambarkan dalam bentuk diagram batang sebagai berikut :
rata kemampuan siswa dalam membuat rangkuman ilmiah pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Berdasarkan gambar di atas, menunjukkan bahwa dari 4 indikator membuat rangkuman ilmiah pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingakn dengan kelas kontrol dimana perbedaan yang paling signifikan terdapat pada indikator organisasi
Organisasi Bahasa Tampil
70.37 56.94 51.85 58.33 56.02 46.76 kelas eksperimen Kelas Kontrol
rata secara klasikal pada setiap indikator yang ama dimana nilainya adalah 78,7% berbanding terbalik dengan indikator tampil yang hanya 51,85% sementara pada indikator organisasi dan indikator bahasa memiliki persentasi hamper sama yakni
mampuan Siswa Dalam Membuat
skor indikator kemampuan siswa dalam membuat rangkuman “Batutakore”) dan diskusi dalam proses belajar mengajar dapat digambarkan dalam bentuk diagram batang sebagai berikut :
rata kemampuan siswa dalam membuat rangkuman ilmiah
Berdasarkan gambar di atas, menunjukkan bahwa dari 4 indikator membuat rangkuman ilmiah pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingakn dengan kelas kontrol dimana perbedaan yang paling signifikan terdapat pada indikator organisasi
kelas eksperimen Kelas Kontrol
dimana perbedaan yang di
bahasa persentase dari kedua kelas ini adalah sama dimana kelas eksperimen 56,94% dan kelas kontrol 56,02%.
Selanjutnya untuk rata
eksperimen yang menggunakan metode pembelajaran “Batutakore” dan kelas yang menggunakan metode pembelajaran Diskusi, secara rinci dapat digambarkan dalam bentuk diagram sebagai berikut :
Gambar 6. Perbandingan kemampuan siswa dalam membuat rangkuman ilmiah pada kelas kont
Berdasarkan gambar diatas, menunjukkan bahwa perbedaan persentasi antara kelas eksperimen dan kelas kontrol hanya sebesar 10% dimana kelas yang menggunakan metode pembelajaran “Batutakore” diperoleh rata
sedangkan kelas yang menggunakan metode pembelajaran diskusi diperoleh rata sebesar 82,82%. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa membuat rangkuman
75 80 85 90 95 Perbandingan rata 38
dimana perbedaan yang ditunjukaan adalah sebesar 12% sedangkan pada indikator bahasa persentase dari kedua kelas ini adalah sama dimana kelas eksperimen 56,94%
Selanjutnya untuk rata-rata membuat rangkuman ilmiahsecara klasikal kelas ggunakan metode pembelajaran “Batutakore” dan kelas yang menggunakan metode pembelajaran Diskusi, secara rinci dapat digambarkan dalam bentuk diagram sebagai berikut :
Gambar 6. Perbandingan kemampuan siswa dalam membuat rangkuman ilmiah pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Berdasarkan gambar diatas, menunjukkan bahwa perbedaan persentasi antara kelas eksperimen dan kelas kontrol hanya sebesar 10% dimana kelas yang menggunakan metode pembelajaran “Batutakore” diperoleh rata-rata sebesar 92,82%
kan kelas yang menggunakan metode pembelajaran diskusi diperoleh rata sebesar 82,82%. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa membuat rangkuman
kelas eksperimen kelas kontrol 92.82
82.83
Perbandingan rata-rata kemampuan membuat rangkuman ilmiah kelas eksperimen dan kelas kontrol
tunjukaan adalah sebesar 12% sedangkan pada indikator bahasa persentase dari kedua kelas ini adalah sama dimana kelas eksperimen 56,94%
rata membuat rangkuman ilmiahsecara klasikal kelas ggunakan metode pembelajaran “Batutakore” dan kelas yang menggunakan metode pembelajaran Diskusi, secara rinci dapat digambarkan dalam
Gambar 6. Perbandingan kemampuan siswa dalam membuat rangkuman
Berdasarkan gambar diatas, menunjukkan bahwa perbedaan persentasi antara kelas eksperimen dan kelas kontrol hanya sebesar 10% dimana kelas yang rata sebesar 92,82% kan kelas yang menggunakan metode pembelajaran diskusi diperoleh rata-rata sebesar 82,82%. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa membuat rangkuman
ilmiah yang menggunakan metode pembelajaran “Batutakore” lebih tinggi dari pada kelas yang menggunakan me
4.3 Lembar Pengamatan Pembelajaran
4.3.1 Persentase Rata-Rata Pembelajaran Pada Pertemuan Pertama
Data persentase rata
eksperimen dan di kelas kontrol diperoleh melalui lembar pengamatan aktifitas pembelajaran . berdasarkan hasil yang diperoleh pada lampiran
digambarkan dalam bentuk gam
Gambar 7. Persentase rata
pada pertemuan pertama.
Berdasarkan gambar diatas, menunjukkan bahwa hasil pengamatan pada pertemuan pertama di kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh
penilaian dimana untuk aspek penilaian kriteria cukup perbedaan kelas eksperimen dan kelas kontrol pada pertemuan pertama sebesar 18,75% dan aspek untuk kriteria baik persentasi capaian pembelajaran hamper sama.
0 10 20 30 40 50 60 70 SB 18.75 68.75 6.25 39
ilmiah yang menggunakan metode pembelajaran “Batutakore” lebih tinggi dari pada kelas yang menggunakan metode pembelajaran diskusi.
Lembar Pengamatan Pembelajaran
Rata Pembelajaran Pada Pertemuan Pertama
persentase rata-rata pembelajaran pada pertemuan pertama di kelas eksperimen dan di kelas kontrol diperoleh melalui lembar pengamatan aktifitas pembelajaran . berdasarkan hasil yang diperoleh pada lampiran 10 secara rinci dapat digambarkan dalam bentuk gambar 7 sebagai berikut
Gambar 7. Persentase rata-rata capaian pembelajaran tiap aspek penilaian pada pertemuan pertama.
Berdasarkan gambar diatas, menunjukkan bahwa hasil pengamatan pada pertemuan pertama di kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh pada dua aspek penilaian dimana untuk aspek penilaian kriteria cukup perbedaan kelas eksperimen dan kelas kontrol pada pertemuan pertama sebesar 18,75% dan aspek untuk kriteria baik persentasi capaian pembelajaran hamper sama.
B C K 68.75 12.5 62.5 31.25 Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
ilmiah yang menggunakan metode pembelajaran “Batutakore” lebih tinggi dari pada
rata pembelajaran pada pertemuan pertama di kelas eksperimen dan di kelas kontrol diperoleh melalui lembar pengamatan aktifitas secara rinci dapat
rata capaian pembelajaran tiap aspek penilaian
Berdasarkan gambar diatas, menunjukkan bahwa hasil pengamatan pada pada dua aspek penilaian dimana untuk aspek penilaian kriteria cukup perbedaan kelas eksperimen dan kelas kontrol pada pertemuan pertama sebesar 18,75% dan aspek untuk kriteria
4.3.2 Persentase Rata-Rata
Data persentase rata eksperimen dan kelas kontrol
pembelajaran. berdasarkan hasil yang diperoleh pada lampiran digambarkan dalam bentuk gambar 8
Gambar 8. Persentase rata pertemuan kedua.
Berdasarkan gambar di atas, pada pertemuan kedua di kelas eksperimen dan di kelas kontrol diperoleh aspek pe
persentase perbedaan sebesar 31,25% dengan kelas eksperimen lebih tinggi, sedangkan kriteria baik dan cukup peningkatan di kelas kontrol dimana untuk perbadaan masing-masing aspek adalah 25% untuk kriteria baik d
kriteria cukup. 0 10 20 30 40 50 60 70 SB 56.25 25 40
Rata Pembelajaran Pada Pertemuan Kedua
Data persentase rata-rata capaian siswa pada pertemuan kedua
eksperimen dan kelas kontrol peroleh melalui lembar pengamatan aktifitas . berdasarkan hasil yang diperoleh pada lampiran 10 secara rinci da kan dalam bentuk gambar 8 sebagai berikut
Gambar 8. Persentase rata-rata capaian siswa tiap aspek penilaian pada pertemuan kedua.
Berdasarkan gambar di atas, pada pertemuan kedua di kelas eksperimen dan di kelas kontrol diperoleh aspek penilaian untuk kriteria sangat baik dengan persentase perbedaan sebesar 31,25% dengan kelas eksperimen lebih tinggi, sedangkan kriteria baik dan cukup peningkatan di kelas kontrol dimana untuk
masing aspek adalah 25% untuk kriteria baik dan 6,25% untuk
B C K 37.5 6.25 62.5 12.5 Kelas Eksperimen Kelas Kontrol kedua di kelas peroleh melalui lembar pengamatan aktifitas secara rinci dapat
rata capaian siswa tiap aspek penilaian pada
Berdasarkan gambar di atas, pada pertemuan kedua di kelas eksperimen dan nilaian untuk kriteria sangat baik dengan persentase perbedaan sebesar 31,25% dengan kelas eksperimen lebih tinggi, sedangkan kriteria baik dan cukup peningkatan di kelas kontrol dimana untuk
an 6,25% untuk
41
4.4 Pengujian Persyaratan Analisis 4.4.1 Uji Normalitas Data
Peongujian normalitas data, baik data post-test kelas eksperimen maupun dats post-test kelas kontrol digunakan uji lilieford pada tarf nyata α=0,05.
a. Uji Normalitas Kelas Eksperimen X1
Dari data hasil post-test pada kelas eksperimen (variable X1) pada lampiran 8
diperoleh skor rata-rata X= 10,31 sedangkan S = 1,32 dari tabel liliefors pada lampiran 10diperoleh harga sebesar L0 = 0,124 Untuk n1 = 27 dan taraf nyata α=0,05
diperoleh Ldaftar = 0,176 karena L0<Ldaftar maka hipotesis yang menyatakan data
berdistribusi normal diterima pada taraf α=0,05. b. Uji Normalitas Kelas Kontrol X2
Dari data hasil post-test pada kelas kontrol (variable X2) pada lampiran 9
diperoleh skor rata-rata X= 9,203 sedangkan S = 1,456 dari tabel liliefors pada lampiran 11diperoleh harga sebesar L0 = 0,039 Untuk n1 = 27 dan taraf nyata α=0,05
diperoleh Ldaftar = 0,176 karena L0<Ldaftar maka hipotesis yang menyatakan data
berdistribusi normal diterima pada taraf α=0,05.
4.4.2 Pengujian Homogenitas Data
Pengujian homogenitas datadimaksudkan untuk mengetahui data hasil penelitian eksperimen berasal dari populasi apakah benar-benar homogeny atau tidak. Oleh karena itu, pengujian normalitas data pada pengolahan ini adalah uji kesamaan
42
dua varians dengan menggunakan rumus uji F pada taraf nyata α = 0,05 dengan hipotesis bahwa skor pada kelas eksperimen dan kelas kontrol terdistribusi normal.
Dari hasil post test kedua sampel yang ada pada lampiran 8 dan 9 dapat dilakukan pengujian homogenitas diperoleh Fhitung = 1,39 pada taraf nyata α = 0,05
dan dk pembilang = 26 dan dk penyebut = 726 diperoleh F(0,05)(26,26) = 1,93. Kriteria
pengujian adalah terima Ho jika F(1-a)(n1-1) <F1/2a(n1-1.n2-1). Untuk taraf nyata α = 0,05,
dengan dk pembilang n1-1 = 27-1=26 dan dk penyebut n2-1 = 27-1=26 didapat Ftabel =
1,93. Karena Fhitung<Ftabel = 1,39<1.93 maka hipotesis nol (H0) diterima, artinya kedua
varians homogen.
4.4.3 Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis menggunakan statistic uji beda dua rata-rata yaitu uji t. berdasarkan data skor kemampuan membuat rangkuman ilmiah siswa pada lampiran 8 dan 9 diperoleh nilai thitung= 2,99. Sedangkan kriteria pengujian pada taraf
signifikan α = 0,05 dari daftar distribusi t diperoleh ttabel sebesar = 2,01. Oleh karena
thitung> ttabel dan thitung tidak berada pada daerah penerimaan yaitu = -2,01 sampai
dengan +2,01 , maka H0 ditolak dan H1 diterima yaitu “terdapat perbedaan
kemaampuan membuat rangkuman ilmiah antara kelas yang menggunakan metode pembelajaran “Batutakore” dengan kelas yang menggunakan metode pembelajaran diskusi pada materi kalor”.
Data hasil perhitungan pengujian ini, dapat digambarkan daerah penerimaan hipotesis, adalah sebagai berikut.
43
Dari gambar di atas dapat disimpulkan bahwa thitung berada diluar daerah
penerimaan H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti terjadi peningkatan kemampuan
membuat rangkuman ilmiah dengan menggunakan metode pembelajaran “Batutakore”. Pada materi Kalor.
4.5 Pembahasan
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dimana langkah awal adalah pengambilan sampel secara cluster random sampling dengan tujuan untuk mengambil dua kelas yang dianggap homogen baik dari waktu, bahan ajar (buku) yang digunakan maupun dari guru yang mengajar, kemudian kedua kelas ini diundi dengan menggunakan koin yang bertujuan menentukan mana yang akan dijadikan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Setelah diperoleh sampel maka langkah selanjutnya dalah memberikan perlakuan di kedua kelas dimana kelas eksperimen menggunakan metode pemblajaran “Batutakore” dan kelas eksperimen menggunakan metode pembeljaran Diskusi.
H0
H1 H1
0
-2,01 2,01
Gambar 9. Kurva Penerimaan dan Penolakan Ho
2,99
44
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode pembelajaran “Batutakore” , dengan tujuan agar dapat merubah proses pembelajaran yang awalnya hanya berorientasi pada guru menjadi lebih berorientasi pada siswa. Pembelajaran yang berorientasi pada guru akan terlihat bahwa semua kegiatan lebh banyak ditentukan oleh guru. Akibatnya, kesempatan siswa untuk dapat mengembangkan kemampuan sesuai dengan minat dan bakatnya bahkan untuk dapat belajar sesuai dengan gayanya sangatlah terbatas. Untuk itu dengan adanya metode pembelajaran “Batutakore” diharapkan pembelajaran lebih berorientasi pada siswa. Dengan demikian siswa akan aktif dalam proses pembelajaran dikelas. Sehingga minat, motivasi maupun hasil belajar siswa dalam pembelajaran fisika pun akan semakin meningkat. Oleh karena itu peneliti melakukan penelitian, untuk melihat perbedaan kemampuan siswa dalam membuat rangkuman ilmiah pada kelas eksperimen dan metode pembelajaran Diskusi pada kelas kontrol.
Berdasarkan hasil analisis hipotesis, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan siswa dalam membuat rangkuman ilmiah yang menggunakan metode pembelajaran “Batutakore” dengan kelas yang tidak menggunakan metode pembelajaran “Batutakore”. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pembelajaran yang menggunakan metode pembelajaran “Batutakore” dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membuat rangkuman ilmiah khususnya pada materi Kalor. penggunaan metode pembelajaran “Batutakore” dapat membantu siswa dalam memahami suatu konsep berdasarkan apa yang mereka baca dan mereka tulis. Pada metode ini siswa selain di tuntut untuk memahami konsep materi ajar dalam hal ini
45
kalor, siswa juga dapat memahami bagaimana tata cara penulisan istilah-istilah atau simbol-simbol fisika, satuan ataupun ketetapan-ketetapan yang sesuai dengan kaidah penulisan dalam fisika khususnya pada materi kalor, berdasarkan apa yang mereka baca dan tulis. Sehingganya dari pemahaman konsep siswa akan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari apa itu kalor dan bagaimana proses perpindahannya.
Dengan menggunakan sintaks metode pembelajaran “Batutakore” yang merupakan singkatan dari baca, tulis, tampil, komentar dan revisi dimana setiap fasenya sangat membantu siswa dalam menguasai materi pembelajaran. Mulai dari fase membaca dimana proses ini sangat rumit karena melibatkan faktor eksternal maupun internal yang saling berkoordinasi sehingganya siswa dapat memahami makna apa yang dibaca , kemudian fase menulis dimana fase ini kegiatan berbahasa secara non verbal yang menyampaikan pesan yang dibaca lewat coretan , kemudian fase tampil dimana pada fase ini melatih kepercaynan diri seorang siswa ketika hendak tampil di depan umum dalam hal mengomentari (kritik ataupun saran) dan yang terakhir yakni revisi dimana pada fase ini siswa diajarkan untuk menijau guna memperbaiki hasil untuk menjadi lebih maksimal.
Mengenai kelemahan kelemahan dan kekurangan yang terdapat pada metode ini, hanya peneliti dapat pada saat penelitian berlangsung hal ini dikarenakan belum adanya penemuan secara ilmiah mengenai metode ini. Adapun kelemahan dan kelebihan dari metode ini secara garis besar yakni sebaiknya guru menggunakan metode ini memperhatikan waktu hal ini dikarenakan metode ini menggabungkan 5 kemampuan yang digabungkan menjadi satu siklus dalam proses pembelajaran,
46
sedangkan untuk kelebihannya siswa dapat memahami apa yang mereka baca dan tulis serta sebagai variasi dalam pembelajaran yang selama ini hanya berorientasi pada guru. Sehingganya untuk kedepanya nanti semoga ada ahli dalam dunia pendidikan yang menemukan metode pembelajaran “Batutakore” secara ilmiah baik dari segi sintaksnya, kelemahan dan kekurangan maupun segala sesuatu yang berhubungan dengan metode pembeajaran “Batutakore” sebagai kelengkapan referensi untuk penelitian selanjutnya.
Berdasarkaan hasil yang didapat dengan menilai hasil rangkuman siswa berdasarkan indikator membuat rangkuman ilmiah yang terdiri dari isi rangkuman, organisasi, bahasa, dan tampil terlihat bahwa nilai rata-rata yang diperoleh pada kelas yang menggunakan metode pembeljaran “Batutakore” lebih tinggi bila dibandingkan dengan kelas yang menggunakan metode pembelajaran diskusi. Adanya perbedaan kemampuan membuat rangkuman ilmiah menunjukkan bahwa siswa yang diberikan perlakuan atau kelas eksperimen (metode “Btutakore”) memiliki kemampuan membuat rangkuman ilmiah yang lebih terhadap materi yang diajarkan dibanding dengan kelas yang menggunakan metode pembelajaran diskusi. Hal ini dikarenakan, pada kelas eksperimen setelah guru membagikan bahan ajar, siswa membuat rangkuman ilmiah secara individu namun mempresentasikannya secara klasikan atau perwakilan masing-masing kelompok sehingganya hasil rangkuman ilmiah yang dibuat oleh siswa bervariasi sedangkan pada kelas kontrol hasil rangkuman ilmiah yang dibuat siswa kebanyakan ada yang sama dengan teman satu kelompok hal ini
47
dikarenakan metode yang digunakan di kelas kontrol adalah metode diskusi yang didalam proses pembuatan rangkuman ilmiah siswa saling bertanya.
Sesuai hasil pada langkah pengujian hipotesis diperoleh nilai thitung= 2,99
untuk α = 0,05 dari daftar distribusi t diperoleh ttabel sebesar = 2,01, hal ini
menunjukkan bahwa H0 ditolak, jadi H1 diterima dengan demikian terdapat perbedaan
kemampuan merangkum siswa antara kelas yang menggunakan metode pembelajaran “Batutakore” terhadap kelas yang menggunakan metode pembelajaran diskusi pada materi kalor. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode pembelajaran yang menggunakan metode pembelajaran “Batutakore” dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membuat rangkuman ilmiah pada materi kalor.