• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH PRESENTASI ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN-1.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MAKALAH PRESENTASI ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN-1.pdf"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH PRESENTASI

ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN

KELOMPOK 4 :

1. AMANDA ANGGER A D W (M0613003)

2. ANISA NAZIHA (M0613005)

3. ANNISA SARAH FAJRIANI (M0613006)

4. ASTRIT NUGRAHENI (M0613012)

S-1 FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu pengetahuan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari ajaran agama Islam, sebab kata islam itu sendiri, dari kata dasar aslama yang artinya “tunduk patuh”, mempunyai makna “tunduk patuh kepada kehendak atau ketentuan Allah”. Dalam Surat Ali Imran ayat 83, Allah menegaskan bahwa seluruh isi jagat raya, baik di langit maupun di bumi, selalu berada dalam keadaan islam, artinya tunduk patuh kepada aturan-aturan Ilahi. Allah memerintahkan manusia untuk meneliti alam semesta yang berisikan ayat-ayat Allah. Sudah tentu manusia takkan mampu menunaikan perintah Allah itu jika tidak memiliki ilmu pengetahuan. Itulah sebabnya, kata alam dan ilmu mempunyai akar huruf yang sama: ain-lam-mim.

Ilmu bukan sekedar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi.

Iptek atau Ilmu Pengetahuan dan Teknolgi, merupakan salah satu hal yang tidak dapat kita lepaskan dalam kehidupan kita. Kita membutuhkan ilmu karena pada dasarnya manusia mempunyai suatu anugerah terbesar yang diberikan Allah SWT hanya kepada kita, manusia, tidak untuk makhluk yang lain, yaitu sebuah akal pikiran. Dengan akal pikiran tersebutlah, kita selalu akan berinteraksi dengan ilmu. Akal yang baik dan benar, akan terisi dengan ilmu-ilmu yang baik pula. Sedangkan teknologi, dapat kita gunakan sebagai sarana untuk mendapatkan ilmu pengetahuan itu sendiri. Namun, dalam mempelajari dan mengaplikasikan iptek itu sendiri, harus

memperhatikan beberapa hal yang penting.

(3)

Terkadang ada pula yang menggunakan bahan – bahan berbahaya bagi kesehatan lingkungan sekitar. Beberapa dari mereka ada yang menyalahgunakan hasil penelitian tsb. Sesungguhnya Allah melarang kita membuat pengrusakan di bumi, seperti dalam firman-Nya dalam (Q.S. Al-A’raf : 56). “Dan janganlah kamu membuat kerusakan dimuka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdo’alah kepadaNya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada

orang – orang yang berbuat baik.”

Kita sebagai manusia, tak lepas dari tanggung jawab kita sebagai khalifah dimuka bumi. Dimana kita ditugaskan untuk menjaga bumi dan seluruh isinya agar tetap asri. Ada alasan mengapa Allah menciptakan kita sebagai khalifah dibumi ini?!!, yaitu karena manusia memiliki akal untuk berfikir dan mengenali lingkungannya. Inilah yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Bahkan malaikat pun pernah protes lantaran adam memiliki jabatan sebagai khalifah. Seperti yang dikatakan Allah dalam firman-Nya Q.S. Al-Baqarah : 34 “Dan ingatlah tatkala kami berkata kepada malaikat: Sujudlah kamu kepada Adam! Maka sujudlah mereka, kecuali iblis enggan dia dan menyombongkan diri, karena dia

adalah dari golongan makhluk yang kafir.”

Dengan surat tersebut menjelaskan bahwa kemampuan berfikir itulah yang membuat manusia dijadikan sebagai khalifah dimuka bumi ini jika dibandingkan dengan malaikat yang kita ketahui sebagai makhluk yang maksum dari dosa. Bisa disimpulkan bahwa untuk menjadi khalifah tidak hanya bertasbih menyebut asma-Nya tapi juga kemampuannya dalam mengenali lingkungannya dan berfikir. Ini adalah karunia yang besar bagi kita. Seharusnya kita bersyukur dan mampu memanfaatkannya dengan baik.

B. Rumusan Permasalahan

Dari uraian tersebut, dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah kedudukan akal dan wahyu?

(4)

3. Bagaimanakah klasisfikasi ilmu dalam Islam? 4. Bagaimana kedudukan Ilmu dalam Islam?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui kedudukan akal dan wahyu.

2. Untuk mengetahui motivasi islam dalam pengembangan ilmu pengetahuan. 3. Untuk mengetahui klasifikasi ilmu dalam Islam.

(5)

BAB II

PEMBAHASAN : ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN

A. Kedudukan Akal dan Wahyu

Kata akal sudah menjadi kata Indonesia, berasal dari kata Arab al-‘Aql (لـقـعلا), yang dalam bentuk kata benda. Al-Qur’an hanya membawa bentuk kata kerjanya ‘aqaluuh (هولـقـع) dalam 1 ayat, ta’qiluun (نولـقـعت) 24 ayat, na’qil (لـقـعن) 1 ayat, ya’qiluha (اهلـقـعي) 1 ayat dan ya’qiluun (نولـقـعي) 22 ayat, kata-kata itu datang dalam arti faham dan mengerti. Maka dapat diambil arti bahwa akal adalah peralatan manusia yang memiliki fungsi untuk membedakan yang salah dan yang benar serta menganalisis sesuatu yang kemampuanya sangat luas.

Dalam pemahaman Prof. Izutzu, kata ‘aql di zaman jahiliyyah dipakai dalam arti kecerdasan praktis (practical intelligence) yang dalam istilah psikologi modern disebut kecakapan memecahkan masalah (problem-solving capacity). Orang berakal, menurut pendapatnya adalah orang yang mempunyai kecakapan untuk menyelesaikan masalah. Bagaimana pun kata ‘aqala mengandung arti mengerti, memahami dan berfikir. Sedangkan Muhammad Abduh berpendapat bahwa akal adalah: sutu daya yang hanya dimiliki manusia dan oleh karena itu dialah yang memperbedakan manusia dari mahluk lain.

Dari ayat Al-Qur’an surat Al-Hajj (22) ayat 46, maka kita tahu bahwa al-’aql itu ada di dalam al-qolb, karena, seperti yang dikatakan dalam ayat tersebut, memahami dan memikirkan (ya’qilu) itu dengan al-qolb dan kerja memahami dan memikirkan itu dilakukan oleh al-‘aql maka tentu al-‘aql ada di dalam al-qolb, dan al-qolb ada di dalam dada. Yang dimaksud dengan al-qolb tentu adalah jantung, bukan hati dalam arti yang sebenarnya karena ia tidak berada di dalam dada, dan hati dalam arti yang sebenarnya padanan katanya dalam bahasa Arab adalah al-kabd. Dengan demikian akal dalam pengertian Islam, bukanlah otak, akan tetapi daya berfikir yang terdapat dalam jiwa manusia, daya untuk memperoleh pengetahuan dengan memperhatikan alam sekitarnya. Dalam pengertian inilah akal yang dikontraskan dengan wahyu yang membawa pengetahuan dari luar diri manusia, yakni dari Allah SWT.

Kata wahyu berasal dari kata arab يحولا, dan al-wahy adalah kata asli Arab dan bukan pinjaman dari bahasa asing, yang berarti suara, api, dan kecepatan. Dan

(6)

ketika Al-Wahyu berbentuk masdar memiliki dua arti yaitu tersembunyi dan cepat. oleh sebab itu wahyu sering disebut sebuah pemberitahuan tersembunyi dan cepat kepada seseorang yang terpilih tanpa seorangpun yang mengetahuinya. Sedangkan ketika berbentuk maf’ul wahyu Allah terhadap Nabi-Nabi-Nya ini sering disebut Kalam Allah yang diberikan kepada Nabi.

Wahyu berfungsi memberi informasi bagi manusia. Yang dimaksut memberi informasi disini yaitu wahyu memberi tahu manusia, bagaimana cara berterima kasih kepada tuhan, menyempurnakan akal tentang mana yang baik dan yang buruk, serta menjelaskan perincian upah dan hukuman yang akan di terima manusia di akhirat. Sebenarnya wahyu secara tidak langsung adalah senjata yang diberikan allah kepada nabi-nabi-Nya untuk melindungi diri dan pengikutnya dari ancaman orang-orang yang tak menyukai keberadaanya. Dan sebagai bukti bahwa beliau adalah utusan sang pencipta yaitu Allah SWT.

Al-Qur’an juga memberikan tuntunan tentang penggunaan akal dengan mengadakan pembagian tugas dan wilayah kerja pikiran dan qalbu. Daya pikir manusia menjangkau wilayah fisik dari masalah-masalah yang relatif, sedangkan qalbu memiliki ketajaman untuk menangkap makna-makna yang bersifat metafisik dan mutlak. Oleh karenanya dalam hubungan dengan upaya memahami islam, akal memiliki kedudukan dan fungsi yang lain yaitu sebagai berikut:

1. Akal sebagai alat yang strategis untuk mengungkap dan mengetahui kebenaran yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasul, dimana keduanya adalah sumber utama ajaran islam

2. Akal merupakan potensi dan modal yang melekat pada diri manusia untuk mengetahui maksud-maksud yang tercakup dalam pengertian Al-Qur’an dan Sunnah Rosul.

3. Akal juga berfungsi sebagai alat yang dapat menangkap pesan dan semangat Al-Qur’an dan Sunnah yang dijadikan acuan dalam mengatasi dan memecahkan persoalan umat manusia dalam bentuk ijtihat.

4. Akal juga berfungsi untuk menjabarkan pesan-pesan Al-Qur’an dan Sunnah dalam kaitannya dengan fungsi manusia sebagai khalifah Allah SWT, untuk mengelola dan memakmurkan bumi seisinya.

Adapun wahyu dalam hal ini yang dapat dipahami sebagai wahyu langsung (Al-Qur’an) ataupun wahyu yang tidak langsung (al-Sunnah), keduanya memiliki fungsi

(7)

dan kedudukan yang sama meski tingkat akurasinya berbeda karena disebabkan oleh proses pembukuan dan pembakuannya. Oleh karena itu, fungsi dan kedudukan wahyu dalam memahami Islam adalah:

1. Wahyu sebagai dasar dan sumber pokok ajaran Islam. Seluruh pemahaman dan pengamalan ajaran Islam harus dirujukan kepada Al-Qur’an dan Sunnah. Dengan demikian dapat dipahami bahwa pemahaman dan penngamalan ajaran Islam tanpa merujuk pada al-quran dan al-sunnah adalah omong kosong.

2. Wahyu sebagai landasan etik. Karena wahyu itu akan difungsikan bila akal difungsikan untuk memahami, maka akal sebagai alat untuk memahami islam (wahyu) harus dibimbinng oleh wahyu itu sendiri agar hasil pemahamannya benar dan pengamalannya pun menjadi benar. Akal tidal boleh menyimpang dari prinsip etik yang diajarkan oleh wahyu.

Kedudukan antara wahyu dalam islam sama-sama penting. Karena islam tak akan terlihat sempurna jika tak ada wahyu maupun akal. Dan kedua hal ini sangat berpengaruh dalam segala hal dalam Islam. Dapat dilihat dalam hukum islam, antara wahyu dan akal ibarat penyeimbang. Andai ketika hukum islam berbicara yang identik dengan wahyu, maka akal akan segera menerima dan mengambil kesimpulan bahwa hal tersebut sesuai akan suatu tindakan yang terkena hukum tersebut. Karena sesungguhnya akal dan wahyu itu memiliki kesamaan yang diberikan Allah namun jika wahyu hanya orang-orang tertentu yang mendapatkanya tanpa seorangpun yang mengetahui, dan akal adalah hadiah terindah bagi setiap manusia yang diberikan Allah SWT.

Dalam Islam, akal memiliki posisi yang sangat mulia. Meski demikian bukan berartiakal diberi kebebasan tanpa batas dalam memahami agama. Islam memiliki aturan untuk menempatkan akal sebagaimana mestinya. Bagaimanapun, akal yang sehat akan selalu cocok dengan syariat islam dalam permasalahan apapun. Dan W a h y u b a i k b e r u p a A l - Q u r ’ a n d a n H a d i t s b e r s u m b e r d a r i A l l a h S W T , p r i b a d i N a b i Muhammad SAW yang menyampaikan wahyu ini, memainkan peranan yang sangat penting dalam turunnya wahyu. Wahyu merupakan perintah yang berlaku umum atas seluruh umat manusia, tanpa mengenal ruang dan waktu, baik perintah itu disampaikan dalam bentuk umum atau khusus. A p a y a n g d i b a w a o l e h

(8)

w a h y u t i d a k a d a y a n g b e r t e n t a n g a n d e n g a n a k a l , b a h k a n i a sejalan dengan prinsip-prinsip akal. Wahyu itu merupakan satu kesatuan yang lengkap, tidak terpisah-pisah. W a h y u i t u m e n e g a k k a n h u k u m m e n u r u t k a t e g o r i p e r b u a t a n m a n u s i a , b a i k p e r i n t a h maupun larangan. S e s u n g g u h n y a w a h y u y a n g b e r u p a A l Q u r ’ a n d a n A s -S u n n a h t u r u n s e c a r a b e r a n g s u r - angsur dalam rentang waktu yang cukup panjang.

Namun tidak selalu mendukung antara wahyu dan akal, karena seiring perkembangan zaman akal yang semestinya mempercayai wahyu adalah sebuah anugrah dari Allah terhadap orang yang terpilih, terkadang mempertanyakan keaslian wahyu tersebut. Apakah wahyu itu benar dari Allah SWT, ataukah hanya pemikiran seseorang yang beranggapan semua itu wahyu. Karena Masalah akal dan wahyu dalam pemikiran kalam sering dibicarakan dalam konteks, yang manakah diantara kedua akal dan wahyu itu yang menjadi sumber pengetahuan manusia tentang tuhan, tentang kewajiban manusia berterima kasih kepada tuhan, tentang apa yang baik dan yang buruk, serta tentang kewajiban menjalankan yang baik dan menghindari yang buruk.

B. Motivasi Islam dalam Pengembangan Ilmu Pengetahuan

"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Paling Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya" (Al-'Alaq : 1-5)

Ayat tersebut diatas mendorong Umat Islam untuk pandai membaca, berfikir dan berkreasi. semakin banyak membaca, semakin banyak manfaat yang diperoleh. Ilmu akan bertambah, bahasa makin baik, dan wawasan makin luas. Bacalah alam ini. Bacalah Al Qur'an ini. Bacalah buku-buku ilmu pengetahuan. Jadi, membaca merupakan kunci pembuka untuk mempelajari ilmu pengetahuan.

(9)

wahyu pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW tersebut diatas. Begitu besar perhatian Islam terhadap ilmu pengetahuan, sehingga setiap orang Islam baik laki-laki maupun perempuan diwajibkan untuk menuntut ilmu.

Sabda Nabi : "Mencari ilmu itu wajib bagi setiap orang Islam laki-laki dan perempuan" (HR. Ibnu Abdil Bar). Dimanapun ilmu berada, Islam memerintahkan untuk mencarinya. Sabda Nabi : "Carilah ilmu meskipun di negeri Cina" (HR Ibnu 'Adi dan Baihaqi). Menuntut ilmu dalam Islam tidak berhenti pada batas usia tertentu, melainkan dilaksanakan seumur hidup. tegasya dalam hal menuntut ilmu tidak ada istilah "sudah tua". Selama hayat masih dikandung badan, manusia wajib menuntut ilmu. Hanya caranya saja hendaklah disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan masing-masing. Perintah menuntut ilmu sepanjang masa ini diterangkan dalam Hadits Nabi SAW. "Carilah ilmu sejak buaian sampai ke liang lahad".

Dengan memiliki ilmu, seseorang menjadi lebih tinggi derajatnya dibanding dengan yang tidak berilmu. Atau dgn kata lain, kedudukan mulia tidak akan dicapai kecuali

dengan ilmu.

Firman Allah SWT : "Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat" (Al

Mujadilah : 11)

Dan firman Allah SWT : "Adakah sama orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui" (Az-Zumar : 9). Sementara itu, penghormatan terhadap penuntut ilmu dijelaskan pula dalam beberapa Hadits Nabi SAW. diantaranya : "Tidaklah suatu kaum berkumpul disalah satu rumah Allah, sambil membaca al Qur'an dan mempelajarinya kecuali mereka dinaungi oleh para malaikat, mereka diberikan ketenangan, disirami rahmat dan selalu diingat Allah". "Sesungguhnya, malaikat akan meletakkan sayapnya (menaungi) pada pencari ilmu

karena senang apa yang sedang dituntutnya".

Menurut hadits tersebut diatas, tempat-tempat majlis ilmu itu dinaungi malaikat, diberikan ketenangan (sakinah), disirami rahmat dan dikenang Allah di

(10)

singgasana-Nya. Begitulah penghormatan yang diberikan kepada orang-orang yang menuntut

ilmu pengetahuan itu.

Ilmu Memperkuat Iman

Ilmu pengetahuan dapat memperluas cakrawala dan memperkaya bahan pertimbangan dalam segala sikap dan tindakan. Keluasan wawawasan, pandangan serta kekayaan informasi akan membuat seseorang lebih cenderung kepada obyektivitas, kebenaran dan realita. Ilmu yang benar dapat dijadikan sarana untuk mendekatkan kebenaran dalam berbagai bentuk. Tentunya bagi seorang muslim, dibalik wajah-wajah kebenaran itu tersirat kebenaran yang mutlak adalah Allah SWT. Dengan kata lain, ilmu yang benar mendorong seseorang beriman kepada Allah SWT. Bahkan lebih dari itu, ilmu yang benar dapat pula memperkuat dan meningkatkan keimanan seseorang. Ilmu dapat memperkuat iman, dan iman melahirkan kepatuhan dan tawadhu' kepada Allah SWT.

Firman Allah SWT : "Dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu meyakini Al Qur'an itulah yang hak (petunjuk yang benar) dari Tuhanmu, lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepada-Nya" (al Hajj : 54).

Dari salah satu hadits nabi yang diriwayatkan oleh Abu Daud : "Dari Abu Darda' berkata, saya mendengar Rasulallah SAW bersabda : 'Kelebihan seseorang alim dari seseorang 'abid (banyak ibadah) seperti kelebihan bulan pada bintang-bintang".

Menurut hadits ini orang yang berilmu melebihi dari orang yang banyak ibadah laksana bulan melebihi bintang-bintang. Ilmu manfaatnya tidak terbatas, bukan hanya bagi pemiliknya. Tapi ia membias ke orang lain yang mendengarkannya atau yang membaca karya tulisnya. Sedangkan ibadah manfaatnya terbatas hada pada sipelakunya.

Ilmu atasar dan pengaruhnya tetap abadi dan lestari selama masih ada orang yang memanfaatkannya, meskipun sudah beberapa ribu tahun. Tetapi orang yang melakukan shalat, puasa, zakat, haji, bertasbih, bertakbir dll tetap diberi pahala oleh

(11)

Allah SWT, akan tetapi semua ini segera berakhir dengan berakhirnya pelaksanaan

dan kegiatan.

Sabda Nabi : "Jika manusia meninggal dunia, semua amalnya terputus kecuali tiga : sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat dan anak saleh yang selalu mendo'akan kedua

orang tuanya" (HR. Muslim).

Marilah kita perhatikan intisari ajaran Al-Qur’an tentang sains dan teknologi. Pertama, Allah menciptakan alam semesta dengan haqq (benar) kemudian mengaturnya dengan hukum-hukum yang pasti (Al-A`raf 54, An-Nahl 3, Shad 27).

Kedua, manusia diperintahkan Allah untuk meneliti dan memahami hukum-hukum Allah di alam semesta (Ali Imran 190-191, Yunus 101, Al-Jatsiyah 13).

Ketiga, dalam memanfaatkan hukum-hukum Allah di alam semesta yang melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia harus berwawasan lingkungan dan dilarang untuk merusak atau membuat pencemaran (Al-Qasas 77, Ar-Rum 41).

Dalam pengembangan ilmu pengetahuan, kita harus memiliki sikap-sikap intelektual

yang diperintahkan Allah dalam Al-Qur’an.

Pertama, kritis terhadap permasalahan yang dihadapi, sebagaimana tercantum dalam Surat Al-Isra’ ayat 36: “Dan janganlah engkau ikuti sesuatu yang tiada padamu pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan isi hati, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya”.

Kedua, bersedia menerima kebenaran dari mana pun datangnya, sebagaimana tercantum dalam Surat Az-Zumar ayat 18: “Maka gembirakanlah hamba-hamba-Ku yang menginventarisasi pendapat-pendapat, lalu mengikuti yang terbaik. Mereka itulah yang memperoleh petunjuk Allah dan mereka itulah kaum intelektual”.

(12)

tercantum dalam Surat Yunus ayat 101: “Katakan: nalarilah apa yang ada di langit dan di bumi. Dan tidaklah berguna segala ayat dan peringatan itu bagi kaum yang

tidak percaya”.

Menurut Surat Ali Imran 191-194, seorang ilmuwan atau intelektual Muslim harus

mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:

1. Senantiasa dalam kondisi zikir, memelihara komitmen kepada ajaran Allah. 2. Mengembangkan daya fikir dalam menalari ciptaan Allah. 3. Memanfaatkan potensi dan kesempatan yang disediakan Allah. 4. Menjauhi perilaku menyimpang dari ajaran Allah. 5. Siap membela kebenaran dan keadilan serta memberantas kezaliman. 6. Teguh beriman kepada Allah dan Rasul dalam sikap dan perilaku. 7. Menyadari kekhilafan dan berusaha meningkatkan kemampuan diri. 8. Ikhlas berkorban mempersembahkan bakti hanya kepada Allah. 9. Berwawasan masa depan untuk kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

Terdapat tiga alasan pokok, mengapa kita perlu menguasai iptek, yaitu : 1. Ilmu pengetahuan yg berasal dari dunia Islam sudah diboyong oleh

negara-negara barat. Ini fakta, tidak bisa dipungkiri.

2. Negara-negara barat berupaya mencegah terjadinya pengembangan IPTEK di negara-negara Islam. Ini fakta yang tak dapat dipungkiri. 3. Adanya upaya-upaya untuk melemahkan umat Islam dari memikirkan kemajuan IPTEK-nya, misalnya umat Islam disodori persoalan-persoalan klasik agar umat Islam sibuk sendiri, ramai sendiri dan akhirnya bertengkar sendiri.

Sumber–Sumber Ilmu Pengetahuan Dalam Islam

Setelah kita mengetahui betapa tinggi perhatian Islam terhadap ilmu pengetahuan dan betapa Allah SWT mewajibkan kepada kaum muslimin untuk belajar dan terus belajar, maka Islampun telah mengatur dan menggariskan kepada ummatnya agar mereka menjadi ummat yang terbaik (dalam ilmu pengetahuan dan dalam segala hal) dan agar mereka tidak salah dan tersesat, dengan memberikan bingkai sumber

(13)

pengetahuan berdasarkan urutan kebenarannya sebagai berikut: 1. Al-Qur’an dan Sunnah :

Allah SWT telah memerintahkan hamba-Nya untuk menjadikan al-Qur’an dan Sunnah sebagai sumber pertama ilmu pengetahuan. Hal ini dikarenakan keduanya adalah langsung dari sisi Allah SWT dan dalam pengawasannya, sehingga terjaga dari kesalahan, dan terbebas dari segala vested interest apapun, karena ia diturunkan dari Yang Maha Berilmu dan Yang Maha Adil. Sehingga tentang kewajiban mengambil ilmu dari keduanya, disampaikan Allah SWT melalui berbagai perintah untuk memikirkan ayat-ayat-Nya (QS 12/1-3) dan menjadikan Nabi SAW

sebagai pemimpin dalam segala hal (QS 33/21).

2. Alam semesta:

Allah SWT telah memerintahkan manusia untuk memikirkan alam semesta (QS 3/190-192) dan mengambil berbagai hukum serta manfaat darinya, diantara ayat2 yang telah dibuktikan oleh pengetahuan modern seperti :

a. Ayat tentang asal mula alam semesta dari kabut/nebula (QS 41/11).

b. Ayat tentang urutan penciptaan (QS 79/28-30): Kegelapan (nebula dari kumpulan H dan He yang bergerak pelan), adanya sumber cahaya akibat medan magnetik yang menghasilkan panas radiasi termonuklir (bintang dan matahari) pembakaran atom H menjadi He lalu menjadi C lalu menjadi O baru terbentuknya benda padat dan logam seperti planet (bumi) panas turun menimbulkan kondensasi baru membentuk air baru mengakibatkan adanya kehidupan (tumbuhan).

c. Ayat bahwa bintang2 merupakan sumber panas yang tinggi (QS 86/3), matahari sebagai contoh tingkat panasnya mencapai 6000 derajat C.

d. Ayat tentang teori ekspansi kosmos (QS 51/47).

e. Ayat bahwa planet berada pada sistem tata surya terdekat (sama ad-dunya) (QS 37/6).

(14)

f. Ayat yang membedakan antara planet sebagai pemantul cahaya (nur/kaukab) dengan matahari sebagai sumber cahaya (siraj) (QS 71/16).

g. Ayat tentang gaya tarik antar planet (QS 55/7).

h. Ayat tentang revolusi bumi mengedari matahari (QS 27/88).

i. Ayat bahwa matahari dan bulan memiliki waktu orbit yang berbeda2 (QS 55/5) dan garis edar sendiri2 yang tetap (QS 36/40).

j. Ayat bahwa bumi ini bulat (kawwara-yukawwiru) dan melakukan rotasi (QS 39/5).

k. Ayat tentang tekanan udara rendah di angkasa (QS 6/125).

l. Ayat tentang akan sampainya manusia (astronaut) ke ruang angkasa (ini bedakan dengan lau) dengan ilmu pengetahuan (sulthan) (QS 55/33).

m. Ayat tentang jenis-jenis awan, proses penciptaan hujan es dan salju (QS 24/43). n. Ayat tentang bahwa awal kehidupan dari air (QS 21/30).

o. Ayat bahwa angin sebagai mediasi dalam proses penyerbukan (pollen) tumbuhan (QS 15/22).

p. Ayat bahwa pada tumbuhan terdapat pasangan bunga jantan (etamine) dan bunga betina (ovules) yang menghasilkan perkawinan (QS 13/3).

q. Ayat tentang proses terjadinya air susu yang bermula dari makanan (farts) lalu diserap oleh darah (dam) lalu ke kelenjar air susu (QS 16/66), perlu dicatat bahwa peredaran darah baru ditemukan oleh Harvey 10 abad setelah wafatnya nabi Muhammad SAW.

r. Ayat tentang penciptaan manusia dari air mani yang merupakan campuran (QS 76/2), mani merupakan campuran dari 4 kelenjar, testicules (membuat spermatozoid), vesicules seminates (membuat cairan yang bersama mani), prostrate

(pemberi warna dan bau), Cooper & Mary (pemberi cairan yang melekat dan lendir).

s. Ayat bahwa zyangote dikokohkan tempatnya dalam rahim (QS 22/5), dengan tumbuhnya villis yang seperti akar yang menempel dpada rahim.

t. Ayat tentang proses penciptaan manusia melalui mani (nuthfah) zygote yang melekat (‘alaqah) segumpal daging/embryo (mudhghah) dibungkus oleh tulang dalam misenhyme (‘izhama) tulang tersebut dibalutoleh otot dan daging (lahma)

(15)

(QS:23/14).

3. Diri manusia:

Allah SWT memerintahkan agar manusia memperhatikan tentang proses penciptaannya, baik secara fisiologis/fisik (QS 86/5) maupun psikologis/jiwa manusia

tersebut (QS 91/7-10).

4. Sejarah:

Allah SWT memerintahkan manusia agar melihat kebenaran wahyu-Nya melalui lembar sejarah (QS 12/111). Jika manusia masih ragu akan kebenaran wahyu-Nya dan akan datangnya hari pembalasan, maka perhatikanlah kaum Nuh, Hud, Shalih, Fir’aun,

dan sebagainya, yang kesemuanya keberadaannya dibenarkan dalam sejarah hingga

saat ini.

Bila diteliti bahwa ayat pertama turun adalah (Iqra’, artinya baca) QS. 96, Al ‘Alaq 1-5. Membaca dan menulis, adalah “jendela ilmu pengetahuan”. Dijelaskan, dengan membaca dan menulis akan mendapatkan ilmu pengetahuan yang sebelumnya tidak diketahui (‘allamal-insana maa lam ya’lam). Ilham dan ilmu belum berakhir. Wahyu Allah berfungsi sebagai sinyal dan dorongan kepada manusia untuk mendalami pemahaman sehingga mampu membaca setiap perubahan zaman dan pergantian masa.

Adapun keistimewaan ilmu, menurut wahyu Allah, antara lain : 1. Yang mengetahui pengertian ayat-ayat mutasyabihat hanyalah Allah dan

orang-orang yang dalam ilmunya (QS.2:7)

2. Orang berilmu mengakui bahwa tidak ada Tuhan selain Allah (QS.3:18) 3. Di atas orang berilmu, masih ada lagi yang Maha Tahu (QS.12:76) 4. Bertanyalah kepada ahli ilmu kalau kamu tidak tahu, (QS.16:43, dan 21:7) 5. Jangan engkau turuti apa-apa yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu (QS.17:36)

6. Kamu hanya mempunyai ilmu tentang ruh sedikit sekali (QS.17:85) 7. Memohonlah kepada Allah supaya ilmu bertambah (QS.20:114)

(16)

8. Ilmu mereka (orang yang menolak ajaran agama) tidak sampai tentang akhirat (QS.27:66)

9. Hanyalah orang-orang berilmu yang bisa mengerti (QS.29:43) 10. Yang takut kepada Tuhan hanyalah orang-orang berilmu (QS.35:28) 11. Tuhan meninggikan orang-orang beriman dan orang-orang berilmu beberapa

tingkatan (QS.58:11)

12. Tuhan mengajarkan dengan pena (tulis baca) dan mengajarkan kepada manusia

ilmu yang belum diketahuinya (QS.96:4-5)

Keutamaan orang-orang yang berilmu dan beriman sekaligus, diungkapkan Allah

dalam ayat-ayat berikut:

“Katakanlah: ‘Adakah sama orang-orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu?’ Sesungguhnya hanya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima

pelajaran.” (QS. Az-Zumar [39] : 9).

“Allah berikan al-Hikmah (Ilmu pengetahuan, hukum, filsafat dan kearifan) kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa yang dianugrahi al-Hikmah itu, benar-benar ia telah dianugrahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (berdzikir) dari firman-firman Allah.”

(QS. Al-Baqoroh [2] : 269).

“… Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS Mujaadilah *58+ :11) Rasulullah SAW pun memerintahkan para orang tua agar mendidik anak-anaknya dengan sebaik mungkin. “Didiklah anak-anakmu, karena mereka itu diciptakan buat menghadapi zaman yang sama sekali lain dari zamanmu kini.” (Al-Hadits Nabi SAW). “Menuntut ilmu itu diwajibkan bagi setiap Muslimin, Sesungguhnya Allah mencintai

para penuntut ilmu.” (Al-Hadits Nabi SAW).

C. Klasifikasi dan Karakteristik Ilmu dalam Islam

Akal menghasilkan ilmu dan ilmu berkembang dalam masa keemasan sejarah Islam. Supaya dapat dipelajari denagn baik dan benar, ilmu perlu diklasifikasikan (digoloong-golongkan). Klasifikasi ilmu, karena itu, merupakan salah satu kunci

(17)

untuk memahami tradisi intelektual Islam. Sejak al-Kindi di abad ketiga H/kesembilan M hingga syah waliullah dari Delhi pada abad kedua belas H/kedelapan belas M, generasi demi generasi sarjana muslim telah mencurahkan pikiran dan kemampuannya untuk membuat klasifikasi ilmu dalam Islam secara rinci. Sebagian klasifikasi itu asli dan berpengaruh besar, tetapi sebagian itu hanyalah pengulangan klasifikasi sebelumnya yang kemudiaan dilupakan orang. Klasifikasi ilmu yang dibuat oleh al-farabi (258/870-339/950), al-Gazali (450/1058-505/1111), dan Qutubuddin al-syirazi (634/1256-710/1311), dikemukakan dalam kajian ini karena ada beberapa pertimbangan. pertama karena mereka adalah pendiri atau wakil terkemuka aliran intelektual (cendekiawan) utama dalam Islam. Kedua, karena mereka masing-masing tumbuh dan berkembang dalam periode-periode penting sejarah islam, Al-Farabi misalny, mewakili periode-periode pada saat kegiatan intensif studi ilmu-ilmu kefilsafatan diawakli, termasuk studi matematika dan ilmu-ilmu kealaman. Al-Ghazali hidup dua abad kemudian setelah al-Farabi, berada dalam suatu periode yang ditandai oleh ketegangan antara falsafah dan (ilmu) kalam, politik dan keagamaan antara Sunni dan Syiaah, spiritual antanra sufi dan fuqaha (ahli fiqih Islam ). Gazali memainkan peran penting dalam meredakan sebagian ketegangan-ketegangan itu. Qutubuddin muncul kedalam gelanggang kecendikiawanan islam dua abad setelah Gazali. Dia mewakili satu di antara periode-periode yang penuh tantangan dalam sejarah Islam (kejatuhan Baghdad, dan runtuhnya berbagai pusat kecendekiawanan dan keagamaan Islam di kawasan timur ke tangan bangsa Monggol). Tidak lama setelah peristiwa tragis itu, muncul perkembangan baru ilmu-ilmu berdasarkan pemikiran filsafat yang dipelopori oleh Qutubuddin dan gurunya Nasiruddin Tursi (Osman Bakar, 1997: 18-19).

Dalam uraian berikut akan disebutkan secara ringkas dan dan dalam garis-garis besarnya klasifikasi ilmu yang dibuat oleh ketiga tokoh tersebut. Peminat yang ingin mendalami klasifikasi ilmu ini, sebagai tolak , dapat mempergunakan buku classification of knowledge in Islam karya Osman Bakar, yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Hararki Ilmu, Membangun Rangka-Pikir Islamisasi Ilmu menurut al-Farabi, al-Ghozali dan Quthu al-Din al-syirazi, 300 halaman, (1997).

(18)

a. Menurut al-farabi, klasifikasi dan perincian ilmu adalah sebagai berikut:

b. Ilmu Bahasa, yang dirinci menjadi tujuh bagian, namun, karena pertimbangan teknis, perincian-perincian itu tidak dimuat dalam buku ini.

c. Logika, dibagi menjadi delapan bagian.

d. Ilmu-ilmu Matematis, dibagi ke dalam tujuh bagian, masing-masing dirinci lagi ke dalam sub bagian.

e. Metafisika, dibagi menjadi tiga bagian.

Ilmu Politik, Ilmu Fiqih, dan ilmu kalam, dengan rinciannya masing-masing: Ilmu Politik dua bagian, Ilmu Fiqih dua bagian, dan Ilmu Kalam, dua bagian.2. Dalam berbagai karyanya, al-Ghazali menyebut klasifikasi ilmu yaitu, (1) Ilmu-ilmu teoritis dan praktis, (2) Ilmu yang dihadirkan dan ilmu yang dicapai, (3) Ilmu-ilmu keagamaan dan ilmu-ilmu intelektual, (4) ilmu fardu ‘ain (kewajiban setiap orang) dan ilmu fardu kifayah (kewajiban masyarakat). Menurut al-Ghazali, keempat klasifikasi ilmu adalah sah, walau derajat keabsahannya tidak sama.Mengenai (1) ilmu teoritis dan praktis, Gazali mengatakan ilmu teoritis adalah ilmu yang menjadikan keadaan-keadaan yang wujud diketahui sebagaimana adanya. Ilmu praktis berkenaan dengan tindakan-tindakan manusia untuk memperoleh kesejahteraan di dunia dan akhirat nanti. Tentang (2) ilmu yang dihadirkan dan ilmu yang dicapai, pembagiaannya didasarkan atas perbedaan cara-cara mengetahuinya. Menurut Ghazali pengetahuaan yang dihadirkan bersifat langsung, serta merta, suprarasional (di atas atau di luar jangkaan akal), intuitif (secara intuisi, berdasarkan bisikan hati) dan kontemplatif (bersifat renungan). Dia menyebut ilmu ini, antara lain, dengan sebutan ilmu ladunni. Ilmu yang dicapai adalah ilmu yag dapat dijangkau dengan akal manusia (ilmu insani). Pembagiaan ladunni dan insane Ghazali ini , sama dengan klasifikasi Ibnu Khaldun kedalam (a) ilmu naql (dari wahyu) dan ilmu akal (dari pikiran) kemudiaan. Waktu menjelaskan perbedaan antara (3) ilmu-ilmu keagamaan dengan ilmu hasil penalaran (intelektual), Gazali mengadakan bahwa ilmu-ilmu keagamaan ialah ilmu-ilmu yang diperoleh dari pada nabi, tidak hadir melalui akal manusia biasa. Yang dimaksud dengan ilmu-ilmu intelektual adalah berbagai ilmu yang dicapai atau diperoleh melalui intelek (daya atau

(19)

kecerdasan berpikir). Pembagian ilmu kedalam (4) kategori fardu ‘ain dan fardu kifayah dilakukan oleh Gazali berdasarkan pertimbangan (Ali, 2004).

Demikian cuplikan klasifikasi dan karakteristik ilmu dalam Islam menurut ilmuwan

dan cendekiawan Islam terkemuka itu.

Setelah klasifikasi ilmu tersebut, dalam uraian berikut, ditelusuri sepintas lalu kedudukan ilmu dalam al-Qur’an. Menurut al-Qur’an, seperti diisyaratkan dalam wahyu pertama yang telah disebut di atas, ilmu dibagi dua (seperti disebut juga di muka). Pertama adalah ilmu yang diperoleh tanpa upaya manusia, dinamakan ilm’ ladunni seperti disebut Ghozali di atas. Dasarnya ada diujung surat al-Kahfi yang terjemahan seluruh ayatnya (lebih kurang) sebagai berikut:”lalu mereka bertemu dengan hamba-hamba Kami, yang telah kami anugerahkan kepadanya (sesuatu) dari sisi kami,ynag telah kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi kami.” Il mini disebut ilmu Ilahi. Kedua, ilmu yang diperoleh karena usaha manusia, dinamai ‘ilm Kasbi atau ilmu insani. pembagian ilmu dalam dua golongan ini dilakukan karena menurut al-Qur’an terdapat hal-hal yang ‘ada’ tetapi tidak diketahui oleh manusia. Di samping itu, ada pula wujud yang tidak tampak. Karena tidak diketahui manusia, sebagaimana berulang kali ditegaskan Qur’an, antara lain dalm firman-Nya pada surat al-Haqqah (69) ayat 38-39 yang artinya (lebih kurang): “Maka Aku bersumpah dengan apa yang kamu lihat dan dengan apa yang tidak dapat kamu lihat.” Dari kalimat terakhir ini jelas bahwa obyek ilmu ada dua: materi dan nonmateri, fenomena dan nonfenomena, bahkan ada juga wujud yang jangankan dilihat, diketahui manusia

pun tidak. (Ali, 2004).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ilmu pengetahuan adalah gabungan berbagai pengetahuan yang disusun secara logis dan bersistem dengan memperhitungkan sebab akibat . dan menurut Kamus itu juga teknologi ialah kemampuan teknik berlandaskan pengetahuan ilmu eksasta yang bersandarkan proses teknis. Dari rumusan ini dapatlah dikatakan bahwa teknologi adalah ilmu tentang cara menerapkan sains untuk memanfaatkan alam bagi kesejahteraan dan kenyamana hidup manusia. Kalau demikian halnya, maka mesin atau alat lain yang dipergunakan manusia bukanlah teknologi, walaupun secara umum alat-alat tersebut sering diasosiasikan sebagai teknologi. Mesin telah dipergunakan manusia sejak berabad yang lalu, namun abad tersebut tidak dinamakan era teknologi (Harun

(20)

Nasution, 1986: 12). Menulusuri pandangan al-Qur’an tentang teknologi, mengundang kita untuk melihat sekian banyak ayat yang berbicara tentang alam semesta. Menurut para ahli terdapat sekitar 750 ayat al-Qur’an yang berbicara tentang alam materi dan fenomena yang memerintahkan manusia untuk mengetahui dan memanfaatkan alam. Secara tegas dan berulang-ulang al-Qur’an menyatakan bahwa alam semesta diciptakan dan ditundukkan bagi (kepentingan) manusia, sepeti yang disebutkan pada awal suret al-Jatsiyah (45) ayat 13 yang artinya (lebih kurang),”Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada dilangit dan apa yang ada dibumi semuanya (sebagai rahmat) dari-Nya……” Penundukan tersebut, secara potensial, terlaksana melalui Sunnatullah (hukum-hukum yang ditetapkan Allah pada alam) dan kemampuan yang dianugerahkan-Nya pada manusia. Al-Qur’an menyebutkan sifat dan cirri-ciri alam semesta (sebagaiman telah disebutkan dalam butir Manusia dan Alam Semesta di muka), ditambahkan lagi antara lain di sini (1) Segala sesuatu di alam semesta mempunyai sifat, cirri dan hukumyang ad dalam Qur’an surat al-Ra’d (13) ayat 8 disebut Iukuran. (2) Semua yang berada di alam semesta tunduk kepada-Nya.”Hanya kepada Allahlah tunduk segala (yang ada) di langit dan (yang ada) dibumi secara sukarela maupun karena terpaksa,,,,” demikian makna firman Tuhan pada awal ayat 15 surat ar-Ra’d (13). (3) benda-benda alam, apalagi yang tidak bernyawa, tidak diberi kemampuan untuk memilih, sepenuhnya tunduk kepada Allah melalui hokum-hukum-Nya. Dalam surat al-Fussilat (41) ayat 11 terdapat firman Tuhanyang artinya (lebih kurang) sebagai berikut,” kemudian, Dia menuju penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap. Lalu Dia (Allah) berkata padanya dan kepada bumi:’datanglah (tundukkan) kamu berdua pada perintah-Ku dengan sukarela atau terpaksa.”Keduanya (langit dan bumi) berkata:’kami dating (tunduk) dengan sukarela.”selain sifat, cirri-ciri dan hukum Allah pada alam semesta, tiga di antaranya telah disebut dalam butir 1 di muka, manusia diberi kemampuan untuk mengetahui sifat, cirri, dan hokum-hukum yang berkaitann dengan alam semesta, sebagaimana diinformasikan oleh firman-Nya dalam Qur’an surat al-Baqarah (2) ayat 31 (yang telah disinggung dimuka), artinya (lebih Kurang),”Allah mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya.” Yang dimaksud dengan nama-nama pada ayat tersebut adalah sifat, cirri dan hokum suatu benda. Dengan

(21)

itu manusia berpotensi mengetahui rahasia alam semesta. Adanya potensi itu dan tersedianya lahan atau bahan ciptaan Allah serta ketidakkemampuan alam semesta membangkan (tidak patuh) terhadap perintah dan hokum-hukum Allah, memungkinkan ilmuwan secara pasti mengetahui hokum-hukum alam yang disebut Sunnatullah di atas. Karena itu pula manusia berpotensi untuk memanfaatkan alam yang telah ditundukkan Allah itu. Keberhasilan manusia memanfaatkan alam merupakan buah ilmu pengetahuan dengan bantuan teknologi (iptek). Al-Qur’an memerintahkan manusia untuk terus berupaya meningkatkan kemampuan ilmiahnya. Jangankan manusia (biasa), Nabi Muhammad pun sebagai Rasulullah diperintahkan selalu berusaha dan berdoa agar pengetahuannya bertambah. Do’anya dirumuskan Allah sendiri di ujung ayat 114 surat Taha (20) berbunyi:”Rabbi zidni ilma(n) (baca: rabbi zidni ilma), yang artinya (lebih kurang):Tuhan ku tambahlah ilmu (pengetahuan)-ku. Do’a ini perlu selau diucapkan , dimohonkan kepada Allah agar ilmu kita ditambah-Nya, sebab Dialah sumber segala ilmu …..” Di atas orang yang mempunyai (ilmu) pengetahuan ada (Allah) Yang Maha Mengetahui,” demikian arti ujumg ayat 76 surat Yusuf (12). Selain itu, perlu dikemukakan bahwa manusia memiliki naluri haus pengetahuan, sebagaiman dilukiskan Rasulullah dalam sunnahnya,”Ada dua keinginan yang tidak pernah terpuaskan yaitu keinginan menuntut (mencari) harta.” (M.Quraish Shihab, 1996:447).

Uraian di atas dan ucapan Rasulullah ini menjadi pendorong manusia untuk terus menuntut ilmu dan mengembangkan teknologi denagn memanfaatkan teknologi dengan memanfaatkan anugerah Allah kepada manusia. Kini, ilmu pengetahuan dan teknologi adalah lapangan kegiatan yangterus berkembang karena (umumnya) bermanfaat bagi kehidupan manusia. Berkat hasil pengetahuan dan teknologi banyak segi kehidupan dipermudah. Dahulu , untuk mengetahui waktu sholat misalnya, orang Islam harus melihat kedudukan matahari denagn mata kepala .sekarang, cukup dengan melirik posisi jarum arloji yang melekat di pergelangan tangan atau susunan angka yang memberitahukan pukul berapa (H.A.Syahrul Alim, 1995:3). Karena manfaatnya itu, laju teknologi tidak mungkin dibendung.Yang perlu di usahakan adalah mengarahkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kemashalatan hidup dan kehidupan manusia, tidak untuk merusak dan

(22)

membahayakan umat manusia (M.Quraish Shihab, 1996:447) serta lingkungan hidupnya. Pengarahnya adalah agama dan moral yang selaras dengan ajaran agama. Dalam pengembangan ilmu dan penerapan teknologi, agama Islam, mampu menjadi pemandu dan pemadu agama denagn ilmu pengetahuan dan teknologi, mampu memadukan wahyu dengan rakyu (akal pikiran manusia), mampu memadukan agama yang diistilahkan dengan iman dan takwa (imtak) dengan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) dalam pembendaharaan bahasa Indonesia kontemporer. Di sinilah letak hubungan antara agama Islam yang bersumber dari Qur’an dan al-Hadits atau sunnah Rasullullah dengan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang bersumber dari akal dan penalaran manusia yang disebut pada awal bab ini. (Ali, 2004).

D. Kedudukan Ilmu

Ilmu menepati kedudukan yang sangat penting dalam ajaran Islam. Hal ini terlihat dari banyaknya ayat Al-Qur’an yang memandang orang berilmu dalam posisi yang tinggi dan mulia di samping hadist-hadist Nabi yang banyak memberi dorongan bagi umatnya untuk terus menuntut ilmu.

Di dalam Al-Qur’an kata ilmu dan kata-kata jadiannya digunakan lebih dari 780 kali. Ini bermakna bahwa ajaran Islam sebagaimana tercermin dari Al-Qur’an sangat kental dengan nuansa-nuansa yang berkaitan dengan ilmu sehingga dapat menjadi ciri penting dari agama Islam sebagaimana dikemukakan oleh Dr. Mahadi Ghulsyani (1995: 39) sebagai berikut:

“Salah satu ciri yang membedakan Islam dengan yang lainnya adalah penekannanya terhadap masalah ilmu (sains). Al Qur’an dan As-Sunnah mengajak kaum Muslim untuk mencari dan mendapatkan ilmu dan kearifan, serta menempatkan orang-orang yang berpengetahuan pada derajat tinggi” Allah SWT berfirman dalam AL-Qur’an surat al-Mujadalah ayat 11 yang artinya :”Allah meninggikan beberapa derajat (tingkatan) orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang berilmu (diberi ilmu pengetahuan) dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

(23)

Ayat di atas dengan jelas menunjukkan bahwa orang yang beriman akan memperoleh kedudukan yang tinggi. Keimanan yang dimiliki seseorang akan menjadi pendorong untuk menuntut ilmu dan ilmu yang dimiliki seseorang akan membuat dia sadar betapa kecilnya manusia di hadapan Allah SWT sehingga akan tumbuh rasa kepada Allah SWT bila melakukan hal-hal yang dilarangnya. Hal ini sejalan dengan firman Allah

“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antar hamba-hamba Nya hanyalah ulama (orang berilmu)” (QS Faatir (35): 28). Di samping ayat-ayat Al-Qur’an yang memosisikan ilmu dan orang berilmu sangat istimewa, al-Qu’an juga mendorong umat Islam untuk berdo’a agar ditambahi ilmu, seperti tercantum dalam (QS Thaha: 14) yang artinya “dan katakanlah Tuhanku tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan.” Dalam hubungan inilah konsep membaca , sebagai salah satu wahan menambah ilmuy menjadi sangta pendting dan Islam telah sejak awal menekankan pentingnya membaca sebagaimana terlihat dari firman Allah yang pertama diturunkan yaitu surat Al-Alaq ayat 1 – 5 yang artinya, ”Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang mmenciptakan (1). Dia telah menciptakan kamu dari segumpal dara (2). Bacalah, dan Tuhanmulah yang paling pemurah (3). Dia mengajarkan keppada nanusia apa yang tidak diketahui. (5).”

Ayat-ayat tersebut jelas merupakan sumber motivasi bagi umat Islam untuk tidak pernah berhenti menuntut ilmu, untuk terus membaca, sehingga posisi yang tinggi di hadapan Allah SWT akan tetap terjaga, yang berarti juga rasa takut kepda Allah SWT akan menjiwai seluruh aktivitas kehidupan manusia untuk melakukan amal saleh. Dengan demikian, tampak bahwa keimanan yang dibarengi dengan ilmu akan membuahkan amal. Nurcholis Madjs (1992: 130) menyebutkan bahwa keimanan dan amal perbuatanmembentuk segitiga pola hidup yang kukuh ini seolah menengahi anatara iman dan amal.

Di samping ayat-ayat Al-qur’an, banyak juga hadist yang memberikan dorongan kuat untuk menuntut ilmu, antara lain hadist berikut dikutip dari kitab Jaami’u Ashogir (jalaludin Asuyuti, t,t :44). “Carilah ilmu walau sampai ke negeri China, karena sesungguhnya menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim” (HR. Baihaqi).

Dari hadist tersebut semakin jelas komitmen ajaran Islam pada ilmu dengan menuntut ilmu menududuki posisi fardhu (wajib) bagi umat Islam tanpa mengenal

(24)

batas wilayah. Oaring yang memimliki ilmu dan berakhlaq mulia terhadap ilmunya adalah orang yang memiliki segala-galanya karena dengan kedua hal yang dimiliki itu ia mampu menangkap kebaikan-kebaikan, bersikap yang wajar sebagai seorang makhluk ciptaan Tuhan, ammpu memberikan arah kehidupan dirinya dan orang lain menuju kebaikan dunia kahirat. Oleh karena itulah terdapat keutamaan-keutamaan ilmu bagi mereka yang terus menerus menggali muitara ilmu dari arah mana ia temuka. Di anatara keutamaan ilmu dan orang alim itu anatara lain sebagai berikut:

1. Keutamaan Ilmu

Islam sangat memperhatikan, menghormati dan menjunjung tinggi martabat ilmu dan orang yang memiliki ilmu, sebagaimana firman Tuhan di berbagai ayat dalam al Qur’an. Salah satunya bunyi ayat surat al mujadalah:11 di bawah ini: “ Niscaya Allah akan meninggikan derajat orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.

Melalui ayat ini, dapat dikemukakan bahwa dalam ajaran Islam, pengertian ilmu bukan hanya didasarkan pada jumlah ilmu yang dipelajarinya. Akan tetapi ilmu yang benar adalah ilmu yang dirasakan manfaatnya oleh manusia pada umumnya (baca bermakna untuk kemaslahatan manusia lain). Sebagaimana dikatakan oleh DR. Hasan al Syarqawi dalam bukunya Manhaj Ilmiah Islami, “Ilmu juga dapat menjadi cahaya yang dapat menerangi jalan dalam mencapai petunjuk dan kebaikan”. Ungkapan Syarqawi tersebut, hemat saya sejalan dengan firman Tuhan dalam al Qur’an surat al Baqarah: 269 yang berbunyi: “Dan barangsiapa yang diberi hikmah, sungguh telah diberi kebajikan yang banyak”.

Dalam kaitannya dengan hal di atas, jelas kita lihat bahwa tujuan utama bagi penuntut ilmu adalah mengambil manfaat ilmunya guna melayani dan menjadi rujukan bagi manusia dalam melaksanakan kebajikan. Bila tujuan tersebut tidak menjadi perioritas utama dalam proses pencarian ilmu, maka ia telah melakukan kekeliruan dalam memasang niatnya. Dengan demikian, ilmu yang haq adalah ilmu yang membawa manfaat bagi pemiliknya dan orang di sekitarnya. Terlebih lagi dapat mendekatkan diri pemiliknya kepada Allah SWT, Tuhan bagi seluruh umat manusia.

(25)

- Orang beriman dan berilmu akan tunduk di hadapan Allah SWT. (QS : Al-Israf (17): 107)

“Katakanlah: “Berimanlah kamu kepada-Nya atau tidak usah beriman (sama saja bagi Allah). Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumya apabila Al-Qur’an dibacakan kepada mereka, mereka menyuungkur atas muka mereka sambil bersujud.”

- Membenarkan firman Allah SWT seraya tunduk kepada-Nya.

“Dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya Al-Qur’an itulah yang hak dari Tuhan-mu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya dan sesungguhnya Allah adalah pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus. (QS. Al-Hajj (22): 54)

“Dan orang-orang yang ilmu (ahli Kitab) berpendapat bahwa wahyu yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itulah yang benar dan mneunjuki 9manusia) kepada jalan Tuhan yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji. (QS. Saba’ (34): 6)

- Bersyukur

“Dan seusngguhnya Kami telah memberi ilmu kepada Daud dan SUlaiman dan keduanya mengucapkan “Segala Puji bagi Allah yang melebihkan Kami dari kebanyakan hamba-hamba-Nya yang beriman.” (QS. An-NAml (27): 15)

“Berkatalah seseorang yang mempunyai ilmu dari al-Kitab: “Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip.” Maka tatkala Sulaiman melihat singgasa itu terletak di hadapannya, iapun berkata: “Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk kebaikan dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia.” (QS. An-Naml (27): 40).

(Apakah kamu Hai orang musyrik yang lebiih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut

(26)

kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya ? Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” sesungguhnya orang yang barakallah yang dapat menerima pelajaran. (QS. Az-Zumar (39): 9).

2. Kedudukan Orang Alim

Islam telah mengangkat derajat para ‘ulama (Orang-orang yang berilmu) dalam kedudukan yang amat tinggi dan mulia, karrena mereka adalah penerus dan pengemban amanah para rasul Allah, selama mereka tidak menggauli para penguasa serta tidak menjadikan tujuan hidupnya untuk mendapatkan kesenangan duniawi. Dalam pandangan Islam, ‘alim ialah orang yang memiliki ilmu dan mau mengamalkan ilmunya. Bisa dikatakan, kalau orang yang banyak menguasai ilmu tetapi tidak mau mengamalkannya ilmunya untuk kebajikan dan kemaslahatan hidup umat manusia, belum bisa disebut ‘alim. Dengan alasan karena ilmunya belum bermanfaat untuk kebajikan dan kesejahteraan diri dan masyarakat luas. Dan orang yang berilmu yang menggunakan ilmunya untuk merusak ketentraman dunia, meruntuhkan keluhuran budi pekerti, menganiaya orang lain, memerintahkan perbuatan mungkar, mencegah amar ma’ruf, atau menyeru kepada perbuatan menyekutukan Tuhan (syirik), membujuk orang lain untuk berbuat kekerasan atas nama apapun, memalingkan diri dari Allah SWT, dan lainnya pada hakikatnya tidak bisa dikatakan orang yang berilmu. Bahkan Islam menggolongkannya sebagai orang yang jahil (bodoh) yang suka merusak (berbuat fasik). Jadi orang yang ‘alim hakikatnya adalah mereka yang selalu memberikan manfaat atau faedah bagi manusia lainnya.

- Mendapatkan Kemuliaan derajat

Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadmu; “Berlapanglah dalam majlis”, Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, Maka berdirilah, niscaya Alah akna meninggikan orang-orang yang beriman di anatarmu dan orang-orang yang

(27)

diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS. Al-Mujadilah (58): 11)

- Mendapatkan kemuliaan (Bani Israil)

Hai Bani Israil, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu dan (ingatlah pula) bahwasanya aku telah melebihkan kamu atas segala umat. (QS. Al-Baqarah (2): 247)

- Mendapatkan martabat tinggi di sisi Allah SWT dan rasul-rasulNya (Waratsatul Anbiya’)

Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Taka da Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), yang Maha Perkasa lagi Maha Bijkasana. (QS. Ali-Imran (3):18).

- Pemutus perkara sebagaiamana yang dicontohkan oleh RAsullullah SAW, (QS. An-Nisaa’ (4) : 83)

- Pemberi Peringatan sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-A’raf (7) 164). - Menjadi tempat bertnya NAbi Muhammad SAW (orang berilmu tertentu)

sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Anbiya (21): 7)

- Orang yang berilmu orang yang mengetahui kebenaran Tuhan dan hatinya tunduk sebagaimana firman Allah dalam QS Al Hajj (22): 54 dan QS. An-NAml (27): 40.

- Ilmuwan atau peneliti yang bisa menentukan penginggalan masa lalu sebagaimana firman Allah dalam QS. An-Naml (27): 52.

- Orang yang berilmu mendapat balasan yang baik sebagaimana firman Allah dalam QS.Al-Qashash (28): 14.

- Pengakuan atau keyakinan orang-orang yang berilmu bahwa iman dan amal saleh adalah jalan kebajikan sebagaimana firman Allah dalam A-l-Qashash (28): 80.

- Orang yang berilmu dan mengerti adalah orang yang mengerti bahasa. Oaring yang berilmu adalah orang yamng mampu berpikir dan orang yang berpikir adalah orang yang mampu menggunakan bahasa dengan baik dan benar, dia juga mampu berkomunikasi dengan orang lain dan memahami pesan-pesan

(28)

atau isyarat dengan tepat termasuk memahami pesan-pesan Al-Qur’an yang sarat makna.

3. Menuntut Ilmu dan Mengamalkannya

Syariat Islam menekankan bahwa ilmu harus memiliki pern bagi kehidupan di masyarakat. Ilmu bukan semata-matauntuk ilmu. Artinya, ilmu bkan hanya untuk didiskusikan, diwacanakan atau dijadikan bahan perdebatan dan permainan yang memuaskan akal pikiran, melainkan ilmu harus diamalkan untuk kebaikan, yaitu untuk memudahkan hidup manusia dan mengabdi kepada Yang Maha Berilmu. Al-qur’an memberi peringatan agar orang beriman dan berilmu hendaknya melakukan amal saleh, yaitu tindakan-tindakan konstruktif bagi tujuan hidup di duia dan akhirat. (QS. Al-‘Ashr (103): 1-3)

“Demi masa(1). Seusngguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian (2). Kecuali orang-orang beriman yang mengerjakan amal saleh dan nasihat-menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran (3).” (Taufiq: 2006).

(29)

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Akal adalah kelebihan yang diberikan Allah kepada manusia dibanding dengan makhluk-makhluk-Nya yang lain. Dengannya, manusia dapat membuat hal-hal yang dapat mempermudah urusan mereka di dunia. Wahyu sendiri dalam al-Qur’an disebut dengan kata al-wahy yang memiliki beberapa arti seperti kecepatan dan bisikan. Wahyu adalah petunjuk dari Allah yang diturunkan hanya kepada para nabi dan rasul melalui mimpi dan sebagainya. Wahyu adalah sesuatu yang dimanifestasikan, diungkapkan.

2. Ilmu (atau ilmu pengetahuan) adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.

Alquran dan Al Sunnah merupakan sumber ilmu pengetahuan yang utama dalam Islam.

3. Beragam klasifikasi ilmu dalam Islam didasarkan padabagaimana ilmu itu diandang, tetapi prinsip dasarnya adalah sama yaitu menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim.

4. Kedudukan ilmu dalam Islam yaitu Islam sangat menjunjung tinggi ilmu pengetahuan dan mewajibkan kepada ummatnya untuk senantiasa mencari ilmu.

B. Saran

1. Sebagai umat islam kita harus selalu menggali ilmu pengetahuan yang berguna bagi umat manusia.

2. Dapat mengaplikasikan ilmu yang di peroleh untuk kepentingan dan kemaslahatan umat manusia.

3. Menjadikan Al Quran dan Al Sunnah sebagai pegangan hidup karena keduanya merupakan sumber ilmu yang paling utama.

(30)

PENUTUP

Demikian makalah ini kami buat dan sampaikan kepada pembaca sekalian. Makalah ini dibuat bukan semata – mata dalam rangka memenuhi tugas pada mata kuliah Pendidikan Agama Islam, akan tetapi lebih bertujuan pada pemahaman kita tentang masalah yang dibahas dan disajikan pada makalah ini. Pada akhirnya kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat serta menambah wawasan bagi kita semua, aamiin.

(31)

DAFTAR PUSTAKA

Absori, Sudarno Shobron, Yadi Purwanto dkk. 2009. Studi Islam 3. Surakarta: LPID UMS.

Asy’arie, Musa. 1992. Manusia Pembentuk Kebudayaan dalam Al-Qur’an. Yogyakarta: Lembaga studi Filsafat Islam.

Nasution, Harun. 1986. Akal Dan Wahyu Dalam Islam. Jakarta: UI Press Nasution, Harun. 1992. Pembaharuan Dalam Islam. Jakarta: Bulan Bintang

Osman, Akbar. 1997. Hierarki Ilmu. Bandung: Mizan.

Ravertz, Jerome R. 2007. Filsafat Ilmu: Sejarah dan Ruang Lingkup Bahasan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Shihab, Quraish. 1996. Membumikan Al-Qur’an. Bandung: Mizan.

Taufiq, Ahmad dkk. 2006. Pendidikan Agama Islam. Surakarta: Yuma Pressindo. The Liang Gie. 1998. Lintasan Sejarah Ilmu. Yogyakarta: PUBIB.

Referensi

Dokumen terkait

Scene 3 (movie clip, suara, dan teks) : Pengguna akan menekan tombol enter setelah melakukan pengisian data pada kolom nama dan berpindah ke tampilan bermain perkalian

herbal GANG JIE dan GHO SHIAH Ini sangat ampuh mengobati penyakit sipilis, raja singa, gonore atau kencing nanah, Karena obat herbal gnajie dan gho shiah ini terbuat

Nilai probabilitas pengujian < 0,05 menunjukkan bahwa variabel Good Corporate Governance (GCG), Ukuran (Size) perusahaan, Pertumbuhan (Growth) perusahaan dan

Adanya gugus fungsional yang tertanam pada permukaan nanopartikel tersintesis dalam etanol/urea mengakibatkan nanopartikel tersebut memiliki dispersi yang lebih baik

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan suatu penelitian yang akar permasalahannya muncul di kelas dan dirasakan langsung oleh guru yang bersangkutan, sehingga

Berdasarkan uraian tentang perbedaan dan persamaan dari tiga hasil penelitian terdahulu yang telah dikemukakan pada tulisan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan

Sumber daya manusia (keahlian, pengetahuan dan konsep/pemikiran) dan barang seperti uang, material, informasi, atau bentuk lainnya yang digunakan bagi mencapai

sangat besar dan melebihi batas toleransi yang dimiliki tubuh sehingga gejala keracunan mulai terlihat Peristiwa keracunan kronis tidak hanya menyerang orang-orang yang bekerja