• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN GEOLOGI TEKNIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN GEOLOGI TEKNIK"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI DAFTAR ISI Kata Pengantar Kata Pengantar

... i

... i

Daftar Isi Daftar Isi

... ii

... ii

BAB 1 Pendahuluan BAB 1 Pendahuluan

... 1

... 1

I.1

I.1 Latar Latar Belakang Belakang ... 1... 1 I.2

I.2 Maksud Maksud dan dan Tujuan Tujuan ... ... 11 I.3

I.3 Batasan Batasan Masalah Masalah ... 2... 2 I.4

I.4 Waktu Waktu dan dan Letak Letak ... ... 22 I.5

I.5 Alat Alat dan dan Bahan Bahan ... ... 22 I.6

I.6 Peneliti Peneliti Terdahulu Terdahulu ... 3... 3 BAB II Geomorfologi

BAB II Geomorfologi

... 4

... 4

2.1.

2.1. Geomorfologi Geomorfologi Regional Regional ... 4... 4 2.2.

2.2. Geomorfologi Geomorfologi Daerah Daerah Penelitian Penelitian ... ... 44 2.2.1

2.2.1 Satuan Satuan Geomorfologi Geomorfologi ... 5... 5 2.2.1.1

2.2.1.1 Satuan Satuan Bentangalam Bentangalam Pedataran Pedataran ... ... 66 2.2.1.2

2.2.1.2 Satuan Satuan Bentangalam Bentangalam Bergelombang Bergelombang ... ... 66 BAB III Stratigrafi

BAB III Stratigrafi

... 8

... 8

3.1.

3.1. Stratigrafi Stratigrafi Regional Regional ... ... 88 BAB IV Struktur Geologi

BAB IV Struktur Geologi

... 10

... 10

4.1.

4.1. Struktur Struktur Geologi Geologi Regional Regional ... ... 1010 4.2.

4.2. Struktur Struktur Geologi Geologi Daerah Daerah Penelitian Penelitian ... ... 1010 4.2.1

4.2.1 Struktur Struktur Kekar Kekar ... ... 1111 BAB V Satuan

BAB V Satuan

 – 

 – 

Satuan Geologi TeknikSatuan Geologi Teknik ... 13... 13 5.1

5.1 Singkapan Singkapan Batuan Batuan pada pada daerah daerah penelitian penelitian ... ... 1313 5.2

(2)

BAB VI Penutup BAB VI Penutup ... 19... 19 6.1 6.1 Kesimpulan Kesimpulan ... ... 1919 6.2 6.2 Saran Saran ... ... 1919 Daftar Pustaka

Daftar Pustaka

... iii

... iii

LAMPIRAN

(3)

BAB I BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang

Geologi teknik merupakan ilmu yang mempelajari perilaku fisik dan Geologi teknik merupakan ilmu yang mempelajari perilaku fisik dan mekanik tanah dan atau batuan dalam kaitannya dengan permasalahan fondasi dan mekanik tanah dan atau batuan dalam kaitannya dengan permasalahan fondasi dan bahan bangunan. Tanah dan atau batuan dalam geologi teknik dipandang bukan bahan bangunan. Tanah dan atau batuan dalam geologi teknik dipandang bukan atas dasar genetiknya, tetapi atas dasar fungsinya sebagai material konstruksi atas dasar genetiknya, tetapi atas dasar fungsinya sebagai material konstruksi (construction materials) dan material fondasi (fondation materials). Sebagai (construction materials) dan material fondasi (fondation materials). Sebagai material konstruksi artinya batuan dan atau tanah digunakan sebagai bahan isian material konstruksi artinya batuan dan atau tanah digunakan sebagai bahan isian (bahan bangunan), sedangkan sebagai material fondafi artinya batuan dan atau (bahan bangunan), sedangkan sebagai material fondafi artinya batuan dan atau tanah berfungsi sebagai tapak atau lokasi

tanah berfungsi sebagai tapak atau lokasi tempat didirikannya bangunan.tempat didirikannya bangunan.

Luas kampus Unhas adalah ± 2.121.356 m

Luas kampus Unhas adalah ± 2.121.356 m22 yang mana diperungunakanyang mana diperungunakan sebagai pembagunan Ruang kuliah (19.139.80 m

sebagai pembagunan Ruang kuliah (19.139.80 m22), ruang dosen (5.025.96 m), ruang dosen (5.025.96 m22),), ruang kantor/administrasi (24.123.43 m

ruang kantor/administrasi (24.123.43 m22), ruang studio (1.117.9 m), ruang studio (1.117.9 m22), asrama), asrama mahasiswa (80.015 m

mahasiswa (80.015 m22), auditorium (6447 m), auditorium (6447 m22), lahan perumahan (870.070 m), lahan perumahan (870.070 m22),), kebun/lahan percobaan (1.526.123 m

kebun/lahan percobaan (1.526.123 m22), hutan percobaan (50.500.000 m), hutan percobaan (50.500.000 m22), kolam), kolam percobaan (676.490 m

percobaan (676.490 m22) dsb.) dsb.

Kegiatan Geologi Teknik yang dilaksanakan pada sekitar lokasi Kampus Kegiatan Geologi Teknik yang dilaksanakan pada sekitar lokasi Kampus Unhas adalah untuk mengetahui jenis-jenis tanah dan atau batuan yang menyusun Unhas adalah untuk mengetahui jenis-jenis tanah dan atau batuan yang menyusun lokasi kampus serta morfologi yang terbentuk dan struktur geologi yang terdapat lokasi kampus serta morfologi yang terbentuk dan struktur geologi yang terdapat pada kampus Unhas.

pada kampus Unhas.

1.2 Maksud dan Tujuan 1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dari penelitian ini adalah melakukan studi keteknikan terhadap Maksud dari penelitian ini adalah melakukan studi keteknikan terhadap   jenis-jenis tanah dan atau batuan serta penyebarannya pada daerah kampus   jenis-jenis tanah dan atau batuan serta penyebarannya pada daerah kampus

Universitas Hasanuddin Tamalanrea Makassa

(4)

Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui jenis-jenis tanah dan batuan Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui jenis-jenis tanah dan batuan yang menyusun daerah penelitian ditinjau dari aspek keteknikan serta morfologi yang menyusun daerah penelitian ditinjau dari aspek keteknikan serta morfologi yang terbentuk dan struktur geologi yang terdapat pada lokasi penelitian.

yang terbentuk dan struktur geologi yang terdapat pada lokasi penelitian.

1.3

1.3 Batasan MasalahBatasan Masalah Penelitian ini dil

Penelitian ini dilakukan dengan membatasi masalah pada :akukan dengan membatasi masalah pada :

1.

1. Identifikasi karakteristik jenis-jenis tanah dan bIdentifikasi karakteristik jenis-jenis tanah dan batuan yang terdapat padaatuan yang terdapat pada daerah penelitian.

daerah penelitian. 2.

2. Identifikasi keadaan geomorfologi serta struktur-struktur geologi yangIdentifikasi keadaan geomorfologi serta struktur-struktur geologi yang terjadi pada daerah penelitian

terjadi pada daerah penelitian

1.4 Waktu dan Letak 1.4 Waktu dan Letak

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 5-12 November 2011. Daerah Penelitian ini dilakukan pada tanggal 5-12 November 2011. Daerah penelitian secara administratif termasuk dalam wilayah Kecamatan Tamalanrea penelitian secara administratif termasuk dalam wilayah Kecamatan Tamalanrea Provinsi Sulawesi Selatan dan secara geografis terletak pada koordinat 119

Provinsi Sulawesi Selatan dan secara geografis terletak pada koordinat 1190029’0”29’0” - 119

- 1190029’30”29’30”BT dan 05BT dan 050077’30”’30”-05-050088’’0”0”LS dengan skala peta 1:5.000LS dengan skala peta 1:5.000

1.5

1.5 Alat dan BahanAlat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang dipergunakan selama kegiatan penelitian ini, Adapun alat dan bahan yang dipergunakan selama kegiatan penelitian ini, antara lain :

antara lain :

 Peta Topografi bersekala 1 : Peta Topografi bersekala 1 : 5.0005.000 

 Palu GeologiPalu Geologi 

 GPS (GPS (Global Positioning SystemGlobal Positioning System)) 

 Kompas Geologi Tipe BruntonKompas Geologi Tipe Brunton 

 Komparator klaKomparator klasifikasi batuan sifikasi batuan sedimen dasedimen dan n beku.beku. 

 Buku catatan lapanganBuku catatan lapangan 

 Kantong tas untuk conto batuanKantong tas untuk conto batuan 

 Kamera digitalKamera digital 

 Roll meterRoll meter 

 Peralatan tulis menulis (pensil tulis, Peralatan tulis menulis (pensil tulis, pensil warna, busur, mistar)pensil warna, busur, mistar) 

(5)

 PerlengkapaPerlengkapan n pribadipribadi

1.6

1.6 Peneliti TerdahuluPeneliti Terdahulu

Adapun para peneliti terdahulu yang telah

Adapun para peneliti terdahulu yang telah melakukan penelitian pada daerahmelakukan penelitian pada daerah ini

ini adalah adalah ::

  Rab Sukamto dan Supriatna, 1982, Rab Sukamto dan Supriatna, 1982,mengadakan pemetaan geologi Lembarmengadakan pemetaan geologi Lembar Ujung

Ujung Pandang, Pandang, Benteng Benteng dan dan Sinjai, Sinjai, Sulawesi Sulawesi dengan dengan sekala sekala 1 1 :: 250.000, menghasilkan Peta dan Keterangan Peta Geologi Lembar Ujung 250.000, menghasilkan Peta dan Keterangan Peta Geologi Lembar Ujung Pandang, Be

Pandang, Benteng dan Sinjanteng dan Sinjai, i, Sulawesi sekaSulawesi sekala 1 : 250.000.la 1 : 250.000. 

 Van Bemmelen (1981),Van Bemmelen (1981),melakukan penelitian Geologi Umum di melakukan penelitian Geologi Umum di IndonesIndonesia,ia, termasuk

termasuk Sulawesi Sulawesi Selatan.Selatan. 

   Rab Sukamto (1975),  Rab Sukamto (1975),melakukan penelitian Perkembangan Tektonik melakukan penelitian Perkembangan Tektonik  Sulawesi dan Sekitarnya yang merupakan sintesis yang berdasarkan Sulawesi dan Sekitarnya yang merupakan sintesis yang berdasarkan tektonik lempeng.

(6)

BAB II BAB II GEOMORFOLOGI GEOMORFOLOGI 2.1. Geomorfologi Regional 2.1. Geomorfologi Regional

Secara regional, daerah penelitian terletak pada dataran ujung panjang Secara regional, daerah penelitian terletak pada dataran ujung panjang yang memanjang utara selatan, pesisir barat lengan selatan pulau sulawesi yang yang memanjang utara selatan, pesisir barat lengan selatan pulau sulawesi yang sebagian besar terdiri atas daerah rawa dan daerah pasang surut. Dataran ini

sebagian besar terdiri atas daerah rawa dan daerah pasang surut. Dataran ini dialiridialiri oleh sungai Segeri, sungai Lampe, sungai Bone-Bone, sungai Bone Tanjore, oleh sungai Segeri, sungai Lampe, sungai Bone-Bone, sungai Bone Tanjore, sungai Jeneberang dan sungai Takalar yang mengalir memotong dataran tersebut sungai Jeneberang dan sungai Takalar yang mengalir memotong dataran tersebut ke bagaian sebelah Baratnya. Di bagian Timur daerah penelitian merupakan ke bagaian sebelah Baratnya. Di bagian Timur daerah penelitian merupakan daerah pegunungan dengan titik tertinggi adalah gunung Lompobattang, Gunung daerah pegunungan dengan titik tertinggi adalah gunung Lompobattang, Gunung Baturape, Gunung Langieng, serta Gunung Tondong Karambu. Jajaran titik-titik  Baturape, Gunung Langieng, serta Gunung Tondong Karambu. Jajaran titik-titik  tertinggi ini merupakan daerah pegunungan Soppeng yang yang tersusun oleh tertinggi ini merupakan daerah pegunungan Soppeng yang yang tersusun oleh batuan vulkanik (Sukamto 1982). Daerah sebelah barat Gunung Cindako dan batuan vulkanik (Sukamto 1982). Daerah sebelah barat Gunung Cindako dan sebelah utara Gunung Baturape merupakan daerah berbukit, kasar di bagian Timur sebelah utara Gunung Baturape merupakan daerah berbukit, kasar di bagian Timur dan halus di bagian Barat. Bagian Timur mencapai ketinggian kira-kira 500 meter, dan halus di bagian Barat. Bagian Timur mencapai ketinggian kira-kira 500 meter, sedangkan bagian Barat kurang dari 50 meter dari permukaan laut (dpl), dan sedangkan bagian Barat kurang dari 50 meter dari permukaan laut (dpl), dan hampir merupakan suatu daratan. Bentuk morfologi ini disusun oleh batuan hampir merupakan suatu daratan. Bentuk morfologi ini disusun oleh batuan klastika gunung api berumur Miosen. Bukit-bukit memanjang yang tersebar di klastika gunung api berumur Miosen. Bukit-bukit memanjang yang tersebar di daerah ini mengarah ke Gunung Cindako dan Gunung Baturappe berupa daerah ini mengarah ke Gunung Cindako dan Gunung Baturappe berupa retas-retas basal. Pada beberapa tempat pegunungan ini terdapat topografi kars.

retas basal. Pada beberapa tempat pegunungan ini terdapat topografi kars.

2.2. Geomorfologi Daerah Penelitian 2.2. Geomorfologi Daerah Penelitian

Uraian geomorfologi bertujuan untuk memahami keadaan bentang alam Uraian geomorfologi bertujuan untuk memahami keadaan bentang alam yang ada sekarang serta perkembangannya, dimana pembahasan geomorfologi yang ada sekarang serta perkembangannya, dimana pembahasan geomorfologi daerah penelitian meliputi pembagian satuan geomorfologi. Pembahasan tersebut daerah penelitian meliputi pembagian satuan geomorfologi. Pembahasan tersebut didasarkan pada gejala-gejala geomorfologi yang dapat dijumpai di lapangan, didasarkan pada gejala-gejala geomorfologi yang dapat dijumpai di lapangan, hasil interpretasi pada peta topografi, serta hasil studi literatur dari berbagai hasil interpretasi pada peta topografi, serta hasil studi literatur dari berbagai sumber yang berhubungan dengan tujuan

(7)

2.2.1 Satuan Geomorfologi 2.2.1 Satuan Geomorfologi

Pembentukan bentangalam dari suatu daerah merupakan hasil akhir Pembentukan bentangalam dari suatu daerah merupakan hasil akhir proses-proses geomorfologi yang bekerja. Proses tersebut mengakibatkan proses-proses geomorfologi yang bekerja. Proses tersebut mengakibatkan terjadinya perubahan, baik secara fisik maupun secara kimia pada permukaan terjadinya perubahan, baik secara fisik maupun secara kimia pada permukaan bumi. Bentuk bentang alam

bumi. Bentuk bentang alam yang dihasilkan akan bervariasi, yang kemudian dapatyang dihasilkan akan bervariasi, yang kemudian dapat diklasifikasikan berdasarkan faktor-faktor tertentu.

diklasifikasikan berdasarkan faktor-faktor tertentu.

Pengelompokan bentangalam menjadi satuan-satuan geomorfologi dilakukan Pengelompokan bentangalam menjadi satuan-satuan geomorfologi dilakukan melalui

melalui dua dua pendekatan pendekatan yaitu yaitu pendekatan pendekatan morfometri morfometri dan dan morfografi.morfografi. Pendekatan morfometri didasarkan pada bentuk yang nampak di lapangan, Pendekatan morfometri didasarkan pada bentuk yang nampak di lapangan, sehingga dapat dibedakan antara pedataran,perbukitan dan pegunungan. sehingga dapat dibedakan antara pedataran,perbukitan dan pegunungan. Sedangkan pendekatan morfografi didasarkan pada unsur-unsur geomorfologi Sedangkan pendekatan morfografi didasarkan pada unsur-unsur geomorfologi yang dapat diukur secara kuantitatif yang meliputi tinggi, luas dan yang dapat diukur secara kuantitatif yang meliputi tinggi, luas dan kemiringan(van Zuidam, 1985).

kemiringan(van Zuidam, 1985).

Klasifikasi

Klasifikasi satuan satuan bentang bentang alam alam berdasarkan berdasarkan sudut sudut lereng lereng dan dan beda beda tinggitinggi (dimodifikasi dari van Zuidam ,1985)

(dimodifikasi dari van Zuidam ,1985)

Satuan Relief 

Satuan Relief  Sudut LerengSudut Lereng (%) (%) Beda Tinggi Beda Tinggi ( meter) ( meter) Datar

Datar atau atau hampir hampir datar datar 00 –  – 2 2 < 5< 5

Bergelombang

Bergelombang/ / miring miring landai landai 33 –  – 7 7 55 –  – 5050

Bergelombang

Bergelombang/ / miring miring 88 –  – 13 13 5151 –  – 7575

Berbukit

Berbukit bergelombangbergelombang/ / miring miring 1414 –  – 20 20 7676 –  – 200200

Berbukit

Berbukit tersayat tersayat tajam/ tajam/ terjal terjal 2121 –  – 55 55 200200 –  – 500500

Pegunung

Pegunungan tersayat an tersayat tajam/ sangattajam/ sangat tajam

tajam 5555

 – 

 – 140 140 500500 –  – 10001000

Pegunung

Pegunungan/ an/ sangat sangat curam curam > > 140 140 > > 10001000

Berdasarkan uraian tersebut, dengan memperhatikan gejala geomorfologi Berdasarkan uraian tersebut, dengan memperhatikan gejala geomorfologi yang terdapat di lapangan dan hasil interpretasi peta topografi sekala 1 : 5.000, yang terdapat di lapangan dan hasil interpretasi peta topografi sekala 1 : 5.000, maka pembagian satuan bentang alam daerah penelitian terdiri atas :

maka pembagian satuan bentang alam daerah penelitian terdiri atas : 1.

1. Satuan bentang alam pedataranSatuan bentang alam pedataran 2.

(8)

2.2.1.1

2.2.1.1 Satuan BentanSatuan Bentangalam galam PedataranPedataran

Penamaan satuan ini didasarkan pada keberadaan aspek relief yaitu Penamaan satuan ini didasarkan pada keberadaan aspek relief yaitu pedataran dengan presentase sudut lereng 0 - 2 % dan beda tinggi kurang dari 5 pedataran dengan presentase sudut lereng 0 - 2 % dan beda tinggi kurang dari 5 meter. Aspek genetik yang mempengaruhi pembentukan umumnya disebabkan meter. Aspek genetik yang mempengaruhi pembentukan umumnya disebabkan oleh hasil tatag

oleh hasil tataguna lahan una lahan dan sebagiadan sebagian kecil dari proses dn kecil dari proses denudasi. Penyenudasi. Penyebaranebaran satuan bentang alam ini menempati sekitar 80 % dari keseluruhan daerah satuan bentang alam ini menempati sekitar 80 % dari keseluruhan daerah penelitian.

penelitian.

Morfologi datar disebabkan oleh proses alamiah seperti erosi dan Morfologi datar disebabkan oleh proses alamiah seperti erosi dan pelapukan, terutama oleh hasil aktivitas manusia untuk pembuatan bangunan, pelapukan, terutama oleh hasil aktivitas manusia untuk pembuatan bangunan,  jalan dan sarana-sarana lainnya.

 jalan dan sarana-sarana lainnya.

2.2.1.2 Satuan Bentangalam Bergelombang 2.2.1.2 Satuan Bentangalam Bergelombang

Satuan

Satuan bentang alam bentang alam bergelombang bergelombang menempati sekitar menempati sekitar 20 %, penamaa20 %, penamaann satuan ini didasarkan pada keberadaan aspek relief yaitu pedataran dengan satuan ini didasarkan pada keberadaan aspek relief yaitu pedataran dengan presentase sudut lereng 3-7% dan beda tinggi sekitar 5-16 meter (bergelombang). presentase sudut lereng 3-7% dan beda tinggi sekitar 5-16 meter (bergelombang). Aspek genetik yang mempengaruhi pembentukan satuan bentang alam ini Aspek genetik yang mempengaruhi pembentukan satuan bentang alam ini umumnya adalah proses denudasional.

umumnya adalah proses denudasional.

Foto Bentang alam pedatara pada pinggiran danau Unhas Foto Bentang alam pedatara pada pinggiran danau Unhas

(9)

Hasil dari proses-proses denudasional yang berkembang pada daerah ini Hasil dari proses-proses denudasional yang berkembang pada daerah ini menunjukkan proses yang relatif lemah berupa proses pelapukan batuan dan menunjukkan proses yang relatif lemah berupa proses pelapukan batuan dan rillrill erotion.

erotion. Distribusi ketebalan soil secara umum bervariasi dan umumnya berwarnaDistribusi ketebalan soil secara umum bervariasi dan umumnya berwarna merah kecoklatan sampai kehitaman.

merah kecoklatan sampai kehitaman.

litologi yang menyusun satuan bentang alam ini yaitu antara lanau

litologi yang menyusun satuan bentang alam ini yaitu antara lanau –  – pasirpasir

berlanau merupakan salah satu faktor terbentuknya morfologi bergelombang. berlanau merupakan salah satu faktor terbentuknya morfologi bergelombang. Vegetasi relatif jarang karena lebih banyak dimanfaatkan sebagai pembuatan Vegetasi relatif jarang karena lebih banyak dimanfaatkan sebagai pembuatan bangunan dan jalan. Struktur geologi yang dijumpai berupa kekar.

bangunan dan jalan. Struktur geologi yang dijumpai berupa kekar. Foto Bentang alam bergelombang pada Fakultas Kedokteran Foto Bentang alam bergelombang pada Fakultas Kedokteran

(10)

BAB III BAB III STRATIGRAFI STRATIGRAFI 3.1. Stratigrafi Regional 3.1. Stratigrafi Regional

Kota Makassar secara regional tersusun atas f

Kota Makassar secara regional tersusun atas formasi Camba (Sukamto danormasi Camba (Sukamto dan Supriatna, 1982). Formasi ini tersusun oleh batuan sedimen laut berselingan Supriatna, 1982). Formasi ini tersusun oleh batuan sedimen laut berselingan dengan klastika gunungapi, yang menyamping beralih menjadi dominan batuan dengan klastika gunungapi, yang menyamping beralih menjadi dominan batuan gunungapi (Tmcv) yang diterobos oleh batuan terobosan Formasi Baturape gunungapi (Tmcv) yang diterobos oleh batuan terobosan Formasi Baturape Cindako.

Cindako.

Tmc Formasi Camba merupakan batuan sedimen laut berselingan dengan Tmc Formasi Camba merupakan batuan sedimen laut berselingan dengan batuan gunungapi, batupasir tufaan berselingan dengan tufa, batupasir dan batuan gunungapi, batupasir tufaan berselingan dengan tufa, batupasir dan batulempung; bersisipan napal, batugamping, konglomerat dan breksi gunungapi, batulempung; bersisipan napal, batugamping, konglomerat dan breksi gunungapi, dan batubara; warna beraneka dari putih, cokelat, merah, kelabu muda sampai dan batubara; warna beraneka dari putih, cokelat, merah, kelabu muda sampai kehitaman, umumnya mengeras kuat berlapis-lapis dengan tebal antara 4 cm dan kehitaman, umumnya mengeras kuat berlapis-lapis dengan tebal antara 4 cm dan 100 cm. Tufa berbutir halus hingga lapili tufa lempungan berwarna merah 100 cm. Tufa berbutir halus hingga lapili tufa lempungan berwarna merah mengandung banyakmminrela biotit; konglomerat dan breksinya terutama mengandung banyakmminrela biotit; konglomerat dan breksinya terutama berkomponen andesit dan basal dengan ukuran antara 2 cm dan 30 cm; berkomponen andesit dan basal dengan ukuran antara 2 cm dan 30 cm; batugamping pasiran mengandung koral dan molluska; batulempung kelabu tua batugamping pasiran mengandung koral dan molluska; batulempung kelabu tua dan napal mengandung fosil foram kecil; sisipan batubara setebal 40 cm dan napal mengandung fosil foram kecil; sisipan batubara setebal 40 cm ditemukan di Salo Maros.

ditemukan di Salo Maros.

Tmcv, Batuan Gunungapi Formasi Camba merupakan breksi gunungapi, Tmcv, Batuan Gunungapi Formasi Camba merupakan breksi gunungapi, lava, konglomerat dan tufa lapili, bersisipan batuan sedimen laut berupa batupasir lava, konglomerat dan tufa lapili, bersisipan batuan sedimen laut berupa batupasir tufaan, batupasir gampingan dan batulempung yang mengandung sisa tumbuhan. tufaan, batupasir gampingan dan batulempung yang mengandung sisa tumbuhan. Bagian bawahnya lebih banyak mengandung breksi gunungapi dan lava yang Bagian bawahnya lebih banyak mengandung breksi gunungapi dan lava yang berkomposisi andesit dan basal; konglomerat juga

berkomposisi andesit dan basal; konglomerat juga berkomponeberkomponen andesit dan n andesit dan basalbasal dengan ukuran 3

dengan ukuran 3 –  – 50 cm; tufa berlapis baik, terdiri dari tufa lithik, tufa kristal dan50 cm; tufa berlapis baik, terdiri dari tufa lithik, tufa kristal dan

tufa vitrik. Bagian atasnya mengandung ignimbrit bersifat trakit dan tefrit leusit; tufa vitrik. Bagian atasnya mengandung ignimbrit bersifat trakit dan tefrit leusit; ignimbrit berstrukutur kekar meniang, berwarna kelabu kecokelatan dan cokelat ignimbrit berstrukutur kekar meniang, berwarna kelabu kecokelatan dan cokelat tua, tefrit leusit berstruktur aliran dengan permukaan berwarna hitam. Tebal tua, tefrit leusit berstruktur aliran dengan permukaan berwarna hitam. Tebal satuan ini sekitar 2.500 m dan merupakan fasies gunungapi dari Formasi Camba, satuan ini sekitar 2.500 m dan merupakan fasies gunungapi dari Formasi Camba, lapisannya kebany

(11)

Batuan terobosan terdiri dari: Diorit: terobosan diorit, kebanyakan berupa Batuan terobosan terdiri dari: Diorit: terobosan diorit, kebanyakan berupa stok dan sebagian retas atau sil; singkapanya ditemukan di sebelah Timur Maros, stok dan sebagian retas atau sil; singkapanya ditemukan di sebelah Timur Maros, menerobos batugamping Formasi Tonasa (Temt); umumnya berwarna kelabu, menerobos batugamping Formasi Tonasa (Temt); umumnya berwarna kelabu, berstruktur porfiri, dengan fenokris amfibol dan biotit, sebagian berkekar berstruktur porfiri, dengan fenokris amfibol dan biotit, sebagian berkekar meniang.

meniang.

Basal: terobosan basal berupa retas, sil dan stok, bertekstur porfiri dengan Basal: terobosan basal berupa retas, sil dan stok, bertekstur porfiri dengan fenokris piroksin kasar mencapai ukuran lebih dari 1 cm, berwarna kelabu tua, fenokris piroksin kasar mencapai ukuran lebih dari 1 cm, berwarna kelabu tua, kehitaman dan kehijauan; sebagian dicirikan oleh struktur kekar meniang, kehitaman dan kehijauan; sebagian dicirikan oleh struktur kekar meniang, beberapa diantaranya mempunyai tekstur gabro. Terobosan basal di sekitar Jene beberapa diantaranya mempunyai tekstur gabro. Terobosan basal di sekitar Jene Berang berupa kelompok retas yang mempunyai arah kira-kira radier

Berang berupa kelompok retas yang mempunyai arah kira-kira radier memusat kememusat ke Baturape dan Cindako. Semua terobosan basal menerobos batuan dari Formasi Baturape dan Cindako. Semua terobosan basal menerobos batuan dari Formasi Camba (Tmc). Hal ini menandakan bahwa kemungkinan besar penerobosan basal Camba (Tmc). Hal ini menandakan bahwa kemungkinan besar penerobosan basal berlangsung sejak Miosen Akhir sampai Pliosen

berlangsung sejak Miosen Akhir sampai Pliosen Akhir.Akhir.

Endapan Aluvium Rawa dan Pantai (Qac) merupakan endapan sedimen Endapan Aluvium Rawa dan Pantai (Qac) merupakan endapan sedimen permukaan termuda yang terdiri dari kerikil, pasir, lempung, dan batugamping permukaan termuda yang terdiri dari kerikil, pasir, lempung, dan batugamping koral; terbentuk dalam lingkungan sungai, rawa, pantai dan delta.

(12)

BAB III BAB III

STRUKTUR GEOLOGI STRUKTUR GEOLOGI

5.1. Struktur Geologi Regional 5.1. Struktur Geologi Regional

Struktur regional di daerah Makassar dan sekitarnya menurut Sukamto dan Struktur regional di daerah Makassar dan sekitarnya menurut Sukamto dan Supriatna (1982) meliputi struktur perlipatan dan sesar. Struktur perlipatan Supriatna (1982) meliputi struktur perlipatan dan sesar. Struktur perlipatan tersebut dan sesar. Struktur perlipatan tersebut mempunyai jurus dan kemiringan tersebut dan sesar. Struktur perlipatan tersebut mempunyai jurus dan kemiringan yang tidak teratur sehingga sulit menentukan jenisnya, perlipatan ini yang tidak teratur sehingga sulit menentukan jenisnya, perlipatan ini dicirikandengan variasi kemiringan batuan baik batuan berumur Tersier maupun dicirikandengan variasi kemiringan batuan baik batuan berumur Tersier maupun Kwarter sehingga perlipatan tersebut diperkirakan berumur

Kwarter sehingga perlipatan tersebut diperkirakan berumur Plistosen.Plistosen.

Struktur sesar juga mempunyai kemiringan yang bervariasi yaitu Struktur sesar juga mempunyai kemiringan yang bervariasi yaitu Utara-Selatan, Timur-Barat, Baratdaya-Timur laut

Selatan, Timur-Barat, Baratdaya-Timur laut dan Baratlaut-Tenggara yang terdapatdan Baratlaut-Tenggara yang terdapat di sekitar daerah Makassar, dimana jenis sesar ini sulit ditentukan. Proses ini di sekitar daerah Makassar, dimana jenis sesar ini sulit ditentukan. Proses ini diperkirakan terjadi sejak Miosen

diperkirakan terjadi sejak Miosen yaitu setelah berakhirnya aktivitas vulkanisme.yaitu setelah berakhirnya aktivitas vulkanisme. Pada kala Miosen terjadi proses pengendapan yang disertai kegiatan Pada kala Miosen terjadi proses pengendapan yang disertai kegiatan vulkanisme di bagian barat yang berlangsung hingga Kala Pliosen . Berakhirnya vulkanisme di bagian barat yang berlangsung hingga Kala Pliosen . Berakhirnya kegiatan magmatisme pada Kala Plistosen Atas oleh kegiatan tektonisme kegiatan magmatisme pada Kala Plistosen Atas oleh kegiatan tektonisme menyebab

menyebabkan pensesarakan pensesaran yang melewati pegunn yang melewati pegunungan Lompobaungan Lompobattang. ttang. Sesar-sesarSesar-sesar yang terbentuk pada umumnya merupakan sesar berarah Utara-Selatan yang yang terbentuk pada umumnya merupakan sesar berarah Utara-Selatan yang kemungkinan disebabkan oleh gerakan mendatar ke kanan (dekstral) oleh batuan kemungkinan disebabkan oleh gerakan mendatar ke kanan (dekstral) oleh batuan alas di bawah lembah

alas di bawah lembah Walanae.Walanae.

Akhirnya suatu pengangkatan yang terjadi pada Kala Holosen atau Akhirnya suatu pengangkatan yang terjadi pada Kala Holosen atau mungkin pula pada Sub Holosen menyebabkan terjadinya berbagai undak pantai mungkin pula pada Sub Holosen menyebabkan terjadinya berbagai undak pantai dan ceruk gelombang seperti yang terdapat dipantai Barat Sulawesi Selatan yang dan ceruk gelombang seperti yang terdapat dipantai Barat Sulawesi Selatan yang disusul oleh pendangkalan cekungan Tempe.

disusul oleh pendangkalan cekungan Tempe. 4.2. Struktur Geologi Daerah Penelitian 4.2. Struktur Geologi Daerah Penelitian

Perkembangan dan pola struktur geologi daerah penelitian tidak lepas dari Perkembangan dan pola struktur geologi daerah penelitian tidak lepas dari pengaruh struktur geologi regional. Penentuan struktur geologi didasarkan pada pengaruh struktur geologi regional. Penentuan struktur geologi didasarkan pada bentuk, jenis dan indikasi terhadap elemen elemen

bentuk, jenis dan indikasi terhadap elemen elemen struktur geologi yang dijumpaistruktur geologi yang dijumpai di lapangan.

(13)

Berdasarkan bentuk, jenis dan indikasi unsur-unsur struktur geologi yang Berdasarkan bentuk, jenis dan indikasi unsur-unsur struktur geologi yang dijumpai di daerah penelitian, maka dapat diketahui bahwa struktur geologi yang dijumpai di daerah penelitian, maka dapat diketahui bahwa struktur geologi yang berkembang pada daerah penelitian berupa struktur kekar.

berkembang pada daerah penelitian berupa struktur kekar.

4.2.1 Struktur Kekar 4.2.1 Struktur Kekar

Kekar merupakan rekahan pada batuan dimana tidak ada atau sedikit Kekar merupakan rekahan pada batuan dimana tidak ada atau sedikit sekali mengalami pergeseran (Billing, 1968). Hal-hal yang diidentifikasi dalam sekali mengalami pergeseran (Billing, 1968). Hal-hal yang diidentifikasi dalam pengamatan karakteristik kekar di lapangan meliputi pengukuran strike dip kekar, pengamatan karakteristik kekar di lapangan meliputi pengukuran strike dip kekar, spasi kekar, isian kekar, bukaan kekar, panjang kekar, blok kekar dan set kekar. spasi kekar, isian kekar, bukaan kekar, panjang kekar, blok kekar dan set kekar. Pembahasan dan perbedaan struktur kekar yang berkembang pada daerah Pembahasan dan perbedaan struktur kekar yang berkembang pada daerah penelitian dititik

penelitian dititik beratkan pada penggolongan berdasarkan bentuknya.beratkan pada penggolongan berdasarkan bentuknya.

Klasifikasi kekar berdasarkan bentuknya (Hodgson dalam Asikin, 1979), Klasifikasi kekar berdasarkan bentuknya (Hodgson dalam Asikin, 1979), meliputi:

meliputi: 

 Kekar sistematik yaitu kekar Kekar sistematik yaitu kekar yang umumnya dijumpai dalam bentuk pasangan.yang umumnya dijumpai dalam bentuk pasangan. Tiap pasangannya ditandai oleh arahnya yang serba sejajar atau hampir sejajar Tiap pasangannya ditandai oleh arahnya yang serba sejajar atau hampir sejajar  jika dilihat dari

 jika dilihat dari kenampakan di atas permukaan.kenampakan di atas permukaan.

Foto Struktur geologi berupa kekar pada Fakultas Kedokteran Foto Struktur geologi berupa kekar pada Fakultas Kedokteran

(14)

 Kekar tidak sistematik yaitu kekar yang tidak teratur susunannya dan biasanyaKekar tidak sistematik yaitu kekar yang tidak teratur susunannya dan biasanya tidak memotong kekar yang lain dan permukaannya selalu lengkung dan tidak memotong kekar yang lain dan permukaannya selalu lengkung dan berakhir pada bidang perlapisan.

berakhir pada bidang perlapisan.

Dengan demikian kekar yang dijumpai pada daerah penelitian adalah Dengan demikian kekar yang dijumpai pada daerah penelitian adalah kekar sistema

kekar sistematik pada stasiun 19 tik pada stasiun 19 dan 20 dan 20 dan kekar tidak sdan kekar tidak sistematik pada stasiuistematik pada stasiunn 31.

31.

Kekar sistematik dijumpai pada stasiun 19 mempunyai strike dip kekar N Kekar sistematik dijumpai pada stasiun 19 mempunyai strike dip kekar N 337

33700 E / 25E / 250,0,Kekar searah strike dan berlawanan dip, Spasi kekar 30 cm, isianKekar searah strike dan berlawanan dip, Spasi kekar 30 cm, isian kekar merupakan hasil dari pelapukan batuan induk, bukaan kekar 0,5

kekar merupakan hasil dari pelapukan batuan induk, bukaan kekar 0,5  –  – 1 cm,1 cm, panjang kekar 8 m, terdapat 3 blok kekar dan 5 set kekar, serta pada stasiun 20 panjang kekar 8 m, terdapat 3 blok kekar dan 5 set kekar, serta pada stasiun 20 dengan strike kekar N 337

dengan strike kekar N 33700 E/ 25E/ 2500, Spasi kekar 25 cm, isian kekar merupakan, Spasi kekar 25 cm, isian kekar merupakan hasil dari pe

hasil dari pelapukan balapukan batuan induk, butuan induk, bukaan kekar kaan kekar 0,5 0,5 cm, panjang cm, panjang kekar 3 m,kekar 3 m, terdapat 3 blok kekar dan 3

terdapat 3 blok kekar dan 3 set kekarset kekar

Kekar tidak sistematik dijumpai pada stasiun 31 dengan Bukaan kekar 0,5 Kekar tidak sistematik dijumpai pada stasiun 31 dengan Bukaan kekar 0,5  – 

(15)

BAB V BAB V SATUAN

SATUAN

 – 

 – 

SATUAN GEOLOGI TEKNIKSATUAN GEOLOGI TEKNIK

Berdasarkan hasil dari pengamatan di peroleh data pengamatan yang Berdasarkan hasil dari pengamatan di peroleh data pengamatan yang menyataka keterdapatan singkapan batuan dan penyebaran jenis-jenis tanah pada menyataka keterdapatan singkapan batuan dan penyebaran jenis-jenis tanah pada kampus Unhas Tamalenrea Makassar. Pada daerah pengamatan terdapat satuan kampus Unhas Tamalenrea Makassar. Pada daerah pengamatan terdapat satuan geologi teknik yaitu tanah dan batuan, yang mana tanah dapat diklasifikasikan geologi teknik yaitu tanah dan batuan, yang mana tanah dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis dan batuan terdapat dua

menjadi tiga jenis dan batuan terdapat dua jenis.jenis.

5.1 Singkapan Batuan pada daerah penelitian : 5.1 Singkapan Batuan pada daerah penelitian :

1.

1. Batuan phiroklastik yaitu aglomerat dalam Batuan phiroklastik yaitu aglomerat dalam bentuk singkapan besar denganbentuk singkapan besar dengan dimensi 16 x 18 m dengan Struktur klastik kasar, ukuran butir 2 -256 mm dimensi 16 x 18 m dengan Struktur klastik kasar, ukuran butir 2 -256 mm (bomb dan lapilli), massa dasar berupa tufa. Singkapan ini terdapat di (bomb dan lapilli), massa dasar berupa tufa. Singkapan ini terdapat di belakang halaman mesjid kampus Unhas.

belakang halaman mesjid kampus Unhas.

Deskripsi Batuan: Deskripsi Batuan:

Jenis

Jenis Batuan Batuan : : Batuan Batuan Piroklastik Piroklastik  Warna

Warna : : Abu-abu Abu-abu kehitamankehitaman Foto Singkapan anglomerat Foto Singkapan anglomerat

(16)

Struktur

Struktur : : Masif Masif 

Tekstur :

Tekstur :

-

- Ukuran Ukuran Butir Butir : : 2-64 2-64 mmmm -

- Der. Der. Pembundaran Pembundaran : : Angular-RoundeAngular-Roundedd -

- Der. Der. Pemilahan Pemilahan : : Poorly Poorly SortedSorted -

- Relasi Relasi : : InequigranuInequigranularlar

Komposisi material: Bomb dan lapili, Komposisi material: Bomb dan lapili, gelasgelas Nama

Nama : : AGLOMERATAGLOMERAT

2.

2. Tufa kasar yang tersebar luas di daerah Fakultas Kedokteran, KantinTufa kasar yang tersebar luas di daerah Fakultas Kedokteran, Kantin Jasbo, sebagian kecil di Fakutas MIPA belakang mesjid Ramsis, dan Jasbo, sebagian kecil di Fakutas MIPA belakang mesjid Ramsis, dan Rektorat. Pada singkpan ini terdapat struktur geologi berupa kekar, Rektorat. Pada singkpan ini terdapat struktur geologi berupa kekar, panjang kekar dan bukaan kekar beragam pada beberapa singkapan, dan panjang kekar dan bukaan kekar beragam pada beberapa singkapan, dan  juga memiliki deimensi-dimensi

 juga memiliki deimensi-dimensi yang beragam tiap singkapannya.yang beragam tiap singkapannya. Deskripsi singkapan:

Deskripsi singkapan: Jenis

Jenis Batuan Batuan : : Batuan Batuan Phyroklastik Phyroklastik  Warna

Warna : : Abu-abuAbu-abu Struktur

Struktur : : Massif Massif  Tekstur

Tekstur : : Klastik Klastik  -

- Ukuran Ukuran Butir Butir : : 2 2 -1/16 -1/16 mmmm -

- Der. Der. Pembundaran Pembundaran : : RoundedRounded -

- Der. Der. Pemilahan Pemilahan : : Baik Baik  -

- Kemas Kemas : : TertutupTertutup -

- Porositas Porositas : : Baik Baik  -

- Permeabilitas Permeabilitas : : Baik Baik 

Komposisi :

Komposisi :

Nama

(17)

a.

a. Singkapan pada lokasi Fakultas Singkapan pada lokasi Fakultas KedokteranKedokteran

 Singkapan pertama dengan koordinat 119Singkapan pertama dengan koordinat 1190029’16.3’’29’16.3’’ 00EE  –  – 

5

5008’45.3’’8’45.3’’00S dan kedudukan singkapan N 320S dan kedudukan singkapan N 32000E/ 30E/ 3000 

 Singkapan kedua dengan koordinatSingkapan kedua dengan koordinat 1191190029’15.1’’29’15.1’’ 00EE  –  – 

5

5008’44.5’’8’44.5’’ 00S dan kedudukan singakapn N 356S dan kedudukan singakapn N 35600E/ 29E/ 2900,,

singkapan ini berdimensi 4 x 3 m. singkapan ini berdimensi 4 x 3 m.

 Singkapan ketiga dengan koordinat 119Singkapan ketiga dengan koordinat 1190029’16.5’’29’16.5’’ 00EE  –  – 

5

5008’48.6’’8’48.6’’ 00S dengan kedudukan N 337S dengan kedudukan N 33700E/ 35E/ 350.0. Kekar searahKekar searah

strike dan berlawanan dip, strike dip kekar N 337

strike dan berlawanan dip, strike dip kekar N 33700 E / 25E / 2500,, Spasi kekar 30 cm, isian

Spasi kekar 30 cm, isian kekar merupakan hasil dari pelapukankekar merupakan hasil dari pelapukan batuan induk, bukaan kekar 0,5

batuan induk, bukaan kekar 0,5  –  – 1 cm, panjang kekar 8 m,1 cm, panjang kekar 8 m,

terdapat 3 blok kekar dan 5 set kekar, singakapan ini terdapat 3 blok kekar dan 5 set kekar, singakapan ini berdimensi 10 x 4 m

berdimensi 10 x 4 m

 Singkapan keempat dengan koordinat 119Singkapan keempat dengan koordinat 1190029’16.8529’16.85 00EE  –  – 

5

5008’50.4’’8’50.4’’ 00S dan kedudukan N 320S dan kedudukan N 32000E/ 30E/ 3000, Kekar searah, Kekar searah

strike, strike kekar N 337

strike, strike kekar N 33700 , Spasi kekar 25 cm, isian kekar, Spasi kekar 25 cm, isian kekar merupakan hasil dari pelapukan batuan induk, bukaan kekar merupakan hasil dari pelapukan batuan induk, bukaan kekar 0,5

0,5 cm, panjang cm, panjang kekar 3 m, terdakekar 3 m, terdapat 3 blok kekpat 3 blok kekar dan 3 sar dan 3 setet kekar dan dimensi singkapa

kekar dan dimensi singkapan 7 x 2 n 7 x 2 m.m. b.

b. Singkapan pada lokasi kantin JasboSingkapan pada lokasi kantin Jasbo

 Singkapan pada lokasi ini dengan koordinat 119Singkapan pada lokasi ini dengan koordinat 1190029’19.9’’29’19.9’’ 00EE –  – 

5

5008’52.9’’8’52.9’’00SS

c.

c. Singkapan pada lokasi Fakultas MIPASingkapan pada lokasi Fakultas MIPA

 Singkapan pada lokasi ini Singkapan pada lokasi ini dengan koordinat 119dengan koordinat 1190029’12.9’’29’12.9’’ 00EE –  – 

5

5008’52.4’’8’52.4’’00S dan berkedudukan N 120S dan berkedudukan N 120 00E/ 37E/ 3700

d.

d. Singkapan pada lokasi RektoratSingkapan pada lokasi Rektorat

 Singkapan pada lokasi ini dengan koordinat 119Singkapan pada lokasi ini dengan koordinat 1190029’20.2’’29’20.2’’ 00EE –  – 

5

5008’59.8’’8’59.8’’ 00S, S, Strike Strike dip dip kekar kekar N N 26026000 E / 85E / 8500, isian kekar, isian kekar

merupakan hasil dari pelapukan batuan induk, bukaan kekar 1 merupakan hasil dari pelapukan batuan induk, bukaan kekar 1 cm, panjang kekar 2,5 m, terdapat 2blok kekar dan 2 set kekar cm, panjang kekar 2,5 m, terdapat 2blok kekar dan 2 set kekar dan dimensinya 3 x 4 m.

(18)

5.2 Tanah Pada daerah penelitian: 5.2 Tanah Pada daerah penelitian:

Hasil dari pengamatan lapangan dan setelah diklasifikasikan kedalam klasifikasi Hasil dari pengamatan lapangan dan setelah diklasifikasikan kedalam klasifikasi tanah berdasarkan

tanah berdasarkan sistem Unified sistem Unified diperoleh tiga jenis tanah yaitu:diperoleh tiga jenis tanah yaitu: a.

a. ML [Lanau tak organik dan pasir sangat halus, serbuk batuan atauML [Lanau tak organik dan pasir sangat halus, serbuk batuan atau pasir halus berlanau atau berlempung]. Tanah jenis ini sangat pasir halus berlanau atau berlempung]. Tanah jenis ini sangat mendominasi keterdapatannya pada seluruh lokasi pengamatan, dari mendominasi keterdapatannya pada seluruh lokasi pengamatan, dari 38 stasiun pengamatan tanah jenis ini menempati 23 stasiun.

38 stasiun pengamatan tanah jenis ini menempati 23 stasiun.

Deskripsi tanah: Deskripsi tanah:

Tipe

Tipe tanah tanah : : HomogenHomogen Kekerasan/k

Kekerasan/kekuatan ekuatan tanah tanah : : PadatPadat Warna

Warna : : Merah Merah kecoklatankecoklatan Plastisitas

Plastisitas : : Baik Baik  Nama

Nama tanah tanah : : Lanau Lanau anorganik anorganik 

Foto tanah Lanau anorganik pada stasiun 22 (belakang Ramsis Putra) Foto tanah Lanau anorganik pada stasiun 22 (belakang Ramsis Putra)

(19)

b.

b. OL [Lanau organik dan lempung berlanau organik dengan plastisitasOL [Lanau organik dan lempung berlanau organik dengan plastisitas rendah]. Tanah jenis ini hanya menempati 6 titik stasiun pengamatan rendah]. Tanah jenis ini hanya menempati 6 titik stasiun pengamatan yaitu sekitar daerah POLTEK, sekitar danau unhas, Fakultas Hukum, yaitu sekitar daerah POLTEK, sekitar danau unhas, Fakultas Hukum, Fakultas Kehutanan, dan Fakultas MIPA.

Fakultas Kehutanan, dan Fakultas MIPA.

Deskripsi tanah: Deskripsi tanah:

Tipe

Tipe tanah tanah : : HomogenHomogen Kekerasan/k

Kekerasan/kekuatan ekuatan tanah tanah : : lunak/lepaslunak/lepas Warna

Warna : : Coklat Coklat kehitamankehitaman Plastisitas

Plastisitas : : TinggiTinggi Nama

Nama tanah tanah : : Lanau Lanau organik organik  Foto tanah Lanau organik pada stasiun 6 (sekitar danau unhas) Foto tanah Lanau organik pada stasiun 6 (sekitar danau unhas)

(20)

c.

c. SM [Pasir berlanau, campuran pasir-lanau]. Tanah jenis ini hanyaSM [Pasir berlanau, campuran pasir-lanau]. Tanah jenis ini hanya terdapat di sekitar Fakultas Kesehatan Masyarakat, dan Belakang terdapat di sekitar Fakultas Kesehatan Masyarakat, dan Belakang Mesjid Ramsis.

Mesjid Ramsis.

Deskripsi tanah: Deskripsi tanah:

Tipe

Tipe tanah tanah : : HomogenHomogen Kekerasan/k

Kekerasan/kekuatan ekuatan tanah tanah : : Sedikit Sedikit terikatterikat Warna

Warna : : Merah Merah kecoklatankecoklatan Gradasi

Gradasi : : Baik Baik  Nama

Nama tanah tanah : : Pasir Pasir berlanauberlanau

Foto tanah Pasir berlanau pada stasiun 28 (sekitar FKM) Foto tanah Pasir berlanau pada stasiun 28 (sekitar FKM)

(21)

BAB VI BAB VI PENUTUP PENUTUP 6.1 Kesimpulan 6.1 Kesimpulan

Dari hasil pengamatan dapat ditarik

Dari hasil pengamatan dapat ditarik kesimpulan bahwa:kesimpulan bahwa: 

 Hasil dari pengamatan lapangan dan setelah diklasifikasikan kedalamHasil dari pengamatan lapangan dan setelah diklasifikasikan kedalam klasifikasi tanah berdasarkan

klasifikasi tanah berdasarkan sistem Unified sistem Unified diperoleh tiga jenis yaitu MLdiperoleh tiga jenis yaitu ML [lanau tak organ

[lanau tak organik], ik], OL [lanau orgaOL [lanau organik], dan SM [pasir benik], dan SM [pasir berlanau]rlanau] 

 Sebagian besar dari daerah penelitian disusun atas tanah anorganik yangSebagian besar dari daerah penelitian disusun atas tanah anorganik yang menempati 23 titik stasiun dari

menempati 23 titik stasiun dari 38 stasiun.38 stasiun. 

 Terdapat dua jenis singkapan pada daerah penelitian yaitu singkapanTerdapat dua jenis singkapan pada daerah penelitian yaitu singkapan aglomerat dan tufa kasar.

aglomerat dan tufa kasar. 

 Bentang alam pada daerah pengamatan terdiri dari dua yaitu bentang alamBentang alam pada daerah pengamatan terdiri dari dua yaitu bentang alam pedataran dan bentang alam

pedataran dan bentang alam bergelombangbergelombang.. 

 Struktur geologi yang dijumpai pada daerah pengamatan berupa kekar yangStruktur geologi yang dijumpai pada daerah pengamatan berupa kekar yang terdapat pada singkapan satuan tufa kasar.

terdapat pada singkapan satuan tufa kasar.

6.2 Saran 6.2 Saran

1.

1. Diharapkan kepada teman-teman mahasiswa harus lebih disiplin dalamDiharapkan kepada teman-teman mahasiswa harus lebih disiplin dalam melakuakn pengamatan baik dalam penggunaan alat-alat pengaman yang melakuakn pengamatan baik dalam penggunaan alat-alat pengaman yang menunjang keselamatan diri.

menunjang keselamatan diri. 2.

2. Diharapkan alat-alat yang akan dipergunakan saat melakukan pengamatanDiharapkan alat-alat yang akan dipergunakan saat melakukan pengamatan harus terlebih dahulu di cek agar alat dapat digunakan sebagaimana harus terlebih dahulu di cek agar alat dapat digunakan sebagaimana mestinya pada saat

(22)

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR PUSTAKA

Hirnawan Febri. 1999.

Hirnawan Febri. 1999. Modul Geoteknik. Modul Geoteknik.Universitas Padjadjaran. BandungUniversitas Padjadjaran. Bandung http://www.scribd.com/d

http://www.scribd.com/doc/29961484/Buoc/29961484/Buku-Pengantar-Kuliah-Geku-Pengantar-Kuliah-Geologi-Teknik ologi-Teknik 

http://weiminhan.wordpre

http://weiminhan.wordpress.com/2010/05/1ss.com/2010/05/17/pemetaan-geolog7/pemetaan-geologi-teknik-lapangan/ i-teknik-lapangan/ 

http://sainsgeologi.blogspot.com/ 

(23)

LAMPIRAN

LAMPIRAN

(24)

Gambar

Foto Bentang alam pedatara pada pinggiran danau UnhasFoto Bentang alam pedatara pada pinggiran danau Unhas
Foto Bentang alam bergelombang pada Fakultas KedokteranFoto Bentang alam bergelombang pada Fakultas Kedokteran
Foto Struktur geologi berupa kekar pada Fakultas KedokteranFoto Struktur geologi berupa kekar pada Fakultas Kedokteran
Foto Singkapan anglomeratFoto Singkapan anglomerat
+4

Referensi

Dokumen terkait

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK.

Salah satu ilmu penunjang dalam geoteknik adalah geologi teknik, Geologi Teknik adalah ilmu yang mempelajari atau mengkaji gejala geologi dari aspek kekuatan dan/atau

ISTILAH & DEFINISI: 3.1 Peminjaman LCD yang dimaksud di sini adalah pemakaian untuk kegiatan yang dilakukan oleh civitas akademik Program Studi Teknik Geologi.. 3.2 Laboran dan tenaga

1.2 Prosedur ini untuk menjamin bahwa kegiatan review dan uji kesahihan soal ujian di Program Studi Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Diponegoro telah sesuai dengan standar ISO

LABORATORIUM SEDIMEN, GEOKIMIA, DAN GEOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO PROSEDUR PENGUJIAN SAMPEL UNTUK ANALISIS

1.2 Prosedur ini untuk menjamin bahwa penyerahan dan kerahasiaan naskah ujian di Program Studi Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Diponegoro telah sesuai dengan standar ISO

berisi ilmu pnegetahuan tentang geologi teknik yaitu perencanaan

● Hasil Kegiatan Hasil dari kegiatan PKM ‘Workshop Eksplorasi Sedotan Bekas Dengan Teknik Pemanasan Untuk Warga Komunitas Le9end Bandung’ yang dilaksanakan di Kampus Institut