• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI DAYA HASIL, KETAHANAN TERHADAP PENYAKIT BERCAK DAUN, DAN KAPASITAS SOURCE-SINK PLASMA NUTFAH KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EVALUASI DAYA HASIL, KETAHANAN TERHADAP PENYAKIT BERCAK DAUN, DAN KAPASITAS SOURCE-SINK PLASMA NUTFAH KACANG TANAH (Arachis hypogaea L."

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI DAYA HASIL, KETAHANAN TERHADAP

PENYAKIT BERCAK DAUN, DAN KAPASITAS

SOURCE-SINK PLASMA NUTFAH KACANG TANAH

(Arachis hypogaea L.)

Oleh Oleh Oleh Oleh Astri Oktafiani Astri Oktafiani Astri Oktafiani Astri Oktafiani A34404023 A34404023 A34404023 A34404023

PROGRAM STUDI

PROGRAM STUDI

PROGRAM STUDI

PROGRAM STUDI

PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH

PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH

PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH

PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH

FAKULTAS PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

200

200

200

2009

9

9

9

(2)

RINGKASAN

ASTRI OKTAFIANI. Evaluasi Daya Hasil, Ketahanan terhadap Penyakit Bercak Daun, dan Kapasitas Source-Sink Plasma Nutfah Kacang Tanah (Arachis hypogaea L. ). Dibimbing oleh YUDIWANTI W. E KUSUMO.

Percobaan ini dilakukan untuk mengevaluasi daya hasil, ketahanan terhadap penyakit bercak daun, dan kapasitas source-sink plasma nutfah kacang tanah (Arachis hypogaea L.). Plasma nutfah yang digunakan terdiri atas lima kelompok genotipe, yaitu kelompok genotipe generasi lanjut hasil persilangan varietas Gajah dengan GP-NC WS4 sebanyak 11 genotipe (koleksi Lab Genetika dan Pemuliaan Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB), kelompok genotipe varietas unggul nasional (20 genotipe), kelompok genotipe lokal (21 genotipe), kelompok

genotipe introduksi (18 genotipe), dan kelompok genotipe galur harapan (18 genotipe) dari Balai Besar Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian

(BBBiogen). Sembilan dari 20 varietas unggul nasional dipilih secara acak untuk dijadikan sebagai kontrol. Percobaan dilakukan di kebun percobaan Leuwikopo IPB dan laboratorium RGCI Institut Pertanian Bogor mulai dari bulan Juli-Oktober 2008. Percobaan menggunakan rancangan Augmented dengan rancangan dasar Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan satu faktor yaitu genotipe, kontrol diulang sebanyak tiga kali. Varietas Gajah sebagai sumber inokulum penyakit bercak daun ditanam dua minggu sebelum genotipe yang diuji ditanam. Pada percobaan ini dilakukan kegiatan pemeliharaan tetapi tidak untuk pengendalian hama dan penyakit.

Hasil percobaan menunjukkan dari 79 genotipe yang diuji terdapat empat genotipe yang memiliki kemampuan untuk mengisi penuh hampir seluruh polongnya yaitu ICG10023, varietas Landak, Lokal Bulukumpa, dan galur harapan AH2005SI. Tiga genotipe yang memiliki daya hasil yang relatif tinggi yaitu Landak, GWS 82 dan AH1546Si dengan bobot biji per tanaman yang dihasilkan masing-masing adalah 32.2 g, 24.2 g, dan 22.2 g. Tiga genotipe dengan ketahanan terhadap penyakit bercak daun dan kemampuan untuk mengisi penuh hampir seluruh polongnya yaitu varietas Landak, Genotipe ICG10067 dan varietas Biawak. Tiga genotipe yang memiliki tingkat ketahanan yang relatif tinggi terhadap penyakit bercak daun yaitu ICG10030B, ICG 10042, dan ICG10029.

(3)

EVALUASI DAYA HASIL, KETAHANAN TERHADAP

PENYAKIT BERCAK DAUN, DAN KAPASITAS

SOURCE-SINK PLASMA NUTFAH KACANG TANAH

(Arachis hypogaea L.)

Skripsi sebagai salah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh

Astri Oktafiani

A34404023

PROGRAM STUDI

PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul :

Nama : Astri Oktafiani NRP : A34404023

Tanggal lulus :……….

EVALUASI DAYA HASIL, KETAHANAN

TERHADAP PENYAKIT BERCAK DAUN, DAN

KAPASITAS SOURCE-SINK PLASMA NUTFAH

KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.)

Menyetujui : Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Yudiwanti W.E. Kusumo, MS NIP : 131 803 645

Mengetahui : Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, MAgr NIP : 131 124 019

(5)

iii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pontianak, Propinsi Kalimantan Barat pada tanggal 9 Oktober 1986. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari Bapak Sulaiman dan Ibu Masdariah.

Tahun 1998 penulis lulus dari SD Negeri 15 Pontianak, kemudian pada tahun 2001 penulis menyelesaikan studi di SLTP Negeri 3 Pontianak. Selanjutnya penulis lulus dari SMA Negeri 1 Pontianak pada tahun 2004.

Tahun 2004 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Program Studi Pemuliaan Tanaman dan Teknologi Benih, Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Penulis telah mulai mengikuti berbagai kegiatan ekstrakurikuler sejak menempuh pendidikan di SMA. Selama menempuh pendidikan di IPB, penulis pernah aktif di Birena Al-Hurriyah sebagai staf DAU (Data Administrasi Umum), DPM (Dewan Perwakilan Mahasiswa) Faperta KM IPB sebagai staf KPH (Komisi Pengawas Himpro) dan Himagron (Himpunan Mahasiswa Agronomi) sebagai Ketua Divisi Penelitian Pertanian.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik.

Penelitian yang berjudul “Evaluasi Daya Hasil, Ketahanan terhadap Penyakit Bercak Daun, dan Kapasitas Source-Sink Plasma Nutfah Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.)”, dilaksanakan dalam rangka penyelesaian tugas akhir pada Program Studi Pemuliaan Tanaman dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor. Peneltian ini dilaksanakan bekerjasama dengan BB Biogen Cimanggu, Bogor.

Penulis menyampaikan terima kasih sedalam-dalamnya kepada :

1. Kedua orang tua yang telah sabar memberikan do’a, dorongan yang tulus baik moril maupun materiil, semoga mendapat balasan yang lebih baik dari Allah SWT.

2. Dr. Ir. Yudiwanti W. E. Kusumo, MS selaku dosen pembimbing skripsi sekaligus pembimbing akademik atas arahan dan bimbingannya selama penulis menempuh pendidikan di IPB.

3. Ir. Heni Purnamawati, MSc. Agr dan Dr. Ir. Trikoesoemaningtyas, MSc selaku penguji atas masukannya terhadap skripsi ini.

4. Dosen-dosen dan staf Departemen Agronomi dan Hortikultura yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan yang bermanfaat dan dukungan dalam penyelenggaraan penelitian ini.

5. Saudara-saudaraku seperjuangan di Lembaga Dakwah Kampus Al-Hurriyyah, yang telah banyak memberikan pelajaran hidup, semoga tetap istiqomah. 6. Rekan-rekan Pemuliaan Tanaman dan Teknologi Benih ‘41 dan senior yang

telah memberikan kenangan-kenangan terindah yang insya Allah tidak akan terlupakan.

7. Rekan-rekan dari program studi lainnya yang sudah turut membantu selama penulis melaksanakan penelitian, semoga mendapat balasan yang lebih baik dari Allah SWT.

(7)

v 8. Saudara-saudaraku satu kosan, Bina, Ulil, Sofia, Ratna, Hasti, Rizky, Syeni, Mimi, Sherly, Reriel, Theo, Ririn, Restu, Vivin, Tri, Elmy, Hana dan kru WJ’ers lainnya yang telah memberikan semangat dalam penyelesaian tugas akhir ini, semoga tetap kompak.

9. Berbagai pihak yang telah memberikan bantuan selama penelitan dan penyelesaian penulisan skripsi ini yang tidak dapat dituliskan satu persatu.

Semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat untuk penulis dan pihak-pihak yang akan melakukan penelitian kacang tanah selanjutnya.

Bogor, Januari 2009 Penulis,

(8)

DAFTAR ISI

Halaman PENDAHULUAN ... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan ... 3 Hipotesis ... 3 TINJAUAN PUSTAKA ... 4 Kacang Tanah ... 4

Penyakit Bercak Daun ... 4

Source dan Sink Tanaman ... 5

Pemuliaan untuk Ketahanan terhadap Penyakit ... 6

BAHAN DAN METODE ... 9

Waktu dan Tempat ... 9

Bahan dan Alat ... 9

Metode Penelitian ... 10

Pelaksanaan Kegiatan ... 10

Pengamatan... 10

Analisis Data ... 11

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 13

Keadaan Umum Percobaan ... 13

Pendugaan Parameter Genetik ... 18

Pemilahan Genotipe – Genotipe Potensial ... 22

Daya Hasil ... 22

Ketahanan terhadap Penyakit Bercak Daun ... 26

Kapasitas Source-Sink ... 30

Hubungan Kandungan Klorofil, Daya Hasil dan Ketahanan terhadap Penyakit Bercak Daun ... 31

KESIMPULAN ... 35

SARAN ... 35

DAFTAR PUSTAKA ... 36

(9)

vii

DAFTAR TABEL

1. Produksi Kacang Tanah di Dunia pada Tahun 2002... 1 2. Rekapitulasi Uji F, Nilai Tengah, Nilai Maksimum dan Nilai

Minimum Beberapa Karakter Daya Hasil dan Kapasitas

Source-Sink Genotipe Kacang Tanah yang Diuji ... 14 3. Rekapitulasi Uji F, Nilai Tengah, Nilai Maksimum dan Nilai

Minimum Karakter Ketahanan Genotipe Kacang Tanah Diuji ... 15 4. Rekapitulasi Uji-T Rataan Kelompok Genotipe terhadap

Nilai Rataan Kelompok Genotipe Terendah pada Karakter

Daya Hasil ... 16 5. Rekapitulasi Uji-T Rataan Kelompok Genotipe terhadap

Nilai Rataan Kelompok Genotipe Terendah pada Karakter

Ketahanan ... 17 6. Rekapitulasi Uji-T Rataan Kelompok Genotipe terhadap Nilai

Rataan Kelompok Genotipe Terendah pada Indeks Panen dan

Rasio Bobot Brangkasan per Jumlah Polong Total ... 18 7. Heritabilitas Beberapa Karakter Kuantitatif Kacang Tanah ... 19 8. Korelasi antar Karakter Daya Hasil Kacang Tanah ... 20 9. Korelasi antar Karakter Daya Hasil, Ketahanan terhadap

Penyakit Bercak Daun, dan Kapasitas Source-Sink Kacang

Tanah ... 21 10. Sepuluh Genotipe Kacang Tanah dengan Jumlah Polong

Total Tertinggi ... 23 11. Sepuluh Genotipe Kacang Tanah dengan Jumlah Polong

Bernas Tertinggi ... 24 12. Sepuluh Genotipe Kacang Tanah dengan Bobot Polong

Bernas Tertinggi ... 25 13. Sepuluh Genotipe Kacang Tanah dengan Persentase Batang

Utama Berdaun Hijau Tertinggi ... 27 14. Sepuluh Genotipe Kacang Tanah dengan Jumlah Daun Bebas

Bercak Tertinggi ... 28

Nomor Halaman

(10)

15. Sepuluh Genotipe Kacang Tanah dengan Persentase Daun

Bebas Bercak Tertinggi ... 29

16. Sepuluh Genotipe dengan Bobot Biji per Tanaman Tertinggi dan Hubungannya dengan Rasio Bobot Brangkasan terhadap Jumlah Polong Total ... 30

17. Korelasi Kandungan Klorofil dengan Karakter Hasil dan Ketahanan terhadap Penyakit Bercak Daun Kacang Tanah... 32

18. Kandungan Klorofil Total, Hasil dan Ketahanan terhadap Penyakit Bercak Daun Kacang Tanah Kelompok Genotipe Galur Lanjut Zuriat Persilangan Varietas Gajah x GP-NC WS4 ... 33

19. Kandungan Klorofil Total, Hasil dan Ketahanan terhadap Penyakit Bercak Daun Kacang Tanah Kelompok Genotipe Galur Harapan ... 34

1. Daftar Genotipe Kacang Tanah yang Diuji... 40

2. Deskripsi Varietas Kacang Tanah Kontrol ... 41

3. Kadar Klorofil 40 Genotipe Kacang Tanah ... 42

4. Rekapitulasi Sidik Ragam Karakter Kuantitatif Kacang Tanah ... 44

5. Data Cuaca di Wilayah Dramaga Bogor pada Bulan April-Oktober 2008 ... 49

6. Karakter Kuantitatif Genotipe Kacang Tanah yang Diuji ... 50

7. Karakter Kuantitatif Genotipe Kacang Tanah Kontrol ... 54

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kacang tanah merupakan komoditas kacang-kacangan yang ditanam secara luas di Indonesia setelah kedelai hingga tahun 2001. Sejak tahun 2002 hingga 2004, data statistik dari BPS memperlihatkan hal yang sebaliknya, lahan yang digunakan untuk pertanaman kacang tanah lebih luas daripada kacang kedelai. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan permintaan terhadap kacang tanah yang ditanggapi oleh petani dengan cara memperluas areal tanam atau ekstensifikasi. Namun tidak semua kenaikan permintaan dapat dipenuhi dengan cara ini. Keterbatasan lahan akibat adanya konversi lahan pertanian tidak memungkinkan untuk terus menerus melakukan ekstensifikasi.

Tabel 1. Produksi Kacang Tanah di Dunia pada Tahun 2002

Negara Produksi (Ton) Luas lahan (Ha) Produktifitas (Ton/Ha) China 16 805 201 5 125 400 2.9 India 8 250 000 8 000 000 0.9 Nigeria 2 968 900 2 782 000 0.9

United States of America 2 067 725 530 950 3.5

Sudan 1 320 000 1 900 000 0.6 Senegal 990 000 900 000 1.0 Indonesia 883 300 646 000 1.2 Myanmar 770 000 530 000 1.3 Ghana 572 000 384 000 1.4 Chad 495 000 480 000 0.9 Viet Nam 440 110 245 000 1.6

Congo, Dem Republic of 390 698 456 590 0.8

Burkina Faso 356 006 342 637 0.9 Argentina 345 730 155 000 2.0 Cameroon 319 000 205 000 1.4 Mali 282 819 314 856 0.8 Guinea 277 200 210 000 1.2 Egypt 227 700 64 000 3.2 Brazil 189 234 82 481 2.1 Zimbabwe 181 500 260 000 0.6 Dunia 40 763 417 26 416 717 1.4

Sumber : http://lanra.anthro.uga.edu(23 Januari 2009)

Pada tahun 2002, produktivitas kacang tanah di Indonesia berkisar 1.2 ton/ha. Angka ini cukup tinggi jika dibandingkan dengan India sebagai salah

(12)

satu negara produsen kacang tanah dunia yang produktivitasnya masih di bawah 1 ton/ha. Namun masih rendah jika dibandingkan dengan produktivitas kacang tanah di Cina dan Amerika Serikat yang masing-masing secara berurutan telah mencapai 2.9 ton/ha dan 3.5 ton/ha pada tahun 2002 (Tabel 1).

Produktivitas kacang tanah di negara-negara produsen kacang tanah senantiasa meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan produktifitas ini salah satunya juga didukung oleh adanya perbaikan varietas-varietas kacang tanah yang ditanam. Produktivitas kacang tanah di Indonesia juga meningkat dari tahun ke tahun. Akan tetapi peningkatannya tidak begitu signifikan jika dibandingkan dengan negara-negara lain. Produktivitas kacang tanah di Indonesia hanya mengalami sedikit peningkatan, yaitu berkisar 1.08 ton/ha pada tahun 2000 menjadi 1.16 ton/ha pada tahun 2004 (BPS, 2004). Masih rendahnya produktivitas tersebut antara lain diakibatkan oleh adanya serangan patogen serta kurang efisiennya proses biologi kultivar kacang tanah yang ditanam di Indonesia.

Salah satu penyakit utama pada pertanaman kacang tanah di Indonesia yang menjadi pembatas produksi adalah bercak daun. Penyakit ini sangat sering ditemukan pada pertanaman kacang tanah hingga saat ini. Pada negara-negara lain, penyakit ini disebut tikka. Penyakit ini disebabkan oleh dua jenis fungi, yaitu

Cercosporidium personatum (Berk. & Curt.) dan Cercospora arachidicola. Pada

serangan berat, bercak daun menjadikan tanaman melemah secara menyeluruh sehingga terjadi pengguguran daun (defoliasi). Gugurnya daun dapat menurunkan produksi biji. Bercak daun dapat mengurangi jumlah polong total, jumlah polong bernas, berat biji, jumlah biji dan berat biji per tanaman. Bahkan, bercak daun dapat mengurangi produksi tanaman hingga 50%. Penyakit ini sudah mulai berkembang sejak tanaman berumur 40-70 HST (Semangun, 2001).

Semangun (2001) menyebutkan bahwa salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengelola panyakit bercak daun ini adalah dengan menanam varietas tahan selain menggunakan pestisida sebagai pengendali penyakit. Penggunaan varietas tahan dinilai lebih aman untuk dikonsumsi dan murah dari segi biaya produksi.

Permasalahan lain yang dihadapi adalah rendahnya partisi asimilat ke bagian yang dimanfaatkan atau dipanen yang ditunjukkan oleh persentase polong

(13)

3 cipo yang cukup tinggi atau polong terisi tidak maksimum sehingga mengakibatkan produktivitasnya tetap rendah. Kondisi ini merugikan dipandang dari adanya pemborosan fotosintat/asimilat ke bagian yang tidak produktif (Purnamawati, 2007).

Terkait dengan permasalahan-permasalahan tersebut, maka pendekatan melalui pemuliaan tanaman dengan merakit varietas dengan karakteristik yang diinginkan merupakan salah satu pemecahan yang dapat dilakukan. Dalam hal ini, karakteristik kultivar kacang tanah yang dikehendaki adalah yang tahan penyakit bercak daun dan memiliki kapasitas source-sink seimbang.

Keragaman genetik merupakan hal yang penting dalam kegiatan pemuliaan tanaman. Salah satu sumber keragaman genetik adalah dari plasma nutfah. Varietas dengan karakteristik yang diinginkan dapat diperoleh dengan cara menggabungkan keunggulan-keunggulan yang ada pada plasma nutfah dengan cara hibridisasi (Bari, 2006). Oleh karena itu, untuk mengetahui keunggulan dari plasma nutfah yang ada, maka diperlukan evaluasi untuk memperoleh plasma nutfah dengan karakteristik yang diinginkan.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi daya hasil, ketahanan terhadap penyakit bercak daun dan kapasitas source-sink plasma nutfah kacang tanah.

Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: terdapat plasma nutfah yang memiliki ketahanan terhadap penyakit bercak daun, berpotensi hasil tinggi, dan memiliki kapasitas source-sink seimbang.

(14)

TINJAUAN PUSTAKA

Kacang Tanah

Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan spesies yang tergolong ke dalam Leguminoceae sub famili Papilionidae, genus Arachis (Kanisius, 1991). Kacang tanah memiliki banyak sekali manfaat, bukan hanya polongnya tetapi juga brangkasannya. Bijinya yang dikonsumsi mengandung protein dan lemak. Brangkasan terutama daunnya dapat digunakan sebagai pakan ternak (Rismunandar, 1986) dan pupuk hijau (Kanisius, 1991). Sisa bahan lainnya seperti akar juga dapat digunakan untuk menambah kesuburan lahan (Rismunandar, 1986).

Secara umum tipe pertumbuhan kacang tanah digolongkan menjadi dua, yaitu tipe tegak (Bunch type, Erect Type, Fastigiated) dan tipe menjalar (Runner Type, Prostrate Type, dan Procumbent). Umumnya, tipe tegak berumur lebih genjah, antara 100-120 hari, sedangkan tipe menjalar kira-kira 150-180 hari (Sutarto, 1988; Kanisius, 1991).

Kacang tanah merupakan kacang-kacangan yang sudah ditanam secara luas di dunia diantaranya di Jepang, Tiongkok, Afrika, Spanyol, Amerika Utara dan Indonesia. Penanaman kacang tanah di Indonesia biasanya dilakukan di tegalan dan lahan tadah hujan (70 %) dan sisanya (30 %) di lahan berpengairan bekas persawahan (Kanisius, 1991; Srilestari, 2005). Umumnya kacang tanah ditanam menjelang musim kemarau. Akan tetapi untuk penanaman di tegalan biasanya dilakukan pada awal atau akhir musim hujan (Kanisius, 1991).

Kacang tanah merupakan tanaman yang memiliki tingkat toleransi yang tinggi terhadap kondisi lingkungan yang kurang mendukung. Bahkan pada lahan yang miskin hara, porositas tinggi, bergambut, lahan masam, dan penanganan yang tidak memadai, kacang tanah masih mampu untuk berproduksi walaupun produksinya di bawah 1 ton/ha (Hadi et al., 2004).

Penyakit Bercak Daun

Penyakit bercak daun pada kacang tanah disebabkan oleh Cercospora

(15)

5 biasanya mulai berkembang di pertanaman ketika menjelang panen (Rismunandar, 1986) atau sekitar 40-70 Hari Setelah Tanam (HST) (Semangun, 2001). Pengaruh dari adanya penyakit bercak daun adalah adanya gangguan terhadap fungsi permukaan daun dalam melakukan fotosintesis (Donowidjojo, 1980). Semangun (2001) mengemukakan bahwa serangan oleh cendawan ini tidak hanya terjadi pada daun, akan tetapi juga dapat terjadi pada tangkai daun, daun penumpu, batang dan tangkai buah (ginofor).

Tanaman yang terserang oleh cendawan ini akan memperlihatkan gejala-gejala seperti munculnya bercak-bercak berwarna coklat muda pada permukaan daun dan coklat tua hingga kehitaman pada bagian bawah daun (Rismunandar, 1986). Serangan berat pada tanaman dapat menyebabkan terjadinya defoliasi yang pada akhirnya berpengaruh terhadap rendahnya produktivitas (Semangun, 2001). Hal ini diduga bahwa daun sebagai organ yang berperan sebagai tempat terjadinya fotosintesis apabila mengalami gangguan maka kegiatan produksi fotosintat juga akan terganggu, pada akhirnya polong atau biji sebagai bahan panenan utama juga akan rendah produksinya.

Penyakit ini merupakan salah satu penyakit utama yang biasa ditemukan pada pertanaman kacang tanah. Jusfah (1984) menemukan bahwa penyakit ini berpengaruh terhadap komponen hasil, yaitu jumlah polong, berat kering polong, berat kering biji, dan berat kering 100 biji. Kerugian yang ditimbulkan jika inokulasi terjadi pada umur 30 hari sebesar 44.64 % - 51.33 %, umur 45 hari berkisar antara 30.27 % - 40.36 % dan jika inokulasi terjadi pada umur 60 hari adalah sebesar 26.14 % - 33.81 %.

Penyebaran penyakit bercak daun disebabkan terutama oleh angin dan serangga. Akan tetapi, angin memegang peranan yang lebih besar terutama dalam penyebaran konidium Cercospora. C. personatum memiliki daya pencar yang lebih cepat dari C. arachidicola sehingga dalam waktu tujuh hari, intensitas penyakit dapat meningkat sepuluh kali lipat, sedangkan untuk C. arachidicola dibutuhkan waktu 23 hari (Semangun, 2001).

Source dan Sink Tanaman

Secara sederhana, fotosintesis merupakan suatu proses metabolik dalam tanaman yang mengasimilasi karbon yang ada di udara menjadi karbohidrat.

(16)

Proses ini hanya dapat terjadi jika terdapat cahaya dan ketersediaan air. Bersamaan dengan diserapnya karbon dari udara, tanaman melepaskan oksigen (Gaffron, 1968).

Proses fotosintesis dilakukan oleh bagian tanaman yang berwarna hijau atau mengandung kloroplas seperti daun, batang yang berwarna hijau, bunga yang masih muda dan berwarna hijau atau bagian bunga yang berwarna hijau seperti sepal dan petal pada Cymbidium. Fotosintesis ditemukan juga dapat terjadi pada buah yang masih ada pada tahap awal perkembangan dan masih berwarna hijau (Wahid, 1997). Keseluruhan organ atau bagian tanaman yang dapat melakukan fotosintesis ini disebut sebagai source. Dari keseluruhan organ yang melakukan fotosintesis, daun merupakan organ yang paling utama untuk menghasilkan fotosintat.

Kemampuan batang dan organ-organ yang lain dalam melakukan fotosintesis lebih rendah dibandingkan daun. Pada batang, seiring dengan bertambahnya umur batang aktivitas fotosintesis semakin menurun dan pada akhirnya akan konstan. Akan tetapi, batang dan organ-organ lain memiliki peran yang penting yaitu sebagai organ penyimpan fotosintat (Wahid, 1997). Fotosintat yang dihasilkan sebagian ada yang digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman dan sebagian lagi disimpan. Bagian tanaman yang menerima partisi asimilat dari source dan menggunakannya untuk pertumbuhan dan perkembangan dan atau menyimpan partisi asimilat yang ditranslokasikan disebut sebagai sink..

Pemuliaan untuk Ketahanan terhadap Penyakit

Semangun (2001) menyatakan bahwa munculnya penyakit pada tanaman ditentukan oleh tiga unsur atau yang lebih sering disebut sebagai segitiga penyakit. Ketiga unsur tersebut adalah adanya inang yang tidak atau kurang tahan terhadap serangan penyakit, patogen penyebab penyakit, dan kondisi lingkungan yang mendukung untuk munculnya gejala penyakit. Adapun yang dimaksud dengan lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar tanaman, termasuk didalamnya antara lain dari unsur tanah, udara, air, dan cuaca serta iklim. Rismunandar (1986) menyatakan bahwa gejala penyakit tidak akan dapat timbul

(17)

7 jika salah satu dari unsur tersebut bisa dikendalikan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa salah satu cara untuk dapat mengurangi gejala penyakit adalah dengan mengendalikan inangnya.

Serangan patogen dapat menggangu penyerapan tanaman. Daya asimilasi zat-zat di udara dapat terganggu apabila daunnya terserang, daya serap terhadap zat-zat di dalam tanah juga dapat terganggu jika akarnya terserang. Selain itu, serangan patogen juga dapat menurunkan kualitas ataupun kuantitas hasil panenan (Rismunandar, 1986).

Salah satu patogen yang umumnya menyerang tanaman adalah cendawan. Serangan oleh cendawan diawali dengan terbentuknya hifa dari spora. Hifa pada cendawan memiliki peranan yang sama dengan akar pada tanaman tingkat tinggi. Hifa masuk ke dalam jaringan melalui pori-pori tanaman seperti stomata, lentisel , luka-luka akibat gigitan serangga, dan atau bekas serangan bakteri. Adapun yang menjadi ciri khas serangan cendawan adalah terjadinya pembusukan kering (Rismunandar, 1986).

Berbagai usaha dapat dilakukan untuk menghadapi cendawan. Usaha tersebut antara lain penanaman jenis tanaman yang imun atau resisten, melakukan penyemprotan fungisida, atau penanaman tanaman yang rentan terhadap cendawan pada musim kemarau (Rismunandar, 1986). Penggunaan varietas tahan tentunya akan lebih menguntungkan bagi petani karena tidak perlu mengeluarkan biaya untuk penyemprotan fungisida (Rismunandar, 1986; Semangun, 2001).

Ketahanan adalah kemampuan tanaman untuk mengurangi pertumbuhan dan atau perkembangan parasit setelah terjadinya kontak atau berkembangnya parasit. Ketahanan dapat diukur dengan cara membandingkan jumlah patogen atau parasit per tanaman atau bagian tanaman dan membandingkannya dengan tanaman yang rentan. Diketahui bahwa tingkat keparahan penyakit yang terjadi tidak selalu berkorelasi dengan jumlah patogen atau parasit di dalam atau permukaan tanaman (Niks, 2006).

Salah satu peranan pemuliaan tanaman yang paling dikenal adalah pengembangan varietas tanaman yang resisten terhadap penyakit dan serangga. Salah satu contohnya adalah ditemukannya tanaman gandum yang tahan karat.

(18)

Perbedaan produksi terlihat antara tanaman gandum yang tahan dengan yang rentan (Allard, 1960).

Pemuliaan kacang tanah di dunia diarahkan kepada ketersediaan sumber energi, peningkatan daya hasil komoditas pertanian lokal dengan cara pemuliaan untuk ketahanan terhadap stress kekeringan, hama dan penyakit (Zwartz, 1979) serta peningkatan kualitas produk (Austin, 1993). Hal senada dinyatakan oleh Rais (2004) terkait pemuliaan kacang tanah di Indonesia. Rais (2004) menyatakan bahwa program pemuliaan pada kacang tanah di Indonesia diarahkan kepada peningkatkan potensi hasil secara genetik, memperpendek umur tanam, memperbaiki ketahanan terhadap penyakit penting (bercak daun, karat daun, layu bakteri, virus PSTV, dan jamur penghasil aflatoksin), memperbaiki toleransi tanaman terhadap cekaman lingkungan fisik (pH rendah, kekeringan, dan naungan) serta memperbaiki mutu biji terutama warna dan ukuran.

Kegiatan pemuliaan untuk meningkatkan potensi hasil dan memperbaiki ketahanan terhadap penyakit terutama bercak daun pada kacang tanah telah banyak dilakukan. Berbagai penelitian untuk mengetahui karakter yang dapat dijadikan karakter seleksi tidak langsung telah dilakukan. Yudiwanti (2006) mendapatkan bahwa lebar pembukaan stomata berkorelasi negatif dengan ketahanan terhadap penyakit bercak daun tetapi berkorelasi positif dengan bobot polong isi dan bobot biji. Stomata yang sempit berasosiasi dengan ketahanan terhadap penyakit, akan tetapi stomata yang kecil dapat mengurangi kapasitas memfiksasi karbon pada daun sehingga karakter stomata yang membuka sempit tetapi disertai dengan kerapatan tinggi diharapkan dapat digunakan sebagai kriteria seleksi dalam merakit kultivar kacang tanah yang tahan penyakit bercak daun tetapi tetap berdaya hasil tinggi. Yudiwanti (2006) menemukan bahwa kandungan klorofil dan persentase batang utama bebas serangan bercak daun berkorelasi positif dengan bobot biji per tanaman sehingga kedua karakter ini juga dapat dijadikan sebagai kriteria seleksi untuk mengembangkan varietas tahan terhadap penyakit bercak daun dan berdaya hasil tinggi. Galur yang kandungan klorofilnya lebih tinggi, yang secara visual ditunjukkan dengan warna daun yang lebih hijau, memiliki potensi daya hasil yang tinggi dan tahan penyakit bercak daun (Yudiwanti, 2007).

(19)

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

Percobaan dilakukan pada bulan Juli hingga Oktober 2008 di kebun percobaan Leuwikopo IPB pada ketinggian 190 m dpl dengan jenis tanah latosol. Penelitian juga dilakukan di laboratorium RGCI Institut Pertanian Bogor untuk pengukuran kadar klorofil.

Bahan dan Alat

Bahan tanam yang digunakan adalah 88 genotipe yang terdiri atas lima kelompok genotipe yaitu kelompok genotipe galur generasi lanjut hasil persilangan varietas Gajah x GP-NC WS4 (11 genotipe), kelompok genotipe varietas unggul nasional (20 genotipe), kelompok genotipe lokal (21 genotipe), kelompok genotipe galur introduksi (18 genotipe), dan kelompok genotipe galur harapan (18 genotipe). Sembilan dari 20 varietas unggul nasional dipilih secara acak untuk dijadikan sebagai kontrol (Tabel Lampiran 2) sehingga terdapat 79 genotipe yang dievaluasi daya hasil ketahanan terhadap penyakit bercak daun, dan kapasitas source-sinknya (Tabel Lampiran 1).

Sebelas galur generasi lanjut hasil persilangan varietas Gajah dengan GP-NC WS4 diperoleh dari koleksi Lab Genetika dan Pemuliaan Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB. Genotipe lainnya diperoleh dari koleksi plasma nutfah Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian (BBBiogen). Selain itu digunakan bahan-bahan lainnya seperti karbofuran, pupuk urea, KCl, dan SP-36 yang diaplikasikan dengan cara ditugal sekitar 7 cm dari lubang benih.

Peralatan yang digunakan adalah peralatan yang sudah lazim digunakan dalam budidaya kacang tanah. Spektrofotometer digunakan untuk menentukan kadar klorofil.

(20)

Metode Penelitian

Percobaan disusun menggunakan Rancangan Augmented yang didasarkan pada Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan satu faktor yaitu genotipe. Satuan percobaannya berupa dua baris yang masing-masing panjangnya 5 m.

Adapun model linier RKLT adalah sebagai berikut: Yij = µ + αi + βj + εij

Keterangan :

Yij = Nilai pengamatan dari genotipe ke-i ulangan ke-j µ = Nilai rata-rata pengamatan

αi = Pengaruh genotipe ke-i (1, 2, 3,…..,79) βj = Pengaruh ulangan kontrol ke-j (1, 2, 3)

εij = Pengaruh galat percobaan pada perlakuan kontrol ke-i ulangan ke-j.

Pelaksanaan Kegiatan

Dua minggu sebelum galur-galur yang dievaluasi ditanam, terlebih dahulu ditanam varietas Gajah yang rentan penyakit bercak daun di sekeliling petak tiap ulangan dan di antara tiap 10 baris sebagai sumber inokulum. Setelah varietas Gajah berumur 2 Minggu Setelah Tanam (MST), genotipe-genotipe yang diuji ditanam pada satuan percobaan sesuai pengacakan yang telah dilakukan. Pupuk diberikan dengan dosis masing-masing 100 kg/ha untuk urea dan KCl serta 200 kg/ha untuk SP-36.

Selama percobaan dilakukan kegiatan pemeliharaan dan pengamatan terhadap peubah-peubah yang telah ditetapkan. Pemeliharaan mencakup pemenuhan kebutuhan air, pembubunan, dan penyiangan, sedangkan aplikasi pestisida tidak dilakukan. Panen dilakukan dengan standar umur panen varietas Gajah, yaitu pada 15 MST.

Pengamatan

Peubah diamati pada 10 tanaman contoh di tiap satuan percobaan. Peubah yang diamati antara lain:

1. Tinggi tanaman saat panen

(21)

11 2. Jumlah daun pada batang utama saat panen

Jumlah daun yang masih menempel, jumlah daun bebas bercak, dan jumlah daun hijau.

3. Persentase panjang batang utama berdaun ‘hijau’ pada saat panen. Dihitung dengan rumus :

(Panjang batang utama berdaun ‘hijau’/tinggi tanaman saat panen)/ x 100% 4. Indeks panen kering

Indeks panen dihitung menggunakan rumus : Bobot polong bernas/Bobot brangkasan 5. Jumlah polong total, bernas, cipo per tanaman

Banyaknya polong total, polong bernas dan polong cipo yang diamati setelah tanaman contoh kering.

6. Bobot polong total, bernas, dan cipo per tanaman

Bobot polong total, bobot polong bernas, dan bobot polong cipo yang diamati setelah tanaman contoh kering.

7. Bobot biji per tanaman

Bobot biji dari tanaman contoh yang sudah kering. 8. Bobot 100 biji.

Dihitung dengan rumus :

(Bobot biji per tanaman/jumlah biji per tanaman) x 100 9. Kapasitas source-sink

Ditentukan berdasarkan rasio bobot brangkasan terhadap jumlah polong total : Bobot brangkasan/jumlah polong total

Selain itu juga dilakukan pengukuran kadar klorofil terhadap delapan genotipe dari setiap kelompok genotipe pada 10 MST. Daftar genotipe yang diukur kadar klorofilnya dapat dilihat di lampiran pada Tabel 3.

Analisis data untuk semua karakter didasarkan pada nilai rata-rata kesepuluh tanaman contoh. Karakter bobot dinyatakan dalam satuan gram (g).

Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis ragam genetik (σg2) dan fenotipiknya (σp2). Setelah itu, dilakukan analisis nilai heritabilitas (h2). Nilai heritabilitas

(22)

(dalam arti luas) merupakan rasio ragam genetik terhadap ragam fenotipik. Berikut adalah rumus untuk menghitung heritabilitas (Allard, 1960):

h2 = σg2 / σp2

Berikut ini merupakan sidik ragam dan harapan kuadrat tengah sesuai dengan model liniernya:

Keterangan :

SK : sumber keragaman

KT : kuadrat tengah

E (KT) : harapan kuadrat tengah

db : derajat bebas

R : ulangan kontrol

K : banyaknya genotipe kontrol

Ragam fenotipik terdiri atas komponen ragam genetik dan ragam lingkungan (persamaan 1). Ragam fenotipik diperoleh dari ragam 79 genotipe yang diuji, ragam lingkungan (σe2) diperoleh dari ragam galat kontrol yang dibagi dengan ulangannya (persamaan 2), sedangkan ragam genetik diperoleh dari pengurangan ragam fenotipik dengan ragam lingkungan (persamaan 3).

σp2 = σg2 + σe2 ... (1) σe2 = M3/r ... (2) σg2 = σp2 - σe2 ……….(3)

Selain itu dilakukan analisis korelasi antar karakter yang diamati menggunakan rumus :

ݎ ൌ Վݔݕ

ඥሺՎݔଶሻ ൅ ሺՎݕ

SK db KT E (KT)

Ulangan r-1 M1 σe2 + kσu2

Perlakuan

Kontrol k-1 σe2 + rσk2

Genotipe g-1 M2 σe2 + σg2

K x G 1

(23)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Percobaan

Penanaman dan pemanenan dilakukan secara bertahap. Penanaman dilakukan pada awal dan pertengahan bulan Juli sedangkan pemanenan dilakukan pada pertengahan dan akhir bulan Oktober. Penanaman dan pemanenan tahap pertama dilakukan terhadap varietas Gajah yang ditujukan sebagai inokulum penyakit bercak daun, sedangkan penanaman dan pemanenan tahap kedua dilakukan terhadap genotipe yang diuji. Pada saat dilakukan penanaman, baik tahap pertama maupun tahap kedua di bulan Juli, hujan yang terbentuk sangat sedikit (Tabel Lampiran 5), sehingga untuk memenuhi kebutuhan tanaman terhadap air maka dilakukan penyiraman.

Pada percobaan ini tidak dilakukan pengendalian hama dan penyakit. Hama utama yang menyerang tanaman adalah Anoplocnemis phasiana dari ordo Hemiptera famili Coreidae. Penyakit utama yang menyerang tanaman adalah penyakit layu Sclerotium, bercak daun, belang kacang tanah, sapu setan dan karat daun. Gejala penyakit bercak daun dan karat daun terlihat semakin parah seiring bertambahnya umur tanaman. Pada 10 MST tampak bahwa serangan bercak daun pada gajah yang dijadikan sebagai sumber inokulum merata pada seluruh petakan. Hal ini berarti distribusi serangan penyakit bercak daun merata sehingga sahih untuk dilakukan evaluasi.

Idealnya dengan jarak tanam 40 cm x 20 cm, panjang baris 5 m dan dua baris untuk setiap satuan percobaannya, diperoleh 50 tanaman per satuan percobaan kemudian dipilih secara acak sepuluh tanaman contoh. Akan tetapi, terdapat beberapa genotipe yang jumlah tanaman per satuan percobaannya tidak mencapai 50 tanaman bahkan kurang dari sepuluh tanaman. Rendahnya jumlah tanaman pada beberapa genotipe terutama disebabkan oleh Daya Berkecambah

(DB) benih yang sudah sangat rendah akibat umur benih yang sudah tua (benih panen tahun 2005). Hal ini menyebabkan pengamatan dilakukan terhadap

(24)

Keragaan Karakter Genotipe-Genotipe yang Diuji

Terdapat perbedaan pada keragaan beberapa karakter daya hasil, ketahanan dan kapasitas source-sink genotipe kacang tanah yang diuji. Tabel 1 (disarikan dari Tabel Lampiran 4 dan 6) menunjukkan keragaan umum karakter daya hasil genotipe kacang tanah yang diuji dan Tabel 2 (disarikan dari Tabel Lampiran 4 dan 6) menunjukkan keragaan umum karakter ketahanan terhadap bercak daun.

Tabel 2. Rekapitulasi Uji F, Nilai Tengah, Nilai Maksimum dan Nilai Minimum Beberapa Karakter Daya Hasil dan Kapasitas

Source-Sink Genotipe Kacang Tanah yang Diuji

Karakter

Perbedaan antar fgnotipe yang diuji

(F hitung) Nilai tengah Nilai maksimum (genotipe) Nilai minimum (genotipe) Jumlah polong total per

tanaman

3.95** 24.9 51.4

(GWS138)

12.9 (Lokal Serang) Jumlah polong bernas per

tanaman

1.93tn 22.5 36.9

(GWS18)

9.8 (Lokal Serang) Bobot polong total per

tanaman (g)

2.73* 30.2 76.6

(GWS138)

10.0 (Lokal Serang)

Bobot polong bernas (g) 0.93tn 28.9 51.2

(Landak)

8.8 (Lokal Serang)

Bobot biji per tanaman (g) 0.43tn 20.8 34.2

(ICG10023)

8.5 (Lokal Serang)

Jumlah biji per tanaman 1.84tn 48.9 81.2

(GWS82) 21.4 (Lokal Serang) Bobot 100 biji (g) 1.02tn 43.4 69.7 (PI196621) 24.0 (GWS145B) Bobot brangkasan total per

tanaman (g) 1.15tn 65.6 105.5 (ICG10067) 33.0 (Lokal Serang) Indeks panen 4.11** 0.5 0.6 (ICG10928) 0.3 (AH2050SI) Rasio B/JPT 2.87* 1.5 3.4 (ACC12) 0.7 (GWS138)

Keterangan : tn : berbeda tidak nyata. * : berbeda nyata pada taraf 5%, ** : berbeda nyata pada taraf 1%. B/JPT : bobot brangkasan/jumlah polong total.

Tabel 2 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata pada karakter jumlah polong total per tanaman, bobot polong total per tanaman, indeks panen, dan rasio bobot brangkasan terhadap jumlah polong total di antara genotipe yang diuji. GWS138 menunjukkan jumlah polong total per tanaman dan bobot polong total per tanaman tertinggi dengan nilai untuk masing-masing karakter

(25)

berturut-15 turut adalah 51.4 cm dan 76.6 g. Indeks panen tertinggi ditunjukkan oleh ICG10928 dengan nilai indeks 0.6 dan rasio bobot brangkasan terhadap jumlah polong total tertinggi ditunjukkan oleh genotipe ACC12 dengan nilai 3.4. Lokal Serang menghasilkan jumlah polong total per tanaman, jumlah polong bernas per tanaman, bobot polong total per tanaman, bobot polong bernas, bobot biji per tanaman, jumlah biji per tanaman, dan bobot brangkasan terendah dengan nilai untuk masing-masing karakter secara berurutan adalah 12.9 polong, 9.8 polong, 10 g, 8.8 g, 8.5 g, 21.4 biji, dan 33 g. Rasio bobot brangkasan terhadap jumlah polong total terendah ditunjukkan oleh GWS138 (0.7) dan indeks panen terendah ditunjukkan oleh genotipe AH2050SI (0.3).

Tabel 3. Rekapitulasi Uji F, Nilai Tengah, Nilai Maksimum dan Nilai Minimum Karakter Ketahanan Genotipe Kacang Tanah yang Diuji

Karakter

Perbedaan antar genotipe yang diuji

(F hitung) Nilai tengah Nilai maksimum (genotipe) Nilai minimum (genotipe) Panjang batang utama (cm) 3.19** 58.4 82.6 (ICG11270) 38.6 (Lok Deli Serdang) Panjang batang utama berdaun hijau (cm) 2.34* 12.2 38.6 (ICG10029) 1.7 (AH2024SI) Persentase batang utama berdaun hijau (%) 1.53tn 20.2 54.6 (ICG10029) 3.9 (AH2024SI) Jumlah daun bebas

bercak per tanaman

1.17tn 1.3 4.3 (ICG10030B) 0 (MLG7533, AH2016SI, Garuda 2, MLG7517) Persentase daun bebas bercak (%) 1.34tn 11.5 28.5 (ICG10030B) 0 (MLG7533, AH2016SI, Garuda 2, MLG7517)

Keterangan : tn : tidak berbeda nyata, * : berbeda nyata pada taraf 5%, ** : berbeda nyata pada taraf 1%.

Pada Tabel 3 terlihat bahwa terdapat perbedaan pada karakter panjang utama dan panjang batang utama berdaun hijau pada genotipe yang diuji. Panjang batang utama tertinggi ditunjukkan oleh ICG11270 (82.6 cm) dan panjang batang utama berdaun hijau tertinggi ditunjukkan oleh ICG10029 (38.6 cm), sedangkan

(26)

panjang batang utama terendah ditunjukkan oleh genotipe Lokal Deli Serdang (38.6 cm). Tidak terdapat perbedaan nyata pada karakter persentase batang utama berdaun hijau, jumlah daun bebas bercak per tanaman dan persentase daun bebas bercak per tanaman pada genotipe-genotipe kacang tanah yang diuji. Namun terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai maksimum dan nilai minimum pada karakter persentase batang utama berdaun hijau. Persentase batang utama berdaun hijau dan panjang batang utama berdaun hijau tertinggi ditunjukkan oleh ICG10029 dengan nilai 54.6 % dan 38.6 cm. Panjang batang utama berdaun hijau dan persentase batang utama berdaun hijau terendah ditunjukkan oleh AH2024SI dengan nilai untuk masing-masing karakter 1.7 cm dan 3.9 %. Jumlah daun bebas bercak per tanaman dan persentase daun bebas bercak tertinggi dimiliki oleh ICG10030B dengan nilai untuk masing-masing karakter tersebut berturut-turut adalah 4.3 helai dan 28.5 %.

Tabel 4. Rekapitulasi Uji-T Rataan Kelompok Genotipe terhadap Nilai Rataan Kelompok Genotipe Terendah pada Karakter Daya Hasil Kelompok genotipe JPT (polong) JPB (polong) BPT (g) BPB (g) BBT (g) BSB (g) Introduksi 22.6tn 20.3 33.8** 32.7** 24.1** 48.5** Nasional 30.4** 22.8tn 32.9** 31.5** 23.2* 52.5** Galur Harapan 26.4* 24.1* 29.0tn 28.0tn 20.6tn 42.9* Persilangan 29.3* 25.7** 27.6tn 27.5tn 17.5 33.7 Lokal 22.9 20.9tn 26.5 25.7 19.3tn 44.0**

Keterangan : Nilai rataan tanpa indeks pada tiap peubah menunjukkan nilai rataan terendah. JPT : jumlah polong total per tanaman, JPB : jumlah polong bernas per tanaman, BPT : bobot polong total per tanaman, BPB : bobot polong bernas per tanaman, BBT : bobot biji per tanaman, BSB : bobot seratus biji. * : berbeda nyata pada taraf 5 %. ** : berbeda nyata pada taraf 1 %. tn : tidak berbeda nyata.

Pada Tabel 4 terlihat bahwa kelompok genotipe nasional nyata lebih tinggi dari rataan kelompok genotipe terendah hampir pada semua karakter terkecuali pada karakter jumlah polong bernas. Kelompok genotipe introduksi juga hampir sama dengan kelompok genotipe nasional yakni nyata lebih tinggi dari kelompok genotipe yang menunjukkan rataan terendah pada masing-masing karakter. Kelompok genotipe introduksi bahkan menunjukkan rataan tertinggi untuk karakter bobot polong total, bobot polong bernas, dan bobot biji per tanaman.

(27)

17 Meskipun demikian pada karakter jumlah polong bernas, kelompok genotipe introduksi menunjukkan nilai rataan terendah.

Tabel 5. Rekapitulasi Uji-T Rataan Kelompok Genotipe terhadap Nilai Rataan Kelompok Genotipe Terendah pada Karakter Ketahanan Kelompok Genotipe PBUH (cm) PBH (%) JDBB (helai per tanaman)

PDBBT (%) Introduksi 20.1** 28.7** 2.0** 15.5** Nasional 13.9* 22.7tn 1.3tn 11.4tn Persilangan 10.1tn 17.1tn 1.2tn 11.8tn Lokal 9.3tn 17.8tn 1.2tn 11.6tn Galur Harapan 8.8 16.5 0.9 8.7

Keterangan : Nilai rataan tanpa indeks pada tiap peubah menunjukkan nilai rataan terendah. PBUH : panjang batang utama berdaun hijau, PBH : persentase batang utama berdaun hijau, JDBB :jumlah daun bebas bercak, PDBBT : persentase daun bebas bercak.* : berbeda nyata pada taraf 5 %. ** : berbeda nyata pada taraf 1 %. tn : tidak berbeda nyata.

Tabel 5 menyajikan rekapitulasi uji-t rataan tiap kelompok genotipe yang dibandingkan terhadap kelompok genotipe dengan rataan terendah. Pada Tabel 5 terlihat bahwa kelompok genotipe introduksi memiliki rataan tertinggi untuk semua karakter ketahanan dan sebaliknya kelompok genotipe galur harapan memiliki nilai rataan terendah untuk semua karakter ketahanan. Oleh karena kelompok genotipe galur harapan memiliki rataan terendah maka seluruh rataan kelompok genotipe dibandingkan terhadap rataan kelompok genotipe galur harapan. Kelompok introduksi sangat nyata lebih tinggi dari rataan kelompok genotipe galur harapan untuk semua karakter ketahanan.. Kelompok genotipe nasional hanya nyata lebih tinggi dari kelompok genotipe galur harapan pada karakter panjang batang utama berdaun hijau. Sedangkan kelompok genotipe lainnya tidak berbeda nyata dari kelompok genotipe galur harapan pada semua karakter ketahanan.

(28)

Tabel 6. Rekapitulasi Uji-T Rataan Kelompok Genotipe terhadap Nilai Rataan Kelompok Genotipe Terendah pada Indeks Panen dan Rasio Brangkasan terhadap Jumlah Polong Total

Kelompok Indeks panen Rasio bobot brangkasan per jumlah polong total

Introduksi 0.5tn 1.9**

Nasional 0.5tn 1.5tn

Galur Harapan 0.4 1.4tn

Persilangan 0.5tn 1.3

Lokal 0.4 1.4tn

Keterangan : Nilai rataan tanpa indeks pada tiap peubah menunjukkan nilai rataan terendah. ** : berbeda nyata pada taraf 1 %. tn : tidak berbeda nyata

Tidak terdapat perbedaan yang nyata pada karakter indeks panen antara kelompok genotipe diuji dengan kelompok genotipe yang menunjukkan nilai rataan indeks panen terendah (kelompok genotipe lokal dan kelompok genotipe galur harapan). Rasio bobot brangkasan terhadap jumlah polong total kelompok genotipe introduksi sangat nyata lebih tinggi dari rasio bobot brangkasan terhadap jumlah polong total kelompok genotipe persilangan (Tabel 6). Rasio bobot brangkasan terhadap jumlah polong total tertinggi ditunjukkan oleh kelompok genotipe introduksi (1.9) (Tabel 6).

Pendugaan Parameter Genetik

Heritabilitas menggambarkan besarnya proporsi ragam genetik terhadap ragam fenotipik (Bari, 2006). Komponen ragam fenotipik terdiri atas ragam genetik dan ragam lingkungan. Nilai heritabilitas berkisar antara nol sampai satu. Semakin nilai heritabilias mendekati satu maka semakin besar potensi genetik karakter tersebut untuk dapat diwariskan ke zuriatnya.

Tabel 7 menunjukkan bahwa heritabilitas hampir semua karakter di atas bernilai di atas 0.5, terkecuali pada karakter jumlah polong cipo, bobot polong cipo, dan bobot biji per tanaman. Whirter dalam Ruchjaniningsih (2000) menyatakan bahwa, nilai heritabilitas tinggi jika h2 > 50 %, sedang jika nilai heritabilitas berkisar antara 20 % - 50 % dan rendah jika bernilai kurang dari 20 %. Terlihat bahwa hampir semua karakter yang diamati tergolong memiliki nilai heritabilitas tinggi, terkecuali karakter jumlah polong cipo (h2 = 0.000) dan bobot polong cipo (h2 = 0.000) yang tergolong pada heritabilitas rendah, dan

(29)

19 bobot biji per tanaman (h2 = 0.219) yang tergolong heritabilitas sedang. Nilai heritabilitas nol menunjukkan pengaruh lingkungan yang sangat besar dan atau kecilnya pengaruh faktor genetik terhadap fenotipe tanaman.

Tabel 7.Heritabilitas Beberapa Karakter Kuantitatif Kacang Tanah

Peubah s2 P s2G h2bs

Panjang batang utama 100.667 90.162 0.896

Panjang batang utama berdaun hijau 65.329 56.009 0.857

Persentase panjang batang utama berdaun hijau 116.080 90.814 0.782

Jumlah daun bebas bercak 0.914 0.655 0.716

Persentase daun bebas bercak 56.888 42.777 0.752

Jumlah polong total 36.106 33.061 0.916

Jumlah polong bernas 29.333 24.273 0.828

Jumlah polong cipo 5.273 0.000* 0.000

Bobot polong total 93.427 82.004 0.878

Bobot Polong bernas 62.774 40.312 0.642

Bobot Polong cipo 0.876 0.000* 0.000

Bobot biji/ tanaman 28.297 6.206 0.219

Jumlah biji 158.355 129.705 0.819

Bobot 100 biji 106.570 71.677 0.673

Bobot Brangkasan 212.940 151.234 0.710

Indeks panen 0.037 0.034 0.923

Keseimbangan source-sink 0.451 0.395 0.884

Keterangan : s2 P : ragam fenotipe, s2G : ragam genotipe, h2bs: heritabilitas arti luas, *diperoleh dengan menolkan ragam genetik yang bernilai negatif.

Ruchjaniningsih (2000) menyatakan bahwa seleksi yang dilakukan terhadap karakter yang nilai heritabilitasnya rendah akan berjalan relatif kurang efektif karena penampilan fenotipik tanaman lebih dipengaruhi faktor lingkungan dibandingkan faktor genetiknya. Pada Tabel 7 terlihat bahwa biji sebagai produk utama kacang tanah meskipun memiliki nilai heritabilitas yang tergolong sedang akan tetapi nilainya relatif lebih rendah dibandingkan dengan karakter lainnya, yaitu 0.219 untuk karakter bobot biji per tanaman. Austin (1993) menyatakan bahawa karakter morfologi dan anatomi merupakan karakter yang relatif sederhana serta memiliki nilai heritabilitas tinggi sehingga digunakan secara luas oleh pemulia untuk melakukan seleksi. Oleh karena itu, untuk mendapatkan genotipe dengan hasil yang tinggi sebaiknya dilakukan seleksi terhadap karakter daya hasil lainnya yang memiliki korelasi yang erat dengan karakter ini.

Austin (1993) menyatakan terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi untuk menjadikan suatu karakter sebagai karakter seleksi dalam rangka

(30)

mendapatkan genotipe dengan daya hasil yang memuaskan. Kriteria tersebut antara lain: (1) karakter harus bersifat lebih mudah atau lebih tepat menggambarkan perkiraan hasil dibanding karakter hasil itu sendiri, (2) karakter tersebut memiliki nilai heritabilitas yang lebih tinggi, (3) karakter tersebut dapat diamati dengan cara yang sederhana, cepat dan tidak mahal, serta dapat dilakukan sepanjang tahun, (4) terdapat korelasi genetik antara karakter dengan hasil, (5) faktor lain yang mempengaruhi hasil pengamatan harus mudah dikontrol dan atau pengaruhnya diketahui.

Tabel 8. Korelasi antar Karakter Daya Hasil Kacang Tanah Jumlah polong bernas Jumlah polong cipo Bobot polong bernas Bobot 100 biji Indeks panen Bobot brangkasan Bobot biji per

tanaman 0.435** (0.000) 0.063tn (0.584) 0.819** (0.000) 0.519** (0.000) 0.034tn (0.769) 0.805** (0.000) Jumlah polong total 0.885** (0.000) -0.048tn (0.667) 0.517** (0.000) -0.176tn (0.121) 0.255* (0.023) 0.392** (0.000) Jumlah polong bernas -0.184tn (0.105) 0.581** (0.000) -0.198tn (0.081) 0.323** (0.004) 0.376** (0.001) Bobot polong bernas 0.227* (0.045) 0.486** (0.000) 0.762** (0.000) Bobot 100 biji -0.111tn (0.330) 0.262* (0.019) Indeks panen 0.022tn (0.849)

Keterangan : Angka di dalam tanda kurung adalah besarnya peluang.* : berkorelasi nyata pada taraf 5 % , ** : berkorelasi sangat nyata pada taraf 1 % , tn : korelasi tidak nyata. Tabel 8 menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang sangat nyata antara jumlah polong bernas dengan jumlah polong total dengan nilai korelasi sebesar 0.885 (p = 0.000). Hal ini berarti dengan adanya pertambahan jumlah polong total maka jumlah polong bernas juga akan bertambah. Terdapat korelasi yang positif antara jumlah polong bernas dengan indeks panen sebesar 0.323 (p = 0.004). Dengan demikian jika indeks panen semakin meningkat maka jumlah polong bernas akan meningkat pula. Meskipun demikian tidak terdapat korelasi antara indeks panen dengan bobot biji per tanaman. Hasil penelitian Austin (1993) terhadap empat kultivar gandum menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara peningkatan indeks panen dengan hasil tanaman.

(31)

21 Bobot brangkasan memiliki korelasi positif dengan jumlah polong total, jumlah polong bernas, bobot biji per tanaman, bobot polong bernas, dan bobot 100 biji (Tabel 8). Hal ini diduga bahwa semakin banyak brangkasan terutama daun pada tanaman maka semakin banyak pula fotosintat yang mampu dihasilkan untuk pengisian polong.

Purnamawati (2008) menyatakan bahwa kapasitas source-sink kacang tanah yang diukur berdasarkan rasio bobot brangkasan terhadap jumlah polong total pada 10 MST dikatakan seimbang jika nilainya mendekati angka satu, dengan kisaran 0.9 - 1.0. Jika rasio source-sink lebih dari satu hal ini berarti telah terjadi pemborosan fotosintat ke bagian yang tidak produktif. Sebaliknya, jika rasio source-sink bernilai kurang dari satu hal ini berarti source yang tersedia belum mampu untuk mencukupi kebutuhan fotosintat untuk pengisian polong.

Tabel 9. Korelasi antar Karakter Daya Hasil, Ketahanan terhadap Penyakit Bercak Daun, dan Kapasitas Source-Sink Kacang Tanah

Karakter daya hasil

Karakter ketahanan B/JPT Persentase batang utama berdaun hijau Jumlah daun bebas bercak Persentase daun bebas bercak Jumlah polong total -0.173tn

(0.127) -0.064tn (0.575) -0.009tn (0.940) -0.579** (0.000) Jumlah polong bernas -0.183tn

(0.106) -0.067tn (0.555) 0.000tn (0.998) -0.541** (0.000) Jumlah polong cipo 0.060tn

(0.600) 0.136tn (0.230) 0.162tn (0.154) 0.262* (0.020) Bobot polong bernas 0.072tn

(0.527) 0.098tn (0.388) 0.134tn (0.240) -0.149tn (0.190) Bobot biji/tanaman 0.073tn (0.520) 0.169tn (0.135) 0.161tn (0.156) 0.100tn (0.382) Bobot 100 biji -0.209tn (0.064) -0.015tn (0.898) 0.075tn (0.512) 0.100tn (0.382) Bobot brangkasan 0.243* (0.031) 0.245* (0.030) 0.202tn (0.074) 0.378** (0.001) Indeks panen -0.097tn (0.395) -0.071tn (0.533) 0.059tn (0.605) -0.485** (0.000) B/JPT 0.382** (0.001) 0.270* (0.016) 0.157tn (0.166)

Keterangan : Angka di dalam tanda kurung adalah besarnya peluang. * : berkorelasi nyata pada taraf 5 % . ** : berkorelasi sangat nyata pada taraf 1 % . tn : korelasi tidak nyata. B/JPT : rasio bobot brangkasan terhadap jumlah polong total.

(32)

Persentase batang utama berdaun hijau dan jumlah daun bebas bercak sebagai karakter ketahanan berkorelasi positif dengan bobot brangkasan dan rasio bobot brangkasan per jumlah polong total. Semakin tinggi persentase batang utama berwarna hijau dan jumlah daun bebas bercak, maka semakin tinggi pula bobot brangkasan dan rasio bobot brangkasan terhadap jumlah polong total (Tabel 9).

Terdapat korelasi yang nyata antara rasio bobot brangkasan terhadap jumlah polong total dengan jumlah polong total, jumlah polong bernas, jumlah polong cipo, indeks panen, dan bobot brangkasan. Semakin tinggi rasio bobot brangkasan per jumlah polong total maka semakin sedikit fotosintat yang didistribusikan untuk pengisian polong dan semakin banyak fotosintat yang didstribusikan untuk membentuk organ vegetatif sehingga produksi biji menjadi rendah. Rasio bobot brangkasan terhadap jumlah polong total yang seimbang akan meningkatkan produksi berupa biji.

Pemilahan Genotipe – Genotipe Potensial

Percobaan ini ditujukan untuk mengevaluasi aspek daya hasil, ketahanan terhadap penyakit bercak daun dan kapasitas source-sink plasma nutfah kacang tanah. Dalam rangka mengevaluasi ketiga aspek tersebut terlebih dahulu dilakukan pemilahan terhadap sepuluh genotipe terbaik pada masing-masing aspek. Aspek daya hasil akan dilihat dari karakter bobot polong bernas, jumlah polong bernas dan jumlah polong total. Aspek ketahanan terhadap bercak daun dilihat dari karakter persentase batang utama berdaun hijau, jumlah daun bebas bercak, dan persentase daun bebas bercak. Kapasitas source-sink diukur berdasarkan rasio bobot brangkasan terhadap jumlah polong total. Pada setiap karakter dari masing-masing aspek kemudian dipilah sepuluh genotipe terbaik. Kapasitas source-sink dianalisa dari rasio bobot brangkasan terhadap jumlah polong total pada genotipe-genotipe dengan bobot biji per tanaman tertinggi. Daya Hasil

Pada Tabel 10 terlihat bahwa GWS138 dari galur lanjut persilangan Gajah dengan GP-NC WS4 memiliki jumlah polong total per tanaman tertinggi yaitu 51.4 polong atau mendekati 52 polong. Jumlah polong per tanaman yang dimiliki

(33)

23 oleh GWS138 ini setara dengan dua kali rataan jumlah polong total kontrol (25.1 polong per tanaman). Genotipe yang memiliki jumlah polong total tertinggi kedua adalah GWS18 dengan jumlah polong total per tanaman sebanyak 37.8 polong atau mendekati 38 polong. Apabila dibandingkan dengan varietas unggul nasional Simpai yang memiliki jumlah polong total tertinggi dari kontrol lainnya maka hanya delapan genotipe teratas dari sepuluh genotipe tersebut yang memiliki jumlah polong total per tanaman yang lebih tinggi dari varietas Simpai, dengan jumlah polong total per tanaman lebih dari 31 polong per tanaman.

Tabel 10. Sepuluh Genotipe Kacang Tanah dengan Jumlah Polong Total Tertinggi

Genotipe Kelompok genotipe Jumlah polong total ---polong/tanaman--- Genotipe yang diuji

Gws 138 Persilangan 51.4

Gws 18 Persilangan 37.8

Lok.Deli Serdang Lokal 35.2

Landak Nasional 34.8

Gws 82 Persilangan 33.0

AH. 1875 Si Galur Harapan 33.0

Gws 145 B Persilangan 31.9

AH. 2008 Si Galur Harapan 31.8

AH. 1293 Si Galur Harapan 31.2

AH. 1546 Si Galur Harapan 31.2

Genotipe kontrol

Simpai Nasional 31.3

Banteng Nasional 25.3

Zebra putih Nasional 26.2

Sima Nasional 22.3 Gajah Nasional 25.7 Kelinci Nasional 25.2 Badak Nasional 24.6 Komodo Nasional 22.2 Jerapah Nasional 23.1 Rataan kontrol 25.1

Pada Tabel 11 terlihat bahwa jumlah polong bernas tertinggi dimiliki oleh galur lanjut persilangan Gajah dengan GP-NC WS4, yaitu GWS18 dengan jumlah polong bernasnya 36.9 atau mendekati 37 polong. Meskipun memiliki jumlah polong bernas tertinggi, akan tetapi GWS18 bukan genotipe dengan bobot polong bernas tertinggi. Bobot polong bernas tertinggi dimiliki oleh varietas unggul

(34)

nasional Landak dengan bobot 51.2 g per tanaman (Tabel 12). Rendahnya bobot polong bernas pada GWS18 diduga terjadi karena source yang ada masih belum mampu untuk menghasilkan asimilat yang cukup untuk pengisian polong sampai penuh yang ditunjukkan oleh rasio bobot brangkasan per jumlah polong total sebesar 0.795 (Tabel lampiran 6). Varietas Landak memiliki rasio bobot brangkasan per jumlah polong total sebesar 1.361 (Tabel Lampiran 6). Varietas ini masih mampu untuk mendistribusikan asimilat ke seluruh polong yang dimilikinya sehingga seluruh polong terisi penuh (Tabel 10 dan Tabel 11).

Dari kesepuluh genotipe dengan jumlah polong bernas tertinggi dari 79 genotipe yang diuji ini (Tabel 11), hanya enam genotipe yang jumlah polong bernasnya lebih tinggi dari varietas Simpai yaitu galur lanjut GWS18, Lokal Deli Serdang, varietas unggul nasional Landak, galur harapan AH1875SI, galur lanjut GWS82 dan galur harapan AH1546SI dengan rata-rata jumlah polong bernasnya di atas 30 polong per tanaman.

Tabel 11. Sepuluh Genotipe Kacang Tanah dengan Jumlah Polong Bernas Tertinggi

Genotipe Kelompok genotipe Jumlah polong bernas ---polong/tanaman--- Genotipe yang diuji

GWS18 Persilangan 36.9

Lok.deli serdang Lokal 35.8

Landak Nasional 34.1

AH. 1875 SI Galur harapan 32.0

GWS 82 Persilangan 31.1

AH. 1546 SI Galur harapan 30.5

GWS 134 Persilangan 29.7 AH 2013 SI Galur harapan 29.3 GWS 138 Persilangan 29.2 GWS 145 B Persilangan 29.2 Genotipe kontrol Simpai Nasional 29.8 Banteng Nasional 23.7

Zebra putih Nasional 22.5

Sima Nasional 20.3 Gajah Nasional 23.1 Kelinci Nasional 18.7 Badak Nasional 21.7 Komodo Nasional 18.2 Jerapah Nasional 20.7 Rataan kontrol 22.1

(35)

25 Pada Tabel 12 terlihat bahwa bobot polong bernas tertinggi sebagian besar dimiliki oleh kelompok genotipe introduksi seperti halnya pada karakter ketahanan. Selain itu terdapat satu genotipe unggul nasional (varietas Landak), satu genotipe lokal (Lokal Bulukumpa), satu galur lanjut hasil persilangan Gajah dengan GP-NC WS4 (GWS82) dan dua galur harapan (AH2013SI dan AH1546SI). Apabila kesepuluh genotipe tersebut dibandingkan dengan rataan kontrol maka kesepuluh genotipe ini memiliki tingkat ketahanan yang lebih tinggi dari kontrol. Akan tetapi bila dibandingkan dengan varietas unggul nasional Simpai, maka hanya lima genotipe teratas saja yang memiliki bobot polong bernas yang lebih tinggi yaitu varietas unggul nasional Landak, galur lanjut hasil persilangan Gajah dengan GP-NC WS4 yaitu GWS82, genotipe introduksi ICG9294 dan ICG 10023, dan satu galur harapan AH2013SI dengan bobot polong bernas lebih dari 40 g per tanaman.

Tabel 12. Sepuluh Genotipe Kacang Tanah dengan Bobot Polong Bernas Tertinggi

Genotipe Kelompok genotipe Bobot polong bernas ---g/tanaman--- Genotipe yang diuji

Landak Nasional 51.2

GWS 82 Persilangan 47.9

ICG 9294 Introduksi 46.1

ICG 10023 Introduksi 44.5

AH 2013 SI Galur harapan 40.8

Lok. Bulukumpa Lokal 38.8

PI. 326592 Introduksi 38.1

ICG 7893 Introduksi 38.0

AH. 1546 SI Galur harapan 37.9

ICG 10928 Introduksi 37.9

Genotipe kontrol

Simpai Nasional 40.2

Banteng Nasional 31.1

Zebra putih Nasional 34.6

Sima Nasional 34.5 Gajah Nasional 30.3 Kelinci Nasional 25.8 Badak Nasional 32.9 Komodo Nasional 27.0 Jerapah Nasional 27.8 Rataan kontrol 31.6

(36)

Pada Tabel 10, 11, dan 12, terlihat bahwa genotipe Landak, GWS 82, AH1546SI merupakan genotipe yang selalu berada pada sepuluh teratas pada karakter bobot polong bernas, jumlah polong bernas dan jumlah polong total. Karakter bobot polong bernas merupakan karakter yang berkorelasi erat dengan produksi biji atau hasil dengan nilai korelasi antara bobot biji per tanaman dengan bobot polong bernas dan jumlah polong bernas masing-masing adalah 0.819 dan 0.435. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa genotipe-genotipe tersebut merupakan genotipe yang memiliki daya hasil relatif lebih tinggi dibandingkan dengan genotipe lain. Jika dihubungkan dengan Tabel 16 yang menyajikan sepuluh genotipe dengan bobot biji per tanaman tertinggi, maka hanya varietas Landak, Lokal Bulukumpa, ICG9294 dan PI32659 tergolong genotipe dengan kemampuan untuk mengisi hampir seluruh polong yang dimiliki.

Ketahanan terhadap Penyakit Bercak Daun

Pada Tabel 7 telah ditunjukkan bahwa karakter persentase batang utama berdaun hijau, jumlah daun bebas bercak, dan persentase daun bebas bercak memiliki nilai heritabilitas tinggi, yaitu berturut-turut 0.782, 0.716, dan 0.752. Dengan demikian untuk mendapatkan genotipe yang tahan terhadap penyakit bercak daun dapat dilakukan seleksi berdasarkan karakter-karakter tersebut.

Pada Tabel 13 terlihat bahwa persentase batang utama berdaun hijau tertinggi sebagian besar berasal dari kelompok genotipe introduksi yaitu tujuh dari sepuluh genotipe. Selain itu juga terdapat dua genotipe nasional yaitu, varietas Zebra Merah dan Turangga serta satu genotipe lokal, yaitu Lokal Deli Serdang. Apabila kesepuluh genotipe tersebut dibandingkan dengan rataan seluruh kontrol, rataan kontrol rentan, dan rataan kontrol tahan, maka semuanya memiliki tingkat ketahanan yang lebih tinggi dari kontrol. Akan tetapi bila dibandingkan dengan kontrol toleran terlihat bahwa hanya tujuh genotipe teratas yang memiliki ketahanan lebih baik, bahkan apabila dbandingkan dengan varietas Kelinci yang toleran penyakit bercak daun maka hanya enam genotipe teratas yang memiliki ketahanan lebih baik yaitu ICG 10029, ICG 10042, ICG 11270, ICG 7893, Zebra Merah, dan ICG10043 dengan persentase batang utama berdaun hijau di atas 40%.

(37)

27 Tabel 13. Sepuluh Genotipe Kacang Tanah dengan Persentase Batang

Utama Berdaun Hijau Tertinggi

Genotipe Kelompok Genotipe Persentase Batang utama berdaun hijau Genotipe yang diuji

ICG. 10029 Introduksi 54.6

ICG 10042 Introduksi 45.7

ICG 11270 Introduksi 45.1

ICG 7893 Introduksi 45.0

Zebra merah Nasional 43.3

ICG. 10043 Introduksi 41.1

ICG 10030b Introduksi 38.3

ICG 10067 Introduksi 36.1

Turangga Nasional 33.3

Lok.Deli Serdang Lokal 31.8

Genotipe kontrol

Banteng Nasional 23.0

Gajah Nasional 19.9

Rataan Kontrol rentan Nasional 21.5

Komodo Nasional 10.2

Jerapah Nasional 11.0

Rataan Kontrol tahan Nasional 10.6

Sima Nasional 36.3

Kelinci Nasional 39.9

Badak Nasional 34.8

Rataan Kontrol toleran Nasional 37.0

Rataan Seluruh kontrol Nasional 25.7

Pada Tabel 14 terlihat bahwa jumlah daun bebas bercak tertinggi sebagian besar juga berasal dari kelompok genotipe introduksi, sama seperti pada karakter persentase batang utama berdaun hijau, yaitu tujuh dari sepuluh genotipe. Selain itu juga terdapat satu genotipe nasional yaitu varietas Biawak, satu genotipe lokal yaitu Lokal Deli Serdang dan satu galur lanjut hasil persilangan Gajah dengan GP-NC WS4, yaitu GWS145B. Apabila kesepuluh genotipe tersebut dibandingkan dengan rataan seluruh kontrol, rataan kontrol rentan, dan rataan kontrol tahan dan rataan kontrol toleran maka semuanya memiliki tingkat ketahanan yang lebih tinggi dari kontrol. Selain kesepuluh genotipe tersebut, masih terdapat lima genotipe lainnya yang juga memiliki rataan jumlah daun bebas bercak lebih tinggi dari kontrol, yaitu genotipe lokal Penduduk Banjar, Lokal Serang, genotipe introduksi PI196627, Lokal Bulak Sumur, dan varietas unggul nasional Landak dengan jumlah daun bebas bercak masing-masing secara

berurutan adalah 2.5, 2.4, 2.4, 2.3, dan 2.3 helai daun per tanaman (Tabel Lampiran 6).

(38)

Tabel 14. Sepuluh Genotipe Kacang Tanah dengan Jumlah Daun Bebas Bercak Tertinggi

Genotipe Kelompok genotipe Jumlah daun bebas bercak ---helai/tanaman--- Genotipe yang diuji

ICG 10030b Introduksi 4.3 ICG. 10029 Introduksi 3.8 ICG 10042 Introduksi 3.5 GWS 145 B Persilangan 3.2 ICG 10067 Introduksi 2.7 Biawak Nasional 2.7 ICG 11270 Introduksi 2.6 ICG 7893 Introduksi 2.6 ICG. 10043 Introduksi 2.6

Lok.Deli Serdang Lokal 2.5

Genotipe kontrol

Banteng Nasional 1.4

Gajah Nasional 1.4

Rataan kontrol rentan Nasional 1.4

Komodo Nasional 0.5

Jerapah Nasional 0.3

Rataan kontrol tahan Nasional 0.4

Sima Nasional 2.8

Kelinci Nasional 2.2

Badak Nasional 1.8

Rataan kontrol toleran Nasional 2.3

Rataan seluruh kontrol Nasional 1.6

Pada Tabel 15 terlihat bahwa persentase daun bebas bercak tertinggi sebagian besar juga berasal dari kelompok introduksi, sama seperti pada dua karakter ketahanan yang sudah dijelaskan sebelumya. Selain itu juga terdapat tiga genotipe nasional yaitu varietas Biawak, populasi galur Gajah, dan varietas Landak, satu genotipe lokal yaitu Lokal Bulak Sumur, satu galur harapan AH2001SI dan satu galur lanjut hasil persilangan Gajah dengan GP-NC WS4, yaitu GWS145B. Apabila kesepuluh genotipe tersebut dibandingkan dengan rataan seluruh kontrol, rataan kontrol rentan, rataan kontrol tahan dan rataan kontrol toleran maka semuanya memiliki tingkat ketahanan yang lebih tinggi dari kontrol. Selain kesepuluh genotipe tersebut masih terdapat 19 genotipe lainnya yang juga memiliki rataan persentase daun bebas bercak lebih tinggi dari rataan kontrol toleran. Dari ke19 genotipe tersebut terdapat sembilan genotipe yang memiliki persentase daun bebas bercak lebih tinggi dari kontrol varietas unggul nasional Sima. Sembilan genotipe tersebut adalah Lokal Mayama, Lokal

Gambar

Tabel 1. Produksi Kacang Tanah di Dunia pada Tahun 2002
Tabel  2.  Rekapitulasi Uji  F,  Nilai  Tengah,  Nilai  Maksimum  dan  Nilai  Minimum  Beberapa  Karakter  Daya  Hasil  dan  Kapasitas   Source-Sink Genotipe Kacang Tanah yang Diuji
Tabel  3.  Rekapitulasi Uji  F,  Nilai  Tengah,  Nilai  Maksimum  dan  Nilai  Minimum  Karakter  Ketahanan  Genotipe  Kacang  Tanah  yang  Diuji
Tabel  4.  Rekapitulasi  Uji-T  Rataan  Kelompok  Genotipe  terhadap  Nilai  Rataan Kelompok Genotipe Terendah pada Karakter Daya Hasil  Kelompok  genotipe  JPT (polong) JPB (polong) BPT(g) BPB(g) BBT(g) BSB(g) Introduksi 22.6tn 20.3 33.8** 32.7** 24.1** 4
+7

Referensi

Dokumen terkait

bersopan santun pada istri dan keluar- ganya apabila terjadi perceraian dengan cara menjalani idah. Memelihara akal dimaksudkan di sini adalah berkaitan erat dengan

1) Dilaksanakan pengkajian dan analisis data pada Ny”A” akseptor KB IUD dengan spotting dan erosi portio di Puskesmas Pallangga. 2) Dilaksanakan diagnosa/masalah aktual pada

Dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan , tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Persepsi Siswa Pada Mata Pelajaran Dengan Prestasi Belajar

Tes hasil belajar dibuat berdasarkan kisi-kisi THB yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai pada materi kenampakan alam dan buatan Indonesia

CMNP currently owns 4 (four) subsidiaries, namely PT Citra Margatama Surabaya (Surabaya’s Simpang Susun Waru – Juanda Airport toll road concession holder), PT Citra

Pendampingan dan pembentukkan kelompok yang merupakan bagian penerapan strategi komunikasi pembangunan dimana menekankan pengorganisasian masyarakat Srihardono menjadi

Dari semua percobaan yangdilakukan dilihat bahwa bioremediasi logam berat di alam dengan memakai organisme model Chlorella sp akan berjalan dengan baik apabila

Baik-buruknya respon pemegang IPPKH terhadap kebijakan PKH sangat menentukan keberhasilan implementasi kebijakan tersebut, sedangkan BPKH dan BPDAS merupakan pihak