• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain. Oleh karena sifatnya ini, maka mereka secara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain. Oleh karena sifatnya ini, maka mereka secara"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk sosial yang akan selalu mengadakan hubungan atau interaksi dengan orang lain. Oleh karena sifatnya ini, maka mereka secara alamiah akan membentuk kelompok-kelompok yang akan berpengaruh dalam kehidupannya.

Sejak kelahirannya di muka bumi, manusia telah memiliki kelompok pertama yang disebut kelompok formal-primer yaitu keluarga, dimana kelompok ini merupakan salah satu dari jenis kelompok-kelompok yang paling berkesan bagi setiap individu. Namun seiring dengan pertumbuhan dan perkembangannya individu pun mulai melepas hubungan-hubungan keluarga itu, dan memasuki dunia luar untuk melakukan berbagai kegiatannya dan bertemu dengan manusia lain yang memiliki kesamaan tujuan, kepentingan, dan berbagai aspirasi lainnya (Bungin, 2006:47-48).

Di dalam kelompok, setiap anggota kelompok saling berinteraksi, berkomunikasi dan saling mempengaruhi satu sama lainnya. Hal ini disebabkan individu akan memilih kelompok yang memiliki nilai-nilai, minat dan tujuan yang sama dengan mereka sebelum memasuki suatu kelompok. Dengan demikian mereka bisa saling berbagi informasi, pengalaman, dan pengetahuan dengan anggota lainnya.

(2)

Sebagai suatu kelompok, mereka memiliki suatu tujuan yang ditetapkan bersama yang kemudian disebut sebagai tujuan kelompok. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan adanya kerjasama yang solid diantara anggotanya. Di samping itu mereka juga telah menetapkan aturan-aturan atau norma-norma dan peran pada masing-masing anggotanya untuk memudahkan terwujudnya tujuan bersama tersebut.

Prinsip kerjasama yang solid dalam kelompok ini juga diterapkan dalam usaha pemasaran produk-produk Multi Level Marketing (MLM). Multi Level Marketing adalah pemasaran dengan distributor yang banyak atau berjenjang. Karena anggota dari bisnis ini semakin banyak sehingga menjadi sebuah jaringan kerja, maka MLM disebut juga Network Marketing, yaitu sistem pemasaran dengan menggunakan jaringan. Seorang distributor dapat mengajak orang lain untuk turut serta sebagai distributor pula. Kemudian orang tersebut dapat pula mengajak orang lain untuk ikut bergabung, begitu seterusnya. Semua orang yang diajak dan ikut bergabung merupakan suatu kelompok distributor (http://meetabied.wordpress.com).

Sekelompok manusia yang tergabung dalam suatu MLM memiliki satu orientasi yang merupakan landasan utama mereka untuk masuk ke dalamnya, yaitu untuk menghasilkan keuntungan bersama dari suatu kelompok manusia yang menjalankan bisnis yang sama. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan adanya komunikasi yang berkualitas diantara anggota kelompok, sebab dengan komunikasi yang efektif di dalam kelompok dapat menyatukan semua kekuatan

(3)

yang ada pada masing-masing anggota serta saling mendukung/memotivasi untuk sukses secara bersama-sama.

MLM saat ini merupakan salah satu usaha yang banyak digeluti orang untuk meraih kesuksesan dengan modal sedikit. Cukup hanya dengan memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik, setiap orang dapat meraih kesuksesan di bisnis ini. Ini dibutuhkan bukan hanya untuk meyakinkan calon pembeli terhadap kualitas produk yang ditawarkan, tetapi juga untuk meyakinkan calon anggota terhadap prospek yang dijanjikan perusahaan jika bergabung dalam bisnis tersebut. Kemampuan berkomunikasi yang baik itu, tidak diperoleh dengan segera oleh setiap anggota. Mereka belajar untuk mengasah keahlian itu melalui berinteraksi dengan kelompoknya, berdiskusi dan saling bertukar informasi untuk mengatasi masalah sampai pada belajar meniru apa yang dilakukan kelompoknya untuk meningkatkan penjualanan dan merekrut orang.

Dalam hal ini, kelompok sangat berperan penting dalam memberikan motivasi bagi setiap anggota jaringannya untuk terus melatih kemampuan berkomunikasi tadi, sehingga dapat dengan mudah meraih kesuksesan melalui penjualanan dan perekrutan. Namun sayangnya yang kebanyakan terjadi pada kelompok distributor suatu MLM adalah kurang berperannya kelompok dalam melatih anggota baru untuk meningkatkan penjualanan dan perekrutan. Inilah yang menyebabkan anggota baru tersendat di tengah jalan dalam melanjutkan bisnis yang seharusnya membantu mereka untuk meraih kesuksesan. Mereka menjadi pesimis dalam setiap usahanya untuk memanfaatkan peluang yang ada dikarenakan tidak adanya kemampuan berkomunikasi yang baik tadi.

(4)

Di samping itu, hal lain yang menjadi penyebab kurang termotivasinya anggota baru untuk serius dalam menjalankan bisnis tersebut adalah kelompok yang berperan sedikit dalam membantu mereka untuk mengenal lebih jauh tentang profil perusahaan dan keuntungan yang ditawarkan perusahaan bagi setiap jerih payah mereka. Akibatnya, muncul persepsi-persepsi negatif tentang kegiatan MLM yang menyebutkan bahwa anggota baru hanya akan menguntungkan orang yang merekrut saja. Dengan pemikiran seperti ini tentu saja orang akan pergi meninggalkan bisnis tersebut dan jika ini terus terjadi pada semua anggotanya maka akan berdampak buruk bagi perusahaan yang bersangkutan.

Di antara beberapa bisnis MLM yang sedang berkembang sekarang, yang menarik perhatian peneliti adalah Citra Nusa Insan Cemerlang (CNI ). Bisnis ini menarik untuk diteliti karena CNI merupakan salah satu Network Marketing di Indonesia pada saat mulai beroperasi yaitu sejak tahun 1986. Selain itu, CNI juga memiliki pelatihan-pelatihan khusus untuk mengembangkan pengetahuan anggota (member) yang minimal diadakan setiap bulannya. Dalam acara pelatihan tersebut para member, baik upline maupun downline tidak hanya diberikan pelatihan untuk mengembangkan jaringan tetapi juga dibekali dengan pengetahuan produk dan motivasi untuk terus memanfaatkan peluang agar semakin sukses dalam bisnis ini. Selain itu, MLM CNI adalah tergolong MLM yang produk-produknya terkenal ramah lingkungan dan mutu produknya sudah tidak diragukan lagi. Karena kualitas dan semangat para member CNI di seluruh Indonesia, hampir setiap tahunnya CNI masuk ke dalam nominasi MLM yang dinilai bermutu dan

(5)

berkualitas. Dan di tahun 2008 yang lalu, CNI menjadi peraih IMAC – Indonesia’s Most Admired Companies. (http://www.cni.co.id/).

Semula, CNI bernama PT. NUSANTARA SUN-CHLORELLA TAMA (NSCT), sesuai dengan salah satu produknya yang pernah sangat popular di Tahun 1980-an, yakni Sun-Chlorella, kemudian ia mengubah namanya menjadi CentraNusa Insan Cemerlang pada tahun 1992, sekaligus memperbanyak jenis produk yang dijualnya. Setelah lebih dari 20 tahun menjalankan bisnis MLM ini, akhirnya CNI pun berganti nama menjadi Citra Nusa Insan Cemerlang pada Agustus 2007, seiring dengan banyaknya Awards yang diterimanya. Sebagai perusahaan MLM yang didirikan di Indonesia, CNI bisa dikatakan sebagai perintis, sekaligus yang paling baik pengorganisasiannya dan terluas jaringannya di Indonesia.

CNI telah memenuhi kebutuhan masyarakat mulai dari produk makanan kesehatan (health food),makanan dan minuman (food and beverages), produk kebutuhan rumah tangga (home care), perawatan diri (personal care), produk program kreativitas anak, pupuk (plant catalyst, 2006), serta produk menarik lainnya. Karenanya CNI berani menerapkan sistem perlindungan konsumen untuk menjamin kepuasan konsumennya. Selain produknya, CNI juga memiliki tingkatan karier sesuai dengan prestasi masing-masing membernya.

Untuk dapat memahami pentingnya peningkatan motivasi yang terjadi dalam diri seseorang, secara sistematis terlebih dahulu perlu memahami permasalahan dan urgensinya. Selanjutnya memahami pengertian motivasi, motivasi pengembangan diri dan bagaimana praktik pengembangan potensi diri

(6)

dalam kehidupan yang sesungguhnya. Jadi komunikasi dalam kelompok jaringan distribusi ini dan pengaruhnya patut untuk diteliti, untuk melihat sejauh mana komunikasi dalam kelompok ini berhasil menggugah anggotanya.

Melalui peningkatan motivasi pengembangan diri ini, dapat diketahui apakah suatu kelompok jaringan distribusi dapat memberi inspirasi bagi anggotanya untuk meningkatkan potensi diri, serta diharapkan dapat memperluas wawasan tentang bagaimana bisnis MLM yang diminati masyarakat yang sesungguhnya. Tak lepas dari semua masalah tersebut, penelitian ini bersifat korelasional. Peneliti ingin melihat bagaimanakah hubungan komunikasi dalam kelompok jaringan distribusi dan motivasi pengembangan diri anggotanya.

Berdasakan uraian yang dipaparkan di atas, peneliti merasa tertarik untuk meneliti pengaruh komunikasi kelompok terhadap motivasi pengembangan diri pada member MLM CNI di PO DC-369 di kota Pematang Siantar.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

“Sejauhmana pengaruh komunikasi kelompok terhadap motivasi pengembangan diri pada member MLM CNI di PO DC-369 kota Pematang Siantar”

(7)

1.3 Pembatasan Masalah

Untuk menghindari lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga dapat mengaburkan penelitian, maka peneliti menetapkan batasan masalah yang lebih jelas dan spesifik mengenai hal-hal yang diteliti.

Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Komunikasi kelompok sebagai variabel bebas dalam penelitian ini terbatas

pada faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan komunikasi kelompok antara lain: interaksi, waktu, partisipasi dan tujuan.

b. Motivasi pengembangan diri sebagai variabel terikat dalam penelitian ini terbatas pada faktor-faktor antara lain mengembangkan pengetahuan, mengembangkan keterampilan, dan mengembangkan kemampuan.

c. Penelitian ini di khususkan pada member CNI yang masih aktip mengikuti pelatihan dan motivating day per tahun 2010 di DC BK-369 kota Pematang Siantar.

d. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2011, dengan lama penelitian yang akan disesuaikan dengan tingkat kebutuhan.

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui efektifitas komunikasi kelompok dalam perusahaan MLM CNI.

(8)

c. Untuk mengetahui bentuk-bentuk motivasi pengembangan diri Upline dan

Downline kota Pematang Siantar.

d. Untuk mengetahui Sejauhmana pengaruh komunikasi kelompok terhadap motivasi pengembangan diri pada member MLM CNI di PO DC-369 kota Pematang Siantar.

1.4.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya wawasan dan pengetahuan peneliti tentang ilmu komunikasi dan komunikasi kelompok khususnya.

b. Secara akademis, penelitian ini dapat memperkaya bahan referensi penelitian di Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU dan memberikan sumbangan pemikiran bagi para pembacanya.

c. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi setiap anggota kelompok untuk mengevaluasi peranannya di dalam kelompok sehingga dapat memperbaiki hubungan dengan anggota yang lain sekaligus meningkatkan segala potensi yang dimilikinya khususnya di dalam kelompok MLM CNI.

1.5 Kerangka Teori

Sebelum terjun ke lapangan atau melakukan pengumpulan data, peneliti diharapkan mampu menjawab permasalahan melalui suatu kerangka Teori.

(9)

Kerangka teori merupakan kajian tentang bagaimana hubungan teori dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi dalam perumusan masalah.

Wilbur Schramm menyatakan bahwa teori merupakan suatu perangkat pernyataan yang saling berkaitan, pada abstraksi dengan kadar yang tinggi, dan daripadanya proposisi bisa dihasilkan dan diuji secara ilmiah, dan pada landasannya dapat dilakukan prediksi mengenai perilaku (Effendi, 2003:241).

Senada dengan yang dikatakan Emory-Cooper bahwa teori merupakan suatu kumpulan konsep, defenisi, proposisi, dan variabel yang berkaitan satu sama lain secara sistematis dan telah digeneralisasikan sehingga dapat menjelaskan dan memprediksi suatu fenomena (fakta-fakta) tertentu (Umar, 2002:55).

Dalam penelitian ini, teori-teori yang dianggap relevan adalah teori komunikasi, teori komunikasi kelompok, teori perbandingan sosial, dan motivasi pengembangan diri.

1.5.1 Komunikasi

Istilah komunikasi berpangkal pada perkataan latin communis yang artinya membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Komunikasi juga berasal dari akar kata dalam bahasa latin communicatio yang artinya membagi.

Sebuah defenisi yang dibuat oleh kelompok sarjana komunikasi yang mengkhususkan diri pada studi komunikasi antar manusia bahwa : “komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan (1) membangun hubungan antar sesama manusia, (2)

(10)

melalui pertukaran informasi (3) untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain (4) serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu. (Cangara, 2004:18).

Komunikasi antarmanusia hanya bisa terjadi, jika ada seseorang yang menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu, artinya komunikasi hanya bisa terjadi kalau didukung dengan adanya sumber, pesan, media, penerima, efek. Unsur-unsur ini bisa juga disebut dengan komponen atau elemen komunikasi.

Terdapat beberapa macam pandangan tentang banyaknya unsur atau elemen yang mendukung terjadinya komunikasi. Ada yang menilai bahwa terciptanya proses komunikasi, cukup didukung oleh tiga unsur, sementara ada yang mengatakan umpan balik dan lingkungan juga termasuk ke dalam unsur proses komunikasi selai kelima unsur yang disebutkan tadi.

Ada beberapa bentuk komunikasi yakni komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi dan komunikasi massa.

1.5.2 Komunikasi Kelompok

Filsuf Belanda, Baruch Spinoza 300 tahun yang lalu menyatakan bahwa manusia adalah binatang sosial. Pernyataannya ini diperkuat oleh psikologi modern yang menyebutkan bahwa orang lain mempunyai pengaruh yang sangat besar pada sikap kita, perilaku kita, dan bahkan persepsi kita (Saverin, 2005:219).

Kelompok adalah sekumpulan orang-orang yang terdiri dari dua atau tiga orang bahkan lebih. Kelompok memiliki hubungan yang intensif diantara mereka satu sama lainnya. Kelompok memiliki tujuan dan aturan yang dibuat sendiri dan merupakan kontribusi arus informasi di antara mereka sehingga mampu

(11)

menciptakan atribut kelompok sebagai bentuk karateristik yang khas dan melekat pada kelompok itu.

Kelompok yang baik adalah kelompok yang dapat mengatur sirkulasi tatap muka yang intensif diantara anggota kelompok, serta tatap muka itu pula akan mengatur sirkulasi makna diantara mereka, sehingga mampu melahirkan sentimen-sentimen kelompok serta kerinduan diantara mereka (Bungin, 2006:264-265). Sedangkan kelompok yang baik menurut Marvin E. Shaw adalah kelompok yang dapat bermanfaat untuk suatu periode yang relatif panjang, memiliki tujuan, dan memiliki struktur interaksi (Sendjaja, 1994:111).

Michael Burgoon dan Michael Ruffner dalam bukunya Human

Communication, A Revision of Approaching Speech/Communication, memberi

batasan komunikasi kelompok sebagai interaksi tatap muka dari tiga atau lebih individu guna memperoleh maksud atau tujuan yang dikehendaki seperti berbagi informasi, pemeliharaan diri atau pemecahan masalah sehingga semua anggota dapat menumbuhkan karakteristik pribadi anggota lainnya dengan akurat.

Batasan lain mengenai komunikasi kelompok yang dikemukakan oleh Ronald Adler dan George Rodman dalam bukunya Understanding Human

Communication. Mereka mengatakan bahwa kelompok atau grup merupakan

sekumpulan kecil orang yang berinteraksi, biasanya tatap muka, dalam waktu yang lama guna mencapai tujuan tertentu (Sendjaja, 1994:91-92).

Ronald Adler dan George Rodman membagi kelompok dalam tiga tipe, yaitu kelompok belajar (learning group), kelompok pertumbuhan (growth group), dan kelompok pemecahan masalah (problem solving group). Kelompok jaringan

(12)

distribusi MLM CNI termasuk ke dalam kelompok belajar dan kelompok pemecahan masalah.

Salah satu bentuk komunikasi, yaitu komunikasi kelompok yang dapat di klasifikasikan menjadi dua, yaitu small group dan large group. Komunikasi kelompok kecil ditujukan kepada kognisi komunikan dan prosesnya berlangsung secara dialogis, tidak linear (Effendy, 2003:76-77). Umpan balik dalam sebuah kelompok kecil kerap kali berlangsung cepat dan langsung. Dalam kelompok kecil, orang memiliki keterlibatan dan komitmen yang kuat. Kelompok kecil memungkinkan keterlibatan anggotanya secara verbal dan partisipasi yang sifatnya langsung.

Kelompok kecil bisa diartikan sebagai kumpulan individu. Dengan jumlah anggota yang kecil memungkinkan semua anggota bisa berkomunikasi secara relatif mudah, baik sumber maupun penerima informasi. Para anggota saling berhubungan satu sama lain dengan tujuan yang sama dan memiliki semacam organisasi atau struktur diantara mereka. Misalnya, dua orang tidak akan berbicara pada saat yang sama, komentar atau pertanyaan satu anggota akan dilayani oleh anggota lain dan tidak akan diabaikan, dan sebagainya (Devito, 1997:303).

Adler dan Rodman mengemukakakn empat elemen komunikasi kelompok, yaitu:

1. Interaksi, interaksi dalam komunikasi kelompok merupakan faktor yang penting, karena melalui interaksi kita dapat melihat perbedaan antara kelompok dengan istilah coact. Sekumpulan dalam kelompok, bias dinyatakan sebagai kelompok, apabila mereka mulai bertukaran pesan.

(13)

2. Waktu, sekumpulan orang yang berinteraksi untuk jangka waktu yang panjang, karena bertinteraksi dalam jangka waktu yang panjang maka komunikasi kelompok dapat berjalan.

3. Partisipasi, keikutsertaan anggota atau keterlibatan dalam interaksi.

4. Tujuan, yang mengandung pengertian keanggotaan dalam suatu kelompok akan membantu individu yang menjadi anggota kelompok dapat mencapai tujuan yang diinginkannya.

Apabila sebuah pesan komunikasi akan mempengaruhi/mengubah tingkah laku atau sikap, maka anggota kelompok mengadakan penjagaan apakah norma kelompok dapat menyetujui perubahan tersebut. Jika norma kelompok ternyata tidak cocok dengan pengaruh komunikasi tersebut, maka anggota tidak akan begitu bergairah untuk membiarkan diri dipengaruhi oleh komunikasi tersebut. Hal ini berlaku selama anggota bersikap loyal terhadap kelompok (Effendy, 2003:74).

Keberadaan suatu kelompok dalam masyarakat dicerminkan oleh adanya fungsi-fungsi yang akan dilaksanakannya. Fungsi-fungsi tersebut mencakup fungsi hubungan sosial, pendidikan, persuasi, pemecahan masalah dan pembuatan keputusan, serta fungsi terapi. Semua fungsi ini dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat, kelompok, dan para anggota kelompok itu sendiri (Sendjaja, 1994:268).

1.5.3 Teori Perbandingan Sosial

(14)

dari individu untuk membandingkan sikap, pendapat, dan kemampuannya dengan individu-individu lainnya.

Dalam pandangan teori perbandingan sosial ini, tekanan seseorang untuk berkomunikasi dengan anggota kelompok lainnya akan mengalami peningkatan, jika muncul ketidaksetujuan yang berkaitan dengan suatu kejadian atau peristiwa, kalau tingkat pentingnya peristiwa tersebut meningkat dan apabila hubungan dalam kelompok (group cohesiveness) juga menunjukkan peningkatan. Selain itu, setelah suatu keputusan kelompok dibuat, para anggota kelompok akan saling berkomunikasi untuk mendapatkan informasi yang mendukung atau membuat individu dalam kelompok lebih merasa senang dengan keputusan yang dibuat tersebut.

Sebagai tambahan catatan, teori perbandingan sosial ini diupayakan untuk dapat menjelaskan bagaimana tindak komunikasi dari para anggota kelompok mengalami peningkatan atau penurunan. (Sendjadja, 1994:327-328)

1.5.4 Motivasi Pengembangan Diri

Motivasi berasal dari kata Latin (movere) yang berarti dorongan atau daya penggerak. Motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu (KBBI, 2005:756). Motivasi itu dapat timbul baik dari dalam diri kita sendiri maupun karena faktor di luar diri kita.

Perilaku manusia ditimbulkan atau di mulai dengan adanya motivasi. Banyak prikolog memakai istilah yang berbeda-beda dalam menyebutkan sesuatu yang menimbulkan perilaku tersebut. Ada yang menyebut sebagai motivasi, atau

(15)

motif, kebutuhan, desakan, keinginan dan dorongan. Untuk mempersempit pembahasan, kita menggunakan istilah motivasi.

Motivasi adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan. Motivasi bukanlah sesuatu yang dapat di amati, tetapi adalah hal yang dapat disimpulkan karena adanya perilaku yang tampak. Tiap kegiatan yang dilakukan olek seseorang itu didorong oleh sesuatu kekuatan dari dalam diri sendiri orang tersebut, kekuatan pendorong inilah yang disebut motivasi.

Manusia sebagai makhluk Tuhan yang paling sempurna, memiliki masing-masing potensi diri, harus selalu bertumbuhmenuju aktualisasi/ pengembangan diri. Pengembangan diri adalah individu-individu yang mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan-kemampuan mereka melalui usaha-usaha yang diarahkan oleh diri mereka sendiri. Dari defenisi itu jelas bahwa cara pendekatan pengembangan diri secara implisit memasukkan cara penting otonomi belajar yang terkandung dalam penciptaan kemandirian, tanggung jawab, keberanian mengambil resiko.

Pengembangan diri mencakup tiga unsur, yaitu: mengembangkan pengetahuan, mengembangkan keterampilan dan mengembangkan kemampuan. Mengembangkan pengetahuan adalah suatu dorongan dalam diri individu untuk menambah pengetahuan. Mengembangkan keterampilan adalah suatu dorongan dalam diri individu untuk mengasah atau mempertajam serta menambah keterampilan atau keahlian. Dan, mengembangkan kemampuan adalah dorongan dalam diri individu untuk mengembangkan hal-hal yang bias ia kerjakan.

(16)

Mengutip buah fikiran ahli pengembangan diri, Rogers, 1969. menyebutkan bahwa teori pengembangan diri ini dilandasi pemikiran manusia merupakan sumber dari perbuatan manusia. Pengembangan diri itu dapat membuat seseorang memiliki pribadi yang dewasa dan mandiri. Untuk menghayati pengembangan diri ini perlu diketahui latar belakang apa yang dimiliki kita secara umum. Sebuah pribadi memiliki dua kebutuhan eksistensi diri. Pertama, eksistensi individual yang meliputi rasa berhak untuk mengemukakan diri ingin dihargai dan di akui. Kedua adalah eksistensi diri sosial yaitu kita dituntut untuk mampu menyesuaikan diri dengan norma-norma yang berlaku dalam lingkungan.

Oleh karena itu, pengembangan diri menuntut kita untuk belajar lebih mandiri, apa-apa yang bisa diandalkan dari diri kita sendiri. Pengembangan diri dapat dilakukan melalui komunikasi yang baik dengan lingkungan. Seseorang yang telah termotivasi mengembangkan diri ini, biasanya memiliki kekuatan untuk lebih menonjol dibandingkan orang lain atas prestasi-prestasi yang dicapainya. Dalam kelompok MLM CNI, seorang member, upline maupun downline yang telah termotivasi biasanya, memiliki tujuan-tujuan jangka pendek, jangka menengah ataupun jangka panjang untuk meraih prestasi karier dalam kelompoknya.

1.6 Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah sebagai hasil pemikiran yang rasional, merupakan uraian yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian

(17)

yang dicapai, dapat mengantarkan penelitian pada rumusan hipotesis (Nawawi, 1995:40).

Agar konsep-konsep tersebut dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Variabel Bebas (X)

Variabel bebas adalah gejala atau faktor atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi ada atau munculnya gejala atau faktor unsur lain (Nawawi, 1991:56). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah komunikasi kelompok. 2. Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat adalah gejala atau faktor atau unsur yang ada atau muncul dipengaruhi atau ditentukan oleh adanya variabel bebas (Nawawi, 1991:57). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah motivasi pengembangan diri. 3. Variabel Antara (Z)

Variabel antara adalah sejumlah variabel yang tidak dapat dikontrol, akan tetapi dapat diperhitumgkan pengaruhnya terhadap variabel bebas (Nawawi, 1991:58). Variabel antara berada di antara variabel bebas dan variabel terikat, yang berfungsi sebagai penguat atau pelemah hubungan antara variabel bebas dengan karakteristik responden.

(18)

1.7 Model Teoritis

Model teoritis merupakan paradigma yang mentransformasikan permasalahan-permasalahan terkait antara satu dengan lainnya. Variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep, dibentuk menjadi model teoritis sebagai berikut:

Gambar 1.7. Model Teoritis

1.8 Variabel Operasional

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan, maka untuk lebih memudahkan dalam pelaksanaan penelitian, perlu dibuat operasional variabel-variabel yang terkait sebagai berikut:

Varibel Bebas (X) Komunikasi

Kelompok

Varibel Terikat (Y) Motivasi Pengembangan Diri

Varibel Antara (Z) Karakteristik

(19)

Tabel 1.1.Variabel Operasional

Variabel Teoritis Variabel Operasional 1. Variabel Bebas (X) Komunikasi Kelompok a. interaksi b. Waktu c. Partisipasi d. Tujuan 2. Variabel Terikat (Y)

Motivasi Pengembangan Diri

a. mengembangkan pengetahuan b. mengembangkan keterampilan c. mengembangkan kemampuan 3. Variabel Antara (Z) Karakteristik Responden a. usia b. jenis kelamin c. pendidikan d. posisi

e. lamanya menjadi anggota.

1.9 Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, defenisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang amat membantu peneliti lain yang akan menggunakan variabel yang sama (Singarimbun, 1995:46).

Defenisi operasional dari variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel Bebas (Komunikasi Kelompok)

a. interaksi : pertukaran pesan atau informasi antar member MLM CNI baik pesan verbal maupun non-verbal yang dapat dimengerti satu sama lain.

b. waktu : lamanya waktu yang dibutuhkan antar member dalam pertukaran pesan atau informasi untuk pengembangan diri setiap member.

(20)

c. partisipasi : keikutsertaan atau keterlibatan setiap member dalam kegiatan pengembangan diri.

d. tujuan : komunikasi kelompok yang dilakukan oleh member MLM CNI melalui pengembangan diri untuk mencapai tujuan atau target.

2. Variabel Terikat (Motivasi Pengembangan Diri)

a. mengembangkan pengetahuan : adanya dorongan dalam diri setiap member MLM CNI untuk mengembangkan pengetahuannya melalui keikutsertaan atau keterlibatannya dalam komunikasi kelompok.

b. mengembangkan keterampilan : adanya dorongan dalam diri setiap member MLM CNI untuk mengembangkan keterampilannya melalui keikutsertaan atau keterlibatannya dalam komunikasi kelompok.

c. mengembangkan kemampuan : adanya dorongan dalam diri setiap member MLM CNI untuk meningkatkan atau mengembangkan kemampuannya melalui keikutsertaan atau keterlibatannya dalam komunikasi kelompok.

3. Variabel Antara (Karakteristik Responden) a. usia : umur member yang menjadi responden.

b. Jenis kelamin : jenis kelamin member yang menjadi responden. c. Pendidikan : pendidikan terakhir member yang menjadi responden. d. posisi : pencapain prestasi member pada MLM CNI.

e. Lamanya menjadi anggota : lamanya member menjadi anggota kelompok jaringan MLM CNI.

(21)

1.10 Hipotesis

Hipotesis adalah sarana penelitian ilmiah yang penting dan tidak bisa ditinggalkan karena merupakan instrument kerja dari teori (Singarimbun, 1995:43). Hipotesis adalah kesimpulan yang masih belum final, dalam arti masih harus dibuktikan atau diuji kebenarannya (Nawawi, 1991:44).

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ho: tidak terdapat hubungan antara komunikasi kelompok dengan motivasi pengembangan diri pada member MLM CNI kota Pematang Siantar.

Ha: terdapat hubungan antara komunikasi kelompok dengan motivasi pengembangan diri pada member MLM CNI kota Pematang Siantar.

Gambar

Gambar 1.7. Model Teoritis
Tabel 1.1.Variabel Operasional  Variabel Teoritis  Variabel Operasional  1.   Variabel Bebas (X)  Komunikasi Kelompok  a

Referensi

Dokumen terkait

Kajian Lingkungan Hidup Strategis yang selanjutnya disingkat KLHS adalah proses mengintegrasikan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup dalam

Harga ikan ditentukan berdasarkan lelang/penawaran (supply) yang diikuti oleh bakul/pedagang ikan. Hal ini disebabkan nelayan di daerah penelitian masih kurang baik

Disisi lain, penulis akan mencoba mengungkap gambaran umum tentang representasi remaja muslim perempuan dan bagaimana islam memandangnya dalam buku Yuk Berhijab!, karena dinilai

7 Analisis yang dilakukan hanya pada tahun-tahun tertentu yaitu pada tahun dengan curah hujan sedang (1999), tahun dengan curah hujan tinggi (2005) dan tahun dengan

Transformator merupakan suatu peralatan listrik elektromagnetik statis yang berfungsi untuk memindahkan dan mengubah daya listrik dari suatu rangkaian listrik ke

Grafik gambar juga menunjukkan pengaruh besarnya ujung permukaan elektroda yaitu untuk elektroda jarum dengan ukuran 0.2 ; 0.4; 0.6 mm dan 5 mm untuk elektroda rod

Kegiatan yang diteliti dalam penelitian ini adalah pada implementasi teknik wait time di SMA Nu Hasyim Asy’ari Mlati Kidul Mejobo Kudus yang meliputi kegiatan

Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Chyntia, Indriani & Saputra (2018) yang telah memberikan bukti empiris bahwa IC yang diukur oleh VAIC berpengaruh