• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada era globalisasi ini kita terus semakin dimudahkan dalam berkomunikasi. Secara tidak langsung media sosial sebagai new media 1 membantu kita dalam berkomunikasi. Baik kepada rekan, saudara, sahabat dan banyak orang sekalipun, media sosial mampu memberikan kenyaman berkomunikasi tanpa harus bertatap muka maupun menggagas mengenai jarak, lokasi, dan waktu. Selain itu media sosial menyediakan cara untuk kita dapat berkomunikasi, berbagi pikiran, gagasan, perasaan kita tanpa mengenal batas ruang dan waktu.

Media sosial sendiri memiliki pengertian sebagai sebuah media online yang para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi dan menciptakan isi meliputi blog, forum jejaring sosial, dan dunia virtual.2 Media sosial saat ini membangun jaringan relasi manusia yang cukup luas di dunia maya. Buktinya media sosial saat ini tidak hanya menjadi media interaksi berbagai jaringan pertemanan, namun juga dapat menjadi sarana bisnis, promosi, layanan jasa, dsb. Berbagai kepentingan tersebut yang menyebabkan media sosial menjadi wadah bagi orang untuk membentuk dan memperluas relasi secara virtual.3

Kemampuan media sosial membangun jaringan relasi dan menjadi wadah untuk memperluas relasi diwujudkan dengan adanya komunikasi pengguna yang tidak lagi dibatasi oleh ruang dan waktu. Menurut Marshall Mcluhan dengan teorinya

Medium As An Extension Of Human Faculties: Media Sebagai Perpanjangan Tubuh

Manusia. Media sosial yang saat ini juga menjadi perpanjangan tubuh manusia menjadi media interaksi baru yang membuat ruang-ruang bagi masyarakat untuk dapat saling berbagi.

1

" New Media adalah sebuah set berbeda dari teknologi komunikasi yang memiliki fitur tertentu yang terbaru, dibuat dengan cara digital dan banyak digunakan oleh personal message sebagai alat komunikasi. (S,Renold.

Beyond Borders: Communication Mernity & History.2010.Hal 243)

2

Tempo Kini.Peran Sosial Media Sebagai Media Kampanye Politik. 7september2014.Surat Kabar. (diunduh pada 19/05/2015 pukul 22.19 )

3http://komunikasi.us/index.php/course/2607-membuka-cakrawala-dengan-media-sosial (19/8/2015 // 10:49)

(2)

2

Dalam penggunaanya sendiri media sosial memiliki kebebasan yang luas. Kebebasan tersebut menjadi icon bahwa media social dapat digunakan sebagai wadah kita untuk berkomunikasi, berpendapat, dan bergagasan secara bebas di dunia maya. Namun kebebasan yang ada tidak selalu memberi kontribusi yang postif. Karena dilihat kebebasan yang ada juga dinilai memberikan dampak negative bagi para penggunanya. Dampak negatif tersebut dibuktikan dengan adanya kebebasan, manfaat dan semua fitur yang menarik didalam media sosial yang juga dimanfaatkan bagi kelompok pembisnis prostitusi yang berjalan dengan menggunakan system online melalui kebebasan yang media sosial tawarkan. Sehingga kebebasan yang ada didalam media sosial dengan dukungan fitur-fitur yang menarik coba dimanfaatkan oleh para pekerja seks maupun mucikari dengan menjalankan bisnis layanan seks secara online menggunakan media sosial atau yang sering kita dengar saat ini adalah bisnis prostitusi online.

Jaringan prostitusi online yang menyebar melalui akun facebook, blackberry, twitter, blog dan web dan media sosial yang lain mempermudah dan terus memberi kesempatan yang leluasa untuk memilih jasa layanan seks online yang sesuai dengan kebutuhan dan keiinginan. Tanpa harus berkunjung ke lokalisasi, cukup bermodalkan dengan smartphone, koneksi internet, akun media sosial pengguna dapat memilih tempat layanan seks yang digelar secara bebas untuk menuruti hasrat seksualnya. Maraknya prostitusi online saat ini akhirnya menuai banyak protes dan khasus yang terus bermunculan didalamnya.

Adapun beberapa contoh kasus mengenai prostitusi online diantaranya :

1. Kasus Prostitusi Online akun @jkt7xxxx, www.backxxxxx.com, dan www.jakarta.backxxxx.com.

Prostusi online ini dijalankan mucikari berinisial EA. Kejadian ini berhasil diungkap oleh polisi. Sistem prostitusi online tersebut terbilang cukup rapi. pengelola mengelola dua media sebagai penunjang bisnis tersebut yakni lewat Twitter dengan akun @jkt7xxxx dan website www.backxxxxx.com dan www.jakarta.backxxxx.com. Dalam dua media tersebut, EA memberikan sistem yang cukup rinci. Mulai dari harga layanan PSK sampai dengan sistem dan level PSK tersebut. Atas perbuatan Tersebut , ia disangkakan dengan

(3)

3

Pasal 296 KUHP berancaman pidana 1 tahun, Pasal 506 KUHP ancaman pidana 1 tahun, Pasal 4 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi dengan ancaman pidana 5 tahun, Pasal 2 juncto Pasal 17 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang dengan ancaman pidana 15 tahun. (KOMPAS.COM,

17/6/2015).

2. Kasus Mucikari Online di Pekanbaru Punya 100 Mahasiswi Siap Pakai

DN, seorang mucikari prostitusi online yang diamankan Polresta Pekanbaru, Riau, diketahui memiliki 100 'anak asuh'. Semuanya merupakan mahasiswi perguruan tinggi di Pekanbaru dengan pelanggan kelas menengah ke atas. Pengakuan DN kepada penyidik, mahasiswi dari berbagai perguruan tinggi yang ditawarkan ke pria hidung belang bertarif Rp 2,5 hingga Rp 8 juta. Nilai itu short time atau bercinta dengan durasi pendek. DN sudah menjalankan bisnisnya selama 2 tahun belakangan. Dia juga dikenal sebagai pemain lama dan bisa disebut cukup top di kalangan pelanggan. Rata-rata usia wanita yang ia tawarkan berumur 20-25 tahun. Bahkan DN juga melayani permintaan untuk luar kota, seperti Batam dan Jakarta (LIPUTAN6.COM, 06/10/2015).

3. Akun Instagram Ini Dipakai Ajang Prostitusi Terbuka

Sebuah akun Instagram dengan nama @modelbisyarmanagement kini menjadi sorotan publik di Indonesia. Pasalnya, dalam akun yang memiliki 700 lebih pengikut itu menampilkan para model cantik dengan pose seksi maupun bugil. Bahkan, para pria yang ingin menikmati jasa haram tersebut dapat memilih dan mem-booking model yang diinginkan sambil melakukan nego harga melalui aplikasi pesan singkat dengan nomor yang tertera dalam biodata. "RULES.BOOKING : pilih model >info hotel room>transfer payment> konfirmasi payment SERIUS CLIENT.SAJA ! OMDO jangan.call ! whatsapp 0812XXXXXXXX," tulis akun tersebut dalam biodatanya. Hingga kini belum diketahui jelas siapa dibalik akun bernama @modelbisyarmanagement tersebut. Namun, banyak orang yang berharap

(4)

4

akun tersebut segera ditutup karena meresahkan banyak pihak

(LIPUTAN6.COM, 21/6/2015).

4. Mucikari Di Malang Jual 12 Mahasiswi Via Facebook

Bagus Artha Pamungkas (21), mahasiswa salah satu perguruan tinggi di Malang itu menjelma menjadi mucikari berpenghasilan tinggi. Melalui media sosial Facebook, Bagus menjual teman-teman kampusnya kepada para lelaki hidung belang. Dalam akun tersebut dia menuliskan tarif, nama dan fasilitas yang didapatkan oleh pelanggan. Namun, tak banyak foto 'piaraannya' yang dia pajang. Bagus memanfaatkan teknologi internet untuk menawarkan 12 anak asuhnya itu. Dia menggunakan media sosial Facebook. Berbekal telepon genggam di tangannya, pria asal Jakarta ini bisa meraup jutaan rupiah.Melalui akun facebooknya, Bagus juga menyebutkan tarif anak asuhnya. Jika ada yang berminat akan dilanjutkan komunikasi secara personal. Beberapa postingan di dinding Facebook Bagus Artha Pamungkas menawarkan bisnis syahwat dengan nama, tarif dan fasilitas. Beberapa perempuan ditawarkan dengan harga Rp 800 Ribu sampai Rp 1,25 Juta. Akibat perbuatannya itu, Bagus terancam Pasal 506 KUHP atas tindakannya mengambil keuntungan dari aktivitas pelacuran. Ancaman hukuman yang disangkakan 1.3 tahun

(MERDEKA.COM, 6/12/2015).

5. Bisnis Prostitusi Online Diungkap Polisi

Satuan Cyber Crime Direktorat Reserse Kriminal Khusus membongkar praktek prostitusi melalui media internet. Diperkirakan, bisnis haram tersebut meraup keuntungan puluhan juta rupiah setiap bulannya. Seorang wanita mucikari merangkap wanita panggilan berinisial WD als AM berhasil diamankan anggota Satuan Cyber Crime dibawah pimpinan Kompol Indra F Siregar, SIK di hotel F saat hendak mengantarkan wanita-wanita yang dipesan oleh petugas yang sedang menyamar. VWW als RV menawarkan wanita-wanita abg usia 18 tahun sampai 26 tahun dengan membuka akun jejaring sosial friendster dan akun di komunitas bluefame kemudian memasang foto-foto wanita-wanita tersebut. Pelaku juga memasang nomor handphone dan email dengan maksud apabila ada lelaki hidung belang yang

(5)

5

tertarik supaya menghubungi nomor atau email tersebut. Selanjutnya setelah terjadi kesepakatan harga, mucikari mengantar wanita yang dipesan ke tempat pemesan menginap. Dari pemeriksaan WD als AM didapat keterangan bahwa dalam melakukan aksinya, pelaku bekerjasama dengan lelaki mucikari VWW

als RV dan berhasil diamankan di kawasan Blok M

(RESKRIMSUS.METRO.POLRI.GO.ID, 12/8/2015).

Berangkat dari beberapa kasus diatas penulis mengambil fenomena prostitusi online sebagai sebagai fokus obyek penelitian penulis. Penulis mengambil contoh fenomena tersebut dalam rangka mengenal kode-kode yang digunakan para pengguna layanan seks online yang notabennya pelanggan awam untuk dapat masuk ke dalam jaringan prostitusi online hingga mendapatkan tawaran layanan seks dari pelayan-pelayan seks kelas atas atau pala pekerja yang pilihan. Proses pengenalan tanda komunikasi pengguna prostitusi online tersebut nantinya juga akan mengupas bagaimana media sosial menjadi patologi sosial dengan adanya fenomena prostitusi online.

Dari hal tersebut penulis mencoba merelevansikan antara teori semiotik komunikasi dengan kasus ini, yang menyelaraskan bagaimana suatu tanda harus dipahami untuk akhirnya sesorang (pengguna) dapat masuk kepada suatu ruang bahasan (prostitusi online, virtual seks) yang kemudian berlanjut untuk seseorang melakukan tawar menawar (mucikari online) hingga pada akhirnya pengguna dapat memilih dan berhubungan dengan pelayan seksual (PSK) pilihan (PSK kelas atas) atau pelayan yang diinginkanya sesuai dengan aturan yang telah disepakati melalui hasil gambaran kode dari mucikari yang coba digambarkan melalui pemahaman user untuk akhirnya sampai kepada proses deal. Berangkat dari relevansi dan proses tersebut penulis juga akan mengupas bagaimana proses pengenalan tanda komunikasi terhadap pengguna jasa prostitusi online sebagai sebuah tindakan patologi sosial. Dimana media sosial disini juga berada dalam posisi disfungsi dan sebagai media sosial yang patologi

Pada penelitian ini penulis mengenakan pendekatan semiotika dari seorang tokoh semiotik yaitu Charles Sander Peirce (1839-1914) untuk membahas kasus prostitusi online yang menjadi obyek penelitian penulis. Peirce melihat tanda sebagai unsur dalam komunikasi. Pierce (dalam Fiske 1990 :62) melihat tanda, acuan dan penggunanya sebagai tiga titik dalam segitiga (Representamen (r), Object (o),

(6)

6

Interpretant (I)). Model tanda yang dikemukakan Peirce adalah trikotomis atau triadik, dan tidak memiliki ciri struktural sama sekali” (Hoed, 2002:21). Bagaimana paham semiotik Charles Sander Peirce mengupas tentang tanda-tanda yang ada dalam prostitusi online guna pelanggan baru atau penggunanya dapat berujung pada ranah hubungan yang lebih intim dengan pelayan seks komersialnya akan dibahas lebih mendalam pada penelitian ini.

Pelacuran atau prostitusi secara online merupakan suatu bentuk perilaku masyarakat yang sakit. Maka itu selain pendekatan semitoika penulis juga mengenakan pendekatan Patologi Sosial terhadap prilaku penyebaran pelacuran sebagai jawaban serta solusi atas maraknya fenomena prostitusi online di sekitar kita. Pelacuran atau prostitusi secara online merupakan suatu bentuk perilaku masyarakat yang sakit (patologi) dan harus dihentikan penyebaranya. Perilaku masyakarat dalam prostitusi online tersebutlah yang disebut sebagai patologi sosial. Patologi Sosial sendiri ialah suatu ilmu tentang gejala-gejala sosial yang dianggap “sakit” dan disebabkan oleh factor-faktor sosial. Jadi patologi sama dengan artinya sebagai ilmu tentang “penyakit masyarakat”. Sedangkan “penyakit masyarakat atau sosial” itu adalah segenap tingkah laku manusia yang dianggap tidak sesuai, melanggar norma-norma umum dan adat istiadat, atau tidak terintegrasi dengan tingkah laku umum. Penulis disini merelevansikan bagaimana prilaku pengguna dalam mengenali tanda pada ruang virtual sex (prostitusi online) begitupula dengan penyedia layanan sex melalui pendekatan patologi sosial.

Satu dua abad yang lalu, orang menyebut satu peristiwa sebagai penyakit sosial murni dengan ukuran moralistic. Maka, kemiskinan, kejahatan, pelacuran, alkoholisme, kecanduan, perjudian, dan tingkah laku yang berkaitan dengan semua peristiwa tersebut dinyatakan sebagai gejala penyakit sosial yang harus diberantas dari muka bumi. North, seorang sosiolog dalam bukunya Social Problems and Social

Planing, menyatakan bahwa dalam usaha pencapaian tujuan dan sasaran hidup yang

bernilai bagi suatu kebudayaan atau suatu masyarakat, harus disertakan etik sosial guna menentukancara pencapaian sasaran tersebut. Penulis berharap melalui penelitian ini masyarakat dalam mecapai tujuan dan sasaran hidupnya dapat memiliki etik social yang lebih baik, sehingga tujuan dan sasaran hidup kita dan bernilai bagi masyarakat, kebudayaan, dan bangsa kita.

(7)

7 1.2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang sudah penulis uraikan, maka penulis mencoba menguraikan rumusan masalah penelitian ini adalah :

Bagaimana pengenalan tanda komunikasi pada ruang virtual seks (prostitusi online) untuk masuk dan mendapatkan jasa layanan seks kelas atas atau pelayan seks sesuai pilihan penggunaa ?

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk menjelaskan proses pengenalan dan pemahaman simbol-simbol pengguna prostitusi online terhadap penyedia layanan seks.

1.4. Manfaat Penelitian

- Manfaat Penelitian Teoritis

 Penelitian ini dapat memperkaya Ilmu Komunikasi khususnya studi pesan semiotika dan studi penyakit masyarakat atau patologi sosial.

 Penelitian ini dapat memperkaya akan pengetahuan tentang media social yang seharusnya mempunyai batas bebas ditengah kebebasan media sosial yang tanpa batas saat ini. Sehingga keberadanya tindak dimanfaatkan oleh para pembisnis prostitusi yang keberadaanya juga menjadi penyakit masyakarat.

- Manfaat Penelitian Praktis

 Menjadi bekal pembelajaran mengenai pemahaman dan pengenalan tanda komunikasi pada ruang virtual seks terhadap pengguna dan penyedia jasa layanan seks.

 Pengetahuan pada poin pertama memberi bekal kepada masyarakat agar menjadi pengguna media sosial yang smart, cermat, dan berbatas dalam menanggapi dan menikmati kebebasan dalam media sosial.

 Penulis berharap melalui pengetahuan ini masyarakat dan khususnya netizen dapat memanfaatkan ilmu pengetahuan ini untuk membuat

(8)

8

gerakan atau langkah awal pencegahan atau pengurangan penyebaran prosttusi online. Baik melalui gerakan sosial seperti campaign atau bahkan inovasi regulasi pada pengguna media sosial baik secara aturan tertulis atau secara programming.

 Dapat memberikan gambaran dan pemahaman bahwa pelaku prostitusi online (pengguna dan penyedia jasa) tersebut merupakan suatu bentuk patologi sosial atau perilaku masyarakat yang sakit atau tidak pada umumnya.

1.5 Batasan Penelitian

Penelitian ini difokuskan untuk melihat pengenalan simbol-simbol oleh pengguna (pengguna pemula atau awam) prostitusi online untuk dapat masuk dalam ruang virtual sex hingga realisasi layanan seks secara nyata. Disini penulis ingin mengetahui pengenalan simbol-simbol apa saja yang dapat membuat seorang pengguna pemula dapat masuk dan dapat dipercayai oleh orang-orang dalam lingkup atau jaringan prostitusi online baik dari mucikari hingga pada pekerja seksnya. Sehingga suatu ruang virtual layanan sex dapat mempercayai kita untuk masuk sebagai pengguna baru dan mendapat pelayanan yang memuaskan dari pilihan PSK nya, system booking, peraturan dan layanan seksnya. Perilaku pengguna jasa prostitusi online serta perilaku penyedia jasa layanan seks tersebut nantinya akan menjadi pengetahuan bagi masyarakat agar muncul suatu tindakan untuk meredam, hingga mencegah perilaku masayarakat yang tidak normal, atau tidak sewajarnya yang penulis sebut sebagai patologi sosial, tidak pada aspek yang lain.

Symbol yang ingin diketahui itu hanya dalam upaya kunci untuk akses masuk serta realisasi layanan seks dan upaya pemahaman bahwa proses-proses tersebut yang nantinya menyimpulkan mengenai media sosial yang mengalami disfungsi dan patologi melalui fenomena prostitusi yang dasarnya juga merupakan penyakit masyarakat. Sehingga penulis akan coba untuk memberi saran dan tindakan sebagai jalan keluar untuk menanggapi fenomena tersebut, tidak pada aspek yang lain.

Referensi

Dokumen terkait

maka WEC adalah sebuah lembaga pendidikan lanjutan setelah sekolah menengah umum yang setara dengan Diploma satu, yang bertujuan mengembangkan potensi peserta

Menurut Dirasutisna & Hasan (2005), litologi di Pulau Weh terdiri dari batuan Tersier dan Kuarter yang dibedakan menjadi 4 kelompok batuan utama, yaitu Kelompok Batuan

SOP, setidaknya mengatur TATA KERJA dalam : Pengumpulan informasi Pengolahan Informasi menjadi Daftar Informasi Pengumuman Informasi secara Pro aktif Pelayanan Permohonan

Kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa ada perbedaan skor kebiasaan belajar peserta didik sebelum dan sesudah penerapan strategi pengelolaan diri.

41 Dengan pendekatan terhadap permasalahan yang dirumuskan dengan mempelajari ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berkaitan dengan permasalahan,

Berdasarkan dari latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas serta setelah hasil pra penelitian maka yang menjadi rumusan masalah dalam

Dan dari hasil wawancara penulis dengan narasumber, penulis menemukan sebuah fakta bahwa seorang pekerja seks komersial tidak berani datang ke gereja karena merasa diri

Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif kausal, yaitu melakukan analisis hubungan kausalitas yang menjelaskan pengaruh opini audit, temuan audit