• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagaimana individu wanita yang berumah tangga, masing-masing memiliki peran untuk mencukupi kebutuhan. Pada era globalisasi ini semakin marak wanita menjadikan wirausaha sebagai sarana untuk memiliki pendapatan dan sebagai penopang ekonomi keluarga. Minniti (2005) menemukan bahwa keterlibatan wanita sebagai wirausaha mengalami peningkatan cukup banyak selama satu dekade terakhir dan di negara maju maupun berkembang pernyataan tersebut terlihat makin signifikan. Di Indonesia berdasarkan data yang dimiliki oleh Survei Angkatan Kerja Nasional selama tahun 2011-2015 persentase wanita yang menjadi pengusaha atau yang memiliki usaha (berstatus berusaha sendiri ataupun dibantu orang lain) memperlihatkan adanya kecenderungan terhadap ketidakstabilan di setiap tahunnya akan tetapi wirausaha wanita berdasarkan Survei Angkatan kerja persentase dalam hal kewirausahaan wanita menunjukkan kenaikan yang ditunjukkan oleh persentase angka pada tahun 2011-2015.

Diagram 1

Pertumbuhan Wirausaha Wanita Tahun 2011-2015 (SAKERNAS Agustus, 2011-2015

26.50 27.00 27.50 28.00 28.50 29.00 29.50 30.00 30.50 31.00

2011 2012 2013 2014 2015

Wirausaha wanita

(2)

Pada tahun 2016, berdasarkan data SAKERNAS wirausaha wanita berjumlah 14,3 juta orang (Kompas, 2018). Dilihat dari data yang ditunjukkan, maka wanita yang berwirausaha populasinya di Indonesia semakin banyak. Penelitian Nofialdi, Hasnah, & Sari (2009) menjelaskan lebih dalam adanya keterlibatan perempuan pada sektor domestik yang memberi efek dari keterlibatan perempuan dalam ekonomi keluarga. Hal ini juga didukung oleh penelitian Anshori (2009) yang mengatakan besarnya tanggung jawab sebagai wirausaha perempuan dalam keberlangsungan kehidupan perusahaan dan kesejahteraan pegawainya sama dengan tanggung jawab perempuan sebagai ibu rumah tangga dan sebagai istri.

Dengan penelitian tersebut menjelaskan adanya efek dari keterlibatan wanita yang juga merujuk kepada karakter yang ada pada wanita. Suryana (2013) karakter adalah suatu sifat khas yang memang dimiliki pada diri seseorang ataupun objek. Karakter seorang wirausaha dapat dilihat dari keseharian seseorang atau pada saat seseorang melakukan komunikasi dengan orang-orang yang ada dilingkungan wirausahanya. Pada penelitian yang dilakukan oleh Miftakhuljanah, Priatna, dan Suharno (2016) karakter individu yang dapat dilihat yaitu terdiri dari pengalaman, usia, pendidikan serta pelatihan.

Pada saat ini banyak wanita yang mengeyam pendidikan hingga sarjana, hal ini menunjukkan bahwa pendidikan wanita semakin baik sehingga seorang wanita sarjana kebanyakan dapat memilih pekerjaan sesuai dengan pekerjaan yang mereka inginkan seperti bekerja di perusahaan maupun menjadi wirausaha. Suatu tren saat ini mengacu kepada wanita yang awalnya bekerja atau sebagai wanita karir lalu berani memutuskan untuk berhenti bekerja dan memilih untuk berwirausaha. Dengan demikian, Frinces (2010) mengatakan berwirausaha atau wirausaha diartikan sebagai tindakan untuk menyelesaikan suatu tugas bersifat usaha serta adanya aksi dan aktivitas.

Dalam kisah Veronica Pricilla, kisahnya yang awalnya sebagai

wanita yang bekerja di bank swasta dan kini menjadi seorang pengusaha

souvenir ulang tahun khususnya untuk anak-anak. Veronica Pricilla adalah

(3)

seorang wanita yang bekerja di bank swasta dan memiliki jabatan yang cukup tinggi namun saat ia bekerja ia harus berulang kali mengalami keguguran, hal tersebut adalah suatu dilema bagi dirinya apakah harus memilih pekerjaan atau memiliki anak. Karena keinginan besarnya untuk memiliki anak maka Veronica memilih untuk meninggalkan pekerjaan serta jabatannya yang cukup tinggi. Setelah lama meninggalkan pekerjaannya dan memiliki anak dan sering mendandani anaknya dengan menggunakan bandana, dari situlah ide bisnis muncul dan kemudian Veronica mulai menjual bandana yang dijual melalui media sosial. Usahanya terus berkembang bukan hanya menjual bandana namun berbagai baju anak yaitu berbentuk kostum serta merambah dalam bentuk usaha jasa yaitu sebagai EO party planner. Veronica menamai usahanya dengan nama ‘Calidora Kids’ dan telah meraih omset ratusan juta dari usaha yang dijalankannya (Indotrading news, diakses 5 Februari 2019 4:20).

Saat ini tidak menutup kemungkinan wanita yaitu seorang ibu rumah tangga dapat menjalankan perannya sebagai ibu beriringan dengan mengelola bisnis, termasuk wanita yang bekerja kemudian berhenti dan beralih berwirausaha. Berbagai alasan wanita mengundurkan diri dikarenakan ingin dekat dengan keluarga, fokus mengurusi anak, waktu yang lebih fleksibel. Handayani (2013) menyatakan dari sisi positif dan negatif, dapat dimengerti bahwa sebagian besar wanita yang bekerja sulit mencapai keseimbangan kerja dan keluarga, karena saat berada dalam lingkungan kerja maupun keluarga, ada satu sisi yang harus di korbankan dan ada satu sisi yang di untungkan. Hal tersebut menjadi pemikiran wanita yang bekerja kemudian berhenti dan beralih berwirausaha.

Masalah pengunduran wanita yang bekerja di perusahaan yaitu juga

dikarenakan ingin membuka bisnis karena adanya peluang, suasana kerja,

lingkungan kerja dan hal ini sejalan dengan penelitian yang dikemukakan

oleh Mathis & Jakcson (2006) alasan karyawan mengundurkan diri: (1) Nilai

dan budaya, komponen organisasional, strategi dan peluang, kontuitas serta

keamanan kerja, dikelola dengan baik terorientasi pada hasil; (2) Kontinuitas

pelatihan, perencanaan karier, pengembangan dan bimbingan; (3) Perlakuan

(4)

yang adil/tidak diskriminatif, hubungan karyawan, hubungan rekan kerja, dukungan dari supervisor/manajemen; (4) Gaji dan tunjangan yang kompetitif, penghargaan, perbedaan penghargaan kinerja, bonus dan tunjangan yang spesial; (4) tanggungjawab dan otonomi kerja, rancangan tugas dan pekerjaan, fleksibilitas kerja, keseimbangan kerja/kehidupan.

Dengan berbagai alasan pengunduran wanita yang bekerja di perusahaan, terdapat rencana wanita yang membuka usaha baru atau berwirausaha, peluang baru, melamar pada perusahaan yang baru (Wardhani, 2017).

Berdasarkan alasan wanita berhenti bekerja di perusahaan dan adanya rencana untuk berwirausaha terdapat faktor yang mendorong wanita dan kemudian beralih berwirausaha dalam beberapa literatur mengatakan terdapat faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar individu tersebut. Pada penelitian sebelumnya, menurut Suryana (2001) faktor yang mempengaruhi kewirausahaan antara lain, (1) Faktor Internal, yang meliputi: (a) Kebutuhan akan prestasi (b) Internal locus of control (c) Kebutuhan akan kebebasan (d) Nilai-nilai pribadi (e) Pengalaman. (2) Faktor eksternal meliputi: (a) Role model (b) Dukungan keluarga dan teman (c) Pendidikan. Sedangkan menurut pernyataan dari Tjahyono (2008) dalam Putra (2012) bahwa keputusan berwirausaha merupakan perilaku dengan keterlibatan yang akan melibatkan beberapa faktor dianataranya yaitu: (a) Faktor internal seperti kepribadian, persepsi, motivasi dan pembelajaran (b) Faktor eksternal, seperti keluarga, teman, tetangga dan lain sebagainya.

Faktor yang mendorong niat wanita dalam berwirausaha yaitu faktor yang termasuk kedalam bagian faktor internal adalah hobi atau passion. Hal penting yang dimiliki oleh entrepreneur dalam membangun usaha baru yang betujuan usaha baru dapat lebih berhasil adalah passion, memiliki passion akan lebih berhasil dibanding pengusaha yang tidak memiliki passion tersebut (Cardon et al., 2005; Chen et al.,2009; Mitteness et al., 2012;

Winnen, 2005; Baum & Locke, 2004). Terdapat juga faktor eksternal yang

berunsur lingkungan dan mendorong niat berwirausaha yaitu dikemukan

(5)

oleh Suryana (2008) faktor yang berasal dari lingkungan di antaranya adalah peluang, model peran, aktivitas, terdapat hal lainnya yaitu dipengaruhi oleh sumber daya, pesaing, serta kebijakan pemerintah.

Selanjutnya menurut pernyataan Juffiasari (2015) bahwa ada beberapa faktor yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan wanita untuk berwirausaha, antara lain: (1) Faktor internal meliputi: (a) Minat disertai dengan kecakapan yang relevan (b) Pemberdayaan diri (c) Motivasi.

(2) Faktor Ekternal, meliputi: (a) Dukungan suami/keluarga (b) Sumber modal (c) Lingkungan keluarga/keturunan (d) Lingkungan sosial (e) Kesempatan. Dari faktor-faktor tersebutlah yang mendorong wanita pada awalnya memiliki ikatan pekerjaan di perusahaan atau suatu instansi berhenti dan keluar dari pekerjaan serta adanya manfaat yang diperoleh menjadikan wanita lebih memilih menjadi wirausahawan.

Dalam berwirausaha banyak terdapat manfaat yang dapat diperoleh.

Thomas W.Zimmerer et al (2005) menyatakan berwirausaha memiliki manfaat baik dari segi individu, ekonomi, dan sosial. Dari segi individu yaitu adanya kebebasan bagi individu untuk mengendalikan diri dan mengkolaborasikan kehidupan segi ekonomi dan sosial sehingga mendapat kehidupan yang lebih baik serta mengolah usaha sejalan dengan hobi dan kesukaan individu tersebut. Segi ekonomi, individu memiliki hak sepenuhnya atas keuntungan yang diperoleh sehingga motivasi yang ada untuk mencapai ekonomi keluarga terpenuhi. Segi sosial, seorang pemiliki usaha atau wirausahawan memiliki peran yang berdampak positif dalam masyarakat, adanya pengakuan atas usaha sendiri adanya peluang dalam melakukan sesuatu yang disenangi dan menumbuhkan rasa bahagia dalam mengerjakannya.

Banyaknya manfaat yang didapat dari berwirausaha maka

menimbulkan dampak positif baik dari segi pendapatan, ekonomi keluarga

dan waktu yang lebih fleksibel. Kesuksesan suatu usaha akan berdampak

pada kemakmuran baik wirausaha, karyawan serta orang-orang yang ada

disekeliling usaha tersebut (Ardyan & Putri, 2016). Dengan pemaparan

(6)

diatas maka peneliti ingin meneliti kaum wanita yang memiliki potensi untuk bekerja disuatu perusahaan namun lebih memilih untuk berwirausaha.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan latar belakang, maka rumusan masalah diatas yaitu:

1. Apa yang menjadi alasan wanita yang pernah bekerja di perusahaan dan beralih berwirausaha yang memilih menjadi wirausaha dalam merintis karirnya?

2. Apa faktor internal dan faktor eksternal yang mendorong wanita yang pernah bekerja di perusahaan beralih berwirausaha?

3. Apa manfaat dari wanita yang pernah bekerja di perusahaan memilih berwirausaha?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka peneliti memiliki tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Ingin mengetahui gambaran usaha serta alasan wanita yang berhenti bekerja lalu memilih menjadi wirausaha.

2. Ingin mengetahui faktor internal yang mendorong wanita yang pernah bekerja diperusahaan dan memilih berwirausaha yang berhenti bekerja lalu memilih menjadi wirausaha.

3. Ingin mengetahui faktor eksternal yang mendorong wanita yang pernah bekerja di perusahaan yang berhenti bekerja lalu memilih berwirausaha.

4. Ingin mengetahui manfaat dari seorang wanita yang pernah bekerja di perusahaan dan memilih berwirausaha.

1.4. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka manfaat penelitian sebagai berikut:

1. Dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan faktor-faktor pendorong yang berkaitan dengan wirausaha khususnya wanita.

2. Dapat memberikan informasi bagi wanita yang ingin berwirausaha

melalui manfaat yang didapat dari berwirausaha.

(7)

3. Dapat memberikan informasi tentang alasan wanita memilih wirausaha sebagai pekerjaannya serta memberikan informasi akan gambaran usaha yang dirintis oleh wanita yang berhenti bekerja di perusahaan dan beralih berwirausaha.

4. Menemukan cara menumbuhkan niat wirausaha pada wanita yang sudah tidak bekerja di perusahaan.

5. Dapat menjadi bahan pertimbangan pada pengambilan keputusan untuk

berwirausaha.

(8)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini, permasalahan dalam penelitian yaitu berupa faktor- faktor yang menyebabkan wanita bekerja di perusahaan kemudian berhenti dan beralih berwirausaha serta manfaat yang diperoleh dari berwirausaha.

2.1. Wirausaha Wanita

Wirausaha dapat dikatakan sebagai pelaku usaha. Bosma et al (2011) mengatakan wirausaha adalah yang menciptakan kekayaan melalui kreativitas, inovasi, alat penggerak pembangunan maupun ekonomi dengan bekerja keras, berani mengambil suatu risiko dan mampu membaca peluang.

Hal ini dapat dikatakan wirausaha sebagai pilihan pekerjaan yang banyak diminati oleh wanita, (Liana, 2016) wirausaha wanita merupakan salah satu pilihan para wanita untuk menunjukkan suatu keahlian dalam menjalankan bisnis yang dikelolanya.

Pada tren saat ini sudah banyak wanita yang menjadi pelaku usaha dengan banyaknya peluang serta kemampuan wanita yang dimiliki, Casson et al. (2006), menemukan bahwa populasi wirausaha wanita sepertiga bagian atau 33,33% dari pengusaha dunia dan mereka memberikan partisipasinya secara signifikan dalam menciptakan lapangan pekerjaan, inovasi serta perekonomian dalam dunia internasional. Hal ini menunjukkan wanita lebih memilih bidang wirausaha karena adanya dorongan-dorongan seperti keinginan membantu ekonomi keluarga, tidak dapat bertahan dengan pekerjaan sebelumnya, menyalurkan hobi atau kemampuan yang dimiliki dan mampu berinovasi. Inovasi merupakan kemampuan wirausaha wanita untuk menghasilkan gagasan bisnis dan mengolah produk maupun jasa yang memiliki nilai pasar (Gries & Naude, 2008).

2.2. Alasan Wanita yang Berhenti Bekerja dan Beralih Berwirausaha

Ada banyak alasan yang membuat wanita berhenti dari pekerjaannya,

penelitian yang dilakukan oleh Pangkey (2012) saat karyawan mengambil

sikap mundur atau berhenti di sebuah perusahaan maka karyawan

(9)

cenderung mengalami ketidakpuasan. Alasan lainnya wanita memilih berhenti bekerja di perusahaan yaitu meliputi:

a. Fleksibilitas kerja

Setiap individu menginginkan pekerjaan yang fleksibel terlebih dalam waktu, penelitian Nuraini (2017) menyatakan bekerja dengan jam kerja yang fleksibel memungkinkan orang mengatur kehidupan sehari-hari mereka, dapat mengurangi konflik keluarga dan pekerjaan serta menjadi lebih baik. Lebih lanjut dalam penelitian ini bekerja di perusahaan membutuhkan waktu berjam- jam sehingga bagi wanita yang bekerja sulit menyeimbangkan baik pekerjaan atau keluarga.

Hal ini sejalan dengan penelitian Jeffrey Hill (2005) yang menyatakan terlebih bagi wanita, karena jam kerja yang panjang dan tidak merasa nyaman sehingga tidak memiliki waktu yang mereka inginkan untuk keluarga.

b. Keseimbangan kerja/kehidupan

Pada dasarnya setiap wanita berkeinginan memiliki kehidupan yang seimbang baik dalam pekerjaan maupun dalam kehidupan keluarga. Penelitian Rahmawati (2016) keseimbangan kerja- kehidupan dapat dipadukan dengan komposisi yang seimbang antara sikap pada tuntutan pekerjaan (organisasi), waktu, emosi, dan kehidupan seseorang diluar pekerjaan, seperti kehidupan keluarga, kehidupan spiritual, kehidupan sosial, rekreasi, hobi, pengembangan diri serta kesehatan yang termasuk dalam indikator yaitu keseimbangan keterlibatan, keseimbangan dalam pemenuhan harapan, keseimbangan dalam pengelolaan waktu, dan keseimbangan kepuasan.

c. Kondisi kerja

Lingkungan kerja cukup berpengaruh bagi seseorang untuk

mengambil tindakan sesuai dengan keinginannya. Dengan adanya

gairah dan semangat karyawan cenderung mendapatkan rasa puas

dalam bekerja, sebaliknya jika lingkungan kerja tidak memberikan

rasa aman atau adanya resiko dan pelaksanaan tugas yang tidak

mendukung maka menyebabkan menurunnya gairah dan semangat

(10)

kerja, menurunnya produktivitas kerja, dan memungkinkan terjadi kesalahan dalam tugas (Nitisimeto 1996: 183).

2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Wirausaha

Seseorang memiliki dorongan-dorongan akan pilihannya sebagai wirausahawan. Dorongan tersebut dinayatakan oleh Juffiasari (2015) bahwa pengambilan keputusan selain mengarahkan terhadap pencapaian tujuan, juga setiap pengambilan keputusan melibatkan sejumlah resiko, jika keputusan yang diambil kurang tepat. Secara garis besar terdapat 2 faktor yang mempengaruhi kewirausahaan yang kemudian dikelompokkan menjadi masing-masing faktor yaitu faktor internal dan eksternal sebagai berikut:

2.3.1. Faktor Internal

Faktor internal yang merupakan sebagai faktor pendorong minat wanita wirausaha yaitu meliputi:

a. Kebutuhan akan prestasi

Untuk mencapai sebuah keberhasilan dalam individu maka timbulah kebutuhan akan prestasi. Dorongan ada pada individu yang mempunyai kebutuhan akan prestasi pada tingkat tertinggi yaitu individu menentukan tujuan yang menantang lalu berusaha dengan kemampuan yang dimiliki agar tercapai tujuan tersebut (Michael,2006).

b. Hobi atau passion

Setiap individu terlebih bagi wanita, pasti memiliki kesenangan atau hobi terhadap apa yang sudah ada, yaitu pada hakekatnya wanita senang memasak, mengolah dan berproses terlebih hobi atau passion yang dimiliki dapat disalurkan melalui aktivitas berwirausaha. Hal ini seperti pada pernyatan Vallerand, Mageau, Ratelle, Leonard, Blanchard, Koestner dan Gagne (2003) menyatakan bahwa passion adalah suatu aktivitas yang dianggap penting dan cenderung kuat, disenangi (bahkan dicintai) dimana setiap individu akan menginvestasikan energi serta waktu yang dimiliki secara penuh.

c. Nilai-nilai pribadi

Nilai dapat dikatakan ukuran untuk dapat menentukan

bagaimana sikap atau perilaku seseorang. Nilai adalah pendapat,

(11)

artinya adat serta struktur masyarakat yang dirancang menjadi susunan-susunan sehingga menciptakan sebuah manifestasi yang berasal dari suatu yang dianut oleh masyarakat (Hari, 2015).

Sebagaimana kehidupan, setiap orang memiliki pribadi yang berbeda-beda, pribadi atau kepribadian tingkah laku dan sifat khas yang dimiliki oleh seseorang dan sebagai pembeda individu satu dengan lainnya (Chairilsyah, 2012). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa nilai-nilai pribadi adalah sifat seseorang yang kemudian dipengaruhi oleh budaya masyarakat sehingga terciptanya pandangan- pandangan yang disebut nilai.

d. Pemberdayaan diri

Kualitas hidup seseorang dapat ditentukan melalui pemberdayaan diri, konsep dari pemberdayaan adalah meningkatkan daya ataupun kemampuan yang ada pada diri seseorang. Pemberdayaan diri diartikan sebagai proses meningkatkan daya atau kemampuan seseorang berdasarkan tujuan untuk meningkatkan kepekaan akan perubahan lingkungan sehingga nantinya mampu untuk meningkatkan status sosialnya serta mengevaluasi diri (Miranda, 2009).

e. Motivasi

Dorongan-dorongan yang ada dalam wirausahawan dapat berasal dari individu wirausahawan tersebut. Motivasi diartikan sebagai dorongan dari dalam diri seseorang sehingga mendorong diri seseorang untuk melakukan sesuatu yang termasuk dalam bagian pengusaha muda (Sarosa, 2005). Dengan kata lain motivasi inilah yang mendorong seseorang untuk melakukan atau menciptakan suatu usaha juga mewujudkan keberhasilan suatu usaha.

2.3.2. Faktor Eksternal

Faktor eskternal merupakan dorongan dari luar individu yaitu

meliputi:

(12)

a. Lingkungan Keluarga

Awal dari pembentukan sifat dan kepribadan individu yaitu berasal dari keluarga, dari usia hingga dewasa didikan keluarga tergambarkan oleh sifat seseorang. Pada kepribadian individu, dukungan yang kuat yang berasal dari keluarga akan mempengaruhi seseorang melakukan sesuatu seperti berwirausaha. Minat berwirausaha akan terbentuk apabila keluarga memberikan pengaruh positif terhadap minat tersebut (Wardhani, 2017). Dalam hal berwirausaha yang juga termasuk dalam keluarga adalah suami, kebanyakan wanita berani mengambil risiko untuk berwirausaha yaitu karena adanya dukungan dari suami. Menekuni suatu bidang usaha akan menyita waktu yang cukup banyak pada saat mengelolanya, oleh karena hal tersebut peran suami sangatlah penting (Pristiana, Kusumaningtyas, &

Mujanah, 2009).

b. Lingkungan Teman

Dorongan yang juga dapat berpengaruh akan adanya minat seseorang terhadap wirausaha ialah dapat berasal dari lingkugan pertemanan. Dorongan dengan melihat figur teman yang menjadi wirausaha serta kesuksesannya membuat individu ingin untuk dapat menciptakan suatu usaha. Suatu yang mempengaruhi individu yaitu ketika teman yang sukses sebagai wirausahawan maka individu tersebut memiliki keyakinan bahwa ia juga bisa sukses seperti temannya (Octavionica, 2016).

c. Lingkungan Kerja

Setiap orang ingin berkehidupan yang layak, bekerja dalam

suatu perusahaan atau instansi adalah keinginan setiap orang,

tetapi individu dapat bertahan apabila lingkungan kerjanya

memberikan kenyamanan dengan sebaliknya apabila lingkungan

kerja tidak memberikan kenyamanan maka menurunkan minat

seseorang untuk terus bertahan pada pekerjaan sehingga hal

tersebut membuat seseorang ingin keluar dari pekerjaannya dan

lapangan pekerjaan lain yang memungkinkan menyesuaikan

(13)

keinginan individu adalah dengan berwirausaha. Berwirausaha umumnya memberikan waktu yang lebih fleksibel serta kebebasan. Pada penelitian (Tama, 2010) kebebasan adalah model kerja yang dimana seseorang sedikit melakukan pekerjaannya namun memperoleh hasil yang besar.

d. Peluang

Peluang adalah kesempatan yang dapat dilihat oleh individu dengan kata lain dapat disebut memiliki kemampuan melihat perspektif yang berbeda dalam satu waktu (Putra, 2012).

Individu yang memiliki niat wirausaha pasti membutuhkan adanya peluang usaha, dikemukakan oleh Yohana (2017) peluang usaha adalah suatu bidang kebutuhan yang dimana seorang wirausaha dapat mengelola usaha pada bidang yang mau dibangun secara menguntungkan.

2.4. Manfaat Wanita Wirausaha

Berwirausaha banyak memiliki manfaat yang juga dapat

mendorong minat bagi para wirausahawan. Manfaat wirausaha terdiri dari beberapa aspek yaitu:

a. Bagi sisi individu

Individu dapat memperoleh suatu manfaat pada pilihannya untuk menjadi wirausaha yaitu adanya kebebasan.

Thomas W.Zimmerer et al (2005) menyatakan kebebasan bagi individu untuk mengendalikan diri dan mengkolaborasikan kehidupan segi ekonomi dan sosial sehingga mendapat kehidupan yang lebih baik serta mengolah usaha sejalan dengan hobi dan kesukaan individu tersebut.

b. Aspek ekonomi

Untuk memenuhi kebutuhan keluarga maka

seseorang mengingini keuntungan untuk mencapai ekonomi

yang ada dalam keluarga atau individu tersebut. Penelitian

Deliarnov (1997) menyatakan pengertian ekonomi keluarga

dapat diambil dari bahasa Yunani. Dalam bahasa Yunani

ekonomi berasal dari kata oikos dan nomos. Oikos yang berarti

(14)

rumah tangga (House, Hald), sedangkan nomos berarti aturan, pengelolaan atau kaidah. Dengan demikian, ekonomi keluarga dapat diartikan sebagai aturan-aturan, kaidah-kaidah atau cara pengelolaan suatu rumah tangga.

c. Aspek sosial

Para pelaku usaha bukannya hanya mendapat manfaat

bagi individu tersebut tetapi juga memberikan bagi orang lain

seperti adanya lapangan pekerjaan. Masih dalam Thomas

W.Zimmerer et al (2005) seorang pemilik usaha atau

wirausahawan memiliki peran yang berdampak positif dalam

masyarakat, adanya pengakuan atas usaha sendiri, adanya peluang

dalam melakukan sesuatu yang disenangi dan menumbuhkan rasa

bahagia dalam mengerjakannya.

(15)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif, penelitian bertujuan untuk menjelaskan dan menggambarkan secara terperinci tentang fenomena yang terjadi pada penelitian ini dan tidak memerlukan sebuah hipotesis. Sumber data yaitu data primer yang didapat dari wawancara langsung.

3.2. Populasi dan Narasumber

Populasi dari penelitian ini adalah wanita yang resmi telah berhenti bekerja di perusahaan kemudian beralih menjadi wirausaha dan berlokasi di Jawa Tengah. Kriteria yang sudah ditentukan pada penelitian, sebagai berikut:

1. Wanita yang pernah bekerja di perusahaan.

2. Wanita yang memiliki usaha sendiri.

3. Berlokasi di Jawa Tengah

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Metode Pengumpulan data merupakan cara untuk memperoleh data

dalam penelitian. Metode yang diterapkan pada penelitian ini adalah hasil

keabsahan data dengan melakukan perbandingan antara data tersebut

dengan sesuatu yang lainnya diluar data tersebut yang pada pernyataan

Sugiyono (2013) terdiri dari 3 hal meliputi wawancara, pengamatan serta

dokumentasi, dalam prosesnya akan dilakukan pengumpulan data dengan

wawancara mendalam secara berulang sehingga mendapatkan hasil yang

relevan. Narasumber yang akan di wawancara langsung berjumlah 5

orang yang telah berhenti berkerja yang kemudian beralih membuka usaha.

(16)

Tabel 1 Daftar Narasumber

No. Nama Perkerjaan Sebelumnya Usaha

Sekarang Lokasi 1. Ibu Wieda PT. Kurios Utama (8

tahun bekerja)

Kuliner Salatiga

2. Ibu Theresiana Smartfren (16,5 tahun bekerja)

Kuliner dan Jasa

Salatiga

3. Ibu Devi Mandiri Syariah (4 tahun berkerja)

Kuliner Ungaran

4. Ibu Ipan Rusanianggi

PT. Olindo Indonesia (4,5 tahun bekerja)

Kuliner Salatiga

5. Ibu Meigi Prasetya

PT. CIKI (3 tahun bekerja)

Kuliner Salatiga

Sumber: Wawancara langsung (2019) 3.4. Teknik Analisis Data

Teknik pengumpulan data didapatkan dari wawancara, observasi.

Tahapan- tahapan untuk menganalisis data menurut Miles dan Huberman, dalam Sugiyono (2013): Reduksi data, Mereduksi data yaitu dengan menyimpulkan hal yang bersifat pokok dan penting, sehingga nantinya data yang diproses akan memudahkan dalam melakukan pengumpulan selanjutnya serta memberikan gambaran yang lebih jelas kemudian langkah selanjutnya adalah penyajian data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dapat dilakukan dengan bentuk uraian yang singkat, menggunakan struktural yang dapat disebut bagan atau sejenisnya. Penyampaian pada penelitian ini harus dijelaskan yang dirumuskan untuk menjadikan suatu informasi yang mudah dipahami dan bersifat naratif. Langkah terakhir adalah dengan pengambilan keputusan. Kesimpulan awal yang dikemukakan akan berubah apabila tidak ditemukan bukti yang kuat yang mendukung pada tahap berikutnya dan ini berarti bersifat sementara. Akan tetapi apabila kesimpulan pada tahap awal didukung dengan bukti yang valid dan konsisten, maka kesimpulan tersebut merupakan kesimpulan yang kredibel.

Dengan demikian, kesimpulan yang kredibel dapat menjawab rumusan

(17)

masalah, dapat menjawab bukan berarti pasti karena pada penelitian

kualitatif rumusan masalah akan berkembang setelah penelitian berada

dilapangan, ini berarti masih bersifat sementara.

(18)

BAB IV

Hasil dan Pembahasan

4.1. Gambaran Umum Narasumber

Narasumber dalam penelitian ini adalah wanita yang resmi telah berhenti bekerja di perusahaan kemudian beralih menjadi wirausaha dan berlokasi di Jawa Tengah. Latar belakang narasumber dalam penelitian meliputi pendidikan terakhir, perkerjaan sebelum berwirausaha dan jenis usaha yang tekuni saat ini.

Berdasarkan latar belakang pendidikan terakhir terdapat 2 orang lulusan D3 sekretaris, 1 orang lulusan D3 akuntansi, 1 orang lulusan S1 akuntansi dan 1 orang lulusan S2 manajamen. Berdasarkan pekerjaan sebelum berwirausaha terdapat 5 pegawai swasta. Untuk jenis usaha masing-masing lebih dominan berwirausaha di bidang kuliner dan penyedia jasa. Jika dilihat dari pendidikan terakhir dan latar belakang pekerjaan dapat disimpulkan bahwa wanita yang pernah bekerja dan kemudian memilih berhenti memiliki pendidikan yang tinggi, sehingga dapat membantu dalam mengelola usaha yang tekuni saat ini.

Tabel 2 Profil Narasumber

Nama Pendidikan Pekerjaan Sebelumnya

Lama Bekerja

Pekerjaan

saat ini Domisili

Ibu Wieda S1 Pegawai

Swasta

8 tahun Kuliner Salatiga

Ibu Theresia

D3 Pegawai Swasta

16,5 tahun Kuliner dan Jasa

Salatiga

Ibu Devi S2 Pegawai

Swasta

4 tahun Kuliner Ungaran

Ibu Ipan D3 Pegawai

Swasta

3,5 tahun Kuliner Salatiga

Ibu Meigi D3 Pegawai

Swasta

3 tahun Kuliner Salatiga

Sumber: Hasil Wawancara (2019)

(19)

Tabel 4.1 dapat ditarik kesimpulan seluruh narasumber merupakan lulusan sarjana dan memiliki pendidikan yang tinggi, hal ini menunjukkan orang-orang yang memiliki pendidikan tinggi dapat memilih sebuah pekerjaan yang salah satunya berupa berwirausaha. Jika dilihat dari pekerjaan sebelumnya seluruh narasumber sudah memiliki penghasilan yang cukup tinggi untuk membiayai kebutuhan hidup tetapi ada beberapa pertimbangan yang membuat mereka memilih untuk berhenti dan memilih untuk berwirausaha.

4.2. Alasan Narasumber Berhenti Bekerja di Perusahaan

Berdasarkan hasil dari wawancara langsung telah diperoleh informasi bahwa seluruh narasumber pernah menjadi pegawai yang berkerja di sebuah perusahaan dan memutuskan beralih menjadi wirausaha. Berikut beberapa alasan para narasumber dalam memutuskan berhenti bekerja dan beralih menjadi wirausaha.

Ibu Wieda:

Ibu Wieda sebelumnya pernah bekerja selama 8 tahun sebagai seorang pegawai perusahaan PT. Kurios Utama yang bergerak di bidang tekstil yang terletak di daerah pinggiran pringapur. Ibu Wieda memutuskan untuk berhenti berkerja dengan alasan ingin berfokus menjadi ibu rumah tangga dan juga ada dorongan untuk lebih fokus pada proses belajar anaknya yang mengambil jalur pendidikan homeschooling, seperti yang disampaikan ibu Wieda sebagai berikut:

“Pada tahun 2013 memutuskan untuk keluar dari pekerjaan, karena

mau jadi ibu rumah tangga sebenarnya dan tidak berencana untuk

berwirausaha, karena anak saya sendiri homeschooling jadi saya kepengen

bisa lebih fokus ke proses belajarnya dia. Awalnya meninggalkan

pekerjaan bukan untuk usaha, memang saya waktu itu mau keluar karena

kami (bu wieda dan suami) memilih untuk tidak mengambil jalur

pendidikan formal, maksud ini keputusan dengan sadar saya tawarkan ke

anak saya dan anak saya mau akhirnya memang saya melihat

konsekuensinya adalah tidak bekerja, jadi alasan saya resign adalah

(20)

pengen fokus aja ke pendidikan anak. Jadi usaha ini sebenarnya bonus dari Tuhan, saya gak nyangka.”

Ibu Theresia:

Ibu Theresia sebelumnya pernah bekerja selama 16,5 tahun sampai dengan pekerjaan terakhir yaitu sebagai asisten manajer akuntansi dan keuangan pada PT Smartfren Telecom Tbk (smartfren) di Indonesia. Ibu Theresia memutuskan untuk berhenti bekerja karena merasa tidak sejalan dengan atasannya, sulitnya mendapatkan ijin serta merasa bahwa perusahaan ditempat ia bekerja sudah tidak sehat selain alasan ketidaknyamanannya tersebut ibu Theresia menjelaskan juga alasannya berhenti bekerja ialah karena ingin mendampingi anakya yang dalam proses memasuki masa remaja. Seperti yang disampaikan oleh ibu Theresiana sebagai berikut:

“Tahun 2011 bulan maret aku mengajukan resign, mula-mula itu alasan pribadi karena tidak sejalan dengan atasan. Saat itu kan kakak ku sakit tetapi ijin untuk ikut mengobati kakak ku ataupun ijin untuk menengok kakak ku susah, yang terakhir yang buat aku resign itu kakak ku meninggal atasan ku yang dari Smartfren yang barusan mengakuisisi itu masa kakak ku meninggal pun ijin tidak masuk tidak boleh. Itu aku sudah menganggap bahwa perusahaan tidak sehat atau aku mempunyai persepsi bahwa atasan saya sudah tidak sehat, jadi saya mengambil keputusan untuk resign itu dari faktor eksternal, dari faktor internal anak ku kan mendekati masa-masa ujian, kebetulan ada konflik internal di keluarga aku tidak mau anak ku kehilangan sosok ayah karena dalam proses pisah. Anak ku kelas 5 sekolah dasar, aku harus mengambil keputusan untuk mendampingi anak ku memasuki masa remaja dan masa kedepannya aku harus mendampingi karena kerjaan ku di smartfren itu tidak memungkinkan aku memberi waktu lebih buat anak ku berangkat itu jam 6 pagi kadang pulang jam 10 jam 11 kadang pernah stgh

12 malam. Faktor eksternal dipicu oleh atasan yang tidak bisa mentolelir

sebuah keadaan”.

(21)

Ibu Devi:

Ibu Devi sebelumnya pernah bekerja selama 4 tahun hingga sampai pada pekerjaan yang terakhir yaitu pada bagian keuangan di Bank Mandiri Syariah.

Memutuskan untuk berhenti bekerja karena cita-cita sebenarnya ingin menjadi wirausaha dan memiliki hobi memasak. Berikut hal yang disampaikan oleh Ibu

Devi:

“Sebenarnya dari dulu dari jaman kuliah, cita-cita emang

mau punya usaha sendiri tapi masih belum tau, mulainya sih dari

jaman kuliah masih wirausaha kecil-kecilan. Terakhir 2012

sebenarnya gini dari 2005 saya sudah punya usaha online sampai

sekarang juga masih jalan jadi saya ekspor handycraft cuman selama

2005 sampai 2013 hanya selepas jam kerja saja saya bisa kerjakan

terus saya mikir ini deh udah saatnya saya harus benar- benar konsen

disini karena gak adil juga buat perusahaan yang saya pake bahwa

saya gak fokus di situ 100% ya memang pas jam kerja pagi memang

saya fokus dipekerjaan itu tapikan selebihnya saya gunakan keluar,

kalau gak keluar gak fokus sendiri kayanya gak kemana-mana nih

usaha. Setelah proses resign 3 bulan, hal yang paling berat bukan

keluar bekerjanya tapi bicara dengan orang tuanya, memberi

pengertian kepada orangtua saya harus keluar (kenapa?) pas itu

karir masih bagus-bagusnya waktu itu saya keluar umur 33 tahun

masih jauh lah karir yang dikejar masih bisa banyak, cuman saya

mikir gak lah saya pengen fokus aja deh dirumah punya usaha sendiri

apapun itu bentuknya. Karena kebetulan saya udah punya anak dua

nih, jadi saya cuman pengen bisa lebih fokus ke anak-anak waktu itu

pertimbanganya, tapi karena saya dari kecil memang apapun

bentuknya berapapun hasilnya saya harus punya penghasilan sendiri

biarpun saya seorang istri, oke berarti saya harus keluar tapi saya

waktu itu saya putuskan keluar saya sudah ada apa yang saya

kerjakan. Jadi saya bukan keluar yang habis itu baru mikir habis itu

mau ngapain ya, jadi waktu itu saya memutuskan untuk keluar dan

(22)

ya berjalan kesini setelah online bisa dikerjakan oleh karyawan, saya mulai ke kuliner untuk kesenangan diri sendiri karena saya seneng masak catering dan disini, karena ya pengen anak-anak yang satu mau kuliah yang satu mau sampe jadi ya sekalian saya mau fokus ke kuliner aja sih”.

Ibu Ipan:

Ibu Ipan sebelumnya adalah seorang sekretaris selama 3,5 tahun di perusahaan PT. Olindo Indonesia di Semarang yang bergerak dibidang ekspor mebel. Ibu Ipan memutuskan untuk berhenti bekerja faktor yang paling utama karena keinginan untuk menikah dan setelah menikah mendapat pekerjaan membantu di suatu gereja serta kesibukannya sebagai ibu rumah tangga yang mengikuti suami sehingga tidak memungkinkan untuk melanjutkan sebagai sekretaris pada perusahaan yang dibilang cukup besar. Berikut hal yang disampaikan oleh ibu Ipan:

“Saya mulai kerja mungkin sekitar tahun 2004 atau 2005, saya lupa, maaf. Kemudian saya memutuskan untuk berhenti kerja karena nomor (1) menikah, (2) waktu itu saya sempat membantu sedikit di gereja setelah saya lepas dari perusahaan yang termasuk besar dan cukup bonafit, saya sempat membantu kerja sosial di gereja setelah itu karena kesibukan sebagai ibu rumah tangga jadi harus ikut suami travelling sehingga saya memutuskan untuk tidak bekerja lagi”.

Ibu Meigi:

Ibu Meigi sebelumnya adalah seorang leader social media management selama 3 tahun pada PT. CIKI (Cipta Karya Indonesia) perusahaan ini bergerak di bidang digital dan terletak di Jakarta. Ibu Meigi memutuskan untuk berhenti bekerja dengan alasan adanya tekanan dari pekerjaannya hal ini lah yang mendorong ibu Meigi untuk keluar dari pekerjaannya. Berikut hal yang disampaikan oleh ibu Meigi:

“Sebenarnya reasonnya, kerjaannya kita ini dituntut untuk

selalu standby 24/7, ya itu bagi kami yang sudah berumah tangga itu

(23)

sebenarnya salah satu alasan yang lumayan berat ya karena kami harus nginap dikantor, pagi harus sudah dikantor sementara kita sudah berkeluarga itu yang pertama, terus yang kedua sebenarnya lebih faktor kita sudah memikirkan ke jenjang yang lebih lanjut dari ilmu yang sudah kita dapat nih selama kita memaintance instagram dari kementrian pariwisata berartikan kita harus bisa merealisasikan si digital marketing di usahanya kita sendiri dan memang kita udah berencana untuk kayak udah punya target sendiri kayak ‘oiya tahun segini kita harus udah punya usaha’ bukannya board terhadap pekerjaan tapi kayaknya emang sudah waktunya selesai kayak mengabdi untuk perusahaan sudah selesai dan sekarang harus mengabdi ke perusahaan sendiri maksudnya membangun usaha sendiri”.

Table 3 Rangkuman Alasan Narasumber Berhenti Bekerja

Nama Alasan Berhenti Bekerja

Ibu Wieda Fokus kepada anak

Ibu Theresia Fokus kepada anak, tekanan dari pekerjaan Ibu Devi Fokus kepada anak, ingin berwirausaha

Ibu Ipan Menikah

Ibu Meigi Keluarga, tekanan dari pekerjaan Sumber: Hasil Wawancara (2019)

Tabel 4.2 menunjukkan alasan-alasan narasumber dalam mengambil keputusan untuk berhenti bekerja diantaranya karena fokus kepada pertumbuhan anak, adanya tekanan dari atasan dan pekerajaan, adanya keinginan berwirausaha, keinginan untuk menikah serta ingin dekat dengan keluarga.

4.3. Faktor-faktor yang Mendorong Narasumber untuk Berwirausaha 4.3.1 Faktor Internal

Faktor internal berwirausaha adalah faktor yang berasal dari dalam

diri individu yang mendorong narasumber untuk berwirausaha. Berikut

faktor-faktor internal yang mendorong narasumber untuk berwirausaha:

(24)

Faktor hobi atau passion dialami oleh 3 narasumber yaitu ibu Theresia, ibu Devi dan Ibu Meigi. Berikut faktor internal yang disampaikan oleh narasumber: Ibu Theresia:

“Sebelum aku punya ide untuk keluar itu aku sudah punya usaha 2009 itu aku mendirikan fotocopy. Ya memang coba selain kerja juga buka usaha.

Dari 2009 saat masih bekerja, dalam perjalanan waktu 2009 itu fotocopy, tapi belum tanah sendiri ketika aku resign terus beli tanah.

2010 tanah dibeli,

2011 resign, 2014 aku mengembangkan usaha mendirikan kost- kostan bangunan nya dari yang tadinya kecil hanya fotocopy menjadi 3 lantai aku buat untuk fotocopy sama kos.”

Ibu Devi:

“Saya harus punya penghasilan sendiri biarpun saya seorang istri, oke berarti saya harus keluar tapi saya waktu itu saya putuskan keluar saya sudah ada apa yang saya kerjakan. Jadi saya bukan keluar yang habis itu baru mikir habis itu mau ngapain ya, jadi waktu itu saya memutuskan untuk keluar dan ya berjalan kesini setelah online bisa dikerjakan oleh karyawan, saya mulai ke kuliner untuk kesenangan diri sendiri karena saya seneng masak catering dan disini, karena ya pengen anak anak yang satu mau kuliah yang satu mau smp jadi ya sekalian saya mau fokus ke kuliner aja sih.”

Ibu Meigi:

“Kita sudah memikirkan ke jenjang yang lebih lanjut dari ilmu

yang sudah kita dapat nih selama kita memaintance instagram

dari kementrian pariwisata berartikan kita harus bisa merealisasikan

si digital marketing di usahanya kita sendiri dan memang kita udah

berencana untuk kayak udah punya target sendiri kayak ‘oiya tahun

segini kita harus udah punya usaha’ bukannya board terhadap

pekerjaan tapi kayaknya emang sudah waktunya selesai kayak

mengabdi untuk perusahaan sudah selesai dan sekarang harus

mengabdi ke perusahaan sendiri.”

(25)

Ibu Ipan:

”Usaha yang saya punya karena passion saya jadi bukan karena

‘oh aku buka café saya harus keluar dari kerja tapi karena itu tadi passion, mungkin saya banyak pengalaman ngopi jadi saya jadi kepengen.”

Faktor nilai-nilai pribadi dialami oleh ibu Devi, berikut faktor internal yang disampaikan:

Ibu Devi:

“Berwirausaha memiliki prinsip ‘perempuan harus mempunyai penghasilan sendiri’ ini saya bicara diri saya sendiri, buat saya perempuan itu harus punya penghasilan bukan masalah besarnya tapi masalah kita punya bargaining power dihadapan siapapun karena di Indonesia ini orang itu, saya lebih kecewa lagi karena mengganggap ibu rumah tangga itu bukan sebuah pekerjaan, karena saya yang dari wanita karir dirumah saya punya asisten rumah tangga begitu saya memutuskan keluar saya tidak punya asisten rumah tangga itu pekerjaan rumah tangga itu paling berat ya itu untuk menghargai diri saya sendiri, saya harus punya penghasilan karena ya itu tadi independen bukan masalah saya tidak membutuhkan pasangan atau penghasilan dari pasangan tapi ada kalanya namanya rumah tangga yang satu sedang tidak ada, yang satu bisa mengbackup.”

Faktor pemberdayaan diri adalah dialami oleh 3 narasumber yaitu ibu Wieda, ibu Devi dan ibu Ipan, berikut faktor internal dari 3 narasumber: Ibu Wieda:

“Karena hobi. Ya, jadi dari awal itu saya karena memang suka bikin kue, saya suka bikin kue”

Ibu Devi:

“Kuliner ini karena memang saya senang masak. Jadi dirumah

sebelum saya buka usaha saya masak dan suami saya sering komplain karena

saya masak selalu banyak, tidak ada yang makan dan akhirnya saya

mengundang teman untuk makan dirumah saya dan teman menyarankaan

untuk kenapa tidak membuka usaha saja kan bisa dinikmati.

(26)

Mulai dari teman yang pesan akhirnya membuka usaha dan dari hobi dan networking yang mendukung”.

Tabel 4 Faktor Internal Berwirausaha

Nama Faktor Internal

Ibu Wieda Hobi atau passion

Ibu Theresia Keinginan berwirausaha

Ibu Devi Hobi, prinsip wanita, keinginan berwirausaha

Ibu Ipan hobi atau passion

Ibu Meigi Keinginan berwirausaha

Sumber: Hasil wawancara (2019)

Tabel 4.3 menunjukkan faktor-faktor internal yang mendorong narasumber untuk berwirausaha diantaranya hobi atau passion yang rata-rata dimiliki oleh para narasumber, nilai-nilai pribadi seperti yang disampaikan oleh salah satu narasumber yaitu memiliki prinsip wanita harus berpenghasilan sendiri, serta pemberdayaan diri yaitu dapat mengelola talenta atau hobi yang ada menjadi sesuatu yang memiliki hasil sehingga memunculkan keinginan untuk berwirausaha.

4.3.2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal berwirausaha adalah faktor yang berasal dari luar diri seseorang yang mendorong narasumber untuk berwirausaha.

Berikut faktor-faktor eksternal narasumber yang mendorong narasumber untuk berwirausaha:

Faktor eksternal lingkungan keluarga dialami oleh ibu Devi dan ibu Ipan, berikut faktor eksternal yang disampaikan:

Ibu Devi:

“Jadi kalau yang kuliner ini awalnya saya senang masak, ibu saya dulu juga

sering terima pesanan kayak gitu jadi dari kecil kita memang terbiasa

atmosfir catering itu udah dari kecil.”

(27)

Ibu Ipan:

“Membuka usaha café ini karena ada dukungan dari nomor 1 suami dan support keluarga sudah pasti.”

Faktor eksternal Lingkungan teman dialami oleh ibu Wieda dan Ibu Meigi, berikut faktor ekternal yang disampaikan:

Ibu Wieda:

“Suami bilang “kamu itu bikin kue terus yang mau makan siapa”, dari situ mulai teman-teman mulai ada permintaan “wid, kamu tu mbok jualan. Masa kalo kami pengen makan kue mu masa harus minta, maksudnya kalo kamu jual kita kan kita kalo mau pesan tu enak. Yaudah terus itu saya mulai jualan ke teman-teman gereja teman-teman facebook, awalnya dari situ, usaha juga berjalan karena ada dukungan dari suami yang dulu kerja disebuah kantor asuransi kemudian menjalankan kesini lebih fokus kesini, jadi sekarang lebih banyak yang pegang produksi suami sampe sekarang.”

Ibu Meig:

“Awalnya saya memang suka memasak kue dan pada saat itu ada event yang dikelola teman saya namun dari permintaan event tersebut bukanlah kue. Dari situ saya memikirkan apa yang harus saya masak. Dan dari situlah saya membuat sego mangkok cici. Dan sego mangkok itu berjalan sampai saat ini.”

Faktor eksternal peluang usaha, adanya peluang usaha yang didapat dari suatu hobi seperti salah satu narasumber yaitu ibu Ipan yang memiliki kesenangan menikmati kopi disebuah kafe dan kemudian hal tersebut menjadikan kesempatan untuk dapat membuka usaha yang sejalan dengan kesenangan hal ini juga disertai dengan adanya kesempatan.

Peluang usaha juga dirasakan bagi ibu Theresia yang saat membuka usaha

yang pertama dengan melihat prospek usaha yang dibangun dan

kemudian ada kesempatan untuk dapat mengembangkan usaha. Berikut

faktor eksternal yang disampaikan:

(28)

Ibu Ipan:

“Sebenarnya usaha ini karena accidently, accidently go into coffee bussiness, jadi pada awalnya karena kami suka ngopi. Waktu itu karena kami masih berdua belum punya anak jadi saya dan suami selalu menghabiskan waktu hangout ke luar rumah dan kami pergi ke cafe, coffee shop, kan lebih gampang untuk, apa ya, ngobrol santai, ngopi sama snack misalkan starbucks, dan lama-lama kami berpikiran untuk kenapa ya kita tidak save cost untuk spending di luar tapi kita tetep bisa menikmati coffee.”

Ibu Theresia:

“Dalam perjalanan waktu 2009 itu fotocopy, tapi belum tanah sendiri ketika aku resign terus beli tanah. 2010 tanah dibeli, 2011 resign, 2014 aku mengembangkan usaha mendirikan kost-kostan bangunannya dari yang tadinya kecil hanya fotocopy menjadi 3 lantai, aku buat untuk fotocopy sama kost.”

Table 5 Faktor Eksternal Berwirausaha

Nama Faktor Eksternal

Ibu Wieda Permintaan teman, dukungan keluarga

Ibu Theresia Melanjutkan usaha

Ibu Devi Melanjutkan usaha

Ibu Ipan Peluang usaha, peran suami

Ibu Meigi Permintaan teman

Sumber: Hasil wawancara (2019)

Tabel 4.4 menunjukkan faktor-faktor eksternal yang mendorong

narasumber untuk berwirausaha diantaranya faktor eksternal lingkungan

teman yaitu karena adanya permintaan dari teman yang ada di lingkungan

narasumber, adanya peluang usaha yang didapat dari suatu hobi seperti salah

satu narasumber yang memiliki kesenangan menikmati kopi disebuah kafe

dan kemudian hal tersebut menjadikan kesempatan untuk dapat

membuka usaha yang sejalan dengan kesenangan hal ini juga disertai

dengan adanya kesempatan, faktor eksternal lainnya yaitu dukungan dari

lingkungan keluarga yang mendorong seseorang atau wanita untuk

(29)

berwirausaha. Dari penjelasan faktor internal dan eksternal yang sudah di lampirkan di atas maka dapat dikatakan tidak semua wanita yang telah mengambil keputusan untuk berhenti bekerja itu memiliki arah yang jelas.

Para wanita tidak perlu merasa khawatir jika harus berhenti bekerja dikarenakan wanita cenderung memiliki hobi yang bisa dimanfaatkan untuk membuka usaha seperti menjual makanan dan minuman, serta dapat memanfaatkan peluang untuk berwirausaha. Rizal, Setianingsih, & Chandra (2016) menyatakan suatu usaha kecil mampu dijadikan alternatif bagi setiap individu untuk dapat dijadikan pilihan dalam penciptaan lapangan pekerjaan baru. Hal ini membuktikan bukan hanya pemanfaatan bagi diri sendiri tetapi juga dapat memberikan manfaat bagi orang banyak.

4.4. Manfaat dalam Berwirausaha

Berwirausaha memiliki banyak manfaat yang terbagi menjadi tiga aspek yaitu aspek dari individu itu sendiri, aspek ekonomi, serta aspek sosial. Seluruh narasumber mengatakan bahwa manfaat yang didapat dari berwirausaha sangat berdampak bagi kehidupan mereka seperti adanya kebebasan waktu. Manfaat yang dialami Ibu wieda yaitu beliau mengaku dalam segi waktu lebih nyaman, dari segi keuangan beliau mengaku meningkat, serta dari segi sosial beliau mengaku bisa bermanfaat bagi orang lain.

Ibu Wieda:

Ibu Wieda merasakan manfaat berwirusaha bagi individu atau bagi dirinya sendiri bahwa merasa dapat terus belajar sehingga hasil dari belajar itu menimbulkan adanya pengembangan terhadap dirinya, seperti hal yang dikemukakan oleh ibu Wieda:

“Manfaatnya kalau saya sih merasa bahwa saya harus terus belajar akhirnya pengembangan diri, itu menjadi manfaat yang saya terima.”

Manfaat berwirausaha dalam aspek ekonomi juga dirasakan oleh ibu Wieda.

Ibu Wieda merasa saat berwirausaha pendapatannya jauh lebih besar, berikut

hal yang dikemukakan oleh ibu Wieda:

(30)

“Dari segi finansial sendiri jauh lebih besar. Saat berwirausaha hasilnya didapatkan setiap hari berbeda saat bekerja yang harus menunggu disetiap bulannya dan memiliki toko pribadi.”

Dalam aspek sosial juga dirasakan oleh ibu Wieda yaitu lebih bermanfaat bagi orang lain bukan hanya memenuhi kebutuhan keluarganya tetapi dapat memenuhi kebutuhan karyawan juga merasakan manfaat sosial dari segi waktu, seperti hal yang dikemukakan oleh ibu Wieda:

“Kalau dari segi sosial sendiri bisa memperkerjakan orang, karyawan saya itu pertama cerita pernah hidup dengan nasi dan garam saja, Dia anak SMP hanya bikin anyaman pindang dihargai seratus anyaman pindang diharaga hanya Rp.8000.- terus saya tarik untung menjadi karyawan saya dan beberapa lama bekerja dengan saya, sudah bisa ambil kredit motor.

Dari segi waktu juga lebih enak, bisa bertemu keluarga dan orang-orang sekitar.”

Secara spiritual, ibu Wieda juga merasakan manfaat yang didapat dari berwirausaha. Seperti hal yang dikemukakan oleh ibu Wieda:

“Dan saya ngerasa secara spiritual kalo kerja, kerja bantingan hasil tetap ini artinya ketergantungan sama Tuhan hanya biasa saja, berbeda saat memiliki usaha yang saya rasa lebih berketergantungan sama Tuhan. Hal ini secara spritualitas meningkat, itu karena memang bergantung penuh dengan Tuhan.”

Ibu Theresia juga mengalami hal yang sama dengan ibu Wieda dalam segi individu waktu yang lebih banyak untuk diri sendiri dan keluarga, meningkatnya dari segi ekonomi serta adanya manfaat dari segi sosial.

Ibu Theresia:

Manfaat berwirausaha dirasakan oleh ibu Theresia yaitu bagi individu atau bagi dirinya sendiri yaitu lebih banyak memiliki waktu bagi diri sendiri dan dapat mengatur semua yang diinginkan tanpa ada tekanan, seperti hal yang dikemukakan oleh ibu Theresia:

“Secara individu aku mempunyai waktu untuk diri ku sendiri dan

aku bisa mengatur waktu istirahatku.”

(31)

Hal yang juga disampaikan oleh ibu Theresia tentang manfaat berwirausaha dalam aspek ekonomi yaitu seiring dengan adanya pengembangan usaha, ibu Theresia merasakan aset yang dimilikinya bertambah. Seperti hal yang dikemukakan oleh ibu

Theresia:

“Kalau dilihat secara materi keuntungan sudah jelas dengan bertambahnya usaha dengan pengembangan usaha, bertambahnya asset yaitu toko fotocopy, tanah dan bangunan. Secara finansial sudah pasti bisa menghidupi aku dan keluargaku.”

Bukan hanya manfaat bagi individu dan aspek ekonomi yang dirasakan, ibu Theresia juga merasakan manfaat berwirausaha dalam aspek sosialnya, ia mengatakan lebih memiliki waktu untuk bersosialisasi dengan keluarga dan dengan orang-orang yang berada disekitarnya. Seperti hal yang dikemukakan oleh ibu

Theresia:

“Saat ini aku bisa mengatur waktu ku buat keluarga seperti memiliki waktu yang lebih untuk ngobrol bersama anak ku, untuk bicara dari hati ke hati untuk memperhatikan kebutuhan anak ku secara lebih detail dan aku bisa punya waktu untuk sosialisasi dengan tetangga dengan kelompok sosial yang lain. Waktu menjadi sangat berharga banget, selain waktu yang lebih dirasakan juga bisa membuka lapangan pekerjaan bagi orang lain contohnya aku memberikan lapangan kerja baik karyawan langsung atau supplier ku karena usaha yang dibangun adalah fotokopi, kost dan es degan yang membutuhkan supplier.”

Manfaat berwirausaha dalam aspek spiritual juga dirasakan oleh ibu Theresia, saat bekerja ia tidak memiliki waktu yang lebih untuk dapat beribadah dan ketika ia memutuskan fokus berwirausaha ia memiliki waktu yang lebih untuk dapat beribadah bahkan menjadi bagian dari pengurus organisasi dalam lingkungan agama. Seperti hal yang dikemukakan oleh ibu Theresia:

“Saat ini aku juga bisa punya waktu untuk beribadah dan menjadi

pengurus dalam lingkungan agama yang dianut.”

(32)

Berwirausaha juga memberikan manfaat bagi ibu Devi dalam segi individu merasakan adanya waktu untuk dapat mengeksplor diri, peningkatan pendapatan serta dalam manfaat dalam aspek sosial.

Ibu Devi:

Bagi individu, ibu Devi merasakan manfaat berwirausaha yaitu ia merasa dapat mengeksplor dirinya. Seperti hal yang dikemukakan oleh ibu Devi:

“Saya punya waktu banyak untuk mengeksplor diri saya sendiri dalam artian saya bisa membaca banyak hal bisa berbagi seperti ini dengan siapapun yang datang ke tempat usaha makanan yang saya bangun.”

Sedangkan dalam aspek ekonomi, ibu Devi merasa berwirausaha pasti mendapatkan keuntungan yang lebih mengingat usaha yang dibangun terbilang cukup lama. Seperti hal yang dikemukakan oleh ibu Devi:

“Kalau dari segi finansial keuntungannya pasti ada ya, bisa punya tempat sendiri walau sederhana namun memiliki letak yang strategis.”

Aspek sosial pun dirasakan oleh ibu Devi yaitu dapat membuka lapangan pekerjaan. Seperti hal yang dikemukakan oleh ibu Devi:

“Manfaat berwirausaha yang saya rasakan, pasti bisa membuka lapangan pekerjaan buat orang lain.”

Manfaat berwirausaha yang dirasakan oleh ibu Ipan jika dalam segi pendapatan tidak terlalu menujukkan pendapatan yang stabil, dalam segi individunya lebih banyak mengenal orang dan segi sosial yang juga sama dengan narasumber lainnya bisa memberikan lapangan pekerjaan bagi orang lain.

Ibu Ipan:

Manfaat berwirausaha dirasakan oleh ibu Ipan dari segi individu, ia merasa bahwa berwirausaha ini dirinya dapat lebih dikenal oleh orang banyak. Seperti hal yang dikemukakan oleh ibu Ipan:

“Saat ini yang dirasa, banyak orang yang lebih mengenal kita jadi kita punya banyak koneksi.”

Usaha yang dibangun ibu Ipan terbilang cukup baru sehingga manfaat

dalam aspek ekonomi terbilang belum stabil dan belum merasakan

keuntungan yang signifikan. Seperti hal yang dikemukakan oleh ibu Ipan:

(33)

“Kalo bisnisnya sukses pemasukannya banyak otomatis kehidupan lebih baik secara ekonomi, kalo pendapatan oke otomatis kita oke kalo pendapatan gak oke otomatis kita tombok.”

Manfaat berwirausaha dalam aspek sosial dirasakan oleh ibu Ipan, ia dapat membuka lapangan pekerjaan bagi orang lain bagi orang yang ada di sekitar lokasi usahanya seperti tetangga meskipun karyawannya merupakan karyawan part-time, bukan hanya dapat membuka lapangan pekerjaan bagi orang lain tetapi usaha yang dibangun juga bermanfaat untuk menghidupkan lingkungan disekitar lokasi usaha. Seperti hal yang dikemukakan oleh ibu Ipan:

“Saya rasakan dapat menciptakan lapangan pekerjaan buat tetangga kemudian lingkungan kita bisa menghidupkan lingkungan. Jadi taunya orang gendongan sepi mungkin jadi sedikit lebih rame dengan adanya orang yang lalu lalang ke Valhala.”

Ibu Meigi mengalami manfaat dalam segi individu yaitu kebebasan dan lebih bisa berinovasi, aspek sosialnya ibu Meigi merasakan bisa lebih mengenal orang banyak. Berikut pernyataan dari ibu Meigi:

Ibu Meigi:

Manfaat berwirausaha dirasakan oleh ibu Meigi dari segi individu yaitu ia lebih merasa bebas dan dapat mengeksekusikan ide yang dimiliki.

Seperti hal yang dikemukakan oleh ibu Meigi:

“kebebasan kalo wirausaha, dari individu tapi yang pasti manfaatnyaadalah kita lebih bisa berinovasi yang paling penting adalah kebebasan.”

Karena usaha yang dibangun oleh ibu Meigi masih terbilang cukup baru, manfaat yang dirasakan dalam aspek ekonomi masih terbilang belum memenuhi target yang diinginkan, ia hanya merasakan manfaatnya yaitu lebih mampu memanajemen keuangan dengan lebih baik, seperti hal yang dikemukakan oleh ibu Meigi:

“Sisi keuangan, kalo keuangan manfaatnya yang pasti kita bisa jauh

lebih bersyukur sih, jadi misalnya mengelola keuangan dalam hal

pendapatan maka uang yang harus dikeluarkan harus ditentukan.

(34)

Manfaatnya mungkin manajemen keuangannya lebih baik dibandingin kita bekerja.”

Meskipun manfaat dalam aspek ekonomi saat berwirausaha ibu Meigi belum merasakan manfaat yang signifikan tetapi dalam hal aspek sosial ia dapat merasakannya yaitu dapat mengenal setiap orang yang ditemui dalam lingkup usahanya. Seperti hal yang dikemukakan oleh ibu Meigi:

“Kalau wirasuaha, kita lebih mengenal pribadi orang sih. Kita jauh lebih mengenal pribadi orang bukan cuman dari curhatan tapi sebagai sesama pengusaha. Ternyata pengusaha A bisa seperti ini ya, si pengusaha b seperti ini, si pengusaha c seperti ini. Dengan begitu kita mengetahui tipe- tipe pengusaha seperti apa.”

Wanita wirausaha merasakan manfaat dalam berwirausaha, merasakan peningkatan akan kualitas hidupnya dalam segi waktu yang lebih bebas dan fleksibel sehingga dapat mengatur waktu bekerja tanpa harus terikat dengan waktu, berbeda saat bekerja di sebuah perusahaan yang minimal kerjanya 8 jam bahkan 24/7 hari kerja dan tidak memiliki waktu sekalipun hanya untuk diri sendiri.

Aspek lingkungan dirasakan oleh satu narasumber mengaku dengan adanya usaha yang dibangun dapat menghidupkan suatu lingkungan sehingga lingkungan yang awalnya sepi dengan adanya usaha lingkungan mulai ramai dan usaha yang dibangun dapat dikenal orang banyak, hal ini juga dapat meningkatkan aspek finansial dan sosial dari narasumber.

Aspek spiritual juga dirasakan oleh dua narasumber lebih meningkat.

Berwirausaha memberikan waktu yang lebih sehingga narasumber dapat mengatur waktunya kapan saja untuk dapat beribadah, berwirausaha juga meningkatkan kepercayaan dan berketergantungan dengan Pencipta.

Berbeda saat bekerja dulu, yang memiliki waktu terbatas dan hanya dihabiskan waktunya untuk bekerja.

Sebagai wanita wirausaha waktu yang fleksibel sangat dibutuhkan apalagi wanita yang berperan sebagai ibu rumah tangga, waktu bagi keluarga sangat diperlukan baik mendampingi suami ataupun mengurus anak.

Wirausaha wanita diartikan sebagai wanita atau sekumpulan wanita yang

(35)

mengatur, memulai, serta mengoperasikan perusahaan bisnis. Hal ini, untuk menjadi wanita wirausaha harus cerdik dalam pembagian waktu baik untuk pekerjaan atau bagi rumah tangga, mengingat wanita memiliki peran ganda dalam kehidupan ini (Munfaqiroh, 2016).

Table 6 Rangkuman Manfaat Berwirausaha

Nama

Manfaat Berwirausaha Bagi Individu Aspek

Ekonomi

Aspek Sosial Aspek Spiritual

Ibu Wieda

Pengembangan diri.

Pendapatan besar, memiliki toko pribadi.

Dapat membuka lapangan pekerjaan, memiliki waktu bersosialisasi

dengan keluarga dan orang-orang

disekitarnya.

Ketergantungan dengan Tuhan meningkat.

Ibu Theresia

Memiliki waktu yang lebih untuk diri sendiri, dapat mengatur segala sesuatunya sendiri.

Usaha berkembang, aset bertambah memiliki toko fotocopy, tanah dan bangunan.

Dapat membuka lapangan pekerjaan, dapat bersosialisasi dengan keluarga dan lingkungan tempat tinggal.

Memiliki waktu yang

lebih untuk beribadah, dapat

mengikuti kepengurusan agama.

Ibu Devi

Dapat mengeksplor diri.

Pendapatan besar,

tempat makan yang

dimiliki secara pribadi.

Dapat membuka lapangan pekerjaan.

-

Ibu Ipan

Dapat mengenal banyak orang dan koneksi yang baik dengan orang lain

Belum merasakan manfaat dalam segi ekonomi, karena usaha yang di

jalankan masih terbilang baru.

Dapat membuka lapangan pekerjaan.

-

Ibu Meigi

Mendapatkan kebebasan, dapat mengatur segala

sesuatunya sendiri.

Belum merasakan manfaat dalam segi ekonomi karena usaha yang di

jalankan masih terbilang baru.

Dapat mengenali pribadi setiap orang yang ada dalam lingkup usaha.

-

Sumber: Hasil wawancara (2019)

(36)

Tabel 4.5 menunjukkan adanya manfaat yang dirasakan dari berwirausaha dan berdampak pada kualitas hidup para narasumber yang sebelumnya bekerja kemudian memutuskan untuk berhenti bekerja dan beralih berwirausaha. Dalam segi kehidupan sosial dan individu mengalami peningkatan seperti memiliki waktu yang lebih dengan keluarga dapat membuka lapangan pekerjaan bagi orang lain dan dapat mengenal pribadi setiap orang yang ada dalam ruang lingkup usaha yang dibangun narasumber, dari segi ekonomi pun juga mengalami peningkatan meskipun ada beberapa narasumber menyatakan bahwa pendapatan bekerja dan berwirausaha berbeda jauh lebih tinggi saat bekerja meskipun belum merasakan manfaat dalam aspek ekonomi secara signifikan tetapi dengan keoptimisan narasumber maka target dalam aspek ekonomi dapat dicapai oleh narasumber. Hal ini para narasumber mengatakan pilihannya menjadi wirausaha sudah dirasa tepat dan berkeinginan untuk lebih mengembangkan usahanya.

4.5. Pembahasan

Hasil dari penelitian ini, mengungkapkan bahwa alasan narasumber berhenti dari pekerjaan dan beralih berwirausaha sebagian besar karena ingin lebih fokus mengurus anak, hal ini dikarenakan para narasumber adalah seorang ibu rumah tangga. Alasan lainnya berhenti dari pekerjaan juga dikarenakan adanya keinginan berwirausaha, seperti yang diungkapkan beberapa dari narasumber yang memiliki cita-cita untuk menjadi wirausaha dan sudah memiliki usaha sebelum keluar dari pekerjaan disuatu perusahaan.

Usaha atau bisnis yang dijalankan oleh narasumber rata-rata langsung kepada

bisnis yang professional sehingga modal yang dikeluarkan terbilang cukup

besar dan lama usaha yang dijalankan sebagian besar narasumber masih

terbilang baru kurang dari 4 tahun dan masih berjalan hingga saat ini. Jenis

usaha yang dijalankan narasumber rata-rata bergerak dibidang kuliner

yaitu seperti kedai makanan, catering, toko roti serta hanya satu orang

yang juga memiliki usaha dibidang jasa seperti fotokopi dan kost-kostan.

Gambar

Tabel 1 Daftar Narasumber
Tabel 2 Profil Narasumber
Tabel  4.1  dapat  ditarik  kesimpulan  seluruh  narasumber  merupakan  lulusan  sarjana  dan  memiliki  pendidikan  yang  tinggi,  hal  ini  menunjukkan  orang-orang  yang  memiliki    pendidikan    tinggi    dapat    memilih    sebuah   pekerjaan    yang
Table 3 Rangkuman Alasan Narasumber Berhenti Bekerja
+5

Referensi

Dokumen terkait

PSEKP selain merupakan institusi penelitian dan kebijakan di Indonesia yang sangat responsif dalam melakukan kajian sosial ekonomi dan kebijakan pertanian dan telah banyak

Orang yang diselundupkan, yang ingin tiba di sebuah negara tujuan saat jalur-jalur migrasi yang resmi telah tertutup, mungkin mengikatkan diri ke dalam sebuah kontrak yang ia

Dengan hasil penelitian ini dapat dilihat keakuratan diagnostik potong beku, sitologi imprint intraoperasi, dan gambaran USG pada pasien dengan diagnosa tumor ovarium untuk

Pemodelan penyelesaian permasalahan penjadwalan ujian Program Studi S1 Sistem Mayor-Minor IPB menggunakan ASP efektif dan efisien untuk data per fakultas dengan mata

Asumsi pentingnya adalah small economy dengan perfect capital mobility .Model Mundell-Fleming menunjukkan efek kebijakan ekonomi (economy policy) pada perekonomian

Skripsi yang berjudul LAYANAN BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP KESULITAN BELAJAR SISWA KELAS VIII OLEH GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DI MTsN BANJAR SELATAN 1 JALAN

Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mencegah virus Covid-19 adalah dengan menerapkan perilaku Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di mana dalam penerapannya

Berdasarkan komposisi patotipe Xoo pada pertanaman MH 2014/2015, rekomendasi perbaikan teknologi pengendalian penyakit HDB pada periode tanam awal dan pertengahan yaitu menanam