• Tidak ada hasil yang ditemukan

KELANGSUNGAN HIDUP PLASMA NUTFAH MIKROBA Pseudomonas SPP. SETELAH PENYIMPANAN JANGKA LAMA PADA SUHU KAMAR DAN -15 C

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KELANGSUNGAN HIDUP PLASMA NUTFAH MIKROBA Pseudomonas SPP. SETELAH PENYIMPANAN JANGKA LAMA PADA SUHU KAMAR DAN -15 C"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

KELANGSUNGAN HIDUP PLASMA NUTFAH MIKROBA

Pseudomonas SPP. SETELAH PENYIMPANAN JANGKA

LAMA PADA SUHU KAMAR DAN -15

°

C

(Viability of Pseudomonas spp. After Long Term Storage at Room

Temperature and -15

°

)

SITI CHOTIAH

Balai Besar Penelitian Veteriner, Jl. R.E. Martadinata No. 30, Bogor 16114

ABSTRACT

A wide variety of techniques is used for the preservation of microbes and it may be difficult to choose the most suitable way for a particular microbes. The preservation method used should minimize loss of viability during processing and storage, so that after preservation, cultures will survive for long periods. Survival of lyophilized Pseudomonas spp.after long term storage at room temperature and -15°C have been evaluated for achieving the suitable and efficient monitoring in the microbial germ plasma preservation. A total of 45 lyophilized samples of seven Pseudomonas aeruginosa collections, two Pseudomonas fluorescens collections and one Pseudomonas stutzeri collection prepared in vaccum glass ampoules, stored for more than 16 years at different temperatures were grown on specific medium and identified for the bacterial species. The results showed that four of ten (40%) collections and eight of ten (80%) collectionsof Pseudomonas spp. were still viable to life after storing at room temperature and -15°C during 16 until 23 years respectively. All of Pseudomonas fluorescens collections were not survived after 16 years of storage at above both temperatures. There was indicated that survival of lyophilized Pseudomonas spp.after long term storage at -15°C is better than at room temperature.

Key Words: Survival, Pseudomonas spp., Storage Temperature, Lyophilized

ABSTRAK

Banyak teknik telah digunakan untuk preservasi mikroba dan terkadang sulit menentukan teknik yang sesuai dan tepat untuk mikroba tertentu. Metode preservasi yang digunakan harus meminimalkan kehilangan viabilitas selama proses dan penyimpanan, sehingga setelah preservasi kultur akan hidup untuk waktu yang lama. Kelangsungan hidup Pseudomonas spp.setelah penyimpanan jangka waktu lama pada suhu kamar dan -15°C telah dievaluasi untuk mendapatkan cara pemantauan yang tepat dan efisien dalam pelestarian plasma nutfah mikroba. Sebanyak 45 sampel biakan kering di dalam kemasan ampul gelas dalam kondisi vakum berasal dari 7 koleksi Pseudomonas aeruginosa, 2 koleksi Pseudomonas fluorescens dan 1 koleksi Pseudomonas stutzeri yang disimpan lebih dari 16 tahun pada 2 suhu yang berbeda telah ditumbuhkan dalam medium khusus, kemudian diuji viabilitas, kemurnian dan diidentifikasi sampai spesies. Hasil menunjukkan bahwa 4 dari 10 (40%) dan 8 dari 10 (80%) koleksi biakan Pseudomonas spp.masih bertahan hidup setelah disimpan masing-masing pada suhu kamar dan suhu -15°C selama 16 sampai 23 tahun. Semua koleksi Pseudomonas fluorescens tidak ada yang dapat mempertahankan hidup baik disimpan pada suhu suhu -15°C atau suhu kamar setelah disimpan selama 16 tahun. Kelangsungan hidup koleksi biakan Pseudomonas spp. pada suhu simpan -15°C lebih lama dibandingkan pada suhu kamar.

Kata Kunci: Kelangsungan hidup, Pseudomonas spp., Suhu Simpan, Liofilisasi

PENDAHULUAN

Berbagai macam metode yang dipakai dalam preservasi mikroba yang dilakukan dalam koleksi kultur adalah metode subculture,

drying, freeze-drying dan freezing. Akan tetapi tidaklah mudah dalam memilih metode yang terbaik untuk keperluan tertentu. Penentuan teknik pengawetan atau penyimpanan mikroba memerlukan penelitian yang rumit, jangka

(2)

waktu lama, perlu pemantauan dan dana yang besar. Hal itu berkaitan dengan dua hal penting dari tujuan pemilihan metode pemeliharaan mikroba adalah menghasilkan angka kelangsungan hidup yang maksimal dan menjaga stabilitas sifat genetiknya. Menurut SNELL (1991) pemilihan metode preservasi mikroba ditentukan sendiri oleh koleksi kultur masing-masing berdasarkan kemampuan fasilitas yang ada dan dana yang tersedia. Metode freeze-drying dipakai dalam konservasi sebagian besar koleksi mikroba di BBalitvet

Culture Collection (BCC), termasuk diantaranya adalah koleksi mikroba bakteri

Pseudomonas spp.

Genus Pseudomonas termasuk dalam famili Pseudomonadaceae. Pseudomonadaceae dan genus lain bersama organisme tertentu dikenal sebagai Pseudomonad. Istilah Pseudomonad ditujukan pada bakteri yang memiliki perlengkapan fisiologik yang sama dengan bakteri genus Pseudomonas. Beberapa dari bakteri-bakteri ini pada awalnya termasuk dalam genus Pseudomonas tetapi kemudian dipindahkan ke genus atau famili lain karena jauhnya jarak filogenetik mereka dari genus

Pseudomonas (TODAR, 2008). Belakangan ini beberapa spesies bakteri telah ditetapkan kembali taksonominya berdasarkan analisa skuen 16SrRNA (ANZAIet al., 2000), hasilnya strain-strain yang dulunya diklasifikasikan kedalam genera Cryseomonas dan Flavimonas

sekarang termasuk dalam genus Pseudomonas

dan strain-strain lain yang belakangan ini diklasifikasikan kedalam genus Pseudomonas

sekarang diklasifikasikan ke dalam genera

Burkholderia (contoh: Burkholderia pseudomallei, Burkholderia mallei dan

Burkholderiacepacia) dan Ralstonia.

Karakteristik genus Pseudomonas (P) yaitu bentuk batang, gram-negatif, bergerak dengan satu flagela atau lebih, aerob walaupun beberapa spesies ditemukan fakultatif anaerob (contoh: P. aerugenosa), tidak membentuk spora dan katalase positif (PALLERONI, 1984). Karakteristik lain yang cenderung pada spesies tertentu misalnya menghasilkan pigmen pioverdin (fluoresen), piosianin, piorubin dan piomelanin. Piosianin, piorubin dan piomelanin tidak berfluoresensi dan larut dalam air. Beberapa spesies tertentu menghasilkan pigmen yang larut dalam air, ditemukan secara luas di tanah, air, tumbuhan dan hewan.

Beberapa spesies yang bersifat patogen pada manusia adalah P. oryzihabitans, walaupun infeksinya jarang dan dapat menyebabkan peritonitis (LEVITSKI-HEIKKILA dan ULLIAN, 2005), endoftalmitis (YU dan FOSTER, 2002), septikemik dan bakteriemik. Gejala tersebut mirip dengan yang diakibatkan oleh infeksi P. luteola (KODAMAet al., 1985).

P. aerugenosa merupakan spesies yang bersifat

oportunis patogen pada manusia (JAWETZ et

al., 2001), saluran pernafasan merupakan target infeksi yang khas (contoh: pada pasien cystic fibrosis) yang akan menyebabkan pnemonia bakterial (ELKIN dan GEDDES, 2003). P. plecoglossicida (NISHIMORI et al., 2000) bersifat patogen pada ikan, menyebabkan hemoasites dan P. anguilliseptica (LOPEZ -ROMALDE et al., 2003). Sedangkan yang bersifat patogen pada tanaman diantaranya P. syringae, P. tolaasii (BRODEY, et al., 1991) dan P. agarici (YOUNG, 1970).

Pemanfaatan plasma nutfah mikroba genus

Pseudomonas berperan dalam 3 lingkup: (1) Pertanian, contoh: P. fluorescens sebagai agen kontrol biologi/biopestisida (HAAS dan DEFIAGO, 2005) dan sebagai pupuk hayati/biofertilizer (GOMAA et al., 2006). (2) Kesehatan, contoh: P. aerugenosa dipakai sebagai vaksin (ZAIDIet al., 2006; MANSOURI

et al., 1999) disebabkan meningkatnya kasus terjadi resistensi bakteri tersebut terhadap antibiotik (VAN-ELDERE, 2003). (3). Lingkungan berperan sebagai bioremediasi karena mampu mendegradasi polutan kimia yang menyebabkan lingkungan tidak aman, contoh: P. stutzeri mendegradasi karbon tetrachlorida (TORRES, 1999) dan P. alcaligenes

mendegradasi hidrokarbon (O’MAHONYet al., 2006).

Sumber daya alam yang berupa mikroba potensial unggul perlu di lestarikan untuk dimanfaatkan demi kesejahteraan manusia. Perlu diketahui oleh pemerintah agar mikroba potensial yang digunakan untuk menghasilkan suatu produk, harus dijaga agar tetap stabil adalah mikroba yang berperan tersebut perlu dikonservasi. Hal ini dapat dilakukan dengan menyimpan atau menitipkan mikroba tersebut di suatu koleksi biakan agar tetap terpelihara dengan baik dan dikelola secara profesional, sehingga sifat-sifatnya tidak berubah.

Memelihara viabilitas atau daya hidup mikroba yang dikonservasi secara eks situ pada

(3)

suatu koleksi biakan merupakan bagian penting didalam sistem pelestarian. Suatu koleksi biakan mikroba harus memberikan jaminan bahwa koleksi tersedia dalam keadaan murni, viabilitas baik dan perubahan karakter seminimal mungkin apabila suatu saat diperlukan. Oleh karena itu, kontrol kualitas (uji viabilitas, kemurnian dan reidentifikasi) dari koleksi harus selalu dipantau secara rutin sesuai dengan karakter dari masing-masing koleksi itu sendiri, kemampuan fasilitas, penguasaan teknologi dan ketersediaan tenaga yang terampil dan tekun. Berbagai metode yang ada dalam konservasi mikroba akan tetapi setiap koleksi kultur menentukan sendiri cara mana yang paling tepat sehubungan dengan fasilitas yang ada dan dana yang tersedia (SNELL, 1991).

Preservasi dengan metode freeze-drying

menggunakan medium preservan 7,5% glukosa serum (LAPAGE et al., 1970) terhadap koleksi biakan Pseudomonas spp. di BCC. Proses

freeze-drying menggunakan mesin Edwards EF4 Medulyo freeze-drier (Manor Royal, Crawley, West Sussex, U K) dilakukan pada suhu –40°C dengan dua tahapan pengeringan. Pada tahapan pertama menggunakan sentrifuge sampai tekanan mencapai 6,7 mbar, tahapan ini terus berlanjut hingga mencapai tekanan 1,3 x 10-1 mbar. Kemudian koleksi disimpan di dua tempat yang berbeda yaitu pada suhu kamar dan dalam freezer suhu -15°C. Setelah konservasi selama 16 sampai 23 tahun dilakukan evaluasi kelangsungan hidup koleksi biakan tersebut.

Tulisan ini bertujuan untuk mengevaluasi kelangsungan hidup plasma nutfah mikroba

Pseudomonas spp. dalam konservasi eks situ jangka lama di suatu koleksi biakan untuk mendapatkan cara pemantauan yang tepat dan efisien dalam melestarikannya.

MATERI DAN METODE Biakan Pseudomonas aeruginosa, Pseudomonas flurescens dan Pseudomonas stutzeri

Sebanyak 45 sampel biakan plasma nutfah mikroba Pseudomonas spp.di dalam kemasan ampul gelas dalam kondisi hampa udara yang berasal dari 7 koleksi P. aeruginosa, 2 koleksi

P. fluorescens dan 1 koleksi Pseudomonas

stutzeri yang disimpan pada suhu kamar tanpa pendingin dan suhu -15°C, telah digunakan sebagai bahan penelitian. Biakan-biakan mikroba tersebut merupakan koleksi BCC yang telah disimpan selama 16 sampai dengan 23 tahun dengan metode preservasi freeze drying

menggunakan medium preservan 7,5% glukosa serum. Sampel diambil secara acak dari masing-masing tanggal proses freeze drying

(nomor batch) dari setiap koleksi sebanyak 20% dari stok yang ada di BCC.

Uji pertumbuhan dan reidentifikasi

Masing-masing sampel ampul dicatat nomor koleksi dan tanggal proses freeze-drying

(nomor batch). Kondisi fisik ampul diperiksa dan bagian luarnya dibersihkan dengan alkohol 70%. Membuka ampul dilakukan di dalam ruang biohazard, dengan bagian ampul yang terbuka diletakkan pada nyala api, kemudian 0,5 ml larutan salin fisiologis steril dimasukkan ke dalam ampul, isi ampul dilarutkan. Suspensi isi ampul dibiakkan pada lempeng agar darah yang mengandung 5% darah domba dan diinkubasikan pada suhu 37°C selama 24 – 48 jam. Koloni murni yang tumbuh diidentifikasi menurut prosedur BARROW dan FELTHAM (2003) dan CARTER (1973). Identifikasi tahap pertama diuji dengan pewarnaan Gram, pergerakan dalam medium semi solid, dan aktifitas enzim katalase dan oksidase. Tahap kedua dilakukan uji terhadap: reduksi nitrat menjadi nitrit, pembentukan indol, fermentasi glukosa, hidrolisis arginin, aktifitas enzim urease, hidrolisis eskulin, hidrolisis gelatin, aktifitas enzim β galaktosidase, asimilasi glukosa, arabinosa, mannosa, manitol, N-asetil-glukosamin, maltosa, potasium glukonat, asam kaprat, asam adipat, asam malat, trisodium sitrat, asam fenil asetat, sitokhrom oksisase. Hasil reaksi dibaca menggunakan API system

yaitu API 20 NE (Bio Merieux SA, La Balmes-Les Grottes, France).

HASIL DAN PEMBAHASAN Kelangsungan hidup biakan Pseudomonas

spp. koleksi BCC dalam bentuk kering setelah dikonservasi eks situ jangka lama (16 sampai dengan 23 tahun) pada suhu kamar dipaparkan di dalam Tabel 1. Sebanyak 4 dari 10 (40%)

(4)

koleksi biakan Pseudomonas spp. masih tahan hidup setelah dikonservasi pada suhu kamar tanpa pendingin selama 16 sampai 23 tahun. Empat koleksi tersebut terdiri dari 1 koleksi P. stutzeri yang masih tahan hidup setelah dikonservasi selama 17 tahun dan 3 koleksi P. aeruginosa yang masih tahan hidup setelah disimpan selama masing-masing 16 tahun, 17 tahun dan 18 tahun. Sedangkan selebihnya 2 koleksi P. fluorescens setelah konservasi ek situ selama 16 tahun baik pada suhu kamar maupun -15°C sudah tidak dapat mempertahankan hidupnya.

Dalam konservasi eks situ mikroba akan terjadi kematian sel-sel selama proses preservasi, dan kemudian akan hilang selama dalam penyimpanan (SNELL, 1991). Koleksi genus Pseudomonas yang ada di National Collection of Type Cultures, Inggris masih tahan hidup sampai 30 tahun konsevasi eks situ dengan metode freeze drying, walaupun sudah tidak terhitung secara logaritma (RUDGE, 1991). Kelangsungan hidup biakan Pseudomonas

spp.koleksi BCC dalam bentuk kering setelah konservasi eks situ jangka lama pada suhu -15°C dipaparkan di dalam Tabel 2. Sebanyak 8 dari 10 (80%) koleksi biakan Pseudomonas Tabel 1. Kelangsungan hidup biakan Pseudomonas spp. koleksi BCC dalam bentuk kering beku setelah

konservasi eks situ jangka lama pada suhu kamar

% viabilitas selama konservasi eks situ (tahun) No.

BCC

Jumlah sampel

Asal

isolat Nama spesies 16 17 18 20 21 23

0022 4 - P. aerugenosa 0 0412 3 sapi P. aerugenosa 0 0704 2 manusia P. aerugenosa 100 0705 2 air P. aerugenosa 0 0706 2 manusia P. aerugenosa 0 1993 2 sapi P. aerugenosa 50 2191 2 sapi P. aerugenosa 100 2136 2 air P. fluorescens 0 2137 2 air P. fluorescens 0 0708 3 - P. stutzeri 100

Tabel 2. Kelangsungan hidup biakan Pseudomonas spp. koleksi BCC dalam bentuk kering beku setelah konservasi eks situ jangka lama pada suhu -15°C

% viabilitas selama konservasi eks situ (tahun) No.

BCC

Jumlah sampel

Asal

isolat Nama spesies 16 17 18 20 21 23

0022 2 - P. aerugenosa 100 0412 2 sapi P. aerugenosa 100 0704 2 manusia P. aerugenosa 100 0705 2 air P. aerugenosa 100 0706 2 manusia P. aerugenosa 100 1993 2 sapi P. aerugenosa 50 2191 2 sapi P. aerugenosa 100 2136 2 air P. fluorescens 0 2137 2 air P. fluorescens 0 0708 3 - P. stutzeri 100

(5)

spp.masih tahan hidup setelah konservasi eks situ pada suhu -15°C selama 16 sampai 23 tahun. Delapan koleksi tersebut terdiri dari 7 koleksi P. aeruginosa setelah mengalami konservasi eks situ selama masing-masing 16, 17, 18, 20, 21 dan 23 tahun dan 1 koleksi P. stutzeri setelah mengalami konservasi eks situ selama 17 tahun.

Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa konservasi eks situ Pseudomonas spp. dengan metode frezze drying memiliki kelangsungan hidup lebih lama pada suhu simpan -15°C dibandingkan dengan pada suhu kamar tanpa pendingin. Menurut PALLERONI (1984) metode

frezze drying merupakan metode yang paling

aman dalam preservasi spesies-spesies dari genus Pseudomonas

Identifikasi terhadap 7 koleksi P. aeruginosa dan 1 koleksi P. stutzeri

menggunakan API system yaitu API 20 NE hasilnya dipaparkan di dalam Tabel 3. Sebanyak 6 dari 8 koleksi yang masih berlangsung hidup menunjukkan karakteristik 99,9% P. aeruginosa dan 1 koleksi karakteristik 99,8% P. stutzeri. Sedangkan 1 koleksi lainnya menunjukkan karakter yang sedikit lain yaitu koleksi BCC B704 tidak terjadi asimilasi glukosa, N-asetil-glukosamin dan potasium glukonat.

Tabel 3. Reaksi biokimia dari 9 koleksi plasma nutfah mikroba Pseudomonas spp. pascakonservasi eks situ pada suhu -15°C Nomor koleksi BCC Uji biokimia 0022* 0412* 0704* 0705* 0706* 1993* 2191* 0708# Potasium nitrat + + + + − − + L-triptopan − − − − − − − − D-glukosa + + − − + + − L-arginin + + + + + + + − Urea + + + + + + +

Eskulin feri sitrat − − − − − − −

Gelatin + + + + + + + − 4-nitrofenil-βD- glaktopiranosida − − − − − − − − D-glukosa + + + + + + + L-arabinosa − − − − − − − − D-manosa − − − − − − − − D-manitol + + + + + + + − N-asetil-glukosamin + + + + + + − D-maltosa − − − − − − − + Potasium glukonat + + + + + + + Asam kaprat + + + + + + + − Asam adipat + + + + + + + − Asam malat + + + + + + + + Trisodium sitrat + + + + + + + +

Asam fenil asetat − − − − − − − −

Oksidase + + + + + + + + Profil API 20 NE 5354 575 1354 575 4314 075 1354 575 1354 575 4354 575 4354 575 1040 645 % ID 99,9 99,9 73,4 99,9 99,9 99,9 99,9 98,8

(6)

KESIMPULAN

Telah dievaluasi 45 sampel biakan kering di dalam kemasan ampul gelas dalam kondisi vakum berasal dari 7 koleksi P. aeruginosa, 2 koleksi P. fluorescens dan 1 koleksi P. stutzeri

yang telah disimpan selama 16 sampai 23 tahun pada suhu kamar dan -15°C. Kelangsungan hidup koleksi biakan P. aeruginosa dan P. stutzeri dalam konservasi eks situ dengan metode preservasi freeze drying akan lebih lama pada suhu simpan -15°C dibanding dengan suhu kamar. Semua (2) koleksi P. fluorescens tidak bisa bertahan hidup setelah konservasi eks situ pada suhu simpan -15°C dan suhu kamar selama 16 tahun metode preservasi freeze drying.

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Sdr. Agus Wahyudin dan Sdr. Sukatma teknisi Bakteriologi Bbalitvet yang telah membantu dalam kegiatan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

ANZAI, Y., H. KIM, J.Y. PARK and H. WAKABAYASHI. 2000. Phylogenetic affiliation of the pseudomonads based on 16SrRNA sequence. Int. J. Syst Evol. Microbiol. 50: 1563 – 1589.

BARROW,G.I. and R.K.A. FELTHAM. 2003. Cowan and Steel`s Manual for the Identification of Medical Bacteria. 3rd Ed. Cambridge University Press, UK. pp. 118 – 119.

BRODEY, C.L., P.B. RAINEY, M. TESTER and K. JONSTONE. 1991. Bacterial blotch disease of the cultivated mushroom is cause by an ion channel forming lipodepsipeptide toxin. Molecular Plant-Microbe Interaction. 1: 407 – 411.

CARTER, G.R. 1973. Diagnostic Procedure in Veterinary Microbiology. 2nd Ed. Charles C. Thomas Publisher, Springfield, Illinois, USA. ELKIN, S. and D. GEDDES. 2003. Pseudomonal

infection in cystic fibrosis: The battle continues. Expert review of anti-infective therapy. 1(4): 609 – 618.

GOMAA, A.M., S.F. HAMED and M.K.A. AHMAD. 2006. Performance of prickly oil lettuce biofertilizer with Pseudomonas under two levels of both nitrogen and plan density. J. Appl. Sci. Res. 2(6): 301 – 305.

HAAS,D. and G.GEFIAGO. 2005. Biological control of soil-borne pathogen by fluorescent pseudomonads. Nature Review in Microbiology. 3(4): 307 – 319.

JAWETZ,E.,J.MELNICK and E.ALDENBERG. 2001. Medical Microbiology. 22nd Edition. McGrow-Hill Companies USA. pp. 229 – 231. KODAMA,K.,N.KIMURA and K.KOMAGATA. 1985. Two new spesies of Pseudomonas: P. oryzihabitan isolated from ricepaddy and clinical specimens and P. putida luteola isolated from clinical specimens. Int. J. Syst. Bacteriol. 35: 467 – 474.

LAPAGE,S.P.,JEAN E.SHELTON,T.G.MITCHELL and A.R.MACKENZIE. 1970. Culture collection and the preservation of bacteria. In: Methods in Microbiology. Volume 3A. Academic Press London and New York. pp. 130 – 228. LEVITSKI-HEIKKILA.,T.V. and M.E.ULLIAN. 2005.

Peritonitis with multiple rare environmental bacteria in a patient receiving long term peritoneal dialysis. Am. J. Kidney Dis. 46(6): 119 – 124.

LOPEZ-ROMALDE, S., B. MAGARIFIOS, C. RAVELO, A.E. TORANZO and J.L. ROMALDE. 2003. Existence of two O-serotypes in the fish pathogen Pseudomonas anguilliseptica. Vet. Microbiol. 94(4): 325 – 333.

NISHIMORI, E., K. KITA-TSUKAMOTO and H. WAKANABSHI. 2000. Pseudomonas plecoglossicida the causative agent of bacterial haemorrhagic ascites of ayu (Plecoglossus altivelis). Int. J. Syst. Evol. Microbiol. 50: 83 – 89.

O’MAHONY,M.M.,A.D.DOBSON,D.J.BARNES and I.SINGLETON. 2006. The use of ozone in the remediation of polycyclic aromatic hydrocarbon contaminated soil. Chemosphere. 63(2): 307 – 314.

PALLERONI, R.J. 1984. Pseudomonadaceae In: Bergeys Manual of Systematic Bacteriology . Volume1. KRIEG, N.R. (Ed). Williams & Wilkins, Baltomore, USA. pp. 141 – 217. RUDGE, R.H. 1991. Maintenance of Bacteria by

Freeze-drying. In: Maintenance of Microorganisms and Cultured Cells. KIRSOP, B.E. and A. DOYLE (Eds). Academic Press Limited. pp. 31 – 43.

(7)

SNELL, J.J.S. 1991. General Introduction To Maintenance Methode. In: Maintenance of Microorganisms and Cultured Cells. KIRSOP, B.E. and A. DOYLE (Eds). Academic Press Limited. pp. 21 – 30.

TODAR, K. 2004. Todar’s Online Text book of Bacteriology. University of Wisconsin- Madison Department of Bacteriology. Available from URL: http://www.textbookof bacteriology.net/pseudomonas.htmi.

TORRES, S. 1999. Generation and initial characterization of Pseudomonas stutzeri KC mutants with impaired ability to degrade carbon tetrachloride. Arch. Microbiol. 171(6): 424 – 429.

VAN ELDERE,J. 2003. Multi centre surveillance of Pseudomonas aeruginosa susceptibility patterns in nosocomial infections. Antimicrobial Chemotherapy. 51: 347 – 352.

YOUNG,J.M. 1970. Drippy gill: A bacterial disease of cultivated mushroom caused by Pseudomonas agarici. NZ. J. Agric. Res. 13: 977 – 990.

YU, E.N. and C.S. FOSTER. 2002. Chronic post operative endophthalmitis due to Pseudomonas oryzihabitans. Am. J. Ophthalmol. 134(4): 613 – 614.

ZAIDI, T.S., G.P. PRIEBE and G.B. PIER. 2006. A live-attenuated Pseudomonas aeruginosa vaccine elicits outer membrane protein-specific active and passive protection against corneal infection. Infec. Imun.74(2): 975 – 983.

DISKUSI Pertanyaan:

1. Apakah freeze-drying yang dilakukan pada waktu berbeda beda dalam penelitian ini akan mempengaruhi kelangsungan hidup Pseudomonas spp yang diteliti?

2. Mengapa mikroba Pseudomonas spp yang diteliti?

Jawaban:

1. Proses freeze-drying yang dilakukan pada waktu berbeda beda dalam penelitian ini akan mempengaruhi kelangsungan hidup Pseudomonas spp selama tahapan-tahapan dalam prosedur prosesnya tidak terkontrol dan tidak dilakukan dengan tepat. Faktor-faktir yang mempengaruhi adalah:

- fase pertumbuhan biakan mikroba yang akan di proses

- temperatur pertumbuhan

- konposisi medium suspensi (preservasi)

- kecepatan proses freeze-drying

- temperatur akhir proses pembekuan

- kecepatan dan lamanya proses pengeringan

- kandungan kelembaban akhir

2. Karena plasma nutfah mikroba genus Pseudomonas banyak manfaatnya, misalnya:

- dalam lingkup pertanian, contoh: P. fluorescens sebagai agen kontrol biologi/biopestisida (HAAS dan DEFIAGO, 2005) dan sebagai pupuk hayati/biofertilizer (GOMAA et al., 2006).

- dalam lingkup kesehatan, contoh: P. aerugenosa dipakai sebagai vaksin (ZAIDI et al., 2006; MANSOURI et al., 1999) disebabkan meningkatnya kasus terjadi resistensi bakteri tersebut

(8)

- dalam lingkup lingkungan berperan sebagai bioremediasi karena mampu mendegradasi polutan kimia yang menyebabkan lingkungan tidak aman, contoh: P. stutzeri mendegradasi karbon tetrachlorida (TORRES, 1999) dan P. alcaligenes mendegradasi hydrokarbon (O’MAHONY et al., 2006).

Sumber daya alam yang berupa mikroba potensial unggul perlu di lestarikan untuk dimanfaatkan demi kesejahteraan manusia. Perlu diketahui oleh pemerintah agar mikroba potensial yang digunakan untuk menghasilkan suatu produk, harus dijaga agar tetap stabil adalah mikroba yang berperan tersebut perlu dikonservasi. Hal ini dapat dilakukan dengan menyimpan atau menitipkan mikroba tersebut di suatu koleksi biakan agar tetap terpelihara dengan baik dan dikelola secara profesional, sehingga sifat-sifatnya tidak berubah.

Gambar

Tabel 2.  Kelangsungan hidup biakan Pseudomonas  spp. koleksi BCC dalam bentuk kering beku setelah  konservasi eks situ jangka lama pada suhu -15°C
Tabel 3.  Reaksi biokimia dari 9 koleksi plasma nutfah mikroba Pseudomonas spp. pascakonservasi eks situ  pada suhu -15°C  Nomor koleksi BCC  Uji biokimia  0022*  0412*  0704* 0705* 0706* 1993* 2191* 0708#  Potasium nitrat  + +  −  + +  −  −  +  L-triptopa

Referensi

Dokumen terkait

Pemberian mulsa organik seperti jerami akan memberikan suatu lingkungan mencegah penyinaran langsung sinar matahari yang berlebihan terhadap tanah serta kelembaban

Video merupakan sajian gambar dan suara yang di tangkap oleh sebuah kamera, yang kemudian di susun kedalam urutan frame untuk di baca dalam satuan detik.. Animasi

Samsul Inosentius, “Instrumen Hukum Penanggulangan Kebakaran Hutan, Lahan, Dan Polusi Asap” , Info Singkat Hukum, Vol.. hukum sampai dengan kasasi di Mahkamah Agung. Dalam

Berdasarkan hasil kesimpulan maka dapat diberikan saran sebagai berikut: (1) guru-guru di TLO lebih meningkatkan diri dan memahami kondisi anak tunarungu di kelas TLO dengan

Dari kisah Waseng sari yang menjadikan cerita ini hebat adalah perjuangan menyatukan cinta antara Panji dan Amahi Lara (Raden Galuh).. Perjalanan cinta yang

Yang dimaksud dengan pendekatan terstruktur jangka pendek adalah pendekatan untuk mencapai tujuan pengajaran yang telah ditentukan dalam waktu yang singkat. Penggunaan

Penyuluhan ini akan disampaikan mengenai pentingnya pemenuhan kalsium bagi tubuh manusia, informasi data analisis mengenai perbandingan kalsium serta analisis biaya

disebut juga sebagai aborsi medical. Abortus tanpa indikasi medis adalah kejahatan melawan hukum, disebut abortus kriminalis. Abortus kriminalis adalah pengguguran kandungan