WRAP UP WRAP UP
BLOK KEDOKTERAN KOMUNITAS BLOK KEDOKTERAN KOMUNITAS
Hasil Riskesdas 2010 Hasil Riskesdas 2010
KELOMPOK B KELOMPOK B
–
–
11Ketua
Ketua : : Muhammad Muhammad Guruh Guruh 11020101801102010180 Sekretaris
Sekretaris : : Restu Restu Ramadhani Ramadhani 11020102371102010237 Anggota
Anggota : : Muchammad Muchammad Zulkarnain Zulkarnain 11020101721102010172 Nadya Adnita
Nadya Adnita 11020102001102010200 Nadya Ramadhani
Nadya Ramadhani 11020102021102010202 Prissilma
Prissilma Tania Tania 11020102211102010221 Silpi
Silpi Hamidiah Hamidiah 11020102701102010270 Syahirah
Syahirah Shahab Shahab 11020102741102010274 Syarafina
Syarafina Raihan Raihan 11020102751102010275
Widiawati 1102010286 Widiawati 1102010286 FAKULTAS KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI UNIVERSITAS YARSI JAKARTA JAKARTA 2012/2013 2012/2013
SKENARIO 3 SKENARIO 3
HASIL RISKESDAS 2010 HASIL RISKESDAS 2010
Bedasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2010 yang dilaksanakan oleh Balitbangkes Bedasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2010 yang dilaksanakan oleh Balitbangkes Kementerian Kesehatan RI didapatkan beberapa hasil terkait dengan status gizi anak sebagai Kementerian Kesehatan RI didapatkan beberapa hasil terkait dengan status gizi anak sebagai berikut:
berikut: Prevalence Prevalence Rate Rate anak anak pendek pendek secara secara nasional nasional pada pada kelompok kelompok umur umur 6-12 6-12 tahun tahun adalahadalah 35,6% yang terdiri dari 15,1% sangat pendek dan 20% pendek. Prevalence Rate kekurusan pada 35,6% yang terdiri dari 15,1% sangat pendek dan 20% pendek. Prevalence Rate kekurusan pada anak pada umur 6-12 tahun adalah 12,2% terdiri dari 4,6% sangat kurus dan 7,6% kurus. Secara anak pada umur 6-12 tahun adalah 12,2% terdiri dari 4,6% sangat kurus dan 7,6% kurus. Secara Nasional
Nasional masalah masalah kegemukan kegemukan pada pada anak anak umur umur 6-12 6-12 tahun tahun masih masih sangat sangat tinggi tinggi yaitu yaitu 9,2% 9,2% atauatau masih diatas 5,0%.
masih diatas 5,0%.
RISKESDAS 2010 juga meneliti pola konsumsi energi dan protein penduduk. Hasilnya adalah RISKESDAS 2010 juga meneliti pola konsumsi energi dan protein penduduk. Hasilnya adalah masalah kekurangan konsumsi energi dan protein terjadi pada semua kelompok umur anak, masalah kekurangan konsumsi energi dan protein terjadi pada semua kelompok umur anak, terutama pada anak usia sekolah (6-12tahun), usia pra remaja (13-15tahun), usia remaja terutama pada anak usia sekolah (6-12tahun), usia pra remaja (13-15tahun), usia remaja (16-18tahun) dan kelompok ibu hamil, khususnya ibu hamil di pedesaan.
18tahun) dan kelompok ibu hamil, khususnya ibu hamil di pedesaan.
Status Gizi anak tidak saja dipengaruhi pola makan tetapi juga pola asuh keluarga serta perilaku Status Gizi anak tidak saja dipengaruhi pola makan tetapi juga pola asuh keluarga serta perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) keluarga dan anak. Dua keadaan tersebut disebabkan karena hidup bersih dan sehat (PHBS) keluarga dan anak. Dua keadaan tersebut disebabkan karena perilaku
perilaku yang yang kurang kurang baik baik dan dan cendrung cendrung menyebabkan menyebabkan kegemukan kegemukan pada pada anak anak adalahadalah membiarkan anak duduk berjam-jam menonton TV, kurang berolah raga, dan sering makan membiarkan anak duduk berjam-jam menonton TV, kurang berolah raga, dan sering makan makana
makanan “junk
n “junk food”
food” yang tinggi
yang tinggi lemak, kalori,
lemak, kalori, garam, rendah
garam, rendah serat. Rekomendasi
serat. Rekomendasi hasil
hasil
RISKESDAS yang berhubungan dengan status gizi anak usia sekolah adalah anak-anak perlu RISKESDAS yang berhubungan dengan status gizi anak usia sekolah adalah anak-anak perlu diberi makanan tambahan. Program pemberian makanan tambahan di daerah miskin dapat diberi makanan tambahan. Program pemberian makanan tambahan di daerah miskin dapat dilaksanakan oleh Puskesmas dengan menjalin kerjasama pihak sekolah dan masyarakat.dilaksanakan oleh Puskesmas dengan menjalin kerjasama pihak sekolah dan masyarakat.
Dalam pandangan Islam, menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) juga melakukan Dalam pandangan Islam, menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) juga melakukan pemberdayaan masyarakat dapat mandiri adalah wajib.
SKENARIO 3 SKENARIO 3
HASIL RISKESDAS 2010 HASIL RISKESDAS 2010
Bedasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2010 yang dilaksanakan oleh Balitbangkes Bedasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2010 yang dilaksanakan oleh Balitbangkes Kementerian Kesehatan RI didapatkan beberapa hasil terkait dengan status gizi anak sebagai Kementerian Kesehatan RI didapatkan beberapa hasil terkait dengan status gizi anak sebagai berikut:
berikut: Prevalence Prevalence Rate Rate anak anak pendek pendek secara secara nasional nasional pada pada kelompok kelompok umur umur 6-12 6-12 tahun tahun adalahadalah 35,6% yang terdiri dari 15,1% sangat pendek dan 20% pendek. Prevalence Rate kekurusan pada 35,6% yang terdiri dari 15,1% sangat pendek dan 20% pendek. Prevalence Rate kekurusan pada anak pada umur 6-12 tahun adalah 12,2% terdiri dari 4,6% sangat kurus dan 7,6% kurus. Secara anak pada umur 6-12 tahun adalah 12,2% terdiri dari 4,6% sangat kurus dan 7,6% kurus. Secara Nasional
Nasional masalah masalah kegemukan kegemukan pada pada anak anak umur umur 6-12 6-12 tahun tahun masih masih sangat sangat tinggi tinggi yaitu yaitu 9,2% 9,2% atauatau masih diatas 5,0%.
masih diatas 5,0%.
RISKESDAS 2010 juga meneliti pola konsumsi energi dan protein penduduk. Hasilnya adalah RISKESDAS 2010 juga meneliti pola konsumsi energi dan protein penduduk. Hasilnya adalah masalah kekurangan konsumsi energi dan protein terjadi pada semua kelompok umur anak, masalah kekurangan konsumsi energi dan protein terjadi pada semua kelompok umur anak, terutama pada anak usia sekolah (6-12tahun), usia pra remaja (13-15tahun), usia remaja terutama pada anak usia sekolah (6-12tahun), usia pra remaja (13-15tahun), usia remaja (16-18tahun) dan kelompok ibu hamil, khususnya ibu hamil di pedesaan.
18tahun) dan kelompok ibu hamil, khususnya ibu hamil di pedesaan.
Status Gizi anak tidak saja dipengaruhi pola makan tetapi juga pola asuh keluarga serta perilaku Status Gizi anak tidak saja dipengaruhi pola makan tetapi juga pola asuh keluarga serta perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) keluarga dan anak. Dua keadaan tersebut disebabkan karena hidup bersih dan sehat (PHBS) keluarga dan anak. Dua keadaan tersebut disebabkan karena perilaku
perilaku yang yang kurang kurang baik baik dan dan cendrung cendrung menyebabkan menyebabkan kegemukan kegemukan pada pada anak anak adalahadalah membiarkan anak duduk berjam-jam menonton TV, kurang berolah raga, dan sering makan membiarkan anak duduk berjam-jam menonton TV, kurang berolah raga, dan sering makan makana
makanan “junk
n “junk food”
food” yang tinggi
yang tinggi lemak, kalori,
lemak, kalori, garam, rendah
garam, rendah serat. Rekomendasi
serat. Rekomendasi hasil
hasil
RISKESDAS yang berhubungan dengan status gizi anak usia sekolah adalah anak-anak perlu RISKESDAS yang berhubungan dengan status gizi anak usia sekolah adalah anak-anak perlu diberi makanan tambahan. Program pemberian makanan tambahan di daerah miskin dapat diberi makanan tambahan. Program pemberian makanan tambahan di daerah miskin dapat dilaksanakan oleh Puskesmas dengan menjalin kerjasama pihak sekolah dan masyarakat.dilaksanakan oleh Puskesmas dengan menjalin kerjasama pihak sekolah dan masyarakat.
Dalam pandangan Islam, menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) juga melakukan Dalam pandangan Islam, menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) juga melakukan pemberdayaan masyarakat dapat mandiri adalah wajib.
Kata Sulit : Kata Sulit : 1.
1. Riskesdas Riskesdas : : Riset Riset yang yang dilakukan dilakukan oleh oleh Kemenkes Kemenkes RI RI untuk untuk mengetahui mengetahui kesehatankesehatan dasar masyarakat
dasar masyarakat 2.
2. Prevalence Prevalence Rate Rate : : Jumlah Jumlah Penderita Penderita lama lama + + Jumlah Jumlah penderita penderita baru baru x x 100%100% Jumlah penduduk saat itu
Jumlah penduduk saat itu
FAQ : FAQ : 1.
1. Bagaimana cara mengklasifikasikan prevalence rate?Bagaimana cara mengklasifikasikan prevalence rate? 2.
2. Bagaimana menentukan status kesehatan dari prevalence rate?Bagaimana menentukan status kesehatan dari prevalence rate? 3.
3. Bagaimana pola makan dan pola asuh yang semestinya diperlakukan terhadap anak diBagaimana pola makan dan pola asuh yang semestinya diperlakukan terhadap anak di keluarga?
keluarga? 4.
4. Apa saja makanan tambahan yang perlu diberikan kepada anak?Apa saja makanan tambahan yang perlu diberikan kepada anak? 5.
5. Bagaimana kerjasama antara Puskesmas dan masyarakat dalam pemberian makananBagaimana kerjasama antara Puskesmas dan masyarakat dalam pemberian makanan tambahan pada anak di daerah penduduk dengan mayoritas status ekonomi menengah ke tambahan pada anak di daerah penduduk dengan mayoritas status ekonomi menengah ke bawah?
bawah? Jawaban : Jawaban : 1.
1. Berdasarkan LLA, diameter kepala, IMT, TB & Berdasarkan LLA, diameter kepala, IMT, TB & BBBB 2.
2. Semakin tinggi angka prevalence rate maka semakin buruk mutu kesehatannyaSemakin tinggi angka prevalence rate maka semakin buruk mutu kesehatannya 3.
3.
–
– tidak dibiasakan memakan makanan junk food
tidak dibiasakan memakan makanan junk food - dibiasakan olah raga- dibiasakan olah raga
- mengatur pola makan yang sehat, seperti banyak serat - mengatur pola makan yang sehat, seperti banyak serat - memmbatasi waktu menonton TV
- memmbatasi waktu menonton TV 4.
4. Memberi asupan makanan pada Memberi asupan makanan pada anak yang nilai gianak yang nilai gizinya :zinya : Rendah : Lemak, kalori, garam
Rendah : Lemak, kalori, garam Tinggi
Tinggi : : Serat, Serat, protein, protein, kalsium, kalsium, dlldll
5. Promkes untuk meningkatkan status gizi yang baik pada anak 5. Promkes untuk meningkatkan status gizi yang baik pada anak Hipotesa
Hipotesa RISKESDAS
RISKESDAS : 1. : 1. Status Gizi Status Gizi Anak dan IAnak dan Ibu Hamilbu Hamil
2. PHBS Keluarga dan Anak serta PHBS dalam pandangan Islam 2. PHBS Keluarga dan Anak serta PHBS dalam pandangan Islam
3. Pola asuh dan pola makan (energy dan protein) yang baik terhadap penduduk 3. Pola asuh dan pola makan (energy dan protein) yang baik terhadap penduduk
1.
1. MM eemahami dan Mmahami dan M eenjnj eelaslaskan masakan masalah lah kekurkekur angan gizi dan keleangan gizi dan kelebihbih an gizi pada an gizi pada anak anak Ilmu yang mempelajari atau mengkaji masalah makanan yang dikaitkan dengan Ilmu yang mempelajari atau mengkaji masalah makanan yang dikaitkan dengan kesehatan disebut gizi. Batasan klasik mengatakan bahwa ilmu gizi adalah ilmu yang kesehatan disebut gizi. Batasan klasik mengatakan bahwa ilmu gizi adalah ilmu yang mempelajari nasib makanan sejak ditelan sampai diubah menjadi bagian tubuh dan energi serta mempelajari nasib makanan sejak ditelan sampai diubah menjadi bagian tubuh dan energi serta diekskresikan sebagai sisa (Achmad Djaeni,1987).
diekskresikan sebagai sisa (Achmad Djaeni,1987).
Makanan sehari-hari yang dipilih dengan baik akan memberikan semua zat gizi yang Makanan sehari-hari yang dipilih dengan baik akan memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh. Sebaliknya, bila makanan tidak dipilih dengan baik, dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh. Sebaliknya, bila makanan tidak dipilih dengan baik, tubuh akan mengalami kekurangan zat-zat gizi esensial tertentu. Zat gizi esensial adalah zat gizi tubuh akan mengalami kekurangan zat-zat gizi esensial tertentu. Zat gizi esensial adalah zat gizi yang harus didatangkan dari makanan. Bila dikelompokkan, ada tiga fungsi zat gizi dalam tubuh. yang harus didatangkan dari makanan. Bila dikelompokkan, ada tiga fungsi zat gizi dalam tubuh. 1. Memberi Energi
1. Memberi Energi
Zat-zat gizi yang dapat memberikan energi adalah karbohidrat, lemak, dan protein. Zat-zat gizi yang dapat memberikan energi adalah karbohidrat, lemak, dan protein. Oksidasi zat-zat gizi ini menghasilkan energi yang diperlukan
Oksidasi zat-zat gizi ini menghasilkan energi yang diperlukan tubuh untuk beraktivitas.tubuh untuk beraktivitas. 2. Pertumbuhan dan Pemeliharaan Jaringan Tubuh
2. Pertumbuhan dan Pemeliharaan Jaringan Tubuh
Protein, mineral, dan air adalah bagian dari jaringan tubuh. Oleh karena itu, diperlukan Protein, mineral, dan air adalah bagian dari jaringan tubuh. Oleh karena itu, diperlukan unutk membentuk sel-sel baru, memelihara, dan mengganti sel-sel yang rusak. Dalam fungsi unutk membentuk sel-sel baru, memelihara, dan mengganti sel-sel yang rusak. Dalam fungsi ketiga ini zat gizi dinamakan zat pembangun.
ketiga ini zat gizi dinamakan zat pembangun. 3. Mengatur Proses Tubuh
3. Mengatur Proses Tubuh
Protein, mineral, air, dan vitamin deiperlukan untuk mengatur prose tubuh. Protein Protein, mineral, air, dan vitamin deiperlukan untuk mengatur prose tubuh. Protein mengatur keseimbangan air di dalam sel. Mineral dan vitamin diperlukan sebagai pengatur mengatur keseimbangan air di dalam sel. Mineral dan vitamin diperlukan sebagai pengatur dalam proses-proses oksidasi, fungsi normal saraf dan otot serta banyak peroses lain yang terjadi dalam proses-proses oksidasi, fungsi normal saraf dan otot serta banyak peroses lain yang terjadi di dalam tubuh termasuk proses menua.
di dalam tubuh termasuk proses menua.
Anak yang sehat akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang normal dan Anak yang sehat akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang normal dan wajar, yaitu sesuai standar pertumbuhan fisik anak pada umumya dan memiliki kemampuan wajar, yaitu sesuai standar pertumbuhan fisik anak pada umumya dan memiliki kemampuan sesuai standar kemampuan anak seusianya. Selain itu, anak yang sehat tampak senang, mau sesuai standar kemampuan anak seusianya. Selain itu, anak yang sehat tampak senang, mau bermain, berlari,
bermain, berlari, berterik, meloncat, berterik, meloncat, memanjat, tidak memanjat, tidak berdiam diri berdiam diri saja. Anak saja. Anak yang sehat yang sehat terlihatterlihat berseri-seri, kreatif, dan selalu ingin mencoba sesuatu yang ada di sekelilingn
berseri-seri, kreatif, dan selalu ingin mencoba sesuatu yang ada di sekelilingn ya. Jika ada sesuatuya. Jika ada sesuatu yang tidak diketahuinya ia bertanya, sehingga pengetahuan yang dimilikinya selalu bertambah. yang tidak diketahuinya ia bertanya, sehingga pengetahuan yang dimilikinya selalu bertambah. Anak yang sehat biasanya akan mampu belajar dengan baik. Ia banyak berkomunikasi dengan Anak yang sehat biasanya akan mampu belajar dengan baik. Ia banyak berkomunikasi dengan teman, saudara, orang tua, dan orang lain di lingkungannya. Anak yang banyak bergaul, ia teman, saudara, orang tua, dan orang lain di lingkungannya. Anak yang banyak bergaul, ia banyak
banyak pengetahuan pengetahuan dan dan pengalaman. pengalaman. Anak Anak tidak tidak mudah mudah puas puas atas atas sesuatu sesuatu yang yang kurangkurang dipahami dan ingin mendapatkan contoh. Anak yang sehat membutuhkan asupan gizi yang baik dipahami dan ingin mendapatkan contoh. Anak yang sehat membutuhkan asupan gizi yang baik agar status gizinya baik, yaitu tidak kurang dan tidak lebih.
agar status gizinya baik, yaitu tidak kurang dan tidak lebih. Kekurangan gizi :
Kekurangan gizi :
Apabila konsumsi gizi makanan pada seseorang tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh Apabila konsumsi gizi makanan pada seseorang tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh maka akan terjadi kesalahan akibat gizi (malnutrition). Malnutrisi ini mencakup kelebihan maka akan terjadi kesalahan akibat gizi (malnutrition). Malnutrisi ini mencakup kelebihan nutrisi/gizi disebut gizi lebih (overnutrition) dan kekurangan gizi atau gizi kurang nutrisi/gizi disebut gizi lebih (overnutrition) dan kekurangan gizi atau gizi kurang (undernutrition).
(undernutrition).
Penyakit ini terjadi akibat kekurangan energy dan protein atau karena ketidakseimbangan Penyakit ini terjadi akibat kekurangan energy dan protein atau karena ketidakseimbangan antara konsumsi kalori atau karbohidrat dan protein dengan kebutuhan energi. Biasanya terjadi antara konsumsi kalori atau karbohidrat dan protein dengan kebutuhan energi. Biasanya terjadi pada anak balita.
Penyakit ini dibagi dalam tingkat
Penyakit ini dibagi dalam tingkat yakni :yakni : 1.
1. KKP ringan, kalau berat badan anak mencapai antara 84-95% dari berat badan menurutKKP ringan, kalau berat badan anak mencapai antara 84-95% dari berat badan menurut standar Harvard
standar Harvard 2.
2. KKP sedang, kalau berat badan anak hanya mencapai 44-60% dari berat badan menurutKKP sedang, kalau berat badan anak hanya mencapai 44-60% dari berat badan menurut standar Harvard
standar Harvard 3.
3. KKP berat ( gizi buruk) kalau berat badan anak kurang dari 60% dari berat badanKKP berat ( gizi buruk) kalau berat badan anak kurang dari 60% dari berat badan menurut standar Harvard
menurut standar Harvard
Beberapa ahli hanya membedakan 2 macam KKP yakni KKP ringan atau gizi kurang dan Beberapa ahli hanya membedakan 2 macam KKP yakni KKP ringan atau gizi kurang dan KKP berat (gizi buruk) atau yang lebih
KKP berat (gizi buruk) atau yang lebih sering disebut marasmus.sering disebut marasmus. 1.
1. Tanda-tanda gizi buruk pada kwashiorkor:Tanda-tanda gizi buruk pada kwashiorkor:
Edema seluruh tubuh (terutama pada punggung kaki)Edema seluruh tubuh (terutama pada punggung kaki)
Wajah bulat dan sembab.Wajah bulat dan sembab.
Cengeng dan/rewel/apatis.Cengeng dan/rewel/apatis.
Perut buncit.Perut buncit.
Rambut kusam dan mudah di cabut.Rambut kusam dan mudah di cabut.
Bercak kulit yang luas dan Bercak kulit yang luas dan kehitaman/bintik kemerahan.kehitaman/bintik kemerahan. 2.
2. Tanda-tanda Tanda-tanda gizi gizi buruk buruk pada pada marasmus:marasmus:
Tampak sangat kurus.Tampak sangat kurus.
Wajah seperti orang tua.Wajah seperti orang tua.
Cengeng/rewel/apatis.Cengeng/rewel/apatis.
Iga gambang, perut cekung.Iga gambang, perut cekung.
Otot pantat mengendor.Otot pantat mengendor.
Pengeriputanotot lengan dan tungkai.Pengeriputanotot lengan dan tungkai.
Penyakit KKP pada orang dewasa memberikan tanda tanda klinis : oedema atau honger Penyakit KKP pada orang dewasa memberikan tanda tanda klinis : oedema atau honger oedema, oedema biasanya tampak pada daerah kaki.
Akibat Gizi Kurang pada Proses Tubuh:
Akibat kurang gizi terhadap proses tubuh bergantung pada zat-zat gizi apa yang kurang. Kekurangan gizi secara umum (makanan kurang dalam kuantitas dan kualitas) menyebabkan gangguan pada proses-proses sebagai berikut :
1. Pertumbuhan
Anak-anak tidak tumbuh menurut potensialnya. Protein sebagai zat pembakar, sehingga otot-otot menjadi lembek dan rambut mudah rontok. Kekurangan karbohidrat dan zat lemak juga dapat menyebabkan tubuh menjadi lesu, kurang bergairah untuk melakukan berbagai kegiatan dan kondisi tubuh yang demikian tentunya akan banyak menimbulkan kerugian.
2. Produksi Tenaga
Kekurangan energi berasal dari makanan, menyebabkan seorang kekurangan tenaga untuk bergerak, bekerja, dan melakukan aktivitas. Orang menjadi malas merasa lemah, dan produktivitas kerja menurun.
Daya tahan terhadap tekanan atau stres menurun. Sistem imunitas dan antibodi berkurang, sehingga orang mudah terserang infeksi seperti pilek, batuk, dan diare. Pada
anak-anak hal ini dapat membawa kematian. 4. Struktur dan Fungsi Otak
Kurang gizi pada usia muda dapat berpengaruh terhadap perkembangan mental, dengan demikian kemampuan berpikir. Otak mencapai benuk maksmal pada usia dua tahun. Kekurangan gizi dapat berakibat terganggunya fungsi otak secara permanen.
5. Perilaku
Baik anak-anak maupun orang dewasa yang kurang gzi menunjukkan perilaku tidak tenang. Mereka mudah tersinggung, cengang, dan apatis
Penyakit-penyakit Defisiensi Gizi
Penyakit-penyakit gizi di Indonesia terutama tergolong ke dalam kelompok penyakit defisiensi.
1. Penyakit Defisiensi Kurang Kalori Protein (KKP)
Salah satu gejala dari penderita KKP ialah hepatomegali yaitu pembesaran hati yang terlihat oleh ibu-ibu sebgai pembuncitan perut. Ada berbagai variasi bentuk KKP yaitu penyakit kwashiorkor, marasmus, dan marasmikwashiorkor. Kwashiorkor adalah penyakit KKP dengan kekurangan protein sebagai penyakti dominan. Marasmus merupakan gambaran KKP dengan defisiensi energi yan ekstrem. Marasmikwashiorkor merupakan kombinasi defisiensi kalori dan protein pada berbagai variasi. Penyebab langsung dari KKP adalah konsumsi kurang dan sebab
tak langsungnya adalah hambatan absorbsi dan hambatan utilisasi zat-zat gizi karena berbagai hal, misalnya karena penyakit. Penyakti infeksi dan infestasi cacing dapat memberikan hambatan absorpsi dan hambatan utilisai zat gizi yang menjadi dasar timbulnya penyakit KKP.
2. Penyakit Defisiensi Vitamin A
Gejala-gejala defisiensi vitamin ini yang menumbulkan kekhawatiran para ahli kesehatan dn gizi adalah berhubungan dengan kondisi mata, sedangkan gejala-gejala yang menyerang sistem tubuh lainnya tidak memberikan gambaran yang menggugah kekhawatiran lainnya.
Gambaran defisiensi vitamin A yang menyangkut kondisi mata, disebut Xerophtalmia. Ternyata banyak kasus Xerophthalamia yang berakibat gangguan penglihatan yang permanen bahkan
sampai menjadi buta, terutama pada kelompok umur dewasa muda. Defisiensi vitamin A primer disebabkan kekurangn konsumsi vitamin tersebut, sedangkan defisiensi sekunder karena absorbsi dan utilitasnya terhambat.
Konsumsi vitamin A kurang adalah karena kebiasaan makan yang salah, tidak suka sayur dan buah, atau karena daya beli rendah, tidak sanggup membeli bahan makanan hewani maupun nabati yang akaya akan vitamin A dan karoten tersebut. Hambatan absorbsi vitamin Adaam kroten terjadi karena hidangan rata-rata rakyat umum di Indonesia mengandung rendah lemak dan protein yang diperlukan dalam metabolisme vitamin A.
3. Penyakit Defisiensi Yodium
Salah satu manifestasi gambaran penyakit kekurangan zat gizi yodium yang meninjol ialah pembesaran kelenjar gondok yang disebut penyakit gondok oleh awam atau nama
ilmiahnya struma simplex. Karena terdapat endemik di wilyah-wilayah tertentu yang kekurangan yodium, disebut juga endemic goitre. Defisiensi yodium memberikan juga berbagai gambaran klinik lainnya yang disagak ada hubungan dengan kondisi kekurangan zat gizi yodium itu, sehingga disebut Iodine Deficiency Diseases (IDD). Ada 4 jenis IDD yaitu gondok endemic, hambatan pertumbuhan fisik dan mental yang diebut cretinism, hambatan neuromotor, dan kondisi tuli disertai bisu.
4. Anemia Defisiensi Zat Besi
Pengaruh defisiensi Fe, terutama melalui kondisi gangguan fungsi hemoglobin. Merupakan alat transportasi O2 yang diperlukan pada banyak reaksi metabolik tubuh. Pada anak sekolah telah ditunjukkan adanya korelasi erat antara kadar hemoglobin dan kesanggupan anak untuk belajar. Dikatakan bahwa pada kondisi anemia, daya konsentrasi dalam belajar menurun.
Defisiensi Fe dapat didiagnosisi berdasarkan data klinik dan data laboratorik yang ditunjang oleh data konsumsi pangan. Gambaran klinik memperlihatkan kondisi anemia. Muka penderita terlihat pucat, juga selaput lendir kelopk mata, bibir, dan kuku. Penderita terlihat dan merasa bandannya lemah, kurang bergairah, dan cpeat merasa lelah, serta sering menunjukkan sesak napas. Data laboratorik memperlihatkan kadar hemoglobin menurun di bawah 11%, bahkan pada yang berat penurunan hemoglobin ini dapat mencapai tingkat di bawah 10% atau
lebih rendah lagi, sampai di bawah 4%. Data konsumsi mungkin memperlihatkan hidangan yang kurng mengandung daging atau bahan makanan hewani lain, dan juga kurang sayur serta daun yang berwarna hijau.
Faktor penyebab kekurangan gizi : 1. Jarak usia anak terlalu dekat
Jarak kakak dan adik hanya 1 tahun sehingga membuat perhatian ibu untuk kakak terabaikan dan gizi nya cenderung tidak terurus akibat kehadiran si adik
2. Infeksi atau tertular penyakit 3. Lingkungan kotor
Jika anak berada dalam lingkungan yang kotor anak akan sering sakit sakitan dan membuatnya kurang gizi.
4. Kurangnya pengetahuan orangtua tentang gizi pada anak 5. Kesulitan ekonomi dalam keluarga
Kelebihan Gizi pada anak
Konsumsi terlalu berlebih dibandingkan dengan kebutuhan atau pemakaian energy. Kelebihan energi dalam tubuh ini disimpan dalam bentuk lemak. Seseorang dikatakan menderita obesitas bila berat badannya pada laki laki melebihi 15% dan pada wanita melebihi 20% dari berat badan ideal menurut umurnya. Pada orang orang yang obesitas, organ organ tubuhnya
dipaksa untuk bekerja lebih berat. Oleh sebab itu, pada umumnya lebih cepat gerah,capai dan mempunyai kecenderungan untuk membuat kekeliruan dalam bekerja. Akibat dari penyakit obesitas ini adalah penderita cenderung menderita penyakit kardiovaskuler, hipertensi,dan diabetes mellitus. Obesitas adalah keadaan penimbunan jaringan lemak tubuh yang berlebihan. Obesitas terjadi bila asupan energi melebihi pengeluarannya. Ketidakseimbangan ini terjadi karena jumlah makanan yang dimakan berlebihan dibandingkan energi yang dikeluarkan untuk aktivitas anak sehari-hari. Secara ilmiah didefinisikan sebagai indeks massa tubuh terletak di atas
persentil 95 kurva BMI CDC 2000. Bila masih di atas persentil 85 maka perlu dikatakan memiliki risiko obestitas.
Kenapa Bisa Terjadi Demikian ?
Kebanyakan obesitas dipengaruhi oleh faktor keturunan (genetik) dan pengaruh lingkungan, misalnya pola makan, olahraga, dan jenis aktivitas keseharian. Selain itu obat-obatan juga dapat meningkatkan berat badan yang berujung pada obesitas, yaitu:kortisol dan glukokortikoid, atau steroid,penghambat monoamin oksidase,sulfonylurea,tiazolidindion, risperidon,klozapin,insulin dosis berlebih,kontrasepsi oral
Perlu diperhatikan !!! Seringkali obat steroid dicampurkan dalam jamu-jamuan atau obat-obat herbal baik dalam bentuk pil atau dedaunan yang dikeringkan. Steroid dapat berefek nyaman di tubuh dan badan terasa sehat dan segar padahal sesungguhnya itu hanya efek semu belaka. Anak jadi terlalu lahap makan dan cepat lapar. Steroid juga dapat menyebabkan Moon
Face, yaitu bentuk muka menjadi bulat dan menimbulkan berbagai komplikasi jangka panjang. Tanda dan Gejala
Obesitas pada anak ditandai dengan beberapa ciri sebagai berikut: 1. pertumbuhan atau pertambahan berat badan di atas rata-rata
2. mulai tampak gemuk sejak usia dini 3. asupan makan berlebih
4. ada riwayat keturunan obesitas 5. tidurnya mengorok
6. aktivitas sehari-hari hanya ringan-ringan saja/ sedentary life 7. muka tembem, dagu rangkap, leher pendek
8. terdapat bagian tubuh yang berlipat-lipat 9. perut buncit
10.
pada anak lelaki → penis tenggelam (tertutup lipatan tubuh), nak laki
-laki sering merasa malu karena payudara seolah olah tumbuh,menggantung dan sering disertai strie11. Anak lebih cepat mencapai pubertas. Kematangan sexsual lebih cepat, pertumbuhan payudara, menarke, pertumbuhan rambut kelamin dan ketiak juga lebih cepat
Yang akan Dilakukan Dokter di RS
1. Dokter akan memeriksa tanda dan gejala obesitas pada anak Anda dan akan melakukan beberapa pemeriksaan sebagai berikut:
- pengukuran BB dan TB untuk mendapatkan nilai BMI (Body Mass Index) - membandingkan perubahan berat badan dengan tinggi badan
- memeriksa daerah tubuh yang berlipat-lipat karena timbunan lemak - tekanan darah
- memeriksa daerah tubuh seperti rambut, tanda-tanda sekunder kelamin, perkembangan seksual, perut, jari dan kaki, serta daerah penis.
Dokter akan melakukan pemeriksaan laboratorium yang tujuannya untuk mengetahui penyebab obesitas. Tidak semua harus dilakukan, harus sesuai dengan indikasi:
1. darah perifer lengkap 2. tes toleransi glukosa 3. fungsi tiroid
4. profil lipid
5. sekresi dan fungsi growth hormon
6. kalsium, fosfat, dan kadar hormon paratiroid 7. fungsi hati: SGOT dan SGPT
8. foto orofaring 9. USG hati
10. MRI untuk cek hipotalamus dan hipofisis 11. Sleep studies untuk mendeteksi sleep apneu Komplikasi
Berbagai keadaan yang erat hubungannya dengan obesitas, baik yang terjadi pada masa bayi maupun masa dewasa antara lain:
1. Terhadap kesehatan
Obesitas ringan sampai sedang, morbiditasnya kecil pada masa anak-anak. Tetapi bila obesitas masih terjadi setelah dewasa, maka morbiditas atau mortalitasnya akan menigkat. Terdapat korelasi positif antara tingkat obesitas dengan berbagai penyakit infeksi, kecuali TBC. Morbiditas dan mortalitas yang tinggi tersebut, dikaitan dengan menurunya respon immunologic sel T dan aktfitas sel Polimorfonuklear.
2. Saluran pernafasan
Pada bayi, obesitas merupakan resiko terjadinya infeksi saluran pernafasan bagian bawah, karena terbatasnya kapasitas paru-paru. Adanya hipertropi tonsil dan adenoid akan mengakibatkan obstruksi saluran nafas bagian atas, sehingga mengakibatkan anuksia dan saturasi oksigen rendah, yang disebut sindrom Chubby Puffer. Obstruksi kronis saluran pernafasan dengan hipertropi tonsil dan adenoid, dapat mengakibatkan gangguan tidur, gejala-gejala jantung dan kadar oksigen dalam darang yang abnormal. Keluhan lainnya adalah nafas yang pendek. 3. Kulit
Kulit sering lecet karena gesekan. Anak merasa gerah atau panas sering di sertai miliaria, maupun jamur pada lipatan-lipatan kulit.
4. Ortopedi
Anak obesitas pergerakannya lambat. Sering terdapat kelainan ortopedi seperti Legg- perthee disease, genu valgum, slipped femoral capital epiphyses, tibia varadll.
5. Efek psiokologis
Kurangnya percaya diri. Anak pada masa remaja yang obesitas biasanya pasif dan depresi. Karena sering tidak di libatkan pada kegiatan yang dilakukan oleh teman sebayanya. Juga sulit mendapatkan pacar, karena merasa potongan tubuhnya jelek, tidak modis, merasa rendah diri sehinga mengisolasikan diri pergaulan dengan teman temannya. Gangguan kejiwaan ini juga dapat sebagai penyebab terjadinya obesitas, yaitu dengan melampiasakan setres yang dialaminya ke makanan.
6. Bila obesitas pada anak terus berlanjut sampai masa dewasa dapat mengakibatkan: - Hipertensi pada masa odelesensi.
- Hyperlipidemia, aterosklerosis, penyakit jantung coroner, hipertensi maligna pada dewasa.
- Diabetes
- Sindrmp pickwickian merupakan komplikasi yang berat dari obesitas dewasa, yaitu gangguan pada jantung dan pernafasan, hipoventilasi. Dengan manifestasi polisitemia, pipoksemia, sianosis, pembesaran jantung, gagal jantung, tongesif, dan somnolen. Kita harus berhati-hati pada pemberian oksigen konsentrasi tinggi pada anak ini. Usaha pengurusan badan
sangat penting bila terjadi komplikasi ini.
- Maturitas sexsual lebih awal, mensturasi sering tidak teratur Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan obesitas pada anak berbeda dengan pengobatan obesitas dewasa, karena tujuannya hanya menghambat laju kenaikan berat badan yang pesat tersebut dan tidak boleh diet terlalu ketat. Sehingga pengaturan dietnya harus dipertimbangkan bahwa anak masih dalam masa pertumbuhan sesuai tinggat pertumbuhan pada usia anak tersebut. Disamping itu pengobatan obesitas pada anak sering gagal, kecuali mendapat dukungan dari seluruh keluarga. Olahraga atau aktifitas tubuh yang teratur sangat penting dalam upaya penata laksanaan obesitas pada anak ini.
Pada prinsipnya pengobatan anak dengan obesitas adalah sebagai berikut:
1. Memperbaiki factor penyebab, misalnya kesalahan cara pengasuhan maupun factor kejiwaan. 2. Motivasi penderita obesitas dewasa tentang perlunya penggusauran badan. Sedangkan orang tua bayi atau anak yang obesitas harus dimotivasi tentang pentingnya memperlambat kenaikan berat badan bayi atau anaknya.
3. Pemberian diet rendah kalori seimbang untuk menghambat kenaikan berat badan kemudian membimbing pengaturan makanan yang sesuai untuk mempertahankan gizi yang ideal sesuai dengan pertumbuhan anak. Ditambahkan pula vitamin dan mineral.
4. Mengajukan penderita untuk olahraga yang teratur atau anak bermain secara aktif, sehingga banyak energy yang banyak digunakan.
Baik terapi diet maupun pisiko terapi harus diberikan pada seluruh keluarga. Sehingga seluruh keluarga seolah-olah turut serta dalam usaha pen capaian berat badan tersebut.
Cara pengaturan dietnya adalah sebagai berikut:
1. Pada bayi yang mengalami obesitas, tujuan terapi bukan untuk menurunkan berat badannya seperti pada obesitas dewasa, teteapi memperlambat kecepatan kenaikan berat badannya. Bayi diberikan diet sesuai degan kebutuhan normal untuk pertumbuhan, yaitu 110 kkal/kg. BB/hari untuk bayi kurang dari 6 bulan dengan 90 kkal/kg. BB/hari untuk bayi lebih dari 6 bulan. Susu botol jumlahnya harus dikurangi dengan cara diselingi dengan air tawar, disamping itu tidak
dianjurkan memberi susu yang diencerkan, susu rendah atau tanpa lemak. Disamping itu kita anjurkan pada ibunya agar anak tidak digendong saja, tetapi dibiarkan melakukan aktifitas.
2. Pada anak prasekolah yang menglami obesitas, kenaikan berat badannya harus diperlambat, dengan memberikan diet seimbang 60 kkal/kg. BB/hari. Atau bisa juga dari makan keluarga dengan porsi kecil dan menghindari makanan yang mengandung kalori tinggi. Selain itu kita harus mendorong anak untuk melakukan aktifitas fisik dan mencegah menonton TV berlebihan. 3. Pada anak usia sekolah (prapubertas) yang obesitas, kita berusaha mempertahankan berat badan anak dan menaikan tinggi badannya. Diet diberikan 1200 kkal/hari atau sekitar 60 kkal/kg.
BB/hari. Mendorong anak melakukan aktifitas fisik secara sendiri-sendiri maupun secara berkelompok. Tidak boleh menonton TV terlalu lama, lebih
–
lebih jika disertai makan–
makanan yang bekalori tinggi. Mengorganisir kelompok olah raga atau rekreasi, agar anak lebih aktif.
4. Padaobesitas dewasa, kita harus menurunkan berat badannya untuk mencapai berat badan yang diharapkan sesuai dengan tinggi badannya. Diet di berikan sekitar 850 kkal/hari, ataupun ingin menurunkan berat badan 500 kkal/hari. Selain itu anak harus didorong untuk melakukan aktifitas baik sendiri maupun secara berkelompok. Mendorong anak agar mau melakukan interaksi dengan teman – temannya.
Prognosis
Prognosis obesitas tergantung pada penyebab dan ada tidak adanya komplikasi. Obesitas yang berlanjut sampai dewasa, morbiditas dan mortalitasnya tinggi.
Pencegahan
Mencegah obesitas lebih baik daripada mengobati jika sudah terjadi obesitas yang penting adalah mengubah pandangan masyarakat agar mereka tidak menganggap bahwa sehat itu
identing dengan gemuk.
Pencegahan harus sedini mungkin yang dimulai sejak dari bayi, yaitu dengan memberikan ASI. Bayi yang minum ASI mempunyai mekanisme tersendiri dalam mengontrol berat badan bayi. Komposisi ASI pada saat baru mulai disusui(Foremilk)lemaknya sedikit, sedangkan pada akhir menyusui(hint milk)kadar lemaknya lebih tinggi, sehingga menimbulkan rasa
“nek” pada bayi, akibatnya bayi akan menghentikan menyusu. Pemberian ASI ekskulif
empat (4) bulan, kemudian, makanan tambahan diberikan mulai umur empat (4) bulan, dan pemberian ASI dianjuran sampai umur 2 tahun. Tidak memberikan minuman atau makanansetiap anak menangis, kecuali kalau kita yakin bahwa anak tersebut memang lapar.KMS (Kartu Menuju Sehat) perlu untuk memnatau pertumuhan anak, sehingga kita mengetahui penyimpangan arah dari grafik berat badan anak. Anak sedini mungkin dikenalkan aktifitas fisik, baik melalui bermain maupun olahraga. Menonton TV hanya sebagai selingan saja.
2. M emahami status gizi pada anak dan ibu hami l
Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variable tertentu, merupakan indeks yang statis dan agresif sifatnya kurang peka untuk melihat terjadinya perubahan dalam waktu pendek misalnya bulanan. (Supariasa, 2001:18). Status gizi terbaik ialah
kesehatan gizi optimum. Kondisi ini tubuh bebas dari penyakit dan mempunyai daya tahan tubuh yang baik sehingga memiliki daya kerja dan efisiensi yang sebaik-baiknya.
Dalam penilaian staus gizi dikenal 2 istilah yaitu : 1. Penilaian status gizi dan
2. Pemantauan status gizi
Keduanya sama-sama mendeskripsikan kondisi keseimbangan, namun perbedaan terletak pada frekuensi pengukuran dan interpretasi hasil ukur. PSG dilakukan pada satu titik waktu dan
hasil yang didapatkan adalah deskripsi status gizi pada satu kali pengukuran tersebut. PSG biasanya dilakukan untuk mengevaluasi program perbaikan gizi dan dampak sebuah program.
Sementara itu Monitoring Status Gizi adalah pengukuran status gizi yang dilakukan pada 2 titik waktu atau lebih. Pengamatan diarahkan kepada arah (trend) dari 2 titik waktu tersebut. Perubahan (naik/turun) status gizi menjadi fokus perhatian. Dengan demikian MSG adalah trend dari 2 PSG
Metode PSG bila dikelompokkan terdiri atas : 1. PSG untuk perorangan, dan
2. PSG untuk kelompok / masyarakat
Menurut Schaible & Kauffman (2007) hubungan antara kurang gizi dengan penyakit infeksi tergantung dari besarnya dampak yang ditimbulkan oleh sejumlah infeksi terhadap status gizi itu sendiri. Beberapa contoh bagaimana infeksi bisa berkontribusi terhadap kurang gizi seperti infeksi pencernaan dapat menyebabkan diare, HIV/AIDS, tuberculosis, dan beberapa penyakit infeksi kronis lainnya bisa menyebabkan anemia dan parasit pada usus dapat menyebabkan anemia. Penyakit Infeksi disebabkan oleh kurangnya sanitasi dan bersih, pelayanan kesehatan dasar yang tidak memadai, dan pola asuh anak yang tidak memadai
(Soekirman, 2000).
Penyebab tidak langsung yaitu ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan anak, serta pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan. Rendahnya ketahanan pangan rumah tangga, pola asuh anak yang tidak memadai, kurangnya sanitasi lingkungan serta pelayanan kesehatan yang tidak memadai merupakan tiga faktor yang saling berhubungan. Makin tersedia air bersih yang cukup untuk keluarga serta makin dekat jangkauan keluarga terhadap pelayanan dan sarana kesehatan, ditambah dengan pemahaman ibu tentang kesehatan, makin kecil resiko anak terkena penyakit dan kekurangan gizi (Unicef, 1998) Sedangkan penyebab mendasar atau akar masalah gizi di atas adalah terjadinya krisis ekonomi, politik dan sosial termasuk bencana alam, yang mempengaruhi ketidak-seimbangan antara asupan makanan dan adanya penyakit infeksi, yang pada akhirnya mempengaruhi status gizi balita (Soekirman, 2000).
Ada 2 faktor yang mempengaruhi status gizi seseorang yaitu: A. FaktorEksternal
1) Pendidikan dan pendapatan
Masalah gizi karena kemiskinan indikatornya adalah taraf ekonomi keluarga, yang hubungannya dengan daya beli yang dimiliki keluarga tersebut (Santoso, 1999, dalam creasoft.wordpress.com)
Tingkat pendidikan juga termasuk dalam faktor ini. Tingkat pendidikan berhubungan dengan status gizi karena dengan meningkatnya pendidikan kemungkinan akan meningkatkan pendapatan sehingga dapat meningkatkan daya beli makanan ( Departemen gizi dan kesehatan
Pendidikan gizi merupakan suatu proses merubah pengetahuan, sikap dan perilaku orang tua atau masyarakat untuk mewujudkan dengan status gizi yang baik (Suliha, 2001, dalam
artikelpenjas.blogspot.com)
2) Pekerjaan
Pekerjaan adalah sesuatu yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupan keluarganya. Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga (Markum, 1991).
3) Budaya
Budaya adalah suatu ciri khas, akan mempengaruhi tingkah laku dan kebiasaan (Soetjiningsih, 1998, dalam artikelpenjas.blogspot.com)
Budaya berperan dalam status gizi masyarakat karena ada beberapa kepercayaan, seperti tabu mengonsumsi makanan tertentu oleh kelompok umur tertentu yang sebenarnya makanan tersebut justru bergizi dan dibutuhkan oleh kelompok umur tersebut. Seperti ibu hamil yang tabu mengonsumsi ikan ( Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2007).
B. Faktor Internal 1) Usia
Usia akan mempengaruhi kemampuan atau pengalaman yang dimiliki orang tua dalam pemberian nutrisi anak balita (Nursalam, 2001 dalamcreasoft.wordpress.com)
2) Kondisi Fisik
Mereka yang sakit, yang sedang dalam penyembuhan dan yang lanjut usia, semuanya memerlukan pangan khusus karena status kesehatan mereka yang buruk. Bayi dan anak-anak yang kesehatannya buruk, adalah sangat rawan, karena pada periode hidup ini kebutuhan zat gizi digunakan untuk pertumbuhan cepat (Suhardjo, et, all, 1986)
3) Infeksi
Infeksi dan demam dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan atau menimbulkan kesulitan menelan dan mencerna makanan (Suhardjo, et, all, 1986 dalam
creasoft.wordpress.com)
Penilaian Status Gizi
Penilaian status gizi merupakan penjelasan yang berasal dari data yang diperoleh dengan menggunakan berbagai macam cara untuk menemukan suatu populasi atau individu yang memiliki risiko status gizi kurang maupun gizi lebih (Hartriyanti dan Triyanti, 200 7).
Penilaian status gizi terdiri dari dua jenis, yaitu : 1. Penilaian Langsung
a. Antropometri
Antropometri merupakan salah satu cara penilaian status gizi yang berhubungan dengan ukuran tubuh yang disesuaikan dengan umur dan tingkat gizi seseorang. Pada umumnya
antropometri mengukur dimensi dan komposisi tubuh seseorang (Supariasa, 2001). Metode antropometri sangat berguna untuk melihat ketidakseimbangan energi dan protein. Akan tetapi, antropometri tidak dapat digunakan untuk mengidentifikasi zat-zat gizi yang spesifik (Gibson, 2005).
b. Klinis
Pemeriksaan klinis merupakan cara penilaian status gizi berdasarkan perubahan yang terjadi yang b erhubungan erat dengan kekurangan maupun kelebihan asupan zat gizi. Pemeriksaan klinis dapat dilihat pada jaringan epitel yang terdapat di mata, kulit, rambut, mukosa mulut, dan organ yang dekat dengan permukaan tubuh (kelenjar tiroid) (Hartriyanti dan Triyanti, 2007).
c. Biokimia
Pemeriksaan biokimia disebut juga cara laboratorium. Pemeriksaan biokimia pemeriksaan yang digunakan untuk mendeteksi adanya defisiensi zat gizi pada kasus yang lebih parah lagi, dimana dilakukan pemeriksaan dalam suatu bahan biopsi sehingga dapat diketahui kadar zat gizi atau adanya simpanan di jaringan yang paling sensitif terhadap deplesi, uji ini disebut uji biokimia statis. Cara lain adalah dengan menggunakan uji gangguan fungsional yang berfungsi untuk mengukur besarnya konsekuensi fungsional dari suatu zat gizi yang spesifik
Untuk pemeriksaan biokimia sebaiknya digunakan perpaduan antara uji biokimia statis dan uji gangguan fungsional (Baliwati, 2004).
d. Biofisik
Pemeriksaan biofisik merupakan salah satu penilaian status gizi dengan melihat kemampuan fungsi jaringan dan melihat perubahan struktur jaringan yang dapat digunakan dalam keadaan tertentu, seperti kejadian buta senja (Supariasa, 2001).
2. Penilaian Tidak Langsung a. Survei Konsumsi Makanan
Survei konsumsi makanan merupakan salah satu penilaian status gizi dengan melihat jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi oleh individu maupun keluarga. Data yang didapat
dapat berupa data kuantitatif maupun kualitatif. Data kuantitatif dapat mengetahui jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi, sedangkan data kualitatif dapat diketahui frekuensi makan dan
cara seseorang maupun keluarga dalam memperoleh pangan sesuai dengan kebutuhan gizi (Baliwati, 2004).
b. Statistik Vital
Statistik vital merupakan salah satu metode penilaian status gizi melalui data-data mengenai statistik kesehatan yang berhubungan dengan gizi, seperti angka kematian menurut umur tertentu, angka penyebab kesakitan dan kematian, statistik pelayanan kesehatan, dan angka penyakit infeksi yang berkaitan dengan kekurangan gizi (Hartriyanti dan Triyanti, 2007).
c. Faktor Ekologi
Penilaian status gizi dengan menggunakan faktor ekologi karena masalah gizi dapat terjadi karena interaksi beberapa faktor ekologi, seperti faktor biologis, faktor fisik, dan lingkungan budaya. Penilaian berdasarkan faktor ekologi digunakan untuk mengetahui penyebab
kejadian gizi salah (malnutrition) di suatu masyarakat yang nantinya akan sangat berguna untuk melakukan intervensi gizi (Supariasa, 2001).
Antopometri Gizi
Di masyarakat, cara pengukuran status gizi yang paling sering digunakan adalah antropometri gizi. Dewasa ini dalam progam gizi masyarakat, pemantauan status gizi anak balita menggunakan metode antropometri, sebagai cara untuk menilai status gizi. Disamping itu pula dalam kegiatan penapisan status gizi masyarakat selalu menggunakan metode tersebut. Pada dasarnya jenis pertumbuhan dapat dibagi dua yaitu: pertumbuhan yang bersifat linier dan pertumbuhan massa jaringan. Dari sudut pandang antropometri, kedua jenis pertumbuhan ini
mempunyai arti yang berbeda. Pertumbuhan linier menggambarkan status gizi yang dihubungkan pada saat lampau dan pertumbuhan massa jaringan mengambarkan status gizi yang dihubungkan pada saat sekarang atau saat pengukuran.
a. Pertumbuhan linier
Bentuk dari ukuran linier adalah ukuran yang berhubungan dengan panjang. Contohnya panjang badan, lingkar badan, dan lingkar kepala. Ukuran linear yang rendah biasanya menunjukkan keadaan gizi yang kurang akibat kekurangan energi dan protein yang diderita waktu lampau. Ukuran linear yang paling sering digunakan adalah tinggi atau panjang badan. b. Pertumbuhan Massa Jaringan
Bentuk dan ukuran massa jaringan adalah massa tubuh. Contoh ukuran massa jaringan adalah berat badan, lingkar lengan atas (LLA), dan tebal lemak bawah kulit. Apabila ukuran ini rendah atau kecil, menunjukkan keadaan gizi kurang akibat kekurangan energi dan protein yang diderita pada waktu pengukuran dilakukan. Ukuran massa jaringan yang paling sering digunakan adalah berat badan.
Antropometri gizi adalah berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Berbagai jenis ukuran tubuh antara lain: berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas dan tebal lemak di bawah kulit. Keunggulan antropometri gizi sebagai berikut:
a. Prosedurnya sederhana, aman dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel yang besar. b. Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli, tetapi cukup dilakukan oleh tenaga yang sudah dilatih dalam waktu singkat dapat melakukan pengukuran antropometri. Kader gizi (Posyandu) tidak perlu seorang ahli, tetapi dengan pelatihan singkat ia dapat melaksanakan kegiatannya secara
rutin.
c. Alatnya murah, mudah dibawa, tahan lama, dapat dipesan dan dibuat di daerah setempat. Memang ada alat antropometri yang mahal dan harus diimpor dari luar negeri, tetapi penggunaan alat itu hanya tertentu saja seperti "Skin Fold Caliper" untuk mengukur tebal lemak di bawah kulit.
e. Dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi di masa lampau.
f. Umumnya dapat mengidentifikasi status gizi sedang, kurang, dan gizi buruk, karena sudah ada ambang batas yang jelas.
g. Metode antropometri dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada periode tertentu, atau dari satu generasi ke generasi berikutnya.
h. Metode antropometri gizi dapat digunakan untuk penapisan kelompok yang rawan terhadap gizi.
Di samping keunggulan metode penentuan status gizi secara antropometri, terdapat pula beberapa kelemahan.
a.Tidak sensitif. Metode ini tidak dapat mendeteksi status gizi dalam waktu singkat. Di samping itu tidak dapat membedakan kekurangan zat gizi tertentu seperti zink dan Fe. b.Faktor di luar gizi (penyakit, genetik, dan penurunan penggunaan energi) dapat menurunkan
spesifikasi dan sensitivitas pengukuran antropometri.
c.Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempengaruhi presisi, akurasi, dan validitas pengukuran antropometri gizi.
d.Kesalahan ini terjadi karena: 1.pengukuran
2.perubahan hasil pengukuran baik fisik maupun komposisi jaringan 3.analisis dan asumsi yang keliru
e.Sumber kesalahan, biasanya berhubungan dengan: 1.latihan petugas yang tidak cukup
2.kesalahan alat atau alat tidak ditera 3.kesulitan pengukuran
Jenis Parameter
Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain: Umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul, dan tebal lemak di bawah kulit. Di bawah ini akan diuraikan parameter itu.
Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling sering digunakan pada bayi baru lahir (neonatus). Berat badan digunakan untuk mendiagnosa bayi normal atau BBLR. Dikatakan BBLR apabila berat bayi lahir di bawah 2500 gram atau di bawah 2,5 kg. Pada masa bayi-balita, berat badan dapat dipergunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status gizi, kecuali terdapat kelainan klinis seperti dehidrasi, asites, edema dan
adanya tumor. Di samping itu pula berat badan dapat dipergunakan sebagai dasar perhitungan dosis obat dan makanan.
Berat badan menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air dan mineral pada tulang. Pada remaja, lemak tubuh cenderung meningkat, dan protein otot menurun. Pada orang yang edema dan asites terjadi penambahan cairan dalam tubuh. Adanya tumor dapat menurunkan jaringan lemak dan otot, khususnya terjadi pada orang kekurangan gizi.
Penentuan berat badan dilakukan dengan cara menimbang. Alat yang digunakan di lapangan sebaiknya memenuhi beberapa persyaratan:
1. Mudah digunakan dan dibawa dari satu tempat ke tempat yang lain. 2. Mudah diperoleh dan relatif murah harganya.
3. Ketelitian penimbangan sebaiknya maksimum 0,1 kg. 4. Skalanya mudah dibaca.
5. Cukup aman untuk menimbang anak balita.
Alat yang dapat memenuhi persyaratan dan kemudian dipilih dan dianjurkan untuk digunakan dalam penimbangan anak balita adalah dacin.
Penggunaan dacin mempunyai beberapa keuntungan antara lain: 1. Dacin sudah dikenal umum sampai di pelosok pedesaan.
2. Dibuat di Indonesia, bukan impor, dan mudah didapat. 3. Ketelitian dan ketepatan cukup baik.
Dacin
Dacin yang digunakan sebaiknya minimum 20 kg dan maksimum 25 kg. Bila digunakan dacin berkapasitas 50 kg dapat juga, tetapi hasilnya agak kasar, karena angka ketelitiannya 0,25 kg.
Tinggi Badan, tinggi atau panjang badan merupakan indikator umum ukuran tubuh dan panjang tulang. Namun, tinggi saja belum dapat dijadikan indikator untuk menilai status gizi, kecuali jika digabungkan dengan indikator lain seperti usia dan berat badan. Penggunaan tinggi, atau panjang, bukan tanpa kelemahan. Pertama, baku acuan yang tersedia umumnya terambil dari penilaian tinggi badan subjek yang berasal dari masyarakat berstatus gizi baik di negara maju. Kedua, defisit pertumbuhan linier baru akan terjelma manakala defisiensi telah berlangsung lama yang berarti tidak akan termanifestasi semasa bayi. Jika bayi terukur lebih pendek ketimbang baku acuan, tidak berarti bayi tersebut tengah malnutrisi pascanatal, melainkan dampak dari ukuran lahir rendah. Ketiga, secara genetik setiap orang terlahir menurut ukuran yang tidak serupa: orang yang jika dibandingkan dengan populasi "acuan" berukuran lebih pendek tidak langsung berarti malnutrisi.
Tinggi badan diukur dalam keadaan berdiri tegak lurus, tanpa alas kaki, kedua tangan merapat ke badan, punggung dan bokong menempel pada dinding, dan pandangan diarahkan ke depan.
Lingkar Lengan Atas (LLA), dewasa ini memang merupakan salah satu pilihan untuk penentuan status gizi, karena mudah dilakukan dan tidak memerlukan alat-alat yang sulit
diperoleh dengan harga yang lebih murah.
Pengukuran LLA adalah suatu cara untuk mengetahui risiko kekurangan energi protein (KEP) wanita usia subur (WUS). Pengukuran LLA tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan
status gizi dalam jangka pendek. Pengukuran LLA digunakan karena pengukurannya sangat mudah dan dapat dilakukan siapa saja.
Beberapa tujuan pemeriksaan LLA adalah mencakup masalah WUS baik ibu hamil maupun calon ibu, masyarakat umum dan peran petugas lintas sektoral. Adapun tujuan tersebut adalah:
a. Mengetahui risiko KEK WUS, baik ibu hamil maupun calon ibu, untuk menapis wanita yang mempunyai risiko melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR).
b. Meningkatkan perhatian dan kesadaran masyarakat agar lebih berperan dalam pencegahan dan penanggulangan KEK.
c. Mengembangkan gagasan baru di kalangan masyarakat dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak.
d. Meningkatkan peran petugas lintas sektoral dalam upaya perbaikan gizi WUS yang menderita KEK.
e. Mengarahkan pelayanan kesehatan pada kelompok sasaran WUS yang menderita KEK.
Lingkar lengan atas diperiksa pada bagian pertengahan jarak antara olekranon dan tonjolan akromion. Ambang batas LLA WUS dengan risiko KEK di Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila ukuran LLA kurang 23,5 cm atau dibagian merah pita LLA, artinya wanita tersebut mempunyai risiko KEK, dan diperkirakan akan melahirkan berat bayi lahir rendah (BBLR). BBLR mempunyai risiko kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhan dan gangguan perkembangan anak.
Lingkar Kepala, adalah standar prosedur dalam ilmu kedokteran anak secara praktis, yang biasanya untuk memeriksa keadaan patologi dari besarnya kepala atau peningkatan ukuran kepala. Contoh yang sering digunakan adalah kepala besar (Hidrosefalus) dan kepala kecil (Mikrosefalus).
Lingkar kepala terutama dihubungkan dengan ukuran otak dan tulang tengkorak. Ukuran otak meningkat secara cepat selama tahun pertama, akan tetapi besar lingkar kepala tidak menggambarkan keadaan kesehatan dan gizi. Bagaimanapun juga ukuran otak dan lapisan tulang kepala dan tengkorak dapat bervariasi sesuai dengan keadaan gizi.
Lingkar Dada, biasanya dilakukan pada anak yang berumur 2 sampai 3 tahun, karena rasio lingkar kepala dan lingkar dada sama pada umur 6 bulan. Setelah umur ini, tulang tengkorak tumbuh secara lambat dan pertumbuhan dada lebih cepat. Umur antara 6 bulan dan 5 tahun, rasio lingkar kepala dan dada adalah kurang dari satu, hal ini dikarenakan akibat kegagalan perkembangan dan pertumbuhan, atau kelemahan otot dan lemak pada dinding dada. Ini dapat digunakan sebagai indikator dalam menentukan KEP pada anak balita. Jaringan Lunak. Otak, hati, jantung, dan organ dalam lainnya merupakan bagian yang cukup besar dari berat badan, tetapi relatif tidak berubah beratnya pada anak malnutrisi. Otot dan lemak merupakan jaringan lunak yang sangat bervariasi pada penderita KEP. Antropometri jaringan dapat dilakukan pada kedua jaringan tersebut dalam pengukuran status gizi di
masyarakat
Penelitian komposisi tubuh, termasuk informasi mengenai jumlah dan distribusi lemak subkutan, dapat dilakukan dengan bermacam metode:
1.Analisis Kimia dan Fisik (melalui analisis seluruh tubuh pada autopsi). 2. Ultrasonik.
3.Densitometri (melalui penempatan air pada densitometer)
4.Radiological anthropometry (dengan mengunakan jaringan yang lunak) 5.Physical anthropometry (menggunakan skin-fold calipers)
Dari metode tersebut diatas, hanya antropometri fisik yang paling sering atau praktis digunakan di lapangan. Bermacam-macam skin-fold calipers telah ditemukan, tetapi pengalaman menunjukkan bahwa alat tersebut mempunyai standard atau jangkauan jepitan (20-40 mm2), dengan ketelitian 0,1 mm, tekanan yang konstan 10 gram/mm2). Jenis alat yang sering digunakan adalah Harpenden Calipers. Alat itu memungkinkan jarum diputar ke titik nol apabila terlihat penyimpangan.
Indeks Antropometri
Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi. Kombinasi antara beberapa parameter disebut Indeks Antropometri.
Dalam pengukuran indeks antropometri sering terjadi kerancuan, hal ini akan mempengaruhi interpretasi status gizi yang keliru. Masih banyak diantara pakar yang berkecimpung di bidang gizi belum mengerti makna dari beberapa indeks antropometri. Beberapa indeks antropometri yang sering digunakan yaitu Berat Badan menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U), dan Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB). Perbedaan penggunaan indeks tersebut akan memberikan gambaran prevalensi status gizi yang berbeda.
Indeks antropometri adalah pengukuran dari beberapa parameter. Indeks antropometri bisa merupakan rasio dari satu pengukuran terhadap satu atau lebih pengukuran atau yang
dihubungkan dengan umur dan tingkat gizi. Salah satu contoh dari indeks antropometri adalah Indeks Massa Tubuh (IMT) atau yang disebut dengan Body Mass Index(Supariasa, 2001).
Indeks Massa Tubuh
Masalah kekurangan dan kelebihan gizi pada orang dewasa (usia 18 tahun keatas) merupakan masalah penting, karena selain mempunyai risiko penyakit-penyakit tertentu, juga dapat mempengaruhi produktifitas kerja. Oleh karena itu, pemantauan keadaan tersebut perlu dilakukan secara berkesinambungan. Salah satu cara adalah dengan mempertahankan berat badan yang ideal atau normal.
Laporan FAO/WHO/UNU tahun 1985 menyatakan bahwa batasan berat badan normal orang dewasa ditentukan berdasarkan nilai Body Mass Index (BMI). Di Indonesia istilah Body Mass Index diterjemahkan menjadi Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT mempakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan, maka mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup lebih panjang.
Antropometri berasal dari kata anthropos dan logos (bahasa Yunani), yang berarti tubuh manusia dan ilmu. Artinya PSG dengan metode antropometri adalah menjadikan ukuran tubuh manusia sebagai alat menentukan status gizi manusia. Konsep dasar yang harus dipahami dalam menggunakan antropometri adalah konsep pertumbuhan.
Selain menggunakan konsep dasar pertumbuhan status gizi dapat ditentukan dengan : Indeks berat badan per tinggi badan (BB/TB) dan Lingkar lengan atas. Untuk orang dewasa lebih
cocok menggunakan indeks perbandingan berat badan (kg) dengan tinggi badan (m) kwadrat, yaitu (BB/TB2). Pengukuran status gizi dengan indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat ini selain itu BB/TB juga merupakan indeks yang independent terhadap umur (Supariasa, 2001: 58).
1. Indeks berat badan per tinggi badan (BB/TB)
Cara pengukuran status gizi berdasarkan indeks BB/TB dengan menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT), karena IMT merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan (Supariasa, 2001).
Klasifikasi Kategori IMT menurut CDC
2. LILA
Calon ibu harus sehat dan fit untuk hamil. Tentu saja, pertambahan berat badan selama hamil harus dipantau cermat. Cara lain yang dapat digunakan untuk mengetahui status gizi ibu hamil adalah dengan mengukur lingkar lengan atas (LILA). Pengukuran LILA biasanya dilakukan pada wanita usia subur (15-45 tahun) dan ibu hamil untuk memprediksi adanya kekurangan energi dan protein yang bersifat kronis atau sudah terjadi dalam waktu lama.
Ukuran LILA berkaitan erat dengan berat badan ibu selama hamil mulai trimester I sampai trimester III. Kelebihannya jika dibandingkan dengan ukuran berat badan, ukuran LILA lebih menggambarkan keadaan atau status gizi ibu hamil sendiri berat badan selama kehamilan merupakan berat badan komulatif antara pertambahan berat organ tubuh dan volume darah ibu serta berat janin yang dikandungnya. Kita tidak tahu pasti apakah pertambahan berat badan ibu selama hamil itu berasal dari pertambahan berat badan ibu, janin, atau keduanya.
Selain itu, pembengkakan (oedema) yang biasa dialami ibu hamil, jarang mengenai lengan atas. Ini juga yang menyebabkan pengkuran LILA lebih baik untuk menilai status gizi ibu hamil daripada berat badan.
Setelah melalui penelitian khusus untuk perempuan Indonesia, diperoleh standar LILA sebagai berikut :
1. Jika LILA kurang dari 23,5 cm: status gizi ibu hamil kurang, misalnya kemungkinan mengalami KEK (Kurang Energi Kronis) atau anemia kronis, dan beresiko lebih tinggi melahirkan bayi BBLR.
2. Jika LILA sama atau lebih dari 23,5 cm: berarti status gizi ibu hamil baik, dan resiko melahirkan bayi BBLR lebih rendah.
Apalagi, alat yang digunakan lebih ringan dibandingkan timbangan, dan mudah dibawa kemana-mana. Pengukuran LILA dilakukan dengan melingkarkan pita LILA sepanjang 33 cm, atau
meteran kain dengan ketelitian 1 desimal (0,1 cm). Saat dilakukan pengukuran, ibu hamil pada posisi berdiri dan dilakukan pada titik tengah antara pangkal bahu dan ujung siku lengan kiri, jika ibu hamil yang bersangkutan tidak kidal.
Sebaliknya jika dia kidal, pengukuran dilakukan pada lengan kanan. Hal ini dilakukan untuk memperkecil bias yang terjadi, karena adanya pembesaran otot akibat aktivitas, bukan karena penimbunan lemak. Demikian juga jika lengan kiri lumpuh, pengukuran dilakukan pada lengan kanan.
Status Gizi Anak
Status Gizi Anak adalah keadaan kesehatan anak yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik energi dan zat-zat gizi lain yang diperoleh dari pangan dan makanan yang dampak fisiknya diukur secara antroppometri ( Suharjo, 1996), dan dikategorikan berdasarkan standar baku WHO-NCHS dengan indeks BB/U, TB/U dan BB/TB
Indikasi pengukuran dari variabel ini ditentukan oleh :
1. Penimbangan Berat Badan (BB) dan pengukuran Tinggi Badan (TB) Dilakukan oleh petugas klinik gizi sesuai dengan syarat-syarat penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan yang baik dan benar penggunaan timbangan berat badan dan meteran tinggi badan
(mikrotoise)
2. Penentuan umur anak ditentukan sesuai tanggal penimbangan BB dan Pengukuran TB, kemudian dikurangi dengan tanggal kelahiran yang diambil dari data identitas anak pada sekolah masing-masing, dengan ketentuan 1 bulan adalah 30 hari dan 1 tahun adalah 12 bulan.
Kriteria objektifnya dinyatakan dalam rata-rata dan jumlah Z score simpang baku (SSB) induvidu dan kelompok sebagai presen terhadap median baku rujukan (Waterlow.et al, dalam, Djuamadias, Abunain, 1990) Untuk menghitung SSB dapat dipakai rumus :
NSBR NMBR NIS Rujukan Baku Skor
NIS : Nilai Induvidual Subjek NMBR : Nilai Median Baku Rujukan
NSBR : Nilai Simpang Baku Rujukan Hasil pengukuran dikategorikan sbb
1. Untuk BB/U
a. Gizi Kurang Bila SSB < - 2 SD b. Gizi Baik Bila SSB -2 s/d +2 SD
c. Gizi Lebih Bila SSB > +2 SD 2. TB/U a. Pendek Bila SSB < -2 SD b. Normal Bila SSB -2 s/d +2 SD c. Tinggi Bila SBB > +2 SD 3. BB/TB a. Kurus Bila SSB < -2 SD b. Normal Bila SSB -2 s/d +2 SD c. Gemuk Bila SSB > +2 SD
Dan juga status gizi diinterpretasikan berdasarkan tiga indeks antropomteri, (Depkes, 2004). Dan dikategorikan seperti yang ditunjukan pada tabel 3.
Tabel 3 Kategori Interpretasi Status Gizi Berdasarkan Tiga Indeks (BB/U,TB/U, BB/TB Standart Baku Antropometeri WHO-NCHS)
Interpretasi
Indeks yang digunakan
BB/U TB/U BB/TB
Normal, dulu kurang gizi Rendah Rendah Normal Sekarang kurang ++ Rendah Tinggi Rendah Sekarang kurang + Rendah Normal Rendah
Normal Normal Normal Normal
Sekarang kurang Normal Tinggi Rendah
Sekarang lebih, dulu kurang Normal Rendah Tinggi
Tinggi, normal Tinggi Tinggi Normal
Obese Tinggi Rendah Tinggi
Sekarang lebih, belum obese Tinggi Normal Tinggi Keterangan : untuk ketiga indeks ( BB/U,TB/U, BB/TB) :
Normal : -2 s/d +2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS Tinggi : > + 2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS Sumber: Depkes RI, 2004
Ada beberapa cara melakukan penilaian status gizi pada kelompok masyarakat. Salah satunya adalah dengan pengukuran tubuh manusia yang dikenal dengan Antropometri. Dalam pemakaian untuk penilaian status gizi, antropomteri disajikan dalam bentuk indeks yang
dikaitkan dengan variabel lain. Variabel tersebut a dalah sebagai berikut :
a. Umur.
Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan penentuan akan menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil penimbangan berat badan maupun tinggi badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat.
Kesalahan yang sering muncul adalah adanya kecenderunagn untuk memilih angka yang mudah seperti 1 tahun; 1,5 tahun; 2 tahun. Oleh sebab itu penentuan umur anak perlu dihitung dengan cermat. Ketentuannya adalah 1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan adalah 30 hari. Jadi perhitungan umur adalah dalam bulan penuh, artinya sisa umur dalam hari tidak diperhitungkan ( Depkes, 2004).
b. Berat Badan
Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran massa jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat peka terhadap perubahan yang mendadak baik karena penyakit infeksi maupun konsumsi makanan yang menurun. Berat badan ini dinyatakan dalam bentuk indeks BB/U (Berat Badan menurut Umur) atau melakukan penilaian dengam melihat perubahan berat badan pada saat pengukuran dilakukan, yang dalam penggunaannya memberikan gambaran keadaan kini. Berat badan paling banyak digunakan karena hanya memerlukan satu pengukuran, hanya saja tergantung pada ketetapan umur, tetapi kurang dapat menggambarkan kecenderungan perubahan situasi gizi dari waktu ke waktu (Djumadias Abunain, 1990).
c. Tinggi Badan
Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang dilihat dari keadaan kurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan sangat baik untuk melihat keadaan gizi masa lalu terutama yang berkaitan dengan keadaan berat badan lahir rendah dan kurang gizi pada masa balita. Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk Indeks TB/U ( tinggi badan menurut umur), atau juga indeks BB/TB ( Berat Badan menurut Tinggi Badan) jarang dilakukan ka rena perubahan tinggi badan yang lambat dan biasanya hanya dilakukan setahun sekali. Keadaan indeks ini pada umumnya memberikan gambaran keadaan lingkungan yang tidak baik, kemiskinan dan
akibat tidak sehat yang menahun ( Depkes RI, 2004).
Berat badan dan tinggi badan adalah salah satu parameter penting untuk menentukan status kesehatan manusia, khususnya yang berhubungan dengan status gizi. Penggunaan Indeks BB/U, TB/U dan BB/TB merupakan indikator status gizi untuk melihat adanya gangguan fungsi pertumbuhan dan komposisi tubuh (M.Khumaidi, 1994).
Penggunaan berat badan dan tinggi badan akan lebih jelas dan sensitive/peka dalam menunjukkan keadaan gizi kurang bila dibandingkan dengan penggunaan BB/U. Dinyatakan
dalam BB/TB, menurut standar WHO bila prevalensi kurus/wasting < -2SD diatas 10 % menunjukan suatu daerah tersebut mempunyai masalah gizi yang sangat serius dan berhubungan langsung dengan angka kesakitan.
Tabel 1 Penilaian Status Gizi berdasarkan Indeks BB/U,TB/U, BB/TB Standart Baku Antropometeri WHO-NCHS
No Indeks yang dipakai
Batas
Pengelompokan Sebutan Status Gizi 1 BB/U < -3 SD Gizi buruk
- 3 s/d <-2 SD Gizi kurang - 2 s/d +2 SD Gizi baik > +2 SD Gizi lebih 2 TB/U < -3 SD Sangat Pendek
- 3 s/d <-2 SD Pendek - 2 s/d +2 SD Normal > +2 SD Tinggi 3 BB/TB < -3 SD Sangat Kurus - 3 s/d <-2 SD Kurus - 2 s/d +2 SD Normal > +2 SD Gemuk Sumber : Depkes RI 2004.
Data baku WHO-NCHS indeks BB/U, TB/U dan BB/TB disajikan dalan dua versi yakni persentil (persentile) dan skor simpang baku (standar deviation score = z). Menurut Waterlow,et,al, gizi anak-anak dinegara-negara yang populasinya relative baik (well-nourished), sebaik
nya digunakan “presentil”, sedangkan dinegara untuk anak
-anak yang populasinya relative kurang (under nourished) lebih baik menggunakan skor simpang baku (SSB) sebagai persen terhadap median baku rujukan ( Djumadias Abunaim,1990).Pengukuran Skor Simpang Baku (Z-score) dapat diperoleh dengan mengurangi Nilai Induvidual Subjek (NIS) dengan Nilai Median Baku Rujukan (NMBR) pada umur yang bersangkutan, hasilnya dibagi dengan Nilai Simpang Baku Rujukan (NSBR). Atau dengan
menggunakan rumus :
Status gizi berdasarkan rujukan WHO-NCHS dan kesepakatan Cipanas 2000 oleh para pakar Gizi dikategorikan seperti diperlihatkan pada tabel 1 diatas serta di interpretasikan berdasarkan gabungan tiga indeks antropometri seperti yang terlihat pada tabel 2.
Untuk memperjelas penggunaan rumur Zskor dapat dicontohkan sebagai berikut Diketahui BB= 60 kg TB=145 cm
Umur : karena umur dengan indeks BB/U, TB/U dan BB/TB berdasarkan WHO-NCHS hanya dibatasi < 18 tahun maka disini dicontohkan anak laki-laki usia 15 tahun
Table weight (kg) by age of boys aged 15 year from WHO-NCHS Age Standard Deviations
Yr mth -3sd -2sd -1sd Median +1sd +2sd +3sd 15 0 31.6 39.9 48.3 56.7 69.2 81.6 94.1 Sumber: WHO, Measuring Change an Nutritional Status, Genewa 1985
Table weight (kg) by stature of boys 145 cm in Height from WHO-NCHS Stature Standard Deviations
Cm -3sd -2sd -1sd Median +1sd +2sd +3sd
145 0 24.8 28.8 32.8 36.9 43.0 49.2 55.4 Sumber: WHO, Measuring Change an Nutritional Status, Genewa 1985
Table stature (cm) by age of boys aged 15 year from WHO-NCHS Stature Standard Deviations
Yr mth -3sd -2sd -1sd Median +1sd +2sd +3sd 15 0 144.8 152.9 160.9 169.0 177.1 185.1 193.2 Sumber: WHO, Measuring Change an Nutritional Status, Genewa 1985
Jadi untuk indeks BB/U adalah
= Z Score = ( 60 kg
–
56,7 ) / 8.3 = + 0,4 SD = status gizi baikUntuk IndeksTB/U adalah
= Z Score = ( 145 kg
–
169 ) / 8.1 = - 3.0 SD = status gizi pendekUntuk Indeks BB/TB adalah
= Z Score = ( 60