KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb,
Assalamualaikum wr.wb,
Alh
Alhamd
amduli
ulillah
llahirab
irabbil
bilalam
alamin
in sega
segala
la puj
puji
i bag
bagi
i All
Allah
ah SWT
SWT atas
atas sega
segala
la rah
rahmat
mat dan
dan
hidayahNya, shalawat beserta salam atas nabi besar Muhammad SAW. Terimakasih yang
hidayahNya, shalawat beserta salam atas nabi besar Muhammad SAW. Terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada dr Dr. Herry Setya Yudha Utama, Sp.B, FInaCS, MHKes, ICS atas
sebesar-besarnya kepada dr Dr. Herry Setya Yudha Utama, Sp.B, FInaCS, MHKes, ICS atas
kesediaan, waktu dan kesempatan yang diberikan sebagai pembimbing referat ini, kepada
kesediaan, waktu dan kesempatan yang diberikan sebagai pembimbing referat ini, kepada
tem
teman
an sesa
sesama
ma kep
kepani
anitera
teraan
an ilm
ilmu
u pen
penyak
yakit mata
it mata dan pera
dan perawat
wat yan
yang
g sela
selalu
lu men
menduk
dukung
ung,,
m
mem
embe
beri
ri sa
sara
ran,
n, mo
moti
tiva
vasi
si,
, bi
bim
mbi
bin
nga
gan
n d
dan
an k
ker
erja
jasa
sam
ma
a y
yan
ang
g b
bai
aik
k se
seh
hin
ing
gga
ga da
dap
pat
at
terselesaikannya referat ini.
terselesaikannya referat ini.
Referat ini disusun untuk memenuhi tugas kepaniteraan bagian ilmu bedah di Rumah
Referat ini disusun untuk memenuhi tugas kepaniteraan bagian ilmu bedah di Rumah
Sakit Umum Daerah Arjawinangun yang merupakan salah satu dari prasyarat kelulusan.
Sakit Umum Daerah Arjawinangun yang merupakan salah satu dari prasyarat kelulusan.
Referat ini membahas dan menganalisa berbagai hal mengenai “Trauma Abdomen”. Bahasan
Referat ini membahas dan menganalisa berbagai hal mengenai “Trauma Abdomen”. Bahasan
dalam referat ini diambil dari berbagai macam sumber.
dalam referat ini diambil dari berbagai macam sumber.
Penyusun sadar bahwa dalam penyusunan referat ini masih banyak sekali kekurangan.
Penyusun sadar bahwa dalam penyusunan referat ini masih banyak sekali kekurangan.
Oleh karena itu saran dan kritik
Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun
yang membangun diharapkan demi perbaikan laporan
diharapkan demi perbaikan laporan kasus
kasus
ini. Semoga referat ini berguna bagi semua pihak yang terkait.
ini. Semoga referat ini berguna bagi semua pihak yang terkait.
Wassalamualaikum wr.wb
Wassalamualaikum wr.wb
Jakarta, September 2013
Jakarta, September 2013
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR ... 1... 1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 2... 2 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN... ... ... ... 33 BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 5... 52.1 Anatomi Abdomen... ... 5 2.1 Anatomi Abdomen... ... 5 2.2 Definisi... 10 2.2 Definisi... 10 2.3 Etiologi... 11 2.3 Etiologi... 11 2.5 Patofisiologi... 11 2.5 Patofisiologi... 11 2.6 Diagnosis... 13 2.6 Diagnosis... 13 2.7 2.7 Penatalaksanaan...Penatalaksanaan... 17... 17
BAB III KESIMPULAN BAB III KESIMPULAN... ... 3131 3.1 Kesimpulan... 31 3.1 Kesimpulan... 31 3.2 Saran... 31 3.2 Saran... 31 DAFTAR PUSTAKA DAFTAR PUSTAKA... ... 3232
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR ... 1... 1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 2... 2 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN... ... ... ... 33 BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 5... 52.1 Anatomi Abdomen... ... 5 2.1 Anatomi Abdomen... ... 5 2.2 Definisi... 10 2.2 Definisi... 10 2.3 Etiologi... 11 2.3 Etiologi... 11 2.5 Patofisiologi... 11 2.5 Patofisiologi... 11 2.6 Diagnosis... 13 2.6 Diagnosis... 13 2.7 2.7 Penatalaksanaan...Penatalaksanaan... 17... 17
BAB III KESIMPULAN BAB III KESIMPULAN... ... 3131 3.1 Kesimpulan... 31 3.1 Kesimpulan... 31 3.2 Saran... 31 3.2 Saran... 31 DAFTAR PUSTAKA DAFTAR PUSTAKA... ... 3232
BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
I.I
I.I Latar
Latar Belakang
Belakang
Trauma adalah cedera fisik dan psikis, kekerasan yang mengakibatkan cedera.
Trauma adalah cedera fisik dan psikis, kekerasan yang mengakibatkan cedera.
Trauma pada abdomen dapat di bagi menjadi dua jenis. Trauma penetrasi dan Trauma
Trauma pada abdomen dapat di bagi menjadi dua jenis. Trauma penetrasi dan Trauma
non penetrasi
non penetrasi..
Pukulan langsung, misalnya kena pinggir bawah stir mobil atau pintu yang masuk
Pukulan langsung, misalnya kena pinggir bawah stir mobil atau pintu yang masuk
(intruded) pada tabrakan kendaraan bermotor, dapat mengakibatkan cedera tekanan atau
(intruded) pada tabrakan kendaraan bermotor, dapat mengakibatkan cedera tekanan atau
tindasan pada isi abdomen. Kekuatan ini merusak bentuk organ padat atau berongga dan
tindasan pada isi abdomen. Kekuatan ini merusak bentuk organ padat atau berongga dan
dapat mengakibatkan ruptur, khususnya pada organ yang menggembung (misalnya uterus
dapat mengakibatkan ruptur, khususnya pada organ yang menggembung (misalnya uterus
yang hamil), dengan perdarahan sekunder dan peritonitis. Shearing injuries pada organ isi
yang hamil), dengan perdarahan sekunder dan peritonitis. Shearing injuries pada organ isi
abdomen merupakan bentuk trauma yang dapat terjadi bila suatu alat penahan (seperti
abdomen merupakan bentuk trauma yang dapat terjadi bila suatu alat penahan (seperti
sabuk pengaman jenis lap belt atau komponen sabuk bahu)dipakai dengan cara yang
sabuk pengaman jenis lap belt atau komponen sabuk bahu)dipakai dengan cara yang
salah.
salah.
Penderita yang cedera dalam tabrakan kendaraan bermotor juga dapat menderita
Penderita yang cedera dalam tabrakan kendaraan bermotor juga dapat menderita
cedera deceleration karena gerakan yang berbeda dari bagian badan yang bergerak dan
cedera deceleration karena gerakan yang berbeda dari bagian badan yang bergerak dan
yang tidak bergerak, pada hati dan limpa yang sering terjadi (organ bergerak) ditempat
yang tidak bergerak, pada hati dan limpa yang sering terjadi (organ bergerak) ditempat
jaringan
jaringan pendukung
pendukung (struktur
(struktur tetap)
tetap) pada
pada tabrakan
tabrakan tersebut.
tersebut. Pada
Pada penderita
penderita yang
yang
dilaku
dilakukan laparatomi oleh
kan laparatomi oleh karen
karena
a trauma tumpul (blun injury), organ
trauma tumpul (blun injury), organ yang paling sering
yang paling sering
cedera, adalah limpa (40 – 55%), hati (35 – 45%)dan hematoma retroperitoneum (15%).
cedera, adalah limpa (40 – 55%), hati (35 – 45%)dan hematoma retroperitoneum (15%).
I.2
I.2 Batasan
Batasan Masalah
Masalah
Referat ini
Referat ini memb
membahas
ahas tentan
tentang
g anato
anatomi
mi abdom
abdomen,
en, defin
definisi,
isi, etiolo
etiologi,
gi, patofi
patofisiolo
siologi,
gi,
klasifikasi, diagnosis, dan penatalaksanaan trauma abdomen.
klasifikasi, diagnosis, dan penatalaksanaan trauma abdomen.
I.3
I.3 Tujuan
Tujuan Penulisan
Penulisan
Adapun tujuan penulisan referat ini adalah:
Adapun tujuan penulisan referat ini adalah:
1.
1. Mem
Memaha
ahami
mi men
mengen
genai
ai ana
anatom
tomi
i abd
abdome
omen.
n.
2.
2. Mem
Memaha
ahami m
mi meng
engena
enai tr
i traum
auma ab
a abdom
domen.
en.
3.
3. Men
Mening
ingkat
katkan kemam
kan kemampua
puan
n men
menuli
ulis
s ilm
ilmiah di
iah di dal
dalam
am bid
bidang kedo
ang kedokte
kteran khusu
ran khususny
snyaa
bagian ilmu bedah.
bagian ilmu bedah.
4.
I.4 Metode Penulisan
Penulisan referat ini menggunakan metode tinjauan pustaka dengan mengacu kepada
beberapa literatur.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
“TRAUMA ABDOMEN”
II.1 ANATOMI ABDOMEN
Cavum Abdominalis
Cavum abdominalis adalah rongga batang tubuh yang terdapat diantara diaphragma
dan apertura pelvis superior. Cavum abdominalis merupakan rongga yang terbesar dari ketiga
rongga tubuh yang terdiri atas cavum cranii, cavum thoracalis, dan cavum pelvicum. Cavum
abdominalis dibatasi oleh :
•
Kranial
: diaphragma
•
Ventrolateral : otot dinding perut dan m. Illiacus
•Dorsal
: columna vertebralis
m. psoas major
m. psoas minor
m. quadratuslumborum
•
Kaudal
: apertura pelvis superior mencakup pelvis major
Cavum abdominalis tidak sesuai dengan batas tulang yang membatasinya karena :
1. Diaphragma berbentuk kubah dan menjorok ke dalam cavum thoracalis sampai
setinggi costa V (di kanan) sedangkan di kiri kira – kira 2,5 cm lebih rendah.
2. Dibagian kaudal cavum abdominalis juga menjorok sampai ke cavum pelvicum dan
mencakup pelvis major.
Lapisan Dinding Abdomen
a. Cutis
b. Subcutis (fascia abdominalis superficialis)
•
Lamina superficialis (fascia camperi)
•Lamina profunda (fascia scarpae)
2. Stratum intermedius (lapisan tengah)
a. Fascia abdominalis
b. Otot – otot dinding perut
c. Aponeurosis otot dinding perut
d. Tulang
3. Stratum profunda (lapisan dalam)
a. Fascia transversalis
b. Panniculus adiposus preperitonealis
c. Peritoneum parietale
Otot-otot Dinding Perut
1. Musculi anterolaterales
a. mm. Obliqua (otot serong dinding anterior)
•
m. Obliqus externus abdominis
•m. Obliqus internus abdominis
•m. Transversus abdominis
b. mm. Recti (otot lurus dinding anterior)
•
m. Pyramidalis
2. Musculi posteriores
a. m. psoas major
b. m. psoas minor
c. m.iliacus
Actio otot – otot dinding perut :
1. Fixatio organa viscerales abdominales
2. Melakukan gerakan pada columna vertebralis, yaitu :
•Anteflexio tubuh (m. Rectus abdominis)
•
Torsio batang tubuh (mm. Obliqus externus et internus abdominis)
3. Membantu akhir ekspirasi (mm. laterales)
4. Meningkatkan tekanan intra abdominal, misalnya pada pampat perut (buik-persen)
Vaskularisasi Dinding Abdomen
Pembuluh Nadi
Dinding abdomen diperdarahi oleh :
1. Aa. Intercostales VII – XII
2. Aa. Lumbales
3. A. Epigastrica superior
4. A. Epigastrica inferior
5. Aa. Inguinales superficiales
6. A. Circumflexa ilium profunda
Aa. Intercostales dipercabangkan dari aorta thoracalis, lalu berjalan di dalam sulcus
costae. Setelah keluar dari sulcus costae maka ke-6 Aa. Intercostales terletak diantara m.
Transversus abdominis an m. Obliqus internus abdominis. Aa. Intercostales
mempercabangkan :
a. Rr. Posterior aa. Intercostales untuk otot punggung
b. Rr. Laterales aa. Intercostales
c. Rr. Anterior aa. Intercostales, mengurus dan memasuki vagina m. Rectus abdominis
Aa. Lumbales, biasanya empat pasang, dipercabangkan dari Aorta abdominalis
setinggi vertebrae lumbales I – IV. Aa. Lumbales berjalan ke lateral pada corpora vertebrae
lumbales di sebelah dorsal truncus symphaticus.
A. epigastrica superior merupakan salah satu cabang akhir A. mammaria interna (A.
thoracica interna), dipercabangkan setinggi spatium intercostales VI. Setelah meninggalkan
cavum thoracis, A. epigastrica superior memasuki vagina m. Rectus abdominis di sebelah
dorsal cartilago costae VIII. Mula – mula terletak dorsal terhadap m. Rectus abdominis lalu
menembus otot tersebut untuk beranastomosis dengan A. epigastrica inferior.
A. epigastrica inferior (A. epigastrica profunda) dipercabangkan dari A. iliaca externa
tepat kranial ligamentum inguinale Pouparti, lalu berjalan ke arah ventral di dalam jaringan
subperitoneal. Selanjutnya A. epigastrica inferior berjalan miring ke kranial di sepanjang tepi
medial annulus inguinalis profundus.
Setelah menembus fascia transversalis, A. epigastrica inferior berjalan di sebelah
ventral linea semicircularis Douglasi ke arah kranial di antara m. Rectus abdominis dan
lamina posterior vagina m. Rectus abdominis. Kranial terhadap umbilicus, A. epigastrica
superior dan Aa. Intercostales.
A.epigastrica inferior mempercabangkan :
•cremasterica (A. spermatica externa)
•R. pubicus a. epigastrica inferior
•Rr. Musculares
Pembuluh Balik Dinding Abdomen
1. Vv. Superfcialies (pembuluh balik dangkal).
Membentik anyaman pembuluh balik yang luas di jaringan subkutis lalu bermuara ke
dalam :
•
V. epigastrica superficialis, yang selanjutnya bermuara ke V. Femoralis
•V. thoraco-epigastrica, bermuara ke dalam V. Axillaris
Disekita umbilikus terdapat pembuluh balik dangkal yang dinamakan Vv.
Paraumbilikalis Sappeyi dan berjalan disepanjang ligamentum teres hepatis mulai dari
umbilikus sampai ke dalam sisa V. Umbilikalis yang masih terbuka. Bila terjadi
bendungan pada V. Porta (misalnya pada hipertensi portal), Vv. Paraumbilikalis
Sappeyi mengalami varises dan membentuk gambaran yang dinamakan Caput
Medussae.
2. Vv. Profundi, biasanya mengikuti pembuluh nadinya
Persarafan Dinding Abdomen
1. Nn. Thoracales VII – XII
Rr.ventrales nn thoracales VII – XII (Nn intercostales) berjalan diantara m.
Obliqus internus abdominis dan m. Transversus abdominis. Rr. Cutanei anteriores
dipercabangkan setelah menembus vagina M. Rectus abdominis, sedangkan RR
cutanei laterales dipercabangkan sekitar umbilikus.
Nn thoracales VII –XII juga mempersarafi m. Rectus abdominis sehingga
kerusaka saraf tersebut dapat menimbulkan kelumpuhan m. Rectus abdominis.
Nn thoracalis VII mempersarafi kulit dinding abdomen setinggi proc.
xiphoideus, Nn thoracales VIII – IX antara proc. xiphoideus dan umbilikus,
N.thoracalis X setingi umbilikus sedangkan N. Thoracalis XII mengurus pertengahan
antara umbilikus dan symphisis osseus pubis.
2. N. Lumbales I
N lumbalis I berjalan sejajar dengan Nn thoracales dan mempercabangkan :
•
N. iliohypogastricus
•N. Iloinguinalis
Nn. Iliohypogastricus et ilioinguinales berjalan diantara m. Obliqusinternus
abdominis dan m. Transversus abdominis sampai spina iliaca anterior superior. Kira –
kira 2,5 cm disebelah kranial annulus inguinalis superficialis, Nn. Iliohypogastricus
menembus aponeurosis otot serong dinding perut dan berubah menjadi saraf kulit.
N. Iloinguinalis berjalan di kanalis inguinalis lal mempersarafi kulit disekitar
radix penis, bagian ventral scrotum dan kulit tungkai atas didekatnya.
N thoracalis XII (N subcostalis) dan N lumbalis I merupakan saraf yang paling
penting karena keduanya mempersarafi alat – alat penting di bagian kaudal dinding
abdomen.
II.2 TRAUMA ABDOMEN
Definisi
Trauma adalah cedera fisik dan psikis, kekerasan yang mengakibatkan cedera.
Trauma pada abdomen dapat di bagi menjadi dua jenis. Trauma penetrasi dan Trauma non
penetrasi
.
1) Trauma penetrasi
a. Luka tembak
b. Luka tusuk
2) Trauma non-penetrasi
a. Kompresi
b. Hancur akibat kecelakaan
c. Sabuk pengaman
d. Cedera akselerasi
Trauma pada dinding abdomen terdiri kontusio dan laserasi :
1. Kontusio dinding abdomen disebabkan trauma non-penetrasi. Kontusio dinding abdomen
tidak terdapat cedera intra abdomen, kemungkinan terjadi eksimosis atau penimbunan darah
dalam jaringan lunak dan masa darah dapat menyerupai tumor.
2. Laserasi, jika terdapat luka pada dinding abdomen yang menembus rongga abdomen harus
dieksplorasi. Atau terjadi karena trauma penetrasi.
Trauma Abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ abdomen yang dapat
menyebabkan perubahan fisiologi sehingga terjadi gangguan metabolisme, kelainan
imonologi dan gangguan faal berbagai organ.
Trauma abdomen pada isi abdomen, menurut Sjamsuhidayat (1997) terdiri dari:
1.Perforasi organ viseral intraperitoneum
Cedera pada isi abdomen mungkin di sertai oleh bukti adanya cedera pada dinding abdomen
2.Luka tusuk (trauma penetrasi) pada abdomen
Luka tusuk pada abdomen dapat menguji kemampuan diagnostik ahli bedah.
3.Cedera thorak abdomen
Setiap luka pada thoraks yang mungkin menembus sayap kiri diafragma, atau sayap kanan
dan hati harus dieksplorasi.
Etiologi
1. Penyebab trauma penetrasi
- Luka akibat terkena tembakan
- Luka akibat tikaman benda tajam
- Luka akibat tusukan
- Terkena kompresi atau tekanan dari luar tubuh
- Hancur (tertabrak mobil)
- Terjepit sabuk pengaman karna terlalu menekan perut
- Cidera akselerasi / deserasi karena kecelakaan olah raga
Patofisiologi
Jika terjadi trauma penetrasi atau non-pnetrasi kemungkinan terjadi pendarahan intra
abdomen yang serius, pasien akan memperlihatkan tanda-tanda iritasi yang disertai
penurunan hitung sel darah merah yang akhirnya gambaran klasik syok hemoragik. Bila suatu
organ viseral mengalami perforasi, maka tanda-tanda perforasi, tanda-tanda iritasi peritonium
cepat tampak. Tanda-tanda dalam trauma abdomen tersebut meliputi nyeri tekan, nyeri
spontan, nyeri lepas dan distensi abdomen tanpa bising usus bila telah terjadi peritonitis
umum.
Bila syok telah lanjut pasien akan mengalami takikardi dan peningkatan suhu tubuh,
juga terdapat leukositosis. Biasanya tanda-tanda peritonitis mungkin belum tampak. Pada fase
awal perforasi kecil hanya tanda-tanda tidak khas yang muncul. Bila terdapat kecurigaan
bahwa masuk rongga abdomen, maka operasi harus dilakukan.
Manifestasi Klinis
Kasus trauma abdomen ini bisa menimbulkan manifestasi klinis meliputi: nyeri tekan
diatas daerah abdomen, distensi abdomen, demam, anorexia, mual dan muntah, takikardi,
peningkatan suhu tubuh, nyeri spontan.
Pada trauma non-penetrasi (tumpul) pada trauma non penetrasi biasanya terdapat adanya :
- Jejas atau ruktur dibagian dalam abdomen
- Terjadi perdarahan intra abdominal.
−
Apabila trauma terkena usus, mortilisasi usus terganggu sehingga fungsi usus tidak normal
dan biasanya akan mengakibatkan peritonitis dengan gejala mual, muntah, dan BAB hitam
(melena)
- Kemungkinan bukti klinis tidak tampak sampai beberapa jam setelah rauma.
- Cedera serius dapat terjadi walaupun tak terlihat tanda kontusio pada dinding abdomen.
¬Pada trauma penetrasi biasanya terdapat:
- Terdapat luka robekan pada abdomen
- Penanganan yang kurang tepat biasanya memperbanyak perdarahan/memperparah keadaan
- Biasanya organ yang terkena penetrasi bisa keluar dari dalam andomen.
Diagnosa
Pada penderita hipotensi, tujuan sang dokter adalah secepatnya menentukan apakah
ada cedera abdomen dan apakah itu penyebab hipotensinya. Penderita yang normal
hemodinamiknya tanpa tanda – tanda peritonitis dapat dilakukan evaluasi yang lebih teliti
untuk menentukan cedera fisik yang ada (trauma tumpul).
A. Riwayat trauma
Mekanisme peristiwa trauma sangat penting dalam menentukan kemungkinan
cedera organ intra-abdomen. Semua informasi harus diperoleh dari saksi mata
kejadian trauma, termasuk mekanisme cedera, tinggi jatuh, kerusakan interior dan
eksterior kendaraan dalam kecelakaan kendaraan bermotor, kematian lainnya di lokasi
kecelakaan, tanda vital, kesadaran, adanya perdarahan eksternal, jenis senjata, dan
seterusnya.
B. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan abdomen harus dilakukan dengan cara yang teliti dan sistematis
dengan urutan : inspeksi, auskultasi, perkusi dan palpasi. Penemuannya, positif atau
negatif , harus direkam dengan teliti dalam catatan medis.
Pada saat kedatangan ke rumah sakit, mekanisme dan pemeriksaan fisik
biasanya akurat dalam menentukan cedera intra-abdomen pada pasien dengan
kesadaran yang terjaga dan responsif, meskipun terdapat keterbatasan pemeriksaan
fisik. Banyak pasien dengan perdarahan intra-abdomen yang moderat datang dalam
kondisi hemodinamik yang terkompensasi dan tidak memiliki tanda-tanda peritoneal
1. Inspeksi
Penderita harus ditelanjangi. Kemudian periksa perut depan dan
belakang, dan juga bagian bawah dada dan perineum, harus diperiksa untuk
goresan, robekan, luka, benda asing yang tertancap serta status hamil.
Penderita dapat dibalikkan dengan hati – hati untuk mempermudah
pemeriksaan lengkap.
2. Auskultasi
Melalui auskultasi ditentukan apakah bising usus ada atau tidak. Darah
intraperitoneum yang bebas atau kebocoran (ekstravasasi) abdomen dapat
memberikan ileus, mengakibatkan hilangnya bunyi usus. Cedera pada struktur
berdektan seperti tulang iga, tulang belakang, panggul juga dapat
menyebabkan ileus meskipun tidak ada cedera di abdomen dalam, sehingga
tidak adanya bunyi usus bukan berarti pasti ada cedera intra-abdominal.
3. Perkusi
Manuver ini menyebabkan pergerakan peritoneum, dan dapat
menunjukkan adanya peritonitis yang masih meragukan. Perkusi juga dapat
menunjukan bunyi timpani akibat dilatasi lambung akut di kuadran atas atau
bunyi redup bila ada hemiperitoneum.
4. Palpasi
Kecenderungan untuk menggerakan dinding abdomen (
voluntary
guarding
) dapat menyulitjan pemeriksaan abdomen. Sebaliknya defans
muscular (involuntary guarding
) adalah tanda yang handal dari iritasi
peritoneum. Tujuan palpasi adalah mendapatkan adanya dan menentukan
tempat dari nyeri tekan superfisial, nyeri tekan dalam atau nyeri lepas. Nyeri
lepas terjadi ketika tangan yang menyentuh perut dilepaskan tiba – tiba, dan
biasanya menandakan peritonitis yang timbul akibat adanya darah atau isi
usus. Dengan palpasi juga dapat ditentukan uterus yang membesar dan
diperkirakan umur janin.
C. Pemeriksaan penunjang
Selanjutnya, luka retroperitoneal dan panggul tidak dapat dikesampingkan
hanya didasarkan pada temuan fisik. Kami menganggap bahwa evaluasi abdomen
yang objektif diperlukan dan harus didapatkan dengan memanfaatkan salah satu
modalitas diagnostik yang tersedia di samping pemeriksaan fisik. Tes pilihan akan
tergantung pada stabilitas hemodinamik pasien dan keparahan cedera terkait.
Pasien hemodinamik stabil dengan trauma tumpul dan kondisi yang memadai
dievaluasi oleh studi USG abdomen atau CT, kecuali luka parah lain mengambil
prioritas dan pasien harus pergi ke ruang operasi sebelum evaluasi perut objektif.
Dalam kasus seperti itu, peritoneal lavage diagnostik biasanya dilakukan di ruang
operasi untuk menyingkirkan cedera intra-abdomen dan memerlukan e ksplorasi bedah
segera. Pasien trauma tumpul dengan ketidakstabilan hemodinamik harus dievaluasi
dengan USG di ruang resusitasi, jika tersedia, atau dengan lavage peritoneum untuk
Pemeriksaan Rontgen
Pemeriksaaan ronsen servikal lateral, toraks anteroposterior (AP), dan pelvis
adalah pemeriksaan yang harus dilakukan pada penderita dengan multitrauma. Pada
penderita yang hemodinamik normal maka pemeriksaan ronsen abdomen dalam
keadaan terlentang dan berdiri (sambil melindungi tulang punggung) mungkin
berguna untuk mengetahui uadara ekstraluminal di retroperitoneum atau udara bebas
di bawah diafragma, yang keduanya memerlukan laparatomi segera. Hilangnya
bayangan pinggang (psoas shadow) juga menandakan adanya cedera retroperitoneum.
Bila foto tegak dikontra-indikasikan karena nyeri atau patah tulang punggung, dapat
digunakan foto samping sambil tidur (left lateral decubitus) untuk mengetahui udara
bebas intraperitoneal.
Diagnostik Peritoneal Lavage (DPL)
Diagnostik peritoneal lavage merupakan tes cepat dan akurat yang digunakan
untuk mengid entifikasi cedera intra-abdomen setelah trauma tumpul pada pasien
hipotensi atau tidak responsif tanpa indikasi yang jelas untuk eksplorasi abdomen.
Pemeriksaan ini harus dilakukan oleh tim bedah yang merawat penderita dengan
hemodinamik abnormal dan menderita multitrauma, teristimewa kalau terdapat situasi
sebagai berikut :
•
Perubahan sensorium – cedera kepala,intoksikasi alkohol, penggunaan obat
terlarang.
•
Perubahan perasaan – cedera jaringan saraf tulang belakang.
•
Cedera pada struktur berdekatan – tulang iga bawah, panggul, tulang belakang
dari pinggang bawah (lumbar spine).
•
Pemeriksaan fisik yang meragukan.
•