• Tidak ada hasil yang ditemukan

Cheilitis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Cheilitis"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

Cheilitis

Cheilitis adalah jenis bibir kering, pecah-pecah, scaling sebagai manifestasi klinis utama penyakit mukosa, dengan cheilitis kering deskuamatif, alergi-jenis cheilitis, cheilitis hiperplasia limfoid jinak, cheilitis granulomatosa, adenovirus tipe bibir peradangan, cheilitis jamur, cheilitis dan jenis-jenis fotosensitifitas. Menurut tentu saja mungkin memiliki sub-akut, cheilitis kronis poin.

Menguraikan

Nama Penyakit: cheilitis

Penyakit coding: ICD-9: 528,525 ICD-10: K13.013 Lihat bagian: mulut

Departemen bawahan: Gigi

Klasifikasi Penyakit: Penyakit Mulut

Cheilitis di bibir mukosa bengkak, erosi, pecah-pecah, skala sebagai fitur utama, gejalanya ketika ringan, sembuh. Ilmu kedokteran

modern bahwa kejadian dan dingin, kering, sinar matahari, stimulasi alkohol dan menjilati bibir, Yaochun, memainkan alat musik dan faktor lainnya. [1]

(2)

Gejala

1, bibir atas dan bawah dapat terjadi, tapi lebih baik daripada rambut bibir. Dapat memiliki dua jenis berikut kinerja:

1.1 deskuamasi kering: vermilion border kering, bersisik, pecah-pecah. Jurang dengan eksudasi atau perdarahan. Beberapa pasien mungkin asimtomatik, beberapa mungkin merasa bibir kering, terbakar atau gatal ketidaknyamanan, beberapa gatal Yaochun, bersisik atau avulsi, menyebabkan eksaserbasi.

1.2 mengalir scabs: bibir bengkak, erosi, eksudat inflamasi dan perdarahan, pembentukan nanah atau keropeng darah, keropeng yang tersisa avulsi permukaan erosi. Karena rasa sakit dan jaringan parut, menyebabkan kesulitan bergerak bibir. Penyakit ini dapat ketika ringan, berulang, tak tersembuhkan persisten.

2, kinerja perbatasan vermilion kering, bersisik, pecah-pecah. Menunjukkan pembengkakan parah bibir, erosi, eksudat inflamasi, pembentukan darah atau nanah keropeng keropeng, nyeri, rasa terbakar. Mungkin menderita demam yang parah, otot dan nyeri sendi, sakit kepala, batuk dan gejala lain, tetapi juga lecet

eritematosa sistemik, lepuh meledak off area besar kulit, yang dikenal sebagai "TEN."

2.1 bibir berikut cheilitis alergi yang umum, erosi vermilion, tidak melebihi batas vermilion dengan eksudat kuning pucat,

pembengkakan ringan pada bibir, bibir everted, pembengkakan signifikan lebih buruk sementara perdarahan atau borok, dan darah simpul keropeng, keropeng setelah mengekspos memperlihatkan luka berdarah, atau nanah dan darah. Pembakaran lokal, nyeri, kekeringan, gatal, nyeri memburuk akibat gesekan, gerakan bibir diblokir, berlama-lama sakit disembuhkan, bisa sampai beberapa bulan atau lebih, kelenjar getah bening submandibula,

(3)

cheilitis fotosensitifitas erosi serupa, borok, simpul nanah keropeng, scaling, retak, nyeri, bengkak dan gejala lainnya. Selain itu,

perbatasan vermilion dan selaput lendir dekat mungkin muncul garis-garis pendek putih, dengan lupus diskoid yang sama, tetapi tidak lebih dari lesi perbatasan vermilion, dan tidak ada ruam, erosif lichen planus kisaran yang lebih kecil dari erosi bibir , harus ada sekitar pola putih. Eritema multiforme onset eksudatif akut, lebih umum pada orang muda, untuk perdarahan erosi, keropeng darah fitur-fiturnya. Selain itu, borok non-penyembuhan jangka panjang bibir, peningkatan mendadak dalam kisaran jangka pendek, rasa sakit tidak parah, Anda harus mengecualikan kemungkinan kanker bibir.

2.2 setara medis penyakit "angin dingin" dan daerah lainnya. Penyakit ini biasanya disebabkan oleh Yangming perut, limpa

kekeringan, atau rasa kompleks angin dingin, angin-panas Bersaing tempo. Sindrom klinis yang umum adalah:

2.21 perut pada jenis uap: kartu, melihat warna merah

pembengkakan lesi, gatal, rasa haus, bau mulut, sembelit, kencing merah, lidah merah, pulsa banjir kuning kental.

2.22 yin Jenis defisiensi, kartu melihat lesi persisten, bibir bengkak kering dan pecah, berkulit, scaling, buang air kecil, tinja kering, lidah kering, sedikit cairan, nadi cepat dan realitas.

3, tingkat kanker

Tingkat kanker 3.1 dari sekitar 3% -5%. Pasien ketidaknyamanan kecuali luar kasar, dan tidak ada gejala yang jelas pada awalnya, tetapi sebagian besar di ujian lisan kadang-kadang ditemukan,

sedangkan leukoplakia dapat terjadi di pipi, bibir, lidah, langit-langit dan gusi dan bagian lain. Untuk pasien yang lebih tua, terutama 60 tahun atau lebih tua dan seorang perokok, itu lebih mungkin ganas. Namun, lisan leukoplakia eritema, meskipun tidak umum, tetapi

(4)

kanker yang tinggi, sekitar 90%. Cheilitis dampak kepada masyarakat, bukan resep sederhana dan penyegar akan memecahkan masalah.

3.2 untuk lisan etiologi penyakit mukosa, patologi, mematahkan kesimpulan medis rutin, menyerap esensi dari Farmakope Cina, lanjutkan dengan ulama Cina domestik melakukan diskusi yang luas dan mendalam, akumulasi sejumlah besar praktek klinis, Beijing Rumah Sakit Pengobatan Cina Long ahli membusuk myogenic, yin desinfeksi, limpa dan lambung, dan menjunjung tinggi

prinsip-prinsip pengobatan untuk memecahkan masalah cheilitis. Cheilitis, selain faktor alergi, berbagai stimulasi mekanik, faktor infeksi, kekurangan gizi, termasuk faktor genetik, perubahan suasana hati, dll, mungkin memiliki dampak langsung terhadap timbulnya derajat cheilitis alergi.

3.3 karena deteksi dini dan pengobatan dini lesi prakanker mulut di blok, atau bahkan membalikkan kanker memiliki makna positif. Pertama-tama harus berusaha untuk menghilangkan faktor

karsinogenik, terutama penghapusan rangsangan kronis dari rongga mulut, seperti pengolahan tepat waktu intraoral gigi sisa akar dan mahkota, pemulihan miskin dan cusp berlebihan, mengubah

kebiasaan buruk, cobalah untuk tidak makan pedas dan terlalu panas makanan, tidak merokok, tidak minum, Selain itu, melalui sariawan Persistent, tidak menyalahgunakan jangka panjang antibiotik untuk mencegah infeksi yang disebabkan oleh Candida albicans, menunda pengobatan, sedangkan penguatan kebersihan mulut, ujian lisan biasa.

Patologi

Sebuah cheilitis alergi akut rentan terhadap penyakit mukosa, milik

Ⅰ alergi. Bibir merah terang yang terletak di persimpangan kulit dan membran mukosa, sebagai dekat dengan permukaan tubuh, kapiler yang sangat kaya. Karena permukaan jaringan vermilion tipis sehingga mudah asing apapun

(5)

"invasi", dan berjalan di pembuluh darah dari sel-sel kekebalan tubuh dan antibodi akan ini "berdiri" dan penjajah "pertempuran yang menentukan." Dengan demikian, Departemen vermilion menjadi medan antigen-antibodi 'berdarah'.

Pengeringan cheilitis alasan yang tidak diketahui deskuamatif. Mungkin terkait dengan peradangan akut, juga dapat dikaitkan dengan matahari, tembakau, stimulasi kosmetik, Candida albicans infeksi jamur dapat menyebabkan cheilitis, retak Goushen mungkin meluas ke kulit dan dapat berdarah dan membentuk keropeng, celah keras dan tahan lama lagi. Remah fosfor putih dapat ditutupi dengan seluruh bibir, cheilitis jamur lesi pseudomembran atau

bercak putih terutama pseudomembran mudah terlempar, mungkin memiliki bibir bengkak, bisul, erosi. PAS pewarnaan menunjukkan hifa. Pasien sering karena kekeringan, wajah nyeri menjilati bibir, kadang-kadang karena gatal ringan dan menggosok.

Dua, kejadian cheilitis kronis lebih dengan berbagai rangsangan kronis jangka panjang keberlanjutan, seperti kering, dingin, terutama dengan menjilati bibir dan kebiasaan buruk Yaochun

lainnya. Cheilitis kronis pada bibir bawah mungkin adalah penyakit, rambut lebih baik di bibir bawah. Sering berulang, ketika ringan, terutama di musim dingin dan angin musim kemarau. Setelah paparan sinar matahari dan kejadian bibir menjilati merugikan, Yaochun, kasus vermilion kerak tipis yang merobek diri sebagai kebiasaan, infeksi lama, erosi dari cheilitis, bibir luka bakar tidak diobati juga dapat dibentuk dari peradangan kronis, tubuh memiliki tuberkulosis, hepatitis dan lainnya lesi juga cheilitis rentan.

Diagnosis klinis

Diagnosis didasarkan pada

1.1 di bibir bawah mungkin penyakit yang sama, tapi bibir umum berikut.

(6)

1.2 Pengeringan deskuamatif cheilitis: vermilion border kering, berbasis skala, dan mungkin ada lekukan dalam memanjang, celah serius memperluas ke kulit. Dangkal retak-seperti, alur maka ada perdarahan, perdarahan setelah keropeng darah, lekukan dalam memanjang dapat diperpanjang sembuh.

1.3 eksim erosif cheilitis: erosi Vermilion, eksudat kuning lokal. Ada rasa sakit, sangat gatal, gosok begitu keras, meninggalkan rasa sakit parah. Cheilitis limfoproliferatif jinak juga erosi, ulkus

berdasarkan, sadar kering, nyeri, bengkak, gatal untuk berbagai tingkat, biopsi dapat dikonfirmasikan.

Tanda-tanda Penyakit Menular

Seksual dalam Rongga Mulut

46514 views

Share on google Share on favorites

Klikdokter.com – Tahukah Anda, bahwa Anda dapat mengamati beberapa gejala penyakit menular seks dari kondisi mulut? Dengan mencermati isi artikel berikut ini, Anda dapat terbantu dalam menentukan seseorang yang layak sehat dan aman untuk Anda guna dipilih menjadi pasangan hidup, dan lebih berhati-hati menentukan seseorang sebelum Anda ajak ke tahap berikutnya.

Penyakit-penyakit seks lebih berisiko terjadi pada usia remaja dan dewasa muda melalui hubungan seksual. Penyebab penyakit-penyakit menular seksual ini adalah bakteri, virus dan jamur. Terdapat 5 macam penyakit menular seksual yang mempunyai tanda dalam mulut.

(7)

Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Neisseria Gonorrhoea yang menular melalui hubungan seksual dari alat kelamin, mulut atau anus. Gejala yang terdapat dalam mulut yaitu stomatitis, atropi papila lidah bagian tengah, terdapat nanah yang keluar dari gusi dan selain itu juga terjadi atritis pada sendi rahang.

- Herpes genital

Virus herpes simpleks yang menyebabkan penyakit ini dapat menimbulkan infeksi di beberapa bagian tubuh dan salah satunya

pada rongga mulut, infeksinya berupa

penyakit gingivostamatitis yang menyerang gusi. Terdapat juga infeksi rekuren pada area wajah dan bibir yang dikenal dengan herpes labialis ataufever blister atau cold sore dengan bentuk berupa vesikel/gelembung berisi cairan yang berkelompok di daerah tepi bibir.

(8)

- HIV/AIDS

Menurunnya imunitas tubuh pada penderita penyakit ini menyebabkan timbulnya berbagai infeksi dan infeksi-infeksi ini mempunyai manifestasi didalam rongga mulut. Infeksi jamur Candida albicans merupakan hal yang sering ditemukan dalam rongga mulut, dan selain itu juga sering ditemukan lesi/luka dari penyakitkaposi sarcoma, hairy leukoplakia, non-hodgkin’s lympoma, linear gingival erythema, periodontitis, danNecrotic ulcerative Gingivostomatitis. (Baca: Jamur Vagina di Dalam Mulut)

- Sifilis

Penyakit ini menimbulkan lesi/luka yang dapat timbul dalam rongga mulut pada tiap stadiumnya. Lesi dalam rongga mulut yang timbul pada stadium awal dapat sembuh dengan sendirinya dalam waktuu 3-8 minggu. Pada stadium 2 lesi berupa bercak merah, bulat atau oval dan timbul papula. Pada stadium akhir terdapat lesi yang timbul pada langit-langit rongga mulut dan lidah mengalami atropi, berfisur juga sering terdapat lesi/luka.

(9)

- Human Papiloma Virus

Selain dalam rongga mulut lesi/luka yang timbul bisa terdapat pada tenggorokan, serviks, vagina, penis dan anus. Bentuk dari lesi ini berupa benjolan-benjolan kecil yang berjumlah tunggal atau jamak dengan permukaan yang tidak rata berwarna abu-abu, merah muda dan kuning.

Bagi Anda yang ingin mengetahui lebih jauh mengenai topik ini, silakan ajukan pertanyaan Anda di fitur Tanya Dokter Klikdokter.com di laman website kami.[](AM)

(10)

Penyakit Kulit

Herpes Kulit – Herpes

Simpleks

Yusri 2 Comments

FACEBOOK

 

Herpes kulit / Penyakit herpes simpleks adalah penyakit kulit karena infeksi yang disebabkan oleh jenis virus herpes simpleks 1 (HSV-1), virus yang sama yang menyebabkan luka dingin di bibir. HSV-1 pada

kenyataannya adalah infeksi yang sangat umum. Di Amerika Serikat, 30% sampai 90% dari orang yang terkena herpes kulit lebih banyak pada orang dewasa,

walaupun banyak orang tidak pernah mengalami gejala.

Sementara gladiatorum herpes (HSV-1) dapat diobati, sekali

terinfeksi virus, namun seseorang jika sudah terinfeksi akan terinfeksi seumur hidup. Orang dengan herpes kulit dapat mengalami periode di mana virus tidak aktif dan tidak dapat menyebar ke orang lain. Namun, virus bisa kembali pada setiap saat dan akan ditularkan kepada orang lain, bahkan jika tidak ada gejala

(11)

(seperti luka). Olahragawan dengan herpes kulit dapat mengembangkan lesi di mana saja (baik di wajah atau

tubuh). Infeksi mata bisa serius dan memerlukan perhatian medis segera. Virus yang menyebabkan herpes kulit dapat menyebar ke orang lain melalui kontak langsung kulit

dengan lesi (berpelukan, berciuman, atau berbagi wadah minuman, peralatan makan, telepon seluler dengan orang lain).

Gejala herpes kulit

Gejala biasanya mulai sekitar 8 hari setelah terpapar

dimana mereka akan mengalami keluhan semacam demam (terutama pada episode pertama), pembengkakan kelenjar (pembesaran kelenjar getah bening), perasaan kesemutan di daerah yang terkena, lepuh berisi cairan yang mungkin dikelilingi oleh kemerahan (lepuh ini mungkin tidak

menyakitkan biasanya sembuh dalam waktu 7 sampai 10 hari.

Pengobatan herpes kulit

Jika mencurigai seseorang memiliki infeksi herpes kulit, menginformasikan kepada dokter adalah hal yang terbaik agar identifikasi awal dan pengobatan infeksi kulit segera dilakukan demi kepentingan kesehatan penderita itu

sendiri maupun kesehatan orang-orang disekitar ketika berinteraksi (mencegah penularan). Beberapa kasus

(12)

herpes yang ringan ada yang tidak memerlukan

pengobatan, namun jika seseorang yang terinfeksi seperti atlet atau orang yang memiliki pekerjaan berat dianjurkan untuk tidak harus berlatih/bekerja sampai tim medis

menentukan bahwa lesi tidak lagi infeksi (menular). Seseorang penderita infeksi herpes kulityang telah

mengalami wabah parah atau lama akan memiliki masalah pada sistem kekebalan tubuh sehingga biasanya

diresepkan obat antivirus.

Kortikosteroid Topikal, Jenis

Penggolongan dan Efek

Sampingnya

Pemberian obat alergi untuk penderita alergi bukan jalan keluar utama yang terbaik.

Pemberian obat jangka panjang adalah bentuk kegagalan mengidentifikasi dan menghindari

penyebab.

Kortikosteroid topikal masih memegang peran besar dalam inflamasi kulit. Steroid

(13)

topikal adalah bentuk topikal

kortikosteroid. Steroid topikal adalah obat topikal yang paling sering diresepkan

untuk pengobatan ruam, eksim dermatitis, dan. Steroid topikal memiliki sifat

anti-inflamasi, dan diklasifikasikan

berdasarkan kemampuan vasokonstriksi. Ada banyak produk steroid topikal. Semua persiapan di kelas masing-masing

memiliki sifat anti-inflamasi yang sama, tetapi dasarnya berbeda dalam dasar dan harga. Namun ada kekhawatiran yang

cukup besar, terkait efek samping. Dua yang terbesar adalah penipisan kulit dan efek sisitemik yaitu supresi HPA-axis dan sindrom Cushing.

Kortikosteroid adalah hormon yang dihasilkan oleh korteks adrenal. Hormon ini dapat mempengaruhi volume dan tekanan darah, kadar gula darah, otot dan resistensi tubuh. Berbagai jenis kortikosteroid sintetis telah dibuat dengan tujuan utama untuk mengurangi

(14)

aktivitas mineralokortikoidnya dan meningkatkan aktivitas antiinflamasinya,misalnya deksametason yang mempunyai efek antiinflamasi 30 kali lebih kuat dan efek retensi natrium lebih kecil dibandingkan dengan kortisol.

Kortikosteroid merupakan derivat dari hormon kortikosteroid yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal. Hormon ini memainkan peran penting pada tubuh termasuk mengontrol respon inflamasi. Kortikosteroid terbagi menjadi dua golongan utama yaituglukokortikoid dan mineralokortikoid. Golongan glukokortikoid adalah kortikosteroidyang efek utamanya terhadap penyimpanan glikogen hepar dan khasiat anti-inflamasinyanyata, sedangkan pengaruhnya pada keseimbangan air dan elektrolit kecil atau tidak berarti. Prototip untuk golongan ini adalah kortisol dan kortison, yang merupakan glukokortikoid alam. Terdapat juga glukokortikoid sintetik, misalnya prednisolon,triamsinolon, dan betametason.

(15)

Golongan mineralokortikoid adalah kortikosteroid yangefek utamanya terhadap keseimbangan air dan elektrolit, sedangkan pengaruhnya terhadap penyimpanan glikogen hepar sangat kecil. Prototip dari golongan ini adalah desoksikortikosteron. Umumnya golongan ini tidak mempunyai khasiat anti-inflamasiyang berarti, kecuali 9 α-fluorokortisol, meskipun demikian sediaan ini tidak pernah digunakan sebagai obat anti-inflamasi karena efeknya pada keseimbangan air danelektrolit terlalu besar.

Berdasarkan cara penggunaannya kortikosteroid dapat dibagi dua yaitu kortikosteroid sistemik dan kortikosteroid topikal. Kortikosteroid topikal adalah obat yang digunakan di kulit pada tempat tertentu. Merupakan terapi topikal yang memberi pilihan untuk para ahli kulit dengan menyediakan banyak pilihan efek pengobatan yang diinginkan, diantaranya termasuk melembabkan kulit, melicinkan, ataumendinginkan area yang dirawat

(16)

Semua hormon steroid sama-sama mempunyai rumus bangun siklopentanoperhidrofenantren 17-karbon dengan 4 buah cincin yang diberi label A – D. Modifikasi dari struktur cincin dan struktur luar akan mengakibatkan perubahan pada efektivitas dari steroid tersebut. Atom karbon tambahan dapatditambahkan pada posisi 10 dan 13 atau sebagai rantai samping yang terikat pada C17.

Semua steroid termasuk glukokortikosteroid mempunyai struktur dasar 4 cincin kolestroldengan 3 cincin heksana dan 1 cincin pentana. Hormon steroid adrenal disintesis darikolestrol yang terutama berasal dari plasma. Korteks adrenal mengubah asetat menjadikolestrol, yang kemudian dengan bantuan enzim diubah lebih lanjut menjadikortikosteroid dengan 21 atom karbon dan androgen lemah dengan 19 atom karbon.Hormon steroid pada prekursor serta metabolitnya memperlihatkan perbedaan pada jumlah dan jenis gugus yang tersubstitusi,

(17)

jumlah serta lokasi ikatan rangkapnya, dan pada konfigurasi stereo kimiawinya. Tatanama yang tepat untuk menyatakan formulasi kimiawi ini sudah disusun. Atom karbon yang asimetris (pada molekul C21)memungkinkan terjadinya stereo isomerisme. Gugus metil bersudut (C19 dan C18) pada posisi 10 dan 13 berada di depan sistem cincin dan berfungsi sebagai titik acuan.

Substitusi nukleus dalam bidang yang sama dengan bidang gugus ini diberi simbol cisatau “β”. Substitusi yang berada di belakang bidang sistem cincin diberi simbol trans atau“α”. Ikatan rangkap dinyatakan oleh jumlah atom karbon yang mendahului. Hormonsteroid diberi nama menurut keadaan hormon apakah hormon tersebut mempunyai satu gugus metil bersudut (estran, 18 atom karbon), dua gugus metil bersudut (androstan, 19atom karbon) atau dua gugus bersudut plus 2 rantai – samping karbon pada C17(pregnan, 21 atom karbon)

(18)

The USA system menggunakan 7 kelas, yang diklasifikasikan oleh kemampuan mereka untuk menyempitkan kapiler. Kelas I adalah yang

terkuat atau superpotent. Kelas VII adalah yang paling lemah dan paling ringan.

Group I

Sangat poten dan kuat potensinya 600 kali lebihkuat dibandingkan hydrocortisone

 Clobetasol propionate 0.05% (Dermovate)  Betamethasone dipropionate 0.05%

(Diprolene)

 Halobetasol proprionate 0.05% (Ultravate,

Halox)

 Diflorasone diacetate 0.05% (Psorcon)

Group II  Fluocinonide 0.05% (Lidex)  Halcinonide 0.05% (Halog)  Amcinonide 0.05% (Cyclocort)  Desoximetasone 0.25% (Topicort) Group III

 Triamcinolone acetonide 0.5% (Kenalog,

(19)

 Mometasone furoate 0.1% (Elocon

ointment)

 Fluticasone propionate 0.005% (Cutivate)  Betamethasone dipropionate 0.05%

(Diprosone)

Group IV

 Fluocinolone acetonide 0.01-0.2% (Synalar,

Synemol, Fluonid)

 Hydrocortisone valerate 0.2% (Westcort)  Hydrocortisone butyrate 0.1% (Locoid)  Flurandrenolide 0.05% (Cordran)

 Triamcinolone acetonide 0.1% (Kenalog,

Aristocort A ointment)

 Mometasone furoate 0.1% (Elocon cream,

lotion)

Group V

 Triamcinolone acetonide 0.1% (Kenalog,

Aristocort,kenacort-a vail, cream, lotion)

 Fluticasone propionate 0.05% (Cutivate

cream)

 Desonide 0.05% (Tridesilon, DesOwen

ointment)

 Fluocinolone acetonide 0.025% (Synalar,

(20)

 Hydrocortisone valerate 0.2% (Westcort

cream)

Group VI

 Alclometasone dipropionate 0.05%

(Aclovate cream, ointment)

 Triamcinolone acetonide 0.025% (Aristocort

A cream, Kenalog lotion)

 Fluocinolone acetonide 0.01% (Capex

shampoo, Dermasmooth)

 Desonide 0.05% (DesOwen cream, lotion)

Group VII

Kelas terlemah dari steroid topikal. Memiliki

permeabilitas lipid yang lemah, dan tidak dapat menembus membran mukosa baik.

 Hydrocortisone 2.5% (Hytone cream, lotion,

ointment)

 Hydrocortisone 1% (Many over-the-counter

brands)

Penggolongan Steroid

Topical sesuai Potensinya

Nama merek dagang

CLASS 1—Potensi sangat kuat

Clobex Lotion/Spray/Shampoo, 0.05% Cormax Cream/Solution, 0.05%

(21)

Diprolene Ointment, 0.05% Olux E Foam, 0.05% Olux Foam, 0.05% Temovate Cream/Ointment/Solution, 0.05% Ultravate Cream/Ointment, 0.05% Vanos Cream, 0.1% Psorcon Ointment, 0.05% Psorcon E Ointment, 0.05%

CLASS 2—Potensi Kuat

Diprolene Cream AF, 0.05% Elocon Ointment, 0.1% Florone Ointment, 0.05% Halog Ointment/Cream, 0.1% Lidex Cream/Gel/Ointment, 0.05% Psorcon Cream, 0.05% Topicort Cream/Ointment, 0.25% Topicort Gel, 0.05%

CLASS 3—Potensi Sedang Kuat

Cutivate Ointment, 0.005% Lidex-E Cream, 0.05% Luxiq Foam, 0.12%

Topicort LP Cream, 0.05%

CLASS 4—Potensi Sedang Kuat

Cordran Ointment, 0.05% Elocon Cream, 0.1%

Kenalog Cream/Spray, 0.1% Synalar Ointment, 0.03% Westcort Ointment, 0.2%

CLASS 5—Potensi Sedang Lemah

Capex Shampoo, 0.01%

Cordran Cream/Lotion/Tape, 0.05% Cutivate Cream/Lotion, 0.05%

(22)

DermAtop Cream, 0.1% DesOwen Lotion, 0.05% Locoid Cream/Lotion/Ointment/Solution, 0.1% Pandel Cream, 0.1% Synalar Cream, 0.03%/0.01% Westcort Cream, 0.2%

CLASS 6—Potensi Sedang

Aclovate Cream/Ointment, 0.05% Derma-Smoothe/FS Oil, 0.01% Desonate Gel, 0.05%

Synalar Cream/Solution, 0.01% Verdeso Foam, 0.05%

CLASS 7—Potensi Lemah

Cetacort Lotion, 0.5%/1% Cortaid Cream/Spray/Ointment Hytone Cream/Lotion, 1%/2.5% Micort-HC Cream, 2%/2.5% Nutracort Lotion, 1%/2.5% Synacort Cream, 1%/2.5%

Karena risiko efek samping, banyak penelitian dilakukan untuk mencari derivate baru

kortikosteroid, dengan tingkat keberhasilan bervariasi. Yang diinginkan tentunya obat

dengan daya larut lemak lebih baik, aksi yang lebih terlokalisir, dan terbebas efek samping sistemik. Penelitian yang relatif baru

menunjukkan bahwa derivate halogenasi dari androstan menunjukkan harapan. Fluticasone

(23)

adalah salah satu kortikosteroid sintestis yang dikembangkan dari modifikasi struktur

19-carbon androstane.

Tidak seperti androstone original, fluticasone propionate sangat selektif terhadap reseptor glukokortikoid dan memiliki aktivitas androgenik yang bisa diabaikan. Fluticasone sangat lipofilik membuatnya waktu paruhnya panjang, sekitar 8-12 jam. Selain itu sangat tipis peluangnya diserap secara sistemik dan proses

metabolisnya cepat.

Mekanisme Kerja

 Kortikosteroid bekerja dengan

mempengaruhi kecepatan sintesis protein. Molekul hormon memasuki jaringan melalui membran plasma secara difusi pasif di

jaringan target, kemudian bereaksi dengan reseptor steroid. Kompleks ini mengalami perubahan bentuk, lalu bergerak menuju nukleus dan berikatan dengan kromatin. Ikatan ini menstimulasi transkripsi RNA dan sintesis protein spesifik. Induksi sintesis

(24)

protein inimerupakan perantara efek fisiologis steroid.

 Efek katabolik dari kortikosteroid bisadilihat

pada kulit sebagai gambaran dasar dan sepanjang penyembuhan luka. Konsepnya berguna untuk memisahkan efek ke dalam sel atau struktur-struktur yang

bertanggungjawab pada gambaran klinis ; keratinosik (atropi epidermal,

re-epitalisasilambat), produksi fibrolast

mengurangi kolagen dan bahan dasar (atropi dermal, striae),efek vaskuler kebanyakan

berhubungan dengan jaringan konektif vaskuler (telangiektasis, purpura), dan kerusakan angiogenesis (pembentukan jaringan granulasiyang lambat).

 Khasiat glukokortikoid adalah sebagai anti

radang setempat, anti- proliferatif, dan imunosupresif. Melalui proses penetrasi,

glukokortikoid masuk ke dalaminti sel-sel lesi, berikatan dengan kromatin gen tertentu,

sehingga aktivitas sel-sel tersebutmengalami perubahan. Sel-sel ini dapat menghasilkan

(25)

protein baru yang dapatmembentuk atau menggantikan sel-sel yang tidak berfungsi, menghambat mitosis (anti- proliferatif),

bergantung pada jenis dan stadium proses radang. Glukokotikoid juga

dapatmengadakan stabilisasi membran

lisosom, sehingga enzim-enzim yang dapat merusak jaringan tidak dikeluarkan.

Glukokortikoid topikal

Glukokortikoid topikal adalah obat yang paling banyak dan tersering dipakai. Glukokortikoid dapat menekan limfosit-limfosit tertentu yang merangsang proses radang.

Ada beberapa faktor yang menguntungkan pemakaiannya yaitu :

1. Dalam konsentrasi relatif rendah dapat tercapai efek anti radang yang

cukupmemadai

2. Bila pilihan glukokortikoid tepat,

pemakaiannya dapat dikatakan aman. 3. Jarang terjadi dermatitis kontak alergik

(26)

4. Banyak kemasan yang dapat dipilih : krem, salep, semprot (spray), gel, losion,salep

berlemak (fatty ointment).

Kortikosteroid mengurangi akses dari sejumlah limfosit ke daerah inflamasi didaerah yang

menghasilkan vasokontriksi. Fagositosis dan stabilisasi membran lisosomyang menurun diakibatkan ketidakmampuan dari sel-sel efektor untuk degranulasi danmelepaskan sejumlah mediator inflamasi dan juga faktor yang berhubungan dengan efek anti-inflamasi kortikosteroid. Meskipun demikian, harus digaris bawahi di sini bahwa khasiat utama anti radang bersifat menghambat : tanda-tanda radang

untuk sementaradiredakan. Perlu diingat bahwa penyebabnya tidak diberantas, maka bila

pengobatandihentikan, penyakit akan kambuh.Efektifitas kortikosteroid topikal bergantung pada jenis kortikosteroid dan penetrasi.

 Potensi kortikosteroid ditentukan

(27)

menyebabkanvasokontriksi pada kulit hewan percobaan dan pada manusia. Jelas ada

hubungan denganstruktur kimiawi. Kortison, misalnya, tidak berkhasiat secara topikal, karena kortison didalam tubuh mengalami transformasi menjadi dihidrokortison,

sedangkan di kulit tidak menjadi proses itu. Hidrokortison efektif secara topikal mulai konsentrasi 1%.

Penetrasi Ke kulit

 Sejak tahun 1958, molekul hidrokortison

banyak mengalami perubahan. Pada umumnya molekul hidrokortison yang

mengandung fluor digolongkan kortikosteroid poten. Penetrasi perkutan lebih baik apabila yang dipakai adalah vehikulum yang

bersifattertutup. Di antara jenis kemasan yang tersedia yaitu krem, gel, lotion, salep, fattyointment (paling baik penetrasinya).

 Kortikosteroid hanya sedikit diabsorpsi

setelah pemberian pada kulit normal, misalnya, kira-kira 1% dari dosis larutan

(28)

hidrokortison yang diberikan pada lengan bawah ventral diabsorpsi.

 Dibandingkan absorpsi di daerah lengan

bawah, hidrokortison diabsorpsi 0,14 kali yang melalui daerah telapak kaki, 0,83kali yang melalui daerah telapak tangan, 3,5 kali yang melalui tengkorak kepala, 6 kali yang melalui dahi, 9 kali melalui vulva, dan 42 kali melalui kulit scrotum.

 Penetrasi ditingkatkan beberapa kali pada

daerah kulit yang terinfeksi dermatitis atopik dan pada penyakit eksfoliatif berat, seperti psoriasis eritodermik, tampaknya sedikit sawar untuk penetrasi.

 Secara keseluruhan, kortikosteroid topikal

berhubungan dengan empat hal yaitu vasokontriksi, efek anti-proliferasi,

immunosupresan, dan efek anti-inflamasi.

 Steroid topikal menyebabkan vasokontriksi

pembuluh darah di bagian superfisialdermis, yang akan mengurangi eritema. Kemampuan untuk menyebabkan vasokontriksiini

(29)

anti-inflamasi, dan biasanya vasokontriksi inidigunakan sebagai suatu tanda untuk mengetahui aktivitas klinik dari suatu agen.

 Efek anti-proliferatif kortikosteroid topikal

diperantarai dengan inhibisi dari sintesis danmitosis DNA. Kontrol dan proliferasi seluler merupakan suatu proses kompleks yangterdiri dari penurunan dari pengaruh stimulasi yang telah dinetralisir oleh berbagai faktor inhibitor. Proses-proses ini mungkin dipengaruhi oleh kortikosteroid.

Glukokortikoid jugadapat mengadakan stabilisasi membran lisosom, sehingga

enzim-enzim yang dapat merusak jaringan tidak dikeluarkan. Efektivitas kortisteroid bisa akibat dari sifat immunosupresifnya.

Mekanisme yang terlibat dalam efek ini kurang diketahui. Beberapa studi

menunjukkan bahwakortikosteroid bisa

menyebabkan pengurangan sel mast pada kulit. Hal ini bisamenjelaskan penggunaan kortikosteroid topikal pada terapi urtikaria pigmentosa.

(30)

 Mekanisme sebenarnya dari efek

anti-inflamasi sangat kompleks dan kurang

dimengerti.Dipercayai bahwa kortikosteroid menggunakan efek anti-inflamasinya

denganmenghibisi pembentukan

prostaglandin dan derivat lain pada jalur asam arakidonik.

 Mekanisme lain yang turut memberikan

efek anti-inflamasi kortikosteroid

adalahmenghibisi proses fagositosis dan menstabilisasi membran lisosom dari sel-selfagosit.

Penggunaan Kortikosteroid Topikal

 Kortikosteroid topikal dengan potensi kuat

belum tentu merupakan obat pilihanuntuk suatu penyakit kulit. Perlu diperhatikan

bahwa kortikosteroid topikal bersifat paliatif dan supresif terhadap penyakit kulit dan bukan merupakan pengobatankausal.

 Dermatosis yang responsif dengan

kortikosteroid topikal adalah

psoriasis,dermatitis atopik, dermatitis kontak, dermatitis seboroik, neurodermatitis

(31)

sirkumskripta, dermatitis numularis, dermatitis statis, dermatitis venenata, dermatitis intertriginosa, dandermatitis solaris (fotodermatitis).

 Pada dermatitis atopik yang penyebabnya

belum diketahui, kortikosteroid dipakai dengan harapan agar remisi lebih cepat terjadi.

 Dermatosis yang kurang responsif ialah

lupus erimatousus diskoid, psoriasis di

telapak tangan dan kaki, nekrobiosislipiodika diabetikorum, vitiligo, granuloma anulare, sarkoidosis, liken planus,

pemfigoid,eksantema fikstum.

 Pada umumnya dipilih kortikosteroid topikal

yang sesuai, aman, efek sampingsedikit dan harga murah ; disamping itu ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan,yaitu jenis penyakit kulit, jenis vehikulum, kondisi

penyakit, yaitu stadium penyakit, luas tidaknya lesi, dalam dangkalnya lesi, dan lokalisasi lesi.

(32)

 Pada umumnya dianjurkan pemakaian salep

2-3 kali per hari sampai penyakittersebut sembuh. Perlu dipertimbangkan adanya gejala takifilaksis. Takifilaksis

adalahmenurunnya respons kulit terhadap glukokortikoid karena pemberian obat yang berulang-ulang berupa toleransi akut yang berarti efek vasokontriksinya akan

menghilang, setelah diistirahatkan beberapa hari efek vasokontriksi akan timbul kembali dan akan menghilanglagi bila pengolesan obat tetap dilanjutkan.

Ada beberapa cara pemakaian dari kortikosteroid topikal, yakni :

 Pemakaian kortikosteroid topikal poten tidak

dibenarkan pada bayi dan anak.

 Pemakaian kortikosteroid poten orang

dewasa hanya 40 gram per

minggu,sebaiknya jangan lebih lama dari 2 minggu. Bila lesi sudah membaik,

(33)

bila perlu diteruskan denganhidrokortison asetat 1%.

 Jangan menyangka bahwa kortikosteroid

topikal adalah obat mujarab untuk semua dermatosis. Apabila diagnosis suatu

dermatosis tidak jelas, jangan pakai

kortikosteroid poten karena hal ini dapat mengaburkanruam khas suatu dermatosis. Tinea dan scabies incognito adalah tinea danscabies dengan gambaran klinik tidak khas disebabkan pemakaian kortikosteroid.

(34)

Lengan bawah wanita usia 47 tahun yang menunjukkan kerusakan kulit karena

penggunaan topical steroid

Secara umum efek samping dari kortikosteroid topikal termasuk atrofi, striaeatrofise,

telangiektasis, purpura, dermatosis akneformis, hipertrikosis setempat,hipopigmentasi,

dermatitis peroral.

Efek samping dapat terjadi apabila :

 Penggunaan kortikosteroid topikal yang

lama dan berlebihan.

 Penggunaan kortikosteroid topikal dengan

potensi kuat atau sangat kuat atau

penggunaan sangat oklusif. Efek samping yang tidak diinginkan adalah berhubungan dengan sifat potensiasinya, tetapi belum dibuktikan kemungkinan efek samping yang terpisah dari potensi, kecuali mungkin

merujuk kepada supresi dari adrenokortikal sistemik. Denganini efek samping hanya bisa dielakkan sama ada dengan bergantung pada steroid yanglebih lemah atau mengetahui

(35)

dengan pasti tentang cara penggunaan, kapan, dan dimana harus digunakan jika menggunaka

Efek Samping Kortikosteroid topical

 Diabetes Melitus

 osteoporosis

 Dermatitis kontak alergi

 steroid atrofi

Efek samping kortikosteroid kepada beberapa tingkat:

Efek Epidermal Penipisan epidermal yang

disertai dengan peningkatan aktivitas kinetik dermal,suatu penurunan ketebalan rata-rata lapisan keratosit, dengan pendataran

darikonvulsi dermo-epidermal. Efek ini bisa dicegah dengan penggunaan tretino intopikal secara konkomitan. Inhibisi dari melanosit, suatu keadaan seperti vitiligo, telah

ditemukan.Komplikasi ini muncul pada keadaan oklusi steroid atau injeksi steroid intrakutan.

Efek Dermal Terjadi penurunan sintesis

(36)

dasar. Inimenyebabkan terbentuknya striae dan keadaan vaskulator dermal yang lemah akanmenyebabkan mudah ruptur jika terjadi trauma atau terpotong. Pendarahan

intradermalyang terjadi akan menyebar

dengan cepat untuk menghasilkan suatu blot hemorrhage. Ininantinya akan terserap dan membentuk jaringan parut stelata, yang terlihat seperti usiakulit prematur.

Efek Vaskular Efek ini termasuk

Vasodilatasi yang terfiksasi. Kortikosteroid pada awalnya menyebabkanvasokontriksi pada pembuluh darah yang kecil di

superfisial. Fenomena rebound. Vasokontriksi yang lama akan menyebabkan pembuluh

darahyang kecil mengalami dilatasi berlebihan, yang bisa mengakibatkan

edema,inflamasi lanjut, dan kadang-kadang pustulasi.

 Ketergantungan atau Rebound: sindrom

penarikan kortikosteroid adalah kejadian sering terlihat, juga disebut “Sindrom Kulit Merah”. Penghentian total steroid adalah

(37)

wajib dan, sementara reversibel, dapat menjadi proses yang berkepanjangan dan sulit diatasi

 Terlalu sering menggunakan steroid topikal

dapat menyebabkan dermatitis. Penarikan seluruh penggunaan steroid topikal dapat menghilangkan dermatitis.

 Dermatitis perioral: Ini adalah ruam yang

terjadi di sekitar mulut dan daerah mata

yang telah dikaitkan dengan steroid topikal.

 Efek pada mata. Tetes steroid topikal yang

sering digunakan setelah operasi mata tetapi juga dapat meningkatkan tekanan

intra-okular (TIO) dan meningkatkan risiko glaukoma, katarak, retinopati serta efek samping sistemik

 Tachyphylaxis: Perkembangan akut toleransi

terhadap aksi dari obat setelah dosis berulang tachyphylaxis signifikan dapat terjadi dari hari ke hari 4 terapi. Pemulihan biasanya terjadi setelah istirahat 3 sampai 4 hari. Hal ini mengakibatkan terapi seperti 3

(38)

hari, 4 hari libur, atau satu minggu pada terapi, dan satu minggu off terapi.

 Efek samping lokal: Ini termasuk

hipertrikosis wajah, folikulitis, miliaria, ulkus kelamin, dan granuloma infantum gluteale.

 Penggunaan jangka panjang

mengakibatkan Scabies Norwegia, sarkoma Kaposi, dan dermatosis yang tidak biasa lainnya.

 Jamkhedkar Preeta dkk tahun 1996 pernah

melakukan studi untuk mengevaluasi

keamanan dan tolerabilitas fluticasone ini dalam terapi eksim dan psoriasis. Fluticasone propionate 0.05% dibandingkan dengan krim betamethasone valerate 0,12%. Ada 107

pasien yang menyelesaikan studi, 61

menderita psoriasis dan 46 menderita eksim.

 Secara efikasi dan afinitas, fluticasone

propionate maupun betamethasone valerate menunjukkan hasil yang setara. Penipisan kulit, setelah dilakukan ultrasound atau biopsi tidak signifikan dibandingkan placebo dalam terapi lebih dari 8 minggu, dengan sekali

(39)

terapi sehari. Fluticasone propionate sama sekali tidak menimbulkan efek samping sistemik berupa supresi HPA-axis.

 Studi untuk menilai efek samping

penggunaan fluticasone propionate, dalam hal ini supresi HPA-axis, dilakukan oleh

Hebert dkk dari University of Texas-Houston Medical School. Studi dilakukan pada anak-anak (3 bulan-6 tahun) penderita dermatitis atopik skala luas, yakni hampir 65%

permukaan kulit mendapat terapi. Penilaian studi adalah absennya supresi adrenal

dengan pemberian fluticasone propionate 0,05%. Ternyata tidak ada perbedaan

signifikan dalam kadar kortisol rata-rata,

sebelum dan setelah terapi. Pada pasien usia 3 bulan, fluticasone tidak berimbas pada

fungsi HPA axis serta tidak menyebabkan penipisan kulit meskipun diberikan

fluticasone secara ekstensif.

 Kortikosteroid topikal tidak seharusnya

dipakai sewaktu hamil kecuali dinyatakan perlu atau sesuai oleh dokter untuk wanita

(40)

yang hamil. Percobaan pada

hewanmenunjukkan penggunaan

kortikosteroid pada kulit hewan hamil akan menyebabkan abnormalitas pada

pertumbuhan fetus. Percobaan pada hewan tidak ada kaitan dengan efek pada manusia, tetapi mungkin ada sedikit resiko apabila steroid yang mencukupi diabsorbsi di kulit memasuki aliran darah wanita hamil. Oleh karena itu, penggunaan kortikosteroid topikal pada waktu hamil harus dihindari kecuali

mendapat nasehat daridokter untuk

menggunakannya. Begitu juga pada waktu menyusui, penggunaankortikosteroid topikal harus dihindari dan diperhatikan.

Kortikosteroid juga hati-hati digunakan pada anak-anak

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga dapat disimpulkan bahwa Total Asset Turnover di Kanada tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas karena naik turunnya penjualan perusahaan tidak

Bahan yang dipergunakan dalam turbin air skala kecil sangat mudaha di dapat dan tentunya dari segi biaya juga tidak terlalau mahal, sebagai contohnya saja untuk membuat tubin

32650 Haram, mehram and bharam Saraj, Riffat 32651 Benazir Bhutto shaheed Anjum, Murtaza 32652 Tum kitnay Bhutto maro gay Sagar, Tariq Ismail 32653 Benazir Bhutto ki shahadet

Kami panitia pembangunan mengucapkan terima kasih kepada seluruh jemaat yang sudah turut berperan dan berpartisipasi dalam mendukung terlaksananya pembangunan Gereja

Orang yang profesional dalam ini adalah orang yang ahli di bidang akuntansi forensik, namun tidak semua perguruan tinggi di Indonesia telah memasukkan akuntansi

Konsumsi Makanan Tinggi Karbohidrat, Protein, Lemak, sebagai Faktor Risiko Kejadian Dislipidemia pada Dosen Universitas Gadjah Mada yang Melakukan Medical Check-Up

DAFTAR PEMILIH TETAP PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PROVINSI ACEH SERTA BUPATI DAN WAKIL BUPATI KABUPATEN ACEH BESAR TAHUN 2017 PROVINSI KABUPATEN/KOTA.. KECAMATAN