• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODUL FISIOTERAPI INTEGUMEN MODUL FISIOTERAPI INTEGUMEN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI FISIOTERAPIS PROGRAM PROFESI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MODUL FISIOTERAPI INTEGUMEN MODUL FISIOTERAPI INTEGUMEN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI FISIOTERAPIS PROGRAM PROFESI"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

MODUL FISIOTERAPI INTEGUMEN

MODUL FISIOTERAPI INTEGUMEN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

(2)

MODUL FISIOTERAPI INTEGUMEN

VISI DAN MISI FAKULTAS KEPERAWATAN DAN FISIOTERAPI VISI

Menghasilkan lulusan yang unggul dalam bidang keperawatan gawat darurat traumatik dan manual terapi yang mampu bersaing secara nasional dan regional Asia pada tahun 2022.

MISI

1. Menyelenggarakan proses belajar mengajar yang kondusif dengan berbagai fasilitas belajar, metode, dan sistem pembelajaran kelas dan praktik (laboratorium, RS, dan pelayanan kesehatan lainnya) sehingga menghasilkan karakter yang unggul, kompeten dan excellent service. 2. Mengoptimalkan dan mengimplementasikan program riset keperawatan

dan fisioterapi di tingkat lokal maupun nasional dengan menggunakan pendekatan riset kolaboratif dalam bidang ilmu keperawatan dan fisioterapi.

3. Mengimplementasikan program pengabdian kepada masyarakat berbasis riset untuk menyelesaikan berbagai permasalahan kesehatan di tingkat nasional bahkan kawasan regional Asia dengan menekankan upaya pendekatan preventive health science.

4. Menjalin kerjasama yang baik dengan stakeholder mulai dari pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat sebagai pengguna lulusan.

(3)

MODUL FISIOTERAPI INTEGUMEN

VISI DAN MISI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI

FISIOTERAPIS PROGRAM PROFESI VISI

Menjadi program studi yang unggul dan excellent service dalam bidang fisioterapi khususnya manual terapi di tingkat nasional dan regional Asia pada tahun 2022.

MISI

1. Menyelenggarakan proses belajar mengajar yang kondusif dengan berbagai fasilitas belajar, tools, metode, dan sistem pembelajaran kelas dan praktik di laboratorium dan lapangan

2. Mengoptimalkan dan mengimplementasikan program riset dibidang fisioterapi yang difokuskan pada masalah manual terapi dengan menggunakan pendekatan riset dalam bidang fisioterapi.

3. Mengimplementasikan program pengabdian kepada masyarakat berbasis riset untuk menyelesaikan berbagai permasalahan fisioterapi.

4. Mengembangkan kerjasama dengan institusi pendidikan, pelayanan, organisasi, dan stakeholderbaik dalam maupun luar negeri.

(4)

MODUL FISIOTERAPI INTEGUMEN

(5)

MODUL FISIOTERAPI INTEGUMEN

i

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan modul praktek stase Integumen Fisioterapi ini.Modul ini di susun guna memenuhi sebagian persyaratan dalam pendidikan profesi Fisioterapi Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam.

Penyelesaian penulisan modul ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, arahan dan dorongan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh rekan rekan yang ikut serta dalam penyusunan modul ini.

Penyusun menyadari bahwa apa yang tertuang dalam modul ini masih banyak memiliki kekurangan serta jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan dan semoga modul ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Lubuk Pakam, 2019

(6)

MODUL FISIOTERAPI INTEGUMEN

ii DAFTAR ISI

Halaman

VISI MISI FAKULTAS ... VISI MISI PROGRAM STUDI ... KATA PENGANTAR ... DAFTAR ISI ... BAB I COMBUSTIO LUKA BAKAR ... 1.1 Definisi ... 1.2 Pemeriksaan ... 1.3 Hasil Pemeriksaan ... 1.4 Intervensi ... BAB II LEPRA (KUSTA) ... 2.1 Definisi ... 2.2 Pemeriksaan dan Hasil Pemeriksaan ... 2.3 Intervensi ... BAB III SELULITIS ... 3.1 Definisi ... 3.2 Pemeriksaan ... 3.3 Hasil Pemeriksaan ... 3.4 Intervensi ... BAB IV SKIN GRAFT ... 4.1 Definisi ... 4.2 Intervensi ...

(7)

MODUL FISIOTERAPI INTEGUMEN

iii

4.3 Pemeriksaan ... 4.4 Inervensi ... BAB V HERPES SIMPLEKS ... 5.1 Definisi ... 5.2 Jenis Herpes Simplex ... 5.3 Pemeriksaan ... 5.4 Hasil Pemeriksaan ... 5.5 Intervensi ... BAB VI EKSEMA HEPARTIKUM ... 6.1 Definisi ... 6.2 Pemeriksaan ... 6.3 Inervensi ... BAB VII TUBERKULOSIS KULIT ... 7.1 Deefinisi ... 7.2 Pemeriksaan ... 7.3 Intervensi ... BAB VIII KUTIL ... 8.1 Definisi ... 8.2 Pemeriksaan ... 8.3 Intervensi ... DAFTAR PUSTAKA ...

(8)

MODUL FISIOTERAPI INTEGUMEN

1 BAB I

COMBUSTIO LUKA BAKAR 1.1 Definisi

Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam.Luka bakar yang luas mempengaruhi metabolisme dan fungsi setiap sel tubuh, semua sistem dapat terganggu, terutama sistem kardiovaskuler.

Luka bakar dibedakan menjadi: derajat pertama, kedua superfisial, kedua dalam, dan derajat ketiga. Luka bakar derajat satu hanya mengenai epidermis yang disertai eritema dan nyeri.Luka bakar derajat kedua superfisial meluas ke epidermis dan sebagian lapisan dermis yang disertai lepuh dan sangat nyeri.Luka bakar derajat kedua dalam meluas ke seluruh dermis. Luka bakar derajat ketiga meluas ke epidermis, dermis, dan jaringan subkutis, seringkali kapiler dan vena hangus dan darah ke jaringan tersebut berkurang

1.2 Pemeriksaan

Luka bakar dapat terjadi pada sebagian lapisan kulit atau lebih dalam. Luka bakar yang dalam (full-thickness) berarti seluruh ketebalan kulit pasien mengalami kerusakan dan tidak akan terjadi regenerasi kulit. Dalam melakukan pemeriksaan, tanyakan dua hal berikut kepada pasien:

1. Sedalam apakah luka bakartersebut?

• Luka bakar dalam, berwarna hitam/putih dan biasanya kering, tidak terasa dan tidak memucat biladitekan

• Luka-bakar-sebagian, berwarna merah muda atau merah, melepuh atau berair dannyeri.

(9)

MODUL FISIOTERAPI INTEGUMEN

2 2. Seberapa luas tubuh pasien yangterbakar?

• Gunakan telapak tangan pasien untuk memperkirakan luas luka bakar. Telapak tangan pasien berukuran kira-kira 1% dari total permukaantubuhnya

Diperlukan pemeriksaan penunjang pada luka bakar, yaitu laboratorium hitung darah lengkap:

a. Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan adanya pengeluaran darah yang banyak sedangkan peningkatan lebih dari 15% mengindikasikan adanya cedera, pada Ht (Hematokrit) yang meningkat menunjukkan adanya kehilangan cairan sedangkan Ht turun dapat terjadi sehubungan dengan kerusakan yang diakibatkan oleh panas terhadap pembuluhdarah.

b. Leukosit: Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya infeksi atau inflamasi.

c. GDA (Gas Darah Arteri): Untuk mengetahui adanya kecurigaaan cedera inhalasi. Penurunan tekanan oksigen (PaO2) atau peningkatan tekanan karbon dioksida (PaCO2) mungkin terlihat pada retensi karbonmonoksida.

d. Elektrolit Serum: Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cedera jaringan dan penurunan fungsi ginjal, natrium pada awal mungkin menurun karena kehilangan cairan, hipertermi dapat terjadi saat konservasi ginjal dan hipokalemi dapat terjadi bila mulaidiuresis.

e. Natrium Urin: Lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan cairan , kurang dari 10 mEqAL menduga ketidakadekuatancairan.

f. Alkali Fosfat: Peningkatan Alkali Fosfat sehubungan dengan perpindahan cairan interstisial atau gangguan pompa,natrium.

(10)

MODUL FISIOTERAPI INTEGUMEN

3

g. Glukosa Serum: Peninggian Glukosa Serum menunjukkan responstress.

h. Albumin Serum: Untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada edemacairan.

i. BUN atau Kreatinin: Peninggian menunjukkan penurunan perfusi atau fungsi ginjal, tetapi kreatinin dapat meningkat karena cederajaringan.

j. Loop aliran volume: Memberikan pengkajian non-invasif terhadap efek atau luasnya cedera.

k. EKG: Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial ataudistritmia. l. Fotografi luka bakar: Memberikan catatan untuk penyembuhan lukabakar. 1.3 Hasil Pemeriksaan

a) Luka Bakar DerajatI • Epidermis

b) Luka Bakar DerajatII • Derajat IIAsuperficial • Derajat IIBdeep c) Kuka Bakar DerajatIII

• Otot danTulang 1.4 Intervensi:

1. Rehabilitasi pada FaseAkut: • Standar 1: A. KriteriaUmum • Standar 1: B. Kriteria Pernafasan • Standar 1: C. KriteriaRehabilitasi • Standar2

(11)

MODUL FISIOTERAPI INTEGUMEN

4 2. Rehabilitasi pada FaseIntermediet:

• Standar3 3. FaseRe-integrasi:

• Standar4

4. Rehabilitasi pada FaseAkhir: • Standar5 5. FaseRekonstruksi: • Standar6 • Standar 6: Pre-Operasi • Standar 6: Post-Operasi 1.5 Latihan

Seorang pasien datang dengan kedua tangan kanan dan kiri kemerahan, melepuh, dan bengkak akibat terkena minyak panas sejak 15 mnt yang lalu.Sebagai seorang fisioterapis, bgaimanakah penatalaksanaan yang tepat pada pasien tersebut?

(12)

MODUL FISIOTERAPI INTEGUMEN

5 BAB II LEPRA (KUSTA)

2.1 Definisi

Penyakit kusta merupakan infeksi kronik granulomatosa yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae.Penyakit ini biasanya menyerang kulit dan saraf tepi namun juga dapat mengenai otot, mata, tulang, testis dan organ lainnya. Penyakit kusta memiliki manifestasi klinis yang bervariasi dimana secara garis besar terdapat tiga pembagian penyakit kusta yaitu tipe tuberkuloid (tipe kusta yang lebih ringan), lepromatosa (tipe kusta yang lebih berat, dapat disertai keterlibatan organ lain) dan borderline (terdapat gejala tuberkuloid maupun lepromatosa).

Micobacterium leprae menyerang saraf tepi tubuh manusia. Tergantung dari kerusakan saraf tepi, maka akan terjadi gangguan fungsi saraf tepi : sensorik, motorik dan otonom. Terjadinya cacat pada kusta disebabkan oleh kerusakan fungsi saraf tepi, baik karena kuman kusta maupun karena terjadinya peradangan (neuritis) sewaktu keadaan reaksi lepra

2.2.Pemeriksaan dan Hasil Pemeriksaan

Deteksi dini untuk reaksi penyakit lepra (kusta) sangat penting untuk menekan tingkat kecacatan ireversibel yang mungkin terjadi sebagai gejala sisa.Tingkat keberhasilan terapi tampak lebih baik jika penyakit kusta ini dideteksi dan ditangani secara dini.Gejala klinik tersebut diantara lain:

1. Lesi kulit menjadi lebih merah danmembengkak. 2. Nyeri, dan terdapat pembesaran saraftepi.

3. Adanya tanda-tanda kerusakan saraf tepi, gangguan sensorik maupunmotorik. 4. Demam danmalaise

(13)

MODUL FISIOTERAPI INTEGUMEN

6 5. Kedua tangan dan kakimembengkak 6. Munculnya lesi-lesi baru pada kulit.

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis adalah sebagai berikut:

a) Laboratorium

• Darah rutin: tidak ada kelainan • Bakteriologi

b) Pemeriksaanhistopatologi

Melalui pemeriksaan ini ditemukan gambaran berupa Infiltrate limfosit yang meningkat sehingga terjadi edema dan hiperemi.Diferensiasi makrofag kearah peningkatan sel epiteloid dan sel giant memberi gambaran sel langerhans.Kadang-kadang terdapat gambaran nekrosis (kematian jaringan) didalam granulosum yang penyembuhannya ditandai dengan fibrosis.

2.3 Intervensi

1) Sepatu khusus – Totalcontact

Digunakan untuk kehilangan sensasi dan persepsi yang dirasakan 2) Physicalagent

Modalitas Ultrasonography digunakan untuk merangsang granulasi 3) TerapiLatihan

Ditujukan untuk meningkatkan kekuatan otot, meningkatkan lingkup gerak sendi, perbaikan penebalan saraf dan meningkatkan aktivitas fungsional dari pasien.

(14)

MODUL FISIOTERAPI INTEGUMEN

7 2.4 Latihan

Temukan satu studi kasus pasien lepra dan bagaimana tahapan dalam melakukan anamnesa, pemeriksaan serta intervensinya

(15)

MODUL FISIOTERAPI INTEGUMEN

8 BAB III SELULITIS 3.1 Definisi

Selulitis adalah infeksi pada kulit yang meliputi dermis dan jaringan subkutan dengan karakteristik klinis berupa gejala akut, eritema, nyeri, edematosa, inflamasi supuratif pada kulit, jaringan lemak subkutan, atau otot dan sering disertai gejala sistemik berupa malaise, demam, menggigil, dan nyeri lokal. Penyebab tersering dari selulitis adalah Staphylococcus aureus dan Streptococcus grup A. Faktor risiko terjadinya infeksi ini adalah trauma lokal (robekan kulit), luka terbuka di kulit, atau gangguan pada pembuluh vena maupun pembuluh limfe

3.2 Pemeriksaan a. Pemeriksaanfisik • Inspeksi • Palpasi b. Pengukuran • Metline

• VAS (Visual Analogue Scale) c. Pemeriksaanpenunjang

Pemeriksaan penunjang seperti laboratorium dan imaging biasanya diperlukan apabila terdapat infeksi parah.USG atau CT scan dapat digunakan untuk menyelidiki keberadaan infeksi yang lebih dalam.

• USG (Ultra Sonografi)

(16)

MODUL FISIOTERAPI INTEGUMEN

9 • CT scan

• Laboratorium 3.3 Hasil Pemeriksaan

1) Eritema lokal terbatas tidakjelas

2) Terdapat nodul di bagian tengah, dapat disertai bula dan vesikel di atasnya yang dapat pecah dan mengeluarkan pus serta jaringannekrotik. 3) Edema

4) Teraba panas dannyeri 5) Demam

6) TerdapatStreptococcusβhemolyticusgroupApadahasilkulturdarah,pusdansw abbula.

7) Jumlah sel darah putih yang meningkat, protein C-reaktif, dan peningkatan sedimentasieritrosit.

3.4 Intervensi

a. Elevasi secara pasif untuk mengurangi edema pada faseakut

b. Terapi kompresi diindikasikan ketika lymphoedema bertahan selama beberapa minggu setelah perawatan antibiotik. Hal ini untuk mencegah limfedema yang terus- menerus, sehingga menyebabkankekambuhan. 3.5 Latihan

Sebagai seorang fisioterapis, bagaimana upaya nada dalam penatalaksanaan penurunan nyeri pada pasien selulitis

(17)

MODUL FISIOTERAPI INTEGUMEN

10 BAB IV SKIN GRAFT 4.1 Definisi

Skin graft adalah suatu tindakan memindahkan bagian kulit yang telah dipisahkan dari tempat suplai darah lokalnya ke lokasi lain. Skin graft terbagi menjadi empat tipe, yaitu full-thickness skin grafts (FTSG), split-thickness skin grafts (STSG), composite grafts, dan free cartilage grafts. FTSG terdiri atas tindakan pemindahan keseluruhan epidermis dan dermis, termasuk struktur adneksa seperti folikel rambut dan kelenjar keringat. STSG terdiri atas full thickness epidermis dan sebagian dermis. Composite graft terdiri atas dua jaringan yang berbeda, umumnya kulit dan kartilago. Free cartilage graft terdiri atas kartilago dengan perikondrium yang melapisi.

4.2 Intervensi 1. Ambulasi Dini

Kontraindikasi ambulasi dini:

• Pasien dengan fraktur yang dapat menghalangi ambulasi dini. • Pasien dengan ketidakmampuan preinjury untukberjalan. • Luka 0,300cm2.

• Kondisi sosial atau psikiatris yangmenonjol.

• Status medis yang tidak memungkinkan untuk melakukanmobilisasi. • Permukaan plantar dari kaki yang menerima skin graft.

(18)

MODUL FISIOTERAPI INTEGUMEN

11 Prosedurambulasi:

• Ambulasi harus segera dilakukan pasca operasi, setelah pemulihan dari anestesi dan setelah dukungan eksternalditerapkan.

• Pasien dapat memulai dengan duduk di tepi bed dengan kaki menjuntai selama sekitar 10 menit. Ketika duduk, nilai hipotensi ortostatik, ROM aktif (jika permukaan tubuh tidak dapat bergerak), nyeri, dll. dari ekstremitas untuk memastikan nyaman untuk ambulasi. Penentuan ini harus didasarkan pada penilaian klinisterapis.

• Jika hipotensi ortostatik terjadi, gunakan meja miring untuk meningkatkan toleransi untuk posisitegak.

• Lanjutkan pada posisi berdiri, jika pada posisi kaki menjuntai ditoleransi dengan baik. Nilai keseimbangan berdiri yang memadai

• Jika tidak stabil ketika berdiri, minta pasien mencoba berjalan dengan alat bantu jalan yang sesuai. Kurangi penggunaan alat bantu segera setelah stabilitasmembaik.

• Lakukan latihan weight bearing sesuai toleransi. Full weight bearing diijinkan (kecuali ahli bedah tidak mengijinkan untuk alasanlain).

• Jika stabil ketika berdiri, minta pasien mencoba berjalan (terapis membantu pasien berjalan dan jaga pasien agar tidakjatuh).

• Jika skin graft dianggap dapat diterima saat evaluasi pada hari ke-5 sampai 7 pasca operasi, penggunaan alat bantu jalan dapat dihentikan pada saatitu. • Instruksikan pasien untuk mengelevasikan secara teratur ekstremitas yang

(19)

MODUL FISIOTERAPI INTEGUMEN

12 2. Ultrasound

Ultrasound diaplikasikan ke permukaan kulit yang menerima skin graft dengan rasio 1: 4, pada intensitas 0,8 w / cm2 selama 8 menit dalam1MHz. 4.3 Latihan

Seorang pasien laki-laki 25 tahun mengalami kecelakaan seminggu yang lalu, sudah melakukan pencangkokan kulit dikarenakan lengan kanan nya hancur.Tapi seminggu belakangan rasa nyeri terus dirasakan nya, dan keluarga pasien menyuruh untuk dating ke klinik fisioterapi.Bagaimana penatalaksanaanya?

(20)

MODUL FISIOTERAPI INTEGUMEN

13

HERPES SIMPLEKS 5.1 Definisi

Herpes simpleks adalah infeksi akut yang disebabkan oleh herpes simpleks virus (HSV) tipe I atau tipe II yang ditandai dengan adanya vesikel yang berkelompok di atas kulit yang sembab dan eritematosa pada daerah dekat mukokutan.Herpes simpleks menyebabkan timbulnya erupsi pada kulit atau selaput lendir. Erupsi ini akan menghilang meskipun virusnya tetap ada dalam keadaan tidak aktif di dalam ganglia (badan sel saraf), yang mempersarafi rasa pada daerah yang terinfeksi. Secara periodik, virus ini akan kembali aktif dan mulai berkembangbiak,seringkali menyebabkan erupsi kulit berupa lepuhan pada lokasi yang sama dengan infeksi sebelumnya. Virus juga bisa ditemukan di dalam kulit tanpa menyebabkan lepuhan yang nyata, dalam keadaan ini virus merupakan sumber infeksi bagi orang lain.

5.2 Jenis Herpes Simplex

1. HSV tipe 1, menyebabkan demam seperti pilek dengan menimbulkan luka di bibir semacam sariawan. HSV jenis ini ditularkan melalui ciuman mulut atau bertukar alat makan seperti sendok – garpu (misalnya suap-suapan dengan teman). Virus tipe 1 ini juga bisa menimbulkan luka di sekitar alat kelamin. 2. HSV tipe 2; dapat menyebabkan luka di daerah alat vital sehingga suka

disebut genital herpes, yang muncul luka-luka di seputar penis atau vagina. HSV 2 ini juga bisa menginfeksi bayi yang baru lahir jika dia dilahirkan secara normal dari ibu penderita herpes. HSV-2 ini umumnya ditularkan melalui hubungan seksual. Virus ini juga sesekali muncul di mulut. Dalam kasus yang langka, HSV dapat menimbulkan infeksi di bagian tubuh lainnya

(21)

MODUL FISIOTERAPI INTEGUMEN

14 seperti di mata dan otak

5.3 Pemeriksaan

Herpes simpleks virus (HSV) dapat ditemukan pada vesikel dan dapat dibiakkan.Pada keadaan tidak ada lesi dapat diperiksa antibodi HSV menggunakan tes Tzanck dengan pewarnaan Giemsa.Tes Tzanck dapat diselesaikan dalam waktu 30 menit atau kurang. Caranya dengan membuka vesikel dan korek dengan lembut pada dasar vesikel tersebut lalu letakkan pada gelas obyek kemudian biarkan mongering sambil difiksasi dengan alkohol atau dipanaskan.Selanjutnya beri pewarnaan (5% methylene blue, Wright, Giemsa) selama beberapa detik, cuci dan keringkan, beri minyak emersi dan tutupi dengan gelas penutup.

5.4 Hasil Pemeriksaan

Setelah diperiksa dengan menggunakan tes Tzanck dan hasilnya dikatakan positif jika keratinosit yang multinuklear dan berukuran besar berwarna biru.Selain itu juga dapat ditemukan sel datia berinti banyak dan badan inklusi intranuklear.

5.5 Intervensi

Pada lesi yang dini dapat digunakan obat topikal berupa salap/krim yang mengandung preparat idoksuridin (stoxil, viruguent, virunguent-P) atau preparat asiklovir (zovirax).Pengobatan oral preparat asiklovir dengan dosis 5x200mg per hari selama 5 hari mempersingkat kelangsungan penyakit dan memperpanjang masa rekuren.Pemberian parenteral asiklovir atau preparat adenine arabinosid (vitarabin) dengan tujuan penyakit yang lebihberat atau terjadi komplikasipada organ dalam.

(22)

MODUL FISIOTERAPI INTEGUMEN

15

Untuk terapi sistemik digunakan asiklovir, valasiklovir, atau famsiklovir. Jika pasien mengalami rekuren enam kali dalam setahun, pertimbangkan untuk menggunakan asiklovir 400 mg atau valasiklovir 1000 mg oral setiap hari selama satu tahun. Untuk obat oles digunakan lotion zinc oxide atau calamine.Pada wanita hamil diberi vaksin HSV sedangkan pada bayi yang terinfeksi HSV disuntikkan asiklovir intra vena.

(23)

MODUL FISIOTERAPI INTEGUMEN

16

EKSEMA HERPATIKUM 6.1 Definisi

Eskema herpatikum adalah infeksi virus herpes simplek tipe 1 atau 2 yang ditandai dengan adanya demam dan blister atau lepuhan yang gatal serta erosi pada kulit. Biasanya timbul sebagai komplikasi dari dermatitis atopik/eskim. 6.2 Pemeriksaan

Eskema herpatikum dapat didiagnosis dengan: • Culturvirus

• Direct fluarescent antibodystain • PCR

• Tzancksmear 6.3 Intervensi

Pemberian asiklovir oral dengan dosis 400-800 mg 5 kali sehari, atau bisa juga diberikan valasiklovir 1 g 2 kali sehari atau sampai lesinya sembuh. Asiklovir intravena dapat diberikan jika obat oral tidak menunjukan adanya tanda-tanda kesmbuhan atau infeksinya memburuk.

(24)

MODUL FISIOTERAPI INTEGUMEN

17

TUBERKULOSIS KULIT 6.1 Definisi

Cutaneous Tuberculosis (CTB) merupakan 1-1,5% bentuk manifestasi dari semua extrapulmonary tuberculosis yang menyerang kulit. Meskipun kasus ini jarang terjadi, namun perbedaan dari variasi klinis dari CTB dengan penyakit kulit pada umumnya perlu diketahui agar penanganan dari awal berjalan efektif. Manifestasi klinis dari CTB biasanya menunjukkan manifestasi klinis yang beragam, antara lain papula inflamasi, plak verukosa, nodul supuratif, ulkus kronis, dan lesi atipikal lainnya.

Agen utama dari CTB ini adalah Mycobacterium tuberculosis (Mtb) yang termasuk dalam kelas Schizomycetes, urutan Actinomycetales, keluarga Mycobacteriaceae dan genus Mycobacterium.Kadang-kadang juga disebabkan oleh vaksin M. bovis atau BCG (strain M. bovis yang dilemahkan). Mtb sendiri diperkirakan mempunyai 4000 gen dengan sebagian besar dari mereka terlibat dalam mekanisme invasi sistem kekebalan tubuh dan 200 di antaranya untuk metabolisme lipid. Akibatnya, patogen ini mampu bertahan hidup baik di dalam maupun di luar sel fagositik.Sementara itu, karena lipid adalah sumber energi utama Mycobacterium tuberculosis, patogen ini dapat secara langsung melakukan pembelahan di dalam jaringan inang dan membentuk dinding sel.

Terjadinya infeksi CTB bisa karena infeksi eksogen dan endogen. Infeksi eksogen terjadi dengan inokulasi langsung oleh bakteri ke kulit individu yang memiliki kecenderungan (tuberkulosis chancre, tuberculosis verrucosa cutis) dan Infeksi endogen adalah infeksi sekunder dari yang sudah ada sebelumnya dan dapat dihasilkan dari infeksi di sekitar bagian yang sehat (tuberkulosis orifcial,

(25)

MODUL FISIOTERAPI INTEGUMEN

18

skrofuloderma), hematogen (tuberkulosis milier akut, gumma tuberkulosis, dan lupus vulgaris), atau penyebaran limfatik (lupus vulgaris).

7.2 Pemeriksaan

Pemeriksaan CTB dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pemeriksaan pembanding dan laboratorium.

a. PemeriksaanPembanding

Pemeriksaan ini sangat diperlukan karena variasi manifestasi klinis dengan penyakit kulit lainnya hampir sama.

b. PemeriksaanLaboratorium

Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain Tuberculin Skin Test, Immunological Tests (Interferon Gamma-Release-Assay), Histopathology, Staining and Culture, Amplifcations of Nucleic Acids (PCR), Genotyping, RFLP (Restriction Fragment Length Polymorphism) (gold standard), Spoligotyping, dan Mycobacterial Interspersed Repetitive Unit-Variable Number Tandem Repeat (MIRU-VNTR).

7.3 Intervensi

Tuberkulosis dapat disembuhkan pada hampir 100% kasus baru, selama prinsip dasar terapi obat dan manajemen pengobatan yang tepat diamati.Terapi kombinasi yang tepat, dosis yang tepat, dan penggunaan obat cukup lama, adalah prinsip dasar untuk mencegah bakteri resisten dan pengembangan resistensi obat, sehingga memastikan kesembuhan pasien.

Pengobatan semua bentuk ekstrapulmoner (kecuali meningoensefalitis) berlangsung selama enam bulan, sedangkan meningoensefalitik dirawat selama sembilan bulan.Obat-obatan sebaiknya diberikan pada perut kosong (1 jam

(26)

MODUL FISIOTERAPI INTEGUMEN

19

sebelum atau dua jam setelah sarapan) dalam satu asupan atau dalam kasus intoleransi pencernaan, dengan makan.

(27)

MODUL FISIOTERAPI INTEGUMEN

20 KUTIL 8.1 Definisi

Wart atau verruca merupakan infeksi pada lapisan kulit yang menyebabkan hiperplasia epidermis yang disebabkan oleh virus human papillomavirus (HPV).Virus ini mempunyai banyak jenis dan dapat menginfeksi di berbagai daerah kulit, seperti kelamin, anus, jari tangan, maupun kaki. Tipe virus HPV-1,-2,-3, dan -4 adalah jenis yang paling ditemuka pada verruca cutaneous (umum), sedangkan tipe virus HPV-6,-11,-16, dan -18 merupakan tipe yang sering muncul pada daerah genital. HPV dapat bertahan hidup berbulan-bulan di permukaan benda atau kulit.Infeksi pada kulit memerlukan kontak langsung dengan partikel virus, yang dapat terjadi melalui kutil plantar atau kontak tidak langsung melalui fomite (benda mati), seperti lantai, kaus kaki, sepatu, handuk, dan peralatan olahraga.

Terdapat banyak jenis verruca berdasarkan daerah yang terinfeksi, antara lain:

a. Common warts yang berkaitan dengan HPV-2,4 (most common), diikuti dengan tipe - 1,3,27,29 and57

b. Flat warts disebabkan HPV-3,10 and28

c. Deep palmoplantar warts disebabkan HPV-1 (paling sering) diikuti dengan tipe 2,3,4,27, and57

d. Cystic warts disebabkan HPV-6

e. Focal epithelial hyperplasia disebabkan HPV-13 dan 32 f. Butcher's warts disebabkanHPV-7

(28)

MODUL FISIOTERAPI INTEGUMEN

21 8.2 Pemeriksaan

Saat menilai lesi kulit secara klinis, langkah-langkah berikut berguna untuk membantudiagnosis:

a) Inspeksi: Di mana di tubuh adalah lesi? Ada berapa lesi? Jika ada beberapa lesi, apakah mereka mengikuti suatu pola atau apakah mereka berada pada areatertentu?

b) Deskripsi lesi: Berapa diameter lesi terbesar? Apakah ada warna pada lesi? Adakah perubahan sekunder (mis. Lichenifikasi, pengerasan kulit, eksoriasi (bekas goresan), ulserasi, erosi, fisura (retakan tipis), hipertrofi (peningkatan kulit) atau granuloma?) Apakah ada batas yang jelas? Apakah initeratur? c) Palpasi lesi. Rasakan permukaan, konsistensi, mobilitas, kelembutan kulit dan

suhu (gunakan sarung tangan untuk mencegahinfeksi). 8.3 Intervensi

1) Salicylic acid (SA), SA merupakan formula yang sering digunakan untuk treatmen wart. SA bekerja mempercepat pengelupasan sel epidermis dan menstimulasi sistem imun pada kulit yang terkena wart. Pada konsentrasi tinggi akan berdampak iritasi pada kulit. Penggunaan konsentrasi SA biasanya sekitar 10-26% baik dalam collodion atau basis polyacrylic, dan sering dicampur dengan asamlaktat.

2) Cryotherapy, berbagai alat dan teknik digunakan untuk menginduksi cedera yang ditargetkan pada kutil. Nitrogen cair, bisa digunakan dan didapatkan pada cryospray atau diisi pada cotton bud. Metode ini merupakan yang paling umum digunakan dalam praktik medis. Cryospay memang mempunyai gas terkompresi yang mengandung propana dan dimetil eter dan dapat dibeli tanpa

(29)

MODUL FISIOTERAPI INTEGUMEN

22

resep tetapi tidak mencapai suhu serendah nitrogen cair dan cenderung kurang efektif. Penggunaan modalitas ini dilakukan disekitar kutil selama 5-30 detik tergantung ukuran dan lokasi kutil. Penggunaan modalitas ini dilakukan 2-3 minggu sampai kutilmenghilang.

(30)

MODUL FISIOTERAPI INTEGUMEN

23

DAFTAR REFERENSI

Harsono (ED) .1996 . Kapita Selekta Neurologi .Yogyakarta : University Press Gajah Mada.

Merybett Sinclair (2007), Modern Hydrotherapy for the massage therapist, Walter kluwer, Lippincott Williams & wilkins

Pearce , Evelyn . C .1999 .Anatomi Dan Fisiologi Untuk Para Medis.Jakarta : PT Gramedia Pustaka Umum

Richard Eidson (2008), Hydrotherapy for Health and Wellness : Teory, programs and Treatment

Salvo (2005), Massage Therapy.

(31)

Referensi

Dokumen terkait

immunology.KESIMPULAN- Infeksi herpes simplek merupakan infeksi yang disebabkan oleh virus herpes simplek virus strain HSV-1 dan HSV-2 dengan tanda-tanda klinis yang khas

Perawatan darurat untuk cedera otak traumatis sedang hingga parah berfokus pada memastikan orang tersebut memiliki cukup oksigen dan suplai darah yang cukup, menjaga

Memposisikan pasien pada posisi tubuh yang benar (anatomis), kecuali gerak rotasi (Bahu dan Lengan bawah). Sendi yang diukur diupayakan terbebas dari pakaian yang menghambat

Berdasarkan kasus Gingivostomatitis Herpetika Primer yang disebabkan oleh infeksi Herpes simplex virus (HSV) tipe I menunjukkan bahwa apabila pasien mematuhi

Pemberian terapi latihan berupa gerakan pasif sangat bermanfaat dalam menjaga sifat fisiologis dari jaringan otot dan sendi. Jenis latihan ini dapat diberikan

Tatalaksana Instruksikan kepada Pasien untuk meletakkan ke dua tangannya diatas perut, terapis memberikan contoh seperti menghembuskan napas secara paksa dengan

Pemeriksa meletakkan salah satu tangan pada kaki (telapak kaki) dengan tangan yang satunya diatas ujung lutut, jari-jari menyentuh garis sendi sebelah medial. Pergelangan

Penyakit akibat infeksi virus herpes simpleks pada kulit atau mukosa area genital, dengan karakteristik lesi berupa vesikel herpetiformis dan dapat