MODUL FISIOTERAPI KOMUNITAS
MODUL FISIOTERAPI KOMUNITAS
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
MODUL FISIOTERAPI KOMUNITAS
VISI DAN MISI FAKULTAS KEPERAWATAN DAN
FISIOTERAPI
VISI
Menghasilkan lulusan yang unggul dalam bidang keperawatan gawat darurat traumatik dan manual terapi yang mampu bersaing secara nasional dan regional Asia pada tahun 2022.
MISI
1.
Menyelenggarakan proses belajar mengajar yang kondusif dengan berbagai fasilitas belajar, metode, dan sistem pembelajaran kelas dan praktik (laboratorium, RS, dan pelayanan kesehatan lainnya) sehingga menghasilkan karakter yang unggul, kompeten dan excellent service.2.
Mengoptimalkan dan mengimplementasikan program riset keperawatandan fisioterapi di tingkat lokal maupun nasional dengan menggunakan pendekatan riset kolaboratif dalam bidang ilmu keperawatan dan fisioterapi.
3.
Mengimplementasikan program pengabdian kepada masyarakat berbasis riset untuk menyelesaikan berbagai permasalahan kesehatan di tingkat nasional bahkan kawasan regional Asia dengan menekankan upaya pendekatan preventive health science.4.
Menjalin kerjasama yang baik dengan stakeholder mulai dari pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat sebagai pengguna lulusan.MODUL FISIOTERAPI KOMUNITAS
VISI DAN MISI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI
FISIOTERAPIS PROGRAM PROFESI
VISI
Menjadi program studi yang unggul dan excellent service dalam bidang fisioterapi khususnya manual terapi di tingkat nasional dan regional Asia pada tahun 2022.
MISI
1. Menyelenggarakan proses belajar mengajar yang kondusif dengan berbagai fasilitas belajar, tools, metode, dan sistem pembelajaran kelas dan praktik di laboratorium dan lapangan
2. Mengoptimalkan dan mengimplementasikan program riset dibidang fisioterapi yang difokuskan pada masalah manual terapi dengan menggunakan pendekatan riset dalam bidang fisioterapi.
3. Mengimplementasikan program pengabdian kepada masyarakat berbasis riset untuk menyelesaikan berbagai permasalahan fisioterapi.
4. Mengembangkan kerjasama dengan institusi pendidikan, pelayanan, organisasi, dan stakeholderbaik dalam maupun luar negeri.
MODUL FISIOTERAPI KOMUNITAS
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan modul mata kuliah Komunitas ini. Modul ini di susun guna memenuhi sebagian persyaratan dalam pendidikan profesi Fisioterapi Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam.
Penyelesaian penulisan modul ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, arahan dan dorongan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh rekan rekan yang ikut serta dalam penyusunan modul ini.
Penyusun menyadari bahwa apa yang tertuang dalam modul ini masih banyak memiliki kekurangan serta jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan dan semoga modul ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Lubuk Pakam, 2019
MODUL FISIOTERAPI KOMUNITAS
DAFTAR ISI
Halaman VISI MISI FAKULTAS ... VISI MISI PROGRAM STUDI ... KATA PENGANTAR ... DAFTAR ISI ... BAB I TENNIS ELBOW ...
1.1 Definisi ... 1.2 Tanda dan Gejala... 1.3 Mekanisme Cedere ... 1.4 Prevention ... 1.5 Pemeriksaan Spesifik ... 1.6 Penatalaksanaan Fisioterapi ...
BAB II MENISCUS TEAR ...
2.1 Definisi ... 2.2 Tanda dan Gejala... 2.3 Pemeriksaan Spesifik ... 2.4 Penaalaksanaan Fisioterapi ...
BAB III SPRAIN ANKLE ...
3.1 Definisi ... 3.2 Tanda dan Gejala... 3.3 Pemeriksaan Spesifik ... 3.4 Penatalaksanaan Fisioterapi ... BAB IVPARKINSON ... 4.1 Definisi ... 4.2 Gejala Klinis... 4.3 Pemeriksaan Penunjang ... 4.4 Penatalaksanaan Fisioterapi ... BAB V STROKE ... 5.1 Definisi ... 5.2 Patofisiologi ... 5.3 Klasifikasi Stroke ...
MODUL FISIOTERAPI KOMUNITAS
5.4 Problematik Pada Pasca Stroke ...
BAB VI CEREBRAL PALSY ...
6.1 Definisi ... 6.2 Tanda dan Gejala... 6.3 Klasifikasi ...
BAB VII TUBERKULOSIS KULIT ...
7.1 Definisi ... 7.2 Tanda dan Gejala... 7.3 Patofisiologi ...
BAB VIII DOWN SYNDROME...
8.1 Definisi ... 8.2 Manifesasi Klinis ... 8.3 Jenis Terapi ... BAB IX DISMENORE ... 9.1 Definisi ... 9.2 Dismenore Primer ... 9.3 Faktor yang Mempengaruhi ... 9.4 Penatalaksaanaan...
BAB X LOW BACK PAIN...
10.1Definisi ... 10.2Problematik Fisioterapi ... 10.3Teknologi Intervensi ...
MODUL FISIOTERAPI KOMUNITAS
BAB I TENNIS ELBOW 1.1 Definisi
Tennis elbow (lateral epicopndylitis) adalah gangguan pada epicondylus lateral humerus (siku bagian luar) sehingga menyebabkan timbulnya rasa nyeri pada siku. Biasanya terjadi pada pemain tennis tetapi tidak menutup kemungkinan orang yang bukan pemain tennis terkena tennis elbow biasanya terjadi karena gerakan yang berulang (overuse).
Kasus ini merupakan kasus degeneratif atau kegagalan penyembuhan pada bagian tendon yang ditandai dengan adanya fibroblast, vascular hyperplasia, dan disorganised collagen pada origo extensor carpi radialis brevis, lokasi yang sering terkena.
1.2 Tanda dan Gejala
1. Nyeri pada lateral elbow dan nyeri di epikondilus lateral pada saat tangan dorsofleksi dan melawan tahanan
2. Kesulitan dalam melakukan gerakan di pergelangan tangan seperti, mengangkat piring, membuka mobil, berjabat tangan dan lain-lain
3. Ketidaknyamanan saat siku dan pergelangan tangan di gerakkan
1.3 Mekanisme Cedera
Overuse gerakan pronasi, supinasi dan ekstensi menimbulkan over strain otot-otot ekstensor yang berorigo pada epinkondilus lateral, over strain tersebut akan menimbulkan micro trauma yang lama-kelamaan akan menumpuk menjadi macrotrauma, sehingga menimbulkan tennis elbow.
MODUL FISIOTERAPI KOMUNITAS
1.4 Prevention
a. Bermain dengan teknik yang benar merupakan hal terpenting dalam pencegahan
b. Menggunakan forearm brace
c. Latihan dengan teknik asimetris harus dihindari
Pada pemain tennis, pencegahan terjadinya tennis elbow antara lain : 1) Footwork yang baik sehingga pemain dapat menjangkau bola dengan tepat 2) Bola harus tepat sasaran pada raket
3) Saat memukul bola, seluruh bagian shoulder dan badan harus terlibat 4) Bola harus ringan
5) Peralatan atlit harus benar
6) Pemasangan senar pada raket yang telalu kuat dapat meningkatkan gaya yang lebih besar
7) Ukuran pada pegangan raket harus sesuai agar nyaman saat digunakan
1.5 Pemeriksaan Spesifik
MODUL FISIOTERAPI KOMUNITAS
Nyeri akan timbul apabila penekanan dilakukan pada daerah sekitar 1-2 cm dari distal origo di epikondilus lateral.
2. Tes Maudsley
Pasien diminta untuk melakukan ekstensi jari ketiga (jari tengah) tangan lalu pemeriksa menahan ekstensi tersebut sambil mempalpasi epikondilus lateral. Hal itu akan menimbulkan ketegangan pada otot ekstensor digitorum dan tendon. Hasil positif terjadi apabila pasien merasakan nyeri pada epikondilus lateral. Bila positif berarti pasien menderita tennis elbow.
MODUL FISIOTERAPI KOMUNITAS
Pemeriksaan meminta pasien agar memfleksikan elbow dan pergelangan tangan, sambil memperhatikan tiap nyeri yang timbul pada epikondilus lateral. Hasil positif bila pasien merasakan nyeri pada epikonsilus lateral.
4. Tes Cozen
Dengan cara meletakkan ibu jari pada epikondilus lateral. Lalu pasien diminta untuk mengepalkan tangan sambil mempronasikan lengan bawah secara radial lalu pasien mengekstensikan lengan bawah pasien secara pasif. Semua tindakan itu akan menimbulkan nyeri apabila pasien menderita tennis elbow.
1.6 Penatalaksanaan Fisioterapi
FASE TREATMENT GOALS TREATMENT
FASE 1 (AKUT)
Mengurangi Inflamasi - Cryotherapy - Whirlpool Meningkatkan perbaikan jaringan - Galvanic Stimulation - Iontophoresis - Phonoporesis
MODUL FISIOTERAPI KOMUNITAS
menimbulkan nyeri - Deep Friction Massage
(analgesic effect) Mencegah kontraktur otot - Stretching
- Isometric Exc
FASE 2 (SUB AKUT)
Meningkatkan Fleksibilitas - Stretching - ROM Excercise Meningkatkan kekuatan otot
serta endurance - Concentric/Eccentric Strengthening - Shoulder Strengthening Meningkatkan aktifitas fungsional
- Mencoba memulai aktifitas seperti semula
- Menggunakan brace - Post eliminary exc : ICE
FASE 3 (KRONIK)
Meningkatkan kekuatan otot dan endurance
- Eccentric/Concentric exercise
Mengkontrol fleksibilitas - Melanjutkan latihan fleksibilitas
Kembali ke lapangan (secara berangsur)
- Mengurangi penggunaan brace
- Kembali ke aktifitas olah raga FASE 4 Kembali ke lapangan - Sport Specific Training
MODUL FISIOTERAPI KOMUNITAS
BAB II MENISCUS TEAR 2.1 Definisi
Meniscus tear adalah cidera yang cukup parah, kondisi ini disebabkan ketika ACL tertarik secara keras sehingga meniscus akan ikut rusak, akibat dari full fleksi knee dan pergerakan yang salah seperti over rotasi pada lutut. meniscus merupakan bagian dari tulang yang membantu menstabilkan lutut saat gerakkan fleksi knee. Pemulihan secara konservatif memakan waktu yang cukup lama yaitu antara 3-6 bulan pada cidera ringan (Matias Ibo, 2012 dalam Budi, 2015). Traumatis pada meniscus tear biasanya terjadi pada dewasa muda, sehingga meningkatkan risiko OA dan tampaknya merupakan kejadian awal dalam proses penyakit. (Ratzlaff & Liang, 2010).
2.2 Tanda dan Gejala
1) Bunyi klik atau letupan sewaktu bergerak. 2) Kisaran gerakan terbatas.
MODUL FISIOTERAPI KOMUNITAS
3) Rasa seakan lutut terkunci (tidak mampu meluruskan lutut) 4) Rasa nyeri pada salah satu sisi lutut.
5) Membengkak pada alur persendian. 6) Rasa ngilu di sepanjang alur persendian.
2.3 Pemeriksaan Spesifik
1) Tes McMurray
Tes ini digunakan untuk menentukan kehadiran badan atau tubuh yang lepas atau longgar pada lutut. Cara kerjanya adalah penderita diletakkan menghadap ke atas di atas meja, dengan tungkai yang cedera difleksikan secara penuh. Pemeriksa meletakkan salah satu tangan pada kaki (telapak kaki) dengan tangan yang satunya diatas ujung lutut, jari-jari menyentuh garis sendi sebelah medial. Pergelangan tangan melakukan gerakan seperti menuliskan lingkaran kecil dan menarik tungkai ke dalam posisi ekstensi. Pada saat hal ini terjadi atau dilakukan, tangan pada lutut merasa ada respon bunyi “klik”. Meniscus sebelah medial yang robek dapat dideteksi pada saat tungkai bawah diputar secara eksternal sedangkan rotasi internal memberikan deteksi dari lateral yang robek. (Arnheim, D.D., 1993: 547; Brukner P., dan Khan, K., 1993: 343)
MODUL FISIOTERAPI KOMUNITAS
2) Tes Kompresi Apley
Tes kompresi apley dilakukan dengan posisi penderita berbaring menghadap kebawah (tengkurap) dan tungkai bawah difleksikan sampai 90 derajat. Sementara tungkai atas 16 distabilkan, tungkai bawah segera diaplikasikan degan tekanan ke bawah. Tungkai tersebut kemudian diputar kembali dan seterusnya. Jika rasa nyeri timbul, maka cedera meniscus terjadi. Tercatat bahwa terdapat robekan meniscus sebelah medial sewaktu dengan rotasi eksternal dan robekan meniscus lateral dengan rotasi internal tungkai bawah. (Ellison, dkk. (1986: 247) dan Arnheim, D.D. (1993: 548)
2.4 Penatalaksanaan Fisioterapi
TREATMENT
Weeks 1 – 2
Immobilizer for ambulation or a brace locked at 0° extension Crutches as needed (WB per surgeon)
OKC AROM and PROM exercises Patellar mobilization
Quadricep Set
MODUL FISIOTERAPI KOMUNITAS
No resisted hamstring exercise
Weeks 3 – 4
Immobilizer for ambulation or a brace locked at 0° extension Crutches with WB per surgeon
OKC PREs of the hip, knee, ankle Multiangle isometric knee extension Gait training (WB per surgeon) on week 4 CKC to 45° knee flexion on week 4
Weeks 5 – 7
Immobilizer d/c per surgeon
Increase PREs for the hip, knee, ankle Begin to advance WB flexion 45° to 90° Endurance training via bike/StairMaster
Weeks 8 – 11
Increase PREs
Begin loaded flexion beyond 90° at 8 weeks
Weeks 12 – 14
Functional hip test if MVIC >80%
When MVIC >80%, initiate running progression, sports-specific PREs at fitness facility
Follow-up functional testing at 6 months and 1 year postoperatively
Progression of strengthening in gym
Emphasize plyometrics, jumping, and cutting
Nb :
ACL, Anterior cruciate ligament; AROM, active range of motion; CKC, closed kinetic chain;
MODUL FISIOTERAPI KOMUNITAS
d/c, discontinued;
KOS, Knee Outcome Survey;
MVIC, maximum voluntary isometric contraction; OKC, open kinetic chain;
PCL, posterior cruciate ligament; PRE, progressive resistive exercise; PROM, passive range of motion; QS, quadriceps sets;
SLR, straightleg raises; WB, weight bearing;
MODUL FISIOTERAPI KOMUNITAS
BAB III SPRAIN ANKLE 3.1 Definisi
Sprain ankle adalah cedera yang terjadi di ligamentum didaerah pergelangan kaki akibat overstrech. Banyaknya ligamentum di daerah pergelangan kaki yang jika terkena cedera menyebabkan terganggunya fungsional khususnya para atlet olahraga. cedera sprain sendiri memiliki tingkatan cedera, diantaranya tingkat I (terjadi perdarahan kecil dalam ligamentum dan hanya beberapa serabut yang putus), tingkat II (lebih banyak serabut otot dari ligamentumyang putus, tetapi lebih banyak serabut ligamentum masih utuh), tingkat III (seluruh ligamentum putus sehingga kedua ujungnya terpisah). Cedera Sprain tingkat II pada ligamentum pergelangan kaki jika tidak segera sembuhkan akan mengakibatkan cedera yang lebih berat lagi yaitu ke tingkat III.
Setiap melakukan aktivitas fisik khususnya saat berolahraga akan selalu di hadapkan oleh cedera dan cedera ini berdampak pada gangguan aktifitas fisik, psikis, dan prestasi. Salah satu anggota tubuh yang paling sering terkena cedera adalah pada bagian sendi pergelangan kaki. Cedera ini dapat terjadi karena terkilir
MODUL FISIOTERAPI KOMUNITAS
secara mendadak ke arah lateral atau medial yang berakibat robeknya serabut ligamentum pada sendi pergelangan kaki (Arnheim, 1985: 473, Peterson, 1990: 341, Brukner, P. dan Khan, K.,1993: 439).
Walaupun sendi pergelangan kaki merupakan persendian yang tidak begitu besar dalam tubuh, kenyataannya pada sendi pergelangan kaki mudah sekali terserang cedera traumatik. Persendian ini mudah cedera karena kurang mampu melawan kekuatan medial,lateral, tekanan, dan rotasi karena lemahnya otot atau lapisan lemak.
3.2 Tanda dan Gejala
1. Odem dan memar daerah mata kaki.
2. Mati rasa pada kaki yang berarti saraf atau pembuluh darah bermasalah. 3. Tidak dapat menggerakan mata kaki.
4. Adanya sentakan atau robekan di dalam mata kaki.
5. Rasa sakit terasa saat cedera dan bahkan setelahnya, ketika berjalan. 6. Ligamentum tidak stabil.
7. Nyeri pada bagian pergelangan kaki.
3.3 Pemeriksaan Spesifik
1. Palpasi : meraba di bagian pergelangan kaki.
2. Inspeksi : melihat ekspresi wajah dan dalam keadaan memegang pergelangan kaki.
3. Talr tilt test (aki menggerakan ke inversi eversi) 4. Anterior drawer test
MODUL FISIOTERAPI KOMUNITAS
3.4 Penatalaksanaan Fisioterapi
Fase 1 : untuk mengontrol pengeluaran darah, nyeri, odem, dan meningkatkan
kekuatan dari ankle tersebut (strenthening) ✓ RICE
✓ Grapping (kekuatan jari kaki, meremas kain di bawah kaki) + Pamping exc.
✓ PROM
✓ Jinjit turun +Teraben ✓ Isomentrik
Fase 2 : Untuk meningkatkan gerakan persendian dan meningkatkan kekuatan
otot (flexibility dan strenthening) ✓ Flxibilt
✓ Strenthening ✓ Pamping exc.
✓ Myofasial Pain Release ( Bola kecil) ✓ Alfabet Drawing ( flexi ankle)
MODUL FISIOTERAPI KOMUNITAS
Fase 3 : Untuk meningkatkan pergerakan sendi dan keseimbangan
(Prorioceptive)
✓ Weight Bearing (Pasif Aktif) ✓ Pamping Hiit
✓ Jump Squat ✓ Single Leg Stand
Fase 4 : Meningkaatkan kekuatan otot, ROM, proprioceptive secara
maksimal oleh fisioterapis dan coach atlet tersebut. (Tergantung Cabang Olahraga) + Taha n Jinj i t
MODUL FISIOTERAPI KOMUNITAS
BAB IV PARKINSON 4.1 Definisi
Penyakit Parkinson (paralysis agitans) atau sindrom Parkinson merupakan suatu penyakit/sindrom karena gangguan pada ganglia basalis akibat penurunan atau tidak adanya pengiriman dopamine dari substansia nigra ke globus palidus/neostriatum (striatal dopamine deficiency). Penyakit Parkinson adalah penyakit neurodegeneratif progresif yang berkaitaneratdenganusia.Penyakitinimempunyaikarakteristikterjadinya
degenerasi dari neuron dopaminergik substansia nigra pars kompakta, ditambah dengan adanya inklusi intraplasma yang terdiri dari protein yang disebut dengan Lewy Bodies. Neurodegeneratif pada parkinson jugaterjadi pasadaerahotaklaintermasuklokusceruleus,raphenuklei,nukleusbasalis
Meynert, hipothalamus, korteks cerebri, motor nukelus dari saraf kranial, sistem sarafotonom.
4.2 GejalaKlinis
Adapun beberapa gejalamotorik adalah sebagai berikut: 1. Tremor/bergetar
MODUL FISIOTERAPI KOMUNITAS
Gejala penyakit parkinson sering luput dari pandangan awam, dan dianggap sebagai suatu hal yang lumrah terjadi pada orang tua. Salah satu ciri khas dari penyakit parkinson adalah tangan tremor (bergetar) jika sedang beristirahat. Namun, jika orang itu diminta melakukan sesuatu, getaran tersebut tidak terlihat lagi. Itu yang disebut resting tremor, yang hilang juga sewaktu tidur. Tremor terdapat pada jari tangan, tremor kasar pada sendi metakarpofalangis, kadang-kadang tremor seperti menghitung uang logam atau memulung-mulung (pil rolling). Pada sendi tangan ekstensi atau pronasi-supinasi pada kaki fleksi-ekstensi, kepala fleksi-ekstensi atau menggeleng, mulut membuka menutup, lidah terjulur-tertarik. Tremor ini menghilang waktu istirahat dan menghebat waktu emosi terangsang (resting/ alternating tremor). Tremor tidak hanya terjadi pada
tangan atau kaki, tetapi bisa juga
terjadipadakelopakmatadanbolamata,bibir,lidahdanjaritangan (seperti orang menghitung uang). Semua itu terjadi pada saat istirahat/tanpa sadar. Bahkan,
kepala penderita bisa bergoyang-
goyangjikatidaksedangmelakukanaktivitas(tanpasadar).Artinya,
jikadisadari,tremortersebutbisaberhenti.Padaawalnyatremor hanya terjadi pada satu sisi, namun semakin berat penyakit, tremor bisa terjadi pada kedua belah sisi.
2. Rigiditas/kekakuan
Tanda yang lain adalah kekakuan (rigiditas). Jika kepalan tangan yang tremor tersebut digerakkan (oleh orang lain) secara perlahan ke atas bertumpu pada pergelangan tangan, terasa ada tahanan seperti melewati suatu roda yang bergigi sehingga gerakannya menjadi terpatah-patah/putus-putus. Selain di tangan maupun di kaki, kekakuan itu bisa juga terjadi di leher.
MODUL FISIOTERAPI KOMUNITAS
Akibat kekakuan itu, gerakannya menjadi tidak halus lagi seperti break- dance.Gerakanyangkakumembuatpenderitaakanberjalandengan postur yang membungkuk. Untuk mempertahankan pusat gravitasinya agar tidak jatuh, langkahnya menjadi cepat tetapi pendek-pendek. Adanya hipertoni pada otot
fleksor ekstensor dan
hipertoniseluruhgerakan,haliniolehkarenameningkatnyaaktifitas motorneuron alfa, adanya fenomena roda bergigi (cogwheel phenomenon).
3. Akinesia/Bradikinesia
Keduagejaladiatasbiasanyamasihkurangmendapatperhatian sehingga tanda akinesia/bradikinesia muncul. Gerakan penderita menjadi serba lambat.
Dalam pekerjaan sehari-hari pun bisa terlihat
padatulisan/tandatanganyangsemakinmengecil,sulitmengenakan baju, langkah menjadi pendek dan diseret. Kesadaran masih tetap baik sehingga penderita bisa menjadi tertekan (stres) karena penyakit itu. Wajah menjadi tanpa ekspresi. Kedipan dan lirikan mata berkurang, suara menjadi kecil, refleks menelan berkurang, sehingga sering keluar air liur. Gerakan volunter menjadi lambat sehingga berkurangnya gerak asosiatif, misalnya sulit untukbangun dari kursi, sulit memulai berjalan, lambat mengambil suatu obyek, bila berbicara gerak lidah dan bibir menjadi lambat. Bradikinesia mengakibatkan berkurangnya ekspresi muka serta mimik dan gerakanspontanyangberkurang,misalnyawajahsepertitopeng, kedipan mata berkurang, berkurangnya gerak menelan ludah sehingga ludah suka keluar dari mulut.
MODUL FISIOTERAPI KOMUNITAS
4. Tiba-tiba Berhenti atau Ragu-ragu untukMelangkah
Gejala lain adalah freezing, yaitu berhenti di tempat saat mau mulai melangkah, sedang berjalan, atau berputar balik; dan start hesitation,yaituragu-raguuntukmulaimelangkah.Bisajugaterjadi
seringkencing,dansembelit.Penderitamenjadilambatberpikirdan
depresi.Bradikinesiamengakibatkankurangnyaekspresimukaserta mimic muka. Disamping itu, kulit muka seperti berminyak dan ludah suka keluar dari mulut karena berkurangnya gerak menelan ludah.
5. Mikrografia
Tulisan tangan secara gradual menjadi kecil dan rapat, pada beberapa kasus hal ini merupakan gejala dini.
6. Langkah dan gaya jalan (sikap Parkinson)
Berjalan dengan langkah kecil menggeser dan makin menjadi cepat (marche a petit pas), stadium lanjut kepala difleksikan ke dada, bahu membengkok ke depan, punggung melengkung bila berjalan.
(1) tubuhcondongkedepan,(2)bahuabduksi,(3)sikufleksi90˚, (4) pergelangan tangan ekstensi, (5) Hip dan lutut semifleksi.
7. Bicaramonoton
Hal ini karena bradikinesia dan rigiditas otot pernapasan, pita suara, otot laring, sehingga bila berbicara atau mengucapkan kata-
MODUL FISIOTERAPI KOMUNITAS katayangmonotondenganvolumesuarahalus(suarabisikan)yang lambat. 8. Dimensia Adanyaperubahanstatusmentalselamaperjalananpenyakitnya dengan deficitkognitif. 9. Gangguanbehavioral
Lambat-laun menjadi dependen (tergantung kepada oranglain), mudah takut, sikap kurang tegas, depresi. Cara berpikir dan respon terhadap pertanyaan lambat (bradifrenia) biasanya masih dapat memberikan jawaban yang betul, asal diberi waktu yangcukup.
10. GejalaLain
Kedua mata berkedip-kedip dengan gencar pada pengetukan diatas pangkal hidungnya (tanda Myerson positif).
Gejala non moorim adalah sebagai beriku: 1) Disfungsi otonom
- Keringat berlebihan, air ludah berlebihan, gangguan sfingter terutama inkontinensia dan hipotensiortostatik.
- Kulit berminyak dan infeksi kulitseborrheic - Pengeluaran urin yangbanyak
- Gangguan seksual yang berubah fungsi, ditandai dengan melemahnya hasrat seksual, perilaku,orgasme.
2) Gangguan suasana hati, penderita sering mengalamidepresi 3) Ganguan kognitif, menanggapi rangsanganlambat
MODUL FISIOTERAPI KOMUNITAS
5) Gangguansensasi
- kepekaan kontras visuil lemah, pemikiran mengenai ruang, pembedaanwarna,
- penderita sering mengalami pingsan, umumnya disebabkanoleh hypotension orthostatic, suatu kegagalan sistemsarafotonom
- untuk melakukan penyesuaian tekanan darah sebagai jawaban atas perubahan posisi badan
- berkurangnya atau hilangnya kepekaan indra perasa bau(microsmia atau anosmia).
4.3 Pemeriksaanpenunjang
1) EEG
Biasanya terjadi perlambatan yang progresif 2) CT Scankepala
Biasanya terjadi atropi kortikal difus, sulkus-sulkus melebar
4.4 PenatalaksanaanFisioterapi
Peranan rehabilitasi medik pada penyakit Parkinson adalah :
a. Mencegah kontraktur oleh karena rigiditas, dengan gerakan pasifperlahan namun full ROM.
b. Meningkatkan nilai otot secara general dengan fasilitasi gerak yang dimulaidarisendiproximal,misalnyadenganmenggunakanPNF,NDT
ataukonvensional.
c. Meningkatkan fungsikoordinasi.
d. Meningkatkan transfer dan ambulasi disertai dengan latihan keseimbangan.
MODUL FISIOTERAPI KOMUNITAS
4.4.1 TerapiFisik
1. Terapi Range of Motion (ROM), penguatan, mobilisasi dan tekhnik kompesatori.
2. Neurodevelopmental Treatment (NDT)Bobath-Training
3. Stimulasi dari saraf, otot, reseptor sensorik untuk menghasilkan responmelaluirangsanganmanualuntukmeningkatkankemudahan
pergerakan dan meningkatkan fungsiotot.
4. Mekanisme neuromuskular yang normal memberi kemampuan untuk melakukan aktifitas motorik yang luas dengan struktur anatomis yang terbatas. Hal ini terintegrasi dan efisien tanpa mempengaruhi aksi motorik, aktifitas reflex dan reaksilainnya.
5. Mekanisme neuromuskular yang tidak lengkap tidak cukup memenuhi untuk hidup sehari-hari karena kelemahan, koordinasi, spasme otot atauspastisitas.
6. Keperluan khusus diberikan oleh terapis fisik dan terapis okupasional memfasilitasi efek dari mekanisme neuromuskular dan mengembalikan keterbatasanpasien.
4.4.2 Terapi Sinar Infra Red
Sinar infra red merupakan suatu gelombang yang mempunyai pancaran
gelombang yang mempunyai elektromagnetik dengan
panjanggelombang7.700–4.000.000Amstrong.Sinarinfraredini
selainberasaldarimatahari,dapatpuladiperolehdengancarabuatan dari bantalan listrik, lampu luminous infra red gelombang panjang dan pendek. Berdasarkan panjang gelombangnya infra red dapat dibedakan
MODUL FISIOTERAPI KOMUNITAS
sebagaiberikut:
a) Gelombang Panjang
Gelombang panjang ini diatas 12.000 A sampai dengan 150.000 A. Penetrasi sinar ini hanya sampai pada lapisan superficial epidermis, yaitu sekitar 0,5 mm.
b) Gelombang Pendek
Panjang gelombang ini antara 7.700 A sampai dengan 12.000 A. Dayapenetrasiinilebihdalamdarigelombangpanjang,yaitusampai
jaringansubcutandarahkapiler,pembuluhlymph,ujung-ujungsaraf dan jaringan lain dibawahkulit.
Berdasarkan tipe sinar infra red dapat dibedakan sebagai berikut: ▪ Tipe A: panjang gelombang 780 – 15000 mm, penetrasidalam ▪ TipeB:panjanggelombang1500–3000mm,penetrasidangkal
▪ Tipe C: panjang gelombang 3000 – 10.000 mm, penetrasi dangkal
Efek fisiologis dari pengaruh sinar infra red jika sinar infra red diabsorbsi oleh kulit, maka panas akan timbul pada tempat sinar tadi diabsorbsi. Dengan adanya panas ini temperature naik dan pengaruh-pengaruh lain akan terjadi antara lain adalah:
✓ Meningkatkan prosesmetabolisme ✓ Vasodilatasi pembuluhdarah ✓ Pigmentasi
✓ Pengaruh terhadap jaringanotot ✓ Menaikkan temperaturtubuh
MODUL FISIOTERAPI KOMUNITAS
Sedangkan efek terapeuik dari sina infra red adalah: relaksasiotot dan meningkatkan suplaidarah
4.4.3 Latihan Keseimbangan dan Koordinasi Latihankeseimbangan
1) Posisi duduk
Pasien duduk di tempat tidur, terapis di belakang pasien dengan memegang salah satu tangan pasien dan tangan yang lain memfiksasi pada bahu yang
kontralateral. Lalu terapis menarik
tanganpasiensecaraperlahankearahsampingsecaraperlahandan pasien di minta untuk mempertahankan keseimbangan agar tidak jatuh ke samping. Setelah itu dilakukan pada tangan yang lain dengan prosedur yangsama.
2) Posisiberdiri
Pasien berdiri dengan tumpuan 10 cm, terapis memfiksasi pada pevis pasien, lalu terapis menggerakkan ke depan, belakang, samping kanan dan samping kiri dan pasien diminta agar menjaga keseimbangan agar tidak jatuh.
3) Latihan koordinasi
Dilakukan pada posisi berdiri maupun duduk untuk gerak jari ke hidung, jari pasien ke jari terapis, jari ke jari tangan pasien, gerak oposisi jari tangan dan gerakan lain yang ada pada pemeriksaan koordinasi non-ekuilibrium. Pasien duduk atau berdiri dengan kedua lengan ke depan (fleksisendi bahu 90ᵒ) sehingga ke dua jari telunjukpasien dan terapis saling bersentuhan, lalu pasien di minta mempertahankannya setelah itu pasien di minta mengikuti gerakan tangan terapis, usahakan jari telunjuk masih saling bersentuhan selama pergerakan tangan terapis.
MODUL FISIOTERAPI KOMUNITAS
Edukasi dan home program prinsipnya adalah tindakan yang dapat dilakukan
oleh keluarga dan penderita untuk menunjang
pemulihankemampuangerakdanfungsi.Denganmelakukanprogram rumah ini akan sangat membantu proses perkembangan motorik. Namun demikian, program latihan di rumah hendaknya dilakukan dengan benar agar proses pembelajaran motorik yang diberikan oleh fisioterapis tidak berlawanan dengan yang dilakukan dirumah.
a. Mengatur Posisi di TempatTidur
Umumnya penderita Parkinson’s Disease akan mengalami imobilisasi atau
kurang gerak karena menurunnya kemampuan
fungsional.Dengankondisitersebut,makanbeberapakomplikasi mungkin terjadi seperti pembentukan bekuan darah, dekubitus, pneumonia, kontraktur otot, keterbatasan sendi, dan lainlain.
b. Pijatan padaLengan
Pijatan yang diberikan pada penderita Parkinson’s Disease bertujuan untuk meningkatkan sirkulasi darah local pada area yang diberikan pijatan. Pada area lengan maka arah pijatan dari distal ke area proksimal.
c. Latihan Mandiri (selfexercise)
Pada dasarnya penderita Parkinson’s Disease juga dapat melakukan latihan mandiri, hal ini ditujukan untuk membantu proses pembelajaran motorik. Setiap gerakan yang dilakukan hendaknya secara perlahan dan berkelanjutan dan anggota gerak yang mengalami gangguan ikut aktif melakukan gerakan seoptimal mungkin.
MODUL FISIOTERAPI KOMUNITAS
Salah satu ciri khas dari Parkinson’s Disease adalah tangan tremor jika sedang beristirahat. Namun, jika orang itu diminta melakukan sesuatu, getaran tersebut tidak terlihat lagi. Itu yang disebut resting tremor, yang hilang juga sewaktu tidur. Fungsi tangan begitu penting dalam melakukan aktivitas sehari-hari dan merupakan bagian yang paling aktif.Latihan fungsional tangan dapat berupa:
✓ Membukatangan.
✓ Menutup jari-jari untuk menggenggam objek. ✓ Menggeser engsel kunci pintu ataulemari. ✓ Membuka menutup kranair
✓ Membuka dan mengancingkan baju,dll e. Latihan pada Wajah danMulut
Salah satu mesalah yang sering muncul pada penderita Parkinson’s Disease
adalah menurunnya kemampuan bicara dan
ekspresiwajah.Latihanpadawajahdanmulutantaralain,latihan tersenyum, membentuk bibir menjadi huruf “O” dan lainlain.
MODUL FISIOTERAPI KOMUNITAS BAB V STROKE 5.1 Definisi MenurutWHOStrokeadalahtanda-tandaklinismengenaigangguan fungsiserebralsecarafokalataupunglobal,yangberkembangdengancepat, dengan gejala yang berlangsung selama 24 jam ataupun lebih, atau mengarah ke kematian tanpa penyebab yang kelihatan, selain tanda-tanda yang berkenaan dengan aliran
darah di otak. Stroke disebut juga Cerebro
vascularAccident(CVA)adalahmerupakansuatusindromyangdisebabkan oleh gangguan peredaran darah otak (GPDO) dengan awitan akut disertai manifestasiklinisberupadefisitneurologisdanbukansebagaiakibattumor, trauma atau infeksi susunan saraf pusat (Dewanto, etal.,2009).
Pada pasien stroke terjadi berbagai macam defisit pada persepsi, kekuatan otot, kontrol motorik, mobilitas pasif, sensasi, tonus, dan keseimbangan (Yavuzer, 2006).
5.2 Patofisiologi
Dalam keadaan fisiologis, jumlah darah yang mengalir ke otak adalah 50 –60 ml per 100 gram otak per menit. Jadi jumlah darah untuk seluruh otak yang
kira-MODUL FISIOTERAPI KOMUNITAS
kira beratnya 1200 –1400 gram adalah 700 –840 ml per menit. Darah ini disalurkan melalui arteri karotis interna dan susunan vertebrobasiler. Daerah otak tidak berfungsi bisa karena secara tiba-tiba tidak menerima suplai darah lagikarena arteri yang menyalurkan darah tersebut tersumbat atau terputus (Mardjono, 2008).
Apabila aliran darah ke otak tidak ada sama sekali, akan terjadi kematian pada jaringan otak dalam 4 hingga 10 menit. Apabila alirandarah ke otak kurang dari 16-18 ml/100 gram jaringanotak per menit maka akan menyebabkan infark dalam satu jam. Apabila kurang dari 20ml/100 gram jaringan otak per menit menyebabkan iskemik tanpa infark kecuali berlangsung beberapa jam atau hari Kematian sel ini akan menimbulkan kelainan fungsi pada tubuh sesuai dengan bagian diotak yang mengalami kematian sel / jaringan (Simangunsong,2011).
5.3 KlasifikasiStroke
Menurut pembagian berdasarkan penyebabnya, stroke diklasifikasikan menjadi 2 jenis (Hartwig, 2005):
a. Strokeiskhemik
Adalah stroke yang disebabkan oleh tersumbatnya pembuluh darah oleh gumpalan darah. Utamanya adalah karena aterosklerosis.
1) Stroke iskhemik trombolitik
Stroke jenis ini terjadi karena adanya penggumpalan pada pembuluh darah ke otak. Dari 80 % kasus iskhemik, 50% disumbangkan oleh stroke iskhemik trombolitik, serangan biasanya terjadi pada malam hari dan dini hari. Trombosis pembuluh darah besar merupakan 70% kasus stroke iskemik trombotik (Pinzon,2010).
MODUL FISIOTERAPI KOMUNITAS
2) Stroke iskhemik embolik
Sumbatan tidak terjadi dipembuluh darah diotak, melainkan di tempat lain, seperti di jantung. Sehingga darah tidak bisa mengalirkan oksigen dan nutrisi ke otak. Biasanya stroke jenis ini terjadi saat melakukan aktivitas fisik, misalnyaolahraga.
b. Strokehemoragik
Stroke jenis ini disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah di otak. Hal ini bisa terjadi karena tekanan darah ke otak yang tiba-tiba meninggi sehingga
pembuluh darah otak tidak bisa menahan lagi
tekanannya.Denganpecahnyapembuluhdarahmakadarahakantumpah dan menggenangiotak. Darah yang membawa oksigen dan nutrisi tidak sampai ke target organ atau sel otak. Akibatnya sebagian otak tidak mendapat pasokan makanan. Selain itu, adanya proses desak ruang dari darah yang tumpah akan merusak sel-sel otak disekelilingnya. Stroke hemoragik sendiri dibagi menjadi dua berdasar pada letak perdarahannya.
1) Stroke hemoragikintraserebral
Perdarahan letaknya di intrakranium, perdarahan intraserebral primer dihubungkan dengan hypertensi yang tidak terkendali dan adanya kelainan pembuluh darah (aneurisma atau malformasiarterovenosa),penggunaan obat anti koagulan (obat pengencer darah), penyakit hati dan penyakit sistem darah (misalnya leukimia) (Pinzon, 2010).
5.4 Problematik Pada PaskaStroke
Kondisi paska stroke akan menimbulkan beberapa permasalahan yang berhubungan dengan struktur dan fungsi anggota tubuh, aktifitas dan
MODUL FISIOTERAPI KOMUNITAS
kemampuanpartisipasisocial.HalinisesuaidengankonsepICFyangtelah direkomendasikan olehWHO.
a. Structure and BodyFunction
Permasalahan pada Structure and Body Function diantaranya adalah gangguan tonus otot, kelemahan otot, gangguan sensorik,keseimbangan, koordinasi, keterbatasan gerak. Dari berbagai gangguan tersebut dapat mengakibatkan gangguan control gerak normal.
b. ActivityLimitation
Dari berbagai gangguan pada struktur dan Body Function yang timbul, maka kemampuan motorik fungsional keseharian penderita stroke juga akan tergangguatauterjadi penurunan. Penurunan kemampuan ini dapat terjadi dalam melakukan aktivitas dalam posisi terlentang, duduk, berdirimaupunberjalan.Denganpenurunankemampuanaktifitasmaka penderita akan sangat membutuhkan bantuan orang lain dalam kesehariannya.
c. Participation andRetriction
Participation and Retriction adalah terjadi ketidakmampuan dalam melakukan aktivitas sosial dan berinteraksi dengan lingkungan. Seperti gangguan dalam melakukan aktivitas bekerja karena gangguan psikis dan fisik seperti kurang percaya diri, kualitas hidup menurun dan depresi (Stein, 2009). Maupun gangguan dalam bersosialisasi di dalam keluarga dan masyarakat.
MODUL FISIOTERAPI KOMUNITAS
BAB VI
CEREBRAL PALSY 6.1 Definisi
Cerebral Palsy adalah kondisi neurologis yang terjadi permanen tapi tidak mempengaruhi kerusakan perkembangan saraf karena itu bersifat non progresif pada lesi satu atau banyak lokasi pada otak yang immatur (Campbell SK et al, 2001 dalam Jan S, 2008). Cerebral palsy merupakan masalah-masalah pada sistem saraf pusat yang berakibat tidak berkembangnya sistem saraf pusat atau mempengaruhi otak atau tulang belakang (Pamela, 1993).
Cerebral palsy mencakup kelompok dari kondisi yang mempengaruhi anak sehingga memiliki kekurangan dalam kontrol pergerakan. Cerebral palsy adalah sebuah gangguan dari perkembangan dan postur dikarenakan sebuah kerusakan atau lesi dari otak yang belum berkembang (Bax, 1964). Biasanya yang dijadikan acuan onset kejadiannya sebelum 3 tahun. Lesi saraf pada cerebral palsy tidak progresif, walaupun menjadi perubahan dan variasi dalam perjalanannya tergantung kelainan yang terlihat dan perkembangan pada tiap anak. Perubahan ini terjadi tergantung dari beberapa faktor yakni maturasi otak, pertumbuhan tubuh, keseimbangan otot, dan gerakan anak dan kecenderungan postur (Pamela, 1993).
MODUL FISIOTERAPI KOMUNITAS
1. Bayi prematur atau BBL rendah 2. Demam Tinggi hingga kejang
3. Infeksi pada otak disebabkan vaksinasi tertentu 4. Virus (Rubella)
5. Kekurangan oksigen (hipoksia) 6. Cidera Kepala
7. Perdarahan Otak
6.3 Klasifikasi Cerebral Palsy
Kelainan Cerebral Palsy dapat berwujud :
a. Spastik : Ditandai dengan adanya peningkatan tonus otot (ketegangan otot), sehingga otot-otot menjadi kaku, sukar digerakkan serta terpaku dalam posisi atau sikap tertentu.
b. Atetoid : Ditandai dengan adanya gerakan diluar kehendak dimana penderita tidak mampu mengendalikan gerkannya sedangkan gerakkan-gerkkan yang dilakukan tidak memiliki tujuan tertentu.
c. Ataksia : Ditandai dengan adanya ketidakmampuan pasien untuk mengatur keseimbangannya dan biasanya baru tampak sesudah pasien berumur 1 tahun. d. Flaccid : Ditandai dengan adanya tonus otot yang lemah dan dapat berubah
menjadi spastik atau atetoid.
e. Campuran : Ditandai dengan adanya gangguan yang bersifat gabungan antara 2 tipe atau lebih misalnya atetoid dan spastik, atetoid dan ataksia dsb.
Klasifikasi Cerebral Palsy berdasarkan anggota gerak yang mengalami gangguan :
MODUL FISIOTERAPI KOMUNITAS
1) Monoplegia : Kelumpuhan pada satu anggota gerak (misal pada lengan atau tungkai saja)
2) Hemiplegia : Kelumpuhan separuh badan 3) Paraplegia : Kelumpuhan kedua tungkai
4) Triplegia : Kelumpuhan ketiga anggota gerak
5) Tetraplegia : Kelumpuhan keempat anggota gerak
6) Diplegia : Kelumpuhan kedua tungkai lebih berat daripada kedua Lengannya.
MODUL FISIOTERAPI KOMUNITAS
BAB VII GENU VARUM 7.1 Definisi
Genu varum adalah deformitas pada bagian proximal tibia yang menyebabkan kaki anak membentuk busur (Presentation, Diagnosis, & Tests, 2012). Genu varum adalah angulasi tulang dimana segmen distal dari sendi lutut menuju garis tengah (Sass,2003). Genu varum adalah istilah Latin yang digunakan untuk menggambarkan kaki busur (bentuk O) (Steven 2013).
Varus adalah angulasi yang mengikuti pola lingkaran imaginer dimana klien berada (Salter 1999).
a. Cubitus varus adalah berkurangnya sudut lipat siku (carrying angle). b. Coxa vara adalah berkurangnya sudut leher-tangkai femoral (<130°).
c. Genu varum atau bow leg (kaki O) adalah kondisi dimana lutut berjauhan saat kaki disatukan.
d. Heel varus adalah berkurangnya sudut antara aksis kaki dengan tumit, seperti pada posisi inversi.
MODUL FISIOTERAPI KOMUNITAS
e. Talipes equinovarus adalah deformitas inversi dari kaki, biasa disertai dengan equinus (deformitas fleksi plantar) dari sendi pergelangan kaki (sering ditemukan pada kelainan kongenital clubfoot).
f. Metatarsus varus atau metatarsus aduktus (istilah yang lebih tepat) adalah deformitas aduktus dari bagian kaki depan (forefoot) terhadap bagian kaki belakang (hind foot).
g. Hallux varus adalah deformitas aduksi ibu jari kaki melalui sendi metatarsophalangeal
Gambar Kondisi normal pertumbuhan lutut
Gambar Kondisi Genu Varum
7.2 Tanda dan Gejala
MODUL FISIOTERAPI KOMUNITAS
b. Kontraktur fleksi, abduksi, dan rotasi eksternal pinggul, serta torsio tibia interna (proksimal)
c. Supinasi ringan kaki
d. Penampakan lengkung merupakan kombinasi torsional dari rotasi eksternal pinggul (kapsul posterior yang ketat)
e. Pembusuran fisiologik pada atau dibawah lutut dan simetris
f. Tampilan lutut varus <11° (angulasi lutut diposisikan menjauh dari linea mediana tubuh)
g. Terjadi sejak bayi mulai dapat berdiri dan berjalan sendiri
h. Saat kedua pergelangan kaki anak dipegang dengan maleos medial bersentuhan, terdapat celah diantara kondilus femoralis medialis.dan femur distal
7.3 Patofisiologi
Varus adalah angulasi yang tidak mengikuti pola lingkaran imaginer dimana klien berada. (Salter 1999).
a. Cubitus varus adalah berkurangnya sudut lipat siku (carrying angle). b. Coxa vara adalah berkurangnya sudut leher-tangkai femoral (<130°).
c. Genu varum atau bow leg (kaki O) adalah kondisi dimana lutut berjauhan saat kaki disatukan.
d. Heel varus adalah berkurangnya sudut antara aksis kaki dengan tumit, seperti pada posisi inversi.
e. Talipes equinovarus adalah deformitas inversi dari kaki, biasa disertai dengan equinus (deformitas fleksi plantar) dari sendi pergelangan kaki (sering ditemukan pada kelainan kongenital clubfoot).
MODUL FISIOTERAPI KOMUNITAS
f. Metatarsus varus atau metatarsus aduktus (istilah yang lebih tepat) adalahdeformitas aduktus dari bagian kaki depan (forefoot) terhadap bagian kaki belakang (hind foot).
Hallux varus adalah deformitas aduksi ibu jari kaki melalui sendi metatarsophalangeal. Keselarasan normal artinya adalah panjang ekstremitas bawah sama (satu dengan yang lainnya) dan axis mekanik (pusat gravitasi) membagi lutut dalam dua bagian besar saat pasien berdiri tegak dengan patella menghadap ke depan. Posisi posisi ini memberikan tekanan yang relatif seimbang pada kompartemen medial dan lateral, sementara patella tetap stabil dan berpusat pada sulkus femoral (Stevens, 2013).
Pada anak berusia kurang dari dua tahun, genu varum fisiologis sering terjadi, tetapi dapat membaik dengan sendirinya dan tidak berbahaya. Pada anak yang lebih tua dengan varus patologis, dengan lutut bergeser ke lateral, aksis mekanik jatuh pada kuadran dalam sendi lutut. Pada kasus yang lebih buruk, aksis tersebut bahkan tidak berpotongan pada lutut (lihat gambar di bawah). Sebagai akibatnya, kondilus femoral medial dan plateau medial dari tibia mendapat beban patologis. Efek Heuter-Volkmann aan menekan fisis dan bagian kartilaginosa struktur ini dan menghambat osifikasi normal dari epifisis (Stevens, 2013).
MODUL FISIOTERAPI KOMUNITAS
Gambar aksis mekanik pada genu varum
Kombinasi torsi interna dan varus tibia bersama dengan torsi femoral eksterna (jari kaki terotasi keluar). Genu varum merupakan hal yang fisiologis ketika bayi baru lahir karena berkaitan dengan posisi intrauterine janin dan akan terkoreksi secara spontan. Namun jika kebiasaan tidur dan duduk anak yang salah yaitu tidur dengan posisi tengkurap dengan lutut dan kaki masuk ke dalam atau duduk dengan kaki dalam, maka hal ini bisa menjadikan genu varum patologis. Genu varum juga ditemukan pada kondisi rakitis, tibia vara (penyakit Blount) atau trauma pada lempeng epifisis.
Faktor yang berkontribusi terhadap terjadinya genu varum yaitu varus femur, kelemahan ligamen, dan varus tibia. Aksis mekanik selnjutnya menyimpang dari medial. Ligamen kolateral lateral membentang, terkadang melebihi kemampuannya, yang memungkinkan adanya dorongan lateralis mekanik pada lutut saat berjalan. Ketika aksis mekanik menyimpang ke dalam atau di luar kuadran medial lutut, terlepas dari etiologi, sejumlah masalah klinis mungkin terjadi (Stevens, 2013).
MODUL FISIOTERAPI KOMUNITAS
BAB VIII
DOWN SYNDROME
8.1 Definisi
Down syndrome merupakan cacat bawaan yang disebabkan oleh adanya kelebihan kromosom x, biasanya kromosom 21 yang tidak berhasil memisahkan diri selama meiosis sehingga terjadi individu dengan 47 kromosom. Kromosom ini terbentuk akibat kegagalan sepasang kromosom untuk saling memisahkan diri saat terjadi pembelahan. Kromosom merupakan serat-serat khusus yang terdapat di dalam setiap sel badan manusia dimana terdapat beberapa genetik yang menentukan sifat-sifat seseorang. Selain itu down syndrom disebabkan oleh hasil daripada penyimpangan kromosom semasa konsepsi.
Jenisaneuploidisebagaipenyimpangankromosomtersebutdinamakan trisomi 21 yang berarti kromosom nomor 21 memiliki 3 genom. Kondisi manusia yang diakibatkan oleh penyimpangan kromosom jenis trisomi 21 diberi istilah idiot mongoloid atau mongoloisme. Diberi nama demikian karenakondisiindividualdengantrisomi21dianggapmemilikiciri-ciri wajah yang menyerupai orang oriental. Down Syndrome merupakan kelainan kromosom
MODUL FISIOTERAPI KOMUNITAS
autosomal yang paling banyak terjadi pada manusia diperkirakan 20% anak dengan down syndrome dilahirkan oleh ibu yang berusia diatas 35 tahun.
Sebagai perbandingan bayi normal dilahirkan dengan jumlah 46 kromososm (23 pasang) sedangkan bayi down syndrome dilahirkan hanya sepasang kromosom 21 (2 kromosom 21 dikarenakan bayi dengan penyakit down syndrom terjadi disebabkan oleh kelebihan kromosom dimana 3 kromosom 21 menjadikan jumlah kesemua kromosom ialah 47 kromosom.
2.1 Gambar kromosom anak down syndrome
2.2 Gambar perbedaan tubuh fisik anak down syndrome dengan anak normal
Anak down syndrome dan anak normal pada dasarnya memiliki tujuan yang sama dalam tugas perkembangan, yaitu mencapai kemandirian. Namun, perkembangan anak down syndrome lebih lambat dari pada anak normal. Jadi diperlukan suatu terapi untuk meningkatkan kemandirian anak down syndrome. Anakdownsyndromebiasanyakurangbisamengkoordinasikan antara motorik kasar dan halus. Misalnya kesulitan menyisir rambut atau
mengancing baju sendiri. Selain itu anak down syndrome juga kesulitan untuk
mengkoordinasikan antara kemampuan kognitif dan
bahasa,sepertimemahamimanfaatsuatubenda.
8.2 Manifestasi Klinis Down Syndrome
Gejala yang muncul akibat down syndrome dapat bervariasi mulai dari yang tidak tampak sama sekali, tampak minimal sampai muncul tanda yang khas, diantaranya:
1. Berat dan panjang bayi saat lahir dibawah rata-rata.
2. Bentukkepalayangrelatif kecildarinormal(microchephaly)dan datar dibagianbelakang.
3. Memiliki wajah hampir sama seperti wajah orang Mongol. Pada bagian wajah biasanya tampak sela hidung yang datar, pangkal hidungnya pendek. Jarak diantara 2 mata jauh dan mata sipit, mata miring ke atas dan keluar, terdapat bintik-bintik putih dibagian hitam mata (iris mata). Ukuran mulut kecil dan ukuran lidah yang besar menyebabkan lidah selalu terjulur. Pertumbuhangigilambatdantidakteratur.
4. Lehernyapendek.
5. Tangan lebar dengan jari-jari yang pendek, jarak antara jari pertama dan kedua baik tangan maupun kaki melebar. Telapak tangan hanya memiliki satu garis tangan.
6. Otot lemah dan sangat lentur (low tone).
Anak dengan down syndrome cenderung tumbuh lebih lambat jika dibandingkan dengan anak sebayanya. Namun demikian, postur tubuhnya tergolong proporsional.Selain memengaruhi fisik, down syndrome juga
menghambat perkembangan anak dalam membaca, berjalan, dan bicara. Penderita sulit untuk berkonsentrasi, memecahkan masalah, dan memahami akibat dari perbuatannya. Umumnya, penderita down syndrome memiliki tingkat kecerdasan di bawah rata-rata.
8.3 Jenis-jenis Terapi pada Anak Down Syndrome
1. Terapi Fisik (Physiotherapy)
Terapi ini biasanya diperlukan pertama kali bagi anak down syndrome dikarenakan mereka mempunyai otot tubuh yang lemah, terapi ini diberikan agar anak dapat berjalan dengan cara yang benar.
2. Terapi Wicara
Terapi ini diperlukan untuk anak down syndrome yang mengalami keterlambatan bicara dan pemahaman kosakata.
3. Terapi Okupasi
Terapi ini diberikan untuk melatih anak dalam hal kemandirian, kognitif/pemahaman, kemampuan sensorik dan motoriknya. Kemandirian diberikan karena pada dasarnya anak down syndrome tergantung pada orang lain atau bahkan terlalu acuh sehingga beraktivitas tanpa ada komunikasi dan tidak memperdulikan orang lain. Terapi ini membantu anak meningkatkan koordinasi. 4. Terapi Sensori Integrasi
Sensori integrasi adalah ketidakmampuan mengolah rangsangan/sensori yang diterima. Terapi ini diberikan bagi anak down syndrome yang mengalami gangguan integrasi misalnya pengendalian sikap tubuh, motorik kasar, motorik halus dll. Dengan terapi ini anak diajarkan melakukan aktivitas dengan terarah sehingga kemampuan otak akan meningkat.
5. Terapi Tingkah Laku (Behaviour Theraphy)
Terapi ini mengajarkan anak down syndrome yang sudah berusia lebih besar agar memahami tingkah laku yang sesuai dan yang tidak sesuai dengan norma-norma dan aturan yang berlaku di masyarakat.
6. Terapi Musik
Terapi ini untuk memperkenalkan kepada anak nada, bunyi-bunyian dll. Anak-anak sangat senang dengan musik maka kegiatan ini akan sangat menyenangkan bagi mereka dengan begitu stimulasi dan daya konsentrasi anak akan meningkat dan mengakibatkan fungsi tubuhnya yang lain juga membaik.
BAB IX DISMENORE 9.1 Definisi
Menstruasi seringkali muncul dengan berbagai jenis rasa nyeri. Nyeri yang dirasakan setiap individu dapat berbeda antara satu dengan yang lainnya. Secara etimologi nyeri menstruasi (dismenore) berasal dari bahasa Yunani kuno, dysmenorrhea yang berarti sulit, nyeri, abnormal; meno yang berarti bulan; dan rrhea yang berarti aliran atau arus. Disimpulkan bahwa dysmenorrhea atau dismenore adalah aliran menstruasi yang sulit atau aliran menstruasi yang mengalami nyeri (Anurogo, 2015:32). Setiap wanita normal akan mengalami menstruasi setiap bulannya. Beberapa wanita merasakan rasa nyeri pada tiap siklus menstruasi. Menurut Anorogo (2011:32) nyeri menstruasi yang sedemikian hebatnya sehingga membuat penderita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaan dan aktivitas sehari-hari selama beberapa jam atau beberapa hari disebut dengan istilah dismenore. Dismenore yang dialami setiap siklus menstruasi merupakan pertanda adanya gangguan di dalam tubuh seseorang. Sari, Indrawati, & Harjanto (2012:88) mengatakan bahwa dismenore dapat berasal dari kram rahim saat proses menstruasi, dismenore dapat timbul akibat gangguan pada organ reproduksi, faktor hormonal maupun faktor psikologis dan dapat menimbulkan tergganggunya aktivitas sehari hari. Adanya gejala nyeri yang dirasakan belum tentu timbul karena adanya suatu penyakit.
9.2 Dismenore Primer
Dismenore secara khusus terbagi menjadi dua jenis. Dismenore sekunder dan dismenore primer. Menurut Prawirohardjo & Wiknjosastro (2011: 182) dismenore
primer adalah nyeri pada saat menstruasi yang timbul tanpa ditemukan adanya kelainan patologi pada panggul. Dismenore primer berhubungan dengan siklus ovulasi dan disebabkan oleh kontraksi miometrium sehingga terjadi iskemia akibat adanya prostaglandin yang diproduksi oleh endometrium pada fase sekresi. Dismenore seringkali disertai dengan keluhan mual, muntah, nyeri kepala, atau diare yang diduga timbul karena prostaglandin.
Ada banyak penjelasan mengenai dismenore primer. Dismenore primer seringkali disebut dengan istilah dismenore fungsional atau idiopatik. Biasanya dismenore primer timbul pada masa remaja, yaitu sekitar 2-3 tahun setelah menstruasi pertama. Timbul sejak menstruasi pertama dan akan pulih sendiri dengan berjalannya waktu. Tepatnya saat lebih stabilnya hormon tubuh atau perubahan posisi rahim setelah menikah dan melahirkan. Nyeri menstruasi ini normal, namun dapat berlebihan bila dipengaruhi oleh faktor psikis dan fisik, seperti stres, shock, penyempitan pembuluh darah, penyakit yang menahun, kurang darah, dan kondisi tubuh yang menurun (Wijayanti, 2009:21). Dismenore primer seringkali menimbulkan gejala fisik dan gejala psikologis. Setiap individu bisa mengalami gejala fsik dan gejala psikologis sekaligus, namun juga bisa mengalami hanya salah satu gejala, baik fisik maupun psikologisnya. Tanda gejala yang dapat mucul seperti rasa tidak enak di badan, lelah, mual dan muntah, diare, nyeri punggung bawah, sakit kepala, kadang kala disertai vertigo, perasaan cemas, gelisah, hingga kehilangan keseimbangan dan kehilangan kesabaran (Anurogo, 2011:65). Seseorang dapat diketahui dengan pasti bahwa menderita dismenore primer apabila mengalami nyeri pada tiga kali siklus menstruasi berturut-turut
yang kemudian ketika diperiksakan tidak terdapat adanya kelainan dismenore sekunder (Shah, et al. 2014:166)
9.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya dismenore primer menurut Novia dan puspitasari (2008:100-102) diantaranya adalah :
1. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga merupakan faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya dismenore primer .
2. Wanita yang belum menikah
Wanita yang sudah menikah mempunyai resiko lebih kecil untuk mengalami nyeri saat menstruasi, karena keberadaan sperma suami dalam organ reproduksi yang memiliki manfaat alami untuk mengurangi produksi prostaglandin atau zat seperti hormon yang menyebabkan otot rahim berkontraksi dan merangsang nyeri saat menstruasi. Selain itu pada saat wanita melakukan hubungan seksual otot rahim mengalami kontraksi yang mengakibatkan leher rahim menjadi lebar.
Faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya dismenore primer menurut Andriani (2015:9-11) faktor resiko dismenore primer diantaranya adalah :
a. Indeks Massa Tubuh
Seorang wanita dengan tubuh tidak ideal memiliki resiko lebih besar terhadap kejadian dismenore. Tubuh yang ideal bukanlah tubuh yang terlalu kurus ataupun yang terlalu gemuk. Seorang wanita dengan tubuh terlalu kurus ataupun terlalu gemuk sangat berpotensi mengalami dismenore, karena semakin rendah Indeks massa tubuh maka tingkat dismenore akan semakin berat dan sebaliknya, karena
saat wanita semakin gemuk, timbunan lemak memicu pembuatan hormon terutama estrogen.
b. Tingkat Stres
Stres seringkali terjadi secara tiba-tiba karena persoalan yang harus dihadapi dalam kehidupan. Peningkatan tingkat stres menyebabkan pengaruh negative pada kesehatan tubuh. Stres merupakan penyebab timbulnya dismenore. Semakin tinggi tingkat stres maka akan semakin tinggi pula tingkat dismenore.
c. Aktifitas Fisik
Dalam kehidupan sehari-hari sangat dianjurkan untuk melakukan aktivitas fisik untuk kepentingan kesehatan. Aktifitas fisik jika dilakukan dengan benar akan memberikan manfaat bagi tubuh. Semakin rendah aktifitas fisik maka tingkat dismenore akan semakin berat dan sebaliknya.
1) Komplikasi
Dismenore primer bukanlah persoalan yang mengancam nyawa penderitanya. Dismenore apabila dibiarkan, maka akan menimbulkan terganggunya aktivitas seharihari. Menurut Martini, Mulyati, & Fratidhina (2014:135-140) dismenore primer dapat menimbulkan beberapa gejala seperti : (1) Nyeri pada perut bagian bawah; (2) Mual;(3) Muntah; (4) Diare; (5) Cemas; (6) Depresi; (7) Pusing dan nyeri kepala; (8) letihlesu, bahkan sampai pingsan. Meskipun dismenore primer tidak mengancam nyawa tetapi bukan berarti dibiarkan begitu saja. Dismenore primer yang dibiarkan tanpa penanganan akan menimbulkan gejala yang merugikan bagi penderitanya. Dismenore primer tanpa penanganan dapat menyebabkan : (1) Depresi; (2) Infertilitas; (3) Gangguan fungsi seksual (4) Penurunan kualitas hidup akibat tidak bisa menjalankan aktivitas seperti biasanya;
(5) Dapat memicu kenaikan angka kematian (Titilayo et al. 2009). Dismenore primer akan menurunkan kualitas hidup penderitanya dan akan sangat merugikan penderita dismenore tersebut apabila dibiarkan.
9.4 Penatalaksanaan
Menurut Anurogo (2011:85-96) penatalaksanaan dismenore primer meliputi penatalaksanaan farmakologi dan non farmakologi, yaitu :
1. Terapi Farmakologi
Penanganan dismenore yang dialami oleh individu dapat melalui intervensi farmakologi. Terapi farmakologi, penanganan dismenore meliputi beberapa upaya. Upaya farmakologi pertama yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan obat analgetik yang berfungsi sebagai penghilang rasa sakit. Obat-obatan paten yang beredar dipasaran antara lain novalgin, ponstan, acetaminophen dan sebagainya. Upaya farmakologi kedua yang dapat dilakukan adalah dengan pemberian terapi hormonal. Tujuan terapi hormonal adalah menekan ovulasi, bersifat sementara untuk membuktikan bahwa gangguan yang terjadi benar-benar dismenore primer. Tujuan ini dapat dicapai dengan memberikan salah satu jenis pil kombinasi kontrasepsi.
2. Terapi Non Farmakologi
Selain terapi farmakologi, upaya untuk menangani dismenore adalah terapi non farmakologi. Terapi nonfarmakologi merupakan terapi alternatifkomplementer yang dapat dilakukan sebagai upaya menangani dismenore tanpa menggunakan obat-obatan kimia. Tujuan dari terapi non farmakologi adalah ntuk meminimalisir efek dari zat kimia yang terkandung dalam obat. Penanganan nyeri secara nonfarmakologi terdiri dari:
a. Terapi es dan panas
Terapi es dan terapi panas adalah dua terapi yang berbeda. Terapi es dan terapi panas dapat dilakukan menggunakan air hangat atau es batu yang dimasukkan ke dalam wadah kemudian dikompreskan pada bagian yang terasa nyeri. Terapi es dapat menurunkan prostaglandin yang memperkuat sensitifitas reseptor nyeri dan subkutan lain pada tempat cedera dengan menghambat proses inflamasi. Terapi panas mempunyai keuntungan meningkatkan aliran darah ke suatu area dan kemungkinan dapat turut menurunkan nyeri dengan memprcepat penyembuhan.
b. Penjelasan dan Nasehat
Penjelasan dan nasehat merupakan upaya penambahan wawasan untuk penderita dismenore. Memberikan edukasi kepada klien merupakan tugas seorang perawat. Menurut Judha (2012:54-55) pemberian edukasi mengenai dismenore, meliputi apa saja yang dapat menyebabkan bertambahnya nyeri, teknik apa saja yang dapat dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri. Selain itu dapat dilakukan dengan cara berdiskusi mengenai pola makan yang benar dan makanan yang sehat, istirahat yang cukup, serta menentukan olahraga yang sesuai.
c. Pengobatan Herbal
Pengobatan herbal tergolong pengobatan yang paling diminati oleh masyarakat. Disamping biaya yang murah, pengobatan herbal bisa dilakukan dengan mudah. Menurut Anurogo (2011:85-96) pengobatan herbal dapat dilakukan dengan membuat minuman dari tumbuhtumbuhan seperti kayu manis (mengandung asam sinemik untuk meredakan nyeri), kedelai
(mengandung phytoestrogens untuk menyeimbangkan hormon), cengkeh, ketumbar, kunyit, bubuk pala, jahe.
d. Relaksasi
Sama seperti pengobatan herbal, saat ini relaksasi merupakan cara yang banyak dipilih untuk digunakan. Relaksasi cukup mudah untuk dilakukan kapan saja dan dimana saja. Relaksasi merupakan teknik pengendoran atau pelepasan ketegangan. Teknik relaksasi yang sederhana terdiri atas nafas abdomen dengan frekuensi lambat, berirama, teknik relaksasi nafas dalam (contoh: bernafas dalam-dalam dan pelan). Berbagai cara untuk relaksasi diantaranya adalah dengan meditasi, yoga, mendengarkan musik, dan hipnotherapy. Relaksasi juga dapat dilakukan untuk mengontrol sistem saraf (Anurogo, 2011:111).
BAB X
LOW BACK PAIN
10.1 Definisi
Nyeri punggung bawah atau LBP adalah nyeri yang terbatas pada regio lumbal, tetapi gejalanya lebih merata dan tidak hanya terbatas pada satu radiks saraf, namun secara luas berasal dari diskus intervertebralis lumbal (Dachlan, 2009).
Nyeri punggung bawah (low back pain) adalah nyeri di daerah punggung bawah, yang mungkin disebabkan oleh masalah saraf, iritasi otot atau lesi tulang. Nyeri punggung bawah dapat mengikuti cedera atau trauma punggung, tapi rasa sakit juga dapat disebabkan oleh kondisi degeneratif seperti penyakit artritis, osteoporosis atau penyakit tulang lainnya, infeksi virus, iritasi pada sendi dan cakram sendi, atau kelainan bawaan pada tulang belakang. Obesitas, merokok, berat badan saat hamil, stres, kondisi fisik yang buruk, postur yang tidak sesuai untuk kegiatan yang dilakukan, dan posisi tidur yang buruk juga dapat menyebabkan nyeri punggung bawah (Anonim, 2014).
10.2 Problematik Fisioterapi
Keluhan LBP sangat beragam, tergantung dari patofisiologi, perubahan biokimia atau biomekanik dalam discus intervertebralis. Bahkan pola patofisiologi yang serupa pun dapat menyebabkan sindroma yang berbeda dari pasien. Pada umumnya sindroma lumbal adalah nyeri. Sindroma nyeri muskulo skeletal yang menyebabkan LBP termasuk sindrom nyeri miofasial dan fibromialgia. Nyeri miofasial khas ditandai nyeri dan nyeri tekan seluruh daerah yang bersangkutan (trigger points), kehilangan ruang gerak kelompok otot yang
tersangkut (loss of range of motion) dan nyeri radikuler yang terbatas pada saraf tepi. Keluhan nyeri sering hilang bila kelompok otot tersebut diregangkan. Fibromialgia mengakibatkan nyeri dan nyeri tekan daerah punggung bawah, kekakuan, rasa lelah, dan nyeri otot (Dachlan, 2009).
Gejala penyakit punggung yang sering dirasakan adalah nyeri, kaku, deformitas, dan nyeri serta paraestesia atau rasa lemah pada tungkai. Gejala serangan pertama sangat penting. Dari awal kejadian serangan perlu diperhatikan, yaitu apakah serangannya dimulai dengan tiba – tiba, mungkin setelah menggeliat, atau secara berangsur – angsur tanpa kejadian apapun. Dan yang diperhatikan pula gejala yang ditimbulkan menetap atau kadang – kadang berkurang. Selain itu juga perlu memperhatikan sikap tubuh, dan gejala yang penting pula yaitu apakah adanya secret uretra, retensi urine, dan inkontinensia (Apley, 2013).
10.3 Teknologi IntervensiFisioterapi
Pada kondisi nyeri punggung bawah karena spondilosis dan scoliosis, modalitas fisioterapi yang dipergunakan adalah Micro Wave Diathermy (MWD), Trancutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS) dan Core Stability Exercise.
a. Micro Wave Diathermy(MWD)
Micro Wave Diathermy adalah salah satu terapi heating yang mengunakan stressor fisis berupa energi elektronik yang dihasilkan oleharusbolakbalikfrekuensi2450MHzdenganpanjanggelombang 12,25 cm (Periatna dan Gerhaniawati,2006).
Efekhangatyangdihasilkanolehenergilistrikoleharusbolak baliktersebutmeningkatkansuhulokaldanmenghasilkanvasodilatasi
pembuluh darah. Dengan adanya vasodilatasi pembuluh darah maka akan terjadi beberapa mekanisme dalam tubuh seperti peningkatan konsentrasi
peningkatan aliran darah ke otot. Dengan adanya
peningkatankonsentrasialirandarahkeototmakasuplaioksigendan nutrisi akan semakin banyak dan akan memperbaiki metabolisme jaringan sekitar yang diberikan terapi menggunakan MWD (Goats, tanpatahun).
Menurut Sujanto (2007), dalam penggunaan MWD terdapat efek fisiologis dan efek terapeutik. Dimana efek fisiologis tersebut mencakup perubahan pada temperatur, jaringan ikat, jarinagan otot, jaringansaraf.Sedangkanefekterapeutiklebihkearahjaringanlunak,kontraktu r jaringan dan gangguan konduktivitas. Efek panas yang dihasilkan oleh MWD selain dapat mengurangi nyeri, MWD juga dapat memberikan rileksasi pada otot sehingga dapat mengurangi spasme otot, karena sirkulasi darah serta pasokan O2 pada daerah nyeri tersebut menjadi lancar. Setelah berkurangnya spasme otot ini maka akan lebih mudah untuk melakukan gerakan – gerakan pada terapi latihan yang akan dilakukan
b. Trancutaneus Electrical NerveStimulation (TENS)
Transcutaneous TENS adalah
perangsangansarafsecaraelektrismelaluikulit.Duapasangelektroda yang berperekat dipasang pada punggung, dikedua sisi dari tulang punggung.Elektrodainidihubungkandengansebuahkotakkecilyang
mempunyai tombol-tombol putar dan tekan. Tombol putar mengendalikan kekuatan dan frekuensi denyut listrik yangdihasilkan
olehmesin.Denyutinimenghambatpesannyeriyangdikirimkeotak dari rahim dan leher rahim serta merangsang tubuh mengeluarkan bahanperedanyerialaminya,yaituendorfin.Penelitianmenunjukkan
bahwaTENSpalingefektifmeredakannyeri(Nolan,2004).
TENSadalah penerapan arus listrik melalui kulit untuk kontrol rasa sakit, dihubungkan dengan kulit menggunakan dua atau lebih elektroda, diterapkan pada frekuensi tinggi (>50Hz) atau frekuensi rendah(<10Hz) dengan intensitas yang menghasilkan sensasi getar (Robinson, 2008).
Tipe TENS terbagi menjadi 3, yaitu TENS konvensional, Intens TENS, dan Acupuntur Like TENS (Slamet, 2008). Dari tipe TENS yang beragam,
maka terdapat indikasi dan kontra indikasi dari
penggunaanalattersebut.IndikasidaripenggunaanTENSantaralain:(a) pada kondisi akut: nyeri pasca operasi, nyeri sewaktu melahirkan, nyeri haid (dysmenorrhea), nyeri musculosceletal,dan nyeri akibat patah tulang, (b) nyeri yang berhubungan dengan penanganan kasus gigi, (c) pada kondisi kronik: nyeri punggung bawah, arthritis, nyeri punting dan nyeri phantom, neuralgiapascaherpetic,
neuralgiatrigeminal,(d)injurisaraftepi,(e)anginapectoris,(f)nyerifascial,(g) nyeri tulang akibat metastase. Sedangkan untuk kontraindikasi dari penggunaan TENS antara lain: (a) penyakit vaskuler, (b) adanya kecenderunganperdarahan,(c)keganasanpadaareayangditerapi,(d) pasien beralat pacu jantung, (e) kehamilan, apabila terapi diberikan pada area pungggung dan abdomen, (f) luka terbuka yang sangat lebar, (g) kondisi