• Tidak ada hasil yang ditemukan

makalah rematik.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "makalah rematik.docx"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Rheumatoid arthritis merupakan penyakit multi sistem kronik yang di tandai oleh berbagai manifestasi klinis, dengan awitan penyakit umumnya pada usia 35 dan 50 tahun. Gambaran utama adalah sinovitas inflamatorik yang biasanya mengenai sendi perifer. Penyakit ini memiliki kecenderungan merusak tulang rawan, menyebabkan erosi tulang, dan menimbulkan kerusakan sendi. Tangan, pergelangan tangan, dan kaki sering terkena. Timbul nyeri yang di perburuk oleh gerakan di sertai pembengkakan dan nyeri tekan.selain itu gejalah sinovitis, sebagian pasien memperlihatakan rasa lelah, anoreksia,lemah otot,penurunan berat badan dan gejalah tulang otot yang samar. Kelainan di luar sendi adalah nodus rheumatoid vaskulitis, dan gejalah pleuropulmoner (Isselbacher, et all., 1998).

Di Indonesia, prevalensi AR hanya 0,1-0,3 persen di kelompok orang dewasa dan 1:100 ribu jiwa dikelompok anak-anak. Total, diperkirakan hanya terdapat 360 ribu pasien di Indonesia. “Walau prevalensi rendah, penyakit ini sangat progresif dan paling sering menyebabkan cacat,” ujar Prof DR dr Harry Isbagio, SpPD-KR, Guru Besar Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (Price. A Sylvia, Wilson M. Lorraine, 2003)

Wanita tiga kali lebih sering menderita rheumatoid artritis (radang sendi) dibanding dengan laki-laki (3:1). Penyakit ini menyerang semua etnis, dengan insiden pada orang berusia di atas 18 tahun berkisar 0,1 persen sampai 0,3 persen, sedangkan pada anak-anak dan remaja yang berusia kurang dari 18 tahun 1/100.000 orang.Prevelensi diperkirakan kasus RA diderita pada usia di atas 18 tahun dan berkisar 0,1% sampai dengan 0,3% dari jumlah penduduk Indonesia. Berdasarkan studi, RA lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan pria dengan rasio kejadian 3 : 1. Penyakit ini 75 % diderita oleh kaum wanita, bisa

(2)

menyerang semua sendi. Prevalensi meningkat 5 % pada wanita diatas usia 50 tahun (Padip R. Patel, 1990).

Onsetnya biasa perlahan namun bisa menjadi penyakit relaps akut atau kronis di tandai dengan keadaan umum sakit berat. Manifestasi ekstraartikuler sangat penting untuk menentukan morbiditas penyakit ini. Sering ditemukannya adanya riwayat penyakit serupa dalam keluarga. Prevalensi meningkat 5 % wanita di atas usia 50 tahun (Padip R. Patel, 1990).

Membran sinovial membungkus sendi dan menahan cairan, sedangkan sinovial sebagai pelumas. Permukaan sendi adalah tulang rawan sendi, yaitu bahan/struktur halus yang seperti karet dan melekat ke tulang. Permukaan tulang rawan sendi tidak semulus bantalan poros buatan manusia. Di perkirakan bahwa kekasaran tulang rawan ini berperan dalam pelumasan sendi dengan menangkap sebagian dari cairan sinovial. Dan juga di perkirakan sifat tulang rawan sendi yang berpori berperan dalam pelumasan sendi

1.2. Tujuan Penulisan Makalah

1. Untuk mengetahui pengertian dari Rheumatoid arthritis

2. Untuk mengetahui epidemiologi dari Rheumatoid arthritis

3. Untuk mengetahui etiologi dari Rheumatoid arthritis

4. Untuk mengetahui manifestasi klinik dari Rheumatoid arthritis

5. Untuk megetahui diagnosis dari Rheumatoid arthritis

6. Untuk mengetahui terapi/penatalaksanaan dari Rheumatoid arthritis

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Rheumatoid Arthritis (RA)

Rheumatoid Arthritis (RA) adalah penyakit autoimun kronik dimana sistem imun tubuh menyerang jaringan yang sehat dan dalam jangka panjang dapat menyebabkan

(3)

kerusakan sendi, nyeri kronik, gangguan hingga hilangnya fungsi sendi hingga kecacatan. Arthritis rheumatoid adalah tipe arthritis yang paling parah dan dapat menyebabkan cacat, kebanyakan menyerang perempuan hingga tiga sampai empat kali daripada laki-laki. RA pada umumnya menyerang persendian tangan, kaki dan pergelangan serta menurunkan tingkat harapan hidup hingga 6 – 10 tahun (Price. A Sylvia, Wilson M. Lorraine., 2003)

Rematik dapat menyerang hampir semua sendi, tetapi yang paling sering diserang adalah sendi di pergelangan tangan, buku-buku jari, lutut dan engkel kaki. Sendi-sendi lain yang mungkin diserang termasuk sendi di tulang belakang, pinggul, leher, bahu, rahang dan bahkan sambungan antar tulang sangat kecil di telinga bagian dalam. Rematik juga dapat memengaruhi organ tubuh seperti jantung, pembuluh darah, kulit, dan paru- paru. Serangan rematik biasanya simetris yaitu menyerang sendi yang sama di kedua sisi tubuh, berbeda dengan osteoartritis yang biasanya terbatas pada salah satu sendi.

2.2 Epidemiologi RA

Arthritis rheumatoid masih menjadi masalah kesehatan dunia, diperkirakan 0,5-1 % dari populasi global menderita AR. Peluang terjadinya penyakit hati pada penderita AR dua kali lebih besar dari yang tidak menderita. America Arthritis Fondation melaporkan, penderita AR berisiko dua kali lebih besar terkena penyakit jantung sehingga meningkatkan angka kematian penderita Cardiovascular dan infeksi. Lima puluh persen pasien AR mengalami kecacatan fungsional sementara setelah 20 tahun, 80 % cacat dan dapat mengurangi usia harapan hidup 3-18 tahun.

Studi epidemiologi melaporkan berbagai faktor risiko yang dihubungkan dengan terjadinya penyakit AR, seperti faktor kerentanan terhadap penyakit dan faktor inisiasi yaitu faktor yang diduga meningkatkan risiko berkembangnya penyakit

(4)

Faktor kerentanan seperti :

1) jenis kelamin

2) Usia. Dapat terjadi pada usia muda 30-50 tahun, usia lanjut terutama pada wanita kasus

AR meningkat.

3) Obesitas : memacu meningkatnya oksidan melalui berbagai mekanisme

4) Genetik, keluarga yang memiliki anggota keluarga terkena AR memiliki risiko lebih

tinggi, dan dihubungkan dengan gen HLA-DR4. Faktor inisiasi adalah perokok , infeksi bakteri atau virus menjadi inisiasi dari AR, pil kontrasepsi, gaya hidup : stres dan diet mengawali inflamasi sendi.

2.3. Etiologi

Penyebab yang pasti tidak diketahui, tetapi berbagai faktor (termasuk kecenderungan genetik) bisa mempengaruhi reaksi autoimun. Artritis rheumatoid ini merupakan bentuk artritis yang serius, disebabkan oleh peradangan kronis yang bersifat progresif, yang menyangkut

persendian. Ditandai dengan sakit dan bengkak pada sendi-sendi terutama pada jari-jari tangan, pergelangan tangan, siku dan lutut. Penyebab artritis rheumatoid masih belum

diketahui walaupun banyak hal mengenai patogenesisnya telah terungkap. Faktor genetik dan lingkungan diduga timbulnya penyakit ini. Faktor infeksi sebagai penyebab artritis rematoid patogenesis Patogenesis dimulai dengan terdapatnya suatu antigen.

Biasanya rematoid arthritis disebabkan oleh :

1. Faktor genetik

2. Faktor lingkungan

3. Infeksi : mendadak dan timbul dengan di sertai gambaran inflamasi mencolok. Yang

disebabkan oleh bakteri dan virus.

4. HSD ( Heat Shock Protein )

5. Sekelompok protein berukuran sedang ( 60 sampai 90 KDA)

6. Respon Stress

(5)

Pasien-pasien dengan RA akan menunjukan tanda dan gejala seperti :

1. Nyeri persendian

2. Persendian Bengkak

3. Kekakuan pada sendi terutama setelah bangun tidur pada pagi hari

4. Terbatasnya pergerakan sendi sehingga mengganggu gerak sendi

5. Sendi-sendi terasa panas

6. Demam (pireksia)

7. Anemia (pucat)

8. Berat badan menurun

9. Kekuatan berkurang

10. Tampak warna kemerahan di sekitar sendi

11. Perubahan ukuran pada sendi (lebih besar dari ukuran normal)

Yang tergolong Artritis rematoid menurut American Reumatism Association ( ARA ) adalah bila terdapat 3 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama 4 minggu, Kriteria-kriteria tersebut adalah :

a. Kekakuan sendi jari-jari tangan pada pagi hari ( Morning Stiffness )

b. Nyeri saat menggerakan sendi atau nyeri sendi saat ditekan sekurang-kurangnya pada

satu sendi

c. Pembengkakan (oleh penebalan jaringan lunak atau oleh efusi cairan ) pada salah satu

sendi secara terus-menerus sekurang-kurangnya selama 6 minggu

d. Pembengkakan pada sekurang-kurangnya salah satu sendi lain

e. Pembengkakan sendi yang bersifat simetris di kedua tangan kanan dan kiri

f. Nodul subcutan pada daerah tonjolan tulang didaerah ekstensor (punggung tangan)

g. Gambaran foto rontgen yang khas pada arthritis rheumatoid

h. Uji aglutinnasi faktor rheumatoid +

i. Pengendapan cairan musin yang jelek

j. Perubahan karakteristik histologik lapisan sinovia

k. gambaran histologik yang khas pada nodul

Pada tahap yang lanjut akan ditemukan tanda dan gejala seperti :

1) Gerakan sendi (tangan dan kaki) menjadi terbatas

2) Adanya nyeri tekan pada sendi

3) Pembengkakan bertambah

4) Penurunan kekuatan gerak

(6)

2.5. Diagnosis

2.5.1 Pemeriksaan radiologi

Sendi bisa normal pada awalnya, penyakit rheumatoid urutan timbulnya kelainan yang khas adalah :

a. Pembengkakan jaringan lunak dan osteoporosis periartikuler

b. Penyempitan rongga sendi dan erosi periartikuler

c. Subluksasi dan osteoarthritis timbul pada penyakit yang sudah berlangsung lama

2.5.2 Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang dikaitkan dengan AR adalah pemeriksaan rheumatoid factor (RF) dan anti-citrullinated protein antibodies (ACPA). ACPA dikenal 2 macam yaitu pemeriksaan anti-cylic citrullinated peptide CCP) dan anti-mutated vimentin (anti-MCV).

2.6. Terapi / Penatalaksanaan

Tujuan terapi rematik utamanya adalah untuk meningkatkan atau memelihara status fungsionalnya sehingga meningkat kualitas hidup pasien.

2.6.1 Terapi farmakologi

Terapi farmakologi adalah terapi menggunakan obat-obatan. Obat-obat untuk rematik dikenal dengan istilah DMARD (disease-modifying antirheumatic drug). Obat-obat yang biasa digunakan dalam penanganan rematik adalah :

(7)

Obat-obat NSAID umumnya dipakai sebagai terapi komplementer, jarang digunakan secara tunggal/monoterapi pada AR. Obat ini bekerja menghambat sintesis prostaglandin yang merupakan mediator inflamasi dengan menekan kerja enzim siklooksigenase. Penghambatan ini tidak selektif sehingga obat-obat ini menyebabkan efek samping gastrointestinal. Golongan penghambat selektif siklooksigenase-2 (COX-2) memiliki efikasi yang sebanding dengan NSAIDs tetapi efek samping gastrointerstinalnya lebih ringan. 2. Metotreksat

Saat ini MTX dianggap sebagai obat DMARD pilihan oleh banyak rematologis untuk mengatasi AR. MTX bekerja dengan menghambat produksi sitokin (cytokines), menghambat biosintesis purin, dan mungkin menstimulasi pelepasan adenosin, yang semuanya dapat mengarah pada kerja antiinflamasi. Obat ini memiliki onset yang agak cepat, hasil dapat dilihat kurang lebih 2-3 minggu setelah dimulainya terapi. Obat bisa diberikan secara i.m., s.c., atau p.o.

Efek samping atau gejala toksisitas MTX adalah gangguan gastrointestinal, hematologi, pulmonar, dan hepatik. Test terhadap fungsi liver perlu dilakukan untuk memantau penggunaan obat ini. MTX dikontraindikasikan untuk kehamilan dan menyusui, gangguan liver kronis, defisiensi imun, leukopenia, trombositopenia, gangguan darah, serta pasien yang kreatin klirens-nya kurang dari 40 mL/min. Karena MTX adalah antagonis asam folat, maka ia juga dapat menyebabkan defisiensi asam folat. Untuk itu suplementasi asam folat diperlukan untuk mengurangi efek samping ini (Schuna, 2005).

3. Leflunomid

Leflunomid memiliki efikasi yang mirip dengan MTX dalam mengatasi AR. Ia bekerja dengan menghambat sintesis pirimidin, sehingga dapat menurunkan proliferasi limfosit dan menghambat inflamasi. Obat ini diberikan dengan loading dose 100 mg sehari

(8)

untuk 3 hari, dan dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan 20 mg sehari. Seperti MTX, obat ini cukup toksis terhadap hati, sehingga dikontraindikasikan bagi pasien yang punya riwayat gangguan liver. Selain itu obat ini juga teratogenik, sehingga tidak boleh digunakan pada wanita hamil atau yang merencanakan hamil. Bedanya, leflunomid jarang menyebabkan gangguan darah, sehingga memungkinakan untuk dipakai pada pasien dengan gangguan darah.

4. Hidroksiklorokuin

Obat ini dikenal sebagai antimalaria, tetapi juga dapat menekan sistem imun, sehingga seringkali digunakan pada penyakit gangguan imun. Kelebihan obat ini adalah ia tidak toksis terhadap hepar atau renal. Toksisitasnya bersifat jangka pendek, meliputi : gangguan gastrointestinal seperti mual, muntah atau diare.

5. Sulfazalazin

Sulfasalazin adalah suatu prodrug yang akan diuraikan oleh bakteria di usus menjadi sulfapiridin dan asam 5-aminosalisilat. Sulfapiridin inilah yang diduga bertanggung-jawab terhadap aktivitas antirematiknya. Penggunaan sulfasalazin agak terbatas karena menyebabkan beberapa efek samping antara lain efek gastrointestinal (mual, muntah, diare dan anoreksia), alergi, leukopenia, alopesia, dan peningkatan enzim hepatik. Obat ini berinteraksi dengan antibiotik yang membunuh bakteri kolon, dapat mengikat suplemen besi, dan meningkatkan efek warfarin.

6. Kortikosteroid

Kortikosteroid digunakan pada AR karena efek antiinflamasi dan imunosupresifnya. Obat ini bisa menghambat sintesis prostagandin dan leukotrien, menghambat reaksi radikal superoksida netrofil dan monosit, mencegah migrasi sel monosit, limfosit, dan monosit, sehingga dapat mencegah respon imun.

(9)

7. Agen biologis

Golongan obat ini termasuk obat baru hasil rekayasa genetik, seperti : etenercept, infliximab, adalimumab, dan anakinra. Obat ini mungkin efektif, jika obat lain tidak berhasil. Harganya masih mahal, dan belum ada di Indonesia. Tidak ada resiko toksisitas yang membutuhkan pemantauan lab, tetapi ada laporan bahwa obat ini sedikit meningkatkan resiko infeksi. Untuk itu, pasien yang sedang infeksi sebaiknya tidak menggunakan obat ini. Berikut ini adalah keterangan singkat tentang agen biologis tersebut.

a. Etanercept adalah suatu protein yang terdiri dari reseptor TNF (tumor necrosis factor)

yang berikatan dengan antibodi IgG. Obat ini akan mengikat TNF sehingga secara biologis menjadi inaktif dan tidak bisa berikatan dengan reseptornya. Seperti diketahui, TNF adalah salah satu sitokin yang terlibat dalam patogenesis AR.

b. Infliximab merupakan anti TNF, ia juga akan mengikat TNF sehingga tidak bisa

berikatan dengan reseptornya.

c. Adalimumab juga merupakan antibodi terhadap TNF.

d. Anakinra adalah antagonsi reseptor inteleukin-1 (IL-1). Diketahui bahwa IL-1 sangat

terlibat dalam patogenesis AR. Obat ini akan mengikat reseptor 1, sehingga mencegah IL-1 untuk berikatan dengan reseptornya

2.6.2 Terapi nonfarmakologi

Beberapa contoh dari terapi nonfarmakologi adalah istirahat, fisioterapi, penggunaan alat bantu, penurunan berat badan, atau pembedahan. Fisioterapi bisa dilakukan dengan pemanasan pada sendi yang meradang sehingga tidak terjadi kekakuan. Setelah peradangan mereda bisa dilakukan latihan aktif yang rutin, tetapi jangan sampai terlalu lelah. Biasanya latihan akan lebih mudah jika dilakukan di dalam air. Pembedahan dilakukan jika pemberian obat tidak membantu. Pembedahan biasanya dilakukan untuk mengganti sendi lutut atau sendi panggul dengan sendi buatan. Persendian juga bisa diangkat atau dilebur (terutama

(10)

pada kaki), supaya kaki tidak terlalu nyeri ketika digunakan untuk berjalan. Penderita yang menjadi cacat karena artritis rematoid bisa menggunakan beberapa alat bantu untuk menyelesaikan tugas sehari-harinya. Contohnya adalah sepatu ortopedik khusus atau sepatu atletik khusus.

2.6.3 Obat tradisional

Herbal yang digunakann untuk mengatasi arthritis rheumatoid adalah bawang putih, beluntas, daun sendok, gandarusa, jahe merah, kunyit, sambiloto, sembung, temulawak, dan sidaguri. Herbal-herbal tersebut mengandung berbagai macam antioksidan yang mencegah penyakit yang disebabkan oleh asam urat. Bawang putih mengandung alilin yang akan terpecah menjadi alisin dan berguna untuk menghancurkan endapan darah arteri menghilangkan nyeri (anti-inflamasi) dan diuretik. Beluntas mengandung flavonoid yang berfungsi menghilangkan nyeri akibat rematik, nyeri tulang, dan sakit pinggang. plantagin, aukubin, asam ursolik pada daun sendok berkhasiat menurunkan kadar asam urat dalam darah, diuretic, melarutkan endapan garam kalsium yang terdapat dalam ginjal dan kandung kencing. Justicin pada gandarusa berfungsi antirematik. Jahe merah, temulawak dan kunyit memiliki minyak atsiri, gingerol, kurkumin, berkhasiat untuk melancarkan peredaran darah, anti inflamasi, dan menghilangkan nyeri rematik. Berikut tabel bermacam-macam buah yang berguna untuk mengatasi rematik :

NO BUAH KHASIAT

1 Jambu biji Mengandung vitamin C (9 kali lebih banyak daripada jeruk), mineral (Fe, P, K, Ca,), pectin, tanin, dan serat. Berkhasiat untuk menurunkan kolesterol, mengurangi infeksi, membersihkan darah, mengurangi konstipasi, dan menstabilkan gula darah

(11)

2 Jeruk manis Vitamin C, B6, K, Ca, B1, P, Mg, Cu, folat, asam pantotenat untuk meningkatkan daya tahan tubuh, penyerapan zat besi, dan kesehatan kardiovaskular

3 Mangga Mengandung vitamin A, pectin, dan fruktosa. berkhasiat untuk membersihkan sistem sirkulasi darah, mengurangi dehidrasi, menguatkan jaringan tubuh

4 Melon Mengandung vitamin A, vitamin C, Ca, K, Mg, P. Bermanfaat untuk membersihkan sirkulasi darah, dan menstabilkan darah tinggi.

5 Pepaya Mengandung vitamin A, B, C. Jika mangga dicampur dengan papaya dapat mengurangi pembengkakan dan peradangan

8 Sirsak Mengandung air dan karbohidrat (glukosa dan fruktosa), vitamin C, P, Ca, K, dan serat pangan. Berkhasiat mengatasi asam urat, nyeri pada sendi pada pinggang, pinggul, dan membantu pembentukkan massa tulang.

9 Tomat Mengandung provitamin A, B1, C, dan asam sitrat, serat, likopen. Berkhasiat mengobati arthritis (radang sendi), membersihkan darah dan hati

(12)

BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan

Rheumatoid arthritis merupakan penyakit autoimun progresif yang di tandai dengan peradangan membran persendian. Autoimun merupakan gangguan pada sistem imun yang menyebabkan kekebalan tubuh justru menyerang jaringan tubuh sendiri. Penyebab rematoid arthritis belum diketahui, namun di lihat dari patofisiologinya disebabkan oleh faktor genetik dan lingkungan diduga timbulnya penyakit ini. Faktor infeksi sebagai penyebab artritis rheumatoid patogenesisnya dimulai dengan terdapatnya suatu antigen yang berada pada membran sinovial.

Adapun pengobatan yang di anjurkan yaitu : Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS), Golongan DMARD (disease modifying antirematic drugs), NSAIDs (Non-steroid antiinflammatory drugs), metotreksat, leflunomid, hidroksiklorokuin, sulfazalazin, kortikosteroid, agen biologis (etanercept, infliximab, adalimumab, anakinra).

3.2 Saran

Arthritis rheumatoid dapat menyerang segala usia maka penanganan penyakit ini diupayakan secara maksimal dengan peningkatan mutu pelayanan kesehatan baik melalui tenaga kesehatan, prasarana dan sarana kesehatan.

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Isselbacher, et all. 1998. Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam edisi 13, Yogyakarta : EGC

Kee JL. 2004. Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik edisi 2. Jakarta: EGC

Maluekaa RG. 2007. Radiologi Diagnostik. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Cendekia Press Mansjoer A. et all. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. 2000. Jakarta : Media Aeaculapius. h.536-9.

Padip R. Patel. 1990. RADIOLOGI edisi 2. Fransisco : Penerbit buku Erlangga Medical Series

Palande DD. 2009. Arthritis Reumatoid. http://www.medicastore.com, diakses tanggal 9 April 2013 pukul 15.00 WIB

Price. A Sylvia, Wilson M. Lorraine. 2003. Patofisiologi Edisi 6. Jakarta : Penerbit buku kedokteran ECG

Stovitz SD, Johnson RJ. 2003. NSAID and Musculoskeletal Treatmen. The Physician and Sport Medicine Vol 31 N0 1 January 2003

Referensi

Dokumen terkait

Inilah yang memotivasi mengapa penelitian ini diorientasikan untuk menguji pengaruh moderasi keserasian belanja daerah dalam meningkatkan pengaruh pertumbuhan ekonomi

Di Desa Sekabuk Kecamatan Sadaniang Kabupaten Pontianak, masyarakat secara tradisional mengobati berbagai macam penyakit dengan menggunakan tumbuhan yang ada disekitarnya sebagai

Kedua , Untuk peran/upaya Kepolisian dalam penanggulangan tindak pidana perjudian sabung ayam dalam masyarakat di wilayah hukum Kabupaten Magetan adalah sebagai berikut:

Tanaman indukan sumber eksplan tersebut harus dikondisikan dan dipersiapkan secara khusus di rumah kaca atau green house agar eksplan yang akan dikulturkan sehat dan dapat tumbuh

Jenis transaksi Dokumen yang digunakan Penjualan kredit Penjualan Tunai Penerimaan Kas Return Penjualan Pot..

Pengujian fungsioanal sistem manaje- men rapat dilakukan dengan menggunakan metode blackbox testing/ kotak hitam yaitu dengan cara memberikan input pada kompo- nen

Rusip merupakan produk fermentasi hasil perikanan yang dihasilkan oleh bakteri asam laktat yang berpotensi mengandung senyawa bioaktif berupa peptida dan komponen organik

Variabel Pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah : a.Proses pengarangan sekam padi dan kulit/kolobot jagung dengan menggunakan tungku, yang meliputi