KULTUR JARINGAN
TUMBUHAN
Pengertian
• Pembiakan tanaman secara in vitro merupakan
metode pengisolasian bagian tanaman (sel,
jaringan, atau organ) kemudian menumbuhkannya
pada media buatan dalam wadah tembus
pandang dan kondisi aseptik, hingga bagian-bagian
tanaman tersebut dapat memperbanyak diri,
tumbuh menjadi tanaman lengkap (plantlet)
kembali.
• Pelaksanaan teknik ini memerlukan berbagai
prasyarat untuk mendukung kehidupan jaringan
yang dibiakkan. Hal yang paling esensial adalah
• Media adalah tempat bagi jaringan untuk
tumbuh dan memperoleh nutrisi yang
mendukung kehidupan jaringan.
Media tumbuh menyediakan berbagai bahan
yang diperlukan jaringan untuk hidup dan
memperbanyak dirinya.
Media tumbuh dapat berupa media cair,
media padat atau semi padat. Untuk
menentukan bentuk media yang akan
digunakan, akan sangat bergantung pada jenis
eksplan dan spesies tanaman yang akan
• Teknik kultur jaringan memanfaatkan
prinsip
perbanyakan tumbuhan secara
vegetatif.
• Berbeda dari teknik perbanyakan tumbuhan
secara
konvensional,
teknik kultur jaringan
dilakukan dalam kondisi
aseptik
di dalam botol
kultur dengan medium dan kondisi tertentu.
Karena itu teknik ini sering kali disebut
kultur
in vitro. Disebut in vitro
(bahasa Latin)
, berarti
"di dalam kaca“, karena jaringan tersebut
ditumbuhkan dalam botol kaca yang tembus
pandang.
PRINSIP DASAR
• Kemampuan dari bagian tanaman yang dikulturkan
(eksplan) untuk memperbanyak diri (beregenerasi,
embriogenesis, organogenesis) hingga terbentuk
individu/tanaman baru (planlet) didasari oleh teori
sel yang dikemukakan oleh Schleiden dan Schwann
(1838).
Teori sel menyatakan bahwa sel merupakan suatu
kesatuan biologis terkecil yang mampu
mengadakan segala aktivitas yang berhubungan
dengan kehidupan, sehingga setiap sel yang hidup
mempunyai sifat yang disebut Totipotensi Sel (Total
genetik potensial dari sel).
PRINSIP DASAR
(lanjutan)• Totipotensi sel dapat diartikan bahwa
setiap sel hidup mempunyai
potensi/kemampuan genetik secara
otonom untuk tumbuh dan berkembang
menjadi tanaman yang sempurna bila
ditumbuhkan pada lingkungan yang sesuai
(Gamborg dan Shyluk, 1981).
PRINSIP DASAR
(lanjutan)• Selain totipotensi, kultur jaringan pada tanaman
dimungkinkan karena sel tanaman memiliki
kemampuan rediferensiasi dan kompetensi.
Rediferensiasi adalah kemampuan sel-sel dewasa
(mature) kembali menjadi ke kondisi meristematik
dan berkembang dari satu titik pertumbuhan baru
yang diikuti oleh rediferensiasi yang mampu
melakukan reorganisasi manjadi organ baru.
• Kemampuan kompetensi menggambarkan potensi
endogen dari sel atau jaringan untuk tumbuh dan
berkembang dalam satu jalur tertentu.
Aplikasi pembiakan in-vitro:
Dalam perkembangan selanjutnya, teknik in vitro
tidak hanya digunakan untuk memperbanyak
tanaman, tetapi juga digunakan untuk tujuan
lain,
aplikasinya
dibidang
pertanian
adalah
sebagai berikut:
1. Perbanyakan tanaman secara massal.
Perbanyakan tanaman dapat dilakukan secara
massal sehingga dapat dihasilkan bibit
tanaman dalam jumlah yang banyak dalam
waktu yang relatif singkat dengan
menggunakan bahan tanam (eksplan) yang
berukuran kecil (1 mm - 10 mm)
2. Menghasilkan bibit bebas patogen dan
meyelamatkan klon dari kepunahan.
Dpt dihasilkan bibit tan yg bebas patogen
dan utk mendapatkan/menyelamatkan
klon dari suatu tetua unggul yg langka atau
krn terserang suatu penyakit yg
mematikan, misalnya induk tanaman jeruk
yang terserang CVPD (dengan
menggunakan eksplan dari meristem apikal
yang berukuran 0,1 mm 1,0 mm).
3. Seleksi tanaman terhadap kondisi
tertentu.
Teknik in vitro dapat digunakan untuk
melakukan seleksi terhadap berbagai jenis
galur/varietas tanaman untuk
mendapatkan jenis yang tahan terhadap
tingkat ketahanan tertentu, misalnya
tingkat ketahanan pada pH tertentu,
tingkat salinitas dan lainnya.
4. Koleksi dan konservasi plasma nutfah.
Mengoleksi dan mengkonservasi berbagai
jenis tanaman sebagai sumber keragaman
genetik dapat dilakukan dengan teknik in
vitro hanya dalam suatu laboratorium yang
berukuran kecil dan mudah untuk
dipertukarkan ke tempat lain/kota/negara
lain karena ukurannya yang kecil dan dalam
wadah botol/tabung gelas yang aseptik.
5. Mendapatkan mutan-mutan harapan
Teknik in vitro dapat digunakan untuk menghasilkan mutan-mutan yang diharapkan mempunyai sifat-sifat unggul, seperti tahan terhadap kekeringan, tahan
terhadap kadar Aluminium yang tinggi dsb.
6. Menghasilkan senyawa sekunder.
Dapat dihasilkan senyawa sekunder yang mempunyai manfaat dalam bidang kesehatan (obat-obatan) dan industri hanya dengan menghasilkan sel-sel dari
suatu tanaman tertentu yang nantinya akan
diekstrak untuk mendapatkan senyawa sekunder tersebut, misalnya saponin dari tanaman ginseng.
Kultur in-vitro memiliki peran yg sangat
penting utk mendapatkan hasil-hasil yg
tidak mungkin dicapai melalui kultur
in-vivo.
Berikut disajikan aplikasi sejunlah metode
kultur jaringan beserta tujuan dr aplikasi
tersebut menurut Pierik (1997)
TIPE KULTUR TUJUAN
KULTUR EMBRIO -Mempersingkat siklus pemuliaan tnm -Mengatasi aborsi embrio
-Sebagai sumber pembentukan kalus
KULTUR BIJI ANGGREK -Mempersingkat siklus pemuliaan -Menggantikan simbiosis (mikoriza) -Meniadakan kompetisi dgn
mikro-organisme lain.
KULTUR MERISTEM -Eliminasi patogen (virus, cendawan, dan bakteri)
-Perbanyakan vegetatif pd anggrek melalui plb (protocorm-like bodies) -Perbanyakan klon tanaman.
TIPE KULTUR TUJUAN
KULTUR TUNAS DAN BUKU TUNGGAL
-Perbanyakan anggrek
-Percabangan aksilar sbg sarana perbanyakan klon tanaman
KULTUR KALUS DAN SUSPENSI SEL
-Perbanyakan klon tnm melalui pembentukan organ dan embrio. -Regenerasi varian-varian genetika. -Mendapatkan tnm bebas virus
-Sbg sumber utk produksi protoplas -Produksi metabolit sekunder.
KULTUR ANTERA DAN MIKROSPORA
-Produksi tnm haploid.
-Sbg titik awal utk induksi mutasi. -Mendptkan tnm mandul yg
semuanya berjenis kelamin jantan. -Melakukan pemuliaan pd tingkat
TIPE KULTUR TUJUAN
KULTUR OVUL -Mengatasi absisi bunga yg terlalu dini. -Mendapatkan pembuahan secara
in-vitro.
KULTUR PROTOPLAS -Hibridisasi somatik (dg fusi protoplas). -Penciptaan hibrida sel (cybrib).
-Pencangkokan inti, kromosom, dan organel-organel sel.
-Penelitian transformasi. KULTUR SEL,
JARINGAN, DAN ORGAN
Sbg sarana pd penelitian fisiologi tnm: -Penelitian siklus sel
-metabolisme tanaman -penelitian nutrisi
-penelitian morfogenetik dan perkembangan.
Protoplast
Dinding sel dihilangkan dengan menggunakan enzyme yang memecah selulosa.
Perkembangan kalus-protocorm-plantlet Kultur jaringan anggrek
Perkecambahan biji anggrek
Biji anggrek tanpa endosperm
Perkembangan protocorm anggrek
menjadi tunas pucuk
TAHAPAN PERKEMBANGAN
DAN PELAKSANAAN KULTUR JARINGAN
• Pembiakan in vitro melibatkan serangkaian
perubahan morfologis dan fisiologis yg
dipengaruhi oleh berbagai factor-- karena
bbrp tahapan perkembangan harus dilalui
eksplan sehingga dapat kembali menjadi
1. Morfogenesis, Organogenesis, dan
Embryogenesis
a. Morfogenesis
Morfo berarti bentuk dan genesis berarti asal mula, sehingga morfogenesis bisa diartikan dengan asal mula terjadinya
suatu bentuk.
• Morfogenesis dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu genotipe dan lingkungan tumbuh tanaman. Genotipe tanaman akan menentukan bagaimana pertumbuhan jaringan tanaman, dan morfogenesisnya secara in vitro. Faktor penting lain yang mempengaruhi morfogenesis
adalah lingkungan, yaitu aspek pertukaran gas, temperatur, cahaya, dan komposisi media kultur.
• Morfogenesis baik secara langsung maupun tidak, sangat tergantung pada keseimbangan komposisi yang tepat
antara bahan organik, anorganik dan senyawa pengatur tumbuh tanaman.
b. Organogenesis
Organogenesis merupakan istilah yang merujuk
pada proses terbentuknya organ (pucuk dan/atau
akar adventif) dari kalus.
• Kalus yang telah diberi perlakuan mutagen
kemudian diarahkan kembali pertumbuhannya
untuk membentuk pucuk dan/atau akar adventif
• Proses organogenesis ditandai dengan
pembentukan struktur unipolar yaitu hanya
pembentukan titik tumbuh daun atau akar secara
terpisah. Karena prosesnya mirip dengan
perkembangan pada biji, tanaman klonal yang
dihasilkan dengan teknik somatik embriogenetik
secara morfologis/arsitektural sangat mirip dengan
tanaman asal dari biji.
c. Embriogenesis
Istilah ini digunakan untuk menyatakan
perkembangan embrio lengkap dari sel-sel
vegetative yang dihasilkan dari berbagai
sumber eksplan yang ditumbuhkan pada
system kultur jaringan (Hartmann et al., 1990).
Sama seperti embrio zigotik yang berkembang
dari penyatuan gamet jantan dan gamet
betina, embrio somatik pun tumbuh dan
berkembang melewati tahapan-tahapan yang
sama. Tahapan-tahapan tersebut adalah
oktan, globular, awal hati, hati, torpedo, dan
embrio dewasa.
Pembentukan kalus
Massa sel parenkim yang terjadi karena proliferasi jaringan awal dan belum terdiferensiasi.
•Somaklonal variation
•Material utk mempelajari perkembangan
•Dieksploitasi utk produksi bahan, antara lain: metabolit sekunder (minyak atsiri, alkaloid,
dll)
Kumpulan sel amorphous dari sel-sel yang membelah diri terus menerus.
Sterilisasi eksplan
Inisiasi
Enam kali subkultur
Sterilisasi planlet Siap tanam Akli matisasi dalam
seedbed Tanaman
sehat
Desi gned by: Agus Sutanto
Designed by : Moch. Ramadhoni
Teknik InokulasiTanaman Pisang Secara Kultur Jaringan
2. Tahapan Pelaksanaan Kultur Jaringan
a. Pemilihan dan Penyiapan Tan. Induk Sumber eksplan.
Memilih bahan induk yang akan diperbanyak harus
tanaman yg jelas jenis (spesies) dan varietasnya
serta harus sehat dan bebas dari hama dan
penyakit.
Tanaman indukan sumber eksplan tersebut harus
dikondisikan dan dipersiapkan secara khusus di
rumah kaca atau green house agar eksplan yang
akan dikulturkan sehat dan dapat tumbuh baik
serta bebas dari sumber kontaminan pada waktu
dikulturkan secara in vitro.
b. Inisiasi Kultur
• Tujuan utama dari propagasi secara in-vitro tahap ini adalah pembuatan kultur dari eksplan yang bebas mikroorganisme serta inisiasi pertumbuhan baru (Wetherell, 1976).
• Tahap ini mengusahakan kultur yang aseptik (aseptik: bebas dari mikroorganisme).
• Dalam tahap ini juga diharapkan bahwa eksplan yang dikulturkan akan menginisiasi pertumbuhan baru, sehingga akan memungkinkan dilakukannya pemilihan bagian tanaman yang tumbuhnya paling kuat, untuk perbanyakan (multiplikasi) pada kultur tahap selanjutnya (Wetherell, 1976).
b. Inisiasi Kultur (lanjutan)
• Untuk mendapakan kultur yang bebas dari kontaminasi, eksplan harus disterilisasi. Sterilisasi merupakan upaya untuk menghilangkan kontaminan mikroorganisme yang menempel di permukaan eksplan.
• Beberapa bahan kimia yang dapat digunakan untuk mensterilkan permukaan eksplan adalah NaOCl, CaOCl2, etanol, Na2H2O2 dan HgCl2.
Kultur bebas kontaminan
• Yang perlu diperhatikan dalam sterilisasi
permukaan bahan eksplan adalah konsentrasi
sterilan dan lamanya perendaman. Angka yang
tepat biasanya diperoleh melalui penelitian awal
(trial and error), karena sangat spesifi k untuk
masing-masing spesies tanaman serta jenis dan
umur bahan eksplan. Konsentrasi yang terlalu
tinggi akan menyebabkan kematian pada sel-sel
tanaman, sedangkan konsentrasi yang terlalu
rendah tidak efektif karena tidak mampu
membunuh
mikroorganisme
yang
ada
di
b. Inisiasi Kultur (lanjutan)
Kesesuaian bagian tanaman untuk dijadikan eksplan, dipengaruhi oleh banyak faktor. Tanaman yang memiliki hubungan kekerabatan dekat pun, belum tentu menunjukkan respon in-vitro yg sama (Wetherell, 1976). Hal-hal penting, al:
• Penggunaan eksplan yg tepat.
• Ukuran eksplan bagian tanaman yang digunakan sebagai eksplan.
• Bagi kebanyakan tanaman, eksplan yang sering digunakan adalah tunas pucuk (tunas apikal) atau mata tunas lateral pada potongan batang berbuku.
b. Inisiasi Kultur (lanjutan)
• Umur fisiologis dan umur ontogenetik
jaringan tanaman yang dijadikan eksplan
juga
berpengaruh
terhadap
potensi
morfogenetiknya. Umumnya, eksplan yang
berasal dari tanaman juvenil mempunyai
daya regenerasi tinggi untuk membentuk
tunas lebih cepat dibandingkan dengan
eksplan yang berasal dari tanaman yang
sudah dewasa.
b. Inisiasi Kultur (lanjutan)
• Masalah yang sering dihadapi pada kultur tahap
ini
adalah
terjadinya
pencokelatan
atau
penghitaman bagian eksplan (browning). Hal ini
disebabkan oleh oksidasi senyawa fenol yang
timbul akibat stress mekanik yang timbul akibat
pelukaan pada waktu proses isolasi eksplan dari
tanaman
induk.
Efek
oksidasi
tsb.
dpt.
menyebabkan medium mjd coklat, efeknya dpt
menghambat pertumbuhan atau bahkan dapat
mematikan jaringan eksplan.
c. Multiplikasi atau Perbanyakan Propagul.
• Tahap ini bertujuan untuk menggandakan propagul dan memeliharanya dalam keadaan tertentu sehingga sewaktuwaktu bisa dilanjutkan untuk tahap berikutnya (Yusnita, 2004). Propagul adalah bentukan baru hasil morfogenesis yg terbentuk dari jaringan eksplan yg ditanam. Propagul dpt berupa kalus, tunas atau embrio somatik.
• Pada tahap ini, perbanyakan dapat dilakukan dengan cara merangsang terjadinya pertumbuhan tunas cabang dan percabangan aksiler atau merangsang terbentuknya tunas pucuk tanaman secara adventif, baik secara langsung maupun melalui induksi kalus terlebih dahulu.
c. Multiplikasi atau Perbanyakan Propagul. (lanjutan)
• Di dalam media harus terkandung mineral, gula,
vitamin, dan hormon dengan perbandingan yang
dibutuhkan secara tepat (Wetherell, 1976).
Hormon yang digunakan untuk merangsang
pembentukan
tunas
tersebut
berasal
dari
golongan sitokinin seperti BAP, 2-iP, kinetin, atau
thidiadzuron (TDZ).
c.
Multiplikasi atau Perbanyakan Propagul.
(
lanjutan)
• Eksplan yang dalam kondisi bagus dan tidak
terkontaminasi
dari
tahap
inisiasi
kultur
dipindahkan atau disubkulturkan ke media yang
mengandung sitokinin. Subkultur dapat dilakukan
berulang-ulang kali sampai jumlah tunas yang kita
harapkan, namun subkultur yang terlalu banyak
dapat
menurunkan
mutu
dari
tunas
yang
dihasilkan, seperti terjadinya penyimpangan genetik
(aberasi),
menimbulkan
suatu
gejala
ketidaknormalan
(vitrifikasi)
dan
frekuensi
d. Pemanjangan Tunas, Induksi, dan Perkembangan Akar.
• Tujuan dari tahap ini adalah untuk membentuk akar dan pucuk tanaman yang cukup kuat.
• Dalam tahap ini, kultur tanaman akan memperoleh ketahanannya terhadap pengaruh lingkungan, sehingga siap untuk diaklimatisasikan (Wetherell, 1976).
• Tunas-tunas yang dihasilkan pada tahap multiplikasi di pindahkan ke media lain untuk pemanjangan tunas.
• Media untuk pemanjangan tunas mengandung sitokinin sangat rendah atau tanpa sitokinin.
• Tunas tersebut dapat dipindahkan secara individu atau berkelompok.
d. Pemanjangan Tunas, Induksi, dan Perkembangan Akar.
(lanjutan)
• Pemanjangan tunas dan pengakarannya dapat
dilakukan sekaligus atau secara bertahap, yaitu
setelah dipanjangkan baru diakarkan. Pengakaran
tunas
in-vitro
dapat
dilakukan
dengan
memindahkan tunas ke media pengakaran yang
umumnya memerlukan auksin seperti NAA atau
IBA. Keberhasilan tahap ini tergantung pada
tingginya mutu tunas yang dihasilkan pada tahap
sebelumnya.
Induksi akar pada kultur tanaman kelapa sawit.
Induksi tunas pada
kultur jaringan tanaman pisang
e. Aklimatisasi
• Dalam proses perbanyakan tanaman secara
kultur
jaringan,
tahap
aklimatisasi
planlet
merupakan salah satu tahap kritis yang sering
menjadi kendala dalam produksi bibit secara
massal. Pada tahap ini, planlet atau tunas mikro
dipindahkan ke lingkungan di luar botol seperti
rumah kaca, rumah plastik, atau screen house
(rumah kaca kedap serangga).
e. Aklimatisasi (lanjutan)
• Aklimatisasi adalah proses pengkondisian planlet atau tunas mikro di lingkungan baru yang aseptik di luar botol, dengan media tanah, pakis, atau media lainnya sehingga planlet dapat bertahan dan terus menjadi bibit yang siap ditanam di lapangan.
• Tahap aklimatisasi planlet merupakan salah satu tahap kritis yang sering menjadi kendala dalam produksi bibit secara massal. Pada tahap ini, planlet atau tunas mikro dipindahkan ke lingkungan di luar botol seperti rumah kaca, rumah plastik, atau screen house (rumah kaca kedap serangga).
e. Aklimatisasi (lanjutan)
• Tahap ini merupakan tahap kritis karena kondisi iklim mikro di rumah kaca, rumah plastik, rumah bibit, dan lapangan sangatlah jauh berbeda dengan kondisi iklim mikro di dalam botol. Kondisi di luar botol bekelembaban nisbi jauh lebih rendah, tidak aseptik, dan tingkat intensitas cahayanya jauh lebih tinggi drpd kondisi dalam botol. Planlet atau tunas mikro lebih bersifat heterotrofik karena sudah terbiasa tumbuh dalam kondisi berkelembaban sangat tinggi, aseptik, serta suplai hara mineral dan sumber energi tersedia.
• Prosedur pembiakan dengan kultur jaringan baru bisa dikatakan berhasil jika planlet dapat diaklimatisasi ke kondisi eksternal dengan keberhasilan yang tinggi.
• Aklimatisasi dapat dilakukan secara majemuk pada bedengan di bawah tempat yang teduh atau secara tunggal pada gelas bekas aqua yang diisi tanah subur ditambahkan pasir dengan perbandingan 1 : 1 . Pada saat aklimatisasi ini umumnya 2 minggu dengan sungkup dan 4 minggu tanpa sungkup. Dan pada saat itu planlet sudah mencapai tinggi 20 – 25 cm.
Selanjutnya bibit siap ditumbuhkan dalam polibag pot tuggal (single pot)
Nursery
• Tanaman perlu ditumbuhkan di nursery sampai mencapai tinggi 50 – 60 cm kemudian dipindahkan ke lapangan. Pisang hasil kultur yang siap ditanam di lapang.