MODUL FISIOTERAPI GERIATRI
MODUL FISIOTERAPI GERIATRI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
PROFESI FISIOTERAPIS PROGRAM PROFESI
MODUL FISIOTERAPI GERIATRI
VISI DAN MISI FAKULTAS KEPERAWATAN DAN FISIOTERAPI Visi Fakultas Keperawatan
Menjadi program studi yang unggul dan excellent service dalam bidang fisioterapi khususnya manual terapi di tingkat nasional dan regional Asia pada tahun 2022.
Misi Fakultas Keperawatan
1. Menyelenggarakan proses belajar mengajar yang kondusif dengan berbagai fasilitas belajar, metode, dan sistem pembelajaran kelas dan praktik (laboratorium, RS, dan pelayanan kesehatan lainnya) sehingga menghasilkan karakter yang unggul, kompeten dan excellent service.
2. Mengoptimalkan dan mengimplementasikan program riset keperawatan dan fisioterapi di tingkat lokal maupun nasional dengan menggunakan pendekatan riset kolaboratif dalam bidang ilmu keperawatan dan fisioterapi.
3. Mengimplementasikan program pengabdian kepada masyarakat berbasis riset untuk menyelesaikan berbagai permasalahan kesehatan di tingkat nasional bahkan kawasan regional Asia dengan menekankan upaya pendekatan preventive health science.
4. Menjalin kerjasama yang baik dengan stakeholder mulai dari pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat sebagai pengguna lulusan.
MODUL FISIOTERAPI GERIATRI
VISI DAN MISI PROGRAM STUDI FISIOTERAPI PROGRAM PROFESI Visi Program Profesi Fisioterapi
Menjadi program studi yang unggul dan excellent service dalam bidang fisioterapi khususnya manual terapi di tingkat nasional dan regional Asia pada tahun 2022.
Misi Program Profesi Fisioterapi
1. Menyelenggarakan proses belajar mengajar yang kondusif dengan berbagai fasilitas belajar, tools, metode, dan sistem pembelajaran kelas dan praktik di laboratorium dan lapangan
2. Mengoptimalkan dan mengimplementasikan program riset dibidang fisioterapi yang difokuskan pada masalah manual terapi dengan menggunakan pendekatan riset dalam bidang fisioterapi.
3. Mengimplementasikan program pengabdian kepada masyarakat berbasis riset untuk menyelesaikan berbagai permasalahan fisioterapi.
4. Mengembangkan kerjasama dengan institusi pendidikan, pelayanan, organisasi, dan stakeholder baik dalam maupun luar negeri.
MODUL FISIOTERAPI GERIATRI
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan modul praktek stase Integumen Fisioterapi ini. Modul ini di susun guna memenuhi sebagian persyaratan dalam pendidikan profesi Fisioterapi Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam.
Penyelesaian penulisan modul ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, arahan dan dorongan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh rekan rekan yang ikut serta dalam penyusunan modul ini.
Penyusun menyadari bahwa apa yang tertuang dalam modul ini masih banyak memiliki kekurangan serta jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan dan semoga modul ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Lubuk Pakam, 2019
Penyusun
MODUL FISIOTERAPI GERIATRI
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul Dan Dalam ...
Kata Pengantar ...
Daftar Isi...
Bab I Fisioterapi Kesehatan Geriatri ...
A. Tujuan ... 2
B. Sasaran ... 2
C. Sumber Pembelajaran ... 2
D. Ruang Lingkup ... 2
MODUL FISIOTERAPI GERIATRI
Bab IiPelaksanaan Fisioterapi Kesehatan Wanita ... 3
A. Osteoporosis ... 3
B. Kebugaran Pada Lansia... 10
C. Lbp Pada Kehamilan ... 14
D. Penurunan Kekuatan Otot ... 18
E. Knee Osteoatritis ... 20
F.Parkinson Disease... 25
G. Alzeimer ... 30
H. Kiposis ... 35
DAFTAR PUSTAKA ... 46
FORM PENILAIAN ... 50
MODUL FISIOTERAPI GERIATRI
BAB I
FISIOTERAPI KESEHATAN GERIATRI
1.1 Latar Belakang
Manajemen fisioterapi geriatri merupakan rangkaian pembelajaran proses asuhan fisioterapi berupa : assessment, diagnosa, planning, intervensi, serta evaluasi pada kondisi kasus fisioterapi geriatric yang bertujuan untuk memberikan gambaran penatalaksanaan kasus-kasus fisioterapi di bidang geriatri.
1.2 Tujuan
Tujuan instruksional umum
1. Memahami kasus-kasus fisioterapigeriatri
2. Memahami dan mampu menganalisa kasus-kasus fisioterapigeriatri
3. Memahami dan mampu melakukan penatalaksanaan fisioterapi pada
MODUL FISIOTERAPI GERIATRI
kasusgeriatri
Tujuan intruksional khusus
Mahasiswa memahami dan mampu melakukan proses-proses fisioterapi spesifik seperti:
1. Pemeriksaan dengan cermat pada bidang geriatri dalam kasus neuromuscular, musculoskeletal, kardiovaskular dan pulmonal serta kasuspsikoedukasi.
2. Melakukan assessment menegakkan diagnosa fisioterapi secara ICF, menetapkan planning, melakukan intervensi, melakukan evaluasi terkait patologi kasus fisioterapi geriatri, serta melakukan rujukan ke profesi lainnya apabila dibutuhkan terapi/pemeriksaan diagnose penunjang terkait patologigeriatri
3. Pemeriksaan deteksi dini padalansia
4. Pemberian pelatihan untuk meningkatkan fungsi geraklansia.
1.3 Sasaran
Sasaran pembelajaran praktikum manajemen fisioterapi geriatri adalah mahasiswa Profesi Fisioterapi Fakultas Keperawatan dan Fisioterapi Institut Kesehatan Medistra yang telah lulus pada mata kuliah anatomi, fisiologi, biomekanik, elektrofisika dan sumberfisis, patologi, manual therapy, terapi latihan, dan psikologi pada semester sebelumnya atau pada jenjang pembelajaran sebelumnya.
MODUL FISIOTERAPI GERIATRI
BAB II
PELAKSANAAN FISIOTERAPI GERIATRI
2.1 Osteoporosis
Osteoporosis adalah suatu penyakit tulang yang menyebabkan berkurangnya jumlah jaringan tulang dan tidak normalnya sruktur atau bentuk mikroskopis tulang (Waluyo, 2009).Penyakit ini merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering dialami oleh perempuan setelah menopause. Proses osteoporosis sebenarnya sudah dimulai sejak usia 40-45 tahun. Pada usia tersebut akan mengalami proses penyusutan massa tulang yang menyebabkan kerpuhan tulang.
Proses kerapuhan tulang menjadi lebih cepat setelah menopause sekitar umur 50 tahun karena kadar hormon esterogen yang mempengaruhi kepadatan tulang sangat menurun (Mangoenprasodjo, 2005).
2.2 Pelaksanaan Fisioterapi pada Osteoporosis
MODUL FISIOTERAPI GERIATRI
Latihan beban sangat memberikan kontribusi dalam meningkatkan kesehatan tulang. Penderita osteoporosis yang ingin tulangnya sehat dapat mengangkat dumbell dengan berat maksimal untuk masing-masing tangan 1 sampai 3 pon dan tidak boleh lebih dari 5 pon. Tulang punggung agar tidak menegang dan keseimbangan tubuh bisa dipertahankan, lutut harus di tekuk sedikit.
Gambar 1.Latihan untuk menguatkan lengan (otot ekstensor bahu)
Latihan dengan menggunakan beban dalam (berat badan sendiri) untuk penderita osteoporosis bervariasi gerakannya. Sebagai contoh adalah latihan untuk menguatkan otot punggung. Posisi awal latihan back extension untuk otot punggung, yaitu penderita berbaring menelungkup. Tahap selanjutnya, kepala dan dada diangkat selama beberapa detik dengan bantuan matras sebagai penopang.
Latihan dilakukan 5 sampai 10 kali dan frekuensinya tiga kali seminggu.
Peningkatan latihan dapat dilakukan setelah penderita merasa terbiasa/ ringan
MODUL FISIOTERAPI GERIATRI
dalam mengangkat bebannya.
Gambar 2. Latihan untuk menguatkan otot punggung
Latihan menggunakan berat badan sebagai beban dapat dipakai latihan penguatan otot perut. Pertama, latihan dilakukan perlahan, 5-10 kali per satu sesi, tiga kali seminggu dan sekali sehari. Latihan dilakukan dengan berbaring terlentang dengan meletakkan tangan pada ruang di antara tulang punggung dan matras, selanjutnya mengangkat kaki bersamaan kira-kira 20 sampai 40 derajat selama beberapa detik kemudian turun lagi ke posisi semula.
Gambar 3. Latihan otot perut
Penderita osteoporosis pada bagian paha, dapat melakukan latihan beban dengan leg press machine. Pertama, posisi duduk dengan pengaturan punggung bersandar ditempat duduk dan lutut menekuk kurang lebih 90 derajat. Tahap selanjutnya, yaitu meletakkan telapak kaki datar pada bantalan, kemudian perlahan-lahan mendorong, sehingga lutut hampir lurus (tidak mengunci). Selama tahap mendorong, napas dikeluarkan dan napas ditarik saat kaki di bantalan kembali ke posisi semula. Latihan dilakukan dengan repetisi 1-8 ulangan, beban sedang dan frekuensi 3-4 kali/minggu.
MODUL FISIOTERAPI GERIATRI
Gambar 4. Latihan untuk menguatkan paha
Jenis latihan beban yang lain, yaitu menggunakan pita elastis, dimana pita elastis berfungsi sebagai penarik dari beban yang diam. Pita elastis lebar dapat tahan lama memberikan daya hambat yang memadai untuk menguatkan otot punggung. Latihan dilakukan dengan meletakkan pita elastis sepanjang 2 kaki pada palang yang berjarak 2 kaki di atas kepala, kemudian saat menarik ujung pita ke bawah otot latissimus dorsi dan shoulder adductor akan menguat. Pita elastis juga dapat digunakan dengan memegang ke dua ujungnya dan ke dua kaki menginjak bagian tengah pita. Selanjutnya lengan menarik pita ke atas melewati kepala, sehingga otot ekstensor punggung akan menguat.
Gambar 5. Latihan untuk menguatkan otot bahu dan otot ekstensor punggung.
Latihan beban ideal untuk membangun kekuatan tulang, karena latihan beban dapat menambah kemampuan tulang menahan gravitasi. Latihan beban juga dapat
MODUL FISIOTERAPI GERIATRI
meningkatkan refleks, sehingga penderita osteoporosis tidak mudah jatuh atau mengalami patah tulang.
BAB III
KEBUGARAN PADA LANSIA 3.1 Dasar Ilmiah Kebugaran pada Lansia
Kebugaran jasmani adalah serangkaian karakteristik fisik yang dimiliki atau dicapai seseorang yang berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan aktivitas fisik. Adapun seseorang yang bugar dalam kaitannya olahraga dan aktivitas fisik diartikan sebagai orang yang mampu menjalankan kehidupan sehari -hari tanpa melampaui daya tahan batas stress pada tubuh dan memiliki tubuh yang sehat serta tidak berisiko mengalami penyakit yang disebabkan rendahnya tingkat kebugaran dan kurangnya aktivitas fisik (Endang Rini Sukamti, 2016).
3.2 Pemeriksaan Fisioterapi a. Harvard Step Test
MODUL FISIOTERAPI GERIATRI
Harvard step test adalah suatu tes kesanggupan badan dinamis/fungsional.
Tes ini merupakan step test yang paling familiar digunakan untuk menghitung indeks kebugaran jasmani berdasarkan daya tahan kardiovaskular seseorang.
Harvard step test pertama dikembangkan oleh Graybriel Brouha & Heath pada tahun 1943. Tes ini bertujuan untuk mengukur kapasitas aerobik untuk kerja otot dan kemampuannya pulih dari kerja.
Alat yang dipergunakan pada Harvard step test : 1. Bangku
2. Stopwatch 3. Metronom
Secara ringkas, Harvard step test dilakukan dengan naik turun bangku selama maksimal 5 menit mengikuti irama metronom dengan ketukan 120 bpm. Saat sudah mencapai kelelahan atau irama langkah peserta tidak sesuai, maka tes dihentikan kemudian waktunya dicatat dan dihitung nadi pada arteri radialis dari 1-1,5 menit, 2-2,5 menit dan 3-3,5 menit.
Hasil Pemeriksaan :
Hasil data lama naik turun dan denyut nadi post latihan dimasukan kedalam rumus berikut ini, sehingga didapatkan hasil indeks kebugaranjasmani.
IKJ = Lama naik turun (dalam detik) x 100 2x (nadi 1+ nadi 2+ nadi 3)
Indeks Kebugaran Jasmani
Kriteria Nilai Hasil Perhitungan IKJ
Sangat Baik 5 > 90
MODUL FISIOTERAPI GERIATRI
Baik 4 80-89
Cukup 3 65-79
Sedang 2 50-64
Kurang 1 < 50
3.3 Pelaksanaan Fisioterapi a. SenamLansia
1. Latihan Pemanasan
Latihan pemanasan terdiri dari 10 gerakan dan berlangsung selama 15menit.
2. Latihan Inti
Latihan inti terdiri atas 12 jurus dan berlangsung selama 30menit.
a. Latihan Penenangan berlangsung sekitar 15menit.
b. Latihan penutup dilakukan sekitar 2 menit 3. Latihan Aerobik
Olahraga yang bersifat aerobik adalah olahraga yang membuat jantung dan paru bekerja lebih keras untuk memenuhi meningkatnya kebutuhan oksigen, misalnya berjalan, berenang, bersepeda, dan lain-lain. Latihan fisik dilakukan sekurangnya 30menit dengan intensitas sedang, 5 hari dalam seminggu atau 20 menit dengan intensitas tinggi, 3 hari dalam seminggu, atau kombinasi 20 menit intensitas tinggi 2 hari dalam seminggu dan 30 menit dengan intensitas sedang 2 hari dalamseminggu.
MODUL FISIOTERAPI GERIATRI
BAB IV
LANSIA DENGANPENURUNAN KEKUATAN OTOT 4.1 Deskripsi
Penurunan kekuatan otot merupakan salah satu perubahan yang nyata dari proses penuaan. Menurunnya kekuatan otot disebabkan oleh banyak faktor. Faktor penyebabyang utama yaitu penurunan massa otot.
Penurunan kekuatan otot ini dimulai pada umur 40 tahun dan prosesnya akan semakin cepat pada usia setelah usia 75 tahun.
4.2 Pemeriksaan
Pemeriksaan kekuatan otot pada lansia dilakukan dengan menggunakan Manual Muscle Testing (MMT). Manual Muscle Testing (MMT) merupakan salah
MODUL FISIOTERAPI GERIATRI
satu bentuk pemeriksaan kekuatan otot yang paling sering digunakan. Hal tersebut karena penatalaksanaan, intepretasi hasil serta validitas dan reliabilitasnya telah teruji. Namun demikian tetap saja, manual muscle testing tidak mampu untuk mengukur otot secara individual melainkan group / kelompok otot.
4.3 Hasil Pemeriksaan
Manual Muscle Testing (MMT) :
0 Tidak ada kontraksi atau tonus otot sama sekali.
1 Terdapat kontraksi atau tonus otot tetapi tidak ada gerakan sama sekali.
2 Mampu melakukan gerakan namun belum bisa melawan gravitasi.
3 Mampu bergerak dengan lingkup gerak sendi secara penuh dan melawan gravitasi tetapi belum bisa melawan tahanan minimal
4 Mampu bergerak penuh melawan gravitasi dan dapat melawan tahanan sedang 5 Mampu melawan gravitasi dan mampu melawan tahanan maksimal
4.4 Intervensi
1. Latihan ROM (Range OfMotion)
Latihan ROM ialah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki kemampuan menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan masa dan tonus otot sehingga dapat mencegah kelainan bentuk, kekakuan dan kontraktur.
a. ROM harus diulang sekitar 8 kali dan dikerjakan minimal 2 kalisehari.
b. ROM dilakukan perlahan dan hati-hati sehingga tidak melelahkanpasien.
c. ROM sering diprogramkan oleh dokter dan dikerjakan oleh ahlifisioterapi.
MODUL FISIOTERAPI GERIATRI
d. Bagian-bagian tubuh yang dapat dilakukan latihan ROM adalah leher, jari, lengan, siku, bahu, tumit, kaki, dan pergelangankaki.
e. ROM dapat dilakukan pada semua persendian atau hanya pada bagian- bagian yang dicurigai mengalami prosespenyakit.
f. Melakukan ROM harus sesuai waktunya, misalnya setelah mandi atau perawatan rutin telahdilakukan
2. Latihan PenguatanOtot
Bagi Lansia disarankan untuk menambah latihan penguatan otot disampinglatihan aerobik. Kebugaran otot memungkinkan melakukan kegiatan sehari-harisecara mandiri. Latihan fisik untuk penguatan otot adalah aktivitas yang memperkuat danmenyokong otot dan jaringan ikat.
Latihan dirancang supaya otot mampu membentukkekuatan untukmengerakkan atau menahan beban, misalnya aktivitas yang melawan gravitasi seperti gerakan berdiri dari kursi, ditahan beberapa detik, berulang-ulangatau aktivitas dengan tahanan tertentu misalnya latihan dengan tali elastik. Latihanpenguatan otot dilakukan setidaknya 2 hari dalam seminggu dengan istirahat diantarasesi untuk masing-masing kelompok otot. Intensitas untuk membentuk kekuatan ototmenggunakan tahananatau beban dengan 10-12 repetisi untuk masing-masing latihan.Intensitas latihan meningkat seiring dengan meningkatnya kemampuan individu.Jumlah repetisi harus ditingkatkan sebelum beban ditambah. Waktu yang dibutuhkanadalah satu set latihan dengan 10-15 repetisi.
MODUL FISIOTERAPI GERIATRI
BAB V STROKE 5.1 Definisi
Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah kulminasi penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun. (Smeltzer C., 2002) Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler.
5.2 Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Stroke 1) Latihan Passive Range of Motion(PROM)
MODUL FISIOTERAPI GERIATRI
Pemberian terapi latihan berupa gerakan pasif sangat bermanfaat dalam menjaga sifat fisiologis dari jaringan otot dan sendi. Jenis latihan ini dapat diberikan sedini mungkin untuk menghindari adanya komplikasi akibat kurang gerak, seperti adanya kontraktur, kekakuan sendi, dll.Pemberian PROM dapat diberikan dalam berbagai posisi, seperti tidur terlentang, tidur mirirng, tidur tengkurap, duduk, berdiri atau posisi sesuai dengan alat latihan yang digunakan.Latihan dalam gerakan pasif tidak akan berdampak terhadap proses pembelajaran motorik, akan tetapi sangat bermanfaat sebagai tindakan awal sebelum aplikasi metode untuk latihan pembelajaran motorik.
Hal ini perlu disadari oleh fisioterapis, bahwa aktivitas pasif yang diberikan hanya untuk menjaga kualitas komponen gerak, dan bukan sebagai program pembelajaran motorik.
Beberapa fisioterapis menempatkan PROM sebagai prelimanary exercise bagi insan stroke sebelum memberikan terapi latihan yang bersifat motor relearning. Pemberian latihan PROM sangat bermanfaat, sehingga penulis menganjurkan agar setiap fisioterapis dapat mengaplikasikannya pada setiap insan stroke.Latihan PROM juga dapat diberikan dalam bentuk program latihan di rumah dengan terlebih dahulu memberikan edukasi pada keluarga pasien.Keterlibatan keluarga dalam program di rumah akan memberikan manfaat yang sangat baik dalam menjalankan program 24 hours physiotherapy.Di negara-negara maju keterlibatan keluarga dalam home programme merupakan bagian dalam standar pelayanan fisioterapi, sehingga mampu meminimalkan terjadinya komplikasi akibat adanya kurang gerak seperti gangguan pernafasan, gangguan sirkulasi dan
MODUL FISIOTERAPI GERIATRI
metobilik, gangguan sendi, gangguan otot dan komponen-komponen lainnya.
2) Latihan Pada Anggota Gerak Atas (upperextremity).
a. Fleksi dan ekstensi bahu (ShoulderJoint)
Gambar 1. Gerakan pasif fleksi – ekstensi bahu
Latihan:
• Posisi insan stroke tidurterlentang
• Pegangan fisioterapis pada pergelangan tangan dan juga pada lengan bawah (sedikit dibawah siku insan stroke). Peletakan tangan insan stroke sebaiknya menyilang agar mempermudah gerakan saat ekstensidilakukan.
• Posisi awal dari lengan insan stroke adalah mid position, kemudian lakukan gerakan fleksi, instruksikan agar insan strokerileks.
• Padasaatbahumembentuksudut900berikangerakaneksternalrotasi(berputark eluar) pada lengan hingga membentuk posisi supinasi lenganbawah.
• Rasakan endfeel pada akhir gerakan. Hindari penguluran berlebihan pada bahu yang mengalamikelemahan.
MODUL FISIOTERAPI GERIATRI
• Lakukan pengulangan sebanyak 7 kali atau sesuaitoleransi.
Latihan ini akan mampu mengurangi komplikasi akibat kurang gerak pada bahu dan
terpeliharanyasifatfisiologisjaringanpadaareabahudanlengan.Tujuanutamalatih anini terpeliharanya jarak gerak sendi pada bahu kearahfleksi.
b. Ekstensi / hiperekstensi Bahu (ShoulderJoint)
Gambar 2. Gerakan pasif ekstensi bahu Latihan
▪ Posisi insan stroke tidur mirirng (sidelying).
▪ Peganganfisioterapispadapergelangantangandanpadabagianbahu.
▪ Posisilenganinsanstrokesemifleksidenganlenganbawahmidposition.
▪ Berikan topangan pada siku atau lengan bawah insan stroke dengan lengan bawah fisioterapis.
▪ Berikan gerakan ekstensi secarapenuh.
▪ Hindariadanyakompensasigerakberupaelevasibahudenganpemberianstabil isasi.
▪ Rasakan endfeel pada akhirgerakan.
MODUL FISIOTERAPI GERIATRI
▪ Hindari adanya keluhan nyeri saat gerakandilakukan.
▪ Pertahankangerakanterjadipadamidposisilenganbawahinsanstroke.
▪ Lakukan pengulangan minimal 7 kali atau sesuaitoleransi.
Latihan ini ditujukan untuk memelihara jarak gerak sendi bahu,
khususnya pada
arahekstensidanmemeliharaelastisitasjaringanpadasisianterior.Halinidimung kinkan karena pada latihan ini terdapat regangan di akhir gerakan pada jaringan-jaringan sisi depan sendibahu.
Latihaninihendaknyadilakukansecaraperlahankarenaseringditemukanada nya kelemahan dan penurunan tonus otot yang signifikan sehingga banyak terjadi subluksasi sendi.
c. Abduksi Bahu (ShoulderJoint)
Gambar 3. Gerakan pasif abduksi bahu Latihan :
▪ Posisi insan stroke tidur terlentang, dengan siku semifleksi.
▪ Peganganfisioterapispadapergelangantangandanlenganatas(sedikitdiatassik
MODUL FISIOTERAPI GERIATRI
u).
▪ Lakukan gerakanabduksi
▪ Awaligerakandenganposisiprpnasipadalenganbawah,kemudianpada900ab duksi lakukan otasi kearah supinasi lengan bawah insanstroke.
▪ Berikan instruksi untuk tetap rileks
▪ Rasakan endfeel di akhirgerakan
▪ Lakukan pengulangan sebanyak 7 kali atau sesuaitoleransi.
Latihan ini ditujukan untuk memelihara jarak gerak sendi bahu
khususnya kearah abduksi. Selain itu, latihan ini akan mengurangi adanya komplikasi berupa kontraktur jaringan pada sendi bahu.
Hindari adanya gerakan kompensasi pada bahu, sehingga jarak gerak sendi pada latihan dapat dicapai dengan lebih baik. Adanya kompensasi gerak, merupakan indikator adanya masalah pada jaringan lunak ataupun jaringan keras disekitar bahu yang perlu dilakukan pemeriksaan lebih spesifik
d. Abduksi dan Adduksi Horizontal Bahu (Shoulder Joint)
Gambar 4. Gerakan pasif abduksi dan adduksi horizontal
MODUL FISIOTERAPI GERIATRI
- Posisiinsanstroketidurterlentangdenganbahumembentuk900abduksidansi ku ekstensi penuh dengan lengan bawah dalam posisisupinasi.
- Posisikan insan stroke dalam keadaanrileks.
- Peganganfisioterapispadapergelangantangandanjugapadasendisiku.
- Berikan gerakan kearah dalam (adduksi) dan kearah luar (abduksi) pada sendi bahu.
- Berikan instruksi agar insan stroke tetaprileks - Rasakan endfeel di akhirgerakan.
- Hindari adanya nyeri saat gerakandilakukan.
- Lakukan pengulangan minimal 7kali.
- Latihan ini sangat bermanfaat bagi terpeliharanya jarak gerak sendi, khususnya
padagerakanhorizontal.PemberianPROMakanmenjagaelastisitasjaringans isianterioir dan posteriaor serta memelihara sistem sirkulasi lokak pada jaringan sehingga dapat menghindari adanya pembengkakan pada ekstremitasatas.
e. Internal dan Eksternal Rotasi Bahu (ShoulderJoint).
MODUL FISIOTERAPI GERIATRI
Gambar 5. Gerakan Pasif Eksternal dan Internal Rotasi
- Persiapkan posisi insan stroke dengan menghindari adanya hambatan gerak oleh faktor tempat tidur atau bendalainnya.
- Posisi insan stroke tidur terlentang dengan bahu membentuk 900 abduksi dan siku 900fleksi.
- Pegangan fisioterapis pada pergelangan tangan dan juga pada sendi siku sebagai stabilisasigerak.
- Berikangerakankearahekternal(a)daninternal(b)padasendibahu.
- Berikaninstruksiuntuktetaprileks,rasakanendfeeldiakhirgerakan.
- Perhatikan jarak gerak sendi yang dibentuk apakah dalam jarak yang normal atau terbatas.
- Lakukan pengulangan minimal 7kali.
Padaaplikasigerakaninihindariadanyanyerigerak.Umumnyapadainsans troke komplikasi akibat kurang gerak adalah adanya kekakuan sendi. Pada sendi bahu maka gerakan ekternal rotasi adalah salah satu gerakan yang sering mengalami limitasi gerak. Jika terdapat gangguan limitasi gerak akibat adanya masalah pada persendian, maka pendekatan intervensinya akanberbeda.
f. Fleksi dan ekstensi siku (ElbowJoint)
MODUL FISIOTERAPI GERIATRI
Gambar 6. Gerakan pasif fleksi-ekstensi siku - Posisiinsanstroketidurterlentang.
- Posisitanganinsanstrokesupinasi.
- Tanganfisioterapisberadapadapergelangantangandansendisiku.
- Lakukan gerakan fleksi dan ekstensi pada sendisiku.
- Berikan Intruksi agar insan stroke tetaprileks.
- Pastikangerakanyangdiberikanberadapadamidlineyangbenar.
- Rasakan endfeel pada akhirgerakan.
- Perhatikan jarak gerak sendi yang dibentuk apakah dalam jarak yang normal atau terbatas.
Latihan gerak ini sangat penting, karena gerakan ini pada aktivitas fungsional ektremitas atas memiliki peran yang dominan. Adanya gangguan gerak pada siku akan berdampak terhadap banyaknya masalah aktivitas fungsional yang terganggu.
Dalam aplikasinya gerakan fleksi dan ekstensi siku dapat dilakukan dalam beberapa posisi lengan antara lain dengan mid posisi atau dengan posisi supinasi pada lengan bawah.
g. Fleksi dan ekstensi pergelangan tangan (WristJoint)
MODUL FISIOTERAPI GERIATRI
Gambar 7. Gerakan pasif pada fleksi-eksensi ulnar dan radial deviasi pada wrist joint
o Posisi insan stroke tidur terlentang dengan fleksi siku900
o Tanganfisioterapisdiletakkanpadapangkalpergelangandanpadatelapaktanga n.
o Berikangerakankearahluar(ekstensi)dankearahdalam(fleksi).
o Pada saat gerakan fleksi wrist dilakukan maka sebaiknya jari-jari dalam kondisi
lurus(ekstensi),sedangkansaatdilekukangerakanekstensiwrist,makasebaik nya jari-jarimenggenggam.
o Berikan instruksi untuk tetaprileks.
o Tambahkangerakandenganpereganganpadapunggungtanganuntukmembent uk arkus telapaktangan.
o Rasakan endfeel di akhirgerakan.
Latihan dengan gerakan tersebut sangat penting oleh karena banyaknya problematik yang ditemukan pada tangan dan jari-jari insan stroke. Umumnya latihan
yangdilakukansecaramandiriolehinsanstrokemengakibatkanterjadinyahipermo bilitas pada sendi metacapophalangeal sehingga stabilitas pada jari-jari
MODUL FISIOTERAPI GERIATRI
menurun yang akhirnya mempersulitterbentuknyagerakanpadajari- jari.Untukitusangatdibutuhkanedukasibagi insanstroke.
h. Elevasi-Depresi dan Protraksi-Retraksi Bahu (ShoulderJoint).
Gambar 8. Gerakan pasif elevasi-depresidan protaksi retraksi bahu Latihan
- Posisi insan stroke tidur tengkurap(pronelying).
- Tanganfisioterapisdiletakkanpadaareabahudanlenganbawahinsanstroke.
- Berikan gerakan kearah atas (elevasi) dan kearah bawah (Depresi), kedepan (protraksi) dan kebelakang (Retraksi) pada sendibahu.
- Berikan instruksi untuk tetaprileks - Rasakan endfeel di akhirgerakan.
- Lakukan pengulangan minimal 7kali.
Latihan dengan gerakan ini perlu dilakukan untuk mengidentifikasi apakah
terdapatlimitasigerakpadasendibahu.Limitasigerakpadasendibahuakanmenur unkan kemampuan stabilitas pada bahu yang berdampak terhadap sulitnya
melakukan gerakan
MODUL FISIOTERAPI GERIATRI
fungsionalpadalengandantangandenganpolayangbenar.Jikastabilitasgerakpad abahu
menurun,makaaktivitasgerakpadalenganakanmenimbulkanadanyagerakkomp ensasi.
Kompensasigerakmerupakanbentukgerakanyangterjadiakibatketidaksesua ian
ataukurangnyastabilitasgerak.Kompensasigerakadalahbentukgerakyangtidak efisien dan memerlukan energi lebih besar dibandingkan pada pola gerak
normal. Sering terjadi
adalahberupagerakanfleksi(menekuk)padasikusaatmelakukanaktifitasberjala n.
3) Latihan Pada Anggota Gerak Bawah (LowerExtremity) a. fleksi-ekstensi panggul (hip) dan lutut(knee)
Latihan
➢ Posisi insan stroke tidurterlentang
➢ Posisi tangan fisioterapis pada tumit serta sisi bawah dan tepi luar lutut insan stroke.
➢ Lakukangerakankeatas-
MODUL FISIOTERAPI GERIATRI
depansehinggamembentukgerakanfleksihipdanfleksi knee.
➢ Berikan instruksi untuk tetaprileks.
➢ Lakukan gerakan kembali pada posisiawal
➢ Rasakan endfeel di akhirgerakan.
➢ Lakukan pengulangan minimal 7kali.
Gerakan-gerakan yang dijelaskan sebelumnya dapat diberikan pada insan stroke oleh keluarga atau petugas perawatan agar dapat membantu mencegah
munculnya komplikasi akibat kurang
gerak.Aktivitasiniakansangatmembantuprosespemulihaninsanstrokedanmeru pakan bentuk latihan persiapan untuk mendapatkan metode latihan khusus yang bersifat relearning ataureeducation.
MODUL FISIOTERAPI GERIATRI
BAB VI
KNEE OSTEOARTHRITIS
(LANSIA DENGAN GANGGUAN FLEKSIBILITAS) 6.1 Definisi
Osteoartitis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif, dimana keseluruhan strukturdari sendi mengalami perubahan patologis. Ditandai dengan kerusakan tulang rawan (kartilago) hyalin sendi, meningkatnya ketebalan serta sklerosis dari lempeng tulang, pertumbuhan osteofit pada tepian sendi, meregangnya kapsula sendi, timbulnya peradangan, dan melemahnya otot–otot yang menghubungkan sendi.
6.2 Tanda dan Gejala 1. Nyeri
Menurut The International Association For the Study of Pain ( IASP). Nyeri merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak nyaman, yang berkaitan dengan kerusakan jaringan atau berpotensi merusak jaringan.Definisi tersebut merupakan pengalaman subyektif dan bersifat individual. Dengan dasar ini dapat dipahami bahwa kesamaan penyebab tidak secara otomatis menimbulkan perasaan nyeri yang sama (Meliana, 2004).
2. Kaku sendi.
Gejala yang sering dijumpai pada OA, terjadi kesulitan atau kekakuan pada saat akanmemulai gerakan pada kapsul, ligamentum, otot dan permukaan sendi (Heru, 2005).
MODUL FISIOTERAPI GERIATRI
3. Keterbatasan lingkup gerak sendi.
Biasanya keterbatasan gerak mula - mula terlihat pada gerak fleksi kemudian dalam keadaan lanjut terjadi keterbatasan kearah ekstensi. Keterbatasan ini akibat dari perubahan permukaan sendi, spasme dan kontraktur otot, kontraktur kapsul kapsul sendi, hambatan mekaniik oleh osteofit atau jaringan -jaringan yang terlepas.Keterbatasan gerak ini disebabkan oleh timbulnya osteofit dan penebalan kapsuler, muscle spasme serta nyeri yang membuat pasien tidak mau melakukan gerakan secara maksimal sampai batas normal, sehingga dalam waktu tertentu mengakibatkan keterbatasan lingkup gerak sendi pada lutut. Keterbatasan gerak biasannya bersifat pola kapsuler akibat kontraktur kapsul sendi.Keterbatasan pola kapsuler yang terjadi yaitu gerak fleksi lebih terbatas dari gerak ekstensi (Heru, 2005).
4. Krepitasi.
Hal ini disebabkan oleh permukaan sendi yang kasar karena hilangnya rawan sendi (Heru, 2005).
5. Kelemahan otot dan atropi otot.
Kelemahan otot tidak bagian dari OA, tetapi peranan sebagai salah satu faktor resiko OA perlu dicermati kekuatan isometrik dari otot quadrisep merupakan faktor yang berperan pada OA lutut. Atropi otot dapat ditimbulkan bersama efusi sendi, sedangkan gangguan gait merupakan manifestasi awal dari OA yang menyerang sendi penopang berat badan. Sendi instabil berhubunngan dengan penyakit lanjut (Isbagio, 2003).
MODUL FISIOTERAPI GERIATRI
6. Deformitas
Deformitas yang dapat terjadi pada OA yang paling berat akan menyababkan distruksi kartilago, tulang dan jaringan lunak sekitar sendi. Terjadi deformitas varus bila terjadi kerusakan pada kopartemen medial dan kendornya ligamentum (Slamet, 2000).
7. Gangguan fungsional
Penderita sering mengalami kesulitan dalam melakukan fungsional dasar, seperti :bangkit dari posisi duduk ke berdiri, saat jongkok, berlutut, berjalan, naik turun tangga dan aktifitas yang lain yang sifatnya membebani sendi lutut.Pada foto rontgen tampak adanya penyempitan ruang sendi dan pembentukan osteofit 6.3 Intervensi
➢ IR (Infra Red)
Infra red merupakan pancaran gelombang elektromagnetik. Infra red mempunyai frekuensi 7 x 1014 – 400 x 1014 Hz dan panjang gelombang 700 – 15.000 nm (Wadsworth, 1983). Efek fisiologis yang ditimbulkan dari pemberian infra merah adalah (1) meningkatkan proses metabolisme pada lapisan superficial kulit sehingga pemberian oksigen dan nutrisi kepada jaringan lebih diperbaiki, begitu juga pengeluaran sampah-sampah pembakaran, (2) vasodilatasi pembuluh darah kapiler dan arteriolae akan terjadi segera setelah penyinaran, (3) terhadap saraf sensoris, pemanasan yang ringan mempunyai pengaruh sedatif terhadap ujungujung saraf sensoris, (4) terhadap jaringan otot, kenaikan temperatur disamping membantu terjadinya releksasi juga akan meningkatkan kemampuan otot untuk berkontraksi, (5) kenaikan temperatur tubuh.
➢ Hold Relax
MODUL FISIOTERAPI GERIATRI
Hold Relax adalah teknik yang menggunakan kontraksi optimal secara isometrik (tanpa terjadi gerakan) kelompok otot antagonis yang dilanjutkan dengan rileksasi kelompok otot tersebut (prinsip reciprocal inhibition dengan mengulur dan menambah LGS lutut pada arah berlawanan dengan otot tersebut).
Tujuan dari hold relax adalah (1) memperbaiki rileksasi pola antagonis (2) memperbaiki mobilisasi, (3) menurunkan nyeri, (4) menguatkan pola gerak agonis sehingga dapat menambah LGS (Kisner and Colby, 1996).
➢ Resissted Aktive Movement
Ressisted active movement pada prinsipnya adalah latihan aktif dengan memberikan tahanan (resistance) dari luar terhadap otot-otot yang sedang berkontraksi dalam membentuk suatu gerakan. Bermacam-macam bentuk tahanan dapat diberikan pada otot yang berkontraksi, antara lain : (1) manual, (2) weight (pemberat), (3) spring/per (Priatna, 1985). Dalam hal ini penulis menggunakan tahanan mekanik yaitu quadriceps setting exercise yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan kekuatan otot quadriceps.
MODUL FISIOTERAPI GERIATRI
BAB VII ALZEIMER 7.1 Pendahuluan
Alzheimer adalah penyakit otak degeneratif dan penyebab paling umum gangguan demnesia. Gejala khas demensia adalah kesulitan dengan memori, bahasa, problem solving dan keterampilan kognitif yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas sehari-hari.Gangguan ini terjadi karena sel saraf (neuron) di bagian otak yang terlibat pada fungi kognitif telah rusak atau hancur. Pada penyakit Alzheimer, terjadi kerusakan pada otak termasuk yang memungkinkan seseorang untuk melakukan fungsi tubuh dasar seperti berjalan dan menelan. Orang-orang pada tahap akhir penyakit ini bahkan tidak dapat beranjak dari tempat tidur dan membutuhkan perawatan maksimal. Penyakit Alzheimer pada akhirnya dapat berakibat kematian.
7.2 Diagnosa
Tidak ada tes tunggal yang dapat langsung mendiagnosa Alzheimer. Sebagai gantinya, dokter dengan bantuan spesialis seperti ahli saraf dan ahli gizi, menggunakan berbagai pendekatan dan alat untuk membantu melakukan diagnosis diantaranya :
• Mendapatkan riwayat medis dari keluarga dan individu, termasuk riwayat kejiwaan dan riwayat perubahan kognitif dan perilaku.
• Meminta anggota keluarga untuk memberi masukan tentang perubahan dalam kemampuan berpikir dan perilaku.
• Melakukan tes kognitif, fisik dan pemeriksaan neurologis
MODUL FISIOTERAPI GERIATRI
• Memiliki individu menjalani tes darah dan pencitraan otak untuk menyingkirkanpenyebab potensial lainnya.
Mendiagnosis Alzheimer memerlukan evaluasi medis yang hati-hati dan komprehensif. Meski dokter hampir selalu bisa menentukan apakah seseorang menderita demensia, namun sulit untuk mengidentifikasi penyebab pastinya.
Beberapa hari atau minggu mungkin diperlukan bagi individu untuk menyelesaikan tes dan pemeriksaan yang diperlukan dan agar dokter menafsirkan hasilnya dan dapat membuat diagnosis.
7.3 Peran Fisioterpi
1) Efektifitas Penanganan Alzheimer dalam Berbagai Aspek
Menurut (Arbesman, 2011) Bukti kuat yang telah ditemukan untuk efektivitas intervensi multifaset penanganan Alzhaimer meliuputi meningkatkan kemauan dan kemampuan untuk berolahraga, menurunkan resiko jatuh, dan memodifikasi lingkungan di rumah sakit. Telah ditemukan bukti bahwa pelatihan fisik yang mencakup penguatan, keseimbangan, dan fleksibilitas berjalan mencegah resiko jatuh pada orang dewasa yang lebih tua dengan gangguan kognitif.
Penanganan yang dapat diberikan melalui intervensi caregiver menunjukan bahwa ada bukti kuat untuk efektivitas sesi terapi okupasi yang memberi edukasi terkait, problem solving, penyederhanaan tugas, komunikasi, dan modifikasi lingkungan (Arbesman, 2011). Terdapat bukti yang kuat untuk intervensi pengasuh yang menggabungkan konseling dan kelompok pendukung (support group), serta intervensi yang menggabungkan edukasi, manajemen kasus, keterlibatan pasien, dan manajemen stres.
MODUL FISIOTERAPI GERIATRI
2) Modifikasi Tuntutan Aktifiras
Tuntutan aktivitas (Activity demands) adalah “ciri khas suatu aktivitas yang mempengaruhi tipe dan jumlah usaha yang diperlukan untuk melakukan kegiatan (American Occupational Therapy Association, 2008). Dengan kata lain, karena tuntutan aktivitas dimodifikasi, klien juga memodifikasi pendekatannya terhadap aktivitas untuk menyelesaikannya dengan baik (Bontje, 2004). Tuntutan aktivitas dapat dimodifikasi dengan mengubah konteks di mana aktivitas biasanya berlangsung atau dengan “meningkatkan beberapa fitur untuk memberi beberapa petunjuk dan mengurangi resiko gangguan kerja (Dunn, 1998). Modifikasi mungkin termasuk mengubah bahan yang digunakan, memvariasikan ruang di mana aktivitas dilakukan, dan memberikan interaksi sosial dalam bentuk petunjuk yang memudahkan penyelesaian aktivitas. Modifikasi lainnya dapat mencakup langkah-langkah aktivitas, mengubah posisi orang yang menyelesaikan aktivitas, atau keduanya (American Occupational Therapy Association, 2008).
Modifikasi activity demand telah menjadi intervensi lama dalam terapi okupasi, dan bukti keefektifannya dalam memungkinkan orang-orang AD untuk berpartisipasidalamperawatan mandiri dan leisure. Program okupasi terapi harus didesign secara individual untuk pasien untuk mendapatkan tingkat keterampilan mempertahankan minat pekerjaan yang tertinggi. (Padilla, 2011). Program yang disusun khusus untuk pasien melibatkan aktivitas yang sesuai dengan kemampuan kognitif dan fisik pasien Alzheimer. Aktivitas yang sesuai dengan kemampuan pasien memberikan rangsangan sosial dan pilihan baru yang disukai dan dengan demikian menarik minat orang tersebut untuk melakukan aktivitas.
Mempertahankan keterlibatan orang-orang dengan AD dalam aktivitas bermakna
MODUL FISIOTERAPI GERIATRI
dalam jangka waktu yang lebih lama mengurangi perilaku terkait demensia seperti melamun, menjerit, dan agresi. (Padilla, 2011)
Komunikasi seperti pemberian petunjuk kerja yang digunakan saat membantu orang dengan Alzheimer untuk menyelesaikan tugas harus singkat dengan arahan yang jelas. Petunjuk kerja yang diberikan oleh praktisi dan perawat selama kegiatan adalah salah satu cara yang paling penting untuk memodifikasi tuntutan aktivitas (activity demand). (Padilla, 2011)
Jadi, petunjuk kerja bisa dimulai dari pernyataan netral (misalnya, “Ayo kitamengawalihari ini dengan gembira”) ke pernyataan direktif (misalnya,
“Tolong berpakaian sekarang” atau “Letakkan kaus kaki ini di kaki kiri Anda”) dan, jika diperlukan, mungkin disertai dengan bahasa isyarat (misalnya, menunjuk pada item atau menunjukkan gerakan) atau perintah fisik (misalnya, menyentuh kaki kiri orang tersebut sambil menyatakan, “letakkan kaus kaki ini di kaki kiri Anda”) (Padilla, 2011).
Pelatihan dan keterlibatan pengasuh sangat penting dalam menerapkan program individual untuk mempertahankan keterampilan dalam berkativitas.
Ketika pengasuh dilatih bagaimana caranya utnuk memecah tugas dan memberikan petunjuk kerja yang tepat, akan berdampak pada kualitas hidup dan kepuasan yang lebih baik pada orang dengan gangguan Alzheimer (Padilla, 2011).
3) Peningkatan Kualitas Hidup Gangguan Alzheimer
Orang dengan Alzheimer atau demensia terkait sering mengalami tantangan dalam mempertahankan kemampuan mereka untuk berpartisipasi dalam pekerjaan yang berkontribusi terhadap QOL, kesehatan mereka, dan kepuasan. (Egan, 2006) Praktisi Okupasi Terapis mengatur pemahaman mereka tentang pekerjaan ke
MODUL FISIOTERAPI GERIATRI
delapan bidang utama : ADL, istirahat dan tidur, IADLs, pendidikan, pekerjaan, bermain, rekreasi, dan partisipasi sosial (American Occupational Therapy Association, 2008). Dari jumlah tersebut, lima paling relevan dengan populasi orang dengan Alzheimer atau demensia terkait,yang sebagian besar adalah orang dewasa yang lebih tua, dan pensiunan (Letts, 2011). Aspek yang relevan mencakup ADL, yang terdiri dari merawat diri melalui kegiatan seperti mandi, toilet, makan, dan berpakaian ; Istirahat dan tidur ; IADL, yang mencakup pengelolaan rumah tangga dan kegiatan masyarakat seperti persiapan makanpembersihan, mengemudi, dan perbankan; Rekreasi, yang mencakup kegiatan bebas waktu dimana orang melakukan kesenangan; Dan partisipasi sosial, termasuk melibatkan keluarga, teman, dan orang lain dalam konteks komunitas. Keluarga dan pengasuh lainnya memberikan tingkat dukungan yang tinggi untuk Alzheimer atau kemajuan demensia terkait. (Letts, 2011).
Di bidang ADL, peneliti merasa heran bahwa tidak ada penelitian yang tersedia untuk memandu praktisi terapi okupasi untuk menilai, merencanakan, dan menerapkan intervensi untuk orang-orang dengan AD atau demensia terkait di wilayah fungsi yang secara signifikan dipengaruhi oleh kondisi tersebut. Sebagian besar bukti yang tersedia pada intervensi ADL memiliki fokus pada aspek feeding. (Letts, 2011) Untuk intervensi IADL, bukti yang menjanjikan ada mengenai keefektifan intervensi terapi okupasi berbasis home-based community untuk orang-orang dengan AD atau demensia terkait dan perawat mereka pada tahap awal demensia. Penilaian di rumah diikuti oleh strategi lingkungan dan kompensasi tampaknya memperbaiki kesehatan dan QoL untuk penderita demensia dan caregiver mereka.)
MODUL FISIOTERAPI GERIATRI
contoh intervensi Okupasi Terapi dalam penanganan kasus Alzheimer diantaranya:
• Alat bantu yang bersifat fisik atau kognitif dapat dipertimbangkan untuk mendukung ADL pada orang dengan Alzheimer atau demensia terkait, namunkegunaannya mungkin perlu dipantau.
• Di masyarakat, intervensi terapi okupasi berbasis rumah (home-based programe) yang mencakup penilaian dan rekomendasi IADL untuk meningkatkan kemampuan mungkin bermanfaat dalam meningkatkan QOL dankesehatan klien dengan Alzheimer dan demensia terkait.
• Pemberian intervensi untuk aktivitas leisure dapat disesuaikan pada individudengan gangguan Alzheimer atau dipilih berdasarkan kemampuan yang masihdapat dilakukan. Pemilihan aktivitas leisure yang baik dan efektif dapatmemengaruhi tingkat kepuasan pasien dan caregiver.
MODUL FISIOTERAPI GERIATRI
BAB VII
FISIOTERAPI PADA KYPOSIS LANSIA
8.1 Deskripsi
Kifosis berasal dari bahasa yunani ‘khyfos’ yang berarti lengkungan (punuk). Kifosis pada lansia yaitu terjadinya peningkatan lengkungankedepanpadapunggungbagianatas.Dalambahasaawamdisebut
“bungkuk” atau “punuk”. Normalnya, Kurva thorakal adalah kifosis (melengkung ke depan), dengan nilai lengkungan20-50derajat.Bila peningkatan lengkungan pada thorakal terjadi secara berlebihanyaitu lebih dari 500maka lansia dikatakan menderita gangguan postur yang disebut
“kifosis”. Pada lansia kifosis bisa menjadi penanda adanya osteoporosis.Kifosis pada tingkat yang ringan mungkin tidak menyebabkan masalah pada lansia, namun pada tingkat yang parah (derajat lengkungannya sangat besar) dapat berpengaruh pada paru-paru, saraf dan jaringan organ lainnya.
8.2 Intervensi Fisioterapi
1. Pre eleminary exercise denganSWD
2. Koreksi postur dengan cara pasien tengkurap, kedua tangan disilangkan didepan dagu. Pasien diminta memfleksikan punggungnya. Tujuannya adalah untuk mengembalikan otot yang ter- strech ke posisinya. Secara bertahap berikan tahanan ringan, untuk menguatkan otot-otot backekstensor.
3. Bugnet excercise yang disesuaikan dengan kebiasaan pasien. Posisi duduk, badan tegak, kaki 900. Tangan pasien memegang pada bed.
MODUL FISIOTERAPI GERIATRI
Tangan fisioterapis pada back head dan middle back. Minta pasien mendorong kepala dan punggung ke belakang, semetara fisioterapis
memeberikan tahanan. Lakukan 5 kali
denganhitungan8detikdanrileks2-3detik.
MODUL FISIOTERAPI GERIATRI
DAFTAR PUSTAKA
Andayani, R. 2011. Buku Ajar Geriatri, Balai Penerbit FKUI: Jakarta, hal140-150 Anton C. Widjaja. (2001). Dasar-dasar Terapi dan Rehabilitasi Fisik. Jakarta:
Hipokrates. Eri D. Nasution. (2003). Lebih Lengkap Tentang Osteoporosis. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Dick, F.D. et al. 2007. Environmental Risk Factors for Parkinson’s Disease and Parkinsonism: the Geoparkinson Study on Behalf of the Geoparkinson Study Group. Occup Environ Med. 64:666–672.
Frenkel’s Exercise. Available at :http://ipuy-
fullmoon.blogspot.com/2009/07/frenkels-exercise.html.
http://perpustakaan.poltekkesmalang.ac.id/assets/file/kti/1401100066/7_BAB_II.p df
Irfan M. Fisioterapi pada Parkinson’s Disease. Graha Ilmu. Yogyakarta. 2010 Lee JM. Prosedur-prosedur Termal, Listrik dan Manipulatif. Dalam: Segi Praktis
Fisioterapi. Edisi kedua. Jakarta: Binarupa Aksara. 1990.
Lewis P. Rowland, 2000. Merritt’s Neurology 10th Edition. Parkinsonism:
Stanley Fahn and Serge Przedborski
Physical Therapy in Parkinson’s Disease. Available at:
http://www.emedicine.com
Rully, Afida. 2012. AskepEnsefalitis Pada Anak.
[http://keperawatananakafidaruly.blogspot.com/2012/10/askep-ensefalitis- pada-anak.html]
Ropper AH, Samuels MA. Adams and Victors’s Principles of Neurology Nine Edition. Mc Graw Hill Inc. New York. ISBN :978-0-07-149992-7.
Samuels MA, Ropper AH. Samules ‘s Manual of Neurologic Therapeutics Nine Edition. Lippincot Williams & Wilkins. ISBN : 978-1- 60547-575-2.
Teixeira LJ. Soares BGDO, Vieira VP. Physical therapy for Parkinson’s Disease.
The Cochrane Collaboration. 2007. 2: 1-5.
Terapi deep brain stimulation bantu kendalikan Parkinson’s Disease.
2007.http://www.medicastore.com/med/index.php?id=&iddtl=&idktg=&id obat=&UID=20080527174540125.163.140.209
MODUL FISIOTERAPI GERIATRI
FORM PENILAIAN PRESENTASI JURNAL
NAMAMAHASISWA :
NIM :
STASE :
TEMPAT :
HARI/TANGGAL :
No Materi Nilai Maksimal Nilai
1 Format presentasi (power point) 10
2 Penguasaan konsep dan sistematika berfikir penalaran
10
3 Penguasaan metodelogi penelitian 10
4 Review jurnal
- Materijurnal 20
INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM PROGRAM SARJANA FISIOTERAPI DAN
PROFESI FISIOTERAPI
MODUL FISIOTERAPI GERIATRI
- Diskusi dan kemampuanargumentasi 20
- Kelayakan(feasibility) 20
5 Performance presentator
- Bahasa dan sopansantun 10
Jumlah 100
Penilai,
( )
MODUL FISIOTERAPI GERIATRI
FORM PENILAIAN REVIEW JURNAL
NAMAMAHASISWA :
NIM :
STASE :
TEMPAT :
HARI/TANGGAL :
No Materi Nilai Maksimal Nilai
1 Penguasaan konsep dan sistematika berfikir penalaran
20
2 Penguasaan metodelogi penelitian 10
3 Review jurnal
- Materijurnal 30
- Kelayakan(feasibility) 30
INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM FAKULTAS KEPERAWATAN DAN FISIOTERAPI
PROGRAM SARJANA FISIOTERAPI DAN
PROFESI FISIOTERAPI
MODUL FISIOTERAPI GERIATRI
- Formatpenulisan 10
Jumlah 100
Penilai,
( )
MODUL FISIOTERAPI GERIATRI
FORM PENILAIAN PRESENTASI KASUS
NAMAMAHASISWA :
NIM :
STASE :
TEMPAT :
HARI/TANGGAL :
No Aspek Penilaian Nilai Maksimal Nilai
Penilaian Status Klinis
1 Pemeriksaan Subjektif 4
2 Pemeriksaan Objektif
- VitalSign 2
- PemeriksaanPer-Kompetensi 4
3 Diagnosis
- Impairment 2
- ActivityLimitation 2
- ParticipationRestriction 2
- ContextualFactor 2
4 Prognosis 2
5 Planning
INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM FAKULTAS KEPERAWATAN DAN FISIOTERAPI
PROGRAM SARJANA FISIOTERAPI DAN PROFESI FISIOTERAPI
MODUL FISIOTERAPI GERIATRI
- Jangka Panjang &Pendek 2
- ClinicalReasoning 3
6 Prosedur Intervensi
- Metode Pelaksanaan &Dosis 4
- ClinicalReasoning 6
7 Edukasi & Home Program 2
8 Evaluasi 3
Format Penilaian Presentasi 1 Penguasaan konsep dan penalaran klinis 25
2 Diskusi dan kemampuan argumentasi 25
3 Format presentasi dan bahasa 10
TOTAL 100
Penilai,
( )
MODUL FISIOTERAPI GERIATRI
FORM PENILAIAN TUGAS LAPANGAN
NAMA MAHASISWA :
NIM :
STASE :
TEMPAT :
HARI/TANGGAL :
Aspek yang nilai Rentan Nilai Bobot Nilai
Assessment 0-100 25%
Diagnosis Fisioterapi (ICF) 0-100 25%
Planning 0-100 25%
Intervensi 0-100 25%
Total Nilai
INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM FAKULTAS KEPERAWATAN DAN FISIOTERAPI
PROGRAM SARJANA FISIOTERAPI DAN PROFESI FISIOTERAPI
MODUL FISIOTERAPI GERIATRI
Penilai,
( )
MODUL FISIOTERAPI GERIATRI
FORM PENILAIAN UJIAN BAGIAN / OSCESTASE PILIHAN
NAMAPESERTA :
NIM :
TEMPAT :
TANGGAL :
PRAKTIK PROFESIONAL (PROFESSIONAL PRACTICE)
No Komponen Penilaian Kinerja Subjektif Jumla
h Poin 0 1 2 3 4
1 Keamanan (Safety)
2 Perilaku Profesional (Professional Behaviour) 3 Akuntabilitas (Accountability)
4 Komunikasi (Communication)
5 Kompetensi Budaya (Cultural Competence) 6 Pengembangan Profesional
(Professional Development)
TOTAL POIN
MANAJEMEN PASIEN (PATIENT MANAGEMENT) N
o
Komponen Penilaian Kinerja Objektif Subjektif Jumla h Poin 0 1 0 1 2 3 4
ASSESMENT
Anamnesis Umum 1 Peserta memperkenalkan diri
2 Peserta menanyakan identitas pasien
Anamnesis Khusus 1 Peserta menanyakan keluhan utama
pasien
2 Menanyakan Riwayat Penyakit Sekarang(RPS)/S7
3 Menanyakan Riwayat Penyakit Dahulu
(RPD)
INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM FAKULTAS KEPERAWATAN DAN FISIOTERAPI PROGRAM SARJANA FISIOTERAPI DAN PROFESI
FISIOTERAPI
MODUL FISIOTERAPI GERIATRI
4 Menanyakan Riwayat Penyakit Keluarga (RPK)
5 Menanyakan Riwayat Penyakit Penyerta (RPP)
6 Menanyakan Riwayat Sosial
Pemeriksaan Umum 1 Pemeriksaan Vital Sign
2 Pemeriksaan Kondisi Umum Pasien 3 Pemeriksaan Fisik
Inspeksi Statis Inspeksi Dinamis Palpasi
Auskultasi
Pemeriksaan Khusus 1 Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar
Aktif Pasif
Isometrik Resisted
2 Pengukuran Kekuatan Otot 3 Pengukuran ROM
4 Pengukuran Antropometri 5 Pengukuran Nyeri
6 Pemeriksaan Spesifik Untuk mendukung
penegakan diagnosis
Untuk menentukan diagnosis banding
7 Melakukan Pengukuran terkait Diagnosis
DIAGNOSIS
1 Diagnosis Medis (penjelasan) 2 Diagnosis Fisioterapi
Impairment
Functional Limitation
Disability/Participant Restriction PLANNING
1 Rencana Jangka Pendek 2 Rencana Jangka Panjang INTERVENSI
1 Penerapan Intervensi Modalitas
MODUL FISIOTERAPI GERIATRI
3 Penerapan Intervensi Terapi Latihan EDUKASI & HOME PROGRAM
1 Modifikasi faktor internal 2 Modifikasi faktor eksternal 3 Home Program
EVALUASI
1 Evaluasi sesuai dengan pemeriksaan Awal
Total Poin
PERHITUNGAN NILAI AKHIR N
o
Penilaian Perhitungan Bobot (%) Nilai 1 Praktik Profesional (Professional
Practice)
(Jumlah Poin : 24) x 100
30%
2 Manajemen Pasien (Patient Management)
(Jumlah Poin : 157) x 100
70%
Total Nilai Akhir Interpretasi :
…...………….,
………
Objektif
0 Tidak Dilakukan
1 Dilakukan Mengetahui,
Subjektif Penguji Bagian
0 Tidak Dilakukan 1 Kurang Baik 2 Cukup Baik
3 Baik ( )
4 Sangat Baik
27 MODUL FISIOTERAPI GERIATRI
FORM PENILAIAN MORNING REPORT
HARI/TANGGAL : _STASE : _TEMPAT: _
No NIM Nama Mahasiswa Kehadiran Partisip asi Aktif
Berpikir Kritis
Kemampuan Komunikasi
Time Manaje men
Tat a Kra ma
Nilai Total
1 2 3 4 5
INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM FAKULTAS KEPERAWATAN DAN FISIOTERAPI
PROGRAM SARJANA FISIOTERAPI DAN PROFESI FISIOTERAPI
27 MODUL FISIOTERAPI GERIATRI
Keterangan Penilaian
Tidak dapat menyampaikan komentar dengan jelas 1 5 Manajemen Waktu
Aktif berdiskusi dan menyampaikan materi secara efektif 4
Aktif berdiskusi, cenderung monopoli 3
Kurang aktif dan sering bicara ngelantur 2
Bicara dan ngobrol di luar materi diskusi 1 6 Tata krama
Tegar sapa dengan sopan kepada fasilitator dan teman saat berdiskusi
4 Jarang melakukan tegur sapa kepada teman tapi masih
bersikap sopan
3
Sering memotong pembicaraan teman tanpa sopan santun 2
Bertindak dan bicara seenaknya 1
No Keterangan Nilai
1 Kehadiran
Hadir tepat waktu 4
Terlambat <15 menit 3
Terlambat <30 menit 2
Tidak hadir 0
2 Partisipasi
Memberikan komentar dan jawaban secara aktif 4
Kadang - kadang memberikan komentar dan jawaban 3
Hanya menjawab kalau ditanya 2
Diam saja 1
3 Berpikir kritis
Mempunyai materi dengan jelas 4
Ragu - ragu menyampaikan materi tapi benar 3
Materi yang disampaikan tidak jelas 2
Salah menyampaikan materi 1
4 Kemampuan komunikasi
Bahas jelas, mau menerima dan memberikan saran/kritik 4 Bahasa jelas, kurang bisa menerima kritik teman 3 Bahasa kurang jelas, tidak bisa menyampaikan kritik/saran 2
27 MODUL FISIOTERAPI GERIATRI
34 MODUL FISIOTERAPI GERIATRI