• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODUL FISIOTERAPI KESEHATAN WANITA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI FISIOTERAPIS PROGRAM PROFESI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "MODUL FISIOTERAPI KESEHATAN WANITA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI FISIOTERAPIS PROGRAM PROFESI"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

MODUL FISIOTERAPI KESEHATAN WANITA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

PROFESI FISIOTERAPIS PROGRAM PROFESI

(2)

VISI DAN MISI FAKULTAS KEPERAWATAN DAN FISIOTERAPI

Visi Fakultas Keperawatan

Menjadi program studi yang unggul dan excellent service dalam bidang fisioterapi khususnya manual terapi di tingkat nasional dan regional Asia pada tahun 2022.

Misi Fakultas Keperawatan

1. Menyelenggarakan proses belajar mengajar yang kondusif dengan berbagai fasilitas belajar, metode, dan sistem pembelajaran kelas dan praktik (laboratorium, RS, dan pelayanan kesehatan lainnya) sehingga menghasilkan karakter yang unggul, kompeten dan excellent service.

2. Mengoptimalkan dan mengimplementasikan program riset keperawatan dan fisioterapi di tingkat lokal maupun nasional dengan menggunakan pendekatan riset kolaboratif dalam bidang ilmu keperawatan dan fisioterapi.

3. Mengimplementasikan program pengabdian kepada masyarakat berbasis riset untuk menyelesaikan berbagai permasalahan kesehatan di tingkat nasional bahkan kawasan regional Asia dengan menekankan upaya pendekatan preventive health science.

4. Menjalin kerjasama yang baik dengan stakeholder mulai dari pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat sebagai pengguna lulusan.

(3)

VISI DAN MISI PROGRAM STUDI FISIOTERAPI PROGRAM PROFESI

Visi Program Profesi Fisioterapi

Menjadi program studi yang unggul dan excellent service dalam bidang fisioterapi khususnya manual terapi di tingkat nasional dan regional Asia pada tahun 2022.

Misi Program Profesi Fisioterapi

1. Menyelenggarakan proses belajar mengajar yang kondusif dengan berbagai fasilitas belajar, tools, metode, dan sistem pembelajaran kelas dan praktik di laboratorium dan lapangan

2. Mengoptimalkan dan mengimplementasikan program riset dibidang fisioterapi yang difokuskan pada masalah manual terapi dengan menggunakan pendekatan riset dalam bidang fisioterapi.

3. Mengimplementasikan program pengabdian kepada masyarakat berbasis riset untuk menyelesaikan berbagai permasalahan fisioterapi.

4. Mengembangkan kerjasama dengan institusi pendidikan, pelayanan, organisasi, dan stakeholder baik dalam maupun luar negeri.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Modul praktik bagi mahasiswa Pendidikan Profesi FisioterapiFakultas Keperawatan dan Fisioterapi Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam.

Dalam rangka proses pembelajaran praktik dan untuk mencapai kompetensi sebagai seorang bidan, maka di setiap semester mengharuskan mahasiwa profesi fisioterapi untuk mengikuti praktik yang dilaksanakan di lahan praktik sesuai dengan ketentuan kurikulum di Program studi Pendidikan Profesi Fisioterapi Fakultas Keperawatan dan Fisioterapi Institut Kesehatan Medistra Lubuk pakam.

Buku panduan praktik ini dibuat sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan praktik sehingga dapat membantu mahasiswa profesi bidan dalam mempersiapkan dan melaksanakan praktik serta pembuatan laporan praktik yang lebih baik, terarah, dan terencana. Dalam buku panduan ini masih terdapat banyak kekurangan, namun harapan kami buku ini dapat dipakai sebagai acuan bagi pembimbing dan mahasiswa dalam mencapai tujuan sesuai dengan kompetensi dan kami juga terus berbenah diri untuk mencapai yang lebih baik.

Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan dan penerbitan buku pedoman ini, kami ucapkan terima kasih.

Ditetapkan : Lubuk Pakam Pada Tanggal : Maret 2020 Dekan Fkep dan Fisioterapi INKES MEDISTRA Lubuk Pakam

Kuat Sitepu, S.Kep.Ns, M.Kes NIK : 02.01.01.12.1975

(5)

DAFTAR ISI

HALAMAN

HALAMAN JUDUL DAN DALAM ... i

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

BAB I FISIOTERAPI KESEHATAN WANITA ... 1

A. Definisi ... 1

B. Tujuan ... 3

C. Sasaran ... 1

D. Ruang Lingkup ... 1

BAB IIPELAKSANAAN FISIOTERAPI KESEHATAN WANITA ... 4

A. Dasar Keilmuan Disminorhea Primer... 4

B. Diagnosis Fisioterapi: ... 4

C. Pemeriksaan dan pengukuran fisioterapi ... 4

D. Perencanaan intervensi Fisioterapi Wanita... 4

E. Manajemen issue profesi etika biomedik, promosi kesehatan ... 5

BAB III SENAM HAMIL ... 6

A. Dasar Keilmuan ... 6

B. Pemeriksaan dan Diagnosis ... 6

C. Perencanaan ... 6

D. Prosedur intervensi ... 7

BAB IV LOW BACK PAIN (LBP) PADA KEHAMILAN ... 11

A. Dasar Keilmuan ... 11

B. Tanda dan gejala ... 12

(6)

C. Kerangka Fikir Fisioterapi pada LBP Kehamilan berbasis

intenational classification function/ICF ... 13

D. Pengukuran ... 14

E. Perencanaan Intervensi... 14

BAB V PELVIC INFLAMATORY DISEASE (PID) ... 20

A. Dasar Keilmuan ... 20

B. Diagnosis ... 20

C. Intervensi ... 20

BAB VI INKONTINENSIA URIN ... 23

A. Dasar Keilmuan ... 23

B. Kerangka Pikir berdasarkan pedoman dalam melakukan proses asuhan fisioterapi ... ....23

BAB VI LYMPEDEMA ... 30

A. Dasar Keilmuan ... 30

B. Diagnosis Lymphedema ... 30

C. Perencanaan Lymphedema... 30

BAB VII DISFUNGSI OTOT DASAR PANGGUL32 A. Dasar Keilmuan ... 32

B. Diagnosis dan Pemeriksaan Disfungsi Otot Dasar Pangul ... 32

C. Pelaksanaan Asuhan Fisioterapi ... 35

BAB VII OSTEOPOROSIS EC MENOPAUSE ... 38

A. Dasar Keilmuan ... 38

B. Kerangka pikir dalam melakukan asuhan fisioterapi ... 38

FORM PENILAIAN ... 44

(7)

BAB I

FISIOTERAPI KESEHATAN WANITA

A. Definisi

Fisioterapi kesehatan wanita merupakan rangkaian pembelajaran proses asuhan fisioterapi berupa: assessment, diagnosa, planning, intervensi, serta evaluasi pada kondisi kasus fisioterapi kesehatan wanita yang bertujuan untuk memberikan gambaran penatalaksanaan kasus-kasus fisioterapi di bidang kesehatan wanita.

B. Tujuan

Tujuan instruksional umum

1. Memahami kasus-kasus fisioterapi kesehatanwanita

2. Memahami dan mampu menganalisa kasus-kasus fisioterapi kesehatanwanita 3. Memahami dan mampu melakukan penatalaksanaan fisioterapi pada kasus

kesehatanwanita

C. Tujuan intruksional khusus

Mahasiswa memahami dan mampu melakukan proses-proses fisioterapi spesifik seperti:

1. Pemeriksaan dengan cermat pada bidang kesehatan wanita dalam kasus wanita pada masa pubertas, kehamilan, fase nifas danmenopause.

2. Melakukan assessment menegakkan diagnosa fisioterapi secara ICF, menetapkan planning, melakukan intervensi, melakukan evaluasi terkait patologi kasus fisioterapi kesehatan wanita, serta melakukan rujukan ke profesi lainnya apabila dibutuhkan terapi/pemeriksaan diagnosa penunjang terkait patologi kesehatan wanita

D. Sasaran

Sasaran pembelajaran praktikum manajemen fisioterapi kesehatan wanita adalah mahasiswa Profesi Fisioterapi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

(8)

yang telah lulus pada mata kuliah anatomi, fisiologi, biomekanik, elektrofisika dan sumberfisis, patologi, manual therapy, terapi latihan, dan psikologi pada semester sebelumnya atau pada jenjang pembelajaran sebelumnya.

Sumber Pembelajaran

Sumber Pembelajaran yang digunakan sebagai rujukan adalah : A. Buku Text dan ebook:

1. KANIS, John A., et al. Guidelines for diagnosis and management ofosteoporosis.Osteoporosis International, 1997, 7.4: 390-406.

2. Depkes.2010. Panduan Teknik Latihan Fisik Selama Kehamilan dan NifasMosby’s Guide to Women’s Health: A Handbook for HealthProfessionals.2007

3. B.K and Sherburn.M. 2005. Evaluation of Female Pelvic-Floor Muscle Function and Strength. Physical Therapy . Volume 85 . Number3

B. Narasumber:

1. DosenMatakuliah

Sumber daya

A. Sumber dayamanusia:

1. Dosen pemberi mata kuliah : 1orang B. Sarana danPrasarana:

1. Komunitas Physio Femme Bali

Ruang Lingkup

Ruang lingkup praktikum manajemen fisioterapi kesehatan wanita adalah melakukan penatalaksanaan fisioterapi pada kasus kesehatan wanita mulai dari pemeriksaan hingga intervesi pemberian pelatihan untuk meningkatkan aktivitas fungsional wanita.

(9)

Alat dan kelengkapan : 1. WhiteBoard

2. BoardMarker 3. Laptop

4. Multi MediaProjector/LCD

Pengendalian dan Pemantauan

1. Absensi mahasiswa dan dosen yang telahditandatangani

2. Format penilaian responsi yang telah ditandatangani dan diberi nama jelas instruktur yang menilai dan peserta didik yangbersangkutan

3. Pedoman penilaian pencapaiankompetensi.

(10)

BAB II

Pelaksanaan Fisioterapi Kesehatan Wanita

A. Dasar Keilmuan Disminorhea Primer

Dismenorea primer yaitu nyeri yang timbul sejak haid pertama dan akan pulih sendiri dengan berjalannya waktu, tepatnya setelah stabilnya hormon tubuh atau perubahan posisi rahim setelah menikah dan melahirkan. Nyeri haid itu normal, namun dapat berlebihan jika dipengaruhi oleh faktor psikis dan fisik, dan seperti stres, shock, penyempitan pembuluh darah, penyakit yang menahun, kurang darah, dan kondisi tubuh yang menurun.

B. Diagnosis Fisioterapi:

Dismenore menyebabkan nyeri pada perut bagian bawah, yang bisa menjalar ke punggung bagian bawah dan tungkai. Nyeri dirasakan sebagai kram yang hilang-timbul atau sebagai nyeri tumpul yang terus menerus ada. Biasanya nyeri mulai timbul sesaatsebelum atau selama menstruasi, mencapai puncaknya dalam waktu 24 jam dan setelah 2 hari akan menghilang. Dismenore juga sering disertai oleh sakit kepala, mual, sembelit atau diare dan sering berkemih. kadang sampai terjadi muntah.

C. Pemeriksaan dan pengukuran fisioterapi

• Nyeri➔ Numeric Rating Scale(NRS)

D. Perencanaan intervensi Fisioterapi Wanita:

1. Terapi es danpanas

Terapi es dapat menurunkan prostsglandin yang memperkuat sensitifitas reseptor nyeri dan subkutan lain pada tempat cedera dengan menghambat proses inflamasi. Terapi panas mempunyai keuntungan meningkatkan aliran darah ke suatu area dan kemungkinan dapat turut menurungkan nyeri dengan memprcepat penyembuhan.

2. Transecutaneus Elektrikal Nerve Stimulaton (TENS)

(11)

3. Relaksasi

Relaksasi merupakan teknik pengendoran atau pelepasan ketegangan.

Teknik relaksasi yang sederhana terdiri atas nafas abdomen dengan frekuensi lambat, berirama (teknik relaksasi nafas dalam). Contoh:

bernafas dalam-dalam dan pelan.

E. Manajemen issue profesi etika biomedik, promosi kesehatan

Berbuat baik dalam etika biomedis, berbuat baik dalah hal ini merupakan kewajiban yang meski dipenuhi. Prinsip ini berlaku khusus dalam hubungan dokter dengan pasien. Bila dokter menerima seorang sakit sebagai pasiennya, ia wajib berbuat baik terhadapnya dan segala tindakan dokter harus terarah pada tujuan memulihkan kesehatan pasien. Beberapa hal kewajiban dalam prinsip berbuat baik, melindungi dan membela hak orang lain, mencegah terjadinya kerugian bagi orang lain, meniadakan kondisi yang akan menyebabkan kerugian bagi orang lain, membantu orang yang cacat, serta menyelamatkan orang lain dari bahaya (Bartens, 2011: 67-69).

(12)

BAB III SENAM HAMIL

A. Dasar Keilmuan

Senam hamil adalah rangkaian gerakan senam yang diperuntukkan bagi ibu hamil. Gerakan senam hamil umumnya aman dan ringan, sehingga dapat dilakukan di berbagai usia kehamilan, tujuan utama senam hamil adalah membantu ibu hami dalam mempersiapkan diri menghadapi proses persalinan.

B. Pemeriksaan dan Diagnosis

Asesment : Pastikan pasien sesuai indikasi untuk diberikan senam hamil dengan surat keterangandokter.

C. Perencanaan

1. Boleh melanjutkan semua bentuk senam dalam kehamilan yang sudah terbiasa di lakukan oleh seorang wanita.

2. Minum yang cukup sebelum, selama dan setelah melakukan adalah sangat penting dimana wanita/ibu hamil hendaknya mengkonsumsi satu sampai dua liter air dalam sehari.

3. Senam aerobik pada bagian kaki terbatas 20-30 menit bagi wanita/ibu yang merasa kurang fit dan 30-45 menit bagi wanita/ ibu yang merasa lebih fit.

4. Hindari senam jika sudah terjadi pendarahan, ancaman persalinan kurang bulan, serviks yang tidak kuat (kompeten), pertumbuhan janin intrauterine lambat/terhambat dan demam.

5. Senam ringan hingga sedang dan teratur (3 kali seminggu), lebih di sukai kegiatan senam secara aktif sesekali.

6. Hindari senam terlentang dengan kaki lurus, melompat atau menyentak, pengangkatan kaki secara lurus dan sit-up(duduk) penuh.

7. Jangan meregangkan otot hingga melampaui retensi maksimum oleh karena efek hormonal dari kehamilan atas relaksasi ligamen.

8. Warming-up(pemanasan) dan cooling down harus secara berangsur- angsur, dimana sebelum memulai senam hamil, lakukan dulu gerakan

(13)

pemanasansehingga peredaran darah dalam tubuh akan meningkat dan oksigen yang di angkut ke otot-otot dan jaringan tubuh bertambah banyak.

Dapat juga mengurangikemungkinan terjadinya kejang/luka karna telah di siapkan sebelumnya untuk melakukan gerakan yang lebih aktif. Begitu juga setelah senam, lakukan gerakan pendinginan

9. Bangkit dari lantai hendaknya di lakukan secara perlahan untuk menghindari hipotensi orthostatik.

D. Prosedur intervensi 1. Persiapkan matras danbantal

2. Posisi duduk santai dengan tangan kebelakang menopangtubuh 3. Latihan1

• Kaki diluruskan dengan sedikitterbuka.

• Gerakan latihan: a) Gerakan kaki kanan dan kiri ke depan dan ke belakang; b) Putar persendian kaki melingkar ke dalam dan keluar;

c) Bila mungkin angkat pantat dengan kedua tangan dan ujung telapak kaki; d) Kembangkan dan kempiskan otot dinding perut; e) Kerutkan dan kendurkan ototanus.

• Lakukan gerakan ini sedikitnya 8-10gerakan 4. LatihanII

• Posisi duduk tegak dengan tangan dibelakang menopang badanibu.

• Kedua tungkai dirapatkan dalam posisilurus.

Bentuk latihan: a) Tempatkan tungkai kanan di atas tungkai bawah kiri, silih berganti; b) Kembangkan dan kempiskan otot dinding perut bagian bawah; c) Kerutkan dan kembangkan otot liang anus;

d) Lakukangerakan ini sekitnya 8-10 kali.

5. LatihanIII

a. Sikap duduk dengan badan disangga kedua tangan dibelakang, tungkai dirapatkan.

b. Tidur terlentang dengan kedua kakidirapatkan.

c. Bentuk latihan: a) Pada sikap duduk, angkat tungkai bawah silih

(14)

berganti ke atas dengan tinggi semaksimal mungkin; b) Sikap tidur dengan kedua tangan dapat disamping tetapi lebih baik dibawah kepala; c) Angkat tungkai bawah silih berganti kanan dan kiri dengan tinggi semaksimal mungkin; d) Lakukan latihan ini sedikitnya 8-10kali.

6. LatihanIV

a. Posisidudukbersiladantegak.Letakkantangandiatasbahusedangkansi ku disampingbadan

b. Bentuk latihan: a) Lengan diletakkan didepan dada; b) Putar lengan keatas dan kesamping kebelakang dan selanjutnya kembali kedepan tubuh (dada); c) Lakukan latihan ini sedikitnya 8-10kali.

7. LatihanV

a. Sikap duduk bersila dengan tumit berdekatan satu samalain.

b. Badan agak santai dan pahalemas.

c. Kedua tangan dipersendianlutut.

d. Bentuklatihan:a)Tekanpersendianlututdenganberatbadansebanyak20 kali; b)Badan diturunkan kedepan semaksimalmungkin.

8. LatihanVI

a. Posisi latihan dengan tidur diatas tempat tidurdatar.

b. Tangan diletakan disampingbadan.

c. Tungkai bawah ditekuk pada persendian lutut dengan sudut tungkai bawah bagian bawah sekitar 80-90derajat.

d. Bentuk latihan: a) Angkat badan dengan topangan pada ujung telapak kedua kaki dan bahu; b) Pertahankan selama mungkin diatas dan selanjutnya turunkanperlahan-lahan.

9. LatihanVII

• Sikaptidurterlentangditempattidurmendatardanbadankondisisantai.

• Tangan dan tungkai bawah lurus danrelaks.

• Bentuk latihan: a) Badan dilemaskan pada tempat tidur; b) Tangan dan tungkai bawah membujur lurus; c) Pinggul diangkat kekanan dan kekiri sambil melatih otot liang anus; d) Kembang kempiskan

(15)

otot bagian bawah; e) Lakukan latihan ini sedikitnya 10-15kali.

10. Latihanpernapasan

• Posisi tubuh terlentang pada tempat tidur yang datar dengan kedua tangan disamping badan dan tungkai bawah ditekuk pada lutut dansantai.

• Letakan satu tangan (melekat) diatasperut.

• Bentuk latihan: a) Tarik napas perlahan dari hidung serta pertahankan dalam perut untuk beberapa saat; b) Bersama tarikan napas tersebut tangan berada diatas perut perlahan diangkat hingga kekepala; c) Keluarkan napas dari mulut secara perlahan; d) Tangan yang diangkat ikut serta diturunkan; e) Lakukan gerakan ini hingga 8-10 kali dengan tangan silih berganti.

• Bentuk gerakan lainnya: a) Tangan yang ada diatas perut dibiarkan mengikuti gerakan saat dilakukan tarikan napas dan saat mengeluarkannya; b) Tangan tersebut seolah-olah memberikan pembarat pada perut untuk memperkuatdiafragma.

11. LatihanRelaksasi

• Latihan relaksasi dapat dilakukan bersamaan dengan latihan otot tulang belakang, otot dinding perut dan otot liang dubur atau sama sekali relaksasitotal.

• Sikap tubuh sepertimerangkak.

• Bersikap tenang danrelaks

• Badan disangga pada persendian tulang bahu danpaha.

• Bentuk latihan: a) Tubuh disangga persendian tulang bahu dan paha; b) Lengkungkan dan kendurkan tulang belakang; c) Kembangkan dan kempiskan otot dinding perut; d) Kerutkan dan kendurkan otot liang dubur; e) Lakukan latihan ini 8-10kali.

• Bentuk latihan lainnya: a) tidur miring dengan kaki membujur; b) terlentang dengan disangga bantal ada bagian bawah; c) Tidur terlentang dengan kaki ditekuk; d) Tidur miring dengan kakiditekuk.

(16)

• Bentuk latihan: a) Tarik napas perlahan dari hidung serta pertahankan dalam perut untuk beberapa saat; b) Bersama tarikan napas tersebut tangan berada diatas perut perlahan diangkat hingga kekepala; c) Keluarkan napas dari mulut secara perlahan;

d) Tangan yang diangkat ikut serta diturunkan; e) Lakukan gerakan ini hingga 8-10 kali dengan tangan silih berganti.

• Bentuk gerakan lainnya: a) Tangan yang ada diatas perut dibiarkan mengikuti gerakan saat dilakukan tarikan napas dan saat mengeluarkannya; b) Tangan tersebut seolah-olah memberikan pembarat pada perut untuk memperkuatdiafragma.

12. LatihanRelaksasi

• Latihan relaksasi dapat dilakukan bersamaan dengan latihan otot tulang belakang, otot dinding perut dan otot liang dubur atau sama sekali relaksasitotal.

• Sikap tubuh sepertimerangkak.

• Bersikap tenang danrelaks

• Badan disangga pada persendian tulang bahu danpaha.

• Bentuk latihan: a) Tubuh disangga persendian tulang bahu dan paha; b) Lengkungkan dan kendurkan tulang belakang; c) Kembangkan dan kempiskan otot dinding perut; d) Kerutkan dan kendurkan otot liang dubur; e) Lakukan latihan ini 8-10kali.

• Bentuk latihan lainnya: a) tidur miring dengan kaki membujur; b) terlentang dengan disangga bantal ada bagian bawah; c) Tidur terlentang dengan kaki ditekuk; d) Tidur miring dengan kakiditekuk.

BAB IV

LOW BACK PAIN (LBP) PADA KEHAMILAN

(17)

A. Dasar Keilmuan

LBP pada kehamilan adalah suatu sindroma klinis yang ditandai dengan gejala utama rasa nyeri atau perasaan lain yang tidak enak di daerah tulang belakang dari rusuk terakhir atau V Th 12 sampai bagian pantat atau anus karena pengaruh hormon yang menimbulkan gangguan pada substansi dasar bagian penyangga dan jaringan penghubung sehingga mengakibatkan menurunnya elastisitas dan fleksibilitas otot, dan juga bisa disebabkan faktor mekanika tubuh yang mempengaruhi kelengkungan tulang belakang dikarenakan perubahan sikap dan penambahan beban pada saat hamil.

Setiap struktur yang dipersarafi di tulang belakang lumbal dapat menyebabkan gejala punggung bawah dan nyeri yang dirujuk ke ekstremitas atau ekstremitas. Daftar panjang struktur potensial ini termasuk otot, ligamen, dura mater dan akar saraf, sendi zygapophyseal, annulus fibrosis, fasia torakolumbal, dan vertebra. Orang mungkin berharap bahwa perbaikan dalam resolusi teknologi pencitraan telah meningkatkan kemungkinan mendeteksi hubungan antara patologi dan nyeri di tulang belakang lumbar. Namun, penentuan asal patogenesis nyeri punggung bawah sulit oleh tingkat temuan positif palsu pada studi pencitraan, yaitu, individu tanpa nyeri punggung bawah menunjukkan temuan abnormal. Sebagai contoh, hasil foto pasien hernia yang ditunjukkan pada scan tomografi komputer (CT), MRI, dan myelografi pada 20% sampai 76% orang tanpa linu panggul. Lebih lanjut, Savage et al melaporkan bahwa 32% subjek asimtomatik mereka memiliki duri lumbal "abnormal" (bukti degenerasi diskus, tonjolan atau tonjolan diskus, hipertrofi facet, atau kompresi akar saraf) dan hanya 47% subjek mereka yang mengalami nyeri punggung bawah memiliki kelainan yang diidentifikasi.

Dalam studi longitudinal, nyeri punggung bawah dapat berkembang dengan tidak adanya perubahan terkait dalam tampilan radiografi tulang belakang.

Boos et al mengikuti pasien asimtomatik dengan hernia selama 5 tahun dan menentukan bahwa karakteristik pekerjaan fisik dan aspek psikologis pekerjaan lebih kuat daripada kelainan diskus yang diidentifikasi MRI dalam memprediksi

(18)

kebutuhan untuk konsultasi medis terkait nyeri punggung bawah. Dengan demikian, hubungan antara keluhan klinis dan pemeriksaan patologis saat ini dengan temuan radiologis harus dipertimbangkan dengan hati-hati. Lebih lanjut, bahkan ketika kelainan hadir, menetapkan sebab dan akibat langsung antara temuan patologis dan kondisi pasien terbukti sulit dipahami dan paling sering tidak banyak membantu dalam manajemen pasien.

B. Tanda dan gejala

Nyeri pada area panggul, tulang belakang, maupun diantara anus dan vagina, nyeri tersebut terjadi terutama saat posisi tubuh fleksi kearah depan, nyeri dapat dirasakan saat berjalan, menaiki tangga, berdiri menggunakan satu kaki, dan bangun dari tempat tidur.Perjalanan klinis nyeri punggung bawah dapat digambarkan sebagai akut, subakut, rekuren, atau kronis. Mengingat tingginya prevalensi nyeri punggung bawah berulang dan kronis serta biaya terkait, dokter harus menempatkan prioritas tinggi pada intervensi yang mencegah (1) kekambuhan dan (2) transisi ke nyeri punggung bawah kronis tidak efektif atau hanya memiliki ukuran efek marjinal. Sebagian besar studi intervensi telah mengambil pendekatan dimana nyeri punggung bawah diperlakukan sebagai entitas yang homogen setelah tanda bahaya medis dan kompresi akar saraf dikecualikan. Kebanyakan dokter, bagaimanapun, menganggap bahwa ada subkelompok yang dapat dikenali, dan peneliti setuju bahwa perawatan klinis dapat ditingkatkan dengan metode subkelompok yang efektif.

Kegunaan pengelompokan berdasarkan patoanatomi dibatasi oleh ketidakmampuan untuk mengidentifikasi mekanisme patologis untuk kebanyakan pasien. Penekanan dalam pengembangan metode subkelompok untuk perawatan konservatif oleh karena itu ditempatkan pada pola tanda dan gejala dari pemeriksaan klinis.276 Pengembangan sistem klasifikasi telah diidentifikasi sebagai prioritas di antara para peneliti dalam manajemen perawatan primer pasien dengan gangguan kesehatan. nyeri punggung.34 Tantangan ini sebagian besar telah diambil oleh para peneliti yang berfokus pada intervensi non-bedah dengan tujuan mengidentifikasi subkelompok pasien yang intervensi khusus dapat

(19)

diberikan dengan tujuan pemulihan yang lebih cepat.

C. Kerangka Fikir Fisioterapi pada LBP Kehamilanberbasis intenational classification function/ICF

Untuk nyeri punggung bawah akut dengan defisit mobilitas, karakteristik gerakan / nyeri yang membedakan adalah bahwa pasien menunjukkan rentang gerak tulang belakang yang terbatas dan mobilitas segmental, dan bahwa gejala ekstremitas bawah yang berhubungan dengan punggung bawah dan punggung bawah pasien direproduksi dengan provokasi segmen yang terlibat, dengan strategi intervensi yang difokuskan pada pengurangan nyeri dan meningkatkan mobilitas segmen tulang belakang yang terlibat.Untuk nyeri punggung bawah akut dengan peningkatan koordinasi gerakan dan nyeri punggung bawah akut dengan nyeri yang menyebar, karakteristik gerakan / nyeri yang membedakan adalah nyeri yang terjadi dengan gerakan aktif atau pasif awal hingga menengah, dengan strategi intervensi yang berfokus pada gerakan yang membatasi rasa sakit atau meningkatkan gerakan bebas rasa sakit di rentang menengah.Untuk nyeri punggung bawah subakut dengan defisit mobilitas, punggung bawah subakut nyeri dengan gangguan koordinasi gerakan, dan nyeri punggung bawah subakut dengan nyeri menjalar, th Karakteristik gerakan / nyeri yang membedakan adalah nyeri yang terjadi dengan rentang tengah hingga akhir gerakan aktif atau pasif, dengan strategi intervensi yang difokuskan pada gerakan yang meningkatkan toleransi gerakan di rentang tengah hingga akhir.

Untuk nyeri punggung bawah kronis dengan gangguan koordinasi gerakan dan nyeri punggung bawah kronis dengan nyeri yang menyebar, karakteristik gerakan / nyeri yang membedakan adalah nyeri yang terjadi dengan gerakan atau posisi jarak akhir yang berkelanjutan, dengan strategi intervensi yang difokuskan pada gerakan yang meningkatkan toleransi gerakan di akhir rentang gerak.

kategori nyeri akut lainnya, nyeri punggung bawah akut dengan nyeri ekstremitas bawah berulang (dirujuk), adalah kondisi dengan iritabilitas tinggi tetapi, berbeda dengan kategori nyeri punggung bawah akut yang disebutkan di atas, strategi intervensinya adalah difokuskan pada sentralisasi atau penghapusan gejala pasien.

(20)

Untuk nyeri punggung bawah akut dan subakut dengan kecenderungan kognitif dan afektif terkait dan nyeri punggung bawah kronis dengan kategori nyeri umum, nyeri punggung bawah tidak mengikuti inisial, mid-range, atau hubungan gerakan / nyeri jarak akhir yang mencerminkan tekanan jaringan, peradangan, dan iritabilit y. Oleh karena itu, strategi intervensi untuk kategori nyeri ini tidak terfokus pada normalisasi gerakan / hubungan nyeri tetapi lebih pada menangani kecenderungan kognitif dan afektif yang relevan dan perilaku nyeri dengan edukasi dan konseling pasien.

Gejala-gejala umum seperti rasa tidak enak badan, lelah, mual, muntah, diare, nyeri punggung bawah, sakit kepala, kadang-kadang dapat juga disertai vertigo atau sensasi jatuh, perasaan cemas dan gelisah, hingga jatuh pingsan (Anurogo, 2011). Nyeri dimulai beberapa jam sebelum atau bersamaan dengan awitan menstruasi dan berlangsung selama 48 sampai 72 jam. Nyeri yang berlokasi di area suprapubis dapat berupa nyeri tajam, dalam, kram, tumpul dan sakit. Sering kali terdapat sensasi penuh di daerah pelvis atau sensasi mulas yang menjalar ke paha bagian dalam dan area lumbosakralis. Beberapa wanita mengalami mual dan muntah, sakit kepala, letih, pusing, pingsan, dan diare, serta kelabilan emosi selama menstruasi (Reeder, 2013).Sedangkan menurut Sari (2012) ciri-ciri ataugejala dismenore primer, yaitu 1)Nyeri berupa keram dan tegang pada perut bagian bawah; 2)Pegal pada mulut vagina; 3)Nyeri pinggang;

4)Pegal-pegal pada paha dan dapat disertai mual, muntah, dan nyeri kepala.

D. Pengukuran

• Nyeri Numeric Rating Scale(NRS) E. Perencanaan Intervensi

A. Manual Theraphy

Penelitian telah menentukan subkelompok pasien yang cenderung mengalami perubahan dramatis dengan penerapan manipulasi dorong ke tulang belakang lumbar, saran untuk tetap aktif, dan latihan mobilitas. Flynn et al99 melakukan studi derivasi awal pada pasien yang paling mungkin mendapatkan keuntungan dari manipulasi dorong lumbopelvis secara umum. Lima variabel

(21)

ditentukan untuk menjadi prediktor keberhasilan pengobatan yang cepat, yang didefinisikan sebagai penurunan 50% atau lebih besar dalam skor Indeks Cacat Oswes-try dalam 2 kunjungan. Prediktor ini meliputi: • Durasi gejala kurang dari 16 hari • Tidak ada gejala di bagian distal lutut • Hipomobilitas lumbal • Minimal 1 pinggul dengan rotasi internal lebih dari 35o • Skor FABQ-W kurang dari 19 Kehadiran 4 atau lebih prediktor meningkat probabilitas keberhasilan dengan manipulasi dorong dari 45% menjadi 95%. Kelompok item tes ini divalidasi oleh Childs et alyang menunjukkan hasil yang sama dengan pasien yang memenuhi 4 dari 5 prediktor yang menerima manipulasi dorong (+ LR = 13,2 ; 95% CI: 3.4, 52.1). Pasien diacak untuk menerima manipulasi tulang belakang atau latihan penguatan tubuh. Pasien yang memenuhi aturan yang menerima manipulasi memiliki pengurangan kecacatan yang lebih besar daripada semua subjek lainnya.

Hasil ini tetap signifikan pada 6 bulan tindak lanjut. Aturan pragmatis juga telah diterbitkan untuk memprediksi perbaikan dramatis hanya berdasarkan 2 faktor: • Durasi kurang dari 16 hari • Tidak memiliki gejala di distal lutut Jika 2 faktor ini ada, pasien mengalami perubahan sedang ke besar dalam kemungkinanhasil yang sukses setelah penerapan manipulasi dorong (+ LR = 7.2; 95% CI: 3.2, 16.1) . B. Penguatan dan Latihan Penguatan

Dalam review Cochrane tentang terapi olahraga untuk pengobatan nyeri punggung bawah nonspesifik, Hayden dan rekan147 memeriksa literatur tentang terapi olahraga untuk pasien dengan akut (11 uji klinis acak), subakut (6 uji klinis acak), dan kronis (43 uji klinis acak) nyeri punggung bawah dan melaporkan bahwa terapi olahraga efektif dalam mengurangi nyeri pada populasi kronis, aktivitas bertingkat meningkatkan ketidakhadiran pada populasi subakut, dan terapi olahraga seefektif pengobatan konservatif lainnya atau tidak ada pengobatan pada populasi akut. . Kritik yang lebih besar yang ditemukan oleh pengulas Cochrane dengan literatur saat ini adalah bahwa alat yang dihasilkan heterogen dan pelaporannya buruk dan tidak konsisten, dengan kemungkinan bias publikasi.

Aturan prediksi klinis pendahuluan untuk klasifikasi staf telah diusulkan untuk membantu dokter dengan secara akurat mengidentifikasi pasien yang

(22)

tampaknya sesuai untuk program latihan yang berfokus pada stabilisasi.152 Aturan prediksi klinis untuk klasifikasi stabilisasi dikembangkan menggunakan metodologi serupa seperti untuk aturan manipulasi. Variabel yang secara signifikan memprediksi peningkatan 50% dalam kecacatan dari nyeri punggung bawah pada 4 minggu dalam analisis multivariat dipertahankan untuk aturan prediksi klinis.152 Empat temuan pemeriksaan diidentifikasi: • Usia kurang dari 40 tahun • Tes ketidakstabilan rawan positif • Adanya gerakan menyimpang dengan tes gerak • Kaki tegak mengangkat lebih dari 91 ° Aturan prediksi klinis positif untuk stabilisasi didefinisikan sebagai kehadiran setidaknya 3 dari temuan (+ LR = 4.0; 95% CI: 1.6, 10.0), sedangkan a Aturan prediksi klinis negatif adalah kehadiran kurang dari 2 temuan (-LR = 0.20; 95% CI: 0.03, 1.4) .152 Validasi cluster item tes ini diperlukan sebelum dapat direkomendasikan untuk penggunaan klinis yang luas.

Yilmaz dan rekan 326 menyelidiki kemanjuran program latihan stabilisasi lumbal dinamis pada pasien dengan mikrodisektomi lumbal baru-baru ini. Hasil uji coba acak mereka menunjukkan bahwa latihan stabilisasi tulang belakang lumbal di bawah arahan terapis fisik lebih unggul daripada melakukan program latihan umum secara mandiri di rumah dan untuk kelompok kontrol tanpa latihan yang ditentukan pada 3 bulan. Penelitian ini memiliki ukuran sampel kecil dengan 14 subjek di setiap kelompok dan tidak menggambarkan mangkir. Kulig et al190 melakukan uji klinis terkontrol secara acak yang membandingkan program latihan intensif 12 minggu dan pendidikan untuk pendidikan sendiri dan untuk perawatan terapi fisik postmikrodisektomi biasa. Dalam analisis 2 kelompok, olahraga dan pendidikan menghasilkan penurunan yang lebih besar dalam skor Indeks Disabilitas Oswestry dan peningkatan yang lebih besar dalam jarak berjalan kaki dibandingkan dengan pendidikan saja. Dalam analisis 3 kelompok, perbandingan post hoc menunjukkan penurunan yang lebih besar secara signifikan dalam skor Indeks Disabilitas Oswestry setelah latihan dan pendidikan dibandingkan dengan kelompok terapi fisik khusus pendidikan dan biasa. Keterbatasan penelitian ini termasuk kurangnya kepatuhan terhadap tugas kelompok dan waktu kontak terapis yang tidak proporsional

(23)

C. Fleksion Exercise

Latihan berbasis fleksi, juga disebut Williams flexion exer-cises, telah lama dianggap sebagai pengobatan standar untuk pasien dengan stenosis tulang belakang lumbar. Telah dilaporkan bahwa klasifikasi latihan khusus fleksi tampaknya kurang umum dan paling sering terjadi pada pasien yang lebih tua, seringkali dengan diagnosis medis stenosis tulang belakang lumbal.Panduan saat ini yang merinci intervensi konservatif untuk stenosis merekomendasikan latihan fleksi berulang di su- posisi pinus, duduk, dan berdiri.30 Artikel review terbaru oleh Backstrom dkk14 mencatat bahwa latihan berbasis fleksi telah lama digunakan untuk secara teoritis membuka atau memperluas luas penampang kanal foraminal dan kanal spinal sentral, sehingga berpotensi menghilangkan kompresi mekanis akar saraf lumbal, meningkatkan fleksibilitas tulang belakang, dan meningkatkan hemodinamik.

Simotas et almelakukan studi kohort prospektif mengikuti 49 pasien dengan radiografi cen-tral canal lumbar stenosis selama rata-rata 33 bulan, dengan pengobatan yang terdiri dari ex-ercises berbasis fleksi harian. Pada masa tindak lanjut 3 tahun, 9 pasien telah menjalani intervensi bedah. Dari 40 pasien yang tidak menjalani operasi, 5 melaporkan gejala memburuk, 12 melaporkan tidak ada perubahan, 11 melaporkan perbaikan ringan, dan 12 melaporkan perbaikan berkelanjutan. Duabelas dari 40 pasien yang tidak menjalani operasi dilaporkan tidak mengalami nyeri atau hanya nyeri ringan.Klinik dapat mempertimbangkan latihan fleksi, dikombinasikan dengan intervensi lain seperti terapi manual, latihan penguatan, prosedur mobilisasi saraf, dan jalan progresif, untuk mengurangi nyeri dan kecacatan pada pasien yang lebih tua dengan nyeri punggung bawah kronis dengan nyeri yang menyebar.

D. Edukasi dan Konseling Pasien

Edukasi dan konseling telah menjadi intervensi tradisional yang diberikan kepada pasien dengan nyeri punggung bawah akut, subakut, dan kronis. Sebuah survei dari spesialis klinis yang diakui dalam terapi fisik ortopedi mengidentifikasi bahwa strategi pendidikan pasien yang terdiri dari "Mendidik pasien dalam program perawatan perawatan di rumah" dan "Merekomendasikan

(24)

strategi untuk mencegah masalah berulang" menempati peringkat 2 tertinggi dari daftar 12 strategi intervensi. Selain itu, "Pelatihan / pendidikan ulang gerakan fungsional" digolongkan sebagai "strategi yang sangat penting" untuk diterapkan oleh terapis dalam rencana perawatan pasien.216 Untuk pasien dengan nyeri punggung bawah, ini biasanya melibatkan identifikasi gerakan yang berhubungan dengan nyeri punggung bawah, seperti fleksi tulang belakang lumbar yang berlebihan saat bangkit dari kursi alih-alih menggunakan fleksi pinggul untuk melakukan gerakan, kemudian memberikan isyarat dan edukasi tentang pilihan gerakan yang memungkinkan aktivitas dilakukan dengan lebih sedikit, atau tidak ada gejala.

Burton et al menyelesaikan uji coba terkontrol secara acak (n = 162) mengeksplorasi kemanjuran buklet pendidikan baru dibandingkan dengan buklet tradisional pada pasien dengan nyeri punggung bawah yang terlihat dalam pengaturan perawatan primer. Informasi dan saran tradisional tentang nyeri punggung telah didasarkan pada model biomedis dengan penekanan pada anatomi, biomekanik, dan patologi. Buklet pendidikan baru tidak menekankan pada pendidikan tentang patologi dan proses penyakit, memberikan kepastian tentang kemungkinan pemulihan, dan mempromosikan sikap positif. Buklet pendidikan baru menghasilkan peningkatan awal yang jauh lebih besar dalam keyakinan yang dipertahankan dalam 1 tahun. Untuk pasien yang memiliki keyakinan penghindaran rasa takut yang tinggi, terdapat peningkatan yang penting secara klinis dalam Roland-Morris Dis-ability Questionnaire pada bulan ke-3.

Coudeyre et al mendemonstrasikan dalam sebuah uji coba terkontrol nonranomized besar bahwa pemanfaatan pendidikan pam-phlet efektif dalam mengurangi nyeri punggung bawah yang persisten dan meningkatkan kepuasan pasien. Hari kerja terlewat, kecacatan yang diukur dengan Skala Disabilitas Quebec, dan keyakinan penghindaran rasa takut tidak berbeda antara kelompok yang menerima atau tidak menerima pamflet pendidikan.

Dokter tidak boleh menggunakan strategi pendidikan dan konseling pasien yang secara langsung atau tidak langsung meningkatkan persepsi ancaman atau ketakutan yang terkait dengan nyeri punggung bawah, seperti strategi pendidikan

(25)

dan konseling yang (1) mempromosikan istirahat di tempat tidur yang diperpanjang atau (2) memberikan penjelasan patoanatomis yang mendalam untuk penyebab spesifik nyeri punggung bawah pasien. Pendidikan pasien dan strategi konseling untuk pasien dengan nyeri punggung bawah harus menekankan (1) promosi pemahaman tentang kekuatan anatomi / struktural yang melekat pada tulang belakang manusia, (2) ilmu saraf yang menjelaskan persepsi nyeri, (3) lebih -semua prognosis nyeri punggung bawah yang menguntungkan, (4) penggunaan strategi penanganan nyeri aktif yang mengurangi rasa takut dan bencana, (5) dimulainya kembali aktivitas normal atau kejuruan lebih awal, bahkan ketika masih mengalami nyeri, dan (6) pentingnya peningkatan tingkat aktivitas, bukan hanya pereda nyeri.

(26)

BAB V

PELVIC INFLAMATORY DISEASE (PID)

A. Dasar Keilmuan

Pelvic Inflamatory Disease (PID) adalah infeksi rahim ,saluran tuba dan organ reproduksi lainnya yang menyebabkan gejala seperti nyeri perut bawah. Ini merupakan komplikasi serius dari beberapa penyakit menular seksual (PMS). PID dapat merusak tuba dan jaringan di dekat uterus dan ovarium. PID dapat menyebabkan kemandulan, kehamilan ektopik, pembentukan abses dan nyeri panggulkronis.

a. Diagnosis

1. Tegang di bagianbawah 2. Nyeri gerak padaserviks

3. Dapat teraba tumor karena pembentukanabses 4. Di bagian belakang Rahim terjadi penimbunannanah

5. Dalam bentuk menahun mungkin teraba tumor, perasaan tidak enak (Discomfort) di bagian bawahabdomen

b. Intervensi

1. Pada Wanita tidak Hamil

Terapi PID harus ditujukan untuk mencegah kerusakan tuba yang menyebabkan infertilitas dan kehamilan ektopik, serta pencegahan ektopik infeksi kronik.Banyak pasien yang berhasil di terapi dengan rawat jalan dan terapi rawat jalan dini harus menjadi pendekatan terapiotik permulaan.

Pemilihan antibiotika harus ditujuakan pada organisme etiologi utama (N.

Gonorrhoeae atau C. Trachomatis) tetapi juga harus mengarah pada sifat pilimik krobial PID. Untuk pasien dengan PID ringan atau sedang terapi oral dan perenteral mempunyai daya guna klinis yang sama. Rekomendasi terapi a. Terapiperenteral

• Rekomendasi terapi parenteralA

(27)

- Sevotetan 2 g intavena setiap 12 jamatau - Sevoksitin 2 g intravena setiap 6 jam ditambah - Doksisiklin 100 mg oral atau parenteral setiap 12jam

• Rekomendasi terapi parenteralB

- Klindamisin 900 mg setiap 8 jam ditambah

- Gentamicin dosis muatan intravena atau intramuskuler ( 2mg / kg BB) diikuti dengan dosis pemeliharaan ( 1,5 mg / kg BB) Setiap 8 jam. Dapat di ganti denagn dosis tunggalharian.

• Terapi parenteralalternative

Tiga terapi alternatif telah di coba dan mereka mempunyai cakupan spektrum yang luas

- Levofloksasin500 mg intravena 1X sehari dengan atau tanpa metronidazole 500 mg intravena setiap 8 jamatau

- Ofloksasin400 mg intravena stiap 12 jam dengan atau tanpa metronidazole 500 mg intraven setiap 8 jamatau

- Ampisilin/sulbaktam 3 mg intavena setiap 6 jam di tambak Doksisiklin 100 mg oral atau intravena etiap 12jam.

b. Terapioral

Terapi oral dapat di pertimbangkan untuk penderita PID atau sedang karena kesudahan klinisnya sama dengan terapi parenteral. Pasien yang mendapat terapi dan tidak menunjukkan perbaikan setelah 72 jam harus dire-evaluasi untuk memastikan diagnosisnya dan diberikan terapi parenteral baik dengan rawat jalan maupun inap.

• Rekomendasi terapiA

- Levofloksasin 500 mg oral 1X setiap hari selama 14 hari atau ofloksasin 400 mg 2x sehari selama 14 hari dengan atautanpa - Metronidazole 500 mg oral 2x sehari selama 14hari

• Rekomendasi terapiB

- Seftriakson 250 mg intramuscular dosis tunggal di tambah doksisiklin oral 2x sehari selama 14 hari dengan atau tanpa

(28)

metronidazole 500 mg oral 2x sehari selama 14 hariatau - Sefoksitin 2 g intramuscular dosis tunggal dan probenosid di

tambah doksisiklin oral 2x sehari selama 14 hari dengan atau tanpametronidazole 500 mg oral 2x sehari selama 14 hariatau - Sefalosporin generasi ketiga (missal seftizoksim atau

sefotaksim)di tambah doksisiklin oral 2x sehari selam 14 hari dengan atau tanpa metronidazole 500 mg oral 2x sehari selama 14hari

B. Pada Wanita Hamil

Pada ibu hamil yang terkena radang panggul tidak boleh di berikan antibiotic.Dan kemungkinan akan di lakukan terminasi.

C. Pada ibu Menyusui

Pada ibu menyusui yang terkena radang panggul boleh di berikan antibiotic, seperti

1. Ceftriaxone : Di anggap aman untuk digunakan selama menyusui oleh American Academy ofpediatric.

2. Doksisiklin : Dapat menyebabkan noda gigi atau

menghambatpertumbuhan tulang. Produsen obat klaim serius potensi efeksamping.

3. Metromidazol : Potensi resiko pertumbuhantulang.

• Bila untuk mengurangi rasa sakit perut dan panggul, bisa diberikan seperti penghilang rasa sakit ibuprofen dan paracetamol dan bersamaan dengan pemberianantibiotic

• Infeksi radang panggul karena IUD, dilakukan pemberian antibiotic duludan dilakukan observasi beberapa hari dan jika tidak ada perbaikan maka dilakukan pelepasan IUD karena kemungkinan infeksi disebabkan olehIUD.

(29)

BAB VI

INKONTINENSIA URIN

A. Dasar Keilmuan

Inkontinensia urin adalah kondisi kesehatan dimana pasien tidak dapat mengendalikan kandung kemihnya dan seringkali buang air kecil tanpa disengaja atau urin yang terus keluar. Kondisi ini sangat umum terjadi kepada mereka yang telah berusia lanjut, karena otot kandung kemih yang melemah seiring bertambahnya usia. Para wanita dua kali lebih beresiko untuk terkena penyakit ini dibandingkan pria karena pelemahan otot panggul yang terjadi akibat proses melahirkan.

B. Kerangka Pikir berdasarkan pedoman dalam melakukan proses asuhan fisioterapi

A. Assesment 1. IdentitasPasien

a. Nama b. Usia

c. Jeniskelamin d. Alamat e. Pekerjaan f. Hobi g. Status

2. Riwayat Penyakit Sekarang(RPS)

Gejala : tidak dapat mengontrol/menahan buang air kecil 3. Riwayat Penyakit Dahulu(RPD)

4. Riwayat KesehatanKeluarga 5. Riwayat Sosial danEkonomi 6. PemeriksaanFisik

a. Pemeriksaan kekuatan dasar otot panggul (dengan manual atau dengan alat perineometer).

(30)

B. Diagnosis

C. Planning intervensi

• Meningkatkan kekuatan otot dasarpanggul D. Intervensifisioterapi

• Home Exercise Program yaitu Kegel Exercise, dengan tujuan untuk meningkatkan kekuatan otot dasarpanggul.

Langkah-langkahnya sebagai berikut :

1. Berbaring terlentang dengan kedua lutut ditekuk dan sedikit diregangkan, posisikan senyamanmungkin

2. Kencangkan otot-otot dasar panggul, namun perut dan paha tetap dalam keadaansantai.

Untuk mengencangkan otot-otot dasar panggul, dapat dilakukan dengan dua cara yakni:

Bayangkan sedang buang air kecil lalu hentikan aliran urin ditengahjalanMencangkan otot-otot di sekitar anus seperti mencegah pelepasan gas keluar darianus.

3. Tahan selama 5 sampai 10 detik, lalu rileks selama 10detik

4. Ulangi gerakan ini selama 5 kali. Jika 5 kali mudah dilakukan, tingkatkan menjadi 10kali.

Latihan ini apabila dilakukan secara benar dan terus menerus akan memberikan dampak yang sangat bagus terhadap kekuatan otot dasar panggul. Sehingga diharapkan dengan melakukan latihan kegel dengan teratur dan tekun, dapat meningkatnya kekuatan otot dasar panggul sehingga inkontinensia urine akan dapat teratasi.

C. PerencanaanInkontinensia Urin

Koreksi presipitan reversibel dan faktor yang berkontribusi sangat penting. Perawatan khusus harus ditujukan pada gejala yang paling mengganggu pasien. Perawatan harus ditingkatkan, dimulai dengan metode perilaku non-invasif dan kemudian menambahkan obat-obatan (jika inkontinensia urin mendesak masih bermasalah), dan akhirnya

(31)

mempertimbangkan operasi invasif minimal atau operasi yang lebih ekstensif, jika sesuai dan dapat diterima. Rujukan spesialis direkomendasikan untuk pasien dengan hematuria, nyeri panggul, penyakit neuro-logika yang rumit (misalnya, cedera sumsum tulang belakang), dan operasi panggul sebelumnya.

Modifikasi gaya hidup yang mungkin membantu termasuk menghindari ekstrimnya asupan cairan, minuman berkafein, dan alkohol; meminimalkan asupan malam untuk nokturia; dan merokok cessa-tion untuk pasien dengan UI stres.

Penurunan berat badan telah terbukti dapat menurunkan UI pada wanita obesitas morbid. Dua terapi perilaku utama adalah pelatihan kandung kemih dan latihan otot panggul, keduanya efektif untuk inkintinensia urin yang mendesak, campuran, dan stres dan sering digunakan dalam kombinasi.

Pelatihan Blad-der menggunakan dua prinsip: sering buang air kecil secara sukarela untuk menjaga volume kandung kemih rendah dan penekanan urgensi menggunakan sistem saraf pusat dan mekanisme panggul. Berkemih cepatdapat digunakan sebagai pengganti pelatihan kandung kemih untuk orang dengan gangguan kognitif dan UI mendesak. Latihan otot panggul (PME) memperkuat komponen otot pendukung uretra dan efektif untuk inkontinensia urin yang mendesak, campuran, dan stres.

Pengobatan farmakologis sebagian besar terbatas pada agen antimusca- rinic untuk inkontinensia urin yang mendesak, kandung kemih yang terlalu aktif, dan inkontinensia urin campuran. Estrogen oral, sendiri atau dalam kombinasi dengan progestin, meningkatkan stres dan kasus yang mendesak dan tidak boleh digunakan. Tidak ada konsensus apakah estrogen topikal yang diaplikasikan di vagina meningkatkan kasus inkontinensia urin, tetapi membantu untuk atrofi vagina yang tidak nyaman dan dapat mengurangi ISK berulang. Saat ini ada lima agen antimuskarinik untuk pengobatan yang mendesak dan kandung kemih yang terlalu aktif: oxybutynin (pelepasan segera dan diperpanjang, patch andtopikal), tolterodine (pelepasan segera dan diperpanjang), solifenacin, darifenacin, dan trospium.

(32)

Kelima antimuskrin ini memiliki kemanjuran yang serupa, menghasilkan tingkat kontinuitas sekitar 30% dan mengurangi inkontinensia urin dengan rata-rata setengah episode atau lebih per hari selama plasebo. Dua agen tambahan diharapkan tersedia pada tahun 2009: versi pelepasan yang diperpanjang dari trospium, dan fesoterodine , yang merupakan prodrug yang dimetabolisme menjadi tolterodine. Efek samping obat yang paling umum (ADE) dari anti-muskarinik adalah mulut kering, yang tidak hanya mengganggu tetapi juga dapat menyebabkan karies gigi, masalah mengunyah, kerusakan gigi yang buruk, disfagia, dan tidur kesulitan. Tingkat tertinggi mulut kering terjadi dengan oxybutynin. ADE lainnya termasuk akomodasi visual yang berkurang (menyebabkan penglihatan kabur dan kemungkinan terjatuh yang meningkat) dan sembelit (lebih mungkin denganoxybutynin, solifenacin, dan darifenacin daripada tolterodine). ADE antimuskarinik utama yang menjadi perhatian pada orang dewasa yang lebih tua dan sangat lemah adalah gangguan kognitif, namun insiden, prevalensi, domain gangguan, besaran, dan dampak.

ADE ini dari obat antimuskarinik inkontinensia urin tertentu sebagian besar tidak diketahui. Tidak ada cukup bukti saat ini bahwa satu agen "lebih aman" untuk semua pasien yang lebih tua atau khususnya mereka yang menderita demensia atau penyakit sistem saraf pusat, meskipun ada argumen teoritis tentang kemampuan agen tertentu untuk melewati penghalang darah- otak. Yang paling penting, tidak jelas bahwa risiko signifikan lebih besar daripada manfaat pengobatan potensial. Agen lain yang digunakan untuk inkontinensia urin (misalnya, flavoxate, propantheline, dicyclomine, imipramine, hyoscyamine) memiliki data kemanjuran yang sedikit atau buruk.

Vasopressin (DDAVP) tidak boleh digunakan untuk mengobati nokturia pada orang yang lebih tua karena risiko tinggi hiponatremia. stres atau dorongan inkontinensia urin yang diperburuk oleh kandung kemih atau prolaps uterus. Sekarang ada beberapa terapi invasif minimal yang tersedia bagi mereka dengan urgeUI yang refrakter terhadap antimuskarinik, termasuk injeksi toksin botulinum ke dinding kandung kemih dan neuromodulasi sakral.

(33)

Pembedahan memberikan tingkat kesembuhan tertinggi untuk wanita dengan stres inkontienensia urin. Banyak pasien akan meminta atau memilih untuk terus menggunakan bantalan dan pakaian pelindung. Kateter harus disediakan untuk dekompresi jangka pendek dari retensi akut, manajemen obstruksi saluran keluar ketika perawatan medis atau bedah tidak memungkinkan, perlindungan luka yang perlu dijaga kebersihannya dari urin, dan untuk orang yang sakit parah atau sangat terganggu untuk siapa yang sering mengganti pakaian atau garmen. sangat tidak nyaman

D. Evaluasi Ikontienensia Urin

Evaluasi inkontinensia urin pada orang lanjut usia harus multifaktoral, komorbiditas ad-dressing, fungsi, dan obat-obatan sebagai faktor etiologi atau faktor yang berkontribusi. Langkah pertama yang penting adalah skrining aktif untuk inkontinensia urin, karena 50% orang yang terkena dampak tidak menyerahkan gejala mereka kepada penyedia mereka. Histori harus menyertakan onset, frekuensi, volume, waktu, dan faktor atau peristiwa terkait. Pasien dan / atau pengasuh harus ditanyai tentang gangguan terkait inkontinensia urin dan dampak kualitas hidup. Pertanyaan sederhana dapat membantu menentukan jenis gejala inkontinensia urin mis., "Apakah Anda kehilangan urin saat batuk, bersin, atau mengangkat?" (forstress UI) dan

“Apakah Anda mengalami buang air kecil yang begitu kuat dan tiba-tiba sehingga Anda bocor sebelum mencapai toilet?” Pada wanita, pertanyaan- pertanyaan ini paling membantu untuk mendiagnosa dan sedikit mengurangi stres ; jika seorang wanita menyangkal kebocoran tekanan, sangat tidak mungkin dia mengalami stres fisiologis. Pemeriksaan fisik harus mencakup penilaian kognitif dan fungsional dan fokus pada kondisi komorbid yang potensial terkait dengan inkontienensia urin. Pemeriksaan rektal digunakan untuk menilai bentuk massa, tonus, dan nodul prostat atau kekencangan pada pria (notsize).

Evaluasi neurologis harus mencakup evaluasi integritas tali pusat dengan sensasi perineum, "kedipan mata" anal (kontraksi analsphincter ketika

(34)

kulit perirectal tergores ringan), dan refleks bulbocavernosus (kontraksi sfingter anal ketika klitoris atau kelenjar disentuh ringan). Mukosa vagina harus dievaluasi untuk atrofi berat, dan pemeriksaan panggul harus mencakup evaluasi untuk organ panggul pro-selang (sistokel, rektokel, prolaps uterus) dengan mengejan.4 Urinalisis direkomendasikan untuk semua pasien, terutama untuk mencari hematuria (dan glikosuria pada penderita diabetes).

Pyuria dan / orbacteriuria kemungkinan merupakan bakteriuria asimtomatik

— notcystitis — pada wanita tanpa disuria, demam, atau tanda-tanda infeksi saluran kemih lainnya, terutama jika UI tidak akut. Meskipun lansia yang lemah mungkin memiliki prevalensi.

PVR yang meningkat, terutama yang DHIC, tidak jelas bahwa evaluasi PVR selalu akan mengubah manajemen. Oleh karena itu, pendekatan yang bijaksana adalah membatasi pengujian PVR pada pasien dengan diabetes, retensi urin sebelumnya atau PVR yang berhubungan, infeksi saluran kemih berulang (ISK), konstipasi parah, penyakit neurologis kompleks. (misalnya, Parkinson), tanda prolaps organ panggul atau operasi anti-inkontinensia sebelumnya (wanita), obat-obatan yang diketahui dapat menurunkan kontraktilitas detrusor (misalnya, antikolinergik), desakan yang terus-menerus atau memburuk inkontinensia urin meskipun pengobatan antimuskarinik, atau evaluasi urodinamik sebelumnya menunjukkan dengan buruk. kontraktilitas atau penghalang outlet.

Ultrasonografi atau kateterisasi harus digunakan karena palpasi ab- dominal tidak sensitif atau spesifik. Tes stres klinis dapat membantu pasien dengan gejala inkontinensia urin stres. Pasien harus memiliki kandung kemih penuh dan perineum dan bokong yang rileks, dan pemeriksa harus diposisikan untuk mengamati atau mendeteksi kebocoran saat pasien mengeluarkan batuk yang kuat. Tes ini paling sensitif jika pasien berdiri tegak dan tidak peka jika pasien tidak bisa cooper-ate, dihambat, atau volume kandung kemih rendah.

Buku harian kandung kemih dapat membantu untuk menentukan apakah volume dan waktu urin berkontribusi terhadap frekuensi dan gejala nokturia dan dapat membantu evaluasi frekuensi inkontinensia urin, waktu, dan

(35)

keadaan. Thediary memerlukan pencatatan waktu dan volume dari semua rongga benua dan episode, biasanya lebih dari 3 d. Pemeriksaan urodinamik rutin tidak diperlukan dan dapat menyesatkan karena tingginya prevalensi DO pada orang lanjut usia benua yang sehat. Pengujian tersebut harus dilakukan untuk pasien yang mempertimbangkan pengobatan invasif; ketika etiologi inkontinensia tidak jelas dan diagnosis yang tepat akan mengubah manajemen;

atau ketika pengobatan empiris gagal. Sistoskopi hanya diperlukan untuk hematrium atau nyeri panggul yang tidak dapat dijelaskan.

(36)

BAB VI LYMPEDEMA

A. Dasar Keilmuan

Lympedema adalah keadaan dimana beban limphatik melebihi kapasitas limfe, sehingga terjadi edema. Gangguan progresif yang khas dengan adanya gangguan pada aliran limfe dari jaringan ke sirkulasi darah karena kerusakan limphatik.

B. Diagnosis Lymphedema

Terjadi akibat tidak lancarnya aliran limfe dalam jaringan yang disebabkan oleh terhambatnya atau bahkan terputusnya pembuluh limfe yang menuju pembuluh darah besar.

1. pembengkakan pada lengan atautungkai

2. Pasien dengan lymphedema kronis akan mengalami pembengkakan yangsangat besar dan juga akan mengalami beberapa perubahan tropiskulit.

3. kulit licin danpucat

4. Pada stadium yang sangat parah, akan terjadi kerusakan jaringan kulit akibatinfeksi dari virus danbakteri.

C. Perencanaan Lymphedema 1. Manual limphaticdrainase

Manual Limphatic Drainage bertujuan untuk mengaktifkan aliran limfe dalam tubuh. Teknik ini didesain untuk menstimulasi aliran limfe dari distal limfe menuju limfe proximal. Konsepnya adalah MLD ini memobilisasi kelebihan limfe pada area yang bengkak atau area yang terhambat menuju jalur limfe lain disekitarnya.

Prinsip :

a. gerakan lambat, penekanan optimal penting saat massage karena semakinkuat penekanan akan menekan aliran lymphatic

(37)

b. lakukan pada semua tubuh ( trunk &limb)

Kotraindikasi : keganasan, acute inflamasi, cronic cardiac failure 2. Bandaging &compression

Karena elastisitas kulit menghilang pada lymphedema, tekanan hidrostatik harus dipertahankan melalui eksternal support. Alat bantu eksternal ini harus dipertahankan sampai terjadi penurunan volume yang stabil dan perbaikan fungsi kapasitas limfe.

Prinsip :

a. hari 1 hanya diberikan di atas siku/lutut

b. awal treat tekanan bandage ringan, kemudian ditingkatkan

&ditingkatkan

c. pemasangan dgn overlap (bertumpuk) ceksirkulasi 3. Skincare

a. Kulit pada anggota gerak cenderung lebihkering b. Pemakaian moisturizer sangat dianjurkan c. Perhatian lebih untuk resiko terkenajamur

d. Personal higiene perlu untuk mengurangi riskfactor

(38)

BAB VII

DISFUNGSI OTOT DASAR PANGGUL

A. Dasar Keilmuan

Disfungsi otot dasar panggul adalah melemahnya otot dasar panggul yang dapat disebabkan karena jarang digunakan seperti otot lainnya, otot dasar panggul perlu dilatih agar dapat bekerja dengan baik, melemahnya otot dasar panggul juga dapat disebabkan karena kerusakan otot selama kehamilan dan persalinan, perubahan hormonal saat menopause, penurunan tonus otot karena proses penuaan, kerusakan otot karena peregangan otot jangka panjang seperti konstipasi kronik, batuk lama, atau karena obesitas. Disfungsi otot dasar panggul dapat menyebabkan terjadinya inkontinensia urin, prolaps organ panggul, hilangnya sensasi seksual, atau vagina terasalonggar.

B. Diagnosis dan Pemeriksaan Disfungsi Otot Dasar Pangul

Dalam Lubis (2009), terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi dan kekuatan otot dasar panggul, metode ini dibedakan menjadi dua katagori yaitu:

1. Metode untuk menilai kontraksi otot dasar panggul a. Observasi klinik

Kegel memperkenalkan cara melihat dan menilai kontraksi otot dasar panggul yang benar pada tahun 1948 yaitu dengan cara melakukan squeeze (meremas) sekeliling uretra, vagina, pembukaan dan penutupan anus yang dilihat pada perineum. Observasi klinik yang diamati berupa kontraksi otot superficial perineum, kontraksi m. Levator ani berespon bersamaan dengan kontraksi otot superficial perineum (Shull dkk dalam Lubis, 2009).

b. Palpasi vagina

Teknik ini umum digunakan untuk mengevaluasi kontraksi otot dasar panggul. Teknik ini diperkenalkan oleh Kegel sebagai metode evaluasi dengan menempatkan satu jari pada 1/3 distal vagina dan menginstrusikan

(39)

klien untuk melakukan squeeze, palpasi vagina ini juga digunakan untuk melatih wanita mengkontraksikan otot dasar panggulnya.

c. Ultrasonografi dan MRI

Metode ini dilakukann dengan menempatkan probe USD pada supra pubik, perineum, intravaginal atau rectum kemudian kita dapat mengevaluasi otot dasar panggul saat kontraksi.

d. EMG (Electromyografi)

Metode ini digunakan untuk menilai aktivitas listrik otot rangka dan gambaran langsung aliran motorneuron dan medulla spinalis bagian ventral ke otot yang merupakan hasil volunteer atau reflex kontraksi otot dasar panggul. Tipe alat dan teknik yang digunakan memiliki beberapa perbedaan yaitu EMG berbentuk kawat, jarum yang konsentris.

2. Metode untuk menilai kuantitas kekuatan otot dasar panggul a. Tes manual

Metode penilaian manual menggunakan sistem tingkatan dan oxford yang telah dimodifikasi oleh Laycock, dilakukan dengan cara palpasi vagina. Hasil yang diperoleh dikatagorikan menjadi 6 skala poin yaitu:

0=tidak ada, 1=hanya berupa denyutan, 2=lemah, 3=sedang, 4=baik, dan 5=kuat.

b. Perineometer

Cara ini dilakukan oleh Kegel menggunakan alat yang disebut perineometer yang dimasukkan ke dalam vagina untuk mengukur kekuatan otot dasar panggul.Alat ini memiliki skala 0-12 mmHg, kekuatan otot dasar panggul dikatakan baik jika hasil pengukuran ≥8 mmHg.Penggunaan perineumeter memiliki keuntungan karena prosedur pemakaian yang sederhana dan alat yang digunakan relative murah.

Perineometer yang digunakan yaitu perineometer set tipe PFX2 dengan dilengkapi indikator skala 0-12, knob, tube dan sensor. Prosedur penggunaaan perineometer adalah sebagai berikut:1.Lakukan pemeriksaan kelengkapan alat dan alat siap digunakan.2. Lakukan

(40)

pemeriksaan urogenital, apabila terdapat infeksi traktus urogenitalis maka pemakaian sensor tidak dianjurkan

Masukkan sensor ke dalam vagina sedalam ±1cm. jika vagina terasa kering maka gunakan lubrikan. Lakukan pengukuran dalam posisi terlentang dan rileks dan kandung kemih dalam keadaan kosong.

Letakkan dua buah bantal untuk menyangga kepala dan bahu. Kedua lutut dalam posisi fleksi dan jarak antara lutut 30 cm. lakukan pengukuran dengan memasukkan sensor yang dilapisi kondom ke dalam vagina.4.Lakukan persiapan pengukuran kekuatan ODP. Sebelum melakukan kontraksi buat garis dasar saat istirahat (dalam keadaan istirahat) yaitu pada skala 0. Selanjutnya instruksikan untuk melakukan kontraksi ODP seperti menahan buang air kecil kemudian diukur flick c. Dinamometer

Pemakaian spekulum dinamometer untuk mengukur kekuatan otot dasar panggul pertama kali dilaporkan oleh Sampselle dkk.Alat ini langsung mengukur kekuatan otot di daerah dorsoventral.Tapi sampai saat ini belum ada laporan pasti dan terpercaya mengenai penggunaan alat ini.dinamometer ini terdiri dari dua aluminium bercabang yang sejajar, satu terfiksasi dan satu lagi dapat diatur sesuai diameter vagina, alat ini terhubung dengan computer

d. Vagina weights/cones

Plevnik pada tahun 1985 mengembangkan vagina cones sebagai alat yang dapat menilai kekuatan otot dasar panggul dan untuk melatihnya.

Cones ini terdiri dari sembilan macam dengan volume yang sama tapi beratnya bertambah mulai 20-100 gram. Versi terbaru cones yang digunakan terbuat dari 3-5 cones, dan memiliki ukuran serta bentuk yang berbeda. Penggunaannya dengan memasukkan cones ke dalam vagina kemudian ditahan sebisa mungkin selama satu menit (Lubis, 2009).

e. Kekuatan Puboccocygeus (Strenght)

Lakukan dengan duduk atau berdiri dengan kaki terbuka kemudian lakukan kontraksi otot Puboccocygeus seperti menahan air kencing atau

(41)

kontraksikan sfingter ani. Lakukan hal ini sebanyak mungkin dan ulangi lagi tanpa penurunan kekuatan kontraksi, jika mampu melakukannya sebanyak 10 kali berarti otot PC cukup kuat

f. Daya tahan Puboccocygeus (Endurance)

Pelatihan daya tahan ini dilakukan dalm posisi duduk atau berdiri dengan kaki terbuka, lakukan kontraksi otot PC secara ritmik dengan diselingi relaksasi, jika mampu melakukan kontraksi sebanyak 50 kali berarti baik dan apabila mencapai 100 kali berarti amat baik

C. Pelaksanaan Asuhan Fisioterapi

Pedoman dalam melakukan proses asuhan fisioterapi 3. Assesment

1. IdentitasPasien a. Nama b. Usia

c. Jeniskelamin d. Alamat e. Pekerjaan f. Hobi g. Status

2. Riwayat Penyakit Sekarang(RPS)

Gejala : Vaginal flatus (keluarnya angin dari vagina), Incontinentia urine / mengompol angka kejadian pada wanita 2 x lipat , Prolaps uteri/ turunnyauterus/ keadaan dimana uterus keluar menonjol divagina.

3. Riwayat Penyakit Dahulu(RPD) a. Riwayat Melahirkan

4. Riwayat KesehatanKeluarga 5. Riwayat Sosial danEkonomi 6. PemeriksaanFisik

Kekuatan otot Pelvic Floor manual atau alat

(42)

periniometer/manometer 4. Diagnosis

5. PlanningIntervensi

• Peningkatan kekuatan otot dasarpanggul 6. IntervensiFisioterapi

a. LatihanDasar

1. Untuk pemula sebaiknya dilakukan pada posisi tidur telentang /miring

2. Gerakan harus dikuasai benar dengan sering melakukan latihan gerakandasar

3. Latihan gerakan dasar terdiri dari Latihan 1, Latihan 2 , Latihan3

b. Latihan1

1. Seakan menahan keinginan buangangina 2. Kerutkan anus sekuatmungkin

3. Rasakan gerakan anus seolah tertarik masukkedalam 4. Ulangi hingga lancar tanpa gerakantungkai

c. Latihan2

1. Seakan menahan keinginan berkemih

2. Tahan serapat mungkin jangan sampai urinkeluar

3. Ulangi hingga lancar tanpa gerakan otot perut dan pahadalam d. Latihan3

1. Tekuk ke 2 lutut pada posisi tidurtelentang 2. Letakkan jari diantara anus & vagina(perineum) 3. Tarik perineum kearah dalam sekuatmungkin 4. Ulangi hingga lancar tanpa menahannafas e. LatihanRutin

1. Sedikitnya 3 kali seminggu dengan pengulangan gerakan hingga 50kali

2. Variasi posisi baik tidur telentang, miring, duduk bahkanberdiri

(43)

3. Tingkat mahir , dilakukan dengan gerakan cepat & lambat (samabanyak)

4. Gerakan cepat kontraksi – relaks, kontraksi – relaks, kontraksi –relaks

5. Gerakan lambat Kontraksi – tahan – relaks – istirahat (3 kaliulangan)

f. LatihanMahir 1. GerakanCepat

kontraksi – relaks, kontraksi – relaks, kontraksi – relaks (lakukan tanpa tahanan)

2. GerakanLambat

kontraksi – tahan 3 hitungan, relaks – istirahat kontraksi – tahan 3 hitungan, relaks – istirahat kontraksi – tahan 3 hitungan, relaks – istirahat

3. Lakukan latihan gerakan cepat & lambat dengan jumlah yangsama

Catatan : Selama latihan tidak dengan menahan nafas, otot perut danotot paha / tungkai

7. Evaluasi

Periksa peningkatan kekuatan otot dasar panggul

(44)

BAB VII

OSTEOPOROSIS EC MENOPAUSE

A. Dasar Keilmuan

Osteoporosis adalah kondisi dimana tulang menjadi lemah dan keropos dikarenakan kurangnya kalsium. Proses berkurangnya kalsium adalah alamiah.

Akan tetapi pada saat menopause proses ini menjadi lebih cepat.

B. Kerangka pikir dalam melakukan asuhan fisioterapi Pedoman dalam melakukan proses asuhan fisioterapi A. Assesment

1. IdentitasPasien 1. Nama 2. Usia

3. Jeniskelamin 4. Alamat 5. Pekerjaan 6. Hobi 7. Status

2. Riwayat Penyakit Sekarang(RPS)

a. Lokasi (dimana ? menyebar atau tidak?) b. Onset (kapan terjadinya? Berapalama?) c. Kronologis

d. Kuantitas keluhan (ringan atau berat, seberapa seringterjadi?) e. Kualitas keluhan (rasa seperti apa?)

f. Faktor-faktor modifikasikeluhan.

g. Keluhanpenyerta

3. Riwayat Penyakit Dahulu(RPD) 4. Riwayat KesehatanKeluarga 5. Riwayat Sosial danEkonomi

(45)

6. PemeriksaanFisik a. Nyeri : VAS

b. Kekuatan Otot :MMT 7. PemeriksaanSpesifik 8. PemeriksaanPenunjang

c. Rontgent atau dengan DXA B. Diagnosis

Rontgent atau dengan DXA

C. Planning Intervensi

1. Jangka Pendek Langkah Preventif gejala tambahanOsteoporosis 2. Jangka Panjang Semandiri dan semaksmimal mungkin dengan

keluhanyang dimiliki D. IntervensiFisioterapi

a. PainManagement

1. TENS diaplikasikan pada bagian yangnyeri,

2. Kompres hangat untuk mengurangi kekakuan otot dan memberikan efek relaksasi pada sendi danotot

3. Kompres Dingin untuk mematirasakan area yangnyeri b. Hidroterapi

1. Hidroterapi sangat aman untuk latihan bagi penderitaosteoporosis.

2. Jenis fisioterapi di dalam kolam renang ini menyediakan tempat yang aman untuk latihan tanpa menimbulkan risiko terjatuh atau mengalami patahtulang.

3. Hidroterapi meningkatkan kekuatan otot, mengurangi nyeri dengan mengurangi tekanan penumpuan berat badan pada sendi dan tulang, meningkatkan keseimbangan, mempercepat kesembuhan, dan meningkatkan propioseptif (reseptorsendi).

4. Hidroterapi membantu untuk rileks dan meningkatkan sirkulasi darah, lingkup gerak sendi, tonus otot, dan kepercayaan diri.

Referensi

Dokumen terkait

shoulder wheel ke atas untuk gerakan fleksi dan ke bawah untuk gerakan ekstensi. Selanjutnya, pasien melakukan latihan dengan dipandu oleh terapis. 2) Untuk

Karya Ilmiah Akhir (KIA) dengan judul ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN YANG MENGALAMI ST-SEGMENT ELEVATION MYOCARDIAL INFARCTION (STEMI) DENGAN NYERI AKUT DI IGD RUMAH SAKIT PERKEBUNAN

Tatalaksana Instruksikan kepada Pasien untuk meletakkan ke dua tangannya diatas perut, terapis memberikan contoh seperti menghembuskan napas secara paksa dengan

beberapa detik melalui hidung (bukan menarik napas dalam) dengan mulut tertutup, kemudian mengeluarkan napas (ekspirasi) pelan-pelan melalui mulut dengan posisi

(e). melakukan test-test Khusus neck kepada pasien dan berikan penjelasan kepada pasien mengenai test khusus ini, guna mempermudah pasien mengetahui penyakit

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemberian intervensi Mulligan Bent Leg Raise lebih baik dalam menurunkan nyeri fungsional punggung bawah non-spesifik dari