• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH KECERDASAN MAJEMUK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MAKALAH KECERDASAN MAJEMUK"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH KECERDASAN MAJEMUK

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan pada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat serta karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Kecerdasan Majemuk (Multiples Intelligences)” tepat pada waktunya. Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Seperti halnya pepatah “ tak ada gading yang tak retak “, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua kalangan yang bersifat membangun guna kesempurnaan makalah kami selanjutnya.

Akhir kata, penyusun ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Serta berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan.

Medan, Oktober 2014

(2)

i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...i

DAFTAR ISI ...ii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...1

1.2 Rumusan Masalah ...1

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Sejarah Kecerdasan Majemuk ...2

2.2 Pengertian Kecerdasan Majemuk...3

2.3 Jenis-Jenis Kecerdasan Majemuk...3

2.4 Ciri-Ciri Kecerdasan Majemuk...4

2.5 Strategi Pembelajaran di Sekolah Menggunakan Kecerdasan Majemuk...6

2.6 Manfaat Multiples Intelligence di Dalam Proses Pembelajaran...6

2.7 Peran Guru dalam Pembelajaran...7

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan dan Saran ...9

(3)

ii

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Kecerdasan merupakan salah satu faktor utama yang menentukan sukses dan gagalnya Peserta Didik belajar di sekolah. Peserta Didik mempunyai taraf kecerdasan rendah atau di bawah normal sukar untuk diharapkan memperoleh prestasi yang tinggi. Tetapi tidak ada jaminan bahwa dengan taraf kecerdasan tinggi seseorang secara otomatis dia akan sukses belajar di sekolah.

Ada banyak kecerdasan yang dimiliki setiap orang. Teori ini juga menekankan pentingnya “model” atau teladan yang sudah berhasil mengembangkan salah satu kecerdasan hingga puncak.( Howard Gardner )

2. Rumusan Masalah

a. Bagaimana sejarah munculnya konsep kecerdasan majemuk? b. Apa saja 9 kecerdasan majemuk menurut Howard Gardner ? c. Apa ciri-ciri dari setiap jenis kecerdassan majemuk ?

d. Bagaimana strategi pembelajaran menggunakan kecerdasan majemuk? e. Apa saja manfaat dari Multiples Intelligences dalam pendidikan ?

(4)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Kecerdasan Majemuk

Semua berawal dari kegelisahan Howard Gardner, seorang profesor pendidikan yang mengabdikan dirinya di Universitas Harvard, Amerika Serikat. Menurutnya, selama ini para pendidik telah melakukan kekeliruan karena menganggap tes kecerdasan atau tes IQ adalah satu-satunya ukuran yang paling dapat dijadikan patokan untuk mengukur kecerdasan seseorang.

Menurut Gadner, kecerdasan manusia juga harus dinilai berdasarkan: - Kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi hidup - Kemampuan menemukan persoalan-persoalan baru untuk diselesaikan atau dicari solusinya - Kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan memberikan penghargaan dalam budaya seseorang.

Gardner bersama rekan-rekannya yang mengembangkan penelitian untuk mengembangkan konsep MI tidak hanya menilai kecerdasan dengan cara menguji kemahiran seseorang memahami dan menyelesaikan soal-soal logika-matematika (sebagaimana yang dilakukan dalam tes IQ). Bersama tim, Gardner mengembangkan cara-cara mengukur kemampuan individu untuk memecahkan masalah dan menghasilkan sesuatu.

Dikembangkan dan diungkapkan pertama kali tahun 1983, Gardner mendefinisikan kecerdasan manusia yang tak berbatas, yang diantaranya dapat dikelompokkan menjadi delapan kecerdasan, yaitu kecerdasan linguistik (bahasa), kecerdasan logika-matematika, kecerdasan visual-spasial, kecerdasan gerak tubuh, kecerdasan musikal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan naturalis. Belakangan Gardner menambahkan satu kecerdasan tambahan, yaitu kecerdasan spiritual.

Meskipun menimbulkan pro dan kontra di antara para ahli terutama dalam mengembangkan tes untuk mengukur MI, namun MI mengantarkan para orang tua pada sebuah pemahaman baru yang sangat memberikan semangat dan harapan. Karena pada akhirnya tidak ada anak yang bodoh akibat nilai tes kecerdasan yang rendah. MI justru membantu orang tua mengenal kekuatan dan kekurangan anak. Dengan mengenal hal dua hal tersebut lebih dini, Gardner berharap orang tua mengambil peran penting dalam memberikan stimulasi terutama dalam rangka menyeimbangkan kehidupan anak.

(5)

2.2 Pengertian Kecerdasan Majemuk

Kecerdasan Majemuk adalah kemampuan memecahkan masalah dan menciptakan produk yang bernilai budaya (anak yang bisa menghasilkan sesuatu dan bisa dinikmati dalam kehidupan manusia). Secara umum kecerdasan ini diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam berpikir, bertindak dan berperilaku sesuai dengan apa yang dihadapi.

Menurut Gardner, kecerdasan seseorang meliputi unsur-unsur kecerdasan matematika logika, kecerdasan bahasa, kecerdasan musikal, kecerdasan visual spasial, kecerdasan kinestetik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan naturalis.

2.3. Jenis- Jenis Kecerdasan Majemuk

Berikut ini 9 macam kecerdasan yang telah dipaparkan oleh Gardner yaitu:

Kecerdasan linguistik adalah kemampuan menggunakan kata-kata secara efektif, baik untuk memengaruhi maupun memanipulasi. Dalam kehidupan sehari-hari kecerdasan linguistik bermanfaat untuk: berbicara, mendengarkan, membaca dan menulis.

Kecerdasan logis- matematis yaitu melibatkan ketrampilan mengolah angka atau kemahiran mengunakan logika atau akal sehat. Dalam kehidupan sehari-hari bermanfaat untuk : menganalisa laporan keuangan, memahami perhitungan utang nasional, atau mencerna laporan sebuah penelitian.

Kecerdasan visual dan spasial yaitu melibatkan kemampuan seseorang untuk memisualisaikan gambar di dalam kepala (dibayangkan) atau menciptakannya dalam bentuk dua atau tiga dimensi. Kecerdasan ini sangat dibutuhkan dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari, misalnya: saat menghias rumah atau merancang taman, menggambar atau melukis, menikmati karya seni.

Kecerdasan musik yaitu melibatkan kemampuan menyanyikan lagu, mengingat melodi musik, memunyai kepekaan akan irama, atau sekedar menikmati musik. Manfaat dari kecerdasan ini dapat dirasakan dalam banyak hal dalam kehidupan sehari-hari, misalnya: saat menyanyi, memainkan alat musik, menikmati musik di TV/ Radio.

Kecerdasan interpersonal yaitu melibatkan kemampuan untuk memahami dan bekerja dengan orang lain. Kecerdasan ini melibatkan banyak hal misalnya: kemampuan berempati, kemampuan memanipulasi, kemampuan “membaca orang”, kemampuan berteman.

(6)

Kecerdasan intrapersonal adalah kecerdasan memahami diri sendiri, kecerdasan untuk mengetahui “siapa diri saya sebenarnya”, untuk mengetahui “apa kekuatan dan kelemahan saya”. Ini juga merupakan kecerdasan untuk bisa merenungkan tujuan hidup sendiri dan untuk memercayai diri sendiri.

Kecerdasan kinestetik adalah kecerdasan seluruh tubuh dan juga kecerdasan tangan. Dalam dunia sehari-hari kecerdasan ini sangat dibutuhkan, misalnya: membuka tutup botol, memasang lampu di rumah, memerbaiki mobil, olah raga, dan berdansa.

Kecerdasan naturalis yaitu melibatkan kemampuan mengenali bentuk-bentuk alam di sekitar kita. Dalam kehidupan sehari-hari kecerdasan itu sangat dibutuhkan untuk : berkebun, berkemah, atau melakukan proyek ekologi.

Kecerdasan Eksistensial adalah kemampuan dan kepekaan seseorang untuk menjawab persoalan-persoalan terdalam mengenai keberadaan manusia, misal sering muncul pertanyaan dalam diri sendiri mengapa aku ada, apa makna dari hidupku ini, bagaimana seseoramg bisa mencapai tujuan hidup yang sejati, mengapa seseorang harus mati, bila sudah mati ke mana.

2.4 Ciri-Ciri Kecerdasan Majemuk 1. Kecerdasan linguistik

Seorang anak yang memunyai kecerdasan linguistik memiliki kepribadian yaitu peka terhadap bahasa, dapat berbicara dengan teratur dan sistematis, memiliki penalaran yang tinggi. Disamping itu juga mampu mendengarkan, membaca dan menulis, lancar dalam mengucapkan kata-kata dan suka bermain kata-kata serta memiliki ingatan perbendaharaan kata yang kuat.

2. Kecerdasan logis- matematis

Anak yang memunyai kecerdasan logis matematis memiliki ciri-ciri kepribadian yaitu anak suka berpikir abstrak dan suka akan keakuratan, menikmati tugas hitung-menghitung. Memecahkan soal-soal dan computer dan suka melakukan penelitian dengan cara logis, catatan tersusun rapi dan sistematis.

3. Kecerdasan visual dan spasial

Ciri kepribadian yang menonjol dalam diri anak yang memiliki kemampuan visual-spasial adalah anak dapat berpikir dengan menciptakan sketsa atau sambar, mudah sekali membaca peta dan diagram, mudah ingat bila melihat gambar, memiliki cita warna tinggi dan mampu menggunakan semua panca indra untuk melukiskan sesuatu.

(7)

Beberapa sifat yang nampak dalam diri seorang anak yang memiliki kecerdasan musik adalah anak peka terhadap nada, irama dan warna suara. Peka terhadap nuansa emosi suatu musik dan peka terhadap gubahan musik yang bervariasi dan biasanya sangat spiritual. 5. Kecerdasan interpersonal

Sifat-sifat yang menonjol dalam diri orang anak yang memiliki kecerdasan interpersonal adalah anak ahli dalam berunding, pintar bergaul dan mampu membaca niat orang lain serta menikmati saat-saat bersama orang lain. Memiliki banyak teman, pintar berkomunikasi, suka dengan kegiatan kelompok, gemar bekerja sama dan menjadi mediator serta pandai membaca situasi.

6. Kecerdasan intrapersonal

Sifat-sifat yang dimiliki oleh anak yang memunyai kecerdasan intrapersonal adalah anak peka terhadap nilai-nilai yang dimiliki, sangat memahami diri, sadar betul emosi dirinya, peka terhadap tujuan hidupnya, mampu mengembangkan kepribadiannya, bisa memotivasi diri sendiri, sangat sadar akan kekuatan dan kelemahanannya.

7. Kecerdasan kinestetik

Ciri-ciri kepribadian anak dengan kecerdasan kinestetik adalah anak dapat bersikap rileks, suka olah raga fisik dan suka menyentuh. Anak ahli bermain peran, belajar dengan bergerak-gerak dan berperan serta dalam proses belajar. Selain itu anak juga sangat peka dengan kondisi lingkungan fisik, gerak-gerik tubuh terlatih dan terkendali dan suka bermain dengan sesuatu benda sambil mendengarkan orang lain berbicara dan sangat berminat dengan bidang mekanik.

8. Kecerdasan naturalis

Sifat-sifat yang dimiliki anak dengan kecerdasan naturalis adalah anak suka dengan alam sekitar, lebih senang berada di alam terbuka daripada di ruangan dan suka berpetualang menjelajah hutan. Anak bisa marah besar jika ada orang membantai binatang langka, merusak dan membakar hutan, mencemari laut dan sungai sehingga menimbulkan kematian flora dan fauna serta lebih suka mengkonsumsi obat dan jamu trasional daripada pabrik. Anak juga lebih senang menggunakan bahan yang alami dan tidak menimbulkan polusi lingkungan. 9. Kecerdasan Eksistensial

Sifat-sifat yang dimiliki seorang anak dengan kecerdasan Eksistensial adalah anak suka bertanya soal kebenaran dan inti persoalan, kritis, suka merenung dan melakukan refleksi diri serta senang berdiskusi mengenai hakekat hidup.

(8)

2.5 Strategi Pembelajaran di Sekolah dengan Menggunakan Kecerdasan Majemuk. Untuk memaksimalkan proses pembelajaran saat di kelas diperlukan strategi pembelajaran yang disesuaikan dengan tingkat kecerdasan majemuk yang dimiliki oleh masing-masing anak. Strategi pembelajaran yang tepat akan sangat menolong anak menangkap pelajaran dengan baik.

Saat mengajar anak dengan kecerdasan linguistik, metode yang digunakan adalah dengan bercerita, curah gagasan (brainstorming) dan dengan tape recorder atau menulis jurnal. Sedangkan anak yang memiliki kecerdasan logis- matematis yang digunakan adalah dengan kalkulasi dan kuantifikasi, klasifikasi dan kategori atau penalaran ilmiah.

Sedangkan anak dengan kecerdasan visual dan spasial strategi pembelajaran dengan visualisasi, penggunaan warna, gambar dan sketsa gagasan serta simbol grafis. Anak yang memiliki kecerdasan musik mengajarnya dengan irama, lagu, rap, senandung dan konsep musikal serta dengan musik suasana. Anak dengan kecerdasan interpersonal dapat belajar dengan barbagi rasa dengan teman sekelas, kerja kelompok, permainan dan simulasi.

Apabila mengajar anak dengan kecerdasan intrapersonal dapat menggunakan refleksi, hubungan materi dengan pengalaman pribadi, waktu memilih dan kesempatan untuk mengekspresikan perasaan serta perumusan tujuan. Jika anak memiliki kecerdasan kinestetik dapat belajar dari teater kelas, konsep kinestetis dan peta tubuh. Anak yang memiliki kecerdasan naturalis dapat belajar dengan jalan-jalan di alam terbuka dan melihat ke luar jendela serta tanaman sebagai dekorasi atau membawa hewan piaraan di kelas.

Sedangkan anak dengan kecerdasan eksistensial untuk mengembangkannya yaitu dengan mendengarkan kotbah, membaca buku-buku rohani , filsafat, buku theologia, mengadakan refleksi diri, menghadiri upacara kematian, diskusi dengan ahli filsafat dan theolog, mengikuti reatreat dan dinamika kelompok.

2.6. Manfaat Multiple Inteligences di Dalam Proses Pendidikan yang Dilaksanakan

Kita dapat menggunakan kerangka kecerdasan majemuk dalam melaksanakan proses pengajaran secara luas. Aktivitas yang dapat dilakukan seperti menggambar, menciptakan lagu, mendengarkan musik, dan melihat pertunjukan dapat menjadi pintu masuk yang vital ke dalam proses belajar. Bahkan siswa yang penampilannya kurang baik pada saat proses belajar menggunakan pola tradisional (menekankan bahasa dan logika). Jika aktivitas ini dilakukan akan memunculkan semangat mereka untuk belajar.

Dengan kecerdasan majemuk, maka anda menyediakan kesempatan bagi siswa untuk belajar sesuai dengan kebutuhan, minat, dan talentanya.

(9)

Peran serta orang tua dan masyarakat akan semakin meningkat dalam mendukung proses belajar mengajar. Hal ini bisa terjadi karena setiap aktivitas siswa di dalam proses belajar akan melibatkan anggota masyarakat.

Siswa akan mampu menunjukkan dan bebagi tentang kelebihan yang dimilikinya. Membangun kelebihan yang dimiliki akan memberikan suatu motivasi untuk menjadikan siswa sebagai seorang spesialis.

Pada saat anda mengajar untuk memahami siswa akan mendapatkan pengalaman belajar yang positif dan meningkatkan kemampuan untuk mencari solusi dalam memecahkan persoalan yang dihadapinya.

Kecerdasan Majemuk memberikan pandangan bahwa terdapat sembilan macam kecerdasan yang dimiliki oleh setiap orang. Yang membedakan antara satu dengan yang lainnya adalah komposisi atau dominasi dari kecerdasn tersebut.

2.7. Peran Guru dalam Pembelajaran

Pendidikan adalah hal yang sangat penting untuk diperoleh anak-anak ataupun orang dewasa. Pendidikan menjadi salah satu modal bagi seseorang agar dapat berhasil dan mampu meraih kesuksesan dalam hidupnya. Mengingat akan pentingnya pendidikan maka pemerintah pun mencanagkan program wajib belajar sembilan tahun. Melakukan perubahan kurikulum dan untuk mencoba mengakomodasikan kebutuhan siswa.

Kecerdasan intelektual bukan hanya mencakup kecerdasan logika dan verba , tetapi juga harus dilihat dari aspek kinetis, musikal, visual-spartial, interpersonal, intrapersonal, dan naturalis.

Kita cenderung hanya menghargai orang yang memang ahli di dalam kemampuan logika dan bahasa. Kita harus memberikan perhatian yang seimbang terhadap orang-orang yang memiliki talenta(gift) di dalam kecerdasan yang lainnya.

Melihat betapa penting proses pembelajaran bagi manusia terlepas sedikit atau banyak, peran guru sangat penting . Guru sebagai sosok pribadi , manusia yang monopluralis memiliki banyak kelemahan dan kelebihan. Namun demikian kelemahan yang dimiliki seorang guru selayaknya tidak menjadi penghambat dari berlangsungnya proses pembelajaran itu sendiri.

Mengingat manusia adalah makhuk monopluralis , yaitu manusia yang memiliki banyak unsur kodrat (plural), namun merupakan satu kesatuan yang utuh. Jika ditinjau dari kedudukannya, susunan, dan sifatnya, manusia bersifat monodualis. Sebagai makhluk Tuhan dan sebagai makhluk individu yang terdiri dari unsur jiwa dan raga.

(10)

Maka guru dalam proses pembelajaran juga harus memandang siswa sebagai makhluk monopluralis. Dengan demikian maka semua potensi yang dimiliki oleh siswa dapat berkembang dengan optimal.Dan semua potensi yang dimilikinya dapat digunakan untuk memanusiakan manusia dalam proses pembelajaran.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan dan Saran

Menurut Gardner, kecerdasan seseorang meliputi unsur-unsur kecerdasan matematika logika, kecerdasan bahasa, kecerdasan musikal, kecerdasan visual spasial, kecerdasan kinestetik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan naturalis.

Dengan pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk, siswa yang dengan beragam dominasi kecerdasan dapat terfasilitasi pada saat belajar sehingga hasil belajar siswa dari segi kognitif ( prestasi belajar) dan afektif (minat) meningkat.

Maka guru dalam proses pembelajaran juga harus memandang siswa sebagai makhluk yang memiliki banyak unsur dari dirinya. Dengan demikian maka semua potensi yang dimiliki oleh siswa dapat berkembang dengan optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Aryanti dan Wahyuni.2003. Multiple Intelligences & Application.Salatiga ;

Gernard, howard.2011. Frames of Mind: The Theory of Multiples Intelligence. New York ; Basic Book

Sandjaja, stefanus.2006. Teori Multiple Intelligences dan Aplikasinya di Pendidikan Anak Usia Dini.Semarang

(11)

MAKALAH Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata kuliah: Psikologi Pembelajaran Oleh: M. Sofyan al-Nashr (Kontributor Perkuliahan.com )

Makalah : MULTIPLE INTELLIGENCES( Kecerdasan Majemuk)

I. PENDAHULUAN

Sekolah merupakan ujung tombak dalam upaya mewujudkan cita-cita dan tujuan pendidikan, yakni berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.[1]

Agar tujuan tersebut dapat dicapai, dibutuhkan perhatian besar kepada peserta didik terutama menyangkut masalah kecerdasannya. Sayang sekali, sistem pendidikan di Indonesia tidak memberikan ruang yang luas bagi perkembangan peserta didik. Masih diberlakukannya UN menunjukkan bahwa ranah kognitif atau kecerdasan intelektual masih diprioritaskan dalam pendidikan nasional dibandingkan kecerdasan lain.

Barang kali pemerintah lupa –jika tidak ingin dikatakan tidak tahu- bahwa ada peserta didik lain yang mahir di bidang olahraga, ada yang mampu memainkan alat musik dengan bagus, ada pula yang mampu menciptakan seni visual yang indah. Beberapa peserta didik bahkan mampu menghasilkan puisi dan cerita yang menarik dengan tingkat imajinasinya yang tinggi. Pertanyaan kemudian adalah, di antara peserta didik yang disebutkan di atas, siapa

sesungguhnya yang paling cerdas?

Jawaban yang cukup rumit tentunya karena masing-masing individu menampilkan perkembangan kecerdasan mereka dalam bentuk yang berbeda-beda. Setiap individu memiliki keunikan dan mampu menawarkan kontribusi yang berharga bagi kehidupan manusia. Hal ini dikarenakan setiap manusia dikaruniai kecerdasan yang beragam (multiple

intelligence) yang perkembangannya tergantung dari masing-masing individu.

II. POKOK PERMASALAHAN

Dari pemaparan di atas, terdapat beberapa pokok permasalahan dalam dunia pendidikan terkait kecerdasan yang menarik untuk dibahas lebih lanjut dalam makalah ini, yaitu:

1. Apa yang dimaksud teori kecerdasan majemuk (Multiple Intelligences)? 2. Apa saja kecerdasan dalam teori Multiple Intelligences?

3. Bagaimana implementasi teori Multiple Intelligences dalam pendidikan?

III. PEMBAHASAN

(12)

Individu mendapatkan kecerdasan tertentu bukan hanya karena faktor kelahiran semata, melainkan juga karena perkembangan dan pengalamannya.[2] Memang manusia dianugerahi potensi (fitrah), namun perkembangan selanjutnya ditentukan oleh interaksi dengan

lingkungannya. Individu dan perkembangannya adalah produk dari hereditas dan lingkungan, keduanya sama-sama berperan penting bagi perkembangan individu.[3] Kecerdasan adalah bahasa-bahasa yang dibicarakan oleh semua orang dan sebagian dipengaruhi oleh

kebudayaan di mana orang itu dilahirkan, merupakan alat untuk belajar, menyelesaikan masalah dan menciptakan semua hal yang bisa digunakan manusia.[4] Kecerdasan seseorang bukan hanya prestasi akademik yang diukur berdasarkan nilai tes standar.

Definisi kecerdasan menurut Piaget sebagaimana dikutip Uno Hamzah adalah suatu tindakan yang menyebabkan terjadinya perhitungan atas kondisi-kondisi yang secara optimal bagi organisme dapat hidup berhubungan dengan lingkungan secara efektif.[5] Sedangkan

menurut Feldam dalam Sukmadinata dan Nana S, kecerdasan merupakan kemampuan untuk memahami dunia, berpikir secara rasional dengan menggunakan sumber-sumber atau

referensi secara efektif pada saat menghadapi sebuah tantangan.[6]

Raymond Cattel dan John Horn berpendapat bahwa manusia mempunyai dua macam kecerdasan umum, yaitu kecerdasan cair dan kecerdasan kristal. Kecerdasan cair adalah kecerdasan yang berbasis pada kecerdasan biologis. Kecerdasan ini meningkat sesuai dengan perkembangan usia, mencapai puncak saat dewasa dan menurun pada saat tua karena proses biologis tubuh. Kecerdasan kristal adalah kecerdasan yang diperoleh dari proses

pembelajaran dan pengalaman hidup. Kecerdasan ini dapat terus meningkat tidak ada batas maksimal selama manusia mau dan bisa belajar.[7] Gardner sendiri mendefinisikan

intelegensi tidak banyak berbeda dengan para ahli yaitu kemampuan untuk menyelesaikan masalah atau menciptakan produk yang berharga dalam satu atau beberapa lingkungan budaya dan masyarakat.[8]

Perkembangan selanjutnya, kecerdasan individu akan mulai tampak terasah ketika

dihadapkan pada interaksi sosial. Teori kognitif sosialnya Albert Bandura serta Lev Vygotsky mengatakan bahwa perkembangan anak ditentukan pula oleh interaksi mereka dengan teman sebaya dan lingkungannya. David Perkins dari Harvard University berpendapat bahwa Kecerdasan dipengaruhi dan dioperasikan oleh beberapa faktor dalam kehidupan yaitu sistem otak, pengalaman hidup, dan kapasitas untuk pengaturan diri.[9]

Dalam bukunya Frame of Mind, tahun 1983, Howard Gardner menampilkan Theory of

Multiple Intelligences yang memperkuat perspektifnya tentang kognisi manusia. Gardner

mengatakan bahwa “Intelligence is the ability to find and solve problems and create Products

of value in one’s own culture”. Menurut Gardner, kecerdasan seseorang tidak diukur dari

hasil tes psikologi standar, namun dapat dilihat dari kebiasaan seseorang terhadap dua hal, yakni kebiasaan menyelesaikan masalah (problem solving) secara mandiri dan kreativitas

(creativity) menciptakan produk yang punya nilai budaya. Tanpa sadar, orang tua dan guru

justru membunuh sumber kecerdasan tersebut, yaitu problem solving dan creativity.[10] Secara bahasa Multiple Intelligences diartikan Kecerdasan Majemuk.[11] Ada juga yang mengartikan Kecerdasan Beragam.[12] Awalnya Howard Gardner menyusun daftar tujuh inteligensi yang dimiliki manusia dalam buku fenomenalnya, Frames of Mind (1983), yakni

(13)

kecerdasan linguistik, kecerdasan logis-matematis, kecerdasan visual-spasial, kecerdasan musikal, kecerdasan gerak-badani/kinestetik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal. Pada bukunya Intelligence Reframed (2000), ia menambahkan adanya dua kecerdasan baru, yaitu kecerdasan naturalis atau lingkungan dan kecerdasan eksistensial.[13] Akan tetapi, sebenarnya kecerdasan manusia tidak hanya sebatas pada sembilan kecerdasan yang disebutkan di atas. Teori kecerdasan majemuk Gardner masih mungkin terus

berkembang sehingga pembahasan mengenai kecerdasan manusia akan selalu menarik. Maka penilaian kecerdasan yang mengacu hanya pada ranah akademis sangat tidak tepat.

1. Macam-macam kecerdasan manusia menurut Gardner

Pada awal penelitian, Howard Gardner menemukan enam kecerdasan kemudian menjadi tujuh kecerdasan, hingga akhirnya ia menambahkan dua kecerdasan lagi. Bukan tidak mungkin akan berkembang lagi kecerdasan lainnya, sembilan kecerdasan yang dimaksud tersebut yaitu:

1. Kecerdasan Bahasa/ Linguistik Intelligence

Kecerdasan bahasa merupakan kemampuan mengekspresikan daya pikir dalam bentuk kata dan menggunakan bahasa dalam menghargai makna yang kompleks. Penggunaan kata-kata serta bahasa untuk berkomunikasi dan mengungkapkan emosi, dapat membedakan manusia dengan makhluk lain bahkan individu satu dengan individu lain. Bahasa telah mengubah spesialisasi dan fungsi otak manusia dengan menawarkan kemungkinan-kemungkinan untuk menggali dan mengembangkan kecerdasan manusia.

Masa prenatal menjadi awal perkembangan kecerdasan bahasa. Dengan sering mengajak bicara dan menyanyi untuk janin, akan mempengaruhi perkembangan kecerdasan pada tahap selanjutnya. Pada masa anak-anak, sebaiknya sudah dibiasakan dan dilibatkan dalam diskusi ringan, mengajukan pertanyaan dan mengungkapkan pendapat. Mereka juga harus dilatih untuk bermain dengan kata-kata, bercanda dan bercerita agar mereka terbiasa berkomunikasi dan berbahasa.

Dalam kasus pelajar atau mahasiswa, kepercayaan diri akan tumbuh ketika mereka mampu mempertahankan posisi atau argumentasinya dalam suatu diskusi dan debat. Mereka memiliki peluang untuk mengetahui lebih dalam suatu pelajaran dari diskusi dengan teman-temannya. Maka dari itu, penggunaan kata-kata yang tepat dalam berbahasa yang dimulai dari kebiasaan berdiskusi akan membuka peluang seseorang mengembangkan kecerdasan bahasanya. Kelak diharapkan akan menjadi manusia yang hebat dengan kemampuan bahasanya. Para penyair, pengarang, pembicara, pengajar, jurnalis dan sebagainya, memiliki tingkat kecerdasan linguistik yang tinggi.

2. Kecerdasan Logika-Matematika/ Logical-Mathematical Intelligence

Kecerdasan logika-matematika merupakan kemampuan dalam berhitung, mengukur, menilai dan menyelesaikan operasi-operasi matematis. Atau dapat diartikan sebagai kepekaan dan

(14)

kemampuan untuk membedakan pola logika atau numerik, dan kemampuan untuk menangani rangkaian penalaran yang panjang.[14] Kecerdasan ini dapat terlihat dari kemampuan

seseorang dalam berhitung dan menggunakan logika.

Angka dan logika merupakan suatu hal pokok yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan. Dalam setiap aspek kehidupan manusia, angka dan logika menjadi hal yang sangat urgen. Pada masa sekarang ini, seseorang dituntut untuk berpikir secara matematis dan ilmiah untuk dapat berpendapat. Pendapat yang tidak ilmiah, sulit untuk diterima publik atau bahkan akan ditolak sehingga seseorang harus menguasai logika-matematika.

Ciri-ciri orang yang cerdas secara logis-matematis mencakup kemampuan dalam penalaran, berpikir dalam pola sebab-akibat, menciptakan hipotesa, mencari keteraturan konseptual atau numerik dan pandangan hidupnya umumnya bersifat rasional. Ini merupakan kecerdasan yang dimiliki para ilmuwan, akuntan dan pemrogram komputer.

3. Kecerdasan Visual-Spasial/Visual-Spatial Intelligence

Kecerdasan visual-spasial yaitu kecerdasan yang mencakup berpikir dalam gambar, serta kemampuan untuk memahami, mengubah dan menciptakan kembali berbagai aspek dunia visual-spasial. Kecerdasan ini membangkitkan kapasitas untuk berpikir dalam tiga dimensi seperti yang dilakukan pelaut, pemahat, pelukis atau arsitek. Persepsi langsung dunia visual merupakan ciri sentral kecerdasan spasial.

Kecerdasan ini dapat terlihat dari perilaku anak kecil yang suka membuat coretan-coretan lingkaran atau yang lainnya sampai lukisan Monalisa karya pelukis kondang Leonardo Da Vinci yang terkenal. Setiap karya tersebut dihasilkan dari proses awal mempersepsi dunia visual yang berlanjut dengan kemampuan untuk memodifikasi dan menciptakan hal yang baru.

Kecerdasan ini merupakan kecerdasan para arsitek, fotografer, dan insinyur mesin. Orang dengan kecerdasan spasial yang tinggi mempunyai kepekaan yang tajam terhadap detail visual dan dapat menggambarkan sesuatu dengan begitu hidup.

4. Kecerdasan Kinestetik-Tubuh/Bodily-Kinesthetic Intelligence

Sering disebut dengan kecerdasan fisik yang mencakup bakat dalam mengendalikan gerak tubuh dan keterampilan dalam menangani benda. Kecerdasan ini termasuk di dalamnya kemampuan untuk menyatukan tubuh dan pikiran untuk menyempurnakan pementasan fisik. Berawal dari kontrol refleks dan gerakan-gerakan sukarelawan, kemajuan inteligensi

kinestetik digunakan oleh tubuh dan mengubah tujuan menjadi aksi yang menawan. Seorang atlet olahraga, penari, aktor dan pemain pantomim mengembangkan kemampuan mereka dalam menggerakkan tubuh dan menguasai benda. Belajar mengoptimalkan seluruh anggota tubuh jarang sekali dilakukan. Kita sering memanfaatkan tubuh hanya dalam

beberapa kepentingan dasar saja tanpa ada hasrat untuk mengembangkannya. Dengan latihan dan pembiasaan, maka kita dapat mengasah keterampilan kita dalam menggerakkan tubuh dan menguasai benda dengan anggota tubuh kita.

(15)

5. Kecerdasan Musik/Music Intelligence

Musik adalah bentuk seni tertua yang menggunakan instrumen alami dan menggunakan ekspresi diri. Musik lahir bersamaan dengan munculnya manusia di dunia. Ketika dalam kandungan, kita hidup dengan irama detak jantung ibu selama sembilan bulan. Kitapun hidup dengan irama detak jantung kita sendiri dan irama pernafasan.

Ciri dasar dari kecerdasan ini ialah kemampuan untuk menangkap, menghargai dan menciptakan irama dan melodi melalui ritme dan nada. Kita tidak harus menjadi pemusik profesional untuk mampu berpikir secara musikal. Kita dikelilingi oleh musik setiap hari dan menggunakan pikiran musikal kita dalam perjalanan hidup sehari-hari. Tidak dapat

dibayangkan jika dunia ini tidak ada musik, pasti sepi dan membosankan.

Di suatu tempat dalam benak kita, terdapat ribuan ungkapan musikal yang menunggu isyarat untuk diaktifkan. Modal inilah yang dikembangkan seorang musisi, komposer serta pembuat alat musik untuk menciptakan maha karya yang berharga, musik.

6. Kecerdasan Interpersonal/Interpersonal Intelligence

Kecerdasan interpersonal merupakan kemampuan untuk memahami dan berinteraksi dengan orang lain. Kecerdasan ini menuntut kemampuan untuk peka dan tanggap terhadap suasana hati, perasaan, perangai, dan hasrat orang lain. Termasuk juga kemampuan untuk membentuk dan membina hubungan serta mengetahui berbagai peranan yang terdapat dalam suatu

kelompok, baik sebagai anggota maupun pemimpin.

Psikolog asal Inggris, N.K Humphrey mengatakan bahwa inteligensi sosial adalah hal yang paling penting dalam intelek manusia. Hunphrey mengatakan bahwa kegunaan kreatif dari pikiran manusia yang paling besar adalah mengadakan cara untuk mempertahankan sosial manusia secara efektif.[15] Kecerdasan ini terlihat jelas pada orang-orang yang memiliki kemampuan sosial yang baik seperti pemimpin organisasi, guru, ahli terapi dan konselor.

7. Kecerdasan Intrapersonal/Intrapersonal Intelligence

Kecerdasan intrapersonal merupakan kemampuan untuk membuat persepsi yang akurat tentang diri sendiri dan menggunakan pengetahuan semacam itu dalam merencanakan dan mengarahkan hidup. Sebagian besar peneliti percaya bahwa ketika kita lahir ke dunia, kecerdasan intra personal telah telah berkembang dari sebuah kombinasi gen, lingkungan dan pengalaman.[16]

Menentukan sifat dasar diri secara tepat sungguh sangat sulit. Untuk sampai pada definisi tentang diri, persoalan sesungguhnya terletak pada fakta bahwa objek penelitian kita adalah entitas yang juga melakukan penelitian tersebut. Menurut sudut pandang psikolog masa kini, diri sejati adalah yang berkembang dari interaksi dengan lingkungan. Diri sejati merupakan sumber kreatifitas batin, vitalitas, spontanitas, dan kesejahteraan emosi seseorang.[17] Menjadi hal yang sangat penting untuk bisa memahami diri sendiri dan tujuan kita sehingga pada akhirnya kita mampu merencanakan hidup secara efektif. Seseorang yang mampu memahami dirinya, akan dapat menjalani hidup secara mandiri dan mampu mengembangkan

(16)

potensi yang ia miliki. Beberapa individu yang memiliki kecerdasan semacam ini antara lain ahli ilmu agama, psikiater dan ahli filsafat.

8. Kecerdasan Naturalis

Kecerdasan naturalis mampu mengenali dan memahami flora dan fauna dengan baik, menikmati alam, mengenal tanaman dan binatang dengan baik, menyukai kegiatan outdoor

seperti camping, hiking, memancing, menyukai aktifitas belajar di luar kelas untuk mengobservasi alam secara langsung, serta senang mengoleksi benda-benda alam seperti batu-batuan, kulit kerang dan sebagainya. Kemampuan untuk mengerti flora dan fauna dengan baik, menikmati alam, mengenal tanaman dan binatang dengan baik. Charles Darwin, merupakan tokoh terkenal dengan kecerdasan Naturalist Intelligence.

9. Kecerdasan eksistensial

Kecerdasan eksistensial adalah kemampuan seseorang menjawab persoalan-persoalan

eksistensi manusia, memiliki spiritual quotient yang menonjol, baik terhadap sesama, sopan, serta pandai menjaga rahasia. Kemampuan menyangkut kepekaan dan kemampuan seseorang untuk menjawab persoalan-persoalan terdalam keberadaan atau eksistensi manusia. Misalnya persoalan mengapa ada, apa makna hidup ini. Tokoh terkenal yang mempunyai kecerdasan ini seperti Plato, Sokrates, Thomas Aquinas, dan lainnya.

Banyak tokoh penting dunia yang menjadi sukses dan terkenal bukan karena ber-IQ tinggi, melainkan karena salah satu dari kecerdasan majemuk yang mereka miliki tersebut. Sehingga sangat tidak tepat jika seorang anak dicap bodoh hanya karena dia selalu mendapatkan nilai rendah pada pelajaran matematika, padahal dia memiliki prestasi cemerlang di bidang lainnya.[18]

1. Implementasi teori Multiple Intelligences dalam pendidikan Konsep tentang Multiple Intelligences yang digagas Gardner merupakan salah satu

perkembangan paling penting dan menjanjikan dalam pendidikan dewasa ini, berdasarkan karya monumentalnya, Frames of Mind (1983).[19] Howard Gardner selalu memaparkan tiga hal yang berkaitan dengan MI, yaitu komponen inti, kompetensi, dan kondisi akhir terbaik. Tiga hal tersebut berkaitan dengan dunia pendidikan. Setiap area dalam otak yang disebut

lobus of brain ternyata memiliki komponen inti berupa potensi kepekaan yang akan muncul

apabila diberi stimulus yang tepat, kepekaan inilah yang akan menghasilkan kompetensi. Apabila kompetensi tersebut dilatih terus-menerus dalam silabus yang tepat, akan muncul kondisi akhir terbaik dari seseorang.[20]

Menurut Haggerty, sebagaimana dikutip oleh Paul Suparno, ia mengungkapkan beberapa prinsip umum pembelajaran untuk membantu mengembangkan Multiple Intelligences pada peserta didik dapat berkembang sepanjang hidup asal terus dibina dan ditingkatkan.[21] Dengan demikian jelas sekali bahwa pendidikan dan teori kecerdasan majemuk merupakan dua komponen yang sangat tepat untuk dipadukan.

(17)

Dalam dunia pendidikan, teori Multiple Intelligences bisa menjadi sebuah strategi

pembelajaran untuk materi apapun dalam semua bidang studi. Inti dari strategi pembelajaran ini adalah bagaimana guru mengemas gaya mengajarnya agar mudah ditangkap dan

dimengerti oleh siswanya.[22] Menurut Chatib, kesalahpahaman penerapan teori MI di sekolah dikarenakan guru menganggap MI sebagai bidang studi atau sebagai kurikulum sekolah bukan sebagai strategi pembelajaran. Strategi pembelajaran berdasarkan teori

Multiple Intelligences sangat banyak, apabila gurunya kreatif maka strategi pembelajarannya

sangat tak terbatas. Langkah awal dalam penerapan strategi pembelajaran yang baik ialah membatasi waktu bagi guru untuk menjelaskan materi sekitar 30% dan yang 70% untuk siswa beraktivitas. Dengan aktivitas tersebut maka secara otomatis siswa akan belajar. Menurut penelitian Dr. Venon Magnesen dari Texas University, otak manusia lebih cepat menangkap informasi yang berasal dari modalitas visual yang bergerak, seperti aktivitas tubuh, emosi, koordinasi dan segala jenis gerak.[23] Memori peserta didik akan lebih kuat mengingat praktek membuat tempe dalam mata pelajaran biologi daripada pelajaran tersebut diterangkan guru di depan kelas.

Dengan menitikberatkan pembelajaran pada aktivitas anak, maka guru dapat memperhatikan kecenderungan gaya belajar anak sekaligus kecerdasan yang dimilikinya. Apabila hal-hal tersebut sudah teridentifikasi, guru akan lebih mudah untuk menerapkan strategi mana yang akan diterapkan.

IV. PENUTUP

Demikianlah makalah yang dapat kami sampaikan. Kami sadar masih terdapat banyak kesalahan dalam penulisan kami ini. Untuk itu, saran, kritik dan evaluasi dari pembaca sangat kami harapkan demi perkembangan karya kami selanjutnya. Semoga tulisan ini dapat

memberikan manfaat dan tambahan pengetahuan bagi kami dan pembaca sekalian. Amin.

DAFTAR PUSTAKA

Armstrong, Thomas, 7 Kinds of Smart, (Jakarta: PT. GramediaPustaka Utama, 2002) , Multiple Intelligences in the Classroom, dialihbahasakan dengan judul

Sekolah Para Juara: Menerapkan Multiple Intelligences di Dunia Pendidikan” (Bandung:

Kaifa, 2004)

Campbell, Linda dkk, Metode Praktis Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences, (Depok: Intuisi Press, 2006)

Chatib, Munif, Gurunya Manusia, (Bandung: Kaifa, 2013), cet. X , Sekolahnya Manusia, (Bandung: Kaifa, 2012), cet. XV

(18)

Gardner, Howard, Kecerdasan Majemuk, Teori dalam Praktek, alih bahasa Alexander Sindoro (Batam: Interaksara, 2003)

Gunawan, Adi W., Genius Learning Strategy: Petunjuk Praktis untuk Menerapkan

Accelerated Learning, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2006), Cet. III

Guy R. Lefrancois, Psychology for Teaching, (Belmont: Wadsworth Publishing Company, 1988)

Hamzah B., Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008)

http://edukasi.kompasiana.com/2012/09/04/kenali-kecerdasan-dan-gaya-belajar-anak-anda-484127.html

Jasmine, Julia, Panduan Praktis Mengajar Berbasis Multiple Intelligences, (Bandung: Nuansa, 2007)

Soemanto, Wasty, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Gipta, 2006)

Sukmadinata, Nana Syaodih, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakrya, 2007)

Suparno, Paul, Teori Kecerdasan Ganda dan Aplikasinya di Sekolah: Cara Menerapkan

Teori Multiple Intelligences Howard Gardner, (Yogyakarta, Kanisius, 2007), Cet. IV

Syamsudin Makmun, Abin, Psikologi Kependidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002)

Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional William English, Evelyn, Gift of Literacy for the Multiple Intelligences Classroom

diterjemahkan dengan judul “Mengajar dengan Empati, Panduan Belajar Mengajar Tepat

dan Menyeluruh untuk Ruang Kelas dengan Kecerdasan Beragam”, (Bandung: Nuansa,

2005)

[1] Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3. [2] Abin Syamsudin Makmun, Psikologi Kependidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 54

[3] Wasty Soemanto. Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Gipta, 2006), hlm. 94 [4] Linda Campbell dkk, Metode Praktis Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences,

(19)

[5] Uno Hamzah B., Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hal. 59

[6] Sukmadinata, Nana Syaodih, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakrya, 2007), hlm. 96

[7] Guy R. Lefrancois, Psychology for Teaching, (Belmont: Wadsworth Publishing Company, 1988), hlm. 208.

[8] Howard Gardner, Kecerdasan Majemuk, Teori dalam Praktek, alih bahasa Alexander Sindoro (Batam: Interaksara, 2003), hlm.5

[9] Adi W. Gunawan, Genius Learning Strategy: Petunjuk Praktis untuk Menerapkan

Accelerated Learning, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2006), Cet. III, hlm. 221.

[10] Munif Chatib, Gurunya Manusia, (Bandung: Kaifa, 2013), cet. X, hlm. 132 [11] Lihat buku terjemahan Multiple Intelligences in the Classroom karangan Thomas Armstrong, “Sekolah Para Juara: Menerapkan Multiple Intelligences di Dunia Pendidikan” (Bandung: Kaifa, 2004). Di dalam buku tersebut, Multiple Intelligences diterjemahkan Kecerdasan Majemuk.

[12] Evelyn William English, Gift of Literacy for the Multiple Intelligences Classroom

diterjemahkan dengan judul “Mengajar dengan Empati, Panduan Belajar Mengajar Tepat

dan Menyeluruh untuk Ruang Kelas dengan Kecerdasan Beragam”, (Bandung: Nuansa,

2005)

[13] Paul Suparno, Teori Kecerdasan Ganda dan Aplikasinya di Sekolah: Cara Menerapkan

Teori Multiple Intelligences Howard Gardner, (Yogyakarta, Kanisius, 2007), Cet. IV, hlm. 19.

[14] Thomas Armstrong, 7 Kinds of Smart, (Jakarta: PT. GramediaPustaka Utama, 2002), hlm. 85-86. [15] Campbell Metode…, hlm. 172 [16] Ibid, hlm. 202 [17] Armstrong, 7 Kinds…, hlm. 118 [18] http://edukasi.kompasiana.com/2012/09/04/kenali-kecerdasan-dan-gaya-belajar-anak-anda-484127.html

[19] Julia Jasmine, Panduan Praktis Mengajar Berbasis Multiple Intelligences, (Bandung: Nuansa, 2007), hlm. 5.

[20] Chatib, Gurunya …, hlm. 135 [21] Suparno, Teori …, hlm. 19.

(20)

[22] Munif Chatib, Sekolahnya Manusia, (Bandung: Kaifa, 2012), cet. XV, hlm. 108 [23] Ibid, hlm. 136 – 137

(21)

PTK SD: PENERAPAN PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI TINDAK TUTUR GURU DALAM INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR DI SEKOLAH DASAR

Rabu, 03 September 2014 0 comments

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan penerapan pendidikan karakter dan strategi penerapan pendidikan karakter melalui tindak tutur guru dalam interaksi belajar mengajar di kelas. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif diskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan

pendidikan karakter dapat diterapkan di sekolah dasar mulai dari kelas satu sampai kelas enam. Pelaksanaan di dalam kelas melalui nasehat, himbauan, ajakan, larangan, maupun perintah. Strategi pelaksanaan pendidikan karakter di kelas dimasukkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran yang diajarkan guru dalam interaksi belajar. Selain itu penerapan pendidikan karakter dapat diterapkan dalam setiap mata pelajaran yang diajarkan di kelas. Pendidikan karakter diajarkan terintegrasi pada setiap mata pelajaran, karena pendidikan karakter tidak berdiri sendiri sebagai mata pelajaran. Hasil penelitian ini adalah: (1) bahwa pendidikan karakter perlu diterapkan di sekolah karena dapat

membentuk sikap, tingkah laku, dan kepribadian siswa yang berhati mulia., (2) menanamkan budi pekerti dan kebiasaan-kebiasaan yang baik kepada siswa dalam kehidupan sehari-hari, (3) strategi penerapan pendidikan karakter dapat dilaksanakan melalui kegiatan kurikuler dan ektrakurikuler, dengan cara

memberikan bimbingan, nasehat, saran, anjuran dan perintah. Kata kunci: Tindak Tutur Guru

PENDAHULUAN

Realita permasalahan kebangsaan yang berkembang saat ini, terutama yang berkaitan dengan pembangunan pendidikan karakter, kepribadian, dan budi pekerti sudah mulai mengkhawatirkan, seperti disorientasi, bergesernya nilai-nilai etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, memudarnya

(22)

kesadaran terhadap nilai-nilai budaya bangsa, sudah mulai memprihatinkan. Untuk mendukung perwujudan cita-cita pembangunan karakter

sebagaimana diamanatkan dalam Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 serta mengatasi permasalahan kebangsaan ini, maka pemerintah menjadikan

pendidikan karakter sebagai salah satu program prioritas pembangunan nasional (Kemendiknas, 2011:i)

Upaya pembentukan karakter sesuai dengan budaya bangsa ini tentu tidak semata-mata hanya dilakukan di sekolah melalui serangkaian kegiatan belajar mengajar, akan tetapi juga melalui pembiasaan dalam kehidupan siswa sehari-hari, seperti: religius, jujur, disiplin, toleransi, etika, sikap, tingkah laku, dan sebagainya. Sikap, tingkah laku, kepribadian, dan karakter siswa tersebut, dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya adalah faktor lingkungan

keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Ketiga faktor tersebut tidak dapat dipisahkan dari kehidupan siswa. Oleh sebab itu

perkembangan sikap, tingkah laku, kepribadian dan karakter siswa merupakan tanggung jawab kita bersama, yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Suprayekti (2004:7) menyatakan bahwa guru memegang kendali utama untuk keberhasilan tercapainya tujuan. Oleh sebab itu, peran guru sangat besar di dalam pembelajaran, karena guru sebagai penanggung jawab kegiatan belajar mengajar. Guru berperan sebagai pengajar, pembimbing, perantara sekolah dengan masyarakat (Ahmadi, 2005:17). Peranan guru sangat dominan dalam pembentukan sikap, mental dan watak kepribadian siswa-siswinya.

Pendidikan karakter adalah pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak (Kemendiknas, 2011:1) Keteladanan guru dapat dilakukan melalui tindak tutur di dalam kelas, karena sedikit banyak tindak tutur guru di dalam kelas mempunyai suatu kontribusi dalam

pembentukan kepribadian dan karakter peserta didik. Guru sebagai the role of model, guru hendaknya berperilaku dan bertutur kata yang dapat dijadikan teladan dan contoh bagi siswa-siswinya.

Permasalahan yang menjadi fokus penelitian adalah (1) Mengapa diperlukan penerapan pendidikan karakter melalui tindak tutur guru dalam interaksi belajar mengajar di Sekolah Dasar Negeri 03 Pereng? (2) Bagaimana Strategi penerapan pendidikan karakter melalui tindak tutur guru dalam

interaksi belajar mengajar di Sekolah Dasar Negeri 03 Pereng? Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mendiskripsikan penerapan pendidikan karakter melalui tindak tutur guru dalam interaksi belajar mengajar di Sekolah Dasar Negeri 03 Pereng, (2) Mengetahui strategi penerapan pendidikan karakter melalui tindak tutur guru dalam interaksi belajar mengajar di Sekolah Dasar Negeri 03 Pereng. LANDASAN TEORI

Kemendiknas (2011:1) berpendapat bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, dan pendidikan watak. Pusat Kurikulum (2009:9) menyatakan bahwa pendidikan karakter ada delapan belas nilai yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional yaitu: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai, bersahabat, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. “Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen

(23)

pengetahuan, kesadaran, dan tindakan

(http://akhmadsudrajat/pendidikan/karakter/htm). Undang-Undang Nomor: 20/2003 tentang Sisdiknan menyatakan Pendidikan Nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Richard (1985:265) mendefinisikan tindak tutur sebagai tuturan yang menjadi unit fungsional dalam komunikasi. Sedangkan Levinson (1997:227) Pemakaian makna dan daya tuturan hanya dapat dijelaskan dalam hubungan aktivitas, atau permainan bahasa yang di dalamnya tuturan-tuturan memainkan suatu peran. Ismari (1995:76) menyatakan bahwa tindak tutur dalam arti sempit adalah istilah minimal dari pemakaian situasi tutur/peristiwa tutur/tindak tutur. Searle (1969:23-24), menyatakan secara pragmatik setiap tindak tutur termanifestasikan ke dalam tiga tindak sekaligus yaitu: (1) tindak untuk mengatakan sesuatu (locutionary act), tindak ini disebut the act of saying something, (2) tindak untuk melakukan sesuatu (illocutionary act), tindak ini dinamakan the act of doing something, dan (3) tindak mempengaruhi mitra tutur. (perlocutionary act), tindak ini disebut the act of affecting someone. Searle (dalam Leech,1993:164-165) menggolongkan tindak tutur ke dalam lima jenis tindak tutur yaitu: asertif (assertives), direktif (directives), komisif

(commissives), ekspresif (expressives), dan deklaratif (declaratives).

Belajar secara umum dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku akibat interaksi individu dengan lingkungannya (Suprayekti, 2004:2) Ahmadi (2005:16) menyatakan bahwa belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan pelatihan. Sardiman (2007:48), menyatakan bahwa mengajar diartikan sebagai suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan anak, sehingga terjadi proses belajar.

Mempertimbangkan dan memilih sistem belajar mengajar yang tepat untuk mencapai sasaran yang akurat. (http://sutisna.com/pendidikan/strategi-belajar-mengajar/konsep-strategi-belajar-mengajar/). Winarno (1994:26-29) interaksi belajar mengajar di kelas sebagai suatu proses yang keterkaitan berbagai komponen siswa didik, pendidik, tujuan, metode, sarana , bahan/materi, dan evaluasi.

Leech (1993:8) mendefinisikan Pragmatics is the study of meaning in relations to speech situation. Levinson (1997:9) mendefinisikan “Pragmatics is the study of those relations between language and context that are

grammaticalized, or encoded in the structure of a language” (Pragmatik merupakan studi bahasa yang mempelajari relasi bahasa dengan konteksnya, konteks yang dimaksud tergramatikalisasi di dalam struktur bahasa). Parker (1986:11) Pragmatik berbeda dari tata bahasa yang merupakan kajian struktur bahasa secara internal.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Strategi penelitian yang digunakan adalah studi kasus terpancang, karena permasalahannya dan fokus penelitiannya sudah ditentukan

sebelumnya. Sumber datanya adalah: (1)guru-guru SDN 03 Pereng, kecamatan Mojogedang, (2) Proses pembelajaran di kelas, (3) Siswa, (4)Arsip dan

(24)

Teknik cuplikan (sampling) yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan cara wawancara, observasi langsung, kuesioner, dan analisis dokumen. Untuk

menjamin pemeriksaan keabsahan data maka dalam penelitian ini menggunakan teknik trianggulasi,yaitu: (1) trianggulasi data (sumber), (2) trianggulasi

peneliti, (3) trianggulasi metode, dan (4) trianggulasi teoretis.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis interaktif. Analisis interaktif proses analisisnya, pengumpulan data, reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan.

Proses analisis interaktif dapat digambarkan skema sebagai berikut :

Gambar 1. Proses analisis interaktif HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Pada awal penelitian memang dapat dilihat, ada sebagian siswa yang kurang peduli dan tidak mau berjabat tangan dengan guru. Hal ini disebabkan karena malu, berebut cepat duduk, dan berebut cepat pulang, dan berbagai alasan lain. Kegiatan yang dapat mendidik untuk pendidikan karakter di sekolah, yang dilaksakan oleh sekolah dan siswa kelas satu sampai kelas enam adalah: (a) jabat tangan dengan guru sebelum masuk kelas dan pulang sekolah, (b) doa sebelum pelajaran dimulai dan doa waktu akan pulang sekolah, (c) hormat bendera sebelum pembelajaran dimulai dan waktu akan pulang, (d)

menyanyikan lagu Nasional sebelum pelajaran dimulai dan waktu akan pulang, (e) melaksanakan upacara bendera setiap hari Senin, (f) melaksanakan senam pagi setiap hari Selasa dan Jumat, (g) berpakaian seragam sesuai tata tertib sekolah, (h) membuang sampah pada tempat sampah, (i) melaksanakan kegiatan kebersihan kelas sesuai jadwal piket, (j) Melaksanakan kegiatan gerak jalan bersama setiap jumat minggu pertama. Penerapan pendidikan karakter di Sekolah Dasar Negeri 03 Pereng ini sudah dimulai sejak kelas satu sampai kelas enam.

Penerapan pendidikan karakter ini terintegrasi dalam setiap mata pelajaran yang relevan. Sesuai dengan visi dan misi SD Negeri 03 Pereng, bahwa iman, taqwa dan prestasi merupakan suatu kesatuan yang utuh yang akan dicapai dalam masa yang akan datang. Pendidikan karakter di sekolah

(25)

dibangun melalui keterlibatan semua unsur di sekolah. Kepala sekolah, pendidik, tenaga kependidikan dan peserta didik dalam interaksi yang diikat oleh aturan, norma, moral dan etika bersama yang berlaku di sekolah. Setiap kelas, mulai dari kelas satu sampai kelas enam sebelum pelajaran dimulai berdoa menurut agama dan kepercayaannya masing-masing, dipimpin oleh ketua kelas,

selanjutnya menyanyikan salah satu lagu nasional. Demikian juga waktu mau pulang dilaksanakan kegiatan doa bersama dan menyanyikan lagu nasional, dengan pemberian pengarahan dan pembinaan dari guru.

Tindak tutur guru dalam interaksi belajar mengajar di dalam kelas dapat berupa: a) Asertif (assertives)

Data di bawah ini merupakan contoh-contoh tindak tutur asertif, yang dilakukan oleh guru kelas satu Sj, guru kelas tiga Bd, dan guru kelas lima Spm, yang berkaitan dengan penerapan pendidikan karakter. Contoh tindak tutur guru dalam interaksi belajar mengajar di kelas, yang dapat memberikan informasi, menunjukkan, menerangkan, menyebutkan, dan mengumumkan sesuatu materi pelajaran yang dapat menumbuhkembangkan nilai-nilai penerapan pendidikan karakter siswa di kelas.

Guru kelas satu, Sj dalam pembelajaran kegiatan awal atau dalam tahap apersepsi, tindak tuturnya yang dapat dimasukkan dalam tindak tutur asertif sebagai contoh:

”Anak-anak, siapa yang setiap hari berangkat sekolah, minta doa restu dan pamitan dengan orang tua?”

”Saya bu, saya bu....”

”Kalau begitu baik tidak kalau anak-anak mencium tangan orang tua sebelum berangkat sekolah?”

”Baik bu”.

”Berdoalah sebelum berangkat ke sekolah, jangan lupa berjabat tangan dengan orang tua kita, dan minta ijin pada orang tua”.

”Mengapa kita berdoa pada Tuhan dan minta ijin pada orang tua? Agar kita selamat diperjalanan dan dapat belajar dengan baik”.

Selanjutnya, pada kegiatan inti, ibu guru Sj dalam menyampaikan materi pembelajaran, sudah terlihat memberikan nasihat-nasihat kepada siswa-siswinya, supaya menghormati orang tuanya.

Contoh:

”Anak-anak, coba diperhatikan gambar ini”. (sambil menunjukkan gambar keluarga inti)

”Gambar apa ini?”

(sebagian besar menjawab) ”keluarga”

”Ya, ini gambar keluarga, atau keluarga inti”. ”Kelurga inti terdiri dari ayah, ibu dan anak. ”Siapa yang melahirkan kalian?”

Ibu

”Jangan lupakan kasih sayang ibu”.

Pada kegiatan penutup, ibu guru Sj menyampaikan beberapa nasihat, di antaranyaa adalah:

”Sebelum pulang, ibu guru berpesan”.

”Hati-hatilah di jalan. Jangan sembrono di jalan raya, banyak kendaraan yang lewat”.

(26)

”Sampai di rumah jangan lupa mengucapkan salam pada orang tua”. ’Belajar yang rajin di rumah, tugas dari ibu guru dikerjakan yang sungguh-sungguh”.

”Iya bu guru”. ”Mari kita berdoa”.

”Ketua kelas menyiapkan kelasnya yang baik”.

Pengamatan pada guru kelas tiga ibu Bd dalam pembelajaran awal atau kegiatan apersepsi, memberikan pengarahan dan pembinaan dengan tindak tutur dengan mengkondisikan siswa di dalam kelas dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut.

”Anak-anak, mari sebelum pelajaran di mulai kita berdoa terlebih dahulu”. ”Dengan berdoa kita akan selalu dilindungi dan berkahi oleh Tuhan Yang Maha Kuasa”.

”anak-anak berdoa” setelah selesai berdoa (Serentak) ”Selamat pagi ibu guru”.

”Selamat pagi anak-anak. Sekarang yang tidak masuk siapa?” (guru memanggil nama siswa satu persatu)

”Anak-anak, tolong diperhatikan ya”.

”Bila anak-anak tidak masuk sekolah sebaiknya harus memberitahukan kepada ibu guru bisa dengan membuat surat ijin”.

”Ya, bu”.

”Anak-anak siap untuk belajar hari ini?” ”Siap bu”.

(Selanjutnya ibu guru menyajikan pembelajaran).

Dalam penyajian pembelajaran ini, ibu guru Bd memberikan pernyataan-pernyataan yang menerapkan dalam pendidikan karakter. Sebagai contoh:

”Anak-anak kalau mengerjakan jangan meniru temannya ya, bekerja sendiri-sendiri”.

”Meniru teman belum tentu teman kalian itu benar. Lha kalau temanmu salah kamu apa mau juga, tidak khan?makanya dikerjakan sendiri ya”.

”Harus punya pendirian, kerjaannya yang paling benar”. ”Tidak boleh meniru teman-temannya, ya”.

”Kalau jajan pada waktu istirahat, bungkusnya di kumpulkan di tempat sampah, ya”.

Pada akhir pembelajaran ibu guru Bd menyampaikan beberapa nasihat, di antaranya sebagai berikut.

”Sebelum pulang, ibu guru berpesan”.

”Hati-hatilah dalam perjalanan, banyak kendaraan yang lewat”. ”Sampai di rumah, makan, dan istirahat”.

”Jangan lupa Belajar yang rajin di rumah” ”Iya bu guru”.

”Mari kita berdoa”.

”Ketua kelas menyiapkan kelasnya yang baik”.

(ibu guru Bd.berdiri di depan kelas, siswa urut satu persatu berjabat tangan dengan ibu guru Bd)

(27)

”Hati-hatidi jalan”.

Demikian pula pada guru kelas lima, bapak Spm. Penyampaian dan penerapan pendidikan karakter melalui tindak tutur guru di dalam kelas lima oleh guru kelas Spm, dapat dilihat pada kegiatan sebelum pelajaran di mulai, antara lain:

Bapak guru masuk kelas (tanpa di suruh semua siswa berdiri dan ketua kelas menyiapkan dan memberi aba-aba untuk berdoa)

”Siap grak, berdoa mulai, selesai”. ”Selamat pagi pak guru”.

Selamat pagi anak-anak. Ada yang ijin hari ini? (guru memanggil nama siswa satu persatu)

”Baik, kelas lima hari ini masuk semua tidak ada yang ijin. Hari ini pelajaran PPKn”.

”Sebelum pelajaran, mari kita menyanyi dulu, lagu apa?” (semua mengutarakan keinginannya masing-masing).

”Kalau begitu, bapak guru yang menentukan saja, Padamu Negeri, setuju”.

”Setuju pak” ”Setuju pak”.

Pada kegiatan inti pembelajaran, bapak guru Spm memberikan saran dan pembinaan bagaimana mencintai dan melakukan kejujuran dalam kehidupan sehari-hari, dan semangat kerja keras dalam mencapai cita-cita dan harapan. Tuturan guru Spm sebagai berikut.

”Siapa yang tekun belajar, pasti akan mendapatkan imbalan”. Ada pepatah ”berakit-rakit ke hulu berenang-renang ketepian, bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian”

”Bagi siswa yang mengerjakan tugas benar semua, bapak guru akan memberi hadiah”.

”Sikap pahlawan menjadi contoh dan teladan”.

”Kerja keras, ulet, tangguh, dan pantang menyerah harus anak-anak teladani”. ”Berpangku tangan bermalas-malasan harus anak-anak jauhi dan dihindari”. b) Direktif (directives)

Tindak tutur direktif yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar baik di kelas rendah dan kelas tinggi kebanyakan dalam pemberian tugas dalam mengerjakan soal-soal tes, baik tes lesan atau tes tertulis. Hal ini dapat dilihat dari setiap rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat guru, semuanya ada bentuk perintah tugas dengan tes. Tindak tutur direktif di dalam kelas bukan hanya berbentuk perintah untuk mengerjakan tugas-tugas tes di kelas, tetapi dapat juga berbentuk pesan, atau amanat, memberi nasehat, dan memohon. Hal ini dapat dilihat terutama di kelas rendah, atau kelas satu dan dua, sebelum pulang sekolah, guru menganjurkan dan memohon dengan bertutur kata, hati-hati di jalan, berjalan di sebelah kiri, jangan bermain-main di jalan, dan sebagainya.

Guru dalam memberi nasihat sebagai pesan moral kepada siswa untuk selalu menghormati ayah dan ibu, guru, dan sesama juga termasuk bentuk direktif. Berdoa sebelum pelajaran dan sesudah pelajaran selesai juga

(28)

merupakan permohonan kepada Tuhan, untuk selalu melindungi, memberkati, dan memberi kesuksesan dalam menerima pelajaran di dalam kelas.

Contoh tindak tutur direktif guru di dalam kelas, dalam

pembentukan karakter siswa, yang terdapat di dalam kelas. Guru kelas satu Sj guru kelas tiga Bd dan guru kelas lima Spm sebelum memulai pembelajaran di kelas, dapat dilihat dari tuturan sebagai berikut.

”Anak-anak, mari sebelum pelajaran dimulai disiapkan dulu dan berdoa, ketua kelas menyiapkan di depan!”

”Mari kita menyanyikan lagu Nasional sambil berdiri. Berkibarlah Benderaku”. (setelah selesai ibu guru mempersilahkan duduk)

”Anak-anak, nanti yang saya panggil tunjukkan jarinya dan berkata ”ada!” ”Buka buku tematiknya, halaman tujuh belas!”

”Duduknya yang rapi!” ”Mana spidolnya?”

”Lho, papan tulis kotor?” ”Piketnya hari ini siapa?”

Dalam proses kegiatan pembelajaran guru Sj, Bd, dan Spm sering menyampaikan pentingnya berdoa, menghormati orang tua, guru, sesama, mengasihi teman-teman. Kita harus taat dan patuh kepada orang tua kita. Ibu dan bapak guru di sekolah merupakan orang tua anak-anak di sekolah. Hal ini dapat dilihat dari tuturan guru di kelas, antara lain sebagai berikut.

”Jangan suka membantah perkataan orang tua!” ”Taatilah dan patuhilah nasihatnya!”

”Rukunlah sama teman-temanmu!”

”Anak-anak kalau mengerjakan jangan meniru temannya ya, bekerja sendiri-sendiri”.

”Meniru teman belum tentu teman kalian itu benar. Lha kalau temanmu salah kamu apa mau juga, tidak khan?makanya dikerjakan sendiri ya”.

”Ayo, diperhatikan ibu guru!” ”Lihatlah papan tulis!”

”Lihatlah contoh cara mengerjakan!”

”Yang sudah bisa mengerjakan tunjukkan jari!” ”Siapa bisa?”

”Di dalam kelas tidak boleh ramai sendiri ya”.

”Jangan suka bertengkar, dengan teman harus rukun, ya”.

’Kalau jajan pada waktu istirahat, bungkusnya di kumpulkan di tempat sampah, ya’.

”Ada tugas hari kemarin? Siapa yang tidak mengerjakan ke depan!” ”Mohon tugas dikerjakan secara mandiri”.

”Bagi siswa yang mengerjakan tugas benar semua, bapak guru akan memberi hadiah”.

”Piket hari ini siapa?” (papan tulis kotor) ”Spidolnya mana?” (spidolnya habis)

Selanjutnya pada kegiatan penutup atau pembelajaran selesai, dari ketiga guru Sj, Bd, dan Spm yang dilihat lewat observasi di dalam kelas,

(29)

”Marilah kita menyanyikan lagu Nasional...” (Setelah selesai)

”Anak-anak jangan lupa di rumah belajar yang rajin,ya”.

”Marilah kita berdoa, supaya kita selamat sampai di rumah bertemu keluarga dengan sehat dan selamat. ketua kelas menyiapkan”.

(setelah selesai, ibu guru di depan pintu, satu persatu berjabat tangan antara guru dan murid semuanya)

”Sebelum pulang, mari kita menyanyikan lagu Berkibarlah Benderaku”. (Setelah selesai)

”Boleh disiapkan dan berdoa”, (setelah selesai, ibu guru di depan pintu, satu persatu berjabat tangan antara guru dan murid semuanya) ”Hati-hati di jalan”. ”Ketua kelas tolong maju, coba kamu pimpin teman-temanmu menyanyikan lagu Nasional...”.(Setelah selesai)

”Kamu siapkan dan pimpin berdoa”. ”Jangan lupa tugas dikerjakan di rumah”. c) Komisif (commissive)

Tindak tutur komisif yang dilakukan guru di dalam kelas dapat berupa bentuk tuturan yang memberikan suatu harapan-harapan, dan motivasi bagi peserta didik. Tindak tutur guru dalam memberikan

pengarahan-pengarahan dan memberi semangat untuk giat belajar, agar kelak kemudian hari menjadi orang berguna bagi nusa dan bangsa termasuk tuturan komisif. Guru menjanjikan hadiah pada siswanya untuk menjadi juara kelas ini juga termasuk tuturan komisif. Tuturan komisif guru di dalam kelas dapat berfungsi sebagai pemacu semangat bagi peserta didik, karena dapat memberikan suatu harapan dan menjanjikan sesuatu. Tindak tutur komisif dapat berbentuk tuturan yang membuat penutur terikat suatu tindakan di masa depan atau bentuk tutur yang berfungsi menyatakan janji atau penawaran, misalnya: menjanjikan,

menawarkan, bersumpah, berkaul. Hal ini dapat dilihat dari tuturan guru di dalam kelas bila melakukan bimbingan dan penyuluhan terhadap peserta didik. Tindak tutur komisif sering dilakukan guru di dalam kelas dapat berbentuk tuturan yang mengancam. Sebagai contoh:

”Siapa yang dapat nilai bagus, akan mewakili sekolah”. ”Rajinlah membaca buku di perpustakaan”.

”Kalau belum bisa, berusahalah untuk sering berlatih”. ”Kalau tidak belajar, nilaimu merah”

”Bila tidak memperhatikan pasti tidak bisa”

”Bagi yang sudah selesai mengerjakan, dan betul, boleh istirahat dulu”. ”Yang belum selesai, dilanjutkan di rumah”

”Gemar membaca membuka jendela dunia”.

”Yang datang terlambat, tidak boleh ikut pelajaran”. ”Nilai di bawah KKM harus remidi”

”Nilai bagus pasti naik kelas” d) Ekspresif (expressives)

Tindak tutur guru di dalam kelas dapat berupa tuturan ekspresif, hal ini dapat dilihat dalam pembelajaran di kelas, guru sering memberikan apresiasi dan ucapan selamat pada peserta didik yang dapat menjawab dan mengerjakan soal dengan benar, guru sering memberikan ucapan baik sekali,

(30)

tepuk tangan, ucapan selamat, kalimat-kalimat guru tersebut sebagai ungkapan terima kasih pada peserta didik yang sudah dapat mengerjakan dan menjawab dengan benar. Tindak tutur ekspresif yang dilakukan guru di dalam kelas dapat merupakan bentuk tuturan yang berfungsi menyatakan atau menunjukkan sikap ekspresi guru terhadap suatu keadaan tertentu di dalam kelas. Tindakan dan tuturan guru di dalam kelas yang berkaitan dengan tuturan ekspresif dapat berupa, mengucapkan terima kasih, mengucapkan selamat, memberi maaf, memuji, mengucapkan bela sungkawa. Guru dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, sering memberi pujian pada peserta didik yang dapat

membanggakan dan berprestasi bagi sekolah, dan memberikan ucapan selamat dan merasa bangga, kadang juga guru bersedih bila peserta didik ada yang gagal dan tertinggal. Contoh tuturan guru ekspresif sebagai berikut.

”Kita beri tepuk tangan pada teman kalian yang dapat mengerjakan dengan benar”

”Ibu guru bangga pada kalian tidak ada yang nilainya jelek, semua bagus-bagus”.

”Ibu bangga bila kelak di antara kalian ini ada yang jadi seorang pejabat tinggi”. ”Ada teman yang sakit, boleh dijengguk bersama-sama sehabis pulang sekolah”. ”Ibu guru nanti menyusul”.

”Gemar membaca membuka jendela dunia”.

”Yang datang terlambat, tidak boleh ikut pelajaran”. ”Nilai di bawah KKM harus remidi”

”Nilai bagus pasti naik kelas” e) Deklaratif (declaratives)

Tindak tutur deklaratif yang dilakukan guru di dalam kelas, paling sedikit dipergunakan, karena tindak tutur deklaratif biasanya berhubungan dengan tuturan seseorang yang mempunyai kewenangan dan kekuasaan, hal ini berkaitan suatu keadaan yang menghubungkan isi tuturan dengan kenyataan, misalnya: mengundurkan diri, membabtis, memecat, memberi nama,

menjatuhkan hukuman, mengucilkan.

Tindakan –tindakan ini biasanya dilakukan oleh seseorang yang dalam sebuah kerangka acuan kelembagaan diberi wewenang untuk melakukannya atau seseorang yang mempunyai kewenangan untuk itu.

Tindak tutur deklaratif yang dimiliki guru di dalam kelas hanya seputar kewenangan mengelola pembelajaran di dalam kelas, mendidik dan mengajar, di dalamnya ada kewenangan memberikan nilai, menyusun peringkat prestasi peserta didik di kelas, memberikan apresiasi dalam prestasi peserta didik di kelas, tidak mempunyai kekuasaan dan kewenangan dalam keputusan deklaratif. Contoh tindak tutur deklaratif di dalam kelas antara lain sebagai berikut.

”Yang tidak mengerjakan Pekerjaan Rumah (PR) hari ini, maka harus mengerjakan dahulu di luar ruang kelas”.

”Bagi anak-anak yang nilainya kurang dari KKM lebih dari tiga mata pelajaran dan diberi kesempatan remidi masih gagal maka yang bersangkutan tidak naik kelas”.

(31)

”Bagi siswa yang terlambat lebih dari 15 menit, mohon ijin masuk kelas kepada guru piket sekolah”

Pembahasan

a. Penerapan Pelaksanaan Pendidikan Karakter melalui Tindak Tutur Guru Dalam penerapan pelaksanaan pendidikan karakter melalui tindak tutur guru di dalam kelas di Sekolah Dasar Negeri 03 Pereng ini, sudah diterapkan dengan memasukkan nilai-nilai pendidikan karakter dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran setiap mata pelajaran di setiap kelas. Tindak tutur guru dalam pembelajaran mulai dari kegiatan apersepsi, kegiatan inti, dan kegiatan

penutup dari hasil pengumpulan data dan analisis bahwa penerapan pendidikan karakter sudah nampak dilaksanakan. Penerapan tersebut dapat dilihat dari ketiga informan Sj, Bd, dan Spm mulai dari kegiatan pembelajaran awal, inti, dan penutup hampir sama kegiatan yang dilakukan, hal ini disebabkan karena urut-urutan pembelajarannya sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun sebelum pembelajaran dilaksanakan. Kegiatan

apersepsi atau kegiatan awal dalam pembelajaran, nilai-nilai pendidikan karakter yang disampaikan adalah religius, cinta tanah air, dan disiplin. Tindak tutur guru yang disampaikan hampir sama dari ketiga informan Sj, Bd, dan Spm, yaitu siswa diperintahkan untuk siap, menyanyikan lagu Nasional, dan berdoa sebelum pelajaran di mulai.

Pada kegiatan inti pembelajaran pendidikan karakter yang disampaikan mulai beragam yaitu: (1) demokratis, (2) kerja keras, (3)

kejujuran, (4) toleransi, (5) mandiri, (6) menghargai, (7) cinta damai, (8) gemar membaca, (9) peduli lingkungan, (10) peduli sosial.

Penerapan pelaksanaan pendidikan karakter di Sekolah Dasar Negeri 03 Pereng ini sudah diterapkan mulai dari kelas satu sampai kelas enam. Penerapan pendidikan karakter diterapkan dalam setiap mata pelajaran yang diajarkan oleh guru secara terintegrasi pada setiap mata pelajaran melalui tuturan-tuturan yang ada nilai-nilai pendidikan karakter. Nilai-nilai pendidikan karakter terintegrasi di seluruh mata pelajaran dan termasuk dalam muatan lokal, terutama dalam muatan lokal daerah yaitu Bahasa Jawa, dengan kekhasannya yang memiliki beberapa kesantunan dan tataran dalam menghormati

sesama/orang lain. Nilai-nilai pendidikan karakter di dalam silabus pembelajaran dan juga dalam rencana pelaksanaan pembelajaran sudah dicantumkan. Dalam pengembangan diri, pendidikan karakter diimplementasikan dalam program bimbingan konseling dan kegiatan ektrakurikuler.

Pengembangan nilai-nilai pendidikan karakter di setiap mata pelajaran dapat dilakukan dengan mengintegrasikan nilai-nilai karakter ke dalam kompetensi dasar, selanjutnya diintegrasikan nilai-nilai karakter pada silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran.

b. Strategi Penerapan Pelaksanaan Pendidikan Karakter

Strategi penerapan pelaksanaan pendidikan karakter di Sekolah Dasar Negeri 03 Pereng ini dilaksanakan melalui: kegiatan-kegiatan pembiasaan baik pembiasaan terprogram, spontan, dan keteladanan. Keteladanan melalui tindak

Referensi

Dokumen terkait

Premis 1 : Jika hari Senin bertanggal genap maka upacara bendera diadakan Premis 2 : Jika upacara bendera diadakan maka guru matematika bertindak sebagai Pembina upacara.. Premis 3

Premis 1 : Jika hari Senin bertanggal genap maka upacara bendera diadakan Premis 2 : Jika upacara bendera diadakan maka guru matematika bertindak sebagai Pembina upacara.. Premis 3

Premis 1 : Jika hari Senin bertanggal genap maka upacara bendera diadakan Premis 2 : Jika upacara bendera diadakan maka guru matematika bertindak sebagai Pembina upacara.. Premis 3

a. Mengikuti upacara bendera setiap hari Senin bersama seluruh warga sekolah. Berjabat tangan dengan siswa setiap pagi. Dalam pelaksanaannya, kegiatan berjabat tangan

Hari/Tanggal Jam Jam Masuk Masuk Paraf Paraf Jam Jam Pulang Pulang Paraf Paraf Keterangan Keterangan Senin, Senin, Selasa, Selasa, Rabu, Rabu, Kamis, Kamis, Jum’at

NO HARI/ TANGGAL MATERI KEGIATAN HASIL HAMBATAN SOLUSI KETERANGAN WAKTU Senin, 4/09/2023 Upacara Bendera hari Senin Mahasiswa PK Melakukan Upacara Hari senin dengan seluruh

Mengikuti upacara bendera setiap senin atau upacara bendera dalam rangka memperingati hari kemerdekaan Indonesia Dari kegiatan tersebut, kegiatan yang menunjukkan nilai-nilai positif

Mengikuti upacara bendera setiap senin atau upacara bendera dalam rangka memperingati hari kemerdekaan Indonesia Dari kegiatan tersebut, kegiatan yang menunjukkan nilai-nilai positif