• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN LINGKUNGAN FISIK DENGAN KUALITAS UDARA RUANG LUAR PADA PERUMAHAN PADAT DI PERKOTAAN Studi Kasus Kelurahan Petamburan Jakarta Pusat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN LINGKUNGAN FISIK DENGAN KUALITAS UDARA RUANG LUAR PADA PERUMAHAN PADAT DI PERKOTAAN Studi Kasus Kelurahan Petamburan Jakarta Pusat"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Seminar Nasional Keberlanjutan Ruang Huni Masa Depan EKO-ARSITEKTUR

227

HUBUNGAN LINGKUNGAN FISIK DENGAN KUALITAS UDARA RUANG LUAR

PADA PERUMAHAN PADAT DI PERKOTAAN Studi Kasus Kelurahan Petamburan Jakarta Pusat

(The relationship of Physical Environment and Air Quality on the Open Space of Urban Dense Housing

in Kelurahan Petamburan Central Jakarta) Inavonna

Jurusan Arsitektur FTSP, Universitas Trisakti, Jakarta inavonna@yahoo.com

Abstrak

Tingginya kegiatan pembangunan fisik di perkotaan berdampak pada munculnya keberagaman jenis polutan, dan telah menyebabkan penurunan kualitas udara, kesehatan dan lingkungan.Tulisan ini merupakan studi yang mendiskusikan tentang bagaimana lingkungan fisik berpengaruh pada kualitas udara.Karakteristik lingkungan fisik termanifestasikan melalui kepadatan, ketinggian dan jarak antar bangunan. Nilai kualitas udara di area perkotaan dipengaruhi oleh iklim mikro, yang terdiri atas suhu, kelembaban dan kecepatan angin, sementara nilai formasi pencemar udara primer dipengaruhi oleh emisi gas kendaraan bermotor (CO) dan efek rumah kaca (CO2). Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang didasarkan pada studi pustaka dan studi lapangan di Kampung Petamburan.Hasil analisis menyimpulkan bahwa karakteristik kualitas fisik lingkungan dan udara ditentukan oleh iklim mikro dan pencemar udara primer yang dikendalikan oleh faktor kelembaban.Pada iklim panas lembab, kelembaban sangat mempengaruhi oleh ventilasi udara kawasan.

Kata kunci: Lingkungan fisik, Kualitas udara, Iklim mikro, Pencemar udara Abstract

The high activity ofurban physical development has impacted on the various types of pollutants, and has led on the decrease of air, health, and environment quality. This study discusses how the physical environment affects the air quality.The characteristics of the physical environment are reflected by the density, height, and buildings distance. The value of the air quality in theurban area is affected by the micro climate that consists of temperature, humidity, and wind speed, while the formation of primary air pollutant of gas emissions is influenced by motor vehicles (CO) and greenhouse effect (CO2). This is a descriptive method which is based on the literature and field studies of Kampung Petamburan. It is concluded that the characteristics of the physical environment and air quality are determined by micro climate and primary air pollutants which are controlled by humidity factor. On the hot humid climates, humidity greatly affects the region air ventilation.

Keywords: Physical environment, Air quality, Microclimate, Air pollutants

PENDAHULUAN

Tingginya kegiatan pembangunanfisik di wilayah perkotaan dengan kegiatan-kegiatan industri, transportasi, konstruksi, perdagangan, pusat-pusat perkantoran dan aktivitas rumahtangga telah berkembang demikian pesat. Salah satu dampak dari kondisi tersebut adalah tingginya akumulasi aneka jenis polutan di lingkungan kota, termasuk di udara.

(2)

Jurusan Arsitektur FTSP - Universitas Trisakti

Seminar Nasional Keberlanjutan Ruang Huni Masa Depan EKO-ARSITEKTUR

228

Fenomena ini pada akhirnya mengakibatkan penurunan kualitas udara, dan berdampak pada tingkat kesehatan, kenyamanan lingkungan udara di wilayah perkotaan.

Jakarta sebagai ibukota negara dengan kegiatan

berdampak pada kualitas fisik dan non fisik. Hasil pengolahan Survei RW Kumuh 2011 menunjukkan bahwa dari 566 RW yang diteliti terdapat 174 RW tidak kumuh (TK) dan 392 RW yang dinyatakan kumuh. (BPS Provinsi DKI Jakarta, 2011). Ada beberapa variabel menjadi ukuran dalam menentukan kekumuhan suatu permukiman, yaitu: Kepadatan penduduk, Tata bangunan, Konstruksi bangunan,Ventilasi bangunan, Kepadatan bangunan, Jalan, Saluran drainase,Jamban, Frekuensi pengambilan sampah, Cara buang sampah dan Penerangan jalan. (BPS Provinsi DKI Jakarta, 2011).

Pada hunian yang sangat padat di Jakarta, dimana antar rumah saling berhimpit sehingga ruang terbuka diantaranya menjadi sangat sempit. Kondisi fisik lingkungan perumahan tersebut sangat mempengaruhi kenyaman

kriteria kekumuhan suatu permukiman di Jakarta, maka variabel kepadatan bangunan, tata bangunan dan ventilasi sangatlah mempengaruhi pembentukan kekumuhan suatu permukiman di perkotaan.

Penelitian ini akan melihat bagaimana suatu lingkungan fisik mempengaruhi kualitas udaranya. Karakteristik lingkungan fisik terespresentasikan dengan kepadatan,tinggi dan jarak antar bangunannya. Kondisi nilai suatu kualitas udara pada suatu area dipengaruhi oleh kondisi iklim mikronya seperti suhu,kelembaban dan kecepatan angin. Pembentuk nilai kualitas udara juga terbentuk dari unsur pencemar udara primeryaitu emisi gas kendaraan bermotor (CO) termasuk unsur gas pembentuk efek rumah kaca yaitu CO2.

Pada penelitian sebelumnya, didapatka

kenyamanan termal dan intensitas zona panas dari suatu lingkungan perumahan padat di Jakarta.Hasil penelitian tersebut menyebutkan (Inavonna, 2009)

kepadatan bangunan akan menghasilkan tingk

panas yang berbeda. Nilai tersebut dipengaruhi oleh karakter fisik lingkungannya seperti vegetasi dan jarak serta tinggi antar bangunannya. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, maka penelitian ini akan mengamati bagaimana karakteristik lingkungan fisik mempengaruhi kualitas udaranya.

TINJAUAN PUSTAKA

Kepadatan, Jarak dan Tinggi Bangunan

Secara umum, pengertian kepadatan bangunan adalah perbandingan antara area terbangun dengan luasan area seluruhnya. Area yang m

tinggi,biasanya ditandai dengan rapatnya bangunan gedung yang mana akan memberikan banyak perlindungan terhadap panas radiasi sinar matahari. Pada iklim panas lembab,strategi dalam ‘spatial arrangement of building

mempengaruhi kualitas aliran udaranya.Lebar jalan, ketinggian bangunan dan ruang terbuka diantara bangunan adalah salah satu cara untuk mendapatkan ventilasi udara yang dikenal dengan istilah ‘urban ventilation conditions’

kepadatan bangunan secara tidak langsung akan mempengaruhi nilai kelembaban suatu area.

Pada area bangunan dengan ketinggian yang tidak sama, walaupun didaerah yang padat relative lebih baik kondisi ventilasinya dibandingkan dengan dae

tetapi mempunyai ketinggian bangunan yang sama.

The orientation and width of the streets effect the urban ventilation conditions and the solar exposure of buildings (Santamouris,1996). For west facing buildings, the separating distance increases to about 1.5 to 2 times the heigh of building that provides the shade.

Universitas Trisakti

Seminar Nasional Keberlanjutan Ruang Huni Masa Depan ARSITEKTUR

enomena ini pada akhirnya mengakibatkan penurunan kualitas udara, dan berdampak pada tingkat kesehatan, kenyamanan lingkungan udara di wilayah perkotaan.

sebagai ibukota negara dengan kegiatan-kegiatan yang sangat beragam yang berdampak pada kualitas fisik dan non fisik. Hasil pengolahan Survei RW Kumuh 2011 menunjukkan bahwa dari 566 RW yang diteliti terdapat 174 RW tidak kumuh (TK) dan 392 RW yang dinyatakan kumuh. (BPS Provinsi DKI Jakarta, 2011). Ada beberapa variabel yang menjadi ukuran dalam menentukan kekumuhan suatu permukiman, yaitu: Kepadatan penduduk, Tata bangunan, Konstruksi bangunan,Ventilasi bangunan, Kepadatan bangunan, Jalan, Saluran drainase,Jamban, Frekuensi pengambilan sampah, Cara buang sampah dan

angan jalan. (BPS Provinsi DKI Jakarta, 2011).

Pada hunian yang sangat padat di Jakarta, dimana antar rumah saling berhimpit sehingga ruang terbuka diantaranya menjadi sangat sempit. Kondisi fisik lingkungan perumahan tersebut sangat mempengaruhi kenyamanandan kesehatannya. Jika dilihat dari kriteria kekumuhan suatu permukiman di Jakarta, maka variabel kepadatan bangunan, tata bangunan dan ventilasi sangatlah mempengaruhi pembentukan kekumuhan suatu aimana suatu lingkungan fisik mempengaruhi kualitas udaranya. Karakteristik lingkungan fisik terespresentasikan dengan kepadatan,tinggi dan jarak antar bangunannya. Kondisi nilai suatu kualitas udara pada suatu area dipengaruhi seperti suhu,kelembaban dan kecepatan angin. Pembentuk nilai kualitas udara juga terbentuk dari unsur pencemar udara primeryaitu emisi gas kendaraan bermotor (CO) termasuk unsur gas pembentuk efek rumah kaca yaitu CO2.

Pada penelitian sebelumnya, didapatkan data hubungan antara kepadatan bangunan, kenyamanan termal dan intensitas zona panas dari suatu lingkungan perumahan padat di Jakarta.Hasil penelitian tersebut menyebutkan (Inavonna, 2009) bahwa besarnya tingkat kepadatan bangunan akan menghasilkan tingkat kenyamanan termal dan intensitas zona panas yang berbeda. Nilai tersebut dipengaruhi oleh karakter fisik lingkungannya seperti vegetasi dan jarak serta tinggi antar bangunannya. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, bagaimana karakteristik lingkungan fisik mempengaruhi

Secara umum, pengertian kepadatan bangunan adalah perbandingan antara area terbangun dengan luasan area seluruhnya. Area yang mempunyai kepadatan yang tinggi,biasanya ditandai dengan rapatnya bangunan gedung yang mana akan memberikan banyak perlindungan terhadap panas radiasi sinar matahari. Pada iklim panas spatial arrangement of building ‘dan ketinggian bangunan akan mempengaruhi kualitas aliran udaranya.Lebar jalan, ketinggian bangunan dan ruang terbuka diantara bangunan adalah salah satu cara untuk mendapatkan ventilasi udara yang dikenal urban ventilation conditions’ (Santamouris 1996). Dapat dikatakan bahwa epadatan bangunan secara tidak langsung akan mempengaruhi nilai kelembaban suatu Pada area bangunan dengan ketinggian yang tidak sama, walaupun didaerah yang padat relative lebih baik kondisi ventilasinya dibandingkan dengan daerah yang tidak padat tetapi mempunyai ketinggian bangunan yang sama.

The orientation and width of the streets effect the urban ventilation conditions and the solar exposure of buildings (Santamouris,1996). For west facing buildings, the increases to about 1.5 to 2 times the heigh of building that provides

(3)

Seminar Nasional Keberlanjutan Ruang Huni Masa Depan EKO-ARSITEKTUR

229

.

Kelembaban udara

Kelembaban udara ditentukan oleh jumlah uap air yang terkandung di dalam udara. Uap air ditransfer ke udara melalui proses penguapan karena panas matahari. Air yang menguap dari permukaan bumi berasal dari lautan, sungai dan hutan. Bervariasinya jumlah uap air ini dikarenakan adanya proses penguapan, pengembunan dan pembekuan. Walaupun jumlah air di atmosfer sangat sedikit dibandingkan dengan gas-gas lainnya yang ada di atmosfer, tetapi uap air yang ada di atmosfer memegang peranan penting dalam proses cuaca. Kelembaban udara yang relatif rendah yaitu kurang dari 20 % dapat menyebabkan kekeringan selaput lendir membran, sedangkan kelembaban tinggi akan meningkatkan pertumbuhan mikroorganisme. Jika dibandingkan dengan Standar Keputusan Menteri Kesehatan No. 261/ No. 1405/menkes/SK/XI/2002 dimana kelembaban yang ideal berkisar 40 -60 %. Kondisi kelembaban pada suatu area akan menetukan kualitas berkehidupan diarea tersebut.

Kualitas Udara

Dewasa ini kota-kota besar telah menjadi motor penggerak utama pembangunan ekonomi di Indonesia. Pertumbuhan ekonomi kota tersebut mendorong urbanisasi, peningkatan kebutuhan perumahan dan jasa pelayanan lingkungan dan kebutuhan energi serta transportasi yang dapat meningkatkan pencemaran udara. Pencemaran udara telah menjadi permasalahan yang serius di perkotaan seperti Jakarta. Hal tersebut dikarenakan Kualitas udara luar/ambien perkotaan dipengaruhi juga oleh kondisi factor-faktor pembentuk iklim yaitu suhu, kelembaban dan kecepatan angin selain tentunya emisi buangan gas kendaraan bermotor (Wakhyono Budianto,2008). Pada kota-kota besar di Indonesia, emisi buangan gas kendaraan bermotor merupakan penyumbang terbesar penurunan kualitas udara yaitu sekitar 60 – 70%. (Kusnoputranto,2000. Wakhyono Budianto,2008).

Pencemaran udara

Terdapat 2 kategori pencemar udara yang umumnya diinventarisir, yaitu pencemar udara kriteria dan pencemar udara berbahaya. Pencemar udara kriteria adalah pencemar udara yang menimbulkan dampak terhadap kesejahteraan manusia. Pencemar udara ini digunakan sebagai indikator untuk menentukan kualitas udara. Termasuk di dalam pencemar udara kriteria adalah karbon monoksida (CO), sulfur dioksida (SO2), nitrogen oksida (NOx), ozon (O3), timbel (Pb), dan partikulat (PM). Pencemar udara juga dibagi atas pencemar primer dan pencemar sekunder. Pencemar primer adalah zat-zat yang diemisikan langsung dari suatu proses, seperti abu dari letusan gunung berapi, gas CO dari knalpot kendaraan bermotor atau gas SO2 yang diemisikan dari cerobong pabrik. Umumnya pencemar udara kriteria dan pencemar berbahaya primer, yaitu karbon monoksida (CO), nitrogen oksida (NOx), sulfur dioksida (SO2), partikel halus (PM10), hidrokarbon (HC). Selain itu, dapat ditambahkan salah satu gas rumah kaca, yaitu karbon dioksida (CO2).

Emisi Gas Rumah Kaca

Gas rumah kaca (GRK) adalah gas-gas yang mempunyai sifat menyerap radiasi termal sinar infra merahdari permukaan bumi dan memantulkannya kembali ke lapisan troposfer bawah. Pantulan radiasi termalini menyebabkan panas tidak dilepaskan ke atmosfer atas, namun terperangkap di permukaan bumi.Kondisi ini menyebabkan terjadinya peningkatan suhu, yang disebut sebagai efek rumah kaca. Berbagai jenis gas dan aerosol yang secara alamiah berada di udara mempunyai sifat menimbulkan efekrumah kaca, misalnya uap air, karbon dioksida (CO2) dan metana (CH4). (Pedoman penyusunan inventarisasi emisi pencemar udara diperkotaan 2013). Gas rumah kaca (GRK) adalah istilah kolektif untuk gas-gas yang memiliki efek rumah kaca, seperti klorofluorokarbon (CFC), karbon dioksida (CO2),

(4)

Jurusan Arsitektur FTSP - Universitas Trisakti

Seminar Nasional Keberlanjutan Ruang Huni Masa Depan EKO-ARSITEKTUR

230

metana (CH4), nitrogen oksida (NOx), ozon (O3) dan uap air (H2O). (Porteous, 1992 ;Suprihatin,2008.). Berdasarkan identifikasi dari jenis

uap air mempunyai kontribusi yang cukup besar dalam menciptakan efek rumah kaca selain CO2 tentunya. Jakarta dengankarakteristik iklim panas lembab yang cukup tinggi berpeluang besar terjadinya efek rumah kaca.

METODE PENELITIAN

Tujuan utama penelitian ini adalah menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik lingkungan yang tentunya merupakan representasi dari eleme

pembentuklingkungan fisik dan lainnya,seperti

udaranya maka metoda penelitian yang dipergunakan adalah metoda penelitian deskriptif. yang didasarkan pada kajian lapangan dan kepustakaan.

merupakan penelitian kasus, karena penelitian ini mendeskripsikan secara intensif d terperinci mengenai keadaan sekarang pada kasus yang dipilih, yaitu Kampung kelurahan Petamburan.

Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel No Variabel Definisi Operasional 1. Karakter Lingkungan Fisik Perkotaan

Kepadatan

bangunan Luas daerah terbangun/ luas daerah administrasi dalam persen

Tinggi dan jarak

antar bangunan Tingkat ventilasi perkotaan 2. Kualitas Udara Perkotaan

a. Karakter Iklim

Mikro Tingkat suhu, kelembaban dan kecepatan angin b. Pencemar udara

primer Tingkat CO2 dan CO Teknik Penelitian

Untuk mendapatkan pola kepadatan bangunan dan kualitas udaranya y

merupakan representasi dari eleme-elemen pembentuk lingkungan fisik dan lainnya, diperlukan rancangan teknik penelitian yang meliputi teknik perekaman data dan teknik analisis data, Perekaman data, dimulai dengan melakukan pendataan konfigura

ruang yang terbangun dengan yang tidak terbangun. pada perumahan padat yang dijadikan wilayah kajian.

1. Mengukur Pencemar udara primer perkotaan yang diideskripsikan dengan nilai gas rumah kaca (CO2) dangas emisi kendaraan (CO)

mendapatkan pola tingkat kualitas udara pada wilayah kajian.

2. Mengukur faktor pembentuk iklim mikro

kelembaban dan kecepatan angin pada titik tertentu untuk mendapatkan udara kawasan di wilayah kajian.

3. Mengidentifikasi elemen –elemen fisik

kualitas udara yang dideskripsikan dengan kepadatan, tinggi dan jarak antar bangunan.

Universitas Trisakti

Seminar Nasional Keberlanjutan Ruang Huni Masa Depan ARSITEKTUR

metana (CH4), nitrogen oksida (NOx), ozon (O3) dan uap air (H2O). (Porteous, 1992 ;Suprihatin,2008.). Berdasarkan identifikasi dari jenis-jenis gas rumah kaca diatas dimana uap air mempunyai kontribusi yang cukup besar dalam menciptakan efek rumah kaca selain CO2 tentunya. Jakarta dengankarakteristik iklim panas lembab yang cukup tinggi berpeluang besar terjadinya efek rumah kaca.

Tujuan utama penelitian ini adalah menggambarkan secara sistematis fakta dan yang tentunya merupakan representasi dari eleme-elemen

,seperti pola kepadatan bangunan dan kualitas maka metoda penelitian yang dipergunakan adalah metoda penelitian deskriptif. yang didasarkan pada kajian lapangan dan kepustakaan.Sementara itu penelitian ini juga penelitian ini mendeskripsikan secara intensif dan terperinci mengenai keadaan sekarang pada kasus yang dipilih, yaitu Kampung kelurahan

Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

Definisi Operasional Skala Instrumen Karakter Lingkungan Fisik Perkotaan

Luas daerah terbangun/ luas daerah administrasi dalam persen

rasio Data Sekunder dan survey lapangan Tingkat ventilasi Interval Survey dan data

sekunder Tingkat suhu,

kelembaban dan kecepatan angin

Interval Survey dan data sekunder Tingkat CO2 dan CO Interval Survey dan data

sekunder

Untuk mendapatkan pola kepadatan bangunan dan kualitas udaranya yang tentunya elemen pembentuk lingkungan fisik dan lainnya, diperlukan rancangan teknik penelitian yang meliputi teknik perekaman data dan teknik analisis data, Perekaman data, dimulai dengan melakukan pendataan konfigurasi anatara ruang yang terbangun dengan yang tidak terbangun. pada perumahan padat yang rkotaan yang diideskripsikan dengan nilai gas gas emisi kendaraan (CO) pada titik tertentu untuk mendapatkan pola tingkat kualitas udara pada perumahan padat yang dijadikan faktor pembentuk iklim mikroyang diideskripsikan dengan tingkat suhu, pada titik tertentu untuk mendapatkan nilai ventilasi fisik yang membentuk dan mempengaruhi tingkat yang dideskripsikan dengan kepadatan, tinggi dan jarak antar

(5)

Seminar Nasional Keberlanjutan Ruang H EKO-ARSITEKTUR Data dalam bentuk gambar pola kepadatan bang tentunya merupakan representasi dari eleme

dianalisis dengan mengkaitkan terhadap teori

datanya adalah dengan mengambil data sekunder dan surveyp HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Objek penelitian

Letak koordinat kampung Petamburan pada peta dunia berada pada 6

106◦48’19”E. Batasan administrasi kelurahan Petamburan adalah utara : kel. Kota Bambu,

selatan : kel. Bendungan Hilir, barat : kel. Slipi, timur : kel. Kebon Kacang dan kel. Kebon Melati. Secara geografis batasan kelurahan Petamburan berada pada perbatasan antara Jakarta Barat dengan Jakarta Pusat. Batasan barat adalah sungai Ciliwung (banjir janal barat).

Kondisi Fisik

Gambar 1.Peta Kampung Kelurahan Petamburan PETA PROVINSI JAKARTA

PETA KAMPUNG KELURAHAN PETAMBURAN

Seminar Nasional Keberlanjutan Ruang Huni Masa Depan ARSITEKTUR

231

Data dalam bentuk gambar pola kepadatan bangunan dan hasil pengukuran yang tentunya merupakan representasi dari eleme-elemen pembentuk kualitas udara,kemudian dianalisis dengan mengkaitkan terhadap teori-teori kepustakaan. Teknik pengumpulan datanya adalah dengan mengambil data sekunder dan surveypengukuran .

Letak koordinat kampung Petamburan pada peta dunia berada pada 6◦11’46”S

48’19”E. Batasan administrasi kelurahan Petamburan adalah utara : kel. Kota Bambu, arat : kel. Slipi, timur : kel. Kebon Kacang dan kel. Kebon Melati. Secara geografis batasan kelurahan Petamburan berada pada perbatasan antara Jakarta Barat dengan Jakarta Pusat. Batasan barat adalah sungai Ciliwung (banjir janal

.Peta Kampung Kelurahan Petamburan

(6)

Jurusan Arsitektur FTSP - Universitas Trisakti

Seminar Nasional Keberlanjutan Ruang Huni Masa Depan EKO-ARSITEKTUR

232

Sosial dan Budaya

Secara keseluruhan kelurahan Petamburan memiliki total luas wilayah sebesar 0,90 km dan dari keseluruhan luas wilayah Kecamatan Tanah Abang, kelurahan Peta menempati 9,7%. Sedangkan tingkat kepadatan di Kelurahan Petamburan adalah 28470/km dengan jumlah penduduk sebesar 25623 jiwa. Dari kecamatan Tanah Abang, jumlah penduduk di kelurahan Petamburan adalah 21,3% dari jumlah penduduk di Kecamatan Tanah Abang. Kelurahan Petamburan merupakan kelurahan yang memiliki tingkat kepadatan paling tinggi di kecamatan Tanah Abang.

Gambar 2 :Peta kepadatan bangunan, Kelembaban, CO2 dan CO Universitas Trisakti

Seminar Nasional Keberlanjutan Ruang Huni Masa Depan ARSITEKTUR

Secara keseluruhan kelurahan Petamburan memiliki total luas wilayah sebesar 0,90 km2 dan dari keseluruhan luas wilayah Kecamatan Tanah Abang, kelurahan Petamburan menempati 9,7%. Sedangkan tingkat kepadatan di Kelurahan Petamburan adalah 28470/km2 dengan jumlah penduduk sebesar 25623 jiwa. Dari kecamatan Tanah Abang, jumlah penduduk di kelurahan Petamburan adalah 21,3% dari jumlah penduduk di Kecamatan Abang. Kelurahan Petamburan merupakan kelurahan yang memiliki tingkat kepadatan

(7)

Seminar Nasional Keberlanjutan Ruang Huni Masa Depan EKO-ARSITEKTUR

233

Hubungan antara Kondisi Lingkungan dengan Iklim Mikro

Dari data pengukuran dilokasi studi kasus, maka didapatkan hasil sebagai berikut; Tabel 1 : Data lingkungan fisik, iklim mikro dan pencemar udara primer

RW 3 Petamburan RW 1 Petamburan

Kepadatan bangunan (%) 74,72 69.4

Jarak antar bangunan (m) 3.5 3.4

Tinggi Bangunan (m) 4.7 4.8

Suhu ( c) 34.3 -

CO2 445.9 -

Kadar CO 3 3.7

Kelembaban (%) 43.4 42.3

Kondisi lingkungan fisik dalam hali ini terrepresentasikan dengan kondisi kepadatan bangunannya. Dari data terlihat bahwa kepadatan kedua kampong relative cukup tinggi , karena kepadatan bangunannya sudah diatas 70%. Dapat dikatakan ruang terbuka yang tersisa hanya sekitar 30% . Ruang terbuka yang tersisa dapat terepresentasikan dengan jarak antar bangunan yang sekaligus berfungsi sebagai jalur sirkulasi untuk penghuni area tersebut. Jarak antar bangunan rata-ratanya adalah sekitar 3.4 m dengan tinggi bangunan rata-rata sekitar 4.7 m. Kondisi tersebut menjadikan ventilasi udara area tersebut kurang baik, karena seperti yang dikatakan Santamoris(1996) bahwa jarak antar bangunan haruslah sekitar 1.5 atau 2 kali dari tinggi bangunannya.

Kondisi ventilasi udara kawasan kajian mempengaruhi iklim mikro kawasan tersebutyang tercermin padanilai kelembaban, suhu dan kecepatan angin. Pada area kajian dimana kondisi ventilasi udara kawasannya yang tidak ideal, ternyata mempengaruhi nilai iklim mikronya yang nilai kelembabannya (42 %). Nilai tersebut ada diambang minimal batal ideal yaitu 40 -60 % (Standar Keputusan Menteri Kesehatan No. 261/ No. 1405/menkes/SK/XI/2002). Hal tersebut membuktikan bahwa ada hubungan antara lingkungan fisik ( kepadatan, jarak dantinggi bangunan) dengan kondisi iklim mikro (kelembaban).

Hubungan antara Iklim Mikro dengan Pencemar Udara Primer

Pada kota-kota besar di Indonesia, emisi buangan gas kendaraan bermotor merupakan penyumbang terbesar penurunan kualitas udara yaitu sekitar 60 – 70%. ( Kusnoputranto,2000. Wakhyono Budianto,2008).Inilah yang menjadi alasan bahwa emisi buangan gas kendarann bermotor dapat dijadikan acuan dalam mengukur kualitas udara suatu area.Kondisi iklim mikro juga ikut menyumbang kadar kualitas udara pada suatu area ( Wakhyono Budianto,2008). Dari hasil pengukuran didaerah kajian terlihat hubungan antara karakteristik lingkungan fisik dengan pembentukan nilai kualitas udaranya.

Gas Emisi Kendaraan Bermotor (CO)

Dari perbandingan antara data kelembaban dengan gas CO, maka didapat persamaan garis nya adalah:

Y = 43.67 – 0.1 X , dimana Y = kelembaban dan X = gas CO

Dari persamaan tersebut tergambarkan bahwa makin rendah kelembabannya makin besar gas CO nya. Jika diamati dari persamaan garis tersebut dapat dikatakan bahwa kelembaban dibawah 43.67% akan semakin memperbesar nilai gas CO nya. Artinya konfigurasi dan bentuk bangunan haruslah diperhatikan karena berhubungan dengan terbentuknya nilai kualitas udaranya.

(8)

Jurusan Arsitektur FTSP - Universitas Trisakti

Seminar Nasional Keberlanjutan Ruang Huni Masa Depan EKO-ARSITEKTUR

234

Gas Pembentuk Efek Rumah Kaca (CO2)

Dari perbandingan antara data kelembaban dengan gas CO2, maka didapat persamaan garis nya adalah:

Y = 0.0042 X – 792.68 , dimana Y = kelembaban, dan X = gas CO2

Dari persamaan tersebut tergambarkan bahwa makin besar kelembabannya makin besar pula gas CO2 nya. Jika diamati dari persamaan garis tersebut dapat dikatakan bahwa kelembaban akan mulai naik nilainya setelah nilai CO2 ny

KESIMPULAN

Karakteristik suatu lingkungan fisik perumahan padat atau kampong kota akan mempengaruhi kualitas udaranya. Karakteristik lingkungan fisik yang tercermin pada kepadatan,tinggi dan jarak antar bangunannya. Kondisi kualitas u

dipengaruhi oleh kondisi iklim mikronya seperti suhu,kelembaban dan kecepatan angin. Dapat dikatakan bahwa karakteristik suatu lingkungan fisik dipengaruhi oleh iklim mikronya. Kualitas udara juga dipengaruhi oleh pencemar udara primer

kendaraan bermotor (CO) dan gas pembentuk efek rumah kaca (CO2). Pada pembahasan diatas terlihat faktor kelembaban mempunyai peranan yang cukup besar terhadap pengendalian kualitas udara.Pada iklim panas lembab, kelembaban sa

vebtilasi udara kawasan Daftar Pustaka

M. Santamouris.Energy and Climate in the Urban Built Environment, 2001,Public Technology Inc. US Green Building Council. Sustainable Building, Technical Manual

Suprihatin, N. S. Indrasti, dan M. Romli, 2008,

Melalui Pengomposan Sampah, Jurnal Tekn. Ind. Pertanian. Vol. 18, No. 1, 2008, p. 53 59.

---, BPS Propinsi DKI Jakarta, 2011, Evaluasi RW Kumuh di Propinsi DKI Jakarta. Dollaris Riauaty Suhadi. Anissa S Febrina

Pencemar Udara Diperkotaan. Asdep Pengendalian Pencemaran Udara Sumber BergerakDeputi Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup 2013.

…………, Standar Keputusan Menteri Kesehatan No. 261/ No. 1405/menkes/SK/XI/2002 Wakhyono Budianto,2008. Pemantauan Parameter Pencemaran

//ml.scribd.com/doc/272859479/Pengukuran Universitas Trisakti

Seminar Nasional Keberlanjutan Ruang Huni Masa Depan ARSITEKTUR

Dari perbandingan antara data kelembaban dengan gas CO2, maka didapat persamaan

Y = kelembaban, dan X = gas CO2

Dari persamaan tersebut tergambarkan bahwa makin besar kelembabannya makin besar pula gas CO2 nya. Jika diamati dari persamaan garis tersebut dapat dikatakan bahwa kelembaban akan mulai naik nilainya setelah nilai CO2 nya ada di angka 188.

Karakteristik suatu lingkungan fisik perumahan padat atau kampong kota akan mempengaruhi kualitas udaranya. Karakteristik lingkungan fisik yang tercermin pada kepadatan,tinggi dan jarak antar bangunannya. Kondisi kualitas udara pada suatu area dipengaruhi oleh kondisi iklim mikronya seperti suhu,kelembaban dan kecepatan angin. Dapat dikatakan bahwa karakteristik suatu lingkungan fisik dipengaruhi oleh iklim mikronya. Kualitas udara juga dipengaruhi oleh pencemar udara primer yang terbentuk dari gas emisi kendaraan bermotor (CO) dan gas pembentuk efek rumah kaca (CO2). Pada pembahasan diatas terlihat faktor kelembaban mempunyai peranan yang cukup besar terhadap pengendalian kualitas udara.Pada iklim panas lembab, kelembaban sangat mempengaruhi

M. Santamouris.Energy and Climate in the Urban Built Environment, 2001,Public Technology Sustainable Building, Technical Manual

omli, 2008, Potensi Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Jurnal Tekn. Ind. Pertanian. Vol. 18, No. 1, 2008, p.

53-Evaluasi RW Kumuh di Propinsi DKI Jakarta. nissa S Febrina ,Pedoman Penyusunan Inventarisasi Emisi Pencemar Udara Diperkotaan. Asdep Pengendalian Pencemaran Udara Sumber BergerakDeputi Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan Kementerian

hatan No. 261/ No. 1405/menkes/SK/XI/2002 Pemantauan Parameter Pencemaran Udara..https: //ml.scribd.com/doc/272859479/Pengukuran-Pencemar-Udara. Diunduh15 nov 2015

Gambar

Gambar 1.Peta Kampung Kelurahan PetamburanPETA PROVINSI JAKARTA
Gambar 2 :Peta kepadatan bangunan, Kelembaban, CO2 dan COUniversitas  Trisakti
Tabel 1 : Data lingkungan fisik, iklim mikro dan pencemar udara primer  RW 3 Petamburan  RW 1 Petamburan  Kepadatan bangunan (%)  74,72   69.4

Referensi

Dokumen terkait

Umur perkawinan pertama perempuan di Kota Madiun sebagian besar pada usia 19- 24 tahun yaitu 69,14 persen, hal tersebut sudah sesuai dengan anjuran pemerintah agar

Arsiparis Utama (IV/e), dalam jangka waktu satu tahun sejak diangkat dalam pangkat/jabatan terakhir tidak dapat mengumpulkan 25 angka kredit. Analis Kepeg Madya (IV/c), apabila

preparat sebagai media bantu pembelajar tetapi kadaver tidak pernah dikoleksi oleh laboratorium biologi sekolah seperti laboratorium anatomi, Fakultas Kedokteran

Yang dimaksud dengan bentuk usaha tetap adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di

Kemudian, poin yang ketiga dari Permohonan kami adalah pemanggilan paksa yang dilakukan oleh DPR melanggar hak atas persamaan di muka hukum (equality before the

Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Sharma et al 6 yang membuktikan bahwa pola sidik bibir dapat digunakan untuk mengidentifikasi jenis kelamin

Puskesmas yang ada di Kecamatan Kampar Utara Kabupaten Kampar ini adalah salah satu dari 29 puskesmas yang berada di Kabupaten Kampar yang menjadi puskesmas

Dalam Mengembangkan Media Pembelajaran di SD Inpres Jatia Kabupaten Gowa. Dibimbing oleh Ahmad Nasir dan Alamsyah. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui kreativitas