BAB I BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang
Istilah kromosom mula-mula
Istilah kromosom mula-mula dikemukakan oleh Clark (1963)dikemukakan oleh Clark (1963) yangyang
berasal
berasal dari
dari kata
kata latin
latin ““
kromakroma”=
”= warna dan “
warna dan “
soma soma” = badan. Disebut
” = badan. Disebut
demikiandemikian karena badan ini mudahkarena badan ini mudah menyerap zat warna bila preparatmenyerap zat warna bila preparat diberi warna.diberi warna. Sebenarnya kromosom
Sebenarnya kromosom merupakan rangka bagi inti sel. Dalammerupakan rangka bagi inti sel. Dalam keadaan interfasekeadaan interfase kromosom berujud
kromosom berujud kromatinkromatin yang berasal dari katayang berasal dari kata
””
kroma“kroma“dan ”
dan ”
tintin“ yang
“ yang
berartiberarti benang. Pada saat memulai aktivitas benang. Pada saat memulai aktivitas pembelahan, kromatin memendek pembelahan, kromatin memendek dandan menebal disebut
menebal disebut kromosomkromosom.. Tahap selanjutnya ketika kromosomTahap selanjutnya ketika kromosom menggandamengganda disebut dengan
disebut dengan kromatid kromatid . Kromosom merupakan suatu kemasan materi genetik. Kromosom merupakan suatu kemasan materi genetik (DNA). (Yatim, 1992)
(DNA). (Yatim, 1992)
DNA merupakan persenyawaan kimia yang paling penting pada makhluk DNA merupakan persenyawaan kimia yang paling penting pada makhluk hidup, yang membawa keterangan genetik dan pewarisan sifat dari makhluk hidup hidup, yang membawa keterangan genetik dan pewarisan sifat dari makhluk hidup dari satu generasi ke generasi berikutnya. Molekul DNA terdapat pada nukleus, dari satu generasi ke generasi berikutnya. Molekul DNA terdapat pada nukleus, mitokondria, plastida dan sentriol. Molekul DNA pada nukleus memiliki bentuk mitokondria, plastida dan sentriol. Molekul DNA pada nukleus memiliki bentuk sebagai benang lurus dan tidak bercabang, sedangkan DNA yang terletak pada sebagai benang lurus dan tidak bercabang, sedangkan DNA yang terletak pada mitokondria dan plastida berbentuk lingkaran (Muladno, 2002).
mitokondria dan plastida berbentuk lingkaran (Muladno, 2002). Setiap jenis makhluk hidup
Setiap jenis makhluk hidup memiliki ukuran dan bentuk memiliki ukuran dan bentuk kromosom yangkromosom yang bervariasi. Umumnya
bervariasi. Umumnya panjang kromosom panjang kromosom berkisar antaraberkisar antara 0,2 mikron0,2 mikron
–
–
50 mikron 50 mikron dengan diameter antara 0,2 mikrondengan diameter antara 0,2 mikron
–
–
20 mikron (Campbell, 2000). Pada lalat buah 20 mikron (Campbell, 2000). Pada lalat buah (( Drosophila Drosophila melanogaster melanogaster ) dikenal memiliki kromosom yang berukuran besar) dikenal memiliki kromosom yang berukuran besar atau disebut denganatau disebut dengan kromosom raksasa. Karena besarnya, kromosom lalat buahkromosom raksasa. Karena besarnya, kromosom lalat buah ini bisa diamati
ini bisa diamati dengan menggunakandengan menggunakan mikroskop cahaya biasa.mikroskop cahaya biasa.
Kromosom baik satu buah, sepasang, maupun seluruh pasangan pada Kromosom baik satu buah, sepasang, maupun seluruh pasangan pada dasarnya bukanlah yang menentukan (mengendalikan) jenis kelamin yang dasarnya bukanlah yang menentukan (mengendalikan) jenis kelamin yang terwujud pada makhluk hidup. Oleh karena itu, pandangan bahwa kromosom Y terwujud pada makhluk hidup. Oleh karena itu, pandangan bahwa kromosom Y pada
pada Drosophila melanogaster Drosophila melanogaster ataupun hewan tingkat tinggi lainnya menentukan ataupun hewan tingkat tinggi lainnya menentukan jenis
jenis kelamin kelamin sesungguhnya sesungguhnya tidak tidak benar benar (Corebima, (Corebima, 2013: 2013: 34). 34). PengontrolPengontrol ekspresi kelamin atau yang menentukan jenis kelamin adalah gen, sebagaimana ekspresi kelamin atau yang menentukan jenis kelamin adalah gen, sebagaimana karakter lain pada makhluk hidup. Banyak bukti yang menunjukkan bahwa gen karakter lain pada makhluk hidup. Banyak bukti yang menunjukkan bahwa gen
yang bertanggung jawab atas ekspresi kelamin makhluk hidup tidak hanya satu yang bertanggung jawab atas ekspresi kelamin makhluk hidup tidak hanya satu buah
buah atau atau hanya hanya satu satu pasang pasang gen gen melainkan melainkan banyak banyak pasangan pasangan gen. gen. GenGen
–
–
gen gen tersebut dapat terletak pada kromosom kelamin maupun kromosom autosom. Oleh tersebut dapat terletak pada kromosom kelamin maupun kromosom autosom. Oleh karena yang bertanggung jawab atas ekspresi kelamin terdiri dari banyak gen karena yang bertanggung jawab atas ekspresi kelamin terdiri dari banyak gen maka terjadi interaksi gen yang bertanggung jawab atas pengendalian ekspresi maka terjadi interaksi gen yang bertanggung jawab atas pengendalian ekspresi kelamin tersebut. Sebagaiman ekspresi gen apapun, ekspresi genkelamin tersebut. Sebagaiman ekspresi gen apapun, ekspresi gen
–
–
gen yang gen yang interaksinya bertanggung jawab atas fenotip kelamin makhluk hidup dipengaruhi interaksinya bertanggung jawab atas fenotip kelamin makhluk hidup dipengaruhi juga oleh faktorjuga oleh faktor lingkungan. Dalam hal lingkungan. Dalam hal ini ekspresi ini ekspresi gengen
–
–
gen itu tidak bebas dari gen itu tidak bebas dari pengaruhpengaruh faktorfaktor
–
–
faktor lingkungan (fisikokimiawi) internal maupun eksternal faktor lingkungan (fisikokimiawi) internal maupun eksternal (Corebima, 2013: 35)(Corebima, 2013: 35) Nisbah
Nisbah kelamin kelamin adalah adalah jumlah jumlah individuindividu
–
–
individu jantan dibagi dengan individu jantan dibagi dengan jumlahjumlah individuindividu
–
–
individu betina dalam suatu spesies yang sama (Herskowitz, individu betina dalam suatu spesies yang sama (Herskowitz, 1973 dalam Farida, 1996). Untuk hewan dengan mekanisme penentuan kelamin 1973 dalam Farida, 1996). Untuk hewan dengan mekanisme penentuan kelamin XY, individu betina akan memproduksi telur yang membawa kromosom X dan XY, individu betina akan memproduksi telur yang membawa kromosom X dan individu jantan akan memproduksi dua macam gamet (X dan Y) dalam jumlah individu jantan akan memproduksi dua macam gamet (X dan Y) dalam jumlah yang kurang lebih sama (Rothwell, 1yang kurang lebih sama (Rothwell, 1983 dalam Farida 1996).983 dalam Farida 1996). Drosophila melanogaster
Drosophila melanogaster betina mempunyai kromosom XX dan XY betina mempunyai kromosom XX dan XY untukuntuk Drosophila jantan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Suryo (1992) bahwa pada Drosophila jantan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Suryo (1992) bahwa pada umumnya Drosophila melanogaster XX adalah betina dan XY adalah jantan. umumnya Drosophila melanogaster XX adalah betina dan XY adalah jantan. Menurut Stansfield (1983) menyatakan bahwa faktor-faktor untuk sifat jantan Menurut Stansfield (1983) menyatakan bahwa faktor-faktor untuk sifat jantan
yang terdapat dalam semua autosom ”diimbangi” dengan faktor
yang terdapat dalam semua autosom ”diimbangi” dengan faktor
-faktor untuk sifat-faktor untuk sifat betina yangbetina yang terdapat terdapat dalam kromosom dalam kromosom X. Sehingga menurut X. Sehingga menurut Brigde dalam Brigde dalam FaridaFarida (1996) menyatakan bahwa perimbangan genetik dijadikan landasan untuk (1996) menyatakan bahwa perimbangan genetik dijadikan landasan untuk menentukan jenis kelamin.
menentukan jenis kelamin. Pada
Pada Drosophila melanogaster Drosophila melanogaster sering terjadi penyimpangan nisbah (tidak sering terjadi penyimpangan nisbah (tidak 1:1). Hal demikian ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu 1:1). Hal demikian ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu viabilitas, pautan gen resesif letal, karakteristik fisik dari spermatozoa, keberadaan viabilitas, pautan gen resesif letal, karakteristik fisik dari spermatozoa, keberadaan dari gen
dari gen tratra (transformer), suhu, segregation distortion, umur jantan, faktor (transformer), suhu, segregation distortion, umur jantan, faktor genetik, dan peristiwa
genetik, dan peristiwa non disjunctionnon disjunction. Selain faktor. Selain faktor
–
–
faktor yang telah faktor yang telah disebutkan, faktordisebutkan, faktor
–
–
faktor lain yang mempengaruhi terjadinya penyimpangan faktor lain yang mempengaruhi terjadinya penyimpangan kelamin antara lain adalah faktor linkelamin antara lain adalah faktor lingkungan misalnya kurang sterilnya wadah dangkungan misalnya kurang sterilnya wadah dan medium yang digunakan untuk mengembangbiakkan
sehingga terdapat insecta lain seperti kutu dan semut yang dapat mengacaukan sehingga terdapat insecta lain seperti kutu dan semut yang dapat mengacaukan rasio kelamin yang muncul.
rasio kelamin yang muncul.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, peneliti melakukan suatu Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, peneliti melakukan suatu penelitian
penelitian untuk untuk mengetahui mengetahui pengaruh pengaruh materi materi genetik genetik dan dan perubahan perubahan materimateri genetik dalam penentuan ekspresi kelamin pada lalat buah (
genetik dalam penentuan ekspresi kelamin pada lalat buah ( Drosophila Drosophila melanogaster
melanogaster ). Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui rasio). Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui rasio kelamin atau kecenderungan munculnya kelamin jantan dan kelamin betina pada kelamin atau kecenderungan munculnya kelamin jantan dan kelamin betina pada
tiap generasi
tiap generasi dari persilangan
dari persilangan strain N♂ x N♀, m♂ x w♀ dan
strain N♂ x N♀, m♂ x w♀ dan resiproknya w♂ x
resiproknya w♂ x
m♀. Oleh karena itu, dalam penelitian ini mengan
m♀. Oleh karena itu, dalam penelitian ini mengan
ggkat judul “
kat judul “
Fenomena NisbahFenomena Nisbah Kelamin atau Kecenderungan Munculnya Kelamin Jantan dan Betina pada Kelamin atau Kecenderungan Munculnya Kelamin Jantan dan Betina padaDr
Dr ososophiophi lla mea mellanogasanogasteter r
Persilangan Homogami (N♂ x N♀) dan Persilangan
Persilangan Homogami (N♂ x N♀) dan Persilangan
Heterogam
Heterogami (m♂ x
i (m♂ x w♀ dan resiproknya w♂ x m♀) pada Setiap Generasi”
w♀ dan resiproknya w♂ x m♀) pada Setiap Generasi”
..1.2 Rumusan Masalah 1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka di dapatkan Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka di dapatkan rumusan masalah pada penelitian ini antara lain;
rumusan masalah pada penelitian ini antara lain; a.
a. Apakah terjadi penyimpangan nisbah kelamin dari rasio nisbah kelaminApakah terjadi penyimpangan nisbah kelamin dari rasio nisbah kelamin normal dengan perbandingan 1 : 1 pada kecenderungan munculnya normal dengan perbandingan 1 : 1 pada kecenderungan munculnya kelamin jantan dan betina pada setiap generasi pada persilangan kelamin jantan dan betina pada setiap generasi pada persilangan homogami
homogami Drosophila melanogaster Drosophila melanogaster
strain N♂ x N♀
strain N♂ x N♀
? ? b.b. Apakah terjadi penyimpangan nisbah kelamin dari rasio nisbah kelaminApakah terjadi penyimpangan nisbah kelamin dari rasio nisbah kelamin normal dengan perbandingan 1 : 1 pada kecenderungan munculnya normal dengan perbandingan 1 : 1 pada kecenderungan munculnya kelamin jantan dan betina pada setiap generasi pada persilangan kelamin jantan dan betina pada setiap generasi pada persilangan heterogami pada
heterogami pada Drosophila melanogaster Drosophila melanogaster strainstrain
m♂ x w♀
m♂ x w♀
?? c.c. Apakah terjadi penyimpangan nisbah kelamin dari rasio nisbah kelaminApakah terjadi penyimpangan nisbah kelamin dari rasio nisbah kelamin normal dengan perbandingan 1 : 1 pada kecenderungan munculnya normal dengan perbandingan 1 : 1 pada kecenderungan munculnya kelamin jantan dan betina pada setiap generasi pada persilangan kelamin jantan dan betina pada setiap generasi pada persilangan heterogami pada
1.3 Tujuan
1.3 Tujuan PenelitianPenelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka di dapatkan tujuan pada penelitian ini antara lain;
dikemukakan, maka di dapatkan tujuan pada penelitian ini antara lain; a.
a. Mengetahui rasio nisbah kelamin pada kecenderungan munculnyaMengetahui rasio nisbah kelamin pada kecenderungan munculnya kelamin jantan dan betina pada setiap generasi pada persilangan kelamin jantan dan betina pada setiap generasi pada persilangan homogami
homogami Drosophila melanogaster Drosophila melanogaster
strain N♂ x N♀
strain N♂ x N♀
b.b. Mengetahui rasio nisbah kelamin pada kecenderungan munculnyaMengetahui rasio nisbah kelamin pada kecenderungan munculnya kelamin jantan dan betina pada setiap generasi pada persilangan kelamin jantan dan betina pada setiap generasi pada persilangan heterogami
heterogami Drosophila melanogaster Drosophila melanogaster
strain m♂ x w♀
strain m♂ x w♀
c.c. Mengetahui rasio nisbah kelamin pada kecenderungan munculnyaMengetahui rasio nisbah kelamin pada kecenderungan munculnya kelamin jantan dan betina pada setiap generasi pada persilangan kelamin jantan dan betina pada setiap generasi pada persilangan heterogami pada
heterogami pada Drosophila melanogaster Drosophila melanogaster
strain w♂ x m♀
strain w♂ x m♀
1.4 Kegunaan Penelitian 1.4 Kegunaan Penelitian
Manfaat atau kegunaan pada penelitian ini tidak hanya diperoleh bagi Manfaat atau kegunaan pada penelitian ini tidak hanya diperoleh bagi peneliti saja melainkan untuk masyarakat luas, antara lain adalah :
peneliti saja melainkan untuk masyarakat luas, antara lain adalah : 1.4.1 Bagi Peneliti
1.4.1 Bagi Peneliti a.
a. Dapat memberikan wawasan dan ilmu pengetahuan yang lebih mendalamDapat memberikan wawasan dan ilmu pengetahuan yang lebih mendalam tentang ilmu genetika bagian dasar.
tentang ilmu genetika bagian dasar. b.
b. Dapat memberikan wawasan dan ilmu pengetahuan tentang lalat buahDapat memberikan wawasan dan ilmu pengetahuan tentang lalat buah (( Drosophila melanogaster Drosophila melanogaster ) khususnya strain N, m dan w.) khususnya strain N, m dan w.
c.
c. Dapat mengembangkan dan mengaplikasikan ilmu genetika yangDapat mengembangkan dan mengaplikasikan ilmu genetika yang diperoleh pada saat teori dengan menerapkannya pada proyek genetika. diperoleh pada saat teori dengan menerapkannya pada proyek genetika. d.
d. Dapat mengetahui nisbah kelamin yang terjadi pada persilanganDapat mengetahui nisbah kelamin yang terjadi pada persilangan Drosophila melanogaster
Drosophila melanogaster
strain N♂ x N♀, m♂ x w♀ dan resiproknya w♂
strain N♂ x N♀, m♂ x w♀ dan resiproknya w♂
x m♀
x m♀
e.e. Memberikan wawasan baru mengenai rasio fenotip kelamin dari generasiMemberikan wawasan baru mengenai rasio fenotip kelamin dari generasi ke generasi (F1, F2, F3, F4, F5, F6, dan F7) persilangan
ke generasi (F1, F2, F3, F4, F5, F6, dan F7) persilangan Drosophila Drosophila melanogaster
1.4.2. Bagi Mahasiswa Biologi 1.4.2. Bagi Mahasiswa Biologi
a.
a. Memberikan wawasan dan ilmu pengetahuan baru mengenai nisbahMemberikan wawasan dan ilmu pengetahuan baru mengenai nisbah kelamin dan rasio fenotip kelamin dari generasi ke generasi.
kelamin dan rasio fenotip kelamin dari generasi ke generasi. b.
b. Memberikan ilmu pengetahuan tentang nisbah kelamin yang terjadi padaMemberikan ilmu pengetahuan tentang nisbah kelamin yang terjadi pada Drosophila
Drosophila melanogastermelanogaster pada pada
persilangan
persilangan yang
yang homogami
homogami (N♂
(N♂ x
x N♀)
N♀)
dan heterogami (m♂ x w♀ dan w♂ x
dan heterogami (m♂ x w♀ dan w♂ x m♀).
m♀).
c.c. Menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya tentang nisbah kelamin danMenjadi referensi bagi penelitian selanjutnya tentang nisbah kelamin dan rasio fenotip kelamin dari generasi ke generasi pada
rasio fenotip kelamin dari generasi ke generasi pada Drosophila Drosophila melanogaster
melanogaster pada pada
persilangan
persilangan yang
yang homogami
homogami (N♂
(N♂ x
x N♀)
N♀) dan
dan
heterogami (m♂ x w♀ dan w♂ x m♀).
heterogami (m♂ x w♀ dan w♂ x m♀).
1.4.3 Bagi Masyarakat1.4.3 Bagi Masyarakat a.
a. Dapat meningkatkan wawasan dan ilmu pengetahuan bagi masyarakatDapat meningkatkan wawasan dan ilmu pengetahuan bagi masyarakat tentang karakteristik dari lalat buah
tentang karakteristik dari lalat buah Drosophila Drosophila melanogaster melanogaster khususnya khususnya strain N, m, dan w.
strain N, m, dan w. b.
b. Dapat memberikan informasi mengenai fenomena nisbah kelamin danDapat memberikan informasi mengenai fenomena nisbah kelamin dan memberikan informasi mengenai rasio fenotip kelamin dari generasi ke memberikan informasi mengenai rasio fenotip kelamin dari generasi ke generasi pada
generasi pada Drosophila melanogaster. Drosophila melanogaster. c.
c. Dapat memberikan informasi mengenai perawatan dan pengembangbiakanDapat memberikan informasi mengenai perawatan dan pengembangbiakan serta siklus hidup dari lalat buah (
serta siklus hidup dari lalat buah ( Drosophila melanogaster Drosophila melanogaster ).).
1.5 Ruang Lingkup dan
1.5 Ruang Lingkup dan Batasan MasalahBatasan Masalah
Pada penelitian ini terdapat ruang lingkup dan batasan masalah untuk Pada penelitian ini terdapat ruang lingkup dan batasan masalah untuk membatasi bahasan dari penelitan supaya lebih terfokus dan tidak melebar antara membatasi bahasan dari penelitan supaya lebih terfokus dan tidak melebar antara lain sebagai berikut,
lain sebagai berikut, a.
a. Pada penelitian ini menggunakan lalat buah pada spesies yang sama yakniPada penelitian ini menggunakan lalat buah pada spesies yang sama yakni Drosophila melanogaster
Drosophila melanogaster .. b.
b. Pada penelitian ini menggunakan tiga strain yang berbeda yang terdiri dariPada penelitian ini menggunakan tiga strain yang berbeda yang terdiri dari wild type
wild type (strain N) dan mutan (strain m (strain N) dan mutan (strain m dan w).dan w). c.
c. Pada penelitian ini hanya membahas tentang fenomena nisbah kelaminPada penelitian ini hanya membahas tentang fenomena nisbah kelamin yang terjadi
yang terjadi
pada persilangan strain N♂
pada persilangan strain N♂ x N♀,
x N♀, m♂ x
m♂ x w♀ dan resiproknya
w♀ dan resiproknya
w♂ x m♀.
d.
d. Pada penelitian ini pengamatan dan perhitungan fenotip dibatasi pada hasilPada penelitian ini pengamatan dan perhitungan fenotip dibatasi pada hasil
anakan F1, F2, F3, F4, F5, F6, dan F7 dari persilangan strain N♂ x N♀,
anakan F1, F2, F3, F4, F5, F6, dan F7 dari persilangan strain N♂ x N♀,
m♂ x w♀
m♂ x w♀ dan resiproknya w♂ x m♀.
dan resiproknya w♂ x m♀.
e.e. Pengamatan yang dilakukan pada penelitian ini adalah pengamatan fenotipPengamatan yang dilakukan pada penelitian ini adalah pengamatan fenotip meliputi warna mata, warna tubuh, keadaan sayap, faset mata namun lebih meliputi warna mata, warna tubuh, keadaan sayap, faset mata namun lebih ditekankan pada jenis kelamin pada hasil anakan F1, F2, F3, F4, F5, F6, ditekankan pada jenis kelamin pada hasil anakan F1, F2, F3, F4, F5, F6, dan F7.
dan F7. f.
f. MasingMasing
–
–
masing persilangan dilakukan sebanyak tiga kali ulangan. masing persilangan dilakukan sebanyak tiga kali ulangan. g.g. Pengambilan data berupa perhitungan fenotip (F1, F2, F3, F4, F5, F6, danPengambilan data berupa perhitungan fenotip (F1, F2, F3, F4, F5, F6, dan F7)
F7)
dari persilangan strain N♂ x N♀, m♂ x w♀ dan resiproknya w♂ x
dari persilangan strain N♂ x N♀, m♂ x w♀ dan resiproknya w♂ x
m♀
m♀
dimulai dari hari ke 0 sampai hari ke 6 (selama 7 hari).dimulai dari hari ke 0 sampai hari ke 6 (selama 7 hari). h.h. Pembahasan pada penelitian lebih ditekankan pada fenomena terjadinyaPembahasan pada penelitian lebih ditekankan pada fenomena terjadinya nisbah kelamin dan rasio fenotip dari generasi ke genesari (F1, F2, F3, F4, nisbah kelamin dan rasio fenotip dari generasi ke genesari (F1, F2, F3, F4, F5, F6, dan F7).
F5, F6, dan F7).
1.6 Asumsi Penelitian 1.6 Asumsi Penelitian
Ada beberapa hal yang pada penelitian ini yang diasumsikan sama antara Ada beberapa hal yang pada penelitian ini yang diasumsikan sama antara lain adalah :
lain adalah : a.
a. Kondisi dan keadaan medium dan nutrisi yang digunakan pada penelitianKondisi dan keadaan medium dan nutrisi yang digunakan pada penelitian dianggap sama pada setiap ulangan.
dianggap sama pada setiap ulangan. b.
b. Botol dan penutup gabus yang digunakan baik ukuran, jumlah, dan jenisBotol dan penutup gabus yang digunakan baik ukuran, jumlah, dan jenis serta tingkat kesterilan dianggap sama pada s
serta tingkat kesterilan dianggap sama pada setiap ulangan.etiap ulangan. c.
c. FaktorFaktor
–
–
faktor eksternal seperti cahaya, suhu, kelembaban, dan pH dalam faktor eksternal seperti cahaya, suhu, kelembaban, dan pH dalam botol dianggap sama pada setiap ulangan.botol dianggap sama pada setiap ulangan. d.
d. Umur dari lalat buah atauUmur dari lalat buah atau Drosophila melanogaster Drosophila melanogaster yang digunakan untukyang digunakan untuk penelitian terutama untuk penyilangan diangg
1.7 Definisi
1.7 Definisi OperasionaOperasionall
Ada beberapa hal yang dijadikan definisi operasional pada penelitian ini Ada beberapa hal yang dijadikan definisi operasional pada penelitian ini antara lain adalah:
antara lain adalah: a.
a. Nisbah Nisbah kelamin kelamin adalah adalah jumlah jumlah individu-individu individu-individu jantan jantan dibagi dibagi dengandengan jumlah
jumlah individu-individu individu-individu betina betina dalam dalam suatu suatu spesies spesies yang yang samasama (Herskowitz, 1973 dalam Nurjanah, 1998). Menurut King (1974) dalam (Herskowitz, 1973 dalam Nurjanah, 1998). Menurut King (1974) dalam
Farida (1996) ”
Farida (1996) ”
sex r sex ratio the atio the relative proportion relative proportion of males of males and females and females of aof a specified age distribution in populationspecified age distribution in population
”.
”.
b.b. Generasi adalah semua individu yang dihasilkan dalam suatu daur hidupGenerasi adalah semua individu yang dihasilkan dalam suatu daur hidup (Rifai, 1991 dalam Farida, 1996). Sedangkan menurut Dewan Bahasa dan (Rifai, 1991 dalam Farida, 1996). Sedangkan menurut Dewan Bahasa dan Pustaka (1990) dalam Farida (1996) generasi adalah suatu set individu Pustaka (1990) dalam Farida (1996) generasi adalah suatu set individu dalam suatu peringkat keturunan.
dalam suatu peringkat keturunan. c.
c. Kecenderungan adalah kecondongan, keinginan akan (Tim penyusunKecenderungan adalah kecondongan, keinginan akan (Tim penyusun kamus pusat, 2002 dalam Farida, 1996).
kamus pusat, 2002 dalam Farida, 1996). d.
d. Fenotip adalah karakterFenotip adalah karakter
–
–
karakter yang dapat diamati pada suatu individu karakter yang dapat diamati pada suatu individu (yang merupakan hasil interaksi antara genotip dan lingkungan tempat (yang merupakan hasil interaksi antara genotip dan lingkungan tempat hidup dan berkembang) (Ayala 1984 dalam Correbima,hidup dan berkembang) (Ayala 1984 dalam Correbima, 2013; 36).2013; 36). e.
e. Genotip adalah keseluruhan jumlah informasi genetik yang terkandungGenotip adalah keseluruhan jumlah informasi genetik yang terkandung pada
pada suatu suatu makhluk makhluk hidup hidup ataupun ataupun konstitusi konstitusi genetik genetik dari dari suatu suatu makhlukmakhluk hidup dalam hubungannya dengan satu atau beberapa lokus gen yang hidup dalam hubungannya dengan satu atau beberapa lokus gen yang sedang menjadi perhatian (Ayala, 1984 dalam Correbima, 2013; 36).
sedang menjadi perhatian (Ayala, 1984 dalam Correbima, 2013; 36). f.
f. Autosom adalah kromosom tubuh sedangkan genosom adalah kromosomAutosom adalah kromosom tubuh sedangkan genosom adalah kromosom kelamin.
kelamin. g.
g. Strain merupakan suatu kelompok intraspesifik yang hanya memiliki satuStrain merupakan suatu kelompok intraspesifik yang hanya memiliki satu atau sejumlah kecil ciri yang berbeda, biasanya secara genetik dalam atau sejumlah kecil ciri yang berbeda, biasanya secara genetik dalam keadaan homozigot untuk ciri
keadaan homozigot untuk ciri
–
–
ciri tersebut (Indayati, 1999 dalam ciri tersebut (Indayati, 1999 dalam Muliati, 2000).Muliati, 2000). h.
h. Persilangan resiprok merupakan persilangan yang merupakan kebalikanPersilangan resiprok merupakan persilangan yang merupakan kebalikan dari persilangan awal (Yatim, 1992).
dari persilangan awal (Yatim, 1992). i.
i. Homozigot adalah karakter yang dikontrol oleh dua gen (sepasang) identikHomozigot adalah karakter yang dikontrol oleh dua gen (sepasang) identik (Corebima, 2013).
j.
j. Heterozigot adalah karakter yang dikontrol oleh dua gen (sepasang) tidakHeterozigot adalah karakter yang dikontrol oleh dua gen (sepasang) tidak identik (Corebima, 2013).
identik (Corebima, 2013). k.
k. Dominan adalah suatu sifat yang mengalahkan sifat yang lain (Corebima,Dominan adalah suatu sifat yang mengalahkan sifat yang lain (Corebima, 2013)
2013) l.
l. Resesif adalah suatu sifat yang dikalahkan oleh sifat yang lain (Corebima,Resesif adalah suatu sifat yang dikalahkan oleh sifat yang lain (Corebima, 2013)
2013) m.
m. Galur murni adalah populasiGalur murni adalah populasi
–
–
populasi yang merupakan turunan murni populasi yang merupakan turunan murni tanpa adanya variasi genetik yang berarti (Gardner dkk, 1984 dalam tanpa adanya variasi genetik yang berarti (Gardner dkk, 1984 dalam Corebima, 2013).BAB II BAB II
KAJIAN PUSTAKA KAJIAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi
2.1 Klasifikasi Drosophila MelanogasteDrosophila Melanogasterr Drosophila
Drosophila melanogastermelanogaster atau di Indonesia lebih sering disebut denganatau di Indonesia lebih sering disebut dengan lalat buah ini banyak sekali ditemukan. Hal ini salah satunya dipengaruhi oleh lalat buah ini banyak sekali ditemukan. Hal ini salah satunya dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang ada di Indonesia yang sangat mendukung untuk faktor lingkungan yang ada di Indonesia yang sangat mendukung untuk pertumbuhan
pertumbuhan dan dan perkembangbiakan perkembangbiakan daridari Drosophila Drosophila melanogaster melanogaster . Menurut. Menurut Strickberger (1985),
Strickberger (1985), Drosophila Drosophila melanogaster melanogaster ini klasifikasinya adalah sebagai ini klasifikasinya adalah sebagai berikut;
berikut; Kingdom
Kingdom : : AnimaliaAnimalia Filum
Filum : : ArthropodaArthropoda Subfilum
Subfilum : : MandibulataMandibulata Kelas
Kelas : Insecta: Insecta Subkelas
Subkelas : : PterygotaPterygota Ordo
Ordo : : DipteraDiptera Sub
Sub ordo ordo : : CyclorraphaCyclorrapha Famili
Famili : : DrosophilidaeDrosophilidae
Genus :
Genus : Drosophila Drosophila Sub
Sub Genus Genus : : SophophoraSophophora Spesies :
Spesies : Drosophila melanogaster Drosophila melanogaster
Gambar 1. Drosophila melanogaster (King, 1965) Gambar 1. Drosophila melanogaster (King, 1965)
Gambar 2. Organ
Gambar 2. Organ dari Larva Drosophila melanogaster (King, 1965)dari Larva Drosophila melanogaster (King, 1965)
2.2 Alasan
2.2 Alasan DrDr ososophilophil a a MM eelanlan ogogasasteter r Banyak Digunakan Sebagai Bahan Banyak Digunakan Sebagai Bahan Penelitian Genetika
Penelitian Genetika
Drosophila melanogaster
Drosophila melanogaster banyak digunakan sebagai hewan uji coba dalam banyak digunakan sebagai hewan uji coba dalam melakukan penelitian mengenai genetika. Banyak alasan yang dapat diberikan melakukan penelitian mengenai genetika. Banyak alasan yang dapat diberikan untuk menjelaskan mengapa lalat buah (
untuk menjelaskan mengapa lalat buah ( Drosophila melanogaster Drosophila melanogaster ) dipakai dalam) dipakai dalam bidang
bidang percobaan percobaan genetika. genetika. Menurut Menurut Iskandar Iskandar (1983) (1983) dalam dalam Kusmindarti Kusmindarti (1998)(1998) ada beberapa keunggulan penggunaan
ada beberapa keunggulan penggunaan Drosophila Drosophila melanogastermelanogaster sebagai bahansebagai bahan praktikum genetika, antara
praktikum genetika, antara lain adalah lain adalah 1) pada umumnya tidak 1) pada umumnya tidak diperlukan kondisidiperlukan kondisi yang steril seperti pada praktikum yang menggunakan mikroorganisme; 2) mudah yang steril seperti pada praktikum yang menggunakan mikroorganisme; 2) mudah diperoleh; 3) mudah dipelihara; 4) biaya pemeliharaan lebih murah; 5) dalam diperoleh; 3) mudah dipelihara; 4) biaya pemeliharaan lebih murah; 5) dalam pemeliharaannya
pemeliharaannya tidak tidak diperlukan diperlukan tempat tempat yang yang luas luas dan dan banyak; banyak; 6) 6) tidaktidak membahayakan kesehatan; 7) ukuran tubuh cukup besar; 8) siklus hidup pendek; membahayakan kesehatan; 7) ukuran tubuh cukup besar; 8) siklus hidup pendek; 9) mempunyai 4 pasang kromosom; 10) memiliki kromosom raksasa (giant 9) mempunyai 4 pasang kromosom; 10) memiliki kromosom raksasa (giant kromosom); 11) jenis mutannya banyak; 12) jumlah
2.3
2.3 KarakterisKarakteristiktik DDrr ososophiophi lla mea mell anogasanogasteter r
Karakteristik atau ciri
Karakteristik atau ciri
–
–
ciri umum dari ciri umum dari Drosophila Drosophila melanogaster melanogaster yang yang pernahpernah dikemukakan dikemukakan oleh oleh Bock Bock (1982) (1982) dalam dalam Rudiyanto Rudiyanto (1995) (1995) antara antara lainlain adalah;
adalah; a.
a. Costa normal, bulu presccutellar berkembang baik.Costa normal, bulu presccutellar berkembang baik. b.
b. Arista plumose bercabang ke arah dorsal dan ventral.Arista plumose bercabang ke arah dorsal dan ventral. c.
c. Bulu postvertical normal, bulu acrostical tersusun atas 6Bulu postvertical normal, bulu acrostical tersusun atas 6
–
–
8 deret, bristle 8 deret, bristle orbital recclinate posterior terletak lebih dekat dengan bristle proclinate orbital recclinate posterior terletak lebih dekat dengan bristle proclinate daripada dengan bristle vertical bagian dalam.daripada dengan bristle vertical bagian dalam.
Pada penelitian nisbah kelamin ini digunakan tiga strain yang berbeda Pada penelitian nisbah kelamin ini digunakan tiga strain yang berbeda antara lain adalah strain N (normal), m (miniatur), dan w (white).
antara lain adalah strain N (normal), m (miniatur), dan w (white).
2.3.1
2.3.1 KarakterisKarakteristiktik DDrr ososophiophi ll a mea mellanogasanogaster ter strain N (normal) strain N (normal) Drosophila
Drosophila melanogastermelanogaster strain Normal (N) memiliki ciristrain Normal (N) memiliki ciri
–
–
ciri antara ciri antara lain, cirilain, ciri
–
–
ciri panjang tubuh imago dewasa tergantung pada nutrisi dan faktor ciri panjang tubuh imago dewasa tergantung pada nutrisi dan faktor lingkungan, akan tetapi biasanya berukuran 2lingkungan, akan tetapi biasanya berukuran 2
–
–
3 mm. Imago betina memiliki 3 mm. Imago betina memiliki ukuran yang lebih besar apabila dibandingkan dengan jantan. Strain N (normal) ukuran yang lebih besar apabila dibandingkan dengan jantan. Strain N (normal) ini memiliki warna tubuh coklat kekuningan dengan faset mata berwarna merah ini memiliki warna tubuh coklat kekuningan dengan faset mata berwarna merah dan halus, memiliki sayap yang menutupi tubuh secara sempurna (menutupi dan halus, memiliki sayap yang menutupi tubuh secara sempurna (menutupi bagian posterior). Pada tarsal kaki depanbagian posterior). Pada tarsal kaki depan Drosophila melanogaster Drosophila melanogaster jantan terdapat jantan terdapat
““
sex comb sex comb” dan pada abdomen bagian dorsal terdapat garis berwarna hitam,
” dan pada abdomen bagian dorsal terdapat garis berwarna hitam,
sedang pada imago betina tidak ada (Herskowitz, 1965 dalam Farida, 1996).sedang pada imago betina tidak ada (Herskowitz, 1965 dalam Farida, 1996).
Gambar 3. Drosophila melanogaster strain Normal (N),
Gambar 3. Drosophila melanogaster strain Normal (N), Jantan dan BetinaJantan dan Betina (Dokumentasi pribadi: Februari, 2014)
2.3.2
2.3.2 KarakterisKarakteristiktik DDrr ososophiophi ll a mea mellanogasanogaster ter strain m strain m (miniature)(miniature) Drosophila
Drosophila melanogastermelanogaster strain miniature (m), menurut King (1965)strain miniature (m), menurut King (1965) memiliki ciri antara lain, warna faset mata merah dan halus, tubuh berwarna memiliki ciri antara lain, warna faset mata merah dan halus, tubuh berwarna kuning kecoklatan dan memiliki sayap yang tidak menutupi tubuh secara kuning kecoklatan dan memiliki sayap yang tidak menutupi tubuh secara sempurna (tidak menutupi bagian posterior). Sifat ini dikendalikan oleh gen yang sempurna (tidak menutupi bagian posterior). Sifat ini dikendalikan oleh gen yang terletak pada kromosom no 1 pada
terletak pada kromosom no 1 pada lokus 36.1 (Corebima, 2013).lokus 36.1 (Corebima, 2013).
Gambar 4. Drosophila melanogaster strain miniature (m), Gambar 4. Drosophila melanogaster strain miniature (m),
(Dokumentasi pribadi: Februari, 2014) (Dokumentasi pribadi: Februari, 2014)
2.3.3
2.3.3 KarakterisKarakteristiktik DDrr ososophiophi ll a mea mellanogasanogaster ter strain w (white) strain w (white) Drosophila melanogaster
Drosophila melanogaster strain white (w), menurut Shorrocks (1972) danstrain white (w), menurut Shorrocks (1972) dan Lefevre (1975) dalam King (1965) memiliki ciri warna faset mata putih dan halus, Lefevre (1975) dalam King (1965) memiliki ciri warna faset mata putih dan halus, tubuh berwarna kuning kecoklatan, memiliki sayap yang menutupi tubuh secara tubuh berwarna kuning kecoklatan, memiliki sayap yang menutupi tubuh secara sempurna (menutupi bagian posterior), testes pada imago dewasa tidak berwarna sempurna (menutupi bagian posterior), testes pada imago dewasa tidak berwarna ((colourlesscolourless), tubulus malphigi pada larva berwarna putih. Sifat ini dikendalikan), tubulus malphigi pada larva berwarna putih. Sifat ini dikendalikan oleh gen yang terletak pada
oleh gen yang terletak pada kromosom no 1 pada lokus 1.5 (kromosom no 1 pada lokus 1.5 (Corebima, 2013).Corebima, 2013).
Gambar 5. Drosophila melanogaster strain miniature (m), Gambar 5. Drosophila melanogaster strain miniature (m),
(Dokumentasi pribadi: Februari, 2014) (Dokumentasi pribadi: Februari, 2014)
2.4
2.4 Ekspresi Ekspresi Fenotip Fenotip KelaminKelamin
Makhluk hidup di bumi sangat beraneka ragam, pada beberapa kelompok Makhluk hidup di bumi sangat beraneka ragam, pada beberapa kelompok hewan dijumpai cara penentuan jenis kelamin yang tidak sama. Beberapa tipe hewan dijumpai cara penentuan jenis kelamin yang tidak sama. Beberapa tipe penentuan
penentuan jenis jenis kelamin kelamin yang yang dikenal dikenal ialah ialah tipe tipe XY, XY, ZO, ZO, XO, XO, dan dan ZW ZW (Suryo,(Suryo, 1992). Tipe penentuan jenis kelamin pada Drosophila melanogaster adalah tipe 1992). Tipe penentuan jenis kelamin pada Drosophila melanogaster adalah tipe XY.
XY.
Suryo (1992) menambahkan bahwa inti tubuh
Suryo (1992) menambahkan bahwa inti tubuh Drosophila Drosophila melanogaster melanogaster memiliki 8 buah kromosom yang dibedakan atas:
memiliki 8 buah kromosom yang dibedakan atas: a)
a) 6 buah kromosom (3 pasang) yang pada lalat betina maupun jantan6 buah kromosom (3 pasang) yang pada lalat betina maupun jantan bentuknya
bentuknya sama. sama. Karena Karena itu itu kromosom-kromosom kromosom-kromosom ini ini disebut disebut autosomautosom (kromosom tubuh), disingkat dengan huruf A.
(kromosom tubuh), disingkat dengan huruf A. b)
b) 2 buah kromosom (1 pasang) disebut kromosom kelamin (kromosom2 buah kromosom (1 pasang) disebut kromosom kelamin (kromosom seks), sebab bentuknya ada yang berbeda pada lalat betina dan jantan seks), sebab bentuknya ada yang berbeda pada lalat betina dan jantan (Suryo, 1992).
(Suryo, 1992).
Berikut merupakan gambar model XY pada penentuan jenis kelamin Berikut merupakan gambar model XY pada penentuan jenis kelamin Drosophila melanogaster
Drosophila melanogaster ::
Parental
Parental : : Betina Betina >< >< JantanJantan
XX XY XX XY F1 F1 : : 1 1 XX XX : : 1 1 XYXY Betina Jantan Betina Jantan Gambar 6.
Seiring dengan semakin banyaknya penelitian di bidang genetika, ternyata Seiring dengan semakin banyaknya penelitian di bidang genetika, ternyata penentuan
penentuan jenis jenis kelamin kelamin tidak tidak sesederhana sesederhana yang yang diduga diduga semula. semula. PenyelidikanPenyelidikan yang dilakukan oleh C. B. Bridges dalam Gardner (1991) terhadap
yang dilakukan oleh C. B. Bridges dalam Gardner (1991) terhadap Drosophila Drosophila melanogaster
melanogaster memperlihatkan bahwa sebenarnya faktor penentu jantan terdapat memperlihatkan bahwa sebenarnya faktor penentu jantan terdapat dalam autosom. Bridges membuktikan bahwa lebih dari sebuah gen dalam dalam autosom. Bridges membuktikan bahwa lebih dari sebuah gen dalam kromosom X mempengaruhi sifat betina, sedangkan gen-gen yang mempengaruhi kromosom X mempengaruhi sifat betina, sedangkan gen-gen yang mempengaruhi sifat jantan tersebar luas dalam autosom dan tidak ditemukan pada kromoson Y. sifat jantan tersebar luas dalam autosom dan tidak ditemukan pada kromoson Y. Singleton (1962) dalam Farida (1996) menyatakan bahwa kehadiran kromosom Y Singleton (1962) dalam Farida (1996) menyatakan bahwa kehadiran kromosom Y bukan
bukan merupakan merupakan faktor faktor penentu penentu jenis jenis kelamin, kelamin, melainkan melainkan ditentukan ditentukan oleholeh perimbangan
perimbangan jumlah jumlah kromosom kromosom X X dan dan jumlah jumlah pasangan pasangan autosom. autosom. SelanjutnyaSelanjutnya Riley (1948) dalam Farida (1996) dan Stansfield (1983) menyatakan bahwa Riley (1948) dalam Farida (1996) dan Stansfield (1983) menyatakan bahwa adanya kromosom Y pada Drosophila untuk fertilitas jantan, yang diperlukan adanya kromosom Y pada Drosophila untuk fertilitas jantan, yang diperlukan untuk membentuk jantan fertil. King (1965) juga menyebutkan bahwa autosom untuk membentuk jantan fertil. King (1965) juga menyebutkan bahwa autosom
–
–
autosom menentukan jenis kelamin jantan dan kromosomautosom menentukan jenis kelamin jantan dan kromosom
–
–
kromosom X kromosom X menentukan jenis kelamin betina, sedangkan Y dapat diabaikan.menentukan jenis kelamin betina, sedangkan Y dapat diabaikan.
Bridges dalam Gardner (1991), menyatakan bahwa mekanisme penentuan Bridges dalam Gardner (1991), menyatakan bahwa mekanisme penentuan jenis
jenis kelamin kelamin padapada Drosophila Drosophila melanogastermelanogaster lebih tepat didasarkan atas teorilebih tepat didasarkan atas teori perimbangan
perimbangan genetik. genetik. Teori Teori tersebut tersebut menyatakan menyatakan bahwa bahwa untuk untuk menentukan menentukan jenisjenis kelamin digunakan indeks kelamin yaitu banyaknya kromosom X dibagi kelamin digunakan indeks kelamin yaitu banyaknya kromosom X dibagi banyaknya
banyaknya autosom autosom (X/A). (X/A). Perimbangan Perimbangan dari dari dua dua kromosom kromosom X X dengan dengan duadua pasang
pasang autosom autosom akan akan berkembang berkembang menjadi menjadi betina. betina. Sedangkan Sedangkan perimbangan perimbangan satusatu kromosom X dengan dua pasang autosom menentukan jantan (Rothwell, 1983 kromosom X dengan dua pasang autosom menentukan jantan (Rothwell, 1983 dalam Nurjanah, 1998). King (1965) dalam Farida (1996) menyebutkan bahwa dalam Nurjanah, 1998). King (1965) dalam Farida (1996) menyebutkan bahwa jenis
jenis kelamin kelamin tergantung tergantung pada pada perbandingan perbandingan kromosom kromosom X X dan dan autosom.autosom. Sedangkan menurut Stansfield (1983), penentuan jenis kelamin ini disebutkan Sedangkan menurut Stansfield (1983), penentuan jenis kelamin ini disebutkan sebagai
sebagai genic balance. genic balance.
Dalam penentuan jenis kelamin (ekspresi kelamin), yang menetukan jenis Dalam penentuan jenis kelamin (ekspresi kelamin), yang menetukan jenis kelamin adalah gen (Corebima, 2013). Lebih lanjut, Corebima (2013) menyatakan kelamin adalah gen (Corebima, 2013). Lebih lanjut, Corebima (2013) menyatakan bahwa gen
bahwa gen yang bertanggung jyang bertanggung jawab atas awab atas penentuan jenis penentuan jenis kelamin kelamin makhluk hidupmakhluk hidup tidak hanya satu pasang, tetapi banyak pasangan gen. Gen
tidak hanya satu pasang, tetapi banyak pasangan gen. Gen
–
–
gen tersebut terletak gen tersebut terletak pada kromosom kelamin maupunDalam
Dalam keadaan keadaan normal,normal, Drosophila melanogaster Drosophila melanogaster betina membentuk satu betina membentuk satu macam sel telur saja yang bersifat haploid (3AX).
macam sel telur saja yang bersifat haploid (3AX). Drosophila Drosophila melanogastermelanogaster jantan
jantan membentuk membentuk 2 2 macam macam spermatozoa spermatozoa yang yang haploid, haploid, ada ada spermatozoa spermatozoa yangyang membawa kromosm X (3 AX) dan ada yang membawa kromosom Y (3AY). membawa kromosm X (3 AX) dan ada yang membawa kromosom Y (3AY). Apabila sel telur itu dibuahi spermatozoa yang membawa kromosom X, terjadilah Apabila sel telur itu dibuahi spermatozoa yang membawa kromosom X, terjadilah Drosophila
Drosophila melanogaster melanogaster betina diploid (3AAXX). Tetapi bila sel telur itu betina diploid (3AAXX). Tetapi bila sel telur itu dibuahi oleh spermatozoa yang membawa kromosom Y, terjadilah
dibuahi oleh spermatozoa yang membawa kromosom Y, terjadilah Drosophila Drosophila melanogaster
melanogaster (jantan) yang diploid (3AAXY). Kadang(jantan) yang diploid (3AAXY). Kadang
–
–
kadang pada saat kadang pada saat meiosis selama pembentukan selmeiosis selama pembentukan sel
–
–
sel kelamin, sepasang kromosom kelamin itu sel kelamin, sepasang kromosom kelamin itu tidak memisahkan diri melainkan tetap berkumpul. Peristiwatidak memisahkan diri melainkan tetap berkumpul. Peristiwa
ini disebut “
ini disebut “
nonnon disjunctiondisjunction
”. Jika sampai terjadi
”. Jika sampai terjadi
non disjunctionnon disjunction selama oogenesis maka akanselama oogenesis maka akan terbentuk dua macam sel telur yaitu sel telur dengan dua kromosom X (3AXX) terbentuk dua macam sel telur yaitu sel telur dengan dua kromosom X (3AXX) dan sel telur tanpa kromosomdan sel telur tanpa kromosom
X (3AO). Rincian gambaran jika sel telur
X (3AO). Rincian gambaran jika sel telur hasil “non
hasil “non
disjunction” dibuahi oleh spermatozoa normal akan dikemukakan lebih lanjut
disjunction” dibuahi oleh spermatozoa normal akan dikemukakan lebih lanjut
seperti pernyataan Gardner (1991) dan Strickberger (1985).seperti pernyataan Gardner (1991) dan Strickberger (1985). a.
a. Apabila sel telur dengan dua kromosom X dibuahi oleh spermatozoa X,Apabila sel telur dengan dua kromosom X dibuahi oleh spermatozoa X, maka akan dihasilkan
maka akan dihasilkan Drosophila Drosophila melanogastermelanogaster betina betina super super (3AAXXX)(3AAXXX) yang memiliki 3 kromosom X.
yang memiliki 3 kromosom X. Drosophila Drosophila melanogastermelanogaster ini tak lamaini tak lama hidupnya karena mengalami kelainan dan kemunduran pada beberapa alat hidupnya karena mengalami kelainan dan kemunduran pada beberapa alat tubuhnya (selalu mati)
tubuhnya (selalu mati) b.
b. Apabila sel telur dengan dua kromosom X dibuahi oleh spermatozoa yangApabila sel telur dengan dua kromosom X dibuahi oleh spermatozoa yang membawa kromosom Y akan dihasilkan
membawa kromosom Y akan dihasilkan Drosophila Drosophila melanogastermelanogaster betina betina yang mempunyai kromosom Y (3AAXXYY)., Drosophila ini fertil
yang mempunyai kromosom Y (3AAXXYY)., Drosophila ini fertil .. c.
c. Apabila sel telur yang tidak mempunyai kromosom X dibuahi olehApabila sel telur yang tidak mempunyai kromosom X dibuahi oleh sperma yang membawa kromosom X, maka akan dihasilkan
sperma yang membawa kromosom X, maka akan dihasilkan Drosophila Drosophila melanogaster
melanogaster jantan (3AAXO) yang steril. jantan (3AAXO) yang steril. d.
d. Apabila sel telur yang tidak memiliki kromosom X dibuahi oleh spermaApabila sel telur yang tidak memiliki kromosom X dibuahi oleh sperma yang membawa kromosom Y, maka tidak akan dihasilkan keturunan, yang membawa kromosom Y, maka tidak akan dihasilkan keturunan, sebab lethal (3AAYO)
2.5
2.5 Nisbah Nisbah KelaminKelamin Nisbah
Nisbah kelamin kelamin adalah adalah jumlah jumlah individuindividu
–
–
individu jantan dibagi dengan individu jantan dibagi dengan jumlahjumlah individuindividu
–
–
individu betina dalam suatu spesies yang sama (Herskowitz, individu betina dalam suatu spesies yang sama (Herskowitz, 1973 dalam Farida, 1995). Untuk hewan dengan mekanisme penentuan kelamin 1973 dalam Farida, 1995). Untuk hewan dengan mekanisme penentuan kelamin XY, individu betina akan memproduksi telur yang membawa kromosom X dan XY, individu betina akan memproduksi telur yang membawa kromosom X dan individu jantan akan memproduksi dua macam gamet (X dan Y) dalam jumlah individu jantan akan memproduksi dua macam gamet (X dan Y) dalam jumlah yang kurang lebih sama (Rothwell, 1983 dalamyang kurang lebih sama (Rothwell, 1983 dalam Farida, 1996). Gardner (1991) danFarida, 1996). Gardner (1991) dan Maxon (1985) dalam Farida (1996) mengemukakan bahwa konsekuensi dari Maxon (1985) dalam Farida (1996) mengemukakan bahwa konsekuensi dari hukum segregasi/pemisahan Mendel dan adanya fertilisasi secara acak pada hukum segregasi/pemisahan Mendel dan adanya fertilisasi secara acak pada pasangan kromosom XY, jenis
pasangan kromosom XY, jenis kelamin diramalkan akan terjakelamin diramalkan akan terjadi dengan nisbah 1 di dengan nisbah 1 :: 1. Stansfield (1983) menyatakan bahwa penentuan kelamin dengan metode XY 1. Stansfield (1983) menyatakan bahwa penentuan kelamin dengan metode XY akan menghasilkan nisbah kelamin 1 : 1 untuk tiap generasi.
akan menghasilkan nisbah kelamin 1 : 1 untuk tiap generasi. Pada
Pada Drosophila melanogaster Drosophila melanogaster sering terjadi penyimpangan nisbah (tidak sering terjadi penyimpangan nisbah (tidak 1:1). Hal demikian ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu 1:1). Hal demikian ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu adanya alela resesif autosom yang disebut transformer (tra). Pada perilangan adanya alela resesif autosom yang disebut transformer (tra). Pada perilangan antara betina
antara betina carrier carrier tra (Tratra XX) dengan jantan homozigot resesif tra (tratra tra (Tratra XX) dengan jantan homozigot resesif tra (tratra XY), pada keturunan akan diperoleh nisbah jantan banding nisbah betina dengan XY), pada keturunan akan diperoleh nisbah jantan banding nisbah betina dengan rasio yang tidak normal yaitu 3 : 1 (Rothwell, 1983 dalam Farida 1996). Hadirnya rasio yang tidak normal yaitu 3 : 1 (Rothwell, 1983 dalam Farida 1996). Hadirnya gen letal pada kromosom X juga akan mempengaruhi nisbah kelamin, di mana gen letal pada kromosom X juga akan mempengaruhi nisbah kelamin, di mana dari persilangan antara betina (heterozigot) yang membawa gen letal dengan dari persilangan antara betina (heterozigot) yang membawa gen letal dengan jantan
jantan normal normal diperoleh diperoleh keturunan keturunan jantan jantan banding banding betina betina dengan dengan rasio rasio 1 1 : : 22 (Strickberger, 1985).
(Strickberger, 1985).
2.6 Beberapa Faktor yang Berpengaruh terhadap Nisbah Kelamin 2.6 Beberapa Faktor yang Berpengaruh terhadap Nisbah Kelamin
Dr
Dr ososophiophi ll a mea mellanogasanogasteter r
Munurut Farida (1996), ada beberapa faktor yang mempengaruhi nisbah Munurut Farida (1996), ada beberapa faktor yang mempengaruhi nisbah kelamin pada
kelamin pada Drosophila melanogaster Drosophila melanogaster , antara lain adalah sebagai berikut;, antara lain adalah sebagai berikut; a)
a) ViabilitasViabilitas
Jantan beberapa spesies mempunyai jumlah kematian lebih tinggi Jantan beberapa spesies mempunyai jumlah kematian lebih tinggi dibanding dengan betina pada semua umur (Maxon, 1985). Lebih lanjut, William dibanding dengan betina pada semua umur (Maxon, 1985). Lebih lanjut, William dan Poulson dalam Strickberger (1985) menyatakan bahwa kematian zigot jantan dan Poulson dalam Strickberger (1985) menyatakan bahwa kematian zigot jantan dapat disebabkan oleh kehadiran
menginfeksi
menginfeksi materi materi genetik genetik asam asam nukleat nukleat strainstrain
–
–
strain Drosophila strain Drosophila melanogastermelanogaster . Menurut Rudiyanto (1995), Gardner (1984) menjelaskan bahwa. Menurut Rudiyanto (1995), Gardner (1984) menjelaskan bahwa
viabilitas adalah “
viabilitas adalah “
Degree of capability to live and develop normally Degree of capability to live and develop normally” (kemampuan
” (kemampuan
untuk hidup dan berkembang secara normal). Lebih lanjut dijelaskan bahwa untuk hidup dan berkembang secara normal). Lebih lanjut dijelaskan bahwa viabilitas makhluk hidup dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. viabilitas makhluk hidup dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal dalam hal ini adalah sifat genetik yang dimiliki makhluk hidup Faktor internal dalam hal ini adalah sifat genetik yang dimiliki makhluk hidup tersebut, sedangkan faktor eksternal dapat meliputi suhu, cahaya, kelembaban, tersebut, sedangkan faktor eksternal dapat meliputi suhu, cahaya, kelembaban, nutrisi, ruang gerak, dan faktornutrisi, ruang gerak, dan faktor
–
–
faktor lain. faktor lain. b)b) Pautan Gen Resesif LetalPautan Gen Resesif Letal
Pautan gen resesif letal menyebabkan kematian jantan hemizigot, sehingga Pautan gen resesif letal menyebabkan kematian jantan hemizigot, sehingga berakibat
berakibat tidak tidak seimbangnya seimbangnya antara antara jumlah jumlah jantan jantan dan dan betina betina (Maxon, (Maxon, 1985).1985). Selanjutnya Strickberger (1985) menyatakan bahwa apabila satu dari kromosom Selanjutnya Strickberger (1985) menyatakan bahwa apabila satu dari kromosom X membawa gen letal l, maka jantan yang menerima kromosom X tersebut akan X membawa gen letal l, maka jantan yang menerima kromosom X tersebut akan mati sebelum dewasa (kromosom Y tidak membawa alel normal l). Akan tetapi mati sebelum dewasa (kromosom Y tidak membawa alel normal l). Akan tetapi betina
betina heterozigot heterozigot selalu selalu hidup hidup karena kkarena kromosom X romosom X yang satunya yang satunya membawa membawa alelalel normal l. Pada persilangan antara betina (heterozigot) yang membawa gen letal normal l. Pada persilangan antara betina (heterozigot) yang membawa gen letal dengan jantan normal, diperoleh keturunan jantan banding betina dengan rasio 1 : dengan jantan normal, diperoleh keturunan jantan banding betina dengan rasio 1 : 2. Pada kasus lain, pautan gen letal berpengaruh terhadap viabilitas betina.
2. Pada kasus lain, pautan gen letal berpengaruh terhadap viabilitas betina. c)
c) Karakteristik Fisik Spermatozoa yang Mengandung Kromosom X dan YKarakteristik Fisik Spermatozoa yang Mengandung Kromosom X dan Y yang Berbeda
yang Berbeda
Spermatozoa Y dapat bergerak cepat, bila sampai pada sel telur pertama Spermatozoa Y dapat bergerak cepat, bila sampai pada sel telur pertama kali maka kemungkinan keturunan jantan akan lebih besar dibanding keturunan kali maka kemungkinan keturunan jantan akan lebih besar dibanding keturunan betinanya. (Maxon, 1985
betinanya. (Maxon, 1985).). d)
d) Gen Transformer (tra)Gen Transformer (tra)
King (1962) menyatakan bahwa pada tahun 1945, Sturtevent melaporkan King (1962) menyatakan bahwa pada tahun 1945, Sturtevent melaporkan penemuannya
penemuannya tentang tentang gen gen resesif resesif transformer transformer (tra). (tra). Bruns Bruns (1989) (1989) menyatakanmenyatakan bahwa
bahwa bila bila alela alela resesif resesif tra tra tersebut tersebut dalam dalam keadaan keadaan homozigot homozigot akan akan mengubahmengubah normal diploid betina (AAXX) menjadi jantan steril. Herskowitz (1997) normal diploid betina (AAXX) menjadi jantan steril. Herskowitz (1997) menyatakan bahwa homozigot tra selalu membentuk individu jantan tanpa menyatakan bahwa homozigot tra selalu membentuk individu jantan tanpa memperhatikan nomor kromosom X (tra bersifat epistasis dan gen kelamin dalam memperhatikan nomor kromosom X (tra bersifat epistasis dan gen kelamin dalam kromosom X bersifat hipostasis). King (1962) selanjutnya mnjelaskan bahwa kromosom X bersifat hipostasis). King (1962) selanjutnya mnjelaskan bahwa testes individu jantan mengkerut, tidak mengandung sperma dan memiliki sel testes individu jantan mengkerut, tidak mengandung sperma dan memiliki sel
–
–
sel yang karakteristiknya seperti ovarium. Lebih lanjut Stansfield (1983) sel yang karakteristiknya seperti ovarium. Lebih lanjut Stansfield (1983) menyatakan bahwa gen resesif tra terletak pada kromosom no 3
menyatakan bahwa gen resesif tra terletak pada kromosom no 3 Drosophila Drosophila melanogaster
melanogaster . Kehadiran gen tra ini dianggap dapat mengubah nisbah kelamin. Kehadiran gen tra ini dianggap dapat mengubah nisbah kelamin (Rothwell, 1948).
(Rothwell, 1948). e)
e) SuhuSuhu
Proses hidup dibatasi oleh suhu. Sifat fenotip tampak setelah zat
Proses hidup dibatasi oleh suhu. Sifat fenotip tampak setelah zat
–
–
zat zat dalam sel diubah menjadi hasil akhir melalui suatu seri reaksi kimia (Crowder, dalam sel diubah menjadi hasil akhir melalui suatu seri reaksi kimia (Crowder, 1990). Dalam Gardner (1991) dinyatakan bahwa pada reaksi kimia tersebut, tiap 1990). Dalam Gardner (1991) dinyatakan bahwa pada reaksi kimia tersebut, tiap tahap reaksi dikatalisis oleh enzim yang spesifik. Enzim ini dikode oleh suatu atau tahap reaksi dikatalisis oleh enzim yang spesifik. Enzim ini dikode oleh suatu atau beberapa gen. Weavbeberapa gen. Weaver dan er dan Hedrik (1989) dan Hedrik (1989) dan Gardner (1991) Gardner (1991) menyatakan bahwamenyatakan bahwa enzim aktif pada suhu rendah, tetapi sebagian atau keseluruhan tidak aktif pada enzim aktif pada suhu rendah, tetapi sebagian atau keseluruhan tidak aktif pada suhu tinggi.
suhu tinggi.
Strickberger (1985) menyatakan bahwa beberapa kasus yang mungkin Strickberger (1985) menyatakan bahwa beberapa kasus yang mungkin berhubungan
berhubungan dengan dengan suhu suhu terjadi terjadi padpad Drosophila Drosophila melanogaster melanogaster , dimana pada, dimana pada suhu tinggi atau rendah terlihat hasil yang mengejutkan yaitu adanya peningkatan suhu tinggi atau rendah terlihat hasil yang mengejutkan yaitu adanya peningkatan frekuensi gen resesif letal. Semakin meningkatnya gen resesif letal ini, maka frekuensi gen resesif letal. Semakin meningkatnya gen resesif letal ini, maka diramalkan akan makin besar pula penyimpangan nisbah kelamin yang terjadi diramalkan akan makin besar pula penyimpangan nisbah kelamin yang terjadi pada
pada Drosophila Drosophila melanogaster melanogaster . Sehubungan dengan suhu, dalam Dobzhansky. Sehubungan dengan suhu, dalam Dobzhansky (1958) menyebutkan bahwa
(1958) menyebutkan bahwa Drosophila melanogaster Drosophila melanogaster interseks yang masih dalaminterseks yang masih dalam pertumbuhan, jika
pertumbuhan, jika diberi suhu diberi suhu yang relatif yang relatif tinggi, makatinggi, maka Drosophila melanogaster Drosophila melanogaster intraseks tersebut berubah menjadi betina. Sebaliknya pada suhu rendah menjadi intraseks tersebut berubah menjadi betina. Sebaliknya pada suhu rendah menjadi individu jantan.
individu jantan. f)
f)
“ Segregation Distortion”
“ Segregation Distortion”
Curtsinger dan Feldman dalam Strickberger (1985) menyatakan bahwa Curtsinger dan Feldman dalam Strickberger (1985) menyatakan bahwa
adanya peristiwa “
adanya peristiwa “
Segregation DistortionSegregation Distortion” atau “
” atau “
Meiotic Meiotic DriveDrive” (adanya
” (adanya
gangguan pada pemisahan gamet saat gametogenesis) menyebabkan individu gangguan pada pemisahan gamet saat gametogenesis) menyebabkan individu jantanjantan Drosophila Drosophila melanogaster melanogaster akan memproduksi lebih banyak gamet yang akan memproduksi lebih banyak gamet yang
membawa kromosom X. Gardner (1991) menyebutkan bahwa “
membawa kromosom X. Gardner (1991) menyebutkan bahwa “
SegregationSegregation DistortionDistortion
””
ini disebabkan oleh adanya urutan DNA yang dapat bergerak dan ini disebabkan oleh adanya urutan DNA yang dapat bergerak dan menyelinap di antara urutan DNA yang ada atau dimenyelinap di antara urutan DNA yang ada atau di
sebut sebagai “transposable
sebut sebagai “transposable
element” atau biasa disebut transposon.
g)
g) Umur jantan.Umur jantan.
Fowler (1973) dalam Nurjanah (1998) menyatakan bahwa individu jantan Fowler (1973) dalam Nurjanah (1998) menyatakan bahwa individu jantan yang belum pernah kawin, jumlah spermanya akan bertambah seiring umur yang belum pernah kawin, jumlah spermanya akan bertambah seiring umur jantan.
jantan. Pada Pada umur umur jantan jantan muda muda cenderung cenderung menurukan menurukan gamet gamet X. X. Hal Hal ini ini berartiberarti perbedaan umur juga dapat meny
perbedaan umur juga dapat menyebabkan perbedaan rasio kelamin.ebabkan perbedaan rasio kelamin. h)
h) Faktor GenetikFaktor Genetik
Menurut Corebima (2004), penentuan jenis kelamin ditentukan oleh gen. Menurut Corebima (2004), penentuan jenis kelamin ditentukan oleh gen. Gen yang bertanggung jawab dalam penentuan jenis kelamin
Gen yang bertanggung jawab dalam penentuan jenis kelamin makhluk hidup salahmakhluk hidup salah satunya
satunya Drosophila Drosophila melanogaster melanogaster tidak hanya satu pasang, tetapi banyak pasang tidak hanya satu pasang, tetapi banyak pasang yang terletak pada kromosom kelamin maupun autosom.
yang terletak pada kromosom kelamin maupun autosom. i)
i)
Peristiwa “
Peristiwa “
Non Disjunction Non Disjunction””
Terjadinya peristiwa “
Terjadinya peristiwa “
Non disjunction Non disjunction” selama oogenesis dimungkinkan
” selama oogenesis dimungkinkan
dapat berpengaruh terhadap nisbah kelamin. apabila sel telurdapat berpengaruh terhadap nisbah kelamin. apabila sel telur
hasil “
hasil “
Non Non disjunctiondisjunction
” ini dibuahi oleh spermatozoa normal, maka akan diperoleh jumlah
” ini dibuahi oleh spermatozoa normal, maka akan diperoleh jumlah
individu betina lebih besar dibandingkan dengan individu jantan karena adanya individu betina lebih besar dibandingkan dengan individu jantan karena adanya jantan steril (XO) dan individu letal (YO).BAB III BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual 3.1 Kerangka Konseptual
Gen memiliki peranan penting dalam menentukan karakteristik atau sifat Gen memiliki peranan penting dalam menentukan karakteristik atau sifat
makhluk hidup makhluk hidup
Drosophila melanogaster
Drosophila melanogaster merupakan salah satu merupakan salah satu makhluk hidup yangmakhluk hidup yang ekspresi fenotipnya dikendalikan oleh gen
ekspresi fenotipnya dikendalikan oleh gen
Gen memiliki peranan penting salah satunya adalah untuk menentukan jenis Gen memiliki peranan penting salah satunya adalah untuk menentukan jenis
kelamin (ekspresi fenotip kelamin) kelamin (ekspresi fenotip kelamin)
Gen yang bertanggung jawab atas penentuan jenis
Gen yang bertanggung jawab atas penentuan jenis kelamin makhluk hidupkelamin makhluk hidup tidak hanya satu pasang, tetapi banyak pasangan gen.
tidak hanya satu pasang, tetapi banyak pasangan gen.
Mekanisme penentuan jenis kelamin pada
Mekanisme penentuan jenis kelamin pada Drosophila melanogaster Drosophila melanogaster lebihlebih tepat didasarkan atas teori perimbangan genetik.
tepat didasarkan atas teori perimbangan genetik.
Teori tersebut menyatakan bahwa untuk menentukan jenis
Teori tersebut menyatakan bahwa untuk menentukan jenis kelaminkelamin digunakan indeks kelamin yaitu banyaknya kromosom X dibagi banyaknya digunakan indeks kelamin yaitu banyaknya kromosom X dibagi banyaknya
autosom (X/A). autosom (X/A).
Perimbangan dari dua Perimbangan dari dua kromosom X dengan dua kromosom X dengan dua
pasang autosom akan pasang autosom akan berkembang menjadi betina. berkembang menjadi betina.
Perimbangan satu kromosom Perimbangan satu kromosom
X dengan dua pasang X dengan dua pasang autosom menentukan jantan autosom menentukan jantan
Persilangan
Persilangan Drosophila melanogaster Drosophila melanogaster
strain N♂ x N♀, m♂ x w♀ dan
strain N♂ x N♀, m♂ x w♀ dan
resiproknya w♂ x m♀
resiproknya w♂ x m♀
Pengamatan da
Pengamatan dan Perhitungan Jumlah Feno
n Perhitungan Jumlah Fenotip pada hasil anakan
tip pada hasil anakan strain N♂
strain N♂
x N♀ (F1, F2, F3, F4), strain m♂ x w♀(F1, F2, F3), dan strain w♂ x m♀
x N♀ (F1, F2, F3, F4), strain m♂ x w♀(F1, F2, F3), dan strain w♂ x m♀
(F1, F2, F3) (F1, F2, F3)
Analisis data menggunakan rekonstruksi kromosom dan analisis statistika Analisis data menggunakan rekonstruksi kromosom dan analisis statistika
uji Chi Square (X uji Chi Square (X22))
Pembahasan Pembahasan
Kesimpulan Kesimpulan
Nisbah kelamin dari setiap Nisbah kelamin dari setiap strain tidak menyimpang strain tidak menyimpang dari rasio nisbah kelamin dari rasio nisbah kelamin
normal yaitu 1 : 1 normal yaitu 1 : 1
Nisbah kelamin dari setiap Nisbah kelamin dari setiap
strain menyimpang dari strain menyimpang dari
rasio nisbah kelamin rasio nisbah kelamin
normal yaitu 1 : 1 normal yaitu 1 : 1
3.2 Hipotesis Penelitian 3.2 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah
Berdasarkan rumusan masalah yang telah yang telah dikemukakan, maka dikemukakan, maka di dapatkandi dapatkan hipotesis
hipotesis pada pada penelitian ini penelitian ini antara lain;antara lain; a.
a. Rasio nisbah kelamin pada kecenderungan munculnya kelamin jantan danRasio nisbah kelamin pada kecenderungan munculnya kelamin jantan dan betina
betina pada pada setiap setiap generasi generasi pada pada persilangan persilangan homogamihomogami Drosophila Drosophila melanogaster
melanogaster
strain N♂ x N♀
strain N♂ x N♀
tidak menyimpang dari rasio nisbahtidak menyimpang dari rasio nisbah kelamin normal dengan perbandingan 1 : 1.kelamin normal dengan perbandingan 1 : 1. b.
b. Rasio nisbah kelamin pada kecenderungan munculnya kelamin jantan danRasio nisbah kelamin pada kecenderungan munculnya kelamin jantan dan betina
betina pada pada setiap setiap generasi generasi pada pada persilangan persilangan heterogamiheterogami Drosophila Drosophila melanogaster
melanogaster
strain m♂ x w♀
strain m♂ x w♀
tidak menyimpang dari rasio nisbahtidak menyimpang dari rasio nisbah kelamin normal dengan perbandingan 1 : 1.kelamin normal dengan perbandingan 1 : 1. c.
c. Rasio nisbah kelamin pada kecenderungan munculnya kelamin jantan danRasio nisbah kelamin pada kecenderungan munculnya kelamin jantan dan betina
betina pada pada setiap setiap generasi generasi pada pada persilangan persilangan heterogamiheterogami Drosophila Drosophila melanogaster
melanogaster
strain w♂ x m♀
strain w♂ x m♀
tidak menyimpang dari rasio nisbahtidak menyimpang dari rasio nisbah kelamin normal dengan perbandingan 1 : 1.BAB IV BAB IV METODE PENELITIAN METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian 4.1 Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah deskriptif Jenis penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif yang dilakukan dengan melakukan pengamatan dan perhitungan kuantitatif yang dilakukan dengan melakukan pengamatan dan perhitungan fenotip F1, F2, F3, F4, F5, F6, dan F7 pada anakan lalat buah atau
fenotip F1, F2, F3, F4, F5, F6, dan F7 pada anakan lalat buah atau Drosophila Drosophila melanogaster
melanogaster yang dihasilkan dari persilanganyang dihasilkan dari persilangan
N♂
N♂ x
x N♀,
N♀, m♂
m♂ x
x w♀
w♀ dan
dan
resiproknya w♂ x m♀.
resiproknya w♂ x m♀.
4.2 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1 Waktu Penelitian
4.2.1 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 03 Februari 2014 sampai 19 April Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 03 Februari 2014 sampai 19 April 2014. Waktu penelitian dilakukan hari Senin sampai Minggu dan dimulai pada 2014. Waktu penelitian dilakukan hari Senin sampai Minggu dan dimulai pada pukul 07.00
pukul 07.00
–
–
19.00 WIB di Laboratorium Genetika 19.00 WIB di Laboratorium Genetika (Biologi 307).(Biologi 307). 4.2.2 Tempat Penelitian4.2.2 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Genetika (Biologi 307), Gedung Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Genetika (Biologi 307), Gedung 08 Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan (FMIPA), 08 Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan (FMIPA), Universitas Negeri Malang. Kegiatan penelitian yang dilakukan di Laboratorium Universitas Negeri Malang. Kegiatan penelitian yang dilakukan di Laboratorium Genetika antara lain adalah meremajakan strain lalat N, m, dan w, mengampul Genetika antara lain adalah meremajakan strain lalat N, m, dan w, mengampul pupa strain N, m, dan w, menyilangkan
pupa strain N, m, dan w, menyilangkan Drosophila melanogaster Drosophila melanogaster strain N, m, dan strain N, m, dan w, sesuai dengan prosedur, mengamati strain N, m, dan w, dan menghitung w, sesuai dengan prosedur, mengamati strain N, m, dan w, dan menghitung fenotip F1, F2, F3, F4, F5, F6, dan F7 dari
fenotip F1, F2, F3, F4, F5, F6, dan F7 dari persilangan yang telah dilakukan.persilangan yang telah dilakukan.
4.3 Populasi dan Sampel 4.3 Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi
4.3.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah semua lalat buah atau
Populasi pada penelitian ini adalah semua lalat buah atau Drosophila Drosophila melanogaster
melanogaster yang diperoleh dari stok Laboratorium Genetika Jurusan Biologi,yang diperoleh dari stok Laboratorium Genetika Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Universitas Negeri Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Universitas Negeri Malang (UM).