INTERAKSI OBAT INTERAKSI OBAT
INTERAKSI OBAT ARV (ANTIRETROVIRAL) DENGAN OBAT INTERAKSI OBAT ARV (ANTIRETROVIRAL) DENGAN OBAT
LAINNYA BESERTA KASUSNYA LAINNYA BESERTA KASUSNYA
OLEH OLEH KELAS B1-A KELAS B1-A N NI I PPUUTTU U DDEEWWI I WWAAHHYYUUNNII 116622220000001199 N
NI I PPUUTTU U EERRNNA A WWIIDDIIAASSMMIINNII 116622220000002200 N
NI I PPUUTTU U OOZZZZY Y CCIINNTTYYA A DD 116622220000002211 NI
NI PUTU PUTU AAYU YU WIDYWIDYA A GALIH GALIH MEGA MEGA PUTRI PUTRI 162200022162200022 N
NI I PPUUTTU U IIRRMMA A RRIIAANNA A RRAAHHMMAADDEEWWII 1166222200000022!! S
SAANNG G PPUUTTU U GGEEDDE E AADDI I PPRRAATTAAMMAA 1166222200000022""
#URUSAN S1 $ARMASI #URUSAN S1 $ARMASI
PROGRAM STUDI S1 $ARMASI KLINIS PROGRAM STUDI S1 $ARMASI KLINIS
INSTITUT ILMU KESEHATAN MEDIKA PERSADA BALI INSTITUT ILMU KESEHATAN MEDIKA PERSADA BALI
201% 201%
BAB I BAB I
PENDAHULUAN PENDAHULUAN
I
I11 L&L&'&'&  BB*&*&+&+&,,
Penyebaran infeksi HIV terus berlangsung dan merenggut kekayaan setiap Penyebaran infeksi HIV terus berlangsung dan merenggut kekayaan setiap negara karena sumber daya produktifitass penderita menurun. Saat ini tidak ada negara karena sumber daya produktifitass penderita menurun. Saat ini tidak ada negara yang terbebas dari masalah HIV/AIDS. HIV (
negara yang terbebas dari masalah HIV/AIDS. HIV ( Human Human ImmunodeficiencyImmunodeficiency Virus
Virus) adalah irus yang menyerang/menginfeksi sistem kekebalan tubuh manusia) adalah irus yang menyerang/menginfeksi sistem kekebalan tubuh manusia dan menimbulkan AIDS (
dan menimbulkan AIDS ( Acquired Acquired Immune Immune Deficiency Deficiency SindromSindromee). AIDS adalah). AIDS adalah kumpulan ge!ala penyakit yang merusak sistem kekebalan tubuh. "enurunnya kumpulan ge!ala penyakit yang merusak sistem kekebalan tubuh. "enurunnya ke
kekekebabalalan n tutububuh h memengngakakibibatatkakan n pependndereritita a sansangagat t mumudadah h teterkrkenena a beberbrbagagaiai penyakit
penyakit infeksi infeksi oportunistik oportunistik (I#) (I#) yang yang sering sering berakibat berakibat fatal fatal ($emenkes ($emenkes %I&%I& '*).
'*).
Infeksi HIV/AIDS telah men!adi masalah kesehatan global. Selama '+ tahun Infeksi HIV/AIDS telah men!adi masalah kesehatan global. Selama '+ tahun irus ini berkembang dengan pesat& bermula dari beberapa kasus di daerah dan irus ini berkembang dengan pesat& bermula dari beberapa kasus di daerah dan populasi tertentu
populasi tertentu hingga menyebar ke hingga menyebar ke seluruh negara seluruh negara di dunia. Hal di dunia. Hal ini disebabkanini disebabkan oleh berbagai ma,am krisis
oleh berbagai ma,am krisis yang ter!adi se,ara yang ter!adi se,ara bersambersamaan yaitu aan yaitu krisis kesehatankrisis kesehatan&& pembangunan&
pembangunan& pendidikan& pendidikan& dan dan !uga !uga ekonomi. ekonomi. Indonesia Indonesia adalah adalah negara negara yangyang berkembang
berkembang sehingga sehingga kemungkinan kemungkinan masuknya masuknya AIDS AIDS ,ukup ,ukup besar besar dan dan sulitsulit dihindari. $asus pertama ditemukan di -ali& dimana penyebaran HIV meningkat dihindari. $asus pertama ditemukan di -ali& dimana penyebaran HIV meningkat setelah tahun + (ingrum& '0).
setelah tahun + (ingrum& '0). AIDS menyeba
AIDS menyebabkan kematian lebih dari ' bkan kematian lebih dari ' !uta orang selama !uta orang selama setahusetahun. Padan. Pada !uni
!uni ' ' ter,atat ter,atat ter!adi ter!adi '0.*12 '0.*12 kasus kasus AIDS AIDS dengan dengan +.+0 +.+0 orang orang korbankorban meninggal dunia. Di Sula3esi Selatan ditemukan + kasus dengan prealensi meninggal dunia. Di Sula3esi Selatan ditemukan + kasus dengan prealensi '&'45. 6umlah tersebut semakin bertambah seiring dengan banyaknya faktor dan '&'45. 6umlah tersebut semakin bertambah seiring dengan banyaknya faktor dan sarana penulara
sarana penularan n HIV/AHIV/AIDS (Donel& dkk.& IDS (Donel& dkk.& ' dan ' dan 7ind7inda& a& dkk.dkk.& & ''). ). PadaPada pasien
pasien yang yang terdeteksi terdeteksi dalam dalam keadaan keadaan AIDS& AIDS& maka maka di di rekomendasikan rekomendasikan untuk untuk dilakukan terapi dengan menggunakan anti retroiral (A%V). 8erapi ini terbukti dilakukan terapi dengan menggunakan anti retroiral (A%V). 8erapi ini terbukti da
dapapat t memenenekakan n pepertrtumumbubuhahan n iirurus s HIHIV V dadan n memeniningngkakatktkan an kukualalititas as hihidudupp penderita (ingrum& '0)
penderita (ingrum& '0) -ia
-iasansanya ya teraterapi pi ini digunini digunakaakan n padpada a pasipasien en dendengan !umlagan !umlah h sel sel 9D* :+9D* :+ sel/mm2 dan disertai infeksi tuberkulosis& infeksi irus hepatitis -& kehamilan atau sel/mm2 dan disertai infeksi tuberkulosis& infeksi irus hepatitis -& kehamilan atau
' '
usia kurang dari + tahun dan tidak !arang terapi ini !uga dikombinasi dengan obat lainnya tergantung dari komplikasi penyakit yang diderita pasien sehingga penggunaan obat pasien men!adi lebih banyak (polifarmasi). Polifarmasi ini meningkatkan risiko interaksi antara obat dengan obat atau obat dengan penyakit. Interaksi obat;obat seringkali merupakan komplikasi serius dalam mengkonsumsi beberapa obat dan menyebabkan 25 sampai +5 dari semua kesalahan pengobatan di rumah sakit (7eape& dkk.& +). Interaksi obat men!adi perhatian khusus pada pasien yang terinfeksi HIV yang menerima terapi antiretroiral (A%8) yang
sangat aktif. Dalam tin!auan ulang terapi antiretroiral (A%V) yang baru;baru ini dilakukan se,ara retrospektif& analisis regresi logistik menun!ukkan bah3a usia melebihi *' tahun& lebih dari tiga komorbiditas& dan pengobatan dengan tiga atau lebih A%V atau PI (PI) se,ara independen meningkatkan risiko klinis se,ara bermakna. interaksi obat ("iller& dkk.& '4). A%V yang digunakan dalam pengobatan HIV sering rentan terhadap interaksi obat karena banyak di antaranya dimetabolisme melalui sistem 9<P*+. Dari isoen=im 9<P*+& 9<P2A*& 9<P'D& dan 9<P'9 /  dianggap sebagai isoen=im utama yang terlibat dalam metabolisme obat;obatan (de"aat& '2.& dkk )
Dari makalah akan di!elaskan interaksi yang ter!adi pada pengunaan antiretroiral dan disertai dengan kasusnya.
BAB II
TIN#AUAN PUSTAKA
21 T.,/&&, ','&, HIVAIDS '.. Deskripsi HIV/AIDS
Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) adalah kumpulan ge!ala penyakit defisiensi imunitas seluler yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang merusak sel yang berfungsi untuk sistem kekebalan tubuh yaitu 9D* ( Lymphocyte T-helper ). Se!ak a3al HIV/AIDS men!adi epidemik di seluruh negara di dunia& para klinis telah melakukan pemeriksaan !umlah sel 9D* pasien sebagai indikator penurunan sistem imun dan untuk memantau risiko progresiitas dari infeksi HIV. Pada pertengahan tahun & para klinisi mulai !uga memantau se,ara rutin viral load HIV& yang se,ara langsung mengukur !umlah irus HIV dalam darah. -eberapa penelitian& diantaranya yang dilakukan oleh 6ohn "ellors& "D dkk dan -ryan 7au& "D dkk yang ditampilkan pada 14th Annual onference on !etroviruses and "ppurtunistic Infection (*th 9%#I) di 7os Angeles >ebruari tahun '4 menun!ukkan bah3a pemeriksaan viral load HIV merupakan predikator yang lebih baik untuk melihat progresiitas infeksi HIV dibandingkan pemeriksaan !umlah sel 9D* (7inda& ')
'..' Penatalaksanaan HIV/AIDS
Pada pasien yang telah terdeteksi dalam keadaan AIDS& maka di rekomendasikan untuk dilakukan terapi dengan menggunakan anti retroviral (A%V). Perkembangan dan per,obaan klinis terhadap kemampuan obat anti retroiral yang sering dikenal dengan hi#hly active antiretroviral therapy (HAA%8) untuk menghambat HIV terus dilakukan selama + tahun terakhir ini. HAA%8 menunu!ukkan adanya penurunan !umlah penderita HIV yang dira3at& penurunan angka kematian& penurunan infeksi oportunistik& dan meningkatkan kualitas hidup penderita. HAA%8 bisa memperbaiki fungsi imunitas tetapi tidak dapat kembali normal. 8erapi HAA%8 direkomendasikan untuk pasien dengan !umlah sel 9D* :+ sel/mm2 !ika disertai infeksi tuberkulosis& infeksi irus
Pemberian A%V terhadap pasien dengan HIV terbukti dapat meningkatkan harapan serta kualitas hidup hingga mendekati normal. Selain itu& A%V kini sedang dia!ukan untuk diberikan pada a3al infeksi HIV sebagai pen,egahan progresiitas infeksi. 8erapi obat A%V diberikan dengan memberikan terapi kombinasi dengan menggunakan 2 A%V. Prinsipnya ialah dengan menggunakan  A%V golongan on u,leoside %eerse 8rans,riptase Inhibitor ( %8I) dan ' A%V golongan u,leoside %eerse 8rans,riptase Inhibitor (%8I) (Permatasari& '* dan 9oogan& '+)
22 T.,/&&, ','&, A,'.'3.&* '.'. Deskripsi Antiretroiral
Antiretroiral (A%V) adalah obat yang menghambat replikasi Human Immunodeficiency Virus atau biasa disingkat HIV (Depkes& '0). 8u!uan terapi A%V adalah menekan replikasi irus sebanyak mungkin dan selama mungkin& meningkatkan !umlah 9D* men!adi normal/mendekati normal sehingga menurunkan stadium penyakit/meniadakan ge!ala (-runton 7& '4). 8erapi A%V diberikan apabila pengidap HIV/AIDS telah memenuhi ,riteria yang telah ditetapkan oleh DHHS $uidelines dan IAS-%SA $uidelines '*. $riteria tersebut didasarkan pada stadium dan !umlah 9D*& (Hasanah& ') yaitu?
. Semua pasien HIV yang memiliki !umlah 9D* @' sel/mm2 tanpa memperhatikan ge!ala klinik
'. Pasien yang memperlihatkan ge!ala klinik (AIDS atau ge!ala yang lebih parah)
'.'.' 6enis  6enis #bat Antiretroiral
$elompok A%V yang dikenal se,ara luas& ada * kelompok (Hasanah& ') yaitu?
. &ucleoside !everse transcriptase inhi'itors (&!TIs)
"ekanisme ker!anya& sebagai inhibitor kompetitif dari en=im reverse transcriptase. Semua golongan %8Is hanya sedikit memiliki gugus 2B; hidroksil& sehingga penggabungan en=im ini pada proses perpan!angan gugus DA menghasilkan penghentian perpan!angan tersebut. #bat ini memblok replikasi HIV dan kemudian menghentikan proses infeksi terhadap sel baru& tapi hanya menghasilkan sedikit efek terhadap sel yang
telah terinfeksi. %8Is menghambat polimerase seluler dan mitokondria DA berbagai kinase seluler sehingga menghasilkan toksisitas. Semua %8Is dapat berpotensi menghasilkan ge!ala yang fatal dari laktat asidosis dan hepatomegali berat& yang berasal dari efek toksik obat;obat ini di mitokondria. 9ontoh? aba,air (A-9)& didanosin (ddI)& lamiudin (289)& staudin (d*8)& =al,itabin (dd9)& dan =idoudin (AC8& CDV).
'. &ucleotide !everse Transcriptase (&t!TIs)
"ekanisme ker!anya& berkompetisi dengan deo*yadenosine triphosphate untuk masuk dalam en=im reverse transcriptase sehingga menghentikan perpan!angan gugus DA. 9ontoh? tenofoir (8D>)
2. &on &ucleoside !everse Transcriptase Inhi'itors (%8Is)
"ekanisme ker!anya& menghambat en=im reverse transcriptase dengan menginduksi perubahan konformasi yang menyebabkan inaktiasi en=im. 9ontoh? delairdin (D7V)& efairen= (>V) dan neirapin (VP).
*. +rotease inhi'itors (+Is)
"ekanisme ker!anya& menghambat aktiitas en=im protease inhi'itor HIV 9ontoh? amprenair (APV)& ata=anair (A8V)& fosamprenair (>PV)& indinair (IDV)& nelfinair (>V)& ritonair (%8V)& saEuinair (SFV)& dan tipranair (8PV)
'.'.2 8ata,ara Pemberian A%V
8ata,ara pemberian A%V menurut $emenkes& ''& dapat diuraikan sebgai berikut?
'.'.2. Saat "emulai 8erapi A%V
Gntuk memulai terapi antiretroiral perlu dilakukan pemeriksaan !umlah 9D* (bila tersedia) dan penentuan stadium klinis infeksi HIV;nya. Hal tersebut adalah untuk menentukan apakah penderita sudah memenuhi syarat terapi antiretroiral atau belum. -erikut ini adalah rekomendasi ,ara memulai terapi A%V pada #DHA de3asa.
a. 8idak tersedia pemeriksaan 9D*
Dalam hal tidak tersedia pemeriksaan 9D*& maka penentuan mulai terapi A%V adalah didasarkan pada penilaian klinis.
b. 8ersedia pemeriksaan 9D* %ekomendasi ?
1 "ulai terapi A%V pada semua pasien dengan !umlah 9D* :2+ sel/mm2 tanpa memandang stadium klinisnya.
2 8erapi A%V dian!urkan pada semua pasien dengan 8- aktif& ibu hamil dan koinfeksi Hepatitis - tanpa memandang !umlah 9D*.
8abel  Saat memulai terapi pada #DHA de3asa
22!2 Paduan A%V 7ini Pertama yang Dian!urkan
Pemerintah menetapkan paduan yang digunakan dalam pengobatan A%V berdasarkan pada + aspek yaitu?
. fektiitas
'. fek samping / toksisitas 2. Interaksi obat
*. $epatuhan +. Harga obat
Prinsip dalam pemberian A%V adalah
. Paduan obat A%V harus menggunakan 2 !enis obat yang terserap dan berada dalam dosis terapeutik. Prinsip tersebut untuk men!amin
efektiitas penggunaan obat.
'. "embantu pasien agar patuh minum obat antara lain dengan mendekatkan akses pelayanan A%V .
2. "en!aga kesinambungan ketersediaan obat A%V dengan menerapkan mana!emen logistik yang baik.
"ulailah terapi antiretroiral dengan salah satu dari paduan di ba3ah ini?
Paduan 7ini Pertama yang direkomendasikan pada orang de3asa yang belum pernah mendapat terapi A%V (treatment-na,ve)
2! T.,/&&, ','&, I,'&+4. O5&' '.2. Definisi interaksi obat
Interaksi obat merupakan efek satu obat diubah (modifikasi) oleh adanya obat lain& !amu& makanan& minuman atau oleh beberapa agen kimia lingkungan& keefektifan atau toksisitas satu obat atau lebih berubah (-ater& ').
Interaksi obat dapat menghasilkan efek yang memang dikehendaki ( Desira'le Dru# Interaction)& atau efek yang tidak dikehendaki
(%ndesira'leAdverse Dru# Interactions . ADIs) yang la=imnya menyebabkan efek samping obat dan/atau toksisitas karena meningkatnya kadar obat di dalam plasma& atau sebaliknya menurunnya kadar obat dalam plasma yang menyebabkan
hasil terapi men!adi tidak optimal (ita3ati& '1). '.2.' "ekanisme interaksi obat
Dengan mengetahui efek farmakodinamik dan mekanisme farmakokinetika obat;obat tersebut sebelumnya dapat memprediksi ke!adian interaksi obat. $arena mekanisme interaksi obat merupakan interaksi yang melibatkan aspek
farmakokinetika obat dan interaksi yang mempengaruhi respons farmakodinamik obat. "ekanisme interaksi obat dapat melalui beberapa ,ara& yakni interaksi se,ara farmasetik (inkompatibilitas)& interaksi se,ara farmakokinetik& dan interaksi se,ara farmakodinamik (ita3ati& '1).
'.2.'. Interaksi farmasetik
Interaksi farmasetik (inkompatibilitas) bersifat langsung dan dapat se,ara fisik atau kimia3i& misalnya ter!adinya presipitasi& perubahan 3arna& tidak terdeteksi (inisible)& yang selan!utnya menyebabkan obat men!adi tidak aktif. (ita3ati& '1).
'.2.'.' Interaksi farmakokinetik
Interaksi farmakokinetik ter!adi !ika salah satu obat mempengaruhi absorpsi& distribusi& metabolisme& atau eksresi obat kedua sehingga kadar plasma kedua obat meningkat atau menurun. Akibatnya ter!adi peningkatan toksisitas atau penurunan efektifitas obat tersebut (Setia3ati& '4). Interaksi obat se,ara farmakokinetik yang ter!adi pada suatu obat tidak dapat diekstrapolasikan (tidak berlaku) untuk obat lainnya meskipun masih dalam satu kelas terapi& disebabkan
karena adanya perbedaan sifat fisikokimia& yang menghasilkan sifat farmakokinetik yang berbeda (ita3ati& '1).
. Interaksi yang ter!adi pada proses absorpsi obat
"ekanisme interaksi yang melibatkan absorpsi gastrointestinal dapat ter!adi melalui beberapa ,ara yaitu se,ara langsung (sebelum absorpsi)& ter!adi perubahan pH ,airan gastrointestinal& penghambatan transport aktif
gastrointestinal& adanya perubahan flora usus& dan efek makanan (ita3ati& '1).
'. Interaksi yang ter!adi pada proses distribusi obat
"ekanisme interaksi yang melibatkan proses distribusi ter!adi karena pergeseran ikatan protein plasma. Interaksi obat yang melibatkan proses distribusi akan bermakna klinik !ika obat indeks memiliki ikatan protein sebesar J 1+5& olume distribusi (Vd) obat : &+ 7/kg dan memiliki batas keamanan sempit dan obat presipitan berikatan dengan albumin pada tempat ikatan ('indin# site) yang sama dengan obat indeks& serta kadarnya ,ukup tinggi untuk menempati dan men!enuhkan 'indin#-site nya (ita3ati& '1). 2. Interaksi yang ter!adi pada proses metabolisme obat
"ekanisme interaksi pada proses metabolisme obat dapat berupa penghambatan (inhibisi) metabolisme& induksi metabolisme& dan perubahan aliran darah hepatik. Hambatan ataupun induksi en=im pada proses metabolisme obat terutama berlaku terhadap obat;obat atau =at;=at yang merupakan substrat en=im mikrosom hati sitokrom P*+ (9<P). Interaksi inhibitor 9<P dengan substratnya akan menyebabkan peningkatan kadar plasma atau peningkatan bioaailabilitas sehingga memungkinkan aktiitas
substrat meningkat sampai ter!adinya efek samping yang tidak dikehendaki. Induktor atau =at yang menginduksi en=im pemetabolis (9<P) akan meningkatkan sistensis en=im tersebut. Interaksi induktor 9<P dengan substratnya menyebabkan la!u ke,epatan metabolisme obat (substrat) meningkat sehingga kadarnya menurun dan efikasi obat akan menurun& ataupun sebaliknya (ita3ati& '1).
*. Interaksi yang ter!adi pada proses ekskresi obat
"ekanisme interaksi obat dapat ter!adi pada proses ekskresi melalui empedu dan pada sirkulasi enterohepatik& sekresi tubuli gin!al& dan karena ter!adinya perubahan pH urin. angguan dalam ekskresi melalui empedu ter!adi akibat kompetisi antara obat dan metabolit obat untuk sistem transport yang sama& terutama sistem transport untuk obat bersifat asam dan metabolit yang !uga bersifat asam. Perubahan pH urin akibat interaksi obat akan menghasilkan perubahan klirens gin!al melalui perubahan !umlah reabsorpsi pasif di tubuli gin!al. Interaksi ini akan bermakna klinik !ika fraksi obat yang diekskresi utuh oleh gin!al ,ukup besar (J 25)& dan obat berupa basa lemah dengan p$a 4&+; atau asam lemah dengan p$a 2& ; 4&+ (ita3ati& '1).
'.2.'.2 Interaksi farmakodinamik
Interaksi farmakodinamik adalah interaksi antara obat yang beker!a pada sistem reseptor& tempat ker!a atau sistem fisiologik yang sama sehingga ter!adi efek yang aditif& sinergistik& atau antagonistik& tanpa ada perubahan kadar plasma ataupun profil farmakokinetik lainnya. Interaksi farmakodinamik umumnya dapat diekstrapolasikan ke obat lain yang satu golongan dengan obat yang berinteraksi& karena klasifikasi obat adalah berdasarkan efek farmakodinamiknya. Selain itu& umumnya ke!adian interaksi farmakodinamik dapat diprediksi sehingga dapat dihindari sebelumnya !ika diketahui mekanisme ker!a obat tersebut (ita3ati& '1).
BAB III
INTERAKSI OBAT ANTIRETROVIRAL !1 I,'&+4. O5&' ARV
Pasien dengan HIV atau AIDS sering mengalami keadaan atau infeksi lain yang memerlukan terapi dengan obat;obatan atau =at lain bersamaan dengan obat A%V;nya. Hal yang sering ter!adi dan terlupakan adalah bah3a ada kemungkinan ter!adinya interaksi antar obat atau =at yang digunakan yang bisa memberikan efek berupa perubahan kadar masing;masing obat atau =at dalam darah. Se,ara definisi& Interaksi obat adalah perubahan (dalam kadar atau lamanya) aksi satu obat oleh karena adanya =at lain (termasuk obat& makanan dan al,ohol) sebelum atau bersamaan dengan obat tersebut.
Interaksi obat dapat memberikan dampak baik berupa kegagalan pengobatan karena dosis terapeutik yang suboptimal dan atau sebaliknya dapat ter!adi efek yang menguntungkan. 7opinair/ritonair merupkan ,ontoh interaksi obat yang menguntungkan dimana ritonair digunakan untuk memperbaiki profile dari lopinair.
Se,ara umum& interaksi obat ter!adi mulai dari tahap absorpsi (misal ddI dari golongan %8I dibuat dalam bentuk alkali karena tidak dapat diserap pada keadaan pH rendah)& tahap metabolism oleh sitokrom P*+ (misal #bat yang digunakan dalam pengobatan HIV dan penyakit terkait HIV& mayoritas dari obat; obat tersebut dimetabolisme di hati melalui sitokrom P *+& misal antara %ifampisin dengan PI atau %8I atau antara PI dengan %8I)& distribusi yang dipengaruhi oleh protein yang mengikat obat (pada keadaan hipoprotein obat bebas/free drug akan beredar dalam kadar yang lebih tinggi sehingga efek
samping akan lebih sering timbul pada kondisi hipoprotein) dan tahap ekskresi. -erbagai interaksi obat A%V dengan obat lain selengkapnya dapat dilihat pada 8abel 2..
!2 K&44 I,'&+4. O5&' E&3.,7 8,&, I'&,&7* ase !eport ($oo& dkk.& '4)/
Seorang pria berusia *' tahun dengan ri3ayat AIDS diba3a ke rumah sakit dengan gangguan pernafasan dan hipotensi. Pasien telah menerima terapi antiretroiral yang terdiri dari efairen=& lamiudine& dan staudine. Hasil pemeriksaan menun!ukkan ter!adi takikardia dan hipotensi& saturasi oksigen 5& dan tidak disertai demam. 7esi makulopotensiular di,atat di dahi pasien. Pemeriksaan laboratorium menun!ukkan pansitopenia (!umlah K-9& ' sel / L7M kadar hemoglobin& +&0 g / d7M !umlah trombosit& 14. trombosit / L7) dan tingkat alkalin fosfatase yang meningkat dan tingkat dehidrogenase laktat (202 G / 7). -eban %A HIV pasien adalah :*& dan !umlah 9D*;nya adalah 2 sel / L7. %adiografi dada menun!ukkan infiltrat interstisial bilateral. 8ingkat urin Histoplasma polisakarida pasien meningkat (+ GM "iraVista Diagnosti,s). Pemeriksaan spesimen biopsi kulit dari lesi dahi menun!ukkan koleksi nodular histiosit dan beberapa organisme !amur yang konsisten dengan Histoplasma ,apsulatum. Pengobatan dengan amfoterisin - deoksikolat dimulai& dengan respon klinis yang baik. Setelah * hari pengobatan amfoterisin -& pasien dipulangkan dari rumah sakit& menerima kapsul itrakona=ol (' mg sekali sehari).
Selama beberapa bulan berikutnya& ter!adi perbaikan ge!ala klinis& pansitopenia& dan !umlah 9D* pasien (sampai * sel / L7). 8ingkat antigen histoplasma urin pasien menurun dari tingkat antigen a3alnya men!adi *&'1 G. Setelah : tahun pengobatan itrakona=ol& konsentrasi itrakona=ol plasma '; !am diukur& tetapi itrakona=ol tidak terdeteksi (:&+ Lg / m7). Dosis kapsul itrakona=ol pasien kemudian ditingkatkan men!adi ' mg dua kali sehari. amun& kadar antigen histoplasma pasien tidak berubah& dan konsentrasi plasma itrakona=olnya tetap tidak terdeteksi. Selain itu& tidak ada efek yang
terlihat saat formulasi itrakona=ol diubah men!adi larutan.
Diduga bah3a interaksi obat;obatan antara itrakona=ol dan reverse-transcriptase inhi'itor nonnu0leosida berkontribusi terhadap konsentrasi itrakona=ol plasma rendah. Akibatnya& re!imen antiretroiral pasien diubah men!adi ata=anair (2 mg sekali sehari)& ritonair ( mg sekali sehari)&
dan emtri,itabine;tenofoir (' mg / 2 mg sekali sehari). Dua bulan kemudian& konsentrasi itrakona=ol plasma pasien meningkat men!adi 2 Lg / m7. 8iga bulan setelah perubahan pengobatan antiretroiral (A%8)& kadar antigen pasien Histoplasma pasien turun men!adi &0 G.
!! A,&*.4& K&44
Pada kasus ini dibahas mengenai interaksi obat antara efairen=& yang merupakan antiretroirus golongan &on-nucleoside reverse transcriptase inhi'itors (%8I)& dengan itrakona=ol& yang merupakan golongan obat anti !amur. Itra,ona=ole merupakan komponen penting pengobatan untuk infeksi oportunistik pada pasien yang positif HIV& setelah terapi induksi dengan amfoterisin - dan sebagai terapi pemeliharaan !angka pan!ang untuk orang yang terinfeksi HIV. "eskipun satu studi menun!ukkan keamanan penghentian terapi pemeliharaan untuk pasien terinfeksi HIV& profilaksis sekunder seumur hidup masih dian!urkan bagi pasien terinfeksi HIV yang memiliki ri3ayat infeksi histoplasma. Akibatnya& sangat mungkin bah3a banyak pasien HIV dengan histoplasmosis pada akhirnya akan menerima terapi itra,ona=ole dan antiretroiral se,ara bersamaan di beberapa titik.
Itrakona=ol sebagian besar dimetabolisme oleh en=im sitokrom P*+ 2A* (9<P2A*) terhadap hidroksiitrakona=ol dan metabolit lainnya. 6alur en=im ini !uga dialami pada metabolisme obat antiretroirus golongan %8I& termasuk
efairen= dan neirapine. -erdasarkan penelitian& ditemukan interaksi obat antara efairen= dengan itrakona=ol& yaitu efairen= menginduksi metabolisme itrakona=ol& yang menyebabkan bioaailabilitas itrakona=ol berkurang. fairen= menyebabkan berkurangnya konsentrasi itrakona=ol dengan menginduksi en=im 9<P2A* yang memetabolisme itrakona=ol& di mana interaksi ini termasuk interaksi obat dengan obat yang melibatkan proses farmakokinetik.
Interaksi farmakokinetik ter!adi !ika salah satu obat mempengaruhi absorpsi& distribusi& metabolisme& atau eksresi obat kedua sehingga kadar plasma kedua obat meningkat atau menurun. Akibatnya ter!adi peningkatan
kasus ini& interaksi efairen= dengan itrakona=ol menyebabkan penurunan efek dari itrakona=ol.
a Is this interaction esta'lished or not2
Pada kasus ini ter!adi penurunan konsentrasi itrakona=ol akibat interaksinya dengan efairen= yang digunakan se,ara bersamaan merupakan interaksi yang potensial.
' 3hat is its incidence2
Pada kasus tersebut dinyatakan bah3a beberapa bulan selama pasien mengonsumsi itrakona=ol& ter!adi perbaikan ge!ala klinis& pansitopenia& dan !umlah 9D* pasien (sampai * sel / L7). 8ingkat antigen histoplasma urin pasien menurun dari tingkat antigen a3alnya men!adi *&'1 G. amun& setelah : tahun pengobatan itrakona=ol& konsentrasi itrakona=ol plasma ';!am diukur& tetapi itrakona=ol tidak terdeteksi (:&+ Lg / m7). Dosis kapsul itrakona=ol pasien kemudian ditingkatkan men!adi ' mg dua kali sehari. amun& kadar antigen histoplasma pasien tidak berubah& dan konsentrasi plasma itrakona=olnya tetap tidak terdeteksi. Selain itu& tidak ada efek yang
terlihat saat formulasi itrakona=ol diubah men!adi larutan. c Ho important is it2
Dampak dari interaksi obat efairen= dengan itrakona=ole ter!adi se,ara signifikan. -erdasarkan sebuah penelitian serupa yang dilakukan pada subyek sehat& efairen= 0 mg sehari menurun leel plasma maksimum mapan dan AG9 itrakona=ol ' mg dua kali sehari masing;masing 245 dan 25& dan menyebabkan penurunan yang sama di tingkat metabolit& hydroyitra,ona=ole. $eadaan mapan kadar plasma maksimum dan AG9 efairen= tidak terpengaruh oleh itra,ona=ole. Sebuah penelitian retrospektif mengidentifikasi  pasien HIV;positif yang memakai obat;obatan antiretroirus dengan itrakona=ol ' mg atau * mg setiap hari& sebagian besar mengalami histoplasmosis $eempat pasien yang memakai re!imen berbasis %8I (efairen= atau neirapine) memiliki tingkat itra,ona=ole subtherapeutik (kurang dari &+ mikrogram/m7). Dua pasien yang memakai protease inhibitor dengan %8I memiliki kadar itrakona=ol antara &+ dan
d Ho can it 'e mana#e2
Interaksi kedua obat efairen= dengan itra,ona=ole membutuhkan monitoring yang ketat. Pada kasus ini& telah dipertimbangkan bah3a dosis rendah itrakona=ol (' mg sekali sehari) dan penggunaan formulasi kapsul mungkin telah menghasilkan sedikit peningkatan antigen urin histoplasma& sehingga dosis itra,ona=ole pasien ditingkatkan. amun dengan peningkatan dosis itrakona=ol yang pertama belum menun!ukkan perubahan tingkat antigen& sehingga kemudian dilakukan penggantian bentuk sediaan kapsul men!adi formulasi solusi& namun !uga tidak berpengaruh.
e And hat5 if any5 are the non interactin# alternatives2
8erdapat beberapa laporan yang menggambarkan interaksi antara protease inhibitor dan itra,ona=ole. 9rommentuyn dkk menggambarkan bagaimana lopinair;ritonair meningkatkan konsentrasi itrakona=ol dengan menghambat 9<P2A*& 3alaupun tidak ada perubahan konsentrasi lopinair;ritonair. sehingga pada kasus ini diduga bah3a kombinasi ata=anair dan ritonair !uga akan menghasilkan peningkatan konsentrasi itrakona=ol yang serupa melalui penghambatan !alur en=im hati ini.
-erdasarkan hal tersebut& re!imen antiretroiral pasien diubah men!adi ata=anair (2 mg sekali sehari)& ritonair ( mg sekali sehari)& dan emtri,itabine;tenofoir (' mg / 2 mg sekali sehari). Dua bulan kemudian& konsentrasi itrakona=ol plasma pasien meningkat men!adi 2 Lg / m7. 8iga bulan setelah perubahan pengobatan antiretroiral (A%8)& kadar antigen pasien
Histoplasma pasien turun men!adi &0 G. $onsentrasi itrakona=ol ini dianggap sudah ,ukup& karena Kheat et al. menyatakan bah3a konsentrasi plasma terapeutik dari itrakona=ol harus paling sedikit ' Lg / m7.
BAB IV
KESIMPULAN
"1 K4.:;*&,
-erdasarkan analisa terkait interaksi obat A%V golongan &on-nucleoside reverse transcriptase inhi'itors (%8I) dengan golongan obat anti !amur& yaitu efairen= dengan itrakona=ol& seperti yang ditun!ukkan oleh laporan kasus ini& dibutuhkan monitoring yang ketat pada peresepan kedua re!imen obat tersebut. Harus dilakukan pemantauan status klinis pasien se,ara hati;hati karena penurunan bioaailabilitas itrakona=ol yang ter!adi tergolong potensial& dengan memperhatikan kadar antigen histoplasma. Dapat dilakukan perubahan terapi antiretroiral golongan %8I men!adi re!imen golongan protease inhibitor untuk menghindari dampak dari interaksi obat tersebut.
DA$TAR PUSTAKA
-ater& $. ('). Stoc0ley6s Dru# Interactions 7th ed reat -ritain? PhP Pharma,euti,al Press.
-runton 7. '4. $oodman 8 $ilman6s 9anual of +harmacolo#y and Therapeutics. ",ra3 Hill? San Diego.
9oogan& ".& 6ohn& .& Stephen 69. '+& "ral Lesions in Infection ith Huan Immunodeficiency Virus. Glletin #f 8he Korld Health #rgani=ation
de "aat ""& khart 9& Huitema AD& et al. '2. Dru# Interactions :eteen Antiretroviral Dru#s And omedicated A#ents. lin +harmaco0inet .
Departemen $esehatan %epublik Indonesia. '0. ;eputusan 9enteri ;esehatan !epu'li0 Indonesia &omor 4749en0esS; VII <==> Tentan# +enetapan !umah Sa0it dan Satelit %?i o'a +elayanan Terapi !umatan 9etadon
Serta +edoman +ro#ram Terapi 9etadon. 6akarta? Depkes %I
Donel& S.& "aya& S.& dan Sofie& $.& '. +ence#ahan dan +enatala0sanaan Infe0si HIVAIDS +ada ;ehamilan& 6 $edokteran
ita3ati& %.& '1. Interaksi #bat Dan -eberapaimplikasinya. "edia 7itbang $esehatan Volume NVIII omor *.
Hasanah& . '. +en#aruh "'at Antiretroviral Lini +ertama Terhadap Dosis 9etadon +asien +ro#ram Terapi !umatan 9etadon Di !s0o @a0arta dan !S%+ atmaati +eriode <==B-<==7 (Studi +endahuluan) . 8esis. Depok?
>akultas "atematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Program Studi Ilmu $efarmasian Depok
$ementerian $esehatan %I DI86 POP7. '*. Info DATI& +usat Data dan Informasi ;ementerian ;esehatan !I/ Situasi dan Analisis HIV AIDS
$ementerian $esehatan %I ''. +edoman &asional Tatala0sana ;linis Infe0si HIV dan Terapi Antiretroviral pada oran# Deasa dan !ema?a . 6akarta?
$emenkes %I
$oo& Hoonmo 7& Hamill& %.6.& Andrade& %.A. '4. Dru#-Dru# Interaction 'eteen ItraconaCole and favirenC in a +atient ith AIDS and Disseminated Histoplasmosis 8eas? Se,tion of Infe,tious Diseases& -aylor
9ollege of "edi,ine& Houston
7eape 77& -ates DK& 9ullen D6& et al. +. Systems Analysis "f Adverse Dru# vents. AD Preention Study roup. @A9A
You're Reading a Preview
Unlock full access with a free trial.