• Tidak ada hasil yang ditemukan

13.AMDAL Pembangunan Jalan Widang Gresik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "13.AMDAL Pembangunan Jalan Widang Gresik"

Copied!
293
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Kata Pengantar

LAPORAN FINAL

(3)

Dalam rangka meningkatan layanan fasilitas transportasi darat, yaitu Jalan jalur Pantai Utara Jawa (Pantura) yang melewati wilayah Widang dan Gresik Propinsi Jawa Timur,maka Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah, Direktorat Jenderal Prasarana Wilayah, Direktorat Prasarana Wilayah Tengah, pada tahun anggaran 2003/2004 melaksanakan pelaksanaan pembangunan jalan Widang-Gresik yang terletak di Kabupaten Lamongan dan Kabupaten Gresik, Propinsi Jawa Timur.

Sebagai upaya agar nantinya pembangunan jalan Widang-Gresik tersebut memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi masyarakat, maka sebagai tahap awal perencanaan dilakukan studi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.

Studi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan ini mengacu kepada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 17 tahun 2001 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. Demikian Laporan Studi ANDAL , ini diharapkan dapat memenuhi syarat yang diperlukan dan mampu menjadikan acuan bagi penyusunan dokumen studi ANDAL bagi pembangunan jalan Widang-Gresik di Propinsi Jawa Timur.

Atas bantuan dan kerjasama berbagai pihak yang terlibat dalam penyusunan laporan ini diucapkan terima kasih.

Jakarta, 30 Desember2003

(4)

Daftar Isi

LAPORAN FINAL

(5)

Halaman KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI ...

ii

BAB PENDAHULUAN ... I-1

1.1 Latar Belakang ... I-1 1.2 Kebijakan Pengelolaan Lingkungan ... I-8 1.3 Tujuan dan Kegunaan Studi ... I-8 1.3.1 Tujuan dilaksanakannya Studi ANDAL ... I-8 1.3.2 Kegunaan Studi ANDAL... I-9 BAB II RUANG LINGKUP STUDI... II-1

2.1 Dampak Besar dan Penting yang Ditelaah ... II-1 2.1.1 Rencana Usaha yang akan ditelaah ... II-1 2.1.2 Lingkup Kegiatan yang akan ditelaah ... II-2 2.1.3 Rona Lingkungan Hidup ... II-9 2.1.4 Jenis-Jenis Kegiatan yang Ada di Sekitar

Rencana Proyek ... II-22 2.1.5 Aspek-Aspek yang diteliti... II-24 2.2 Wilayah Studi ... II-29 2.2.1 Batas Proyek ... II-29 2.2.2 Batas Ekologis ... II-29 2.2.3 Batas Sosial ... II-30 2.2.4 Batas Administrasi ... II-32 2.2.5 Batas Ruang Lingkup Wilayah Studi ... II-32 BAB III METODE STUDI ... III-1

3.1 Metode Pengumpulan Data dan Analisis Data ... III-1 3.1.1 Metoda Analisis dan Penyajian Data ... III-3 3.2 Metode Perkiraan Dampak Besar dan Penting ... III-17

3.2.1 Prakiraan Besarnya Dampak ... III-17 3.2.2 Prakiraan Pentingnya... III-18

(6)

4.1 Identitas Pemrakarsa ... IV-1 4.1.1 Penanggung Jawab Proyek ... IV-1 4.1.2 Penyusun AMDAL ... IV-1 4.1.3 Tim Studi ... IV-1 4.2 Tujuan Rencana Usaha dan/atau Kegiatan ... IV-2 4.3 Kegunaan dan Keperluan Rencana Usaha dan/atau

Kegiatan ... IV-2 4.3.1 Batas-Batas Lahan yang Langsung Akan

digunakan... IV-2 4.3.2 Lokasi Quarry yang akan Digunakan... IV-3 4.3.3 Alternatif Usaha dan/atau Kegiatan ... IV-3 4.3.4 Tahap Pelaksanaan Usaha dan/atau Kegiatan... IV-4 4.4. Keterkaitan Proyek dengan Kegiatan Lain di

Sekitarnya ... IV-16 BAB V RONA LINGKUNGAN HIDUP ... V-1

5.1 Komponen-Komponen Lingkungan Hidup yang

Berpotrensi Terkena Dampak Penting ... V-1 5.2. Kondisi Kualitatif dan Kuantitatif di Wilayah Studi ... V-1 5.2.1. Iklim, Kualitas Udara dan Kebisingan ... V-1 5.2.2. Geologi dan Kegempaan ... V-4 5.2.3. Hidrologi ... V-6 5.2.4. Tata Guna Lahan ... V-12 5.2.5. Transportasi ... V-18 5.2.6. Biota Daratan ... V-27 5.2.7. Biota Perairan ... V-27 5.2.8. Kabupaten Lamongan ... V-29 5.2.9. Kabupaten Gresik ... V-32 BAB VI PRAKIRAAN DAMPAK BESAR DAN PENTING ... VI-1 6.1 Prakiraan Dampak ... VI-1 6.1.1 Tahap Pra Konstruksi ... VI-1 6.2 Tahap Konstruksi ... VI-4 6.2.1 Mobilisasi Tenaga Kerja... VI-4 6.2.2 Mobilisasi Alat Berat ... VI-7 6.2.3 Transportasi Bahan dan Material ... VI-7

(7)

6.2.8 Pekerjaan Perkerasan ... VI-24 6.2.9 Pembuatan Perlengkapan dan Marka jalan ... VI-27 6.3 Tahap Operasi ... VI-27 6.3.1 Pengoperasian Jalan, fly Over dan Jembatan ... VI-27 6.3.2 Pemeliharaan Jalan dan Jalur Hijau ... VI-30 BAB VII EVALUASI DAMPAK BESAR DAN PENTING ... VII-1

7.1 Dampak Kegiatan tahap Pra-Konstruksi ... VII-1 7.1.1 Survei dan Pengukuran ... VII-1 7.1.2 Kegiatan Pengadaan dan Pembebasan Tanah ... VII-2 7.2 Dampak Kegiatan Tahap Konstruksi ... VII-3 7.2.1 Mobilisasi Tenaga Kerja ... VII-3 7.2.2 Mobilisasi Alat Berat ... VII-4 7.2.3 Transportasi Bahan dan Material ... VII-4 7.2.4 Pengambilan Tanah Urug & Batu di Lokasi

Quarry ... VII-6 7.2.5 Pematangan Tanah ... VII-7 7.2.6 Pembangunan Jembatan... VII-8 7.2.7 Pekerjaan Perluasan Jalan dan Drainase ... VII-10 7.2.8 Pekerjaan Pemancangan Tiang Fly Over ... VII-12 7.2.9 Pembuatan Perlengkapan Jalan dan Marka

Jalan... VII-15 7.3 Dampak Kegiatan Tahap Operasional ... VII-15 7.3.1 Pengoperasiaan Jalan dan Jembatan ... VII-15 7.3.2 Pengoperasian Drainase dan Gorong-gorong... VII-17 7.3.3 Pemeliharaan Jalan dan Jalur Hijau ... VII-18 BAB VIII DAFTAR PUSTAKA ... VIII-1 BAB IX LAMPIRAN

DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR

(8)

Daftar Tabel

LAPORAN FINAL

(9)

Hal Tabel 2.2.2a. : Lokasi Rencana Pembangunan Jalan Widang-Gresik (4 Lajur) ... I-2 Tabel 2.1.1. : Daftar Alat Berat Pekerjaan Konstruksi ... II-3 Tabel 2.1.1a. : Jadwal Proyek Pembangunan Jalan Widang-Gresik, Propinsi

Jawa Timur ... II-8 Tabel 2.1.1b. : Jadwal Konstruksi Pembangunan Jalan Widang-Gresik, Propinsi

Jawa Timur ... II-9 Tabel 2.2.4. : Klasifikasi Ruas Jalan di Ruas Jalan Widang-Gresik... II-14 Tabel 2.2.4a. : Data Kecelakaan Lalu Lintas di Kabupaten Lamongan ... II-16 Tabel 2.2.4b. : Kendaraan Bermotor yang Terlibat Kecelakaan Lalu Lintas ... II-16 Tabel 2.2.4c. : Jumlah Kecelakaan Lalu Lintas Menurut Waktu ... II-17 Tabel 2.2.4d. : Faktor Penyebab Terjadinya Kecelakaan Lalu Lintas ... II-17 Tabel 2.2.4e. : Daerah Rawan Kecelakaan di Jaringan Transportasi di Ruas

Jalan Widang-Gresik... II-17 Tabel 2.2.7a. : Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin, Sex Ratio,

Kepadatan Penduduk, Serta Luas Wilayah di Wilayah Studi ... II-19 Tabel 2.2.7b. : Mobilitas Penduduk di Kecamatan WiLayah Studi... II-19 Tabel 2.2.7c. : Jumlah Sarana Pendidikan di Kecamatan Wilayah Studi ... II-19 Tabel 2.2.7d. : Sarana Peribadatan di Kecamatan Wilayah Studi ... II-20 Tabel 2.2.7e. : Jumlah Sarana Kesehatan Masyarakat di Kecamatan Wilayah

Studi ... II-20 Tabel 2.3. : Proses Pelingkupan AMDAL Peningkatan Ruas Jalan

Widang-Gresik... II-25 Tabel 2.3a. : Hasil Proses Pelingkupan Rencana Pembangunan Jalan

Widang-Gresik... II-26 Tabel 2.2.4. : Batas Wilayah Administras Studi AMDAL Pembangunan Jalan

Widang-Gresik ... II-32 Tabel 3.1. : Rencana Lokasi Pengambilan Sampel Studi ANDAL Pembangunan

Jalan Widang-Gresik... III-3 Tabel 3.1.1. : Pembagian Kemiringan Lereng... III-8

(10)

Widang-Gresik ... IV-3 Tabel 4.3.4. : Rencana Pembebasan Tanah/Bangunan TA 2004 ... IV-6 Tabel 4.3.4a. : Daftar Alat Berat Pekerjaan Konstruksi Pembangunan Jalan

Widang-Gresik ... IV-7 Tabel 4.3.4b. : Lokasi Rencana Penyiapan Lahan Untuk Rencana Pembangunan

Jalan Widang-Gresik... IV-8 Tabel 4.3.4c. : Volume Pekerjaan Tanah untuk Pembangunan Jalan

Widang-Gresik... IV-9 Tabel 4.3.4d. : Volume Pekerjaan Struktur Pembangunan Jalan Widang-Gresik.... IV-10 Tabel 4.3.4e. : Volume Pekerjaan Perkerasan Pembangunan Jl. Widang-Gresik ... IV-11 Tabel 4.3.4f. : Volume Pekerjaan Pengembalian Kondisi dan Pekerjaan Minor .... IV-12 Tabel 4.3.4g. : Jadwal Proyek Pembangunan Jalan Widang-Gresik... IV-14 Tabel 4.3.4h. : Jadwal Konstruksi Pembangunan Jalan Widang-Gresik... IV-15 Tabel 5.2.1. : Hasil Pengukuran Kualitas Udara di Sekitar Jalan Widang-Gresik .. V-2 Tabel 5.2.1a. : Arah Angin, Arah Kecepatan Arus di Wilayah Sekitar

Pembangunan Jalan Widang-Gresik ... V-3 Tabel 5.2.1b. : Kecepatan Angin Rata-rata Sekitar Jalan Widang-Gresik ... V-3 Tabet 5.2.3a. : Lokasi Banjir di Sekitar Jalan Widang-Gresik ... V-11 Tabel 5.2.4. : Data Luas Kawasan Hutan di Propinsi Jawa Timur ... V-13 Tabel 5.2.4a. : Penggunaan Lahan di Kecamatan Duduk Sampean... V-16 Tabel 5.2.5. : Banyaknya Bus dan Arus Penumpang Keluar Masuk JaLan Jurusan

Gresik dan Babat di Terminal Lamongan , 2002... V-22 Tabel 5.2.5a. : Kondisi Jalan ... V-25 Tabel 5.2.5b. : Tingkat Pelayanan Ruas Jalan... V-26 Tabel 5.2.5c. : Kejadian Kecelakaan Ruas JaLan ... V-26 Tabel 5.2.6. : Jumlah Sarana Pendidikan... V-30 Tabel 5.2.6a. : Jumlah Sarana Kesehatan ... V-31 Tabel 5.2.6b. : Sepuluh Penyakit Terbesar ... V-32 Tabel 5.2.6c. : Sepuluh Urutan Penyakit Terbanyak ... V-33 Tabel 6.1.1. : Penanganan 4 Lajur s/d Tahun 2003 ... VI-1 Tabel 6.2.1. : Perkiraan Kebutuhan Material dari Quarry Pembangunan ... VI-14 Tabel 6.2.1a. : Rencana Pekerjaan Penyiapan Lahan ... VI-14 Tabel 6.2.2. : Lokasi Rawan di Jalur Jalan Widang-Gresik... VI-20 Tabel 6.3. : Prakiraan Besaran Dampak ... VI-31

(11)

Daftar Gambar

LAPORAN FINAL

(12)

Hal Gambar 1.1. : Peta Lokasi Jalan Widang-Gresik, Provinsi Jawa Timur ... I-11 Gambar 1.1a. : Sket Pelaksanaan Pembangunan Jalan Dan Jembatan Provinsi

Jawa Timur Bagian Proyek Pembangunan Jalan Widang-Gresik .... I-12 Gambar 2.2.1. : Foto Hasil Survei Lokasi Studi ANDAL Pembangunan Jalan

Widang-Gresik ... I-15 Gambar 2.2.2. : Batas Ekologis ... II-31 Gambar 2.2.5. : Batas Administrasi ... II-33 Gambar 3.3. : Diagram Alir Penyusunan ANDAL Pembangunan Jalan

Widang-Gresik... III-23 Gambar 4.1. : Struktur Organisasi Proyek Pembangunan Jalan Jalur Pantura... III-16 Gambar 5.2.2. : Letak Wilayah Studi Terhadap Zona Gempa ... V-5 Gambar 5.2.2a: Peta Geologi ... V-7 Gambar 5.2.3. : Kondisi Akuifer di Sekitar Wilayah Studi ... V-10 Gambar 5.2.3a: Peta Delineasi Kawasan Rawan Bencana ... V-12 Gambar 5.2.4. : Peta Kawasan Hutan di Sekitar Lokasi Proyek ... V-13 Gambar 5.2.4a : Gambaran Penutupan Lahan di Wilayah Studi ... V-17

(13)

Bab I

Pendahuluan

LAPORAN FINAL

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Berdasarkan hasil identifikasi/perkembangan yang terjadi di lapangan, ternyata Jalur Pantai Utara Jawa (Pantura) sudah mendesak untuk segera mendapat penanganan yang memadai agar senantiasa dapat berfungsi untuk mendukung kelancaran arus lalu lintas barang dan penumpang dalam rangka percepatan pemulihan ekonomi.

Penangan tersebut tidak hanya mengatasi kerusakan di lintas jalur jalan Pantura secara menyeluruh, namun juga kekuatan strukturnya dapat mendukung beban lalu lintas yang ada serta meningkatkan kapasitas jalan secara memadai.

Wilayah pantai Utara Jawa sangat penting perannya terhadap perkembangan regional yang ada. Jalan Nasional dan Strategis yang ada Pantai Utara Jawa diperlukan untuk menunjang perkembangan perekonomian wilayah. Salah satu ruas jalan yang ada adalah ruas jalan Widang-Gresik yang berfungsi sebagai jalan Arteri (LihatGambar 1.1.). Untuk meningkatkan kapasitas jalan tersebut ruas jalan Widang -Gresik mempunyai panjang fungsional ± 48,711 km perlu ditingkatkan dengan dilebarkan menjadi 4 lajur. Sebagian dari ruas tersebut telah selesai pelaksanaan konstruksi menjadi 4 lajur, dimana pada tahun 1997/1998-2001/2002 telah dilaksanakan pelebaran tersebut dengan bantuan ADB ( North Java Road Improvement Project/NJRIP). Dalam pelaksanaan pembangunan tersebut ruas jalan Widang-Gresik dibagi menjadi tiga paket yaitu :

- Paket AP-13 (Babat-Turi) : 20,100 km - Paket AP-14 (Turi-Deket) : 11,275 km - Paket AP-15 (Deket-Gresik) : 17,336 km

Karena masalah krisis ekonomi, sehingga menyebabkan proses penyelesaian pembebasan tanah tidak dapat dilanjutkan sesuai dengan lahan yang diperlukan proyek, maka pelaksanaan pembangunan menjadi 4 lajur tertunda. Sampai dengan akhir tahun 2003, kondisi lajur dan pembebasan tanah di ruas jalan

(15)

Kondisi eksisting lajur di jalan Widang-Gresik sampai Desember 2003 adalah sebagai berikut: - 4 lajur : Km 71+454-59+449 Km 51+326-40+812 Km 40+812-33+362 - 3 lajur : Km 31+112-28+612 Km 32+612-31+962 - 2 lajur : Km 59+449-51+326 Km 31+962-31+112 Km 23+687-28+612

Untuk melanjutkan pelaksanaan pembangunan 4 lajur di jalan Widang-Gresik, pembangunan direncakan dilanjutkan untuk tahun anggaran 2004/2005, selain pembangunan 4 lajur juga direncanakan pembangunan dua buah fly over dengan bentang masing-masing 800 m. Rencana pembangunan jalan Widang-Gresik Fly over dibangun dalam rangka mengurangi kemacetan tingkat kecelakaan di lintasan rel kereta api yang melintasi Desa Sukorejo dan Desa Banjarmendalan . Sedangkan lokasi rencana pembangunan 4 lajur tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 1.1. : Lokasi Rencana Pembangunan Jalan Widang-Gresik (4 Lajur)

No Ex Paket Panjang (km) Keterangan 1 Babat-Turi (AP-13) * 0.12

2 Turi-Deket (AP-14)** 0

Penuntasan Ex AP-15 penanganan 2 lajur menjadi 4 lajur dan 3 lajur menjadi 4 lajur 3 Deket-Gresik (AP-5)*** 10.13

Jumlah 10.25

(16)

201.113 m2 dan yang sudah dibebaskan seluas 198.887 m2 , sedangkan yang belum dibebaskan adalah seluas 2.226 m2 . Keperluan pembebasan lahan pada ruas

Deket-Gresik (lanjutan AP-15) adalah seluas 115,532 m2 diantaranya sudah dibebaskan seluas 50,961 m2 dan yang belum dibebaskan seluas 64,571 m2 . Hal lain sepanjang ruas jalan ini merupakan bekas areal tambak dan saluran drainase kanan kiri tidak ada, sehingga dikawatirkan akan timbul genangan di waktu musim hujan dan menimbulkan gangguan aliran air dari Selatan ke Utara yang dapat mengganggu keberhasilan pertanian di daerah sekitar proyek jalan ini.

Pelebaran jalan dari 2 lajur menjadi 4 lajur akan menimbulkan dampak secara langsung ataupun tak langsung terhadap kondisi biofisik wilayah dan kondisi sosekbudkes wilayah yang bersangkutan. Berdasarkan informasi yang dikumpulkan selama sosiasisasi masyarakat , diperoleh isu-isu yang mucul diantaranya adalah fenomena yang ada pembangunan jalan di wilayah tersebut cenderung menimbulkan banjir karena perencanaan gorong-gorong , jembatan dan saluran irigasi yang kurang baik. Banjir ini secara tidak langsung menyebabkan produktifitas lahan menurun sehingga mengakibatkan penurunan pendapatan petani. Fenomena yang muncul pada masyarakat adalah keresahan sosial akibat ketidak pastian ganti rugi lahan yang terkena pelebaran jalur, karena lamanya proses pembayaran setelah negosiasi.

Sesuai dengan Kep Men LH.No.17 Th.2001 maka ruas jalan tersebut wajib dilakukan studi AMDAL. Adapun tujuan dan manfaat dari Proyek Peningkatan ruas jalan Widang-Gresik adalah:

 Memperlancar dan mempermudah hubungan transportasi di jalur Pantai Utara Jawa.

 Untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian masyarakat.

 Untuk mempersingkat dan memperlancar jarak tempuh sehingga

(17)

Peraturan Perundangan

Dalam rangka mengatur pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan hidup yang terpadu dan menyeluruh, telah ditetapkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang dijadikan landasan dalam melaksanakan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan antara lain:

Undang-Undang

1. Undang-Undang RI No.5 tahun 1960, tentang Peraturan Dasar Pokok Pokok Agraria

2. Undang-Undang RI No. 11 tahun 1974, tentang Pengairan 3. Undang-Undang RI No.13 tahun 1980, tentang Jalan

4. Undang-Undang RI No.5 tahun 1990, tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya

5. Undang-Undang RI No.4 tahun 1992, tentang Permukiman dan Perumahan 6. Undang-Undang RI No.14 tahun 1992, tentang Lalu - lintas dan Angkutan

Jalan

7. Undang-Undang RI No.24 tahun 1992, tentang Penataan Ruang

8. Undang-Undang RI No.23 tahun 1997, tentang Pengelolaan Lingkungan

Hidup

9. Undang-Undang RI No. 22 tahun 1999, tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah

Peraturan Pemerintah

10. Peraturan Pemerintah No.26 tahun 1985, tentang Jalan

11. Peraturan Pemerintah No.27 tahun 1999, tentang Analisis Mengenai

Dampak Lingkungan Hidup

12. Peraturan Pemerintah No. 85 tahun 1999, tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

(18)

Keputusan Presiden

15. Keputusan Presiden No.32 tahun 1990, tentang Pengelolaan Kawasan

Lindung

16. Keputusan Presiden No.55 tahun 1993, tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum

17. Keputusan Presiden No. 34 Tahun 2003, tentang Kebijakan Nasional di Bidang Pertanahan

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kepala Bapedal

18. Keputusan Menteri KLH No. 13/MENLH/3/1995, tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak

19. Keputusan Menteri KLH No. KEP48/MENLH/11/1996, tentang Baku Mutu

Tingkat Kebisingan

20. Keptutusan Menteri Negara LH No. 13/MENLH/3/1995, tentang Baku Mutu Emisi Tak Bergerak

21. Keputusan Menteri Negera LH No. KEP 48/MENLH/11/1996, tentang Baku Tingkat Kebisingan

22. Keputusan Menteri KLH No. KEP 49/MENLH/11 /1996, tentang Baku Mutu Tingkat Getaran

23. Keputusan Menteri KLH No.Kep-02/MENKLH/I/1988, tentang Pedoman

Penetapan Baku Mutu Lingkungan

24. Keputusan Kepala BAPEDAL No.Kep-056 Tahun 1994, tentang Pedoman

Penentuan Dampak Penting.

25. Keputusan Kepala BAPEDAL No. 229/Bapedal/II/1996 tentang Pedoman

Teknis Kajian Aspek Sosial dalam Penyusunan AMDAL

26. Keputusan Kepala BAPEDAL No. 105 tahun 1997 tentang Panduan

Pemantauan Pelaksanaan RKL dan RPL.

27. Keputusan Kepala BAPEDAL No. Kep.124/ 12/ 1997 tentang Panduan Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat Dalam Penyusunan AMDAL

28. Keputusan Kepala BAPEDAL No. 08/2000 tentang Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi Dalam Proses AMDAL.

(19)

30. Keputusan Menteri LH No.17/2001, tentang Jenis Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

Keputusan Menteri P.0

31. Peraturan Menteri P.0 No.69/PRT/1995, tentang Pedoman Teknis AMDAL Bidang Ke PU an

32. Keputusan Menteri P.0 No.58/KPTS/1995, tentang Petunjuk Tata Laksana AMDAL Departemen P.0

33. Keputusan Menteri P.0 No.40/KPTS/1997, tentang Petunjuk Teknis AMDAL bidang Jalan dan Jembatan

34. Keputusan Menteri Pemukiman dan Prasarana Wilayah No. 7/KPTS/M/2003, tentang Jenis Usaha dan/atau Kegiatan Bidang Pemukiman dan Prasarana Wilayah Yang Wajib Dilengkapi Dengan UKL/UPL

Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan

35. Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 417/Kpts-II/199,

tentang Penunjukan Kawasan Hutan di Wilayah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur Seluas 1.357.206,30 Hektar.

Keputusan Menteri Agragria/Kepala Bpn

36. Peraturan Menteri Agraria/Kepala BPN No. 1/1993 tentang Ketentuan Pelaksanaan Keppres No. 55/1993

Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tk I. dan Peraturan Daerah

37. Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor. 413/1987, tentang Penggolongan dan Baku Mutu Air di Jawa Timur

38. Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tk. I Jawa Timur No.

660.3/25781/025/1986 , tentang Penanggulangan Pencemaran Lingkungan 39. Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tk. I Jawa Timur No. 187 tahun 1988,

tentang Peruntukkan Air Sungai di Jawa Timur

(20)

41. Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tk. I Jawa Timur No. 154/1994 , tentang Jenis Usaha atau Kegiatan di Jawa Timur

42. Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tk. I Jawa Timur No. 129/1996 ,

tentang Baku Mutu Kualitas Udara Ambien

43. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor. 4 Tahun 1996, tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Jawa Timur.

44. Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tk. I Jawa Timur No. 28/2000, tentang Juklak Perda No. 5 tahun 2000 tentang Pengendalian Pencemaran Air di Propinsi Jawa Timur

45. Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tk. I Jawa Timur No. 29/2000, tentang Tata Cara Perijinan Pembuangan Limbah Cair Ke Sumber-Sumber Air di Propinsi Jawa Timur

46. Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tk. I Jawa Timur No. 30/2000, tentang

Pelimpahan Kewenangan Pemberian dan Penandatanganan Izin

Pembuangan Limbah Cair di Propinsi Jawa Timur

47. Keputusan Daerah Kabupaten Lamongan Nomor 55 tahun 2000 tentang

Penetapan Kawasan Lindung di Kabupaten Lamongan

48. Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor. 188/179/KPTS/013/2002, tentang Komisi Penilai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) Propinsi Jawa Timur.

49. Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor. 54 Tahun 2002, tentang Tata

Laksana Penilaian Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. 50. Keputusaan Gubernur Nomor 129/1996 tentang Baku Mutu Udara Ambient

dan Emisi Sumber Tidak Bergerak di Propinsi Jawa Timur

51. Keputusan Bupati Gresik No. 85 Tahun 2003, tengang Pelimpahan Sebagian Kewenangan di Bidang Pertanahan

Lain-Lain

52. Standar Geometri Jalan Luar Kota; Dirjen Bina Marga 1990. 53. Standar Geometri Jalan Perkotaan; Dirjen Bina Marga 1992

(21)

1.2. Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pembangunan / peningkatan jalan adalah bagian dari upaya mendorong dinamika masyarakat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi serta merupakan bagian dalam membangun struktur dan sistem transportasi kota, dimana upaya ini akan mendorong pula tumbuh dan berkembangnya struktur kota sebagaimana yang direncanakan.

Dibalik upaya positip sebagaimana diuraikan diatas dampak terhadap lingkungan hidup layak pula diperhitungkan. Pembangunan / Peningkatan jalan dapat mempengaruhi tata air, tumbuhan dan mahluk hidup lainnya serta tata budaya masyarakat yang pada akhirnya berpengaruh buruk terhadap manusia dan kesehatan masyarakat.

Menyadari bahwa kegiatan pembangunan Jalan Widang-Gresik harus

mempertimbangkan prinsip-prinsip ekologi dan berwawasan lingkungan, serta dapat memenuhi kebutuhan masa kini dan memperhitungkan kepentingan yang akan datang, maka pola pembangunan yang dianut oleh Proyek Pembangunan Jalan Widang-Gresik akan berpegang pada petunjuk yang tertuang dalam Undang-Undang Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 23 tahun 1997 dan kebijakan pemerintah ditingkat regional, lokal daerah setempat.

1.3. Tujuan dan Kegunaan Studi.

1.3.1. Tujuan dilaksanakannya studi Andal adalah :

a. Mengidentifikasi Rencana Kegiatan yang berpotensi menimbulkan

b. dampak penting terhadap lingkungan hidup pada tahap

pra-konstruksi, konstruksi dan operasional yang diduga dapat

menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup

c. Mengindentifikasi rona lingkungan hidup yang akan terkena dampak

d. besar dan penting.

e. Memprediksi dan mengevaluasi dampak penting yang akan terjadi

(22)

1.3.2. Kegunaan Studi ANDAL adalah untuk :

Kegunaan Studi Analisis Dampak Lingkungan ini adalah untuk membantu Pemerintah c.q. Direktorat Jenderal Prasarana Wilayah dan instansi terkait dalam pengambilan kebijakan keputusan dalam pengelolaan lingkungan pada semua tahap Rencana Kegiatan ini.

Hasil ANDAL ini akan digunakan untuk penyusunan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) yang bersifat lintas sektoral dan terpadu, sehingga pembangunan yang berwawasan lingkungan dapat terwujud. Secara umum kegunaan studi bagi berbagai pihak adalah:

a. Bagi Pemerintah

 Mencegah rusaknya sumberdaya alam, baik yang berada di

dalam maupun di sekitar lokasi proyek

 Sebagai bahan untuk membantu proses pengambilan

keputusan tentang kelayakan lingkungan bagi rencana kegiatan Pembangunan Jalan Widang-Gresik

 Menghindari pertentangan yang mungkin timbul khususnya

dengan masyarakat dan proyek-proyek lain

 Mengintegrasikan pertimbangan lingkungan hidup dalam

tahap perencanaan rinci dari suatu usaha dan atau kegiatan

 Sebagai pedoman untuk kegiatan pengelolaan dan

pemantauan lingkungan hidup b. Bagi Pemrakarsa

 Memenuhi ketentuan perundang-undangan yang berlaku

 Dapat digunakan untuk melihat masalah-masalah lingkungan yang akan dihadapi di masa yang akan datang

 Dapat digunakan sebagai acuan dalam penyusunan disain

teknis dan rancangan kegiatan yang berwawasan lingkungan

 Sebagai sumber informasi lingkungan di sekitar proyek secara kuantitatif, termasuk informasi sosial ekonomi dan sosial

(23)

c. Bagi Masyarakat

 Merupakan informasi untuk mendapatkan memanfaatkan

dampak positif rencana kegiatan dan menghindari dampak negatifnya

 Dapat mengetahui rencana pembangunan di daerahnya,

sehingga dapat mempersiapkan diri dalam penyesuaian kehidupan apabila diperlukan

(24)
(25)
(26)
(27)
(28)

Bab II

Ruang Lingkup Studi

LAPORAN FINAL

(29)

BAB II

RUANG LINGKUP STUDI

2.1. Dampak Besar dan Penting yang Ditelaah

2.1.1. Rencana Usaha yang Akan Ditelaah

Rencana kegiatan pembangunan ruas jalan Widang -Gresik, yang terletak di wilayah Kecamatan Pucuk, Kecamatan Sukodadi, Kecamatan Lamongan, Kecarnatan Kecamatan Duduk Sampean dan wilayah tersebut termasuk dalam wilayah Kabupaten Lamongan dan Kabupaten Gresik ini dilakukan untuk meningkatkan kapasitas jalan yang ada, skets lokasi rencana penanganan jalan Widang-Gresik menjadi 4 lajur (lane) dapat dilihat pada Lampiran 2.

Kegiatan yang diperkirakan menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan hidup dan harus dikaji dalam studi ini adalah sebagai berikut : a. Komponen dan Dimensi Proyek

 Panjang jalan : Widang-Gresik I Lanjutan AP13

(± 9,00 km) ; Widang – Gresik /Lanjutan AP15 (± 8,950 km)

 Lebar DMJ : 20 - 30 m (flexible pavement)

 Panjang Fly Over : 2 buah flyover ( masing-masing ±

800 m )

 Umur rencana jalan : 10 tahun

 Kecepatan rencana rata-rata : 80 km/jam

 Jumlah lajur : 4/2D

 Jenis perkerasan jalan : Asphalt concrete, base, subbase

(30)

2.1.2. Lingkup Kegiatan yang Ditelaah Pra Konstruksi

 Survai dan Pengukuran

Pekerjaan survai dan pengukuran yang dilakukan adalah untuk menetapkan batas dimensi damija sekaligus untuk mengetahui lahan milik masyarakat yang akan terkena pembebasan lahan. Penetapan trase jalan yang pasti , karena akan menjadi dasar dalam pertimbangan ganti rugi/pembebasan lahan yang pasti.

 Pengadaan Tanah

Dalam menyiapkan proses pengadaan tanah, studi LARAP ( Land Acquisition and Resettlement Action Plan) dan Tracer Study akan dilakukan yang waktunya sejalan dengan waktu penyusunan studi ANDAL. Studi LARAP dan Tracer Study tersebut akan memberikan rencana tindak yang akan dilakukan dalam proses pengadaan lahan, yang dapat memberikan informasi kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Lamongan dan Kabupaten Gresik mengenai kesediaan masyarakat yang terkena pembebasan lahan dsb. Sehingga proses pembebasan lahan dapat memberikan dampak positip terhadap kondisi sosial setempat dan tidak menimbulkan konflik sosial.

Dalam proses pengadaan tanah perlu mengacu kepada Kepres No. 34/2003 tentang Kebijakan Nasional Dibidang Pertanahan dan untuk Kabupaten Gresik khususnya juga telah ada Keputusan Bupati Gresik No. 85/2003 tentang Pelimpahan Sebagian Kewenangan di Bidang Pertanahan.

Tahap Konstruksi.  Persiapan.

Mobilisasi Tenaga Kerja

Kebutuhan tenaga kerja profesional dan supporting staff pada umumnya dimobilisasi oleh kontraktor, sedangkan tenaga kerja

(31)

kasar/buruh umumnya menggunakan tenaga kerja lokal. Tenaga kerja lain adalah tim supervisi.

Mobilisasi Alat Berat

Alat - alat berat yang akan dimobilisasi dalam pembangunan ruas jalan Widang-Gresik diperkirakan dapat dilihat pada Tabel 2.1.1.

Tabel 2.1.1. : Daftar Mat Berat Pekerjaan Konstruksi

Jenis Pekerjaan Alat Berat

Pekerjaan Tanah

Pembersihan lahan dan Grubbing Buldozer

Excavation, Loading, Hauling Buldozer, Tractor Shovel/Back hoe, Dump truck

Sprading, Pengerasan Buldozer/Motor

grader,Tamping roller/ Tire Roller

Perkerasan (Pavement)

Penyiapan Subgrade Motor grader, P. Tire Roller,z

Vibrator

Pemeliharaan Subgrade Roller Subbase, Butiran Dasar

Pengaspalan Asphalt Distributor

Pelapisan Asphalt Mixing Plant, Asphalt

Paver, P. Tire Roller, Macadam Raler, Vibrator Roller

Konstruksi Jembatan

Pondasi Excavator, Crane, Pile Driver,

Concrete Mixer, Concrete

pump, Vibrator, Transit Mixer

(32)

 Penyiapan Lahan.

Pembersihan Tanah

Pekerjaan pembersihan tanah terdiri dari pekerjaan pembersihan semua pohon dan tumbuhan lain, sampah dan semua bahan-bahan lainnya yang tidak dikehendaki, berikut pembongkaran tanggul dan akar, pengupasan tanah dan pembuangan bahan - bahan sisa yang berasal dari pekerjaan ini untuk menyediakan permukaan bersih dan jelas sebelum pekerjaan tanah, drainase, jembatan dan konstruksi lainnya dimulai. Sampai tertanggal 23 Mei 2003 telah dibebaskan lahan seluas :

a. di Lanjutan ruas ex AP 13 seluas 198,887 m2 dan 2,226 m2 yang belum dibebaskan

b. di lanjutan ruas ex AP 15 seluas 50,961 m2 dan 64,571 m2

yang belum dibebaskan

Lahan yang belum dibebaskan adalah berupa tanah sawah/tambak , bangunan dan tanaman.

Dalam penyiapan lahan perlu disiapkan lahan untuk penghijauan di sepanjang jalan/trase jalan guna menjaga longsornya bahu jalan.

Pekerjaan Tanah

Pekerjaan ini mencakup pekerjaan galian, urugan ( timbunan ), penyiapan permukaan jalan, dan pekerjaan stabilisasi tanah serta penanganan pembuangannya. Pekerjaan ini diperuntukkan untuk

pembentukan garis ketinggian penampang melintang yang

ditunjukkan dalam gambar atau yang diperintahkan oleh direksi teknik. Pekerjaan pengurukan, penimbunan, pengerasan jalan dengan alat-alat berat diharapkan tidak sampai terjadi longsornya tanah/timbunan ke pekarangan penduduk yang mengikbatkan banjir terutama di musim hujan atau tejadi genangan air.

(33)

 Pekerjaan Drainase

Pekerjaan ini mencakup pembuatan selokan baru, baik dari pasangan batu maupun tanah, yang sesuai spesifikasi dan memenuhi persyaratan arah, ketinggian dan perincian yang ditunjukkan dalam gambar teknik. Pekerjaan ini meliputi relokasi atau perlindungan dari saluran/sungai yang ada serta saluran air lainnya yang akan terganggu baik sementara atau tetap, selama penyelesaian pekerjaan.

 Pekerjaan Tiang Pancang

Tiang pancang menggunakan konstruksi beton. Pekerjaan ini

meliputi dua pekerjaan utama yaitu pekerjaan pondasi

jembatan/jalan layang dan bangunan atas jembatan/jalan layang.  Pekerjaan Pondasi Jembatan/Jalan Layang

Pekerjaan jembatan meliputi pekerjaan pondasi jembatan berupa pembuatan tiang pancang dengan menanamkan sampai lapisan tanah yang ditentukan sehingga dapat mendukung beban yang tertentu, kemudian dibuat kerangka besi setelah itu dilakukan pengecoran. Pekerjaan beton dilakukan pencampuran dengan Concrete, diangkut ke lokasi dengan truck mixer dan dicorkan dengan Concrete pump, yang sebelumnya dipasang lantai panel dengan truck mixer dan dicorkan dengan concrete pump kemudian dipadatkan dengan vibrator.

 Pekerjaan Bangunan Atas Jembatan/Jalan Layang

Pekerjaan lainnya adalah pekerjaan bangunan atas jembatan, pondasi dan struktur dinding penahan tanah. Bangunan atas jembatan terdiri dari balok-balok pracetak dan lantai panel dibuat

(34)

dilakukan dengan concrete pump, yang sebelumnya dipasang lantai panel sebagai bekisting dan pemasangan besi beton lantai jembatan.  Pekerjaan Perkerasan

Yang termasuk pekerjaan lapis perkerasan adalah perkerasan berbutir dan perkerasan aspal. Perkerasan berbutir meliputi pengadaan, pemrosesan, pengangkutan, penghamparan, penggilasan dan pemadatan agregat yang bergradasi di atas permukaan yang telah disiapkan dan telah diterima sesuai perincian yang ditunjuk dalam gambar desain. Lapis pondasi agregat pada pembangunan ruas jalan Widang-Gresik terdiri dari lapis agregat klas B dan agregat klas A.

Lapis pondasi agregat akan dipasang pada permukaan tanah dasar yang baru disiapkan. Segera setelah percampuran dan pembentukan akhir, masing-masing lapis dipadatkan menyeluruh dengan peralatan pemadat yang cocok.

Operasi penggilasan dimulai sepanjang tepi dan bergerak sedikit demi sedikit ke arah sumbu jalan dalam arah memanjang. Pada bagian yang mempunyai perbedaan elevasi penggilasan dimulai pada bagian yang rendah dan bergerak sedikit demi sedikit ke arah bagian yang lebih tinggi. Operasi penggilasan harus dilanjutkan sampai seluruh bekas mesin gilas menjadi tidak tampak dan lapis tersebut terpadatkan dan merata. Perkerasan aspal mencakup pekerjaan lapis resap pengikat (karena jalan ini merupakan jalan yang dilebarkan, lapis campuran aspal panas).

 Pembuatan Perlengkapan Jalan dan Marka Jalan

Pekerjaan ini terdiri dari pekerjaan pengadaan, perakitan dan pemasangan perlengkapan jalan, seperti rambu rambu jalan, patok pengaman, patok kilometer pada tempat - tempat yang ditunjukkan dalam gambar rencana. Pekerjaan pemasangan perlengkapan jalan

(35)

dilihat pada Tabel 2.1.1a. dan jadwal konstruksi secara rinci dapat dilihat padaTabeL 2.1.1b.

Kegiatan - kegiatan pemeliharaan pada umumnya ditujukan untuk mencegah setiap kerusakan lebih lanjut dari jalan dan jembatan/fly over. Aktivitas-aktivitas ini termasuk pekerjaan yang bersifat kecil dan tidak dimaksudkan untuk mengembalikan kondisi jalan dan jembatan ke kondisi semula dan atau bukan juga untuk memperbaiki kondisi jalan dan jembatan/fly over ke kondisi yang lebih baik.

 Pengoperasian dan Pemeliharaan Jembatan dan Gorong-Gorong Pengoperasian jembatan dan gorong-gorong adalah kegiatan yang bertujuan untuk mendukung kegunaan jalan yang dibangun pada lokasi yang melewati sungai, saluran . Dan untuk menghindari terjadinya terganggunya saluran yang ada. Pemeliharaan jembatan dan gorong-gorong, selain pada bagian atas jembatan juga dilakukan pemeliharaan pada bagian bawah.

Tabel 2.1.1a. : Jadwal Proyek Pembangunan Jalan Widang-Gresik Propinsi Jawa Timur

Kegiatan Tahun 2003 Tahun 2004 Tahun 2005 Tahun 2006 O N D J F M A M J J A S O N D 1. Studi a. AMDAL x x x x x x b. LARAP x x x x x x c. TRACER x x x x x x 2. Desain x x x x x x x x x 3. Pembebasan Lahan x x x x x x x 4. Tender Proyek x x x x x 5. PekKonstruksi x a. Persiapan x

(36)

Tabel 2.1.1b. : Jadwal Konstruksi Pembangunan Jalan Widang-Gresik Propinsi Jawa Timur Jenis Kegiatan Periode Konstruksi

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 Drainage/Stone Masonry Pekerjaan Tanah Subbase Course Base Course AC Treated Base AC Binder Course AC Wearing Course Concrete Structure Miscellaneous De-Mobilization

2.1.3. Rona Lingkungan Hidup Awal

Untuk pelaksanaan studi lingkungan ini maka lokasi yang perlu ditelaah adalah daerah disepanjang ruas jalan Widang-Gresik, yang berada di wilayah Kabupaten Lamongan dan Kabupaten Gresik, dengan batasan seperti batas wilayah studi mencakup beberapa desa dan kecamatan yang berada di dalam wilayah kedua kabupaten tersebut. Selain itu juga perlu ditelaah lokasi rencana Base-Camp dan jalan transportasi pengangkutan material.

Komponen Lingkungan Biogeofisik-Kimia. Iklim, Kualitas Udara dan Kebisingan

Kondisi iklim, kualitas udara dan kebisingan yang diberikan disini berdasarkan pada data sekunder yang diambil dari kegiatan-kegiatan yang pernah dilakukan.

Kabupaten Lamongan

 Iklim

Lamongan secara umum tergolong beriklim tropis yang terbagi menjadi 2 musim, yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Musim penghujan terjadi antara bulan Nopember s/d April,

(37)

rata antara 20°-32°C, dengan curah hujan rata-rata sebesar 134 mm/bulan.

 Kualitas Udara

Dari beberapa data kegiatan yang ada di Kabupaten

Lamongan,secara umum kualitas udara di Kabupaten Lamongan dapat dikatakan masih dalam kondisi baik. Walaupun demikian, karena jalur proyek pembangunan jalan WidangGresik ini merupakan peningkatan jalan nasional 2 lane menjadi 4 lane dan dekat dengan jalur kereta api, maka kualitas udara dan kebisingan perlu untuk diawasi. Diperkirakan konsentrasi gas, debu dan kebisingan berasal dari aktivitas lalu lintas kendaraan dan kereta api.

Kabupaten Gresik

 Iklim

Secara umum Kabupaten Gresik beriklim tropis yang mengalami 2 musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan terjadi pada bulan Nopember-April dengan curah hujan rata-rata antara 136,6mm-338,8mm. Musim kemarau terjadi pada bulan Mei-Oktober dengan curah hujan rata-rata per bulan antara 1,7 mm-63,3 mm, Suhu udara rata-rata dan kelembaban nisbi untuk daerah Kabupaten Gresik berkisar antara 21°-34°C dan 69-81%.

 Kualitas Udara dan Kebisingan

Hampir sama dengan Kabupaten Lamongan, secara umum kualitas udara di wilayah jalur jalan di Kabupaten Gresik dapat dikatakan masih dalam kondisi baik. Karena proyek ini merupakan peningkatan jalur jalan dari 2 lane menjadi 4 lane , maka penurunan kualitas udara dan kebisingan perlu diawasi, diperkirakan konsentrasi gas, debu dan kebisingan berasal dari aktivitas lalu lintas kendaraan.

(38)

Tata Guna Lahan

 Jalur Widang-Lamongan

Peruntukan lahan di kawasan Widang-Lamongan adalah pertanian

persawahan penduduk yang diselingi dengan konsentrasi

permukiman penduduk dan konsentrasi kegiatan pusat pelayanan penduduk seperti lokasi sekolah (dusun Tegalrejo), perdagangan dan jasa dan pasar lokal (Desa Sukodadi, Karanglangit, Dusun Plosogeneng) letaknya tersebar di sepanjang jalur utama jalan Propinsi yang berdampingan dengan jalur rel kereta api Surabaya-Jakarta. Beberapa konsentrasi permukiman penduduk dan kegiatan penunjangnya menjadi fokus perhatian karena lokasi kegiatan tersebut berada dekat dengan jalur jalan, seperti yang terdapat di dusun/pedukuhan Tegalrejo, Waru Tengah, Waru Wetan, Paji, Kebonsari, Semlawang, Blangit, Plosogeneng. Kegiatan lain yang ada adalah lahan persawahan (sawah basah) dan tegalan.

 Jalur di Sekitar Kota Lamongan

Rencana pembangunan dua buah fly over yang berada di Kota Lamongan, dimana peruntukan lahan di Kota Lamongan sebagian besar adalah permukiman maupun non permukiman (sawah basah, tegalan, perdagangan dan fasilitas umum). Dominasi kegiatan di kawasan ini adalah permukiman dan perdagangan serta fasilitas umum yang banyak terdapat pada jalur jalan tersebut.

 Jalur Lamongan-Gresik

Rencana proyek pembangunan jalan ini akan melintasi kawasan pertanian dan pertambakan yang banyak terdapat pada lintasan jalur ini, serta beberapa konsentrasi kegiatan permukiman penduduk yang banyak tersebar disepanjang jalur ini. Adapun dominasi peruntukan lahan yang tersebar dalam pola penggunaan lahan pada jalur ini adalah kegiatan pertanian sawah basah serta pertambakan ikan Bandeng. Konsentrasi kegiatan permukiman penduduk yang banyak tersebar di sepanjang jalur utama Lamongan-Gresik umumnya terletak secara terpisah di beberapa dusun/perdukuhan yang ada seperti Deket Wetan, Pandanpancur, Pandanan Gancung, Gandukan, Duduksampean, Samir serta Brak. Kegiatan konsentrasi permukiman penduduk ini memiliki luasan lahan yang kecil, namun

(39)

di sekitar Kecamatan Mengganti (Gresik) banyak dijumpai lokasi-lokasi industri dan pergudangan dimana eksistensi kegiatan ini kontinyue sampai ke wilayah Kota Surabaya (Kecamatan Benowo). Transportasi

 Kondisi Jaringan Jalan Kabupaten Lamongan dan Gresik

Seperti halnya yang terjadi pada kota-kota yang mengalami kemajuan yang cukup pesat sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan pengembangan kota.

 Sistem Jaringan Jalan Regional (Luar Kota)

Sistem jaringan jalan regional masih mengakibatkan akumulasi pada jalur-jalur tertentu yang memiliki lokasi-lokasi bangkitan lalu lintas tinggi sehingga menimbulkan kemacetan dan kerawanan lalu lintas. Seperti pada sistem jaringan jalan di Kota Kecamatan Babat yang menjadi simpul lalu lintas regional dan jalur keluar (exit gate) Kabupaten Lamongan menuju ke Kabupaten Bojonegoro yang merupakan jalan kolektor primer, jalan areteri primer (jalan propinsi). Jalan dengan status sekunder (areteri,kolektor dan lokal) belum tersedia di beberapa jalan dengan status primer. Hal ini menyebabkan rancunya fungsi jalan yang seharusnya melayani kegiatan primer dan regional, akan tetapi juga melayani kegiatan masyarakat yang bersifat lokal dan sekunder.

Selain itu, sistem jaringan jalan regional dengan status kolektor primer yang menghubungkan kota orde III (Ibu Kota Kecamatan) belum terpadu, karena belum adanya akses jalan yang langsung menhubungkan antara kota orde III tersebut. Hal ini menyebabkan untuk mencapai satu ibukota kecamatan dari kota yang lain harus melintasi bata wilayah administratif kabupaten.

(40)

 Sistem Jaringan Lokal (dalam Kota)

Lokasi-lokasi dengan tingkat kemacetan dan kecelakaan lalu lintas tinggi terletak pada beberapa lokasi, diantaranya:

 Lokasi-Lokasi Rawan Kecelakaan

o Desa Plosowahyu, Kecamatan Lamongan (Arteri Primer)

o Desa Karanglangit, Kecamatan Lamongan (Arteri

Primer)

o Desa Turi, Kecamatan Turi (Arteri Primer)

o Desa Kebalandono, Kecamatan Babat (Arteri Primer) o Desa Kebonsari, Kecamatan Sukodadi (Arteri Primer) o Desa Pandan Pancur, Kecamatan Deket (Arteri Primer) o Desa Pucuk, Kecamatan Pucuk (Arteri Primer)

 Lokasi-lokasi Rawan Kemacetan

Pasar Babat, dengan penyebab limpasan pergerakan

masyarakat dari pasar Babat, lokasi parkir yang tidak tepat dan memakan badan jalan, sementara jalan yang ada berfungsi sebagai jalan arteri primer yang menghubungkan Kota Lamongan dengan wilayah Kabupaten lain.

Berdasarkan SK Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur Nomor: 188/139/5K/014/1988 ditetapkan bahwa:

 Jaringan jalan Arteri Primer merupakan jalan yang

menghubungkan Lamongan dengan Kota Gresik-Surabaya dan Lamongan dengan Kota Bojonegoro/Tuban

 Jaringan jalan Arteri Sekunder melayani jasa distribusi untuk masyarakat dalam kota sebagai perpanjangan jalan arteri primer

 Jaringan jalan Kolektor Primer menghubungkan ibukota

kecamatan dengan kota-kota yang merupakan ibukota kecamatan

 Jaringan jalan Kolektor Sekunder melayani jasa distribusi untuk masyarakat di dalam kota IKK sebagai jalan kolektor primer

 Jaringan jalan lokal primer menghubungkan kota IKK dengan pusat desa

(41)

Tabel 2.2.4. : menunjukkan jalan utama (Jalur Pantura yang melalui Kota Lamongan

Tabel 2.2.4. : Klasifikasi Ruas Jalan di Ruas Jalan Widang-Gresik

No. Ruas Pangkal RuasNama Nama UjungRuas Panjang RuasJalan (m) Jalan (m)Lebar Ruas JalanKlasifikasi

Jalan Provinsi

040.k1 Jl.Manunggal - 1.870 10,00 Kolektor Primer 045.k1 Lamongan - 1.880 7,00 Arteri Sekunder

S.Drajat

045.1 Lamongan Gedek 42.000 5,50 Kolektor Primer 046.1 Babat Ploso 42.960 6,00 Kolektor Primer 043.1 Tuban Gresik 33.020 6,00 Arteri Sekunder 044.k1 Jagung Suprapto - 2.750 10,00 Arteri Sekunder

Jalan Nasional

042.1 Gresik Lamongan 6.870 15,00 Arteri Sekunder 044.1 Lamongan Bedahan 26.840 15,00 Kolektor Primer 044.2 Babat Widang 3.500 7,50 Arteri Sekunder

Sumber: Bina Marga Kabupaten Lamongan, 2002

 Kondisi Perlengkapan Jalan

Guna menjaga keselamatan, keamanan dan ketertiban pengguna jalan maupun kelancaran berlalu lintas, Pemerintah telah menyediakan dan memasang rambu-rambu lalu lintas serta traffic light sebagai prasarana penunjang transportasi. Namun demikian, apabila dilihat dari kondisi lalu lintas dan luas wilayahnya, ternyata keberadaan rambu-rambu lalu lintas ini dirasa masih sangat kurang terutama pada ruas jalan kabupaten yang berada di luar kota. Demikian pula keberadaan lampu lalu lintas (traffic light) yang berfungsi untuk mengatur kendaraan dan/atau pejalan kaki yang masih sangat kurang dibandingkan dengan jumlah persimpangan jalan yang ada. Apalagi dengan telah dilebarkannya beberapa ruas jalan menjadi 4 lajur.

(42)

perkerasan jalan. Nilai kondisi permjukaan jalan sebagian besar berkisar antara 6-8 dengan kondisi baik. Sedangkan nilai kenyamanan berkisar 30 dengan kondisi nyaman.

 Keselamatan Transportasi

 Identifikasi Kecelakaan

Kecelakaan merupakan masalah laten transportasi yang perlu untuk mendapat perhatian yang serius. Pada identifikasi kecelakaan ini, dari informasi data sekunder. Tempat-tempat yang dirasa merupakan daerah rawan kecelakaan tersebut berada di:

o Ruas Jalan Lamongan-Gresik yang merupakan jalan

arteri primer dengan status kewenangan Nasional

o Ruas jalan Babat-Ploso (Jombang) yang merupakan

jalan kolektor primer dengan status kewenangan Propinsi

o Ruas jalan Tuban-Gresik (Pantura) yang merupakan

jalan arteri primer dengan status kewenangan Propinsi Hal ini mungkin pula disebabkan oleh jumlah volume lalu lintas harian rata-rata yang lewat di ketiga ruas tersebut serta mungkin pula tingkat saturasi jalan yang cenderung naik, meskipun pada kenyataannya tingkat saturasi tidak menunjukkan hubungan yang linear terhadap jumlah kecelakaan lalu lintas.

Secara umum, kondisi geometrik jalan-jalan tersebut telah memenuhi syarat minimum ynang telah ditetapkan oleh peraturan, namun demikian masih sering dijumpai kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan konrban nyawa dan harta berada. Sebagai contoh jumlah kecelakaan lalu lintas di wilayah Kepolisian Resort Lamongan pada tahun 2001 mencapai 67 kejadian serta pada tahun 2002 meningkat sedikit menjadi 71 kejadian. Berdasrkan data dari Resort Lamongan dapat digambarkan sebagai berikut:

(43)

Tabel 2.2.4a. : Data Kecelakaan Lalu Lintas di Kabupaten Lamongan Ruas Jalan Jumlah Kecelakaan Lalu

Lintas Tahun 2001 Jumlah Kecelakaan LaluLintas Tahun 2002 KMD KLB KLK KMD KLB KLK

Lamongan-Gresik 12 19 14 15 21 9

Babat-Ploso 4 9 11 7 15 5

Tuban-Gresik 6 8 10 2 6 11

Total 22 36 35 34 42 26

Sumber: Kepolisian Resort Lamongan, 2001-2002

Keterangan : KMD : Korban Meninggal Dunia KLB : Korban Luka Berat KLK : Korban Luka Ringan

Dari kejadian kecelakaan tersebut apabila dilihat terhadap kendaraan yang terlibat kecelakaan lalu lintas dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.2.4b. : Kendaraan Bermotor yang Terlibat Kecelakaan Lalu Lintas

No. Jenis Kendaraan Bermotor Tahun 2001 Tahun 2002

1 Bus 13 16 2 Truck 21 26 3 Pick Up 3 1 4 Station Wagon 11 16 5 Jeep 2 0 6 Sedan 8 6

7 Roda 2/Sepeda motor 18 10 8 Lain-lain/Sepeda/Pjl Kaki 4 6

Sumber: Kepolisian Resort Lamongan 2001-2002

Waktu kejadian kecelakaan harus diketahui pula untuk menentukan saat-saat rawan terjadinya kecelakaan lalu lintas pada suatu ruas jalan. Secara umum pembagian waktu ini dibagi menjadi tiga jenis waktu pengamatan, yakni pagi, siang dan malam hari.

(44)

Tabel 2.2.4c. : Jumlah Kecelakaan Lalu Lintas Menurut Waktu Waktu Kejadian Tahun 2001 Tahun 2002

06.00-12.00 23 26

12.00-20.00 34 37

20.00-06.00 10 8

Total 67 71

Sumber: Kepolisian Resort Lamongan 2001-2002

Tabel 2.2.4d. : Faktor Penyebab Terjadinya Kecelakaan Lalu Lintas No Faktor Penyebab Tahun 2001 Tahun 2002

1 Faktor Manusia 65 68 2 Faktor Kendaraan 2 2 3 Faktor Jalan - -4 Faktor Cuaca - 1 5 Faktor Lain - -Total 67 71

Sumber: Kepolisian Resort Lamongan 2001-2002  Daerah Rawan Kecelakaan

Daerah rawan kecelakaan lalu lintas merupakan daerah yang mempunyai jumlah, rasio dan kecelakaan tinggi terjadi pada suatu ruas jalan. Identifikasi daerah rawan kecelakaan didasarkan pada lokasi jalan tertentu (black spot) serta ruas jalan tertentu (black site). Hasil perhitungan terhadap tingka t kecelakaan serta tingkat fatalitas di ruas-ruas kejadian disajikan pada Tabel 2.2.4e.

Tabel 2.2.4e. : Daerah Rawan Kecelakaan di Jaringan Transportasi Di Ruas Jalan Widang-Gresik

Ruas Jalan Panjang (km) LHR (smp/jam) Frekuensi Kecelakaan Thn 2001 Thn 2002

Lamongan-Gresik 33,71 3325 21 19

Babat-Ploso 42,96 1507 9 10

Tuban-Gresik 33,02 1511 7 9

(45)

Komponen Biologi a. Biota Daratan

1. Flora Daratan

Komunitas tumbuhan di sekitar lokasi kegiatan yang merupakan komunitas binaan pekarangan dan tegalan. Jenis tanaman pekarangan terutama jenis tanaman hias dan buah-buahan seperti jambu biji (Psidium guajava), jambu air (Eugenia aquea), dan mangga (Mangifera indica). Tegalan/ladang didominasi oleh tanaman jagung (Zea mays), dan kacang (Arachis hipogaea). Sedangkan pohon yang banyak dijumpai sebagai pembatas di tegalan dan tepi jalan adalah kayu jaran (Lannea corromandalika).

2. Fauna Daratan

Fauna daratan yang dapat diamati di lokasi kegiatan adalah jenis-jenis burung, yang biasa dijumpai di daerah pantai dan habitat semak-semak. Jenis burung yang banyak dijumpai adalah Gajahan (Numenius sp), Trinil (Triuga sp.) dan Branjangan (Miratra sp). b. Biota Perairan

Biota perairan yang dapat dijumpai di lokasi proyek jalan Widang-Gresik adalah jenis-jenis plankton yang hidup di sungai.

Komponen Sosial

a. Kabupaten Lamongan

Kependudukan

Jumlah penduduk terbanyak ada di Kecamatan Babat, namun kepadatan penduduk tertinggi ada di Kecamatan Lamongan. Sedangkan perbandingan jumlah penduduk perempuan lebih banyak dari pria, yakni sex ratio berada pada rentang 0,92 s/d 0,96. Jumlah penduduk di kecamatan wilayah studi, secara rinci diberikan pada

(46)

Tabel 2.2.7a. : Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin, Sex Ratio, Kepadatan Penduduk, Serta Luas Wilayah di Wilayah Studi, Kabapaten Lamongan

Kecamatan Jumlah Penduduk

Sex Ratio WilayahLuas KepadatanPenduduk Laki-Laki Perempuan

Pucuk 23.302 24.329 95,78 1104 43,11 Sukodadi 23.586 24.881 95,60 1054 45,89 Lamongan 29.271 31.327 93,44 1528 39,65

Sumber: Kabupaten Lamongan Dalam Angka, 2001

Sedangkan tingkat mobilitas penduduk di kecamtan wilayah studi tertulis pada Tabel 2.2.7b.

Tabel 2.2.7b. : Mobilitas Penduduk di Kecamatan Wilayah Studi, Kabupaten Lamongan

No Kecamatan Lahir Mati Datang Pergi

1 Pucuk 175 126 532 118

2 Sukodadi 102 99 88 28

3 Lamongan 645 312 3196 1199

Sumber: Kabupaten Lamongan Dalam Angka, 2001

Kondisi Sosial Ekonomi

Jenis mata pencaharian penduduk terbanyak di wilayah studi Kabupaten Lamongan adalah sektor pertanian, baik sebagai petani sawah maupun buruh tani.

Kondisi Sosial Budaya  Sarana Pendidikan

Jumlah sarana pendidikan yang ada dalam wilayah studi Kabupaten Lamongan dapat dilihat pada Tabel 2.2.7c.

Tabel 2.2.7c. : Jumlah Sarana Pendidikan di Kecamatan Wilayah Studi Kabupaten Lamongan

Kecamatan Sarana Pendidikan

SD SLTP SLTA

Pucuk 20 2 1

(47)

 Sarana Peribadatan

Penduduk di kecamatan wilayah studi sebagian besar beragama Islam, oleh karenanya sarana peribadatan yang terbanyak adalah sarana untuk agama Islam. Untuk sarana peribadatan Gereja hanya ada di Kecamatan Lamongan. Sedangkan untuk Pura hanya ada di kecamatan di luar wilayah studi yaitu Kecamatan Turi. Secara rinci sarana peribadatan dapat dilihat pada Tabel 2.2.7d.

Tabel 2.2.7d. : Sarana Peribadatan di Kecamatan Wilayah Studi, Kabupaten Lamongan

Kecamatan Sarana Peribadatan

Masjid Mushola Langgar Gereja

Pucuk 48 5 158

-Sukodadi 97 7 131

-Lamongan 45 32 138 2

Sumber: Kabupaten Lamongan Dalam Angka, 2001  Kesehatan Masyarakat

Kondisi sarana kesehatan masyarakat di Kabupaten Lamongan berdasarkan data Kabupaten Lamongan Dalam Angka tahun 2001, dapat dilihat pada Tabel 2.2.7e.

Tabel 2.2.7e. : Jumlah Sarana Kesehatan Masyarakat di

Kecamatan Wilayah Studi, Kabupaten Lamongan

Sarana Kesehatan Kecamatan

Pucuk Sukodadi Lamongan

Rumah Sakit - - 3 Rumah Bersalin - 1 2 Balai Pengobatan - 1 3 Puskesmas 1 2 1 Puskes. Pembantu 5 4 4 Posyandu 59 80 85 Dokter Umum 1 1 1 Dokter Gigi 1 2 1

(48)

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa rumah sakit di wilayah studi ada di Kecamatanlamongan, sedangkan Puskesmas dan Posyandu ada di semua kecamatan di wilayah studi.

b. Kabupaten Gresik 1. Kependudukan

Berdasarkan data hasil sensus penduduk tahun 2000 di Kabupaen Gresik ada kenaikan penduduk sebesar 10,60 %, dibanding sepuluh tahun yang lalu (1990). Jumlah penduduk di wilayah studi, yaitu

Kecamatan Duduk Sampean yaitu: Laki-laki 21.554 orang,

perempuan 22.249 orang.

Tingkat mobilitas penduduk di wilayah Kecamatan Duduk Sampean adalah sebagai berikut:

 Jumlah yang lahir = 457 orang

 Jumlah yang mati = 237 orang

 Jumlah yang datang = 122 orang

 Jumlah yang pergi = 132 orang 2. Kondisi Sosial Budaya

 Sarana Pendidikan

Berdasarkan data dari Kabupaten Gresik Dalam Angka tahun 2001, diperoleh bahwa sarana pendidikan Sekolah Dasar di Kecamatan Duduk Sampean adalah sebanyak 18 sekolah, SLTP sebanyak 1 sekolah , SLTA tidak ada.

 Sarana Peribadatan

Hampir 99% penduduk beragama Islam, oleh karenanya jumlah sarana peribadatan terbanyak adalah Masjid dan Langgar.

 Kesehatan Masyarakat

dari Kabupaten Gresik Dalam Angka tahun 2001, fasilitas kesehatan yang ada adalah puskesmas dan posyandu.

(49)

Masing-2.1.3. Jenis-Jenis Kegiatan yang Ada di Sekitar Rencana Proyek

Adanya kegiatan-kegiatan lain disekitar ruas jalan Widang-Gresik, baik yang sudah ada maupun yang sedang direncanakan setidaknya akan menimbulkan dampak terhadap ruas jalan Widang-Gresik.

Kegiatan lain yang ada di sekitar lokasi proyek adalah adanya rencana pembangunan terminal transit utama (TTU) Tuban dan pipanisasi BBM TubanTanjung Perak Surabaya. Rencana kegiatan ini merupakan rencana dari Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi (PERTAMINA). Rencana Lokasi pemasangan pipanisasi tersebut direncanakan ditempatkan pada Daerah Milik Jalan (DAMIJA) jalan raya menuju kota Tuban, dari Tuaban jalur pipa mengikuti jalan kereta api dari arah Bojonegoro menuju Gresik. Selanjutnya jalur pipa keluar DAMIJA kereta api masuk ke DAMIJA Margamulyo yang kemudian masuk ke ROW dan jalan Tol Surabaya-Gempol hingga ke Simpang Susun (S5) Dupak II, jalur pipa dari SS Dupak II mengikuti ROW jalan Tol menuju area PT. PELINDO, yang kemudian menyusuri jalan di area PT. PELINDO sampai dengan Tanjung Perak.

Ruas jalan Widang-Gresik melalui beberapa kecamatan dan desa-desa, pada sekitar ruas tersebut terdapat berbagai macam aktivitas masyarakat, antara lain pasar, sekolah, stasiun kereta, perkantoran, permukiman dan areal persawahan. Kondisi sekitar dari masing-masing ruas pada jalan Widang-Gresik adalah sebagai berikut:

 Ruas Ex AP-13 : terdapat stasiun kereta (Desa Sukodadi), pasar dan sekolah SD (Ds. Sukodadi)

 Ruas Ex AP-14 : areal persawahan, perkantoran dan stasiun

kereta lamongan

 Ruas Ex AP-15 : terdapat pemukiman (Ds. Duduk Sampean)

Adanya ruas jalan Widang-Gresik tersebut menimbulkan interaksi timbal balik dengan fungsi tata guna lahan dan aktivitas masyarakat.

(50)

Tebaloan, usaha atau kegiatan tersebut telah memberikan dampak positip terhadap perekonomian penduduk setempat. Sekitar ± 9 km dari lokasi proyek, adanya kegiatan industri pabrik semen gresik di Kabupaten Gresik dan Pabrik Kimia Widada. Pada saat ini pabrik tersebut telah memberikan ruang pekerjaan bagi penduduk di Kabupaten Lamongan dan Kabupaten Gresik dan sekitarnya, selain itu limbah pabrik kimia Widada telah berdampak negatip terhadap kualitas air di sekitar pabrik tersebut. Buangan limbah pabrik telah berdampak terhadap lahan tambak penduduk di sekitar pabrik, indikasi tersebut dilihat dengan adanya keluhan penduduk yang memiliki lahan tambak.

Jalur Jalan Widang-Gresik merupakan bagian dari jalur jalan Pantai Utara Jawa (Merak-Surabaya) dan terletak di wilayah Jawa Timur. Jalur

transportasi Pantai Utara Jawa merupakan jalur regional yang

menghubungkan antara kegiatan angkutan darat Pulau Sumatera dengan Pulau Jawa. Fungsi jalan Widang-Gresik merupakan jalan Propinsi yang disiapkan sebagai fungsi jalan untuk kelas pelayanan Heavy Loaded.

Selain transportasi jalan, di sekitar wilayah proyek pembangunan jalan WidangGresik juga terdapat kegiatan transportasi kereta api. Diantaranya lintasan kereta api di Lamongan .dan jalan Widang-Gresik berada sejajar dengan lintasan rel kereta api.

Kegiatan di sekitar rencana pembangunan jalan Widang-Gresik saat ini adalah berupa permukiman, Pasar, pertanian (padi sawah), dan perikanan (pertambakan/nelayan), dan diperkirakan akan mempengaruhi kelancaran peningkatan jalan ini. Lokasi setiap aktivitas adalah:

a) Aktivias pemukiman penduduk; kegiatan pemukiman penduduk di

lokasi pembangunan jalan Widang-Gresik terdapat pada desa-desa yang dilewati oleh ruas jalan ini, yaitu Desa Sukodadi, Desa Surabayan, Desa Karanglangit, Desa Setrohadi, Desa Duduk Sampean, Desa Samirlapan, Desa Tebaloan, Desa Ambeng-Ambeng, Desa Banjarsari, rencana fly over di Desa Rejosari dan Desa Banjarmendalan

(51)

b) Aktivitas pasar; kegiatan pasar yang dekat dengan lokasi pembangunan jalan Widang-Gresik ini adalah Pasar Pucuk, Pasar Turi, Pasar Sukodadi, Pasar Sukoanyar, Pasar Lamongan

c) Aktivitas pendidikan; ada beberapa lokasi sekolah yang letaknya berdekatan dengan lokasi jalan Widang-Gresik, yaitu SMP di Sukodadi, di Surabayan, SMP I , SMPN di Desa Paji, SD Desa Kebonsari

d) Aktivitas kesehatan; diantaranya adanya puskesmas yang dekat dengan kegiatan lokasi proyek,yaitu di Puskesmas Kec. Turi,

e) Aktivitas keagamaan; diantaranya adanya mesjid yang dekat dengan kegiatan lokasi proyek, yaitu Mesjid Asalaf di Desa Kebalndono, Mesjid Modo di Desa Kebonsari

f) Aktivitas terminal; adanya terminal di sekitar lokasi kegiatan proyek, yaitu di Terminal Lamongan,

g) Aktivitas perkantoran; Kantor Samsat Lamongan, Kantor Camat dan Ruko di Lamongan.

Adanya kegiatan-kegiatan lain disekitar ruas jalan Widang-Gresik, baik yang sudah ada maupun yang sedang direncanakan setidaknya akan menimbulkan dampak terhadap ruas jalan Widang-Gresik. Dampak yang

perlu diperhatikan yaitu perencanaan system drainase, bangkitan volume

lalu-lintas yang diakibatkannya dan pengaruhnya terhadap keberadaan ruas jalan Widang-Gresik.

2.1.4. Aspek-Aspek yang Diteliti

Aspek-aspek yang diteliti dalam studi ini adalah dampak besar dan penting yang akan timbul akibat rencana kegiatan pembangunan Jalan Widang-Gresik, serta dampak lingkungan yang terjadi terhadap kelancaran rencana ini. Dampak tersebut didasarkan pada hasil pelingkupan dampak besar dan penting sebagaimana telah dikemukakan dalam dokumen Kerangka Acuan seperti yang ditunjukkan dalam bentuk bagan alir pada

Tabel 2.1

(52)

Tabel 2.3. : PROSES PELINGKUPAN AMDAL

Peningkatan Ruas Jalan Widang-Gresik, Kabupaten Lamongan & Gresik , Jawa Timur. IDENTIFIKASI DAMPAK

POTENSIAL

IDENTIFIKASI DAMPAK PENTING

HIPOTETIK

PEMUSATAN DAMPAK PENTING (FOCUSSING)

Metode :

1. Check list, matrik, literatur 2. Brainstorming dg. Masyarakat 3. FGD

Metode :

1. Analisa badan alir dampak 2. Diskusi Pakar / tim penyusun

Metode : 1. Diskusi Pakar

2. . Bagan alir dampak penting

Hasil ldentifikasi Dampak Potensial Hasil Identifikasi Dampak Penting Hipotetik :

Isu-isu pokok

Tahap Pra Konstruksi :

1. Keresahan sosial

2. ketidak puasan ganti rugi lahan 3. Potensi konflik

Tahap Konstruksi :

1. Peningkatan perekonomian lokal 2. Polusi udara, perairan,

kebisingan

3. Kesehatan masyarakat 4. Kerusakan badan jalan, lalin

macet

5. Gangguan kamtibmasy.

6. Timbulnya genangan air/banjir

Tahap pasca konstruksi:

1. Meningkatnya kecelakaan lalu-lintas

2. Polusi udara

Tahap Pra Konstruksi :

1. Keresahan sosial km tdk ada sosialisasi 2. Konflik karena tidak puas ganti rugi lahan

Tahap Konstruksi :

1. Peningkatan perekonomian lokal 2. Polusi udara, air, bising.

3. Kerusakan badan jalan, kemacetan lalin 4. Genangan air/banjir saat konstruksi

Tahap pasca konstruksi :

1. Meningkatnya kecelakaan lalu-lintas 2. Polusi udara

Tahap Pra Konstruksi :

1. Keresahan sosial muncul km tdk ada penjelasan atau sosialisasi masyarakat 2. Ketidak puasan ganti rugi lahan sbg

pemicu konflik

Tahap Konstruksi :

1. Meningkatnya perekonomian lokal akibat pembangunan

2. Polusi udara dan air mengakibatkan menurunnya kesmasy.

3. Timbul kemacetan lalin & kerusakan jalan yang akan

4. Menimbulkan gangguan kamtibmasy. 5. Timbul genangan air/banjir akibat

aliran air tersumbat

Tahap pasca konstruksi/operasi :

(53)

Tabel 2.3a. : Hasil Proses Pelingkupan Rencana Pembangunan Jalan Widang-Gresik, Propinsi Jawa Timur

Kegiatan Dampak Langsung Dampak Tidak Langsung Isu Pokok

Pra-Konstruksi - Kegiatan pembangunan jalan

yang melalui sosialisasi dan terhadap dipahami publik akan menimbulkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah

- Kegiatan pembebasan lahan yang tidak memuaskan dan berlarut-larut akan

menimbulkan potensi konflik 1. Sosialisasi/Konsultasi Publik Persepsi Positif terhadap

pembangunan Kepercayaan terhadappemerintah

2. Survei dan pengukuran Keresahan masyarakat Potensi konflik

3. Pengadaan Tanah - Keresahan masyarakat

- Munculnya calo-calo tanah dan provokator

Potensi konflik

Konstruksi Pekerjaan konstruksi

berpotensi menimbulkan dampak:

- Terbukanya kesempatan kerja 1. Mobilisasi tenaga kerja Kesempatan kerja dan peluang

(54)

2. Mobilisasi alat dan material Polusi debu dan kebisingan, kecelakaan lalu lintas dan kerusakan jalan, terganggunya tanaman di sekitar lokasi yang dilalui alat dan material

Penurunan kesehatan masyarakat dan kerusakan tanaman penduduk

dan usaya yang selanjutnya dapat meningkatkan per ekonomian local

- Timbulnya polusi udara, air serta genangan air (selama masa konstruksi) yang menimbulkan dampak pada kesehatan masyarakat yang bersifat sesaat (pada masa konstruksi)

- Selama masa konstruksi diperkirakan ada kemacetan lalu lintas sehingga rawan kamtibmas

3. Penyiapan lahan Polusi debu dan kualitas

perairan sungai, kemacetan lalu-lintas

Penurunan kesehatan masyarakat dan gangguan kantibmas

4. Pekerjaan drainase Gangguan kualitas air sungai,

aliran air, kemacetan lalu lintas

Penurunan kesehatan masyarakat

5. Pekerjaan jembatan dan

Gorong-gorong Gangguan kualitas iar, aliranair dan kemacetan Penurunan kesehatanmasyarakat dan gangguan kantibmas

6. Pekerjaan Perkerasan Polusi udara, debu, kebisingan,

kemacetan lalu lintas Gangguan kesehatanmasyarakat dan gangguan kamtibmas

Tahap Operasi - Pengoperasian jalan akan

memperlancar arus lalu lintas, namun rawan kecelakaan pada titik-titik di lokasi pasar, sekolah dan kegiatan masyarakat lainnya

1. Pengoperasian jalan Polusi udara, kebisingan,

(55)

2. Pengoperasian jembatan dan

gorong-gorong Kelancaran aliran air Pencegahan terjadinya banjirdan genangan - Adanya jembatan dan gorong-gorong dapat memperlancar aliran air, sehingga mencegah terjadinya genangan dan banjir - Adanya jalur hijau dapat menyerap polusi udara (debu dan kebisingan), sehingga kesehatan membantu mengurangi gangguan kesehatan akibat debu dan kebisingan tersebut

3. Pengoperasian jalur pejalan

kaki dan jalur hijau Keamanan pejalan kaki,keindahan lingkungan, penyerapan polusi udara

Keamanan pejalan kaki,

mengurangi keluhan kesehatan masyarakat, dan keindahan lingkungan

4. Pemeliharaan jalan dan jalur

hijau Kemacetan lalu lintas sesaat(pada waktu adanya kegiatan pemeliharaan jalan) dan lingkungan terpeliharanya komposis jenis tanaman setempat

Terjaganya kemudahan transportasi dan keindahan lingkungan

(56)

2.2. Wilayah Studi

Batas wilayah studi ANDAL rencana peningkatan jalan Widang-Gresik ditetapkan dengan mempertimbangkan batas proyek, batas ekologis, batas sosial, dan batas administrasi. Uraian penetapan batas studi ini dijelaskan sebagai berikut:

2.2.1. Batas Proyek

Proyek dalam studi ini dibatasi pada tapak-tapak kegiatan peningkatan jalan Widang-Gresik yang akan meliputi:

a. Lokasi pembebasan lahan.

b. Lokasi pematangan tanah.

c. Lokasi pembangunan drainase, gorong-gorong, dan jalur hijau.

d. Lokasi perluasan jalan.

e. Lokasi pembangunan jembatan

f. Lokasi pembangunan Fly Over

Batas Proyek akan ditunjuk pada Gambar2.2. 2.2.2. Batas Ekologis

Batas ekologis studi ini ditetapkan dengan mempertimbangkan sebaran materi yang akan dihasilkan oleh sejumlah kegiatan yang akan dilaksanakan. Materi yang potensial timbul dari pelaksanaan kegiatan konstruksi dan operasional adalah debu yang disebarkan oleh angin (arah dan kecepatan angin) serta gerakan air dan sedimen yang disebarkan oleh air (arah dan kecepatan aliran).

Berdasarkan pertimbangan ini, maka batas ekologis menurut pertimbangan sebaran parameter kualitas udara akan mencakup kecepatan arah turun sampai titik terendah pada suatu wilayah studi. Kualitas air adalah jangkauan transportasi materi dari kegiatan konstruksi Jalan Widang-Gresik dan Fly Over . aliran sungai yang mengalami penurunan kualitas air pada sampai sama dengan kualitas air normal. Batas ekologis ditunjukkan pada Gambar 2.2.2

(57)

2.2.3. Batas Sosial

Batas sosial ditetapkan berdasarkan pertimbangan ruang di sepanjang jalan Widang-Gresik dan beberapa Jalan akses ke Utara maupun ke Selatan di keempat kecamatan sebagai wilayah studi. Pada kawasan batas sosial ini merupakan tempat berlangsungnya interaksi sosial antara penduduk lokal dan pendatang, di mana interaksi sosial dan komunikasi berdasarkan sistem norma dan sistem nilai yang sudah disekapati dan ditaati oleh berbagai lapisan masyarakat yang diprakirakan akan terkena dampak akibat pembangunan Jalan Widang-Gresik, yang akan mencakup Kecamatan Pucuk, Kecamatan Sukodadi, Kecamatan Lamongan, Kecamatan Kecamatan Duduk Sampean dan wilayah tersebut termasuk dalam wilayah Kabupaten Lamongan dan Kabupaten Gresik.

Pertimbangan lain adalah rencana pembangunan jalan Widang-Gresik terkait erat dengan kelancaran arus lalu lintas antar daerah maupun dalam Lamongan dan Gresik itu sendiri. Keterkaitan lainnya di sekitar lokasi adalah adanya lahan pertambakan nelayan, persawahan, dan pemukiman dan perkantoran/ruko, pendidikan, keagamaan dan terminal bis.

(58)
(59)
(60)
(61)

Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, maka batas sosial dalam studi ini adalah penduduk yang bermukim secara permanen atau bekerja dalam wilayah administratif.

2.2.4.Batas Administrasi

Batas administrasi ditetapkan dengan mempertimbangkan wilayah yang secara administratif tercakup dengan rencana pembangunan jalan WidangGresik. Berdasarkan pertimbangan ini, maka batas administrasi studi ini, dapat dilihat pada Tabel2.2.4

Tabel 2.2.4. : Batas Wilayah Administrasi Studi AMDAL Pembangunan Jalan Widang - Gresik, Propinsi Jawa Timur

No

Jalur Proyek Wilayah Administrasi

Nama Ruas Kondisi LajurJalan Desa Kecamatan Kabupaten

1 Ex AP-13 (Babat-Turi) Km 58+054 s/d 51+326 Kondisi eksisting 2 lajur, untuk ditingkatkan menjadi 4 lajur Ds. Kebonsari Ds. Sukodadi Ds. Sidogembul Ds. Surabayan Ds. Sukoanyar Ds. Plumpang Ds. Sukoanyar Kec.

Sukodadi Kab.Lamongan

2 Ex AP-14 (Turi-Deket) Fly Over (km 43+500 dan km 45+457) Kondisi eksisting sudah 4lajur akan dibangun dua buah fly over

Kel. Sukorejo Ds. Banjarmendalan Kec. Lamongan 3 Ex AP-15 (Deket- Gresik) km 33+712 s/d 24+412 Kondisi eksisting 2 lajur, untuk ditingkatkan menjadi 4 lajur Ds. Setrohadi Ds. Duduk sampeyan Ds. Samirplapan Tebaloan Ambeng-Ambeng Watang Rejo Kec. Duduk Sampean Kab. Gresik Ds. Banjarsari Cerme

(62)

Keterangan : A : Kegiatan

B : Dampak Langsung C : Dampak Tidak Langsung

(63)
(64)

Keterangan : A : Kegiatan, B : Dampak Langsung, C : Dampak Tidak Langsung

(65)
(66)
(67)

Keterangan : A : Kegiatan

B : Dampak Langsung C : Dampak Tidak Langsung

(68)

Bab III

Metode Studi

LAPORAN FINAL

Gambar

Tabel 2.2.4. : menunjukkan jalan utama (Jalur Pantura yang melalui Kota Lamongan
Tabel 2.2.4d. : Faktor Penyebab Terjadinya Kecelakaan Lalu Lintas
Tabel 2.2.7d. : Sarana Peribadatan di Kecamatan Wilayah Studi, Kabupaten Lamongan
Tabel 2.2.4. : Batas Wilayah Administrasi Studi AMDAL Pembangunan Jalan Widang - Gresik, Propinsi Jawa Timur
+7

Referensi

Dokumen terkait

Akibat adanya zona kerja pelaksanaan peningkatan jalan selalu timbul dampak negatif bagi masyarakat dan lingkungan. Kerugian moneter akibat dampak negatif atau

Akibat adanya zona kerja pelaksanaan peningkatan jalan selalu timbul dampak negatif bagi masyarakat dan lingkungan. Kerugian moneter akibat dampak negatif atau

Akibat adanya zona kerja pelaksanaan peningkatan jalan selalu timbul dampak negatif bagi masyarakat dan lingkungan. Kerugian moneter akibat dampak negatif atau

Sesuai dengan Dokumen Pengadaan Nomor 07/POKJA V/AMDAL-AMP/XII/2014 tanggal 12 Desember 2014 Pekerjaan Penyusunan Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) Jalan

masyarakat kota yang ada, tetapi apakah pembangunan dari jalan lingkar tersebut. nantinya juga tidak menimbulkan

Penelitian ini berjudul “Analisis dampak pembangunan jalan layang (flyover) terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat di Kecamatan Jaten Kabupaten

Dampak positif yaitu membuka peluang bagi pelaku usaha untuk membuka usaha sekitar pembangunan jalan tol, sedangkan dampak negatifnya pembangunan jalan tol menyebabkan pendapatan

Dengan demikian untuk mengantisipasi dampak negatif terhadap sosial ekonomi masyarakat, yang akan timbul dari pembangunan jalan tol Bogor-Ciawi-Sukabumi ini dan agar