• Tidak ada hasil yang ditemukan

Transportasi Bahan dan Material

Dalam dokumen 13.AMDAL Pembangunan Jalan Widang Gresik (Halaman 158-165)

BAB VI PRAKlRAAN DAMPAK BESAR DAN PENTlNG

6.2. Tahap Konstruksi

6.2.3. Transportasi Bahan dan Material

Kegiatan transportasi bahan dan material diprakirakan akan menimbulkan dampak penting berupa kemacetan lalu lintas oleh peningkatan arus lalu lintas, kerusakan badan jalan, gangguan kesehatan masyarakat akibat terjadinya penurunan kualitas udara, dan terganggunya fauna yang ada di sekitar lokasi.

a. Kemacetan Lalu Lintas (Transportasi)

Sumber dampak adalah kegiatan transportasi bahan material. Dampak yang diprakirakan timbul adalah kemacetan lalu lintas akibat peningkatan arus lalu lintas.

Pada tahap konstruksi, sejumlah bahan material berupa tanah sebagai bahan timbunan, pasir, kerikil, dan batu akan diangkut dari

luar lokasi proyek dengan menggunakan kendaraan truk.

Pembangunan Jembatan, drainase, dan panjang jalan yang akan dibuat adalah 17,252 km dengan lebar DMJ 20 - 28 m, umur rencana jalan 10 tahun, lebar prakiraan jalan 2x2x3.5 m, lebar median 2 m, dan lebar bahu jalan. Kebutuhan bahan material akan diangkut dari lokasi lain dalam Kabupaten Lomongan dan Kabupaten Gresik, dan Kabupaten sekitarnya (Tuban dan Mojokerto). Hasil perhitungan menunjukkan bahwa jumlah kendaraan pengangkut bahan material yang akan digunakan secara keseluruhan berjumlah sekitar 10 unit dump truck setiap hari.

Kegiatan transportasi bahan material diprakirakan akan menyebabkan meningkatnya arus lalu lintas pada beberapa bagian jalan yang dilewati, baik di Kota Lamongan dan Gresik maupun di jalur jalan luar kota. Kendaraan pengangkut bahan material akan melewati beberapa ruas jalan dalam kota tersebut. Walaupun para pengguna jalan dapat mencari jalan lain untuk menghindari kemacetan, namun terdapat beberapa segmen jalan tertentu yang sulit dihindari untuk mencapai tempat tujuan.

Dampak lanjut yang diprakirakan akan timbul adalah gangguan kesehatan pengguna jalan berupa stress dan timbulnya penyakit lnfeksi Saluran Pernafasan Atas (lSPA). Dampak negatip yang akan timbul dari kegiatan ini termasuk nilai sedang.

b. Kerusakan Badan Jalan

Sumber dampak adalah transportasi bahan material. Dampak yang diprakirakan timbul adalah kerusakan badan jalan terutama pada jalur jalan yang ada dalam lokasi tapak proyek.

Jalur jalan yang diprakirakan mengalami kerusakan berat akibat kegiatan transportasi bahan material adalah jalur jalan Pantai Utara Jawa dan jalan di lokasi dimana bahan material diambil. Selama dalam tahap konstruksi maka jalur jalan dimaksud akan tetap dalam kondisi rusak sampai rusak berat. Dampak lanjut yang diprakirakan timbul adalah gangguan aksesibilitas bagi penduduk yang bermukim di sekitar tapak kegiatan. Dampak negatip yang akan timbul dari kegiatan ini termasuk nilai sedang

c. Kualitas Udara/Bising Terganggunya Biota Darat

Sumber dampak adalah transportasi bahan material. Dampak yang diprakirakan timbul adalah kualitas udara dan bising. Kegiatan transportasi bahan material oleh kendaraan pengankut bahan material yang akan digunakan untuk pembangunan jembatan,

diprakirakan timbul dari kebisingan selama kegiatan konstruksi. Namun kegiatan ini, bukan merupakan kegiatan yang baru berlangsung, selama adanya Jalan Widang-Gresik, kebisingan seperti itu, sudah dialami oleh fauna darat yang ada. Dampak negatip yang akan timbul dari kegiatan ini termasuk nilai kecil

d. Gangguan Kesehatan Masyarakat

Sumber dampak adalah transportasi bahan material. Dampak yang diprakirakan timbul adalah gangguan kesehatan masyarakat akibat penurunan kualitas udara.

Penurunan kualitas udara akan terjadi terutama di sekitar lokasi kegiatan dan pada jalur jalan yang dilalui kendaraan pengangkut dan Jalan Widang-Gresik. Beberapa jalur jalan utama tersebut saat ini telah menunjukkan nilai beberapa paramater kualitas udara masih memenuhi syarat. Hasil analisis menunjukkan bahwa parameter kualitas udara yang terukur masih memenuhi syarat, seperti berikut ini:

Karbon Monoksida (Co)

Karbon monoksida adalah senyawa yang sangat beracun namun tidak berwarna dan hampir tidak berbau, sehingga sangat membahayakan kehidupan, oleh karena itu harus dipantau secara terus menerus. Keberadaannya diudara sebagai akibat dari pembakaran yang tidak sempurna dari bahan organic seperti kayu, batu bara, kertas minyak dan lain-lain. Hasil pembakaran dari kendaraan bermotor yang memakai bahan bakar bensin di udara ambient mengandung CO berkisar 1 - 10 % tergantung dari operasi mesin. Sedangkan mesin diesel pada udara ambient hanya mengandung kira-kira 0,1 % CO. Hasil monitoring kadar Carbon Monoksida pada tanggal 19 Januari 2004 , yaitu:

– di Lokasi ruas ex AP-13 : 2.514 ug/m3 - di lokasi ruas ex AP-14 : 3.771 ug/m3

menunjukkan bahwa konsentrasi Karbon Monoksida ( CO ) masih memenuhi syarat; (di bawah Nilai Baku Mutu sesuai Baku Mutu Ambient SK Gubernur KDH TK I Jawa Timur No. 129 tahun 1996) Ozon (03)

Ozon (O3) merupakan salah Batu senyawa pengoksida (oksidan) kuat. Ditroposfir ozon terbentuk secara tidak langsung dari Nitrogen dioksida (NO2) dengan bantuan sinar matahari. Reaksi pembentukan 03 di udara

NO2+ hv  NO + O

O + O2  O3

R + O2  RO2

RO2 + O2  RO + O3

Selain dari O3, komponen lain yang terbentuk selama fotokomia berlangsung adalah Peroksiasial Nitrat (PAN), Asam Nitrat (HNO3), Hidrogen Peroksida (H2O2). Aldehida sekunder (RH), Asam Format (HCOOH) dan radikal yang mempunyai waktu paruh pendek. Oksodan merupakan polutan sekunder yang dihasilkan dari reaksi fotokimia. Terjadinya Oksidan di udara lebih banyak pada waktu siang hari yaitu antara jam 11.00-15.00 pada siang hari dan sore hari. Umumnya oksidan konsentrasinya lebih banyak terdapat pada daerah perkotaan yang padat lalu lintas dan industri.

Dampak terhadap manusia adalah mempengaruhi faal paru seperti sakit pernapasan, batuk-batuk dan sesak napas, sedangkan pada tanaman mengakibatkan pertumbuhan tidak normal, klorosis, merusak struktur sel daun.

Di udara, secara cepat Nitrogen Monoksida ( NO) menjadi Nitrogen Dioksida yang pada akhirnya akan teroksidasi secara fotokimia menjadi Nitrat.

Mekanisme reaksi pembentukannya sebagai berikut :

N2 + O2  2NO

2 NO + O2  2NO2

2 NO2+ ½ O2 + H2O  2HNO2

Gas Nitrogen Dioksida bersumber dari kegiatan pembakaran pada temperatue tinggi, seperti pada proses pembakaran kendaraan bermotor, incinerator, peleburan besi, pembngkit tenaga listrik dan proses industri. Namun demikian secara alami Nitrogen Dioksida dapat terbentuk dengan kegiatan denitrifikasi bakteri dalam tanah, perairan dan gunung berapi. Konsentrasi NO2 diudara bersih kurang dari 0,004 ppm. Konsentrasi NO2 yang tinggi diudara, memberikan dampak negatif terhadap kesehatan manusia, berupa iritasi pada paru-paru dan bahkan pada konsentrasi 100 - 500 ppm dapat menyebabkan kematian.

Hasil monitoring kadar Nitrogen dioksida (NO2) selama 24 Jam pada 3 (tiga) titik 3 (tiga) titik sepanjang jalan Widang-Gresik , menunjukkan bahwa konsentrasi Nitrogen Dioksida (NO2) masih memenuhi syarat, di bawah Baku Mutu Ambient SK Gubernur KDH TK I Jawa Timur No. 129 tahun 1996.

Sulfur Dioksida (SO2).

Gas Sulfur dioksida (SO2) dapat juga disebut sebagai oksida belerang, asam belerang anhidrida dan oksida belerang. Gas ini tidak berwarna namun baunya sangat tajam. Sulfur dioksida diudara stabil dalam beberapa hari pada udara kering, sedangkan pada kondisi kelembaban yang tingggi terikat pada uap air. S03 yang sangat reaktif akan membentuk asam sulfat yang akhirnya turun menjadi hujan asam. Sulfur dioksida diudara 98 % merupakan gas

Keberadaan dilingkungan sebagai akibat aktivitas sehari-hari seperti pembakaran bahan bakar minyak (BBM), pertambangan minyak dan batu bara, peleburan besi sulfur, incenerator, industri baja, industri asam sulfat, industri selulosa, industri pulp dan kertas dan lain-lain. Dampak terhadap lingkungan adalah perangsang kuat terhadap kelenjar lendir, pernapasan dan mata. Pada konsentrasi tertentu dapat mengakibatkan sakit tenggorokan, batuk, sulit bernafas, bronchitis, dan pelumpuhan pernapasan. Pada tanaman, gas ini merupakan PHYTOTOXIC, dan pada konsentrasi yang melebihi 185 ppb, gas ini menimbulkan kerusakan noda di pinggir daun, atau urat daun menjadi berwarna putih hingga kekuning-kuningan sehingga menurunkan produksi hasil tanaman.

Hasil monitoring kadar Sulfur dioksida (S02) selama 24 Jam pada 3 (tiga) titik 3 (tiga) titik sepanjang jalan Widang-Gresik , menunjukkan bahwa konsentrasi Sulfur Dioksida (SO2) masih memenuhi syarat atau di bawah Nilai Baku Mutu Ambient SK Gubernur KDH TK I Jawa Timur No. 129 tahun 1996.

Partikel (Debu)

Partikel debu yang terdapat diudara mempunyai ukuran yang bervariatif, dari ukuran yang sangat kecil (0,1 micro meter s/d 25 micro meter . Keberadaan dilingkungan sebagai hasil dari kegiatan pembakaran seperti proses pembakaran pada insinerator, Peleburan besi, pembangkit tenaga listrik, proses industri, kegiatan gunung berapi atau proses penghancuran yang lain. Waktu Pemaparan dari partikel-partikel padat (debu) diudara tergantung pada ukuran besarnya partikel tersebut. Ada partikel yang dapat bertahan diudara selama 3 (tiga) bulan, namun ada juga yang bertahan hanya sampai beberapa menit saja.

Jawa Timur No. 129 tahun 1996. Hasil monitoring kadar debu pada jalan Widang-Gresik adalah sebagai berikut:

- di lokasi ex AP-13 : 215 ug/m3(memenuhi syarat)

- di lokasi ex AP-14 : 241 ug/m3( 4,78% tidak memenuhi syarat) - di lokasi ex AP-15 : 232 ug/m3

(0,87%tidak memenuhi syarat) Kebisingan

Kebisingan (Noise) didefenisikan sebagai suara suara / bunyi -bunyi yang tidak dikehendaki atau mengganggu.

Pengukuran harus dilakukan dengan mempergunakan sound level meter yang memenuhi standar lEC 179. Pembobotan frekuensi digunkan pembobotan A (A-weighting) dengan respon pembobotan waktu pada "Fast". Pengukuran dilakukan pada tempat yang terjadi gangguan kebisingan.

Hasil pemantauan pada tanggal 19 Januari 2004, yaitu sebagai berikut:

- di lokasi ex AP-13 (Jl. Panglima Sudirman, Ds. Sukodadi): 75,7 dBA

- Di lokasi ex AP-14 (Jl. Jaksa Agung Suprapto, Ds. Sukorejo): 74,7 dBA

- Di lokasi ex AP-15 (Jl. Ambeng-AMbeng Watang Rejo): 71,7 dBA

Nilai hasil pengukuran tersebut diatas nilai ambang batas Keputusan MenLH No. 48?MENLH/11 /1996 (70 dBA). Sekitar 1,42 %-8,14% diatas nilai baku mutu.

Peningkatan nilai parameter kualitas udara akan menyebabkan kondisi kualitas udara akan menurun dan akan berdampak pada gangguan kesehatan pengguna jalan dan penduduk yang bermukim di sekitarnya. Gangguan kesehatan yang akan terjadi adalah stress dan timbulnya lnfeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA). Pada kondisi kadar CO yang cukup tinggi dalam darah maka unsur ini akan mengikat Hb darah membentuk Hb-CO yang dapat berakibat

Pengambilan Tanah Urug dan Batu di Lokasi Quarry

Untuk pekerjaan pembangunan jalan Widang-Gresik sepanjang 17,252 km dan dua buah fly over yang diperkirakan akan memerlukan material sebagai berikut:

Tabel 6.2.1. : Perkiraan Kebutuhan Material dari Quarry Pembangunan Jalan Widang-Gresik

No. Jenis Material Volume(m3)

1 Timbunan Tanah Pilihan 11.966,71 2 Agregrate Klas B 526,00 3 Lapis Pondasi Agregate Klas A 296,00 4 Lapis Pondasi Agregate Klas B 608,00 5 Batu dan mortar 200,00

6 Batu Kosong 1.168,50

Sumber: Bagian Proyek Pembangunan Jalan Widang-Gresik, 2003

Dampak negatif dari pengambilan material di lokasi quarry ini adalah termasuk sedang, dampak tersebut adalah timbulnya erosi dan longsoran di sekitar lokasi quarry, meningkatnya pencemaran udara (debu) dan meningkatnya kadar sedimentasi di sungai bagian hilir

Dalam dokumen 13.AMDAL Pembangunan Jalan Widang Gresik (Halaman 158-165)