• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA NIFAS DI BPS SITI MURWANI BATUWARNO WONOGIRI TAHUN 2013 KARYA TULIS ILMIAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA NIFAS DI BPS SITI MURWANI BATUWARNO WONOGIRI TAHUN 2013 KARYA TULIS ILMIAH"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan

Disusun Oleh : EVI ASTUTI

B10 141

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul ”Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Tanda Bahaya Nifas Di BPS Siti Murwani Batuwarno Wonogiri Tahun 2013”.

Karya Tulis Imiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan STIKes Kusuma Husada Surakarta. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, Karya Tulis Imiah ini tidak diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta.

2. Ibu Dheny Rohmatika, S.SiT, selaku Ka.Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta.

3. Ibu Leni Kurniawati S.ST,M.Kes, selaku Pembimbing yang telah memberikan pengarahan, masukan dan motivasi kepada penulis.

4. Ibu Siti Murwani Amd.Keb selaku Pemilik BPS yang telah memberi ijin kepada penulis untuk pengambilan data awal dalam pembuatan Proposal Karya Tulis Ilmiah.

5. Seluruh Dosen dan Staff STIKes Kusuma Husada Surakarta terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan.

(5)

v menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Imiah ini masih banyak kekurangan, oleh karena saran sangat penulis harapkan demi kemajuan penelitian selanjutnya. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak.

Surakarta, Juli 2013

(6)

vi

TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA NIFAS DI BPS SITI MURWANI BATUWARNO WONOGIRI

TAHUN 2013 Xiv + 54 halaman + 19 Lampiran + 4 tabel + 3 gambar

ABSTRAK

Latar Belakang : Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 Angka Kematian Ibu (AKI) masih cukup tinggi , yaitu 228 per 100.000 kelahiran hidup penyebab kematian ibu paling banyak terjadi pada saat masa nifas, yaitu karena perdarahan setelah persalinan 28%, eklampsia 24%, Infeksi 11%, kurang energi setelah melahirkan 11%, abortus 5%, partus lama 5%, dan emboli 3%. Dari data diatas dapat kita lihat bahwa infeksi menduduki urutan ketiga setelah perdarahan dan eklampsia (Depkes RI, 2007). Dalam masa nifas diperlukan suatu upaya untuk mencegah terjadinya suatu masalah tanda bahaya masa nifas dan memerlukan suatu peran serta dari masyarakat terutama ibu nifas untuk memiliki pengetahuan tentang tanda-tanda bahaya masa nifas.

Tujuan : Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang tanda bahaya nifas pada kategori baik, cukup, dan kurang.

Metode Penelitian : Jenis penelitian adalah Diskriptif kuantitatif dengan lokasi penelitian diambil di BPS Siti Murwani Batuwarno Wonogiri, pada tanggal 12 Maret sampai 30 April 2013. Jumlah sampel sebanyak 36 orang yaitu ibu nifas, dengan teknik pengambilan sampel menggunakan teknik Total sampling. Alat pengumpul data yang digunakan adalah kuesioner tertutup dengan variabel tunggal Hasil Penelitian : Dari penelitian diketahui hasil mean 19,63 dan SD 4,59 sehingga didapatkan pengetahuan baik 5 orang (13,9 % ), pengetahuan Cukup yaitu 23 orang (63,9 %), dan pengetahuan Kurang 8 orang (22,2 % ). Dimungkinkan karena pengaruh tingkat umur informasi tentang tanda bahaya nifas yang didapatkan.

Kesimpulan : Tingkat pengetahuan ibu nifas tentang tanda bahaya nifas di BPS Siti Murwani Batuwarno Wonogiri yang tertinggi adalah berpengetahuan cukup yaitu 23 responden (63,9%), berpengetahuan Kurang 8 orang (22,2 % ), dan berpengetahuan baik 5 orang (13,9 % ).

Kata kunci : Pengetahuan, Tanda bahaya nifas Kepustakaan : 22 literatur ( Tahun 2002 s/d 2012 )

(7)

vii

2. Jadikanlah setiap kesulitan yang kamu hadapi sebagai lentara yang menghantarkan kita pada kemenangan yang sesungguhnya

( Penulis ) 3. Hadirkan doa dalam tiap langkahmu karena dengan doa dimana kebencian

akan bertabur kasih sayang, dimana ada kesalahan akan bertabur ampunan, dimana ada keraguan akan bersemi iman dan dimana keputusan akan terurai harapan

( Hellen Keller)

PERSEMBAHAN

Dengan segala kerendahan hati, karya tulis ilmiah ini penulis persembahkan :

1. Allah SWT yang telah memberi kelancaran dan kemudahan setiap kesulitan dalam pembuatan karya tulis ilmiah.

2. Ayah dan Ibu tercinta terima kasih atas doa restunya dan kasih sayang yang selalu mengalir terus-menerus menyertai sepanjang hidupku dan sepanjang keberadaanku . 3. Kakak – kakakku tercinta yang telah memberi

support dan kepedulian yang lebih terhadapku. 4. Teman – teman yang telah berpartisipasi

dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini. 5. Bu Leni Kurniawati, SST, M.Kes yang telah

sabar membimbing dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.

(8)

viii

Nama : Evi Astuti

Tempat / Tanggal Lahir : Sragen, 14 April 1992

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Galeh RT/RW 02/01 Galeh, Tangen, Sragen

Riwayat Pendidikan

1. SD N 02 Galeh Lulus tahun 2004

2. SMP N 01 Tangen Lulus tahun 2007

3. SMK Muhammadiyah 01 Sragen Lulus tahun 2010 4. Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Angkatan 2010

(9)

ix

halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vii

CURICULUM VITAE . ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN... . xiv

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Perumusan Masalah ... 3 C. Tujuan Penelitian ... 4 D. Manfaat Penelitian ... 4 E. Keaslian Penelitian ... 5 F. Sistematika Penulisan ... 7

(10)

x

2. Nifas ... 14

3. Kunjungan Masa Nifas... 20

4. Tanda-Tanda Bahaya Nifas ... 22

5. Pencegahan Infeksi Nifas ... 31

B. Kerangka Teori ... 32

C. Kerangaka Konsep Penelitian ... 33

BAB III. METODOLOGI A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 34

B. Lokasi Penelitian ... 34

C. Populasi dan sampel ... 34

D. Alat / Instrumen Penelitian ... 35

E. Teknik Pengumpulan Data ... 39

F. Variabel Penelitian ... 40

G. Definisi Opersional ... 40

H. Metode Pengolahan Dan Analisis Data ... 42

I. Etika Penelitian ... 44

J. Jadwal Penelitian ... 45

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum ... 46

(11)

xi BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan ... 51 B. Saran ... 51 DAFTAR PUSTAKA ... 53 LAMPIRAN

(12)

xii

involusio ... 15 Table 3.1 Kisi-kisi kuesioner tingkat pengetahuan tentang tanda bahaya

nifas ... 36 Tabel 3.2 Definisi Operasional... 41 Tabel 4.1 Kuantitas responden berdasarkan kategori pengetahuan ibu

(13)

xiii

Gambar 2.3. Kerangka Konsep Penelitian ... 33 Gambar 4.1 Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Tanda Bahaya

(14)

xiv Lampiran 2. Surat Balasan

Lampiran 3. Surat Ijin Validitas Lampiran 4 Surat Balasan

Lampiran 5 Surat Ijin Penggunaan Lahan Lampiran 6 Surat Balasan

Lampiran 7 Lembar Permohonan Menjadi Responden Lampiran 8 Lembar Persetujuan Responden

Lampiran 9 Kuesioner Lampiran 10 Kunci Jawaban Lampiran 11 Tabulasi Validitas Lampiran 12 Hasil Validitas Lampiran 13 Reabilitas Lampiran 14 Hasil Penelitian Lampiran 15 Perhitungan Manual Lampiran 16 Perhitungan Prosentase Lampiran 17 Product Moment Lampiran 18 Jadwal Penelitian Lampiran 19 Lembar Konsultasi

(15)

1 A. Latar Belakang

Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Ambarwati, 2010)

Asuhan masa nifas sangat di perlukan dalam periode ini karena masa nifas merupakan masa kritis untuk ibu dan bayi. Di perlukan suatu upaya untuk mencegah terjadinya suatu masalah tanda bahaya masa nifas. Memerlukan suatu peran serta dari masyarakat terutama ibu nifas untuk memiliki pengetahuan tentang tanda-tanda bahaya masa nifas. Diperlukan peran serta dari tenaga kesehatan dengan memberikan konseling selama kehamilan, setelah persalinan, dan melakukan kunjungan rumah yaitu kunjungan nifas 1 dan kunjungan nifas 2 sesuai standart pelayanan. Dari upaya tersebut di harapkan dapat mengetahui dan mengenal secara dini tanda-tanda bahaya masa nifas, sehingga bila ada kelainan dan komplikasi dapat segera terdeteksi (Prawirohardjo, 2005).

Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 Angka Kematian Ibu (AKI) masih cukup tinggi , yaitu 228 per 100.000 kelahiran hidup penyebab kematian ibu paling banyak terjadi pada saat masa nifas, yaitu karena perdarahan setelah persalinan 28%, eklampsia 24%, Infeksi 11%, kurang energi setelah melahirkan 11%, abortus 5%, partus lama

(16)

5%, dan emboli 3%. Dari data diatas dapat kita lihat bahwa infeksi

menduduki urutan ketiga setelah perdarahan dan eklampsia (Depkes RI, 2007)

Kematian dan kesakitan akibat komplikasi kehamilan, persalinan, nifas saat ini di dunia masih sangat tinggi. Tahun 2007 setiap 1 menit di dunia seorang ibu meninggal dunia. Dalam 1 tahun ada sekitar 600.000 orang ibu meninggal sia-sia saat melahirkan. Di Indonesia dalam 1 jam terdapat 2 orang ibu meninggal karena komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas

(Manuaba, 2009).

Angka Kematian Ibu (AKI) di Jawa tengah masih cukup tinggi . Hal ini dapat kita lihat dari data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah yang menyebutkan pada tahun 2008 Angka Kematian Ibu mencapai 114 atau 42 per 100.000 kelahiran. Angka tersebut masih berada diatas target nasional yakni sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2004).

Berdasarkan hasil penelitian tentang tingkat pengetahuan ibu nifas tentang tanda bahaya nifas yang pernah diteliti di wilayah puskesmas Pesanggaran kecamatan Pesanggaran kabupaten Banyuwangi menyebutkan bahwa 50% responden berpengetahuan baik yaitu 17 responden, sedangkan yang lainnya mempunyai pengetahuan cukup yaitu 12 responden (35,39%), dan yang mempunyai pengetahuan kurang yaitu 5 responden (14,71%) (Andriyani, 2009).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di BPS Siti Murwani Batuwarno Wonogiri pada bulan Oktober 2012, jumlah ibu nifas dari bulan

(17)

September-Oktober 2012 sebanyak 36 orang, dengan metode wawancara yang dilakukan terhadap 15 ibu nifas dan bertanya pada setiap ibu nifas tentang tanda bahaya nifas, apabila ibu nifas mampu menyebutkan > 3 macam tanda bahaya nifas maka dikategorikan sudah mengetahui tanda bahaya nifas sedangkan bila ibu nifas tidak mampu menyebutkan ≤ 3 macam maka dikategorikan belum mengetahui tanda bahaya nifas. Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui 4 orang (26,7%) mengetahui tanda bahaya nifas, dan 11 orang (73,3%) belum mengetahui tanda bahaya nifas.

Pada ibu nifas penjelasan mengenai tanda-tanda bahaya masa nifas sangat penting dan perlu, oleh karena masih banyak ibu nifas belum mengetahui tentang tanda-tanda bahaya masa nifas, baik yang diakibatkan masuknya kuman ke dalam alat kandungan seperti eksogen (kuman datang dari luar),autogen (kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh) dan endogen (dari jalan lahir sendiri) (Prawirohardjo,2005).

Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Tanda Bahaya Nifas di BPS Siti Murwani Batuwarno Wonogiri tahun 2013”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas dirumuskan dalam bentuk perumusan masalah penelitian sebagai berikut “Bagaimanakah tingkat pengetahuan ibu nifas tentang tanda bahaya nifas di BPS Siti Murwani Batuwarno Wonogiri tahun 2013?”

(18)

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang tanda bahaya nifas di BPS Siti Murwani Batuwarno Wonogiri tahun 2013

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang tanda bahaya nifas di BPS Siti Murwani Batuwarno Wonogiri tahun 2013 pada tingkat baik

b. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang tanda bahaya nifas di BPS Siti Murwani Batuwarno Wonogiri tahun 2013 pada tingkat cukup

c. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang tanda bahaya nifas di BPS Siti Murwani Batuwarno Wonogiri tahun 2013 pada tingkat kurang

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Ilmu Pengetahuan

Dapat menambah wacana kepustakaan mengenai tanda bahaya nifas dan memberikan sumbangan pemikiran bagi peneliti serupa di kemudian hari serta dapat dijadikan sebagai dasar penelitian selanjutnya.

(19)

2. Bagi Penulis

Dapat bermanfaat bagi peneliti untuk menambah pengetahuan, pengalaman, wawasan, serta praktek nyata terutama tentang tanda bahaya nifas.

3. Bagi Institusi

a. Bagi institusi pelayanan kesehatan

Hasil penelitian dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang tanda bahaya nifas serta mendeteksi dini tanda bahaya nifas, untuk itu dari hasil data-data tentang pengetahuan ibu nifas dapat dijadikan dasar untuk pencegahan komplikasi nifas melalui KIE tentang tanda bahaya nifas.

b. Bagi Masyarakat

Dapat memberikan informasi kepada ibu nifas untuk mengetahui tanda bahaya nifas, dengan demikian dapat menurunkan angka kejadian mordibilitas atau mortalitas saat masa nifas.

c. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai referensi bacaan untuk menambah wawasan bagi mahasiswa kebidanan, khususnya yang berkaitan dengan tanda bahaya nifas.

E. KEASLIAN PENELITIAN

Penelitian dengan tingkat pengetahuan ibu nifas tentang tanda bahaya nifas pernah dilakukan oleh :

1. Muswita Widya Rahma (2012) dengan judul “Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Tanda-Tanda Bahaya Masa Nifas di Klinik Bersalin Hj.Nani

(20)

Rantauprapat Kabupaten Labuhan Batu. Penelitian ini dilakukan pada bulan November sampai Januari 2012 dengan menggunakan desain penelitian deskriptif dan sampling teknik purposive sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini 34 orang. Hasil penelitian ini diperoleh pengetahuan yang cukup pasca partum (67,6%). Ada enam kategori responden penelitian yang tahu tanda-tanda bahaya selama melahirkan. Responden yang memiliki pengetahuan yang cukup pada 4 kategori: demam (35,6%), perdarahan post partum vagina (38,2%), pre-eklamsia dan eklamsia (41,2%), dan depresi post partum (61,8%). Responden yang memilki pengetahuan yang baik ada 2 kategori: infeksi payudara (38,2%), dan penghapusan kandung kemih dan usus (47,1%).

2. Andriyani (2009) dengan judul “Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Tanda-Tanda Bahaya Masa Nifas di Wilayah Puskesmas Pesanggaran Kecamatan Pesanggaran Kabupaten Banyuwangi”. Penelitian ini dilakukan pada bulan 27 Juli sampai 8 Agustus 2009 dengan menggunakan desain penelitian deskriptif dan sampling teknik non propability sampling dengan metode total sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 34 orang. Berdasarkan analisa dan interpretasi data yang didapat bahwa 50% responden berpengetahuan baik yaitu 17 responden. Sedangkan yang lainnya mempunyai pengetahuan cukup yaitu 12 responden (35,39%), dan yang mempunyai pengetahuan kurang yaitu 5 responden (14,71%).

(21)

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada waktu, tempat, hasil penelitian dan jumlah populasi, sedang persamaannya terletak pada teknik pengambilan sampel dan instrumen penelitian.

F. Sistematika Penulisan

Dalam karya tulis ilmiah terdiri dari 5 bab, antara lain : BAB 1 PENDAHULUAN

Berisikan tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, keaslian penelitian dan sistematika penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini menjelaskan teori-teori dari masalah yang akan diteliti yaitu pengetahuan, ibu nifas, tanda bahaya masa nifas, kerangka teori, dan kerangka konsep penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini berisikan tentang jenis dan rancangan penelitian, lokasi, dan waktu penelitian, populasi, sampel dan teknik pengambilan sampel, alat penelitian, teknik pengumpulan data, variabel penelitian, definisi operasional, pengolahan dan analisa data, etika penelitian, jadwal penelitian.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisikan tentang hasil penelitian, pembahasan hasil penelitian dan keterbatasan penelitian.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisikan tentang kesimpulan dari penelitian dan saran. DAFTAR PUSTAKA

(22)

8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Tinjauan Teori 1. Pengetahuan a. Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil “tahu” pengindraan manusia terhadap suatu obyek tertentu. Proses pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan melalui kulit. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior) (Notoatmodjo, 2010).

b. Cara memperoleh pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010), ada beberapa cara untuk memperoleh pengetahuan, yaitu:

1) Cara coba - salah (Trial and Error)

Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan kedua ini gagal pula, maka dicoba dengan kemungkinan ketiga dan apabila kemungkinan ketiga gagal dicoba kemungkinan keempat atau seterusnya sampai masalah tersebut dapat dipecahkan. Itulah sebabnya

(23)

maka cara ini disebut metode trial (coba) and error (gagal atau salah) atau metode coba salah coba-coba.

2) Cara kekuasaan atau otoritas

Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan-kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan-kebiasaan ini biasanya diwariskan turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya, dengan kata lain pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli-ahli ilmu pengetahuan. Prinsip ini adalah, orang lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa terlebih dulu menguji atau membuktikan kebenarannya, baik berdasarkan fakta empiris ataupun berdasarkan penalaran sendiri. Hal ini disebabkan karena orang yang menerima pendapat tersebut menganggap bahwa yang dikemukannya adalah benar.

3) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah, pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh pengetahuan.

(24)

4) Melalui jalan pikiran

Sejalan dengan perkembangan umat manusia, cara berpikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi.

5) Cara modern dalam memperoleh pengetahuan

Cara baru dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut “metode penelitian ilmiah” atau lebih popular disebut metodologi penelitian (research methodology).

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan secara umum adalah :

1) Umur

Semakin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun.

2) Intelegensi

Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan berpikir abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dalam situasi

(25)

baru. Intelegensi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil dari proses belajar. Intelegensi bagi seseorang merupakan salah satu modal untuk berpikir dan mengolah berbagai informasi secara terarah sehingga mampu menguasai lingkungan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perbedaan intelegensi dari seseorang akan berpengaruh pula terhadap tingkat pengetahuan.

3) Lingkungan

Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengarui pengetahuan seseorang. Lingkungan memberikan pengaruh pertama bagi seseorang, dimana seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik dan juga hal-hal yang buruk tergantung pada sifat kelompoknya. Dalam lingkungan seseorang akan memperoleh pengalaman yang akan berpengaruh pada cara berpikir seseorang.

4) Sosial budaya

Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang. Seseorang memperoleh suatu kebudayaan dalam hubungannya dengan orang lain, karena hubungan ini seseorang mengalami suatu proses belajar dan memperoleh suatu pengetahuan.

5) Pendidikan

Pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami

(26)

pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang semakin baik pula pengetahuannya.

6) Pengalaman

Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman itu suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu, pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan.

d. Tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif

Menurut Notoatmodjo (2010), dalam domain kognitif berkaitan dengan pengetahuan yang bersifat intelektual (cara berpikir, berinteraksi, analisa, memecahkan masalah dan lain-lain) yang berjenjang sebagai berikut :

1) Tahu (Knowledge)

Menunjukkan keberhasilan mengumpulkan keterangan apa adanya. Termasuk dalam kategori ini adalah kemampuan mengenali atau mengingat kembali hal-hal atau keterangan yang pernah berhasil dihimpun atau dikenali (recall of facts).

2) Memahami (Comprehension)

Pemahaman diartikan dicapainya pengertian tentang hal yang sudah kita kenali. Jika sudah memahami hal yang bersangkutan maka juga sudah mampu mengenali hal tadi meskipun diberi bentuk lain. Termasuk dalam jenjang kognitif ini misalnya kemampuan

(27)

menterjemahkan, menginterpretasikan, menafsirkan, meramalkan dan mengeksplorasikan.

3) Menerapkan (Aplication)

Penerapan diartikan sebagai kemampuan menerapkan hal yang sudah dipahami ke dalam situasi dan kondisi yang sesuai.

4) Analisa (Analysis)

Analisis adalah kemampuan untuk menguraikan hal tadi menjadi rincian yang terdiri unsur-unsur atau komponen-komponen yang berhubungan antara yang satu dengan lainnya dalam suatu bentuk susunan berarti.

5) Sintesis (Syntesis)

Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun kembali bagian-bagian atau unsur-unsur tadi menjadi suatu keseluruhan yang mengandung arti tertentu.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk membandingkan hal yang bersangkutan dengan hal-hal serupa atau setara lainnya, sehingga diperoleh kesan yang lengkap dan menyeluruh tentang hal yang sedang dinilainya.

(28)

2. Nifas (Puerperium) a. Pengertian

Menurut Wulandari & Handayani (2011), masa nifas atau puerperium adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Lama masa nifas ini yaitu 6-8 minggu.

Menurut Saleha (2009), masa nifas atau puerperium adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu.

b. Klasifikasi masa nifas

Menurut Suherni (2008), klasifikasi masa nifas terbagi dalam tiga periode yaitu :

1) Puerperium dini

Masa kepulihan, yakni saat-saat ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan biasanya 1 hari setelah melahirkan.

2) Puerperium intermedial

Masa kepulihan menyeluruh dari organ-organ genital, kira-kira antara 6-8 minggu.

3) Remote purperium

Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai komplikasi, biasanya membutuhkan berminggu-minggu, bulan dan tahunan.

(29)

c. Perubahan fisiologis masa nifas

Menurut Wulandari & Handayani (2011), perubahan fisiologis pada masa nifas antara lain :

1) Perubahan sistem reproduksi a) Uterus

Uterus secara berangsur mengecil kembali 2 hari setelah melahirkan. Akhirnya setelah 2 bulan, keadaan akan kembali seperti keadaan sebelum hamil.

Tabel 2.1 Tinggi fundus uteri (TFU) dan berat uterus menurut masa involusio

Involusio TFU Berat Uterus Bayi lahir Setinggi Pusar, 2 jari di bawah pusat 1.000 gr 1 minggu Pertengahan pusar simfisis 750 gr 2 minggu Tidak teraba di atas simfisis 500 gr 4 minggu Normal 50 gr

8 minggu Normal, sebelum hamil 30 gr Sumber : (Saleha, 2009)

b) Serviks

Setelah persalinan, bentuk serviks agak menyangga seperti corong berwarna merah kehitaman. Konsistensi lunak, kadang-kadang terdapat luka kecil. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim dan setelah 8 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari.

(30)

c) Ovarium dan tuba falopi

Setelah kelahiran plasenta, produksi estrogen dan progesteron menurun, sehingga menimbulkan mekanisme timbal balik dari siklus menstruasi. Proses ovulasi dimulai kembali sehingga wanita bisa hamil lagi.

d) Lochea

Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai reaksi basa / alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada vagina normal. Pengeluaran lochea dapat dibagi berdasarkan waktu dan warnanya, diantaranya :

(1) Lochea rubra

Lochea ini muncul pada hari ke-1 sampai hari ke-3 masa setelah melahirkan. Cairan yang keluar berwarna merah karena berisi darah segar, jaringan sisa – sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi) dan mekonium.

(2) Lochea Sangulenta

Lochea ini berwarna merah kecoklatan dan berlendir. Berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7 setelah melahirkan.

(31)

(3) Lochea Serosa

Lochea ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung serum, leukosit dan robekan atau laserasi plasenta. Muncul pada hari ke-7 sampai hari ke-14 setelah melahirkan.

(4) Lochea Alba

Lochea ini berwarna putih, mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang mati. Lochea alba bisa berlangsung selama 2 minggu sampai 6 minggu setelah melahirkan.

e) Perubahan vulva, vagina dan perineum (1) Vulva dan vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses persalinan dan akan kembali secara bertahap dalam 6-8 minggu setelah melahirkan. (2) Perubahan pada perineum

Setelah melahirkan perenium menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Perineum akan kembali sebagian besar tonusnya pada hari ke-5 setelah melahirkan.

2) Perubahan pada sistem pencernaan

Setelah kelahiran plasenta, maka akan terjadi pula penurunan produksi progesterone, sehingga hal ini dapat menyebabkan

(32)

konstipasi terutama dalam beberapa hari pertama. Konstipasi disebabkan karena waktu persalinan, alat pencernaan mengalami tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan berlebihan, kurangnya asupan cairan dan makanan dan kurangnya aktivitas tubuh.

3) Perubahan sistem endokrin a) Hormon oksitosin

Oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang, bekerja terhadap otot uterus dan jaringan payudara. Selama tahap ketiga persalinan, hormon oksitosin berperan dalam pelepasan plasenta dan dapat merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin.

b) Hormon prolaktin

Berperan dalam pembesaran payudara untuk merangsang produksi ASI. Pada wanita yang menyusui bayinya, kadar prolaktin tetap tinggi.

c) Hormon estrogen dan progesteron

Volume darah normal selama kehamilan akan meningkat selama masa nifas. Hormon esterogen yang tinggi memperbesar hormon antidiuretik yang dapat meningkatkan volume darah, sedangkan hormon progesteron mempengaruhi otot halus yang mempengaruhi perangsangan dan peningkatan pembuluh darah.

(33)

4) Perubahan sistem hematologi

Leukositosis adalah meningkatnya jumlah sel-sel darah putih sampai sebanyak 15.000 selama persalinan. Leukosit akan tetap tinggi jumlahnya selama beberapa hari pertama masa setelah melahirkan.

5) Perubahan sistem kardiovaskuler

Kardiak output meningkat selama persalinan dan berlangsung sampai kala tiga ketika volume darah uterus dikeluarkan. Penurunan terjadi pada beberapa hari pertama setelah melahirkan dan akan kembali normal pada akhir minggu ke-3 setelah melahirkan.

6) Perubahan sistem muskuloskeletal

Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus. Pembuluh-pembuluh darah yang berada di antara anyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta dilahirkan.

7) Perubahan tanda-tanda vital pada masa nifas a) Suhu badan

Pada 24 jam setelah melahirkan suhu badan akan naik sedikit (37°C -38°C) sebagai akibat dari kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan, apabila keadaan normal suhu badan akan biasa lagi.

(34)

b) Nadi

Pada masa nifas umumnya denyut nadi labil, sedangkan pernafasan akan sedikit meningkat setelah melahirkan kemudian kembali seperti keaadaan semula.

c) Tekanan darah

Tekanan darah pada masa nifas biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah menjadi rendah menunjukkan adanya perdarahan setelah melahirkan. Sebaliknya bila tekanan darah tinggi, merupakan petunjuk kemungkinan adanya pre-eklampsi yang bisa timbul pada masa nifas.

3. Kunjungan Masa Nifas

Menurut Marmi (2012) paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi.

a. 6 - 8 jam post partum

1) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

2) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan rujuk bila perdarahan berlanjut.

3) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri. 4) Pemberian ASI awal.

(35)

b. 6 hari post partum

1) Memastikan involusi uterus berjalan baik (normal) uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilikus tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.

2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan abnormal.

3) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat. 4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan

tanda-tanda penyulit.

5) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari hari. c. 2 minggu post partum

1) Memastikan involusi uterus berjalan baik (normal) uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilikus tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.

2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan abnormal.

3) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat. 4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan

tanda-tanda penyuIit.

5) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari hari.

(36)

d. 6 minggu setelah persalinan

1) Menanyakan pada ibu tentang penyulit yang ibu atau bayi alami. 2) Memberikan konseling untuk KB secara dini.

4. Tanda-tanda bahaya masa nifas

Tanda-tanda bahaya masa nifas merupakan suatu tanda yang abnormal yang mengindikasikan adanya bahaya/ komplikasi yang dapat terjadi selama masa nifas, apabila tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi bisa menyebabkan kematian ibu (Pusdiknakes,2003).

Menurut Marmi (2012), tanda-tanda bahaya masa nifas sebagai berikut:

a. Perdarahan pervaginam

Perdarahan post partum adalah keadaan kehilangan darah lebih dari 500 ml selama 24 jam pertama sesudah kelahiran bayi

Jenis perdarahan pervaginam: 1) Perdarahan Post Partum Primer

Perdarahan post partum primer adalah mencakup semua kejadian perdarahan dalam 24 jam setelah kelahiran. Penyebab perdarahan post partu primer adalah atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta, laserasi jalan lahir dan inversio uteri.

2) Perdarahan post partum sekunder

Perdarahan post partum sekunder adalah mencakup semua kejadian perdarahan pervaginam yang terjadi antara 24 jam setelah kelahiran bayi dan 6 minggu masa postpartum.

(37)

Penyebab perdarahan post partum sekunder adalah sub involusi uteri, retensio sisa plasenta, infeksi nifas.

Perdarahan post partum merupakan penyebab penting kematian maternal khususnya di negara berkembang.

Faktor-faktor penyebab perdarahan post partum adalah : a) Grandemultipara.

b) Jarak persalinan pendek kurang dari 2 tahun.

c) Persalinan yang di lakukan dengan tindakan : pertolongan kala uri sebelum waktunya, pertolongan persalinan oleh dukun,persalinan dengan tindakan paksa, persalinan dengan narkosa.

b. Demam, muntah, rasa sakit waktu berkemih

Pada masa nifas dini, sensivitas kandung kemih terhadap tegangan air kemih di dalam vesika sering menurun akibat trauma persalinan serta analgesia epidural atau spinal sensasi peregangan kandung kemih juga mungkin berkurang akibat rasa tidak nyaman yang ditimbulkan oleh episiotomi yang lebar, laserasi periuretra, atau hematom dinding vagina c. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama

Sesudah anak lahir ibu akan merasa lelah mungkin juga lemas karena kehabisan tenaga. Hendaknya lekas berikan minuman hangat, susu, kopi atau teh yang bergula. Apabila ibu menghendaki makanan, berikanlah makanan yang bersifat ringan walaupun dalam persalinan lambung dan alat pencernaan tidak langsung turut mengadakan proses persalinan, tetapi sedikit atau banyak pasti dipengaruhi proses persalinan

(38)

tersebut, sehingga alat pencernaan perlu istirahat guna memulihkan keadaannya kembali.

d. Merasa sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri bayinya dan dirinya sendiri

Pada minggu-minggu awal setelah persalinan sampai kurang lebih satu tahun ibu post partum akan cenderung menglami perasaan-perasaan yang tidak pada umumnya, seperti merasa sedih, tidak mampu mengasuh dirinya sendiri dan bayinya.

e. Rasa sakit, merah, lunak, dan pembengkakan dikaki (Trombhoplebitis) Selama masa nifas, dapat berbentuk thrombus sementara pada vena-vena manapun di pelvis yang mengalami dilatasi, dan mungkin lebih sering mengalaminya.

Faktor predisposisi terjadinya trombhoplebitis : 1) Obesitas

2) Peningkatan umur maternal dan tingginya paritas

3) Riwayat sebelumnya mendukung, pernah mengalami trombhoplebitis sebelumnya

4) Anestesi dan pembedahan dengan kemungkinan trauma yang lama pada keadaan pembuluh vena

5) Anemia maternal

6) Hipotermi atau penyakit jantung 7) Endometritis

(39)

Faktor penyebab ibu nifas merasa sedih atau merasa tidak mampu mengasuh sendiri bayinya dan diri sendiri :

1) Kekecewaan emosional yang mengikuti kegiatan bercampur rasa takut yang dialami kebanyakan wanita selama hamil dan melahirkan

2) Rasa nyeri pada awal masa nifas

3) Kelelahan akibat kurang tidur selama persalinan dan telah melahirkan kebanyakan di rumah sakit

4) Kecemasan akan kemampuannya untuk merawat bayinya setelah meninggalkan rumah sakit

5) Ketakutan akan menjadi tidak menarik lagi

Menurut Mohtar (2002) tanda bahaya nifas sebagai berikut : a. Lochea yang berbau busuk (bau dari vagina)

Lochea adalah cairan yang dikeluarkan uterus melalui vagina dalam masa nifas sifat lochea alkalis, jumlah lebih banyak dari pengeluaran darah dan lendir waktu menstruasi dan berbau anyir (cairan ini berasal dari bekas melekatnya placenta).

Lochea dibagi menjadi beberapa, yaitu:

1)Lochea rubra (cruenta): berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekoneum, selama 2 hari pasca persalinan.

2)Lochea sanguinolenta: berwarna merah kuning berisi darah dan lendir hari ke 3-7 pasca persalinan.

3)Lochea serosa: berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14 pasca persalinan.

(40)

4)Lochea alba: cairan putih, setelah 2 minggu.

5)Lochea purulenta: terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.

6)Lochiostasis: lochea tidak lancar keluarnya.

Apabila pengeluaran lochea lebih lama dari pada yang disebutkan di atas kemungkinan adanya :

a) Tertinggalnya placenta atau selaput janin karena kontraksi uterus yang kurang baik.

b) Ibu yang tidak menyusui anaknya, pengeluaran lochea rubra lebih banyak karena kontraksi uterus dengan cepat.

c) Infeksi jalan lahir, membuat kontraksi uterus kurang baik sehingga lebih lama mengeluarkan lochea dan lochea berbau anyir atau amis.

b. Metritis adalah lochea bernanah dan berbau busuk, disertai nyeri perut bagian bawah kemungkinan diagnosisnya. Metritis adalah infeksi uterus setelah persalinan yang merupakan salah satu penyebab terbesar kematian ibu. Bila pengobatan terlambat atau kurang adekuat dapat menjadi abses pelvik, peritonitis, syok septik.

Menurut Ambarwati & Wulandari (2010) tanda bahaya nifas sebagai beikut:

a. Sub-Involusi Uteri ( pengecilan rahim yang terganggu)

Involusi adalah keadaan uterus mengecil oleh kontraksi rahim dimana berat rahim dari 1000 gram saat setelah bersalin, menjadi

(41)

40-60 mg 6 minggu kemudian. Pada beberapa keadaan terjadinya proses involusi rahim tidak berjalan sebagaimana mestinya, sehingga proses pengecilan terhambat disebut sub involusi uteri

Faktor penyebab sub-involusi, adalah terjadinya infeksi pada endometrium, terdapat sisa plasenta dan selaputnya, terdapat bekuan darah atau mioma uteri. Pengobatan di lakukan dengan memberikan injeksi Methergin setiap hari di tambah dengan Ergometrin per oral. Bila ada sisa plasenta lakukan kuretase. Berikan Antibiotika sebagai pelindung infeksi.

Menurut Mochtar (2002) tanda bahaya nifas sebagai berikut : a. Nyeri pada perut dan pelvis

Nyeri perut dan pelvis dapat menyebabkan komplikasi nifas seperti, Peritonitis. Peritonitis adalah peradangan pada peritonium, peritonitis umum dapat menyebabkan kematian 33% dari seluruh kematian karena infeksi.

Gejala klinis peritonitis dibagi 2 yaitu : 1) Peritonitis pelvio berbatas pada daerah pelvis

Tanda dan gejalanya yaitu demam, nyeri perut bagian bawah tetapi keadaan umum tetap baik, pada pemeriksaan dalam kavum daugles menonjol karena ada abses.

(42)

2) Peritonitis umum

Tanda dan gejalanya: suhu meningkat nadi cepat dan kecil, perut nyeri tekan, pucat muka cekung, kulit dingin, anorexsia, kadang-kadang muntah.

b. Suhu Tubuh Ibu > 38 0C

Dalam beberapa hari setelah melahirkan suhu badan ibu sedikit baik antara 37,20C-37,80C oleh karena reabsorbsi benda-benda dalam rahim dan mulainya laktasi, dalam hal ini disebut demam reabsorbsi. Hal itu adalah normal.

Suhu yang meningkat melebihi 380C beturut-turut selama 2 hari kemungkinan terjadi infeksi. Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alat-alat genetalia dalam masa nifas. Penanganan umum bila terjadi demam antara lain :

1) Istirahat baring

2) Rehidrasi peroral atau infuse

3) Kompres atau kipas untuk menurunkan suhu

4) Jika ada syok, segera beri pengobatan, sekalipun tidak jelas gejala syok, harus waspada untuk menilai berkala karena kondisi ini dapat memburuk dengan cepat.

Menurut Manuaba (2005) tanda bahaya nifas adalah : a. Pusing dan lemas yang berlebihan

Pusing merupakan tanda-tanda bahaya pada nifas, pusing bisa disebabkan oleh karena tekanan darah rendah (Sistol ≥ 140 mmHg dan

(43)

distolnya ≥80 mmHg). Pusing dan lemas yang berlebihan dapat juga disebabkan oleh anemia bila kadar haemoglobin kurang. Lemas yang berlebihan juga merupakan tanda-tanda bahaya, dimana keadaan lemas disebabkan oleh kurangnya istirahat dan kurangnya asupan kalori sehingga ibu kelihatan pucat, tekanan darah rendah.

Asuhan yang diberikan jika ibu mengalami pusing dan lemas yang berlebihan :

1) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.

2) Makan dengan diit berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup.

3) Minum sedikitnya 3 liter setiap hari.

4) Pil zat besi harus di minum untuk menambah zat setidaknya selama 40 hari pasca bersalin.

5) Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan kadar vitaminnya kepada bayinya.

6) Istirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan. 7) Kurang istirahat akan mempengaruhi produksi ASI dan

memperlambat proses involusi uterus.

(44)

a. Masalah dalam laktasi 1) Puting susu lecet

Dapat disebabkan oleh karena teknik menyusui yang salah atau perawatan yang tidak betul pada payudara. Infeksi monilia dapat mengakibatkan lecet pada puting susu.

2) Payudara bengkak

Pembengkakan payudara terjadi karena pengeluaran ASI tidak disusui dengan adekuat, sehingga sisa ASI terkumpul pada sistem ductus yang mengakibatkan terjadinya pembengkakan

3) Saluran susu tersumbat / bendungan ASI

Disebabkan ASI yang terkumpul tidak segera dikeluarkan, sehingga menimbulkan sumbatan pada ductus laktiferus.

4) Mastitis

Mastitis adalah suatu proses infeksi menyebabkan radang payudara yang disebabkan oleh payudara bengkak yang tidak disusui secara adekuat yang akhirnya terjadi mastitis.

5) Abses payudara

Abses payudara merupakan kelanjutan / komplikasi dari mastitis yang disebabkan oleh meluasnya peradangan pada payudara. Apabila ibu nifas mengalami abses payudara maka dampaknya ibu tidak bisa menyusui bayinya sebagaimana mestinya dan ibu merasa tidak nyaman serta terganggu karena abses tersebut, sedangkan bagi bayinya kebutuhan nutrisi tidak tercukupi.

(45)

5. Pencegahan Infeksi Nifas:

Menurut Mochtar (2002), pencegahan infeksi nifas sebagai berikut : a. Masa kehamilan

Mengurangi atau mencegah faktor-faktor predisposisi seperti anemia, malnutrisi, dan kelemahan, serta mengobati penyakit-penyakit yang diderita ibu. Pemeriksaan dalam jangan dilakukan kalau tidak ada indikasi yang perlu. Begitu pula koitus pada hamil tua hendaknya dihindari atau dikurangi dan dilakukan hati-hati karena dapat menyebabkan pecahnya ketuban, kalau ini terjadi infeksi akan mudah masuk dalam jalan lahir.

b. Masa persalinan

1) Hindari pemeriksaan dalam berulang-ulang, lakukan bila ada indikasi dengan sterilitas yang baik, apalagi bila ketuban telah pecah.

2) Hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah lama.

3) Jagalah sterilitas kamar bersalin dan pakailah masker, alat-alat harus suci hama.

4) Perlukaan-perlukaan jalan lahir karena tindakan baik pervaginam maupun perabdominam dibersihkan, dijahit sebaik-baiknya dan menjaga sterilitas.

5) Pakaian dan barang-barang atau alat-alat yang berhubungan dengan penderita harus terjaga kesucihamaannya.

6) Perdarahan yang banyak harus dicegah, bila terjadi darah yang hilang harus segera diganti dengan transfusi darah

(46)

c. Masa nifas

1) Luka-luka dirawat dengan baik jangan sampai kena infeksi, begitu pula alat-alat dan pakaian serta kain yang berhubungan dengan alat kandungan harus steril.

2) Penderita dengan infeksi nifas sebaiknya diisolasi dalam ruangan khusus, tidak bercampur dengan ibu sehat.

3) Tamu yang berkunjung harus dibatasi. B. Kerangka Teori

Gambar 2.2. Kerangka Teori

Sumber: Modifikasi Notoatmodjo (2010) dan Rukiyah & Yulianti (2010) Pengetahuan

Faktor yang mempengaruhi Pengetahuan : 1. Umur 2. Intelegensi 3. Lingkungan 4. Sosial Budaya 5. Pendidikan 6. Pengalaman

Ibu Nifas Nifas :

1. Pengertian masa nifas

2. Kunjungan masa nifas

3. Macam-macam tanda bahaya nifas 4. Pencegahan infeksi

(47)

C. Kerangka Konsep

Keterangan :

Variabel diteliti : Variabel tidak diteliti :

Gambar 2.3. Kerangka Konsep Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas tentang Tanda Bahaya Masa Nifas Baik Cukup Kurang

Faktor yang mempengaruhi Pengetahuan : 1. Umur 2. Intelegensi 3. Lingkungan 4. Sosial Budaya 5. Pendidikan 6. Pengalaman

Macam tanda bahaya nifas :

1. Perdarahan pervaginam

2. Lochea yang berbau busuk

3. Metritis

4. Sub-Involusi uteri 5. Nyeri pada perut

dan pelvis 6. Pusing dan lemas

yang berlebihan 7. Suhu tubuh ibu >

38°C

8. Demam, muntah, rasa sakit waktu berkemih

9. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama

10. Trombhoplebitis 11. Merasa sedih atau

tidak mampu mengasuh sendiri bayinya dan dirinya sendiri

12. Masalah dalam laktasi

(48)

34 A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Ditinjau dari segi tujuan penelitian yang hendak dicapai, penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kuantitatif. Menurut Notoatmodjo (2010) deskriptif kuantitatif yaitu penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau diskripsi suatu keadaan secara objektif. Metode ini digunakan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang. Kuantitatif adalah data yang hasilnya berbentuk angka atau data yang diangkakan.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi penelitian merupakan tempat atau lokasi penelitian tersebut dilakukan (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini dilakukan di BPS Siti Murwani Batuwarno Wonogiri.

2. Waktu penelitian adalah rentang waktu yang digunakan untuk pelaksanaan penelitian (Notoatmodjo, 2010). Penelitian dilaksanakan pada tanggal 12 Maret – 30 April 2013.

C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang

(49)

(Hidayat, 2010). Dalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah seluruh ibu nifas yang memeriksakan diri di BPS Siti Murwani Batuwarno Wonogiri. Jumlah populasi sebanyak 36 ibu nifas dengan rata-rata kunjungan setiap bulan adalah 18 ibu nifas.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2010). Menurut Arikunto (2010), populasi yang kurang dari 100 lebih baik diambil semua, pada penelitian ini jumlah sampel yang digunakan 36 ibu nifas.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik sampling merupakan suatu proses seleksi yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel akan mewakili keseluruhan populasi yang ada. Penelitian ini menggunakan total sampling. Menurut Hidayat (2010), total sampling adalah cara pengambilan sampel dengan mengambil semua anggota populasi menjadi sampel.

D. Instrumen Penelitian

Alat yang dipergunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah kuesioner yaitu daftar pernyataan yang sudah tersusun dengan baik, matang, di mana responden tinggal memberikan jawaban atau dengan memberikan tanda-tanda tertentu (Notoatmodjo, 2010). Kuesioner yang digunakan dalam

(50)

jawabannya, sehingga responden tinggal memilih jawaban yang tersedia. Jawaban yang tersedia dalam kuesioner ini ada 2 pilihan jawaban yaitu benar dan salah. Skala pengukuran data yang digunakan dalam kuesioner ini adalah skala Guttman yaitu skala yang bersifat tegas dan konsisten dengan memberikan jawaban yang tegas seperti jawaban dari pertanyaan pernyataan : “ya” dan “tidak”, positif dan negatif, setuju dan tidak setuju, benar dan salah (Hidayat, 2010). Kuesioner pada penelitian ini terdapat 2 pernyataan yaitu pernyataan positif dan negatif. Untuk penyataan positif jawaban benar mendapat nilai 1 dan jawaban salah mendapat nilai 0. Untuk pernyataan negatif jawaban benar mendapat nilai 0 dan jawaban salah mendapat nilai 1. Pengisian kuesioner tersebut dengan memberi tanda centang ( ) pada jawaban yang dianggap benar. Sebelum membuat kuesioner, peneliti terlebih dahulu membuat kisi-kisi kuesioner, yaitu sebagai berikut :

Tabel 3.1 Kisi-kisi Kuesioner Tingkat Pengetahuan Tentang Tanda Bahaya Nifas

Variabel Indikator No Soal Jumlah

(soal) (+) (-) Pengetahuan ibu nifas tentang tanda bahaya nifas Macam-macam tanda bahaya nifas :

1. Perdarahan pervaginam 1,3,4,7*,8,9 2,5,6 9 2. Lochea yang berbau busuk 10,11 2 3. Metritis 12 1 4. Sub-Involusi uteri 14,15,17* 13,16 5 5. Nyeri pada perut

dan pelvis 18 1 6. Pusing dan lemas yang berlebihan 19 1

(51)

Sumber : Data primer, Desember 2012 Keterangan : Tanda (*) adalah Tidak valid.

Untuk mengetahui apakah kuesioner yang kita gunakan sebagai alat ukur yang sahih atau tidak, maka terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap karakteristiknya sama yaitu di PKD Tanjungsari, Tirtomoyo, Wonogiri, dengan jumlah 20 ibu nifas.

1. Uji Validitas

Validitas adalah ukuran yang menunjukkan sejauh mana instrument pengukur mampu mengukur apa yang ingin diukur (Riwidikdo, 2010). Penelitian ini menggunakan uji validitas dengan rumus Korelasi Pearson Product Moment dengan bantuan program komputer SPSS for Windows.

Variabel Indikator

(soal)

(+) (-)

7. Suhu tubuh ibu > 38°C 8. Demam, muntah, rasa sakit waktu berkemih 20,21 22 2 1 9. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama 23 1 10.Trombhoplebitis 24,25 2 11.Merasa sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri bayinya dan dirinya sendiri 26,27 2 12.Masalah dalam laktasi 30*,31,32,33,35 28,29,34* 8 Jumlah 24 11 35

(52)

jika p-value > 0,05 maka instrumen tersebut tidak valid. Rumus product moment adalah:

Keterangan:

N : Jumlah responden

rxy : Koefisien korelasi product moment

x : Skor pertanyaan y : Skor total

xy : Skor pertanyaan dikalikan skor total

Uji Validitas telah dilakukan dengan kuesioner yang berjumlah 35 soal, kemudian data yang diperoleh diolah dengan bantuan komputerisasi program SPSS dengan hasil 31 soal dinyatakan valid dan 4 soal tidak valid yaitu soal nomer 7, 17, 30 dan 34, karena p-value > 0,05 . Butir soal yang tidak valid tidak digunakan sebagai instrumen penelitian. 2. Uji Reliabilitas

Menurut (Riwidikdo 2010), reliabilitas instrumen dapat dilakukan secara eksternal maupun internal. Secara eksternal pengujian dapat dilakukan dengan test-retest (stability), equivalent, dan gabungan keduanya. Secara internal releabilitas instrumen dapat diuji dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik tertentu.

(

X

)

}{N Y -

(

Y

)

} X { Y X. -XY . N 2 2 2 2 S S S -S S S S = N rxy

(53)

Chronbach dengan bantuan program komputer SPSS for Windows. Rumus Alpha Chronbach adalah sebagai berikut:

Keterangan:

= Reliabilitas Instrumen

k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal = Jumlah varian butir

= Varians total

Kuesioner atau angket dikatakan reliabel jika memiliki nilai alpha minimal 0,7 (Riwidikdo, 2010).

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan program SPSS for Windows diperoleh nilai alpha sebesar 0,916. Oleh karena nilai alpha > 0,7 maka disimpulkan bahwa instrumen tersebut reliabel.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara peneliti untuk mengumpulkan data yang akan dilakukan dalam penelitian (Hidayat, 2010). Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara memberikan lembar pernyataan persetujuan dan membagikan kuesioner atau angket pada ibu nifas, kemudian menjelaskan tentang cara pengisiannya.

(54)

diambil pada saat itu juga oleh peneliti. Data yang diperoleh terdiri dari : 1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung diambil dari obyek atau subyek penelitian oleh peneliti (Riwidikdo, 2010). Dalam penelitian ini yang termasuk data primer adalah identitas responden dan data pengetahuan tentang tanda bahaya pada ibu nifas di BPS Siti Murwani Batuwarno Wonogiri yang diperoleh dari Kuesioner.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang didapat tidak secara langsung dari subyek penelitian (Riwidikdo, 2010). Dalam penelitian ini data yang diambil yaitu jumlah ibu nifas pada bulan Maret- April 2013 di BPS Siti Murwani Batuwarno Wonogiri.

F. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah ciri atau ukuran yang melekat pada objek penelitian baik bersifat fisik (nyata) atau psikis (tidak nyata) (Suyanto, 2008).

Variabel dalam penelitian ini hanya merupakan variabel tunggal yaitu pengetahuan ibu nifas tentang tanda bahaya nifas.

G. Definisi Operasional

Definisi Operasional merupakan definisi yang membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel diamati/diteliti, juga bermanfaat

(55)

variabel-variabel yang bersangkutan serta pengembangan instrumen (Notoatmodjo, 2010).

Tabel 3.2 Definisi Operasional

No Variabel Indikator Skala Kategori Alat ukur 1 Variabel tunggal: Pengetahuan Ibu Nifas tentang tanda bahaya nifas Macam-macam tanda bahaya nifas antara lain : 1. Perdarahan pervaginam 2. Lochea yang berbau busuk 3. Metritis 4. Sub-Involusi uteri 5. Nyeri pada perut

dan pelvis 6. Pusing dan lemas

yang berlebihan 7. Suhu tubuh ibu >

38°C

8. Demam, muntah, rasa sakit waktu berkemih

9. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama 10.Trombhoplebitis 11.Merasa sedih atau

tidak mampu mengasuh sendiri bayinya dan dirinya sendiri 12.Masalah dalam laktasi Ordinal a. Baik (x)>mean + 1SD b. Cukup Mean - 1 SD £ x £ mean + 1SD c. Kurang (x) < mean - 1 SD Riwidikdo (2010) Kuesioner

(56)

1. Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, maka langkah yang dilakukan berikutnya adalah pengolahan data. Proses pengolahan data menurut Arikunto (2010), adalah :

a. Editing

Kegiatan ini dilakukan dengan cara memeriksa data hasil jawaban dari kuesioner yang telah diberikan kepada responden dan kemudian dilakukan koreksi apakah telah terjawab dengan lengkap. Editing dilakukan di lapangan sehingga bila terjadi kekurangan atau tidak sesuai dapat segera dilengkapi.

b. Coding

Kegiatan ini memberi kode angka pada kuesioner terhadap tahap-tahap dari jawaban responden agar lebih mudah dalam pengolahan data selanjutnya.

c. Entry data

Kegiatan ini memasukan data dalam program komputer untuk dilakukan analisis lanjutan.

d. Tabulating

Kegiatan ini dilakukan dengan cara menghitung data dari jawaban kuesioner responden yang sudah diberi kode, kemudian dimasukan ke dalam tabel.

(57)

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat. Analisis univariat yaitu menganalisa tiap variabel penelitian untuk menghasilkan distribusi frekuensi dan prosentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2010).

Menurut Riwidikdo (2010), hasil untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas ditunjukan pada skala pengukuran sebagai berikut : a. Pengetahuan baik : (x) > mean + 1SD

b. Pengetahuan cukup : Mean – 1SD ≤ x ≤ mean +1SD c. Pengetahuan kurang : (x) < mean – 1SD

Sebelum menentukan tingkat pengetahuan ibu nifas terlebih dahulu peneliti menghitung nilai mean dan Standard Deviation. Menurut Riwidikdo (2010), rumus untuk menghitung nilai mean dan Standard Deviation yaitu : a. Mean X = n Σi 1 1 n x = Keterangan : X : Mean n : Jumlah responden xi : Nilai responden

(58)

Keterangan :

SD : Standard Deviation xi : Nilai responden n : Jumlah responden

Setelah didapatkan hasil nilai mean dan Standard Deviation tiap responden kemudian hasil tersebut dimasukan dalam skala pengetahuan yang sudah tercantum diatas. Adapun rumus prosentase untuk jumlah ibu nifas tentang tanda bahaya nifas menurut tingkat pengetahuan (Riwidikdo, 2010). Skor presentase = 100% responden Jumlah n pengetahua ngkat menurut ti Ibu ´ S I. Etika Penelitian

Sebelumnya peneliti membuat informed consent atau persetujuan kepada responden dengan menuliskan jati diri, identitas peneliti, tujuan peneliti, serta permohonan kesediaan responden untuk berpartisipasi dalam penelitian. Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti mendapat ijin dari STIKes Kusuma Husada Surakarta, Pimpinan di BPS Siti Murwani Batuwarno Wonogiri dan dari responden sendiri melalui informed consent yang terjamin kerahasiaannya.

Menurut Hidayat (2010), masalah etika penelitian yang harus diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut :

(59)

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Apabila responden bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan tersebut.

2. Anonimity (tanpa nama)

Masalah etika merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.

J. Jadwal Terlampir.

(60)

46 A. Gambaran Umum

Penelitian ini dilakukan 12 Maret 2013 sampai 30 April 2013 di BPS Siti Murwani yang beralamat di Ronggo jati Rt 02 Rw 03 Batuwarno Wonogiri. Secara umum jenis pelayanan yang diberikan di BPS Siti Murwani Batuwarno Wonogiri antara lain pelayanan kesehatan yang meliputi ANC (Ante Natal Care), persalinan normal, KB, Imunisasi dan penyakit umum. Cakupan kunjungan rata-rata setiap bulan ANC 32 ibu hamil, Persalinan normal 18 ibu bersalin, KB 84 WUS, Imunisasi 28 bayi atau balita dan penyakit umum 22 orang. Tenaga kesehatan yang tersedia di BPS Siti Murwani Batuwarno Wonogiri yaitu terdiri dari 3 bidan. Sarana dan prasarana cukup memadai antara lain, 1 ruang periksa, 1 ruang bersalin, 6 ruang nifas. Jam buka pelayanan umun dimulai pada pukul 05.30 WIB – 21.00 WIB, sedangkan pelayanan bersalin melayani 24 jam.

B. Hasil Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dimana pengambilan data penelitian menggunakan kuesioner tentang Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Tanda Bahaya Nifas Di BPS Siti Murwani Batuwarno Wonogiri yang didapatkan hasil sebagai berikut:

(61)

Tentang Tanda Bahaya Nifas

No. Tingkat Pengetahuan Frekuensi Prosentase (%)

1. Baik 5 13,9

2. Cukup 23 63,9

3. Kurang 8 22,2

Jumlah 36 100

Berdasarkan penelitian dapat diuraikan bahwa dari 36 responden terdapat 5 responden (13,9%) memiliki pengetahuan baik, 23 responden (63,9%) memiliki pengetahuan cukup dan 8 responden (22,2%) memiliki pengetahuan kurang. Dapat disimpulkan bahwa Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Tanda Bahaya Nifas di BPS Siti Murwani Batuwarno Wonogiri yang terbanyak dalam kategori cukup yaitu 23 responden (63,9%). Selanjutnya dapat disajikan dalam bentuk grafik, sebagai berikut :

Gambar 4.1

Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Tanda Bahaya Nifas

0 5 10 15 20 25

Baik Cukup Kurang

Baik Cukup Kurang

(62)

Berdasarkan hasil pengolahan data penelitian diketahui bahwa tingkat pengetahuan ibu nifas tentang tanda bahaya nifas di BPS Siti Murwani Batuwarno Wonogiri pada kategori baik sebanyak 5 responden (13,9%), pada kategori cukup sebanyak 23 responden (63,9%) dan pada kategori kurang sebanyak 8 responden (22,2%). Dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan ibu nifas tentang tanda bahaya nifas yang terbanyak adalah dalam kategori cukup yaitu sebanyak 23 responden (63,9%).

Setelah dilakukan penelitian pengetahuan ibu nifas tentang tanda bahaya nifas pada kategori baik terdapat 5 responden yang rata-rata responden sudah memahami dan menguasai semua indikator yang tercantum dalam kuesioner yang meliputi perdarahan pervaginam, lochea yang berbau busuk, metritis, sub-involusio, nyeri pada perut dan pelvis, pusing dan lemas yang berlebihan, suhu tubuh > 38°C, kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama, trombhoplebitis, merasa sedih atau tidak mampu mengasuh diri sendiri dan bayinya, masalah laktasi dan demam,muntah,sakit saat berkemih.

Pada kategori cukup terdapat 23 responden yang rata-rata responden tersebut sudah mengerti beberapa indikator dalam kuesioner yaitu perdarahan pervaginam, lochea yang berbau busuk, pusing dan lemas yang berlebihan, suhu tubuh > 38°C, kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama, nyeri pada perut dan pelvis, masalah laktasi dan demam,muntah,sakit saat berkemih serta masih kurang memahami beberapa indikator yang ada di kuesioner yaitu

(63)

mengasuh diri sendiri dan bayinya.

Berdasarkan hasil penelitian pengetahuan ibu nifas tentang tanda bahaya nifas pada kategori kurang terdapat 8 responden yang rata-rata responden tersebut hanya memahami beberapa indikator yang tercantum dalam kuesioner yaitu perdarahan pervaginam, lochea yang berbau busuk, pusing dan lemas yang berlebihan, nyer perut dan pelvis, suhu tubuh > 38°C, masalah laktasi dan demam,muntah,sakit saat berkemih, sedangkan untuk beberapa indikator yang lain seperti metritis, sub-involusio, trombhoplebitis, kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama dan merasa sedih atau tidak mampu mengasuh diri sendiri dan bayinya masih kurang dimengerti dan dipahami oleh responden.

Penelitian dengan judul pengetahuan ibu nifas tentang tanda-tanda bahaya nifas sebelumnya sudah pernah dilakukan oleh Andriyani pada tanggal 27 Juli sampai 8 Agustus 2009 di wilayah puskesmas Pesanggaran kecamatan pesanggaran kabupaten Banyuwangi dengan metode total sampling didapatkan hasil responden berpengetahuan baik 17 responden (50%), berpengetahuan cukup 12 responden (35,9%), dan berpengetahuan kurang 5 responden (14,71%). Ada faktor yang mempengaruhi dari hasil yang telah didapatkan yaitu rata- rata umur ibu nifas yang sudah cukup dewasa dan pendidikan didaerah tersebut sudah menyeluruh.

Dari penelitian ini didapatkan hasil terbanyak adalah ibu nifas dengan pengetahuan cukup, diharapkan pada ibu nifas untuk meningkatkan

(64)

massa, media cetak, maupun penyuluhan dari tenaga kesehatan agar apabila ibu nifas mengalami salah satu tanda bahaya nifas dapat segera mengunjungi ke tenaga kesehatan sehingga angka mordibilitas dan mortalitas pada masa nifas dapat berkurang.

D. Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini mempunyai banyak kekurangan, antara lain :

1. Kendala penelitian

Penulis membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memperoleh target minimal responden.

2. Kelemahan / keterbatasan a. Variabel penelitian

Variabel penelitian ini merupakan variabel tunggal sehingga hasil penelitian terbatas pada tingkat pengetahuan saja.

b. Kuesioner

Kuesioner yang digunakan kuesioner tertutup sehingga responden hanya bisa menjawab benar atau salah sehingga tidak dapat menguraikan jawaban selain jawaban yang tersedia dan jawaban mereka belum bisa mengukur pengetahuan secara mendalam.

Gambar

Tabel 2.1 Tinggi fundus uteri (TFU) dan berat uterus menurut  masa involusio
Gambar 2.3.  Kerangka Konsep Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas tentang Tanda Bahaya Masa Nifas  Baik  Cukup  Kurang Faktor yang mempengaruhi
Tabel 3.1 Kisi-kisi Kuesioner Tingkat Pengetahuan Tentang Tanda Bahaya Nifas
Tabel 3.2 Definisi Operasional

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Penelitian pada dua stasiun kerja utama yang bermasalah yaitu mesin chinfong dan ada yang menggunakan tiga tools yaitu Rapid Upper Limb Assessment (RULA), Nordic Body Map

faktor utama yang berpengaruh besar dalam menentukan tingkat bahaya erupsi di daerah penelitian adalah jarak dari kepundan, jarak dari alur sungai, kemiringan lereng, dan

Myasthenia gravis merupakan penyakit dengan kelemahan otot yang parah dan satu-satunya penyakit neuromuscular dengan gabungan antara cepatnya terjadi kelelahan otot-otot

ƒ Bila harga pertanggungan kurang dari value at risk maka aplikasi terhadap normal atau dasar tarif akan menghasilkan tertanggung membuat kontribusi yang lebih rendah kepada

Analisis korelasi kanonik pada penelitian ini dapat bermanfaat pada saat pemilihan departemen selepas TPB, sehingga perolehan nilai mata kuliah TPB yang diperoleh

Zaradi tega stanje v Republiki Sloveniji glede finančnih preiskav, še daleč ni zadovoljivo, zato bi bilo potrebno, da si poleg kriminalistov za področje gospodarske kriminalitete,

Karakter yang banyak hidup di berbagai media (multimedia) akan lebih populer dibandingkan dengan karakter yang “hidup” di satu media saja. Dalam hal ini karakter