• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kata kunci : Modal, Keuntungan usaha. 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kata kunci : Modal, Keuntungan usaha. 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS MODAL DAN KEUNTUNGAN USAHA PANGKALAN GAS LPG 3 KG (STUDI KASUS KECAMATAN TEBING TINGGI KABUPATEN EMPAT LAWANG)

ABSTRAK

Syahrizal. BMS, SE, M.Si

Dalam usaha gas LPG 3 kg di Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Empat Lawang juga diperlukan analisis usaha sehingga dapat diketahui denga pasti berapa modal dan keuntungan yang bakal di dapat dari usaha ini. Dari pengamatan penulis menunjukkan bahwa usaha gas LPG 3 kg di Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Empat Lawang relatif berkembang dengan baik, sehingga perlu adanya penelitian untuk mengetahui bagaimana modal dan keuntungan dari usaha ini.

Tujuan penelitian adalah menganalisis modal dan keuntungan usaha pangkalan gas LPG 3 kg (Studi Kasus Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Empat Lawang).

Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah dengan teknik sampling nonprobabilitas yaitu teknik pengambilan sample yang ditemukan atau ditentukan sendiri oleh peneliti atau menurut pertimbangan pakar. Dimana jenis teknisk yang digunakan adalah Purposive sampling atau judgmental sampling yaitu penarikan sampel secara purposif merupakan cara penarikan sample yang dilakukan memiih subjek berdasarkan kriteria spesifik yang dietapkan peneliti. Penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif.

Berdasarkan hasil penelitian terhadap modal dan keuntungan usaha gas LPG 3 Kg di atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1). Untuk masing-masing pangkalan menunjukkan bahwa jumlah modal sangat tergantung dari jumlah kuota yang didapat oleh pihak pangkalan, selain di pengaruhi juga oleh jumlah sekali antar ke pangkalan. Semakin tinggi jumlah kuota dan frekuensi tabung yang diantar tiap periodenya maka semakin tinggi juga jumlah modal yang dibutuhkan. Besarnya modal yang diperlukan berkisar antara Rp. 6.600.000 – Rp. 24.600.000 tiap pangkalan. 2). Selain itu semakin tinggi jumlah kuota dan frekuensi tabung diantar tiap harinya akan menyebabkan marjin harga yang diambil oleh pihak pangkalan semakin kecil, tetapi dengan perkalian perunit tabung yang semakin besar sehingga didapat keuntungan total yang relatif besar juga. Sedangkan semakin rendah jumlah kuota dan frekuensi tabung diantar tiap harinya akan menyebabkan marjin harga yang diambil oleh pihak pangkalan semakin tinggi. 3). kurun waktu 5 – 13 bulan modal yang diinvestasikan sudah dapat kembali. Kecepatan pengembalian ini sangat tergantung oleh jumlah kuota yang didapat oleh masing-masing pangkalan. Semakin tinggi jumah kuota yang didapat oleh pangkalan maka semakin cepat pula modal kembali begitu pula sebaliknya Semakin rendah jumah kuota yang didapat oleh pangkalan maka semakin lambat pula modal kembali pada pihak pangkalan.

Kata kunci : Modal, Keuntungan usaha

1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

(2)

Seiring dengan program pemerintah yang melakukan konversi dari minyak tanah ke gas elpiji, kebutuhan dan pasokan gas berukuran 3 kg pun semakin meningkat. Agen minyak tanah pun berganti menjadi agen gas.

Tidak semua agen atau sub agen merata ada di suatu wilayah. Ada pula daerah yang tidak memiliki sub agen gas elpiji sehingga harus membeli ke agen yang jaraknya cukup jauh. Adakah hal ini terjadi di wilayah tempat tinggal ? Jika iya, inilah salah satu peluang bisnis yang cukup menjanjikan.

Sub agen gas elpiji merupakan turunan dari agen yang merupakan penerima pasokan langsung dari depot gas Pertamina. Sub agen yang kemudian mendapat pasokan dari agen untuk dijual dan didistribusikan kepada pengecer atau warung-warung yang ada di sekitar lokasi sub agen. Usaha menjadi sub agen cukup menjanjikan karena sistem pendapatannya adalah bagi hasil dengan agen yang menyalurkan gas tersebut.

Dalam melaksanakan usaha ini maka perlu adanya analisis usaha. Analisis usaha penting untuk mengetahui kelayakan suatu usaha yang dilakukan apakah usaha yang dilakukan mendapatkan keuntungan yang layak atau tidak. Langkah pertama untuk menganalisa suatu usaha adalah menentukan biaya produksi yang terdiri dari biaya tetap (investasi) dan biaya variabel (operasional). Biaya produksi merupakan modal yang harus dikeluarkan untuk melakukan usaha. Biaya produksi dapat dibedakan antara biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap merupakan biaya yang penggunaanya tidak habis dalam satu musim produksi, sedangkan biaya variable merupakan biaya yang habis dalam satu musim produksi. Analisis finansial sangat dibutuhkan dalam usaha apapun untuk mengetahui tingkat efisiensi, serta tingkat keberhasilan usaha dan layak tidaknya usaha tersebut untuk dijalankan. Analisis ini juga harus dilaksanakan dalam menjalakan usaha gas LPG 3 kg, sehingga dapat diketahuai berapa modal yang dibutuhkan dan keuntungan yang akan di dapatkan. Selain itu juga dapat diketahui kapan keuntungan akan mulai didapat dari usaha ini dan berapa jumlah yang harus terjual untuk mendapatkan kentungan.

Dalam usaha gas LPG 3 kg di Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Empat Lawang juga diperlukan analisis usaha sehingga dapat diketahui denga pasti berapa modal dan keuntungan yang bakal di dapat dari usaha ini. Dari pengamatan penulis menunjukkan bahwa usaha gas LPG 3 kg di Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Empat Lawang relatif berkembang dengan baik, sehingga perlu adanya penelitian untuk mengetahui bagaimana modal dan keuntungan dari usaha ini.

(3)

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk mengambil judul penelitian “analisis modal dan keuntungan usaha pangkalan gas LPG 3 kg (Studi Kasus Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Empat Lawang)”

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah sebaga berikut : bagaimana modal dan keuntungan usaha pangkalan gas LPG 3 kg (Studi kasus Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Empat Lawang) ?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah menganalisis modal dan keuntungan usaha pangkalan gas LPG 3 kg (Studi Kasus Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Empat Lawang)

2. Tinjauan Pustaka 2.1. Modal Usaha

Dalam menjalankan aktivitasnya setiap perusahaan selalu membutuhkan sejumlah dana tertentu atau biasa disebut modal. Modal dalam suatu perusahaan mempunyai peranan yang sangat vital, karena dibutuhkan dalam pendirian maupun operasional perusahaan, karena itu berhasil atau tidaknya aktivitas suatu perusahaan salah satunya ditentukan oleh modal. Modal merupakan hak atau bagian yang dimiliki perusahaan. Modal yang dimiliki perusahaan berbeda-beda tergantung dari jenis usaha setiap perusahaan. Maka dari itu, dibutuhkan pengelolaan modal yang tepat, yaitu pengelolaan yang dapat menentukan seberapa besar alokasi dana untuk masing-masing modal sesuai dengan bidang usaha dari perusahaan tersebut.

Riyanto (2007) mengemukakan beberapa definisi modal: Pengertian modal yang klasik, dimana arti modal ialah sebagai “hasil produksi yang digunakan untuk memproduksi lebih lanjut”. Dalam perkembangannya kemudian ternyata pengertian modal mulai bersifat “non- physical oriented”, dimana antara lain pengertian modal ditekankan pada nilai, daya beli atau kekuasaan memakai atau menggunakan yang terkandung dalam barang-barang modal, meskipun dalam hal ini juga sebenarnya belum ada persesuaian pendapat diantara para ahli ekonomi sendiri.

(4)

Berdasarkan pendapat tersebut, modal memiliki pengertian yang berbeda- beda tergantung kepada sudut pandangnya masing-masing. Apabila dilihat dari sudut png ekonomi, modal ini lebih bertitik tolak kepada unsur kekayaan perusahaan. Sedangkan dari sudut png pengusaha, modal dapat diartikan sebagai surat berharga seperti modal saham, obligasi, hipotek, dan sebagainya. Namun dari berbagai pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan modal adalah kekayaan yang dimiliki perusahaan yang dipakai untuk proses produksi lebih lanjut.

Sama halnya dengan pengertian modal, modal kerja pun memiliki beragam pengertian yang berbeda. Riyanto (2007) menyatakan bahwa “pengertian modal kerja dimaksudkan sebagai jumlah keseluruhan aktiva lancar.” Pengertian tersebut sama dengan pengertian modal kerja yang dinyatakan oleh Susan Irawati (2006) bahwa “modal kerja merupakan investasi perusahaan dalam bentuk aktiva lancar atau current assets.” Kasmir (2008) mendeskripsikan modal kerja sebagai berikut: Modal kerja merupakan modal yang digunakan untuk melakukan kegiatan operasi perusahaan. Modal kerja diartikan sebagai investasi yang ditanamkan dalam aktiva lancar/ aktiva jangka pendek, seperti kas, bank, surat-surat berharga, piutang, sediaan, dan aktiva lancar lainnya.

Sementara itu Lawrence J Gitman (2006) menyatakan bahwa “current assets,commonly called working capital, represent the portion of investment that circulates from one form to another in the ordinary conduct of business”. Definisi lain dikemukakan Syamsuddin (2007) yakni “modal kerja berhubungan dengan current account (perkiraan aktiva lancar dan utang lancar) perusahaan”. Dari berbagai definisi modal kerja diatas, modal kerja sangat identik dengan aktiva lancar. Aktiva lancar atau current assets sendiri adalah kekayaan perusahaan yang secara fisik bentuknya berubah dalam suatu kegiatan proses produksi yang habis dalam satu kali pemakaian dan dapat dicairkan dalam bentuk uang tunai kembali dalam jangka pendek yaitu waktu kurang dari satu tahun

2.2. Keuntungan

Public dan masyarakat bisnis pada umumnya mendefinisikan laba dengan menggunakan konsep akuntansi. Disini laba merupakan sisa pendapatan penjualan setelah dikurangi biaya eksplisit dalam menjalanakan bisnis. Laba adaalah jumlah yang tersedia bagi modal atau posisi kepemilikan setelah pembayaran yang dipergunakan perusahaan. Definisi laba seringkali dirujuk sebagai laba akuntansi atau laba bisnis.

Para ekonom juga mendefinisikan laba sebagai sisa pendapatan setelah biaya menjalankan bisnis. Tetapi bagi para ekonom, masukan yang disediakan oleh pemilik

(5)

perusahaan termasuk usaha kewirausahaan dan modal merupakan sumber daya yang harus dibayar jika sumber daya tersebut ingin dipergunakan dalam bisnis tersebut dan bukan untuk usaha lainnya.jadi para ekonom memasukkan tingkat pengembalian atas modal yang normal dan biaya kesempatan untuk usaha pemilik wirausahawan tersebut sebagai hutang dan upah yang dibayar kepada tenaga kerja dipandang sebagai biaya dalam meghitung laba bisnis. Tingkat pengembalian atas modal yang normal adalah tingkat pengembalian minimum yang diperlukan untuk menarik dan mempertahankan investasi untuk satu penggunaan tertentu. Dengan cara yang sama, biaya kesempatan dari usaha pemilik ditetapkan berdasdarkan nilai yang dapat diterima dalam satu kegiatan alternative. Bagi seorang ekonom masukan-masukan nilai yang disediakan pemilik dan dipergunakan perusahaan. Konsep laba ini serigkali dirujuk sebagai laba ekonomi untuk membedakannya dengan konsep laba bisnis. Konsep laba bisnis dan ekonomi membantu mempertajam focus pada masalah mengapa laba ada dan apa pertanyaan dalam perekonomian pasar bebas. Konsep laba ekonomi mengenali pembayaran yang diperlukan untuk penggunaan masukan yang disediakan pemilik. Terdapat tiga tingkat pengembalia yang normal, atau laba, misalnya, yang dipergunakan untuk menarik para individu untuk menginvestasikan dana dala satu kegiatan dan bukan menginvestasikan ketempat lain, atau menggunaknnya untuk konsumsi saat ini. Laba normal ini semata-mata merupakan biaya modal, biaya ini tidak berbeda dengan biaya sumber daya lainnya, seperti tenaga kerja, bahan atau energy. Harga yang serupa terdapat untuk usaha kewirausahaan dari seorang manager-pemilik sebuah perusahaan dan untuk sumber daya lainnyayang dibawa oleh pemiliktersebut kedalam perusahaan. Biaya kesempatan untuk masukan yang disediakan pemilik ini menawarkan penjelasan utama untuk adanya laba bisnis.

Adapun dalam menghitung keuntungan usaha terutama usaha kecil menengah (id.wikihow.co.id) adalah sebagai berikut :

a. Diawali dengan harga untuk menentukan total pendapatan usaha. Untuk menemukan keuntungan usaha, mulailah dengan menambahkan seluruh uang yang akan digunakan untuk melakukan usaha dalam waktu tertentu (misalnya per bulan, tiga bulan, tahunan, bulanan, dan lainnya). Tambahkan jumlah penjualan barang atau jasa selama periode waktu itu. Hal ini dapat berasal dari beberapa sumber, termasuk produk yang terjual, jasa yang diberikan, pembayaran keanggotaan atau dalam hal lembaga pemerintahan, pajak, biaya, penjualan hak atas sumber daya, dan sebagainya. Sebagai catatan bahwa harus mengurangi jumlah tunai yang dikembalikan pada pelanggan atas retur barang yang dipesan untuk mendapatkan angka akurat total pendapatan

(6)

b. Hitung jumlah biaya usaha selama masa perhitungan. Biaya yang dikeluarkan dalam usaha dapat bermacam-macam, tergantung pada jenis operasi yang digunakan. Umumnya, jumlah biaya usaha melambangkan semua uang yang digunakan untuk melakukan usaha selama masa perhitungan yang sedang dianalisis. Lihat bagian di bawah ini untuk pembagian detail jenis-jenis biaya yang dapat terjadi saat menjalankan usaha.

c. Kurangi jumlah pengeluaran dari jumlah pendapatan. Dapat menghitung keuntungan dengan mudah jika menemukan nilai yang akurat untuk jumlah pendapatan dan pengeluran usaha. Sederhananya, kurangi pengeluaran dengan pendapatan untuk mendapatkan nilai keuntungan. Nilai yang didapatkan untuk keuntungan usaha menggambarkan jumlah uang yang didapat dalam periode waktu yang tentukan. Penggunaan uang ini merupakan kewenangan dari pemilik usaha. Dapat menggunakannya untuk diinvestasikan kembali ke dalam usaha, membayar pinjaman, dibagikan kepada pemegang saham, atau ditabung d. Untuk dicatat bahwa nilai negatif keuntungan disebut "kerugian bersih". Daripada menyebutnya sebagai usaha yang mengalami "keuntungan negatif", kita biasa menyebutnya "mengalami kerugian bersih" atau "kerugian operasional bersih (NOL)". Jika usaha mendapatkan hasil demikian, ini berarti tiba waktunya untuk berfokus, karena usaha menghabiskan lebih banyak uang daripada yang bisa didapatkan. Hampir di setiap usaha hal ini harus dihindari, walaupun di awal mula usaha berjalan terkadang sulit untuk dihindari. Contoh : NOL yaitu sebuah usaha harus membayar biaya operasi dengan melakukan peminjaman atau mendapatkan modal tambahan dari investor.

e. Lihat dengan seksama penghasilan dan biaya di laporan laba rugi usaha. Karena perhitungan aktual yang digunakan untuk menemukan keuntungan dalam usaha sangat mudah, bagian tersulit dalam menghitung keuntungan dalam periode tertentu adalah menemukan informasi mengenai pendapatan dan pengeluaran yang akurat. Untungnya, kebanyakan usaha diharuskan untuk membuka dokumen perhitungan yang disebut dengan laporan laba rugi, yang mencantumkan sumber pendapatan dan pengeluaran perusahaan secara detail. Laporan laba rugi biasanya berisi detail laporan sumber pendapatan dan pengeluaran perusahaan maupun nilai "jumlah" total keuntungan selama masa

(7)

perhitungan (dikatakan demikian karena nilai ini biasanya ditemukan di bagian bawah laporan laba rugi)

3. Metode Penelitian 3.1. Unit Penelitian

Unit penelitian adalah pangkalan yang menjadi sub agen penyalur gas LPG 3 Kg di Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Empat Lawang. Nama pangkalan diberikan inisial A-E untuk menjaga kerahasilan nara sumber pangkalan.

3.2. Metode Pengambilan Sampel

Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah dengan teknik sampling nonprobabilitas yaitu teknik pengambilan sample yang ditemukan atau ditentukan sendiri oleh peneliti atau menurut pertimbangan pakar. Dimana jenis teknisk yang digunakan adalah Purposive sampling atau judgmental sampling yaitu penarikan sampel secara purposif merupakan cara penarikan sample yang dilakukan memiih subjek berdasarkan kriteria spesifik yang dietapkan peneliti

3.3. Data yang Digunakan

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data Primer (primary data). Data primer adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh perorangan/suatu organisasi secara langsung dari objek yang diteliti dan untuk kepentingan studi yang bersangkutan yang dapat berupa interview, observasi. Dalam penelitian ini peneliti melakukan pengumpulan data langsung ke responden penelitian yaitu pangkalan atau sub agen penyalur gas LPG 3 Kg.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Metode Pengumpulan Data merupakan teknik atau cara yang dilakukan untuk mengumpulkan data. Metode menunjuk suatu cara sehingga dapat diperlihatkan penggunaannya melalui angket, wawancara, pengamatan, tes, dkoumentasi dan sebagainya.

Sedangkan Instrumen Pengumpul Data merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data. Karena berupa alat, maka instrumen dapat berupa lembar cek list, kuesioner (angket terbuka / tertutup), pedoman wawancara, camera photo dan lainnya.

Adapun tiga teknik pengumpulan data yang biasa digunakan adalah angket, observasi dan wawancara.

(8)

1. Angket. Angket / kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan kepada orang lain yang dijadikan responden untuk dijawabnya. Meskipun terlihat mudah, teknik pengumpulan data melalui angket cukup sulit dilakukan jika respondennya cukup besar dan tersebar di berbagai wilayah (Sugiyono, 2007)

2. Observasi. Obrservasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang tidak hanya mengukur sikap dari responden (wawancara dan angket) namun juga dapat digunakan untuk merekam berbagai fenomena yang terjadi (situasi, kondisi). Teknik ini digunakan bila penelitian ditujukan untuk mempelajari perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan dilakukan pada responden yang tidak terlalu besar (Sugiyono, 2007)

3. Wawancara. Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka dan tanya jawab langsung antara pengumpul data maupun peneliti terhadap nara sumber atau sumber data. Wawancara pada penelitian sampel besar biasanya hanya dilakukan sebagai studi pendahuluan karena tidak mungkin menggunakan wawancara pada 1000 responden, sedangkan pada sampel kecil teknik wawancara dapat diterapkan sebagai teknik pengumpul data (Sugiyono, 2007)

3.5. Metode Analisis

Dalam penelitian ini digunakan metode analisis kualitatif. Penelitian Kualitatif adalah jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistic (Strauss dan Corbin 2003). Dengan tujuan untuk mendapatkan makna dan pemahaman, penjelasan mengenai hubungan gejala, tapi lebih dari itu menjelaskan alasan-alasan adanya hubungannya (Purwanto,2007).

3.6. Operasional Variabel

Dalam penelitian ini digunakan variabel modal dan keuntungan. Modal adalah sesuatu yang digunakan untuk mendirikan atau menjalankan suatu usaha. Modal ini bisa berupa uang dan tenaga (keahlian). Modal uang biasa digunakan untuk membiayai berbagai keperluan usaha, seperti biaya prainvestasi, pengurusan izin, biaya investasi untuk membeli aset, hingga modal kerja. Sedangkan modal keahlian adalah kepiawaian seseorang dalam menjalankan suatu usaha. Dalam penelitian ini modal adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli tabung gas, perizinan, rehap tempat. Keuntungan adalah selisih antara harga penjualan dengan biaya produksi.

(9)

4. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian dengan mewawancarai 5 sub agen atau pangkalan menunjukkan bahwa setiap pangkalan mendapatkan kuota yang berbeda-beda dari agen. Dari hasil tersebut pangkalan-pangkalan tersebut mendapatkan kuato sebagai berikut :

a. Pangkalan A mendapatkan kuota 50 tabung/hari b. Pangkalan B mendapatkan kuota 100 tabung/hari c. Pangkalan C mendapatkan kuaota 300 tabung/bulan d. Pangkalan D mendapatkan kuato 40 tabung/minggu e. Pangkalan E mendapatkan kuato 150 tabung/minggu

Jika dilihat dari kondisi ini maka masing-masing pangkalan akan mempunyai modal yang berbeda antara satu pangkalan dengan pangkalan lainnya. Sebab modal sebuah pangkalan salah satunya tergantung dari jumlah tabung yang dia punyai. Untuk pangkalan A dan B mereka menyiapkan tabung yang jumlahnya lebig banyak dari jumlah tabung yang dijatah setiap harinya oleh agen. Mereka setidaknya mempunyai tabung 1,5 – 2 kali jumlah tabung yang diantar oleh pihak agen setiap harinya. Sedangkan untuk agen C, D dan E memiliki tabung yang jumlahnya sama dengan jumlah yang dijatah oleh agen setiap pengantaran.

Berikut ini adalah modal dan keuntungan yang didapat oleh masing-masing sub agen dan pangkalan :

a. Pangkalan A mendapatkan kuota 50 tabung/hari.

Modal yang harus dikeluargan oleh pangkalan A adalah sebagai berikut:  Tabung 75 unit x Rp. 150.000,- = Rp. 11.250.000,-  Tabung pemadan kebakaran 1 unit = Rp. 350.000,-  Izin Usaha = Rp. 250.000,-  Perbaikan ruang penyimpanan = Rp. 1.500.000,- Total modal yang dibutuhkan adalah = Rp. 13.350.000,-

Pihak agen akan menjual isi tabung ke pangkalan seharga Rp. 13.800,-/tabung. Sedangkan pihak pangkalan menjual ke pihak konsumen seharga Rp. 15.000 – Rp. 16.000,-/tabung.

Pihak agen akan mengantarkan tabung ini ke pangkalan setiap hari kecuali hari minggu. Dengan asumsi bahwa 1 bulan adalah 30 hari dan hari minggu sebanyak 4 hari maka dalam 1 bulan pihak pangkalan akan menerima pasokan selama 26 hari.

(10)

Sehingga jumlah tabung yang didapat oleh pangkalan dari agen sebanyak 50 tabung x 26 hari = 1.300 tabung. Adapun perhitungan pendapatan kotor adalah sebagai berikut :

 Jika harga jual ke konsumen Rp. 15.000/tabung maka keuntungan kotor yang di dapat adalah (Rp. 15.000 – Rp. 13.800,-) x 1.300 = Rp. 1.560.000. Dari perhitungan tersebut dalam tempo 9 bulan modal yang dikeluarkan sudah kembali. Dimana dalam bulan ke-9 pendapatn kotor yang didapat sudah mencapai Rp. 14.040.000,- sehingga pada bulan ke 10 sudah menikmati keuntunggannya.

 Jika harga jual ke konsumen Rp. 16.000/tabung maka keuntungan kotor yang di dapat adalah (Rp. 16.000 – Rp. 13.800,-) x 1.300 = Rp. 2.860.000. Dari perhitungan tersebut dalam tempo 9 bulan modal yang dikeluarkan sudah kembali. Dimana dalam bulan ke-5 pendapatan kotor yang didapat sudah mencapai Rp. 14.300.000,- sehingga pada bulan ke 6 sudah menikmati keuntunggannya

b. Pangkalan B mendapatkan kuota 100 tabung/hari

Modal yang harus dikeluargan oleh pangkalan B adalah sebagai berikut:  Tabung 150 unit x Rp. 150.000,- = Rp. 22.500.000,-  Tabung pemadan kebakaran 1 unit = Rp. 350.000,-  Izin Usaha = Rp. 250.000,-  Perbaikan ruang penyimpanan = Rp. 1.500.000,- Total modal yang dibutuhkan adalah = Rp. 24.600.000,-

Pihak agen akan menjual isi tabung ke pangkalan seharga Rp. 13.800,-/tabung. Sedangkan pihak pangkalan menjual ke pihak konsumen seharga Rp. 15.000 – Rp. 16.000,-/tabung.

Pihak agen akan mengantarkan tabung ini ke pangkalan setiap hari kecuali hari minggu. Dengan asumsi bahwa 1 bulan adalah 30 hari dan hari minggu sebanyak 4 hari maka dalam 1 bulan pihak pangkalan akan menerima pasokan selama 26 hari. Sehingga jumlah tabung yang didapat oleh pangkalan dari agen sebanyak 100 tabung x 26 hari = 2.600 tabung. Adapun perhitungan pendapatan kotor adalah sebagai berikut :

(11)

 Jika harga jual ke konsumen Rp. 15.000/tabung maka keuntungan kotor yang di dapat adalah (Rp. 15.000 – Rp. 13.800,-) x 2.600 = Rp. 3.120.000. Dari perhitungan tersebut dalam tempo 8 bulan modal yang dikeluarkan sudah kembali. Dimana dalam bulan ke-8 pendapatn kotor yang didapat sudah mencapai Rp. 24.960.000,- sehingga pada bulan ke 9 sudah menikmati keuntunggannya.

Jika harga jual ke konsumen Rp. 16.000/tabung maka keuntungan kotor yang di dapat adalah (Rp. 16.000 – Rp. 13.800,-) x 2.600 = Rp. 5.720.000. Dari perhitungan tersebut dalam tempo 5 bulan modal yang dikeluarkan sudah kembali. Dimana dalam bulan ke-5 pendapatn kotor yang didapat sudah mencapai Rp. 28.600.000,- sehingga pada bulan ke 6 sudah menikmati keuntunggannya

c. Pangkalan C mendapatkan kuaota 300 tabung/bulan

Pangkalan C merupakan pangkalan yang mendapatkan kuota 300 tabung sebulan dimana jumlah tabung yang diantar ke pangkalan ini dari agen setiap kali antar sebanyak 50 tabung yang diantar sebanyak 6 kali selama sebulan. Sehingga jumlah tabung yang harus disediakan oleh pangkalan ini sebanyak 50 tabung.

Modal yang harus dikeluargan oleh pangkalan C adalah sebagai berikut:  Tabung 50 unit x Rp. 150.000,- = Rp. 7.500.000,-  Tabung pemadan kebakaran 1 unit = Rp. 350.000,-  Izin Usaha = Rp. 250.000,-

 Perbaikan ruang penyimpanan, menurut pemilik ia tidak mengeluarkan biaya untuk memperbaiki ruang penyimpaan sebab sudah mempunyai ruang kosong yang dapat digunakan.

Total modal yang dibutuhkan adalah = Rp. 8.100.000,-

Pihak agen akan menjual isi tabung ke pangkalan seharga Rp. 13.800,-/tabung. Sedangkan pihak pangkalan menjual ke pihak konsumen seharga Rp. 16.000 – Rp. 17.000,-/tabung.

Pihak agen akan mengantarkan tabung ini ke pangkalan tidak setiap hari tetapi sebanyak 6 kali dalam sebulan dengan jumlah tabung sebanyak 50 tabung 1 kali antar. Sehingga jumlah dalam sebulan yang diantar sebanyak 300 tabung. Adapun perhitungan pendapatan kotor adalah sebagai berikut :

(12)

 Jika harga jual ke konsumen Rp. 16.000/tabung maka keuntungan kotor yang di dapat adalah (Rp. 16.000 – Rp. 13.800,-) x 300 = Rp. 660.000. Dari perhitungan tersebut dalam tempo 13 bulan modal yang dikeluarkan sudah kembali. Dimana dalam bulan ke-13 pendapatan kotor yang didapat sudah mencapai Rp. 8.580.000,-.

 Jika harga jual ke konsumen Rp. 17.000/tabung maka keuntungan kotor yang di dapat adalah (Rp. 17.000 – Rp. 13.800,-) x 300 = Rp. 960.000. Dari perhitungan tersebut dalam tempo 9 bulan modal yang dikeluarkan sudah kembali. Dimana dalam bulan ke-9 pendapatan kotor yang didapat sudah mencapai Rp. 8.640.000,-.

Pada tingkat kuota 300 tabung/bulan menunjukkan bahwa pangkalan mengambil marjin keuntungan yang relatif tinggi dari pada pangkalan yang mendapatkan jatah 50 – 100 tabung perharinya. Besarnya marjin keuntungan yang diambil lebih tinggi Rp. 1000 – Rp. 2000 dari pada pangkalan yang mendapatkan jatah 50 – 100 tabung perharinya. Dengan cara ini pemilik pangkalan berharap dapat lebih cepat mengembalikan modal investasi yang ditanamnya.

d. Pangkalan D mendapatkan kuato 40 tabung/minggu

Pangkalan D merupakan pangkalan yang mendapatkan kuota 40 tabung seminggunya. Sehingga jumlah tabung yang harus disediakan oleh pangkalan ini sebanyak 40 tabung.

Modal yang harus dikeluargan oleh pangkalan D adalah sebagai berikut:  Tabung 40 unit x Rp. 150.000,- = Rp. 6.000.000,-  Tabung pemadan kebakaran 1 unit = Rp. 350.000,-  Izin Usaha = Rp. 250.000,-

 Perbaikan ruang penyimpanan, menurut pemilik ia tidak mengeluarkan biaya untuk memperbaiki ruang penyimpaan sebab sudah mempunyai ruang kosong yang dapat digunakan.

Total modal yang dibutuhkan adalah = Rp. 6.600.000,-

Pihak agen akan menjual isi tabung ke pangkalan seharga Rp. 13.800,-/tabung. Sedangkan pihak pangkalan menjual ke pihak konsumen seharga Rp. 17.000 – Rp. 18.000,-/tabung.

Pihak agen akan mengantarkan tabung ini ke pangkalan tidak setiap hari tetapi sebanyak 1 kali dalam seminggu dengan jumlah tabung sebanyak 40 tabung 1 kali

(13)

antar. Sehingga jumlah dalam sebulan yang diantar sebanyak 160 tabung. Adapun perhitungan pendapatan kotor adalah sebagai berikut :

 Jika harga jual ke konsumen Rp. 17.000/tabung maka keuntungan kotor yang di dapat adalah (Rp. 17.000 – Rp. 13.800,-) x 160 = Rp. 512.000. Dari perhitungan tersebut dalam tempo 13 bulan modal yang dikeluarkan sudah kembali. Dimana dalam bulan ke-13 pendapatan kotor yang didapat sudah mencapai Rp. 6.656.000,-.

 Jika harga jual ke konsumen Rp. 18.000/tabung maka keuntungan kotor yang di dapat adalah (Rp. 18.000 – Rp. 13.800,-) x 300 = Rp. 672.000. Dari perhitungan tersebut dalam tempo 10 bulan modal yang dikeluarkan sudah kembali. Dimana dalam bulan ke-10 pendapatan kotor yang didapat sudah mencapai Rp. 6.720.000,-.

Pada tingkat kuota 300 tabung/bulan menunjukkan bahwa pangkalan mengambil marjin keuntungan yang relatif tinggi dari pada pangkalan yang mendapatkan jatah 50 – 100 tabung perharinya. Besarnya marjin keuntungan yang diambil lebih tinggi Rp. 1000 – Rp. 2000 dari pada pangkalan yang mendapatkan jatah 50 – 100 tabung perharinya. Dengan cara ini pemilik pangkalan berharap dapat lebih cepat mengembalikan modal investasi yang ditanamnya.

e. Pangkalan E mendapatkan kuato 150 tabung/minggu

Pangkalan E merupakan pangkalan yang mendapatkan kuota 150 tabung per minggu dimana jumlah tabung yang diantar ke pangkalan ini dari agen setiap kali antar sebanyak 50 tabung yang diantar sebanyak 3 kali selama seminggu. Sehingga jumlah tabung yang harus disediakan oleh pangkalan ini sebanyak 50 tabung. Modal yang harus dikeluargan oleh pangkalan C adalah sebagai berikut:

 Tabung 50 unit x Rp. 150.000,- = Rp. 7.500.000,-  Tabung pemadan kebakaran 1 unit = Rp. 350.000,-  Izin Usaha = Rp. 250.000,-

 Perbaikan ruang penyimpanan, menurut pemilik ia tidak mengeluarkan biaya untuk memperbaiki ruang penyimpaan sebab sudah mempunyai ruang kosong yang dapat digunakan.

(14)

Pihak agen akan menjual isi tabung ke pangkalan seharga Rp. 13.800,-/tabung. Sedangkan pihak pangkalan menjual ke pihak konsumen seharga Rp. 16.000 – Rp. 17.000,-/tabung.

Pihak agen akan mengantarkan tabung ini ke pangkalan tidak setiap hari tetapi sebanyak 3 kali dalam seminggu dengan jumlah tabung sebanyak 50 tabung 1 kali antar. Sehingga jumlah dalam sebulan yang diantar sebanyak 600 tabung. Adapun perhitungan pendapatan kotor adalah sebagai berikut :

 Jika harga jual ke konsumen Rp. 16.000/tabung maka keuntungan kotor yang di dapat adalah (Rp. 16.000 – Rp. 13.800,-) x 600 = Rp.1.320.000. Dari perhitungan tersebut dalam tempo 7 bulan modal yang dikeluarkan sudah kembali. Dimana dalam bulan ke-13 pendapatan kotor yang didapat sudah mencapai Rp. 9.240.000,-.

 Jika harga jual ke konsumen Rp. 17.000/tabung maka keuntungan kotor yang di dapat adalah (Rp. 17.000 – Rp. 13.800,-) x 600 = Rp. 1.920.000. Dari perhitungan tersebut dalam tempo 5 bulan modal yang dikeluarkan sudah kembali. Dimana dalam bulan ke-5 pendapatan kotor yang didapat sudah mencapai Rp. 9.600.000,-

Pada tingkat kuota 300 tabung/bulan menunjukkan bahwa pangkalan mengambil marjin keuntungan yang relatif tinggi dari pada pangkalan yang mendapatkan jatah 50 – 100 tabung perharinya. Besarnya marjin keuntungan yang diambil lebih tinggi Rp. 1000 – Rp. 2000 dari pada pangkalan yang mendapatkan jatah 50 – 100 tabung perharinya. Dengan cara ini pemilik pangkalan berharap dapat lebih cepat mengembalikan modal investasi yang ditanamnya.

Dari hasil perhitungan modal di atas untuk masing-masing pangkalan menunjukkan bahwa jumlah modal sangat tergantung dari jumlah kuota yang didapat oleh pihak pangkalan, selain di pengaruhi juga oleh jumlah sekali antar ke pangkalan. Semakin tinggi jumlah kuota dan frekuensi tabung yang diantar tiap periodenya maka semakin tinggi juga jumlah modal yang dibutuhkan. Selain itu semakin tinggi jumlah kuota dan frekuensi tabung diantar tiap harinya akan menyebabkan marjin harga yang diambil oleh pihak pangkalan semakin kecil, tetapi dengan perkalian perunit tabung yang semakin besar sehingga didapat keuntungan total yang relatif besar juga. Sedangkan semakin rendah jumlah kuota dan frekuensi tabung diantar tiap harinya akan menyebabkan marjin harga yang diambil oleh pihak pangkalan semakin

(15)

tinggi. Dengan cara ini maka diharapkan bahwa total kentungan yang didapat juga semakin tinggi juga.

Dari hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa dalam kurun waktu 5 – 13 bulan modal yang diinvestasikan sudah dapat kembali. Kecepatan pengembalian ini sangat tergantung oleh jumlah kuota yang didapat oleh masing-masing pangkalan. Semakin tinggi jumah kuota yang didapat oleh pangkalan maka semakin cepat pula modal kembali begitu pula sebaliknya Semakin rendah jumah kuota yang didapat oleh pangkalan maka semakin lambat pula modal kembali pada pihak pangkalan.

Dalam wawancara ini jumlah pemberian kuota ini akan sangat terhantung dari kebijaksanaan dari pihak agen dalam hal ini yang mewakili pihak Pertamina. Secara aturan setiap agen dapat mendapatkan kuota hingga 200 tabung perhari. Tetapi dalam kenyataannya jarang sekali agen yang mendapatkan jatah kuota sebanyak itu. Hal ini terjadi untuk menghindari timpangnya distribusi terhadap gas LPG 3 Kg ini. Sehingga pihak agen akan memperbanyak jumlah pangkalan sehingga distrubusi dari gas LPG 3 Kg dapat terdistribusi dengan baik. Dari penelitian tersebut dalam pelaksanaan usaha gas LPG 3 Kg pihak pangkalan atau calon pemilik pangkalan perlu mengetahui berapa jumlah kuota yang akan diberikan oleh pihak agen ke pangkalan sebab julah kuota ini akan sangat berpengaruh terhadap modal ang akan dikeluarkan untuk investasi. Semakin besar jumlah kuotan maka akan semakin besar juga jumlah investasi kodal yang dikeluarkan.

Selain itu dalam mengambil marjin keuntungan sebaiknya pihak pangkalan memperhatikan aturan-aturan harga yang telah ditentukan oleh pihak pertamina sehingga tidak merugikan masyarakat sebagai konsumen, jangan terlalu tinggi mengambil keuntungan. Tetapi pihak pangkalan juga harus memperhatikan faktor-faktor biaya ang dikeluarkan olehnya agar tidak tejadi kerugian dalam melaksanakan usaha ini.

Pihak Pertamina hendaknya juga dapat memberikan kesempatan bagi terciptanya pangkalan-pangkalan baru sehingga distribusi gas LPG 3 Kg di masyarakat semakin merata dan tidak terjadi kelangkaan-kelangkaan yang menyebabka terjadinya kenaikan harga yang cukup tinggi dan susahnya masyarakat dalam memperolehnya.

5. Kesimpulan dan Saran 5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian terhadap modal dan keuntungan usaha gas LPG 3 Kg di atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

(16)

1. Untuk masing-masing pangkalan menunjukkan bahwa jumlah modal sangat tergantung dari jumlah kuota yang didapat oleh pihak pangkalan, selain di pengaruhi juga oleh jumlah sekali antar ke pangkalan. Semakin tinggi jumlah kuota dan frekuensi tabung yang diantar tiap periodenya maka semakin tinggi juga jumlah modal yang dibutuhkan. Besarnya modal yang diperlukan berkisar antara Rp. 6.600.000 – Rp. 24.600.000 tiap pangkalan.

2. Selain itu semakin tinggi jumlah kuota dan frekuensi tabung diantar tiap harinya akan menyebabkan marjin harga yang diambil oleh pihak pangkalan semakin kecil, tetapi dengan perkalian perunit tabung yang semakin besar sehingga didapat keuntungan total yang relatif besar juga. Sedangkan semakin rendah jumlah kuota dan frekuensi tabung diantar tiap harinya akan menyebabkan marjin harga yang diambil oleh pihak pangkalan semakin tinggi.

3. kurun waktu 5 – 13 bulan modal yang diinvestasikan sudah dapat kembali. Kecepatan pengembalian ini sangat tergantung oleh jumlah kuota yang didapat oleh masing-masing pangkalan. Semakin tinggi jumah kuota yang didapat oleh pangkalan maka semakin cepat pula modal kembali begitu pula sebaliknya Semakin rendah jumah kuota yang didapat oleh pangkalan maka semakin lambat pula modal kembali pada pihak pangkalan.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian maka penulis dapat menyarankan sebagai berikut :

1. Dalam mengambil marjin keuntungan sebaiknya pihak pangkalan memperhatikan aturan-aturan harga yang telah ditentukan oleh pihak pertamina sehingga tidak merugikan masyarakat sebagai konsumen, jangan terlalu tinggi mengambil keuntungan. Tetapi pihak pangkalan juga harus memperhatikan faktor-faktor biaya ang dikeluarkan olehnya agar tidak tejadi kerugian dalam melaksanakan usaha ini. 2. Pihak Pertamina hendaknya juga dapat memberikan kesempatan bagi terciptanya

pangkalan-pangkalan baru sehingga distribusi gas LPG 3 Kg di masyarakat semakin merata dan tidak terjadi kelangkaan-kelangkaan yang menyebabka terjadinya kenaikan harga yang cukup tinggi dan susahnya masyarakat dalam memperolehnya

Referensi

Dokumen terkait

Ketika orang-orang dari budaya yang berbeda mencoba untuk berkomunikasi, upaya terbaik mereka dapat digagalkan oleh kesalahpahaman dan konflik bahkan

Dengan cara yang sama untuk menghitung luas Δ ABC bila panjang dua sisi dan besar salah satu sudut yang diapit kedua sisi tersebut diketahui akan diperoleh rumus-rumus

Dari teori-teori diatas dapat disimpulkan visi adalah suatu pandangan jauh tentang perusahaan, tujuan-tujuan perusahaan dan apa yang harus dilakukan untuk

 Inflasi Kota Bengkulu bulan Juni 2017 terjadi pada semua kelompok pengeluaran, di mana kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan mengalami Inflasi

Penataan promosi statis ialah suatu kegiatan untuk mempertunjukkan, memamerkan atau memperlihatkan hasil praktek atau produk lainnya berupa merchandise kepada masyarakat

Pendapat tersebut juga sesuai dengan pendapat Sudjana (2008, p.56) bahwa evaluasi produk mengukur dan menginterpretasi penca- paian program selama pelaksanaan program

5) Melihat animo masyarakat Kota Suwon yang begitu tinggi terhadap Kesenian Tradisional yang ditampilkan Tim Kesenian Kota Bandung, diharapkan Kota Bandung dapat

3 Scatter plot hasil clustering algoritme PAM untuk k=17 7 4 Scatter plot hasil clustering algoritme CLARA untuk k=19 9 5 Plot data titik panas tahun 2001 sampai dengan