• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH SISTEM ELIMINASI URINE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MAKALAH SISTEM ELIMINASI URINE"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH SISTEM ELIMINASI URINE

DISUSUN OLEH Kelompok Tutorial 6

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN (STIKKU) TAHUN AJARAN 2015-2016

(2)

Makalah Sistem Eliminasi Urine 2 KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis ini tepat pada waktunya. Banyak rintangan dan hambatan yang kami hadapi dalam menyusun makalah ini, namun berkat bantuan dan dukungan serta bimbingan, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “SISTEM ELIMINASI URINE”.

Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat membantu dalam proses pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan pembaca. Kami selaku penulis mohon maaf kepada semua pihak apabila ada kesalahan dan kekurangan dalam penulisan makalah ini.

Kuningan, 31 Desember 2015

(3)

Makalah Sistem Eliminasi Urine 3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ... 2 DAFTAR ISI ... 3 BAB I PENDAHULUAN ... 4 1.1 Latar Belakang ... 4 1.2 Rumusan Masalah ... 4 1.3 Tujuan Penulisan ... 4 1.4 Metode Penulisan ... 4

BAB II TINJAUAN TEORI ... 5

2.1 Anatomi Fisiologi Terkait Kebutuhan Eliminasi ... 5

2.2 Mekanisme Eliminasi ... 8

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Eliminasi ... 8

2.4 Tanda dan Gejala Gangguan Kebutuhan Eliminasi ... 10

2.5 Urin (Air Kemih) ... 13

2.6 Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Eliminasi ... 14

BAB III KASUS DAN PEMBAHASAN ... 17

3.1 Kasus... 17

3.2 Pembahasan Kasus Menggunakan 7 Jump ... 17

BAB IV PENUTUP ... 21

4.1 Kesimpulan ... 21

4.2 Saran ... 21

(4)

Makalah Sistem Eliminasi Urine 4 BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Eliminasi urin merupakan salah dari proses metabolik tubuh. Zat yang tidak dibutuhkan, dikeluarkan melalui paru-paru, kulit, ginjal dan pencernaan. Paru-paru secara primer mengeluarkan karbondioksida, sebuah bentuk gas yang dibentuk selama metabolisme pada jaringan. Hampir semua karbondioksida dibawa keparu-paru oleh sistem vena dan diekskresikan melalui pernapasan. Kulit mengeluarkan air dan natrium / keringat. Ginjal merupakan bagian tubuh primer yang utama untuk mengekskresikan kelebihan cairan tubuh, elektrolit, ion-ion hidrogen, dan asam.

Proses ini terjadi dari dua langkah utama yaitu: kandung kemih secara progresif terisi sampai tegangan di dindingnya meningkat diatas nilai ambang, yang kemudian mencetuskan langkah kedua yaitu timbul refleks saraf yang disebut refleks miksi (refleks berkemih) yang berusaha mengosongkan kandung kemih atau jika ini gagal, setidak-tidaknya menimbulkan kesadaran akan keinginan untuk berkemih. Meskipun refleks miksi adalah refleks autonomik medula spinalis, refleks ini bisa juga dihambat atau ditimbulkan oleh pusat korteks serebri atau batang otak.

Eliminasi urin secara normal bergantung pada satu pemasukan cairan dan sirkulasi volume darah, jika salah satunya menurun, pengeluaran urin akan menurun. Pengeluaran urin juga berubah pada seseorang dengan penyakit ginjal, yang mempengaruhi kuantitas, urin dan kandungan produk sampah didalam urin.

1.2 Rumusan Masalah

3.1 Bagaimana anatomi fisiologi terkait kebutuhan eliminasi? 3.2 Bagaimana mekanisme eliminasi?

3.3 Apa saja gangguan-gangguan kebutuhan eliminasi? 3.4 Apa saja tanda dan gejala gangguan kebutuhan eliminasi? 3.5 Apa saja pengkajian terhadap gangguan kebutuhan eliminasi? 3.6 Bagaimana tindakan untuk pemenuhan kebutuhan eliminasi pasien? 3.7 Bagaimana evaluasi keperawatan terhadap gangguan kebutuhan eliminasi? 1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui masalah dan faktor apa saja yang mempengaruhi proses eliminasi seseorang terutama pada pasien

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui anatomi fisiologi terkait kebutuhan eliminasi. 2. Untuk mengetahui mekanisme eliminasi.

3. Untuk mengetahui gangguan-gangguan kebutuhan eliminasi. 4. Untuk mengetahui tanda dan gejala gangguan kebutuhan eliminasi. 5. Untuk mengetahui pengkajian terhadap gangguan kebutuhan eliminasi. 6. Untuk mengetahui tindakan untuk pemenuhan kebutuhan eliminasi pasien. 7. Untuk mengetahui evaluasi keperawatan terhadap gangguan kebutuhan eliminasi. 1.4 Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode pustaka. Metode pustaka adalah metode yang dilakukan dengan cara mempelajari dan mengumpulkan data dari pustaka yang berhubungan dengan buku maupun situs internet.

(5)

Makalah Sistem Eliminasi Urine 5 BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Anatomi Fisiologi Sistem Perkemihan 2.1.1 Pengertian Sistem Perkemihan

Sistem perkemihan atau sistem urinaria, adalah suatu sistem dimana terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih di pergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).

2.1.2 Susunan Sistem Perkemihan

A. Ginjal

Kedudukan ginjal terletak dibagian belakang dari kavum abdominalis di belakang peritonium pada kedua sisi vertebra lumbalis III, dan melekat langsung pada dinding abdomen.Bentuknya seperti biji buah kacang merah (kara/ercis), jumlahnaya ada 2 buah kiri dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari pada ginjal kanan. Pada orang dewasa berat ginjal ± 200 gram. Dan pada umumnya ginjal laki – laki lebih panjang dari pada ginjal wanita.

a. Bagian – Bagian Ginjal 1. Kulit Ginjal (Korteks)

Pada kulit ginjal terdapat bagian yang bertugas melaksanakan penyaringan darah yang disebut nefron. Pada tempat penyaringan darah ini banyak mengandung kapiler – kapiler darah yang tersusun bergumpal – gumpal disebut glomerolus. Tiap glomerolus dikelilingi oleh simpai bownman, dan gabungan antara glomerolus dengan simpai bownman disebut badan malphigi.

Penyaringan darah terjadi pada badan malphigi, yaitu diantara glomerolus dan simpai bownman. Zat – zat yang terlarut dalam darah akan masuk kedalam simpai bownman. Dari sini maka zat – zat tersebut akan menuju ke pembuluh yang merupakan lanjutan dari simpai bownman yang terdapat di dalam sumsum ginjal.

2. Sumsum Ginjal (Medula)

Sumsum ginjal terdiri beberapa badan berbentuk kerucut yang disebut piramid renal. Dengan dasarnya menghadap korteks dan puncaknya disebut apeks atau papila renis, mengarah ke bagian dalam ginjal. Satu piramid dengan jaringan korteks di dalamnya disebut lobus ginjal. Piramid antara 8 hingga 18 buah tampak bergaris – garis karena terdiri atas berkas saluran paralel (tubuli dan duktus koligentes). Diantara pyramid terdapat jaringan korteks yang disebut dengan kolumna renal. Pada bagian ini berkumpul ribuan pembuluh halus yang merupakan lanjutan dari simpai bownman. Di dalam pembuluh halus ini terangkut urine yang merupakan hasil penyaringan darah dalam badan malphigi, setelah mengalami berbagai proses.

3. Rongga Ginjal (Pelvis Renalis)

Pelvis Renalis adalah ujung ureter yang berpangkal di ginjal, berbentuk corong lebar. Sabelum berbatasan dengan jaringan ginjal, pelvis renalis

(6)

Makalah Sistem Eliminasi Urine 6 bercabang dua atau tiga disebut kaliks mayor, yang masing – masing bercabang membentuk beberapa kaliks minor yang langsung menutupi papila renis dari piramid. Kliks minor ini menampung urine yang terus kleuar dari papila. Dari Kaliks minor, urine masuk ke kaliks mayor, ke pelvis renis ke ureter, hingga di tampung dalam kandung kemih (vesikula urinaria). b. Fungsi Ginjal:

1. Mengekskresikan zat – zat sisa metabolisme yang mengandung nitrogennitrogen, misalnya amonia.

2. Mengekskresikan zat – zat yang jumlahnya berlebihan (misalnya gula dan vitamin) dan berbahaya (misalnya obat – obatan, bakteri dan zat warna). 3. Mengatur keseimbangan air dan garam dengan cara osmoregulasi. 4. Mengatur tekanan darah dalam arteri dengan mengeluarkan kelebihan

asam atau basa.

c. Peredaran Darah dan Persyarafan Ginjal 1. Peredaran Darah

Ginjal mendapat darah dari aorta abdominalis yang mempunyai percabangan arteria renalis, yang berpasangan kiri dan kanan dan bercabang menjadi arteria interlobaris kemudian menjadi arteri akuata, arteria interlobularis yang berada di tepi ginjal bercabang menjadi kapiler membentuk gumpalan yang disebut dengan glomerolus dan dikelilingi leh alat yang disebut dengan simpai bowman, didalamnya terjadi penyadangan pertama dan kapilerdarah yang meninggalkan simpai bowman kemudian menjadi vena renalis masuk ke vena kava inferior.

2. Persyarafan Ginjal

Ginjal mendapat persyarafan dari fleksus renalis (vasomotor) saraf ini berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf inibarjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal. Anak ginjal (kelenjar suprarenal) terdapat di atas ginjal yang merupakan senuah kelenjar buntu yang menghasilkan 2(dua) macam hormon yaitu hormone adrenalin dan hormn kortison.

B.

Ureter

Terdiri dari 2 saluran pipa masing – masing bersambung dari ginjal ke kandung kemih (vesika urinaria) panjangnya ± 25 – 30 cm dengan penampang ± 0,5 cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam rongga pelvis.

Lapisan dinding ureter terdiri dari :

a. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa) b. Lapisan tengah otot polos

c. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa

Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan – gerakan peristaltik tiap 5 menit sekali yang akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kemih (vesika urinaria).

Gerakan peristaltik mendorong urin melalui ureter yang dieskresikan oleh ginjal dan disemprotkan dalam bentuk pancaran, melalui osteum uretralis masuk ke dalam kandung kemih.

(7)

Makalah Sistem Eliminasi Urine 7 Ureter berjalan hampir vertikal ke bawah sepanjang fasia muskulus psoas dan dilapisi oleh pedtodinium. Penyempitan ureter terjadi pada tempat ureter terjadi pada tempat ureter meninggalkan pelvis renalis, pembuluh darah, saraf dan pembuluh sekitarnya mempunyai saraf sensorik.

C.

Vesikula Urinaria ( Kandung Kemih )

Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet, terletak di belakang simfisis pubis di dalam ronga panggul.

Bentuk kandung kemih seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan ligamentum vesika umbikalis medius.

Bagian vesika urinaria terdiri dari :

1. Fundus, yaitu bagian yang mengahadap kearah belakang dan bawah, bagian ini terpisah dari rektum oleh spatium rectosivikale yang terisi oleh jaringan ikat duktus deferent, vesika seminalis dan prostate.

2. Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus.

3. Verteks, bagian yang maju kearah muka dan berhubungan dengan ligamentum vesika umbilikalis.

Dinding kandung kemih terdiri dari beberapa lapisan yaitu, peritonium (lapisan sebelah luar), tunika muskularis, tunika submukosa, dan lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).

Proses Miksi (Rangsangan Berkemih).

Distensi kandung kemih, oleh air kemih akan merangsang stres reseptor yang terdapat pada dinding kandung kemih dengan jumlah ± 250 cc sudah cukup untuk merangsang berkemih (proses miksi). Akibatnya akan terjadi reflek kontraksi dinding kandung kemih, dan pada saat yang sama terjadi relaksasi spinser internus, diikuti oleh relaksasi spinter eksternus, dan akhirnya terjadi pengosongan kandung kemih.

Rangsangan yang menyebabkan kontraksi kandung kemih dan relaksasi spinter interus dihantarkan melalui serabut – serabut para simpatis. Kontraksi sfinger eksternus secara volunter bertujuan untuk mencegah atau menghentikan miksi. kontrol volunter ini hanya dapat terjadi bila saraf – saraf yang menangani kandung kemih uretra medula spinalis dan otak masih utuh.

Bila terjadi kerusakan pada saraf – saraf tersebut maka akan terjadi inkontinensia urin (kencing keluar terus – menerus tanpa disadari) dan retensi urine (kencing tertahan).

Persarafan dan peredaran darah vesika urinaria, diatur oleh torako lumbar dan kranial dari sistem persarafan otonom. Torako lumbar berfungsi untuk relaksasi lapisan otot dan kontraksi spinter interna.

Peritonium melapis kandung kemih sampai kira – kira perbatasan ureter masuk kandung kemih. Peritoneum dapat digerakkan membentuk lapisan dan menjadi lurus apabila kandung kemih terisi penuh. Pembuluh darah Arteri vesikalis superior berpangkal dari umbilikalis bagian distal, vena membentuk anyaman dibawah kandung kemih. Pembuluh limfe berjalan menuju duktus limfatilis sepanjang arteri umbilikalis.

(8)

Makalah Sistem Eliminasi Urine 8

D.

Uretra

Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang berfungsi menyalurkan air kemih keluar.

Pada laki- laki uretra bewrjalan berkelok – kelok melalui tengah – tengah prostat kemudian menembus lapisan fibrosa yang menembus tulang pubis kebagia penis panjangnya ± 20 cm.

Uretra pada laki – laki terdiri dari : 1. Uretra Prostaria

2. Uretra membranosa 3. Uretra kavernosa

Lapisan uretra laki – laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling dalam), dan lapisan submukosa.

Uretra pada wanita terletak dibelakang simfisis pubisberjalan miring sedikit kearah atas, panjangnya ± 3 – 4 cm. Lapisan uretra pada wanita terdiri dari Tunika muskularis (sebelah luar), lapisan spongeosa merupakan pleksus dari vena – vena, dan lapisan mukosa (lapisan sebelah dalam).Muara uretra pada wanita terletak di sebelah atas vagina (antara klitoris dan vagina) dan uretra di sini hanya sebagai saluran ekskresi.

2.2 Mekanisme Eliminasi 1. Proses Filtrasi

Terjadi penyerapan darah, yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein. Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai bowmen yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll, diteruskan ke tubulus ginjal. Cairan yang disaring disebut filtrate glomerulus.

2. Proses Reabsorbsi

Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa, sodium, klorida, fospat dan beberapa ion bikarbonat. Prosesnya terjadi secara pasif (obligator reabsorbsi) di tubulus proximal. Sedangkan pada tubulus distal terjadi kembali penyerapan sodium dan ion bikarbonat bila diperlukan tubuh. Penyerapan terjadi secara aktif (reabsorbsi fakultatif) dan sisanya dialirkan pada papilla renalis.

3. Proses sekresi.

Sisa dari penyerapan kembali yang terjadi di tubulus distal dialirkan ke papilla renalis selanjutnya diteruskan ke luar.

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Eliminasi Urine 1. Diet dan Asupan (intake)

Jumlah dan tipe makanan merupakan faktor utama yang memengaruhi output urine (jumlah urine). Protein dapat menentukan jumlah urine yang dibentuk. Selain itu, juga dapat meningkatkan pembentukan urine.

2. Respons Keinginan Awal untuk Berkemih

Kebiasaan mengabaikan keinginan awal untuk berkemih dapat menyebabkan urine banyak tertahan di dalam urinaria sehingga memengaruhi ukuran vesika urinaria dan jumlah urine.

(9)

Makalah Sistem Eliminasi Urine 9 Perubahan gaya hidup dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi dalam kaitannya terhadap tersedianva fasilitas toilet.

4. Stres Psikologis

Meningkatnya stres dapat mengakibatkan meningkatnya frekuensi keinginan berkemih. Hal ini karena meningkatnya sensitivitas untuk keinginan berkemih dan jumlah urine yang diproduksi. 5. Tingkat Aktivitas

Eliminasi urine membutuhkan tonus otot vesika urinaria yang baik untuk fungsi sfingter. Hilangnya tonus otot vesika urinaria menyebabkan kemampuan pengontrolan berkemih menurun dan kemampuan tonus otot didapatkan dengan beraktivitas.

6. Tingkat Perkembangan

Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga dapat memengaruhi pola berkemih. Hal tersebut dapat ditemukan pada anak, yang lebih memiliki mengalami kesulitan untuk mengontrol buang air kecil. Namun dengan usia kemampuan dalam mengontrol buang air kecil.

7. Kondisi Penyakit

Kondisi penyakit dapat memengaruhi produksi urine, seperti diabetes melitus. 8. Sosiokultural

Budaya dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi urine, seperti adanya kultur pada masyarakat tertentu yang melarang untuk buang air kecil di tempat tertentu.

9. Kebiasaan Seseorang

Seseorang yang memiliki kebiasaan berkemih di mengalamikesulitan untuk berkemih dengan melalui urineal/pot urine bila dalam keadaan sakit.

10. Tonus Otot

Tonus otot yang memiliki peran penting dalam membantu proses berkemih adalah otot kandung kemih, otot abdomen dan pelvis. Ketiganya sangat berperan dalam kontraksi pengontirolan pengeluaran urine.

11. Pengobatan

Pemberian tindakan pengobatan dapat berdampak pada terjadinya peningkatan atau penurunan -proses perkemihan. Misalnya pemberian diure;tik dapat meningkatkan jumlah urine, se;dangkan pemberian obat antikolinergik dan antihipertensi dapat menyebabkan retensi urine. 12. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostik ini juga dap'at memengaruhi kebutuhan eliminasi urine, khususnya prosedur-prosedur yang berhubungan dengan tindakan pemeriksaan saluran kemih seperti IVY (intra uenus pyelogram), yang dapat membatasi jumlah asupan sehingga mengurangi produksi urine. Se;lain itu tindakan sistoskopi dapat menimbulkan edema lokal pada uretra yang dapat mengganggu pengeluaran urine.

(10)

Makalah Sistem Eliminasi Urine 10 2.4 Tanda dan Gejala Gangguan Kebutuhan Eliminasi

a. Benign Prostatic Hyperplasia (BPH)

Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) atau pembesaran prostat jinak adalah suatu kondisi yang menyebabkan kelenjar prostat mengalami pembengkakan, namun tidak bersifat kanker. Kelenjar prostat memiliki fungsi untuk memproduksi air mani dan terletak pada rongga pinggul antara kandung kemih dan penis.

Karena kelenjar prostat hanya dimiliki oleh pria, maka tentu saja seluruh penderita BPH adalah pria. Umumnya pria yang terkena kondisi ini berusia di atas 50 tahun.

Gejala BPH

Berikut ini gejala-gejala yang biasanya dirasakan oleh penderita pembesaran prostat jinak (BPH):

 Selalu ingin berkemih, terutama pada malam hari.  Inkontinensia urine atau beser.

 Sulit mengeluarkan urine.  Mengejan pada waktu berkemih.  Aliran urine tersendat-sendat.

 Mengeluarkan urine yang disertai darah.  Merasa tidak tuntas setelah berkemih.

Munculnya gejala-gejala tersebut disebabkan oleh tekanan pada kandung kemih dan uretra ketika kelenjar prostat mengalami pembesaran.

Disarankan untuk menemui dokter jika Anda merasakan gejala BPH, meski ringan. Diagnosis sangat diperlukan karena ada beberapa kondisi lain yang gejalanya sama dengan BPH, di antaranya:

 Prostatitis atau radang prostat.  Infeksi saluran kemih.

 Penyempitan uretra.

 Penyakit batu ginjal dan batu kandung kemih.  Bekas luka operasi pada leher kandung kemih.  Kanker kandung kemih

 Kanker prostat.

 Gangguan pada saraf yang mengatur aktivitas kandung kemih. Penyebab BPH

Sebenarnya penyebab persis pembesaran prostat jinak (BPH) masih belum diketahui, namun diperkirakan kondisi ini terjadi karena adanya perubahan pada kadar hormon seksual akibat proses penuaan.

Pada sistem kemih pria terdapat sebuah saluran yang berfungsi membuang urine keluar dari tubuh melalui penis, atau lebih dikenal sebagai uretra. Dan jalur lintas uretra ini secara kebetulan melewati kelenjar prostat. Jika terjadi pembesaran pada kelenjar prostat, maka secara bertahap akan mempersempit uretra dan pada akhirnya aliran urine mengalami penyumbatan. Penyumbatan ini akan membuat otot-otot pada kandung kemih membesar dan lebih kuat untuk mendorong urine keluar.

Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena BPH adalah:  Kurang berolahraga dan obesitas.

(11)

Makalah Sistem Eliminasi Urine 11  Faktor penuaan.

 Menderita penyakit jantung atau diabetes.  Efek samping obat-obatan penghambat beta.  Keturunan

b. Sistitis

Sistitis dalah inflamasi kandung kemih. Inflamasi ini dapat disebabkan oleh infeksi bakteri(biasanya Eacherichia Colf) yang menyebar dari uretra atau karena respon alergi atau akibat iritasi mekais pada kandung kemih. Gejalanya adalah sering berkemih dan nyeri yang disertai darah dalam urine (hematuria).

c. Glomerulonefritis

Glomerulonefritis adalah inflamasi nefron, terutama pada glomerulus. Glomerulonefritis terbagi menjadi dua yaitu:

- Glomerulonefritis akut seringkali terjadi akibat respon imun terhadap toksin bakteri tertentu.

- Glomerulonefritis kronik tidak hanya merusak glomerulus tetapi juga tubulus. Infalamasi ini mungkin diakibatkan infeksi streptokokus, tetapi juga merupakan akibat sekunder dari penyakit sistemik lain atau karena glomerulonefritis akut. d. Pielonefritis

Pielonefritis adalah inflamasi ginjal dan pelvis ginjal akibat infeksi bakteri. Infalamasi dapat berawal ditraktus urinaria bawah (kanduung kemih) dan menyebar ke ureter, atau karena infeksi yang dibawa darah dan limfe ke ginjal. Obstruksi traktus urinari terjadi akibat pembesaran kelenjar prosfat atau batu ginjal.

e. Batu Ginjal

Batu ginjal atau kalkuli Urinari terbentuk dari pengendapan garam kalsium, magnesium, asam urat, atau sistein. Batu-batu kecil dapat mengalir bersam dengan urine, batu yang lebih besar akan tersangkut dalam ureter dan menyebabkan raa nyeri yang tajam(kolik ginjla) yang menyebar dari ginjal ke selangkangan.

f. Gagal Ginjal

Gagal ginjal adalah hilangnya fungsi ginjal. Hal ini mengakibatkan terjadinya retensi garam, air, zat buangan nitrogen (urea dan kreatinin) dan penurunan drastis volume urine (oliguria). Gagal ginjal terbagi menjadi dua macam yaitu:

- Gagal ginjal akut terjadi secara tiba-tiba dan biasanya berhasil diobati. Penyakit ini ditandai dengan oliguria mendadak yang diikuti dengan penghentian produksi urine (anuria) secara total. Hal ini disebabkan oleh penurunan aliran darah ke ginjal akibat trauma atau cedera, glomerulonefritis akut, hemoragi, tranfusi darah yang tidak cocok, atau dehidrasi berat.

- Gagal ginjal kronik adalah kondisi progresif parah karena penyakit yang mengakibatkan kerusakan parenkim ginjal, seperti glomerulonefritis kronik atau pielonefritis, trauma, atau diabetes nefropati( penyakit ginjal yang diakibatkan oleh diabetes melitus).

g. Retensi

Retensi Urine ialah penumpukan urine acuan kandung kemih dan ketidaksanggupan kandung kemih untuk mengosongkan sendiri.

Kemungkinan penyebabnya :

1. Operasi pada daerah abdomen bawah. 2. Kerusakan ateren.

(12)

Makalah Sistem Eliminasi Urine 12 Tanda-tanda retensi urine :

1. Ketidak nyamanan daerah pubis.

2. Distensi dan ketidaksanggupan untuk berkemih. 3. Urine yang keluar dengan intake tidak seimbang. 4. Meningkatnya keinginan berkemih.

5. Enuresis h. Eniorisis

Ialah keluarnya kencing yang sering terjadi pada anak-anak umumnya malam hari. Kemungkinan peyebabnya :

1. Kapasitas kandung kemih lebih kecil dari normal. 2. Kandung kemih yang irritable.

3. Suasana emosiaonal yang tidak menyenangkan. 4. ISK atau perubahan fisik atau revolusi.

i. Inkontinensia

- Inkontinensia Fungsional/urgensi

Inkotinensia Fungsional ialah keadaan dimana individu mengalami inkontine karena kesulitan dalam mencapai atau ketidak mampuan untuk mencapai toilet sebelum berkemih.

Faktor Penyebab:

1. Kerusakan untuk mengenali isyarat kandung kemih. 2. Penurunan tonur kandung kemih

3. Kerusakan moviliasi, depresi, anietas 4. Lingkungan

5. Lanjut usia. - Inkontinensia Stress

Inkotinensia stress ialah keadaan dimana individu mengalami pengeluaran urine segera pada peningkatan dalam tekanan intra abdomen.

Faktor Penyebab:

1. Inkomplet outlet kandung kemih 2. Tingginya tekanan infra abdomen

3. Kelemahan atas peluis dan struktur pengangga 4. Lanjut usia.

- Inkontinensia Total

Inkotinensia total ialah keadaan dimana individu mengalami kehilangan urine terus menerus yang tidak dapat diperkirakan.

Faktor Penyebab:

1. Penurunan Kapasitas kandung kemih. 2. Penurunan isyarat kandung kemih

(13)

Makalah Sistem Eliminasi Urine 13 4. Penurunan tonus kandung kemih

5. Kelemahan otot dasar panggul.

6. Penurunan perhatian pada isyarat kandung kemih 7. Perubahan pola

8. Frekuensi

9. Meningkatnya frekuensi berkemih karena meningkatnya cairan. 10. Urgency

11. Perasaan seseorang harus berkemih.

2.5 Urin (Air Kemih)

a.

Sifat fisis air kemih, terdiri dari:

1. Jumlah ekskresi dalam 24 jam ± 1.500 cc tergantung dari pemasukan (intake) cairan dan faktor lainnya.

2. Warna, bening kuning muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh.

3. Warna, kuning tergantung dari kepekatan, diet obat-obatan dan sebagainya. 4. Bau, bau khas air kemih bila dibiarkan lama akan berbau amoniak.

5. Berat jenis 1,015-1,020.

6. Reaksi asam, bila lama-lama menjadi alkalis, juga tergantung dari pada diet (sayur menyebabkan reaksi alkalis dan protein memberi reaksi asam).

b.

Komposisi air kemih, terdiri dari:

1. Air kemih terdiri dari kira-kira 95% air.

2. Zat-zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein, asam urea, amoniak dan kreatinin. 3. Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fospat dan sulfat.

4. Pagmen (bilirubin dan urobilin). 5. Toksin.

6. Hormon.

c.

Mikturisi

Mikturisi ialah proses pengosongan kandung kemih setelah terisi dengan urin. Mikturisi melibatkan 2 tahap utama, yaitu:

1. Kandung kemih terisi secara progresif hingga tegangan pada dindingnya meningkat melampaui nilai ambang batas (Hal ini terjadi bila telah tertimbun 170-230 ml urin), keadaan ini akan mencetuskan tahap ke 2).

2. Adanya refleks saraf (disebut refleks mikturisi) yang akan mengosongkan kandung kemih.

Pusat saraf miksi berada pada otak dan spinal cord (tulang belakang) Sebagian besar pengosongan di luar kendali tetapi pengontrolan dapat di pelajari “latih”. Sistem saraf simpatis : impuls menghambat Vesika Urinaria dan gerak spinchter interna, sehingga otot detrusor relax dan

(14)

Makalah Sistem Eliminasi Urine 14 spinchter interna konstriksi. Sistem saraf parasimpatis: impuls menyebabkan otot detrusor berkontriksi, sebaliknya spinchter relaksasi terjadi MIKTURISI (normal: tidak nyeri).

d.

Ciri-Ciri Urin Normal

1. Rata-rata dalam satu hari 1-2 liter, tapi berbeda-beda sesuai dengan jumlah cairan yang masuk.

2. Warnanya bening oranye tanpa ada endapan. 3. Baunya tajam.

4. Reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6.

2.6 Asuhan Keperawatan terhadap Pemenuhan kebutuhan Eliminasi 2.6.1 Pengkajian Keperawatan

Pengkajian pada kebutuhan elimiasi urine meliputi : 1. Kebiasaan berkemih

Pengkajian ini meliputi bagaimana kebisaan berkemih serta hambatannya. Frekuensi berkemih tergatung pada kebiasaan dan kesempatan. Banyak orang berkemih setiap hari pada waktu bangun tidur dan tidak memerlukan waktu untuk berkemih pada waktu malam hari.

2. Pola berkemih

 frekuensi berkemih

frekuesi berkemih menentuka berapa kali individu berkemih dalam waktu 24 jam

 Urgensi

Perasaan seseorang untuk berkemih seperti seseorang ke toilet karena takut megalami inkotinensia jika tidak berkemih

 Disuria

Keadaan rasa sakit atau kesulitan saat berkemih. Keadaan ini ditemukan pada striktur uretra, infeksi saluran kemih, trauma pada vesika urinaria.  Poliuria

Keadaan produksi urine yang abnormal yang jumlahnya lebih besar tanpa adanya peingkata asupa caira. Keadaan ini dapat terjadi pada penyekit diabetes, defisiensi ADH, da pen yakit kronis ginjal.

 Urinaria supresi

Keadaan produksi urine yang berhenti secara medadak. Bila produksi urine kurag dari 100 ml/hari dapat dikataka anuria, tetapi bila produksiya atara 100 – 500 ml/hari dapat dikataka sebagai oliguria.

3. Volume urine

volume urine menentukan berapa jumlah urine yang dikeluarka dalam waktu 24 jam.

4. faktor yang mempengaruhi kebiasaan berkemih

• diet dan asupan (diet tinngi protei dan natirum) dapat mempengaruhi jumlah urine yang dibentuk, sedangka kopi dapat meningkatkan jumlah urine

• gaya hidup

• stress psikologi dapat meingkatka frekuensi keinginan berkemih. • Tingkat aktivitas

(15)

Makalah Sistem Eliminasi Urine 15 5. Keadaan urine

Keadaan urie meliputi : warna, bau, berat jenis, kejerihan, pH, protein, darah, glukosa.

6. Tanda klinis gangguan elimiasi urine seperti retensi urine, inkontinensia urine.

2.6.2 Diagnosa

Diagosa keperawatan yang terjadi pada masalah kebutuhan eliminasi urine adalah sebagai berikut :

1. Perubahan pola eliminasi urine b/d

- Ketidakmampuan salura kemih akibat anomali saluran urinaria - Penurunan kapsitas atau iritasi kandung kemih akibat penyakit - Kerusakan pada saluran kemih

- Efek pembedahan pada saluran kemih 2. Inkontinensia fungsional b/d

- penurunan isyarat kandung kemih dan kerusakan kemampuan untuk mengenal isyarat akibat cedera atau kerusakan k. Kemih

- kerusakan mobilitas

- kehilangan kemampuan motoris dan sensoris 3. Inkontinensia refleks b/d

- Gagalnya fungsi rangsang di atas tingkatan arkus refleks akibat cedera pada m. Spinalis

4. Inkontinensia stress b/d

- Tingginya tek. Intraabdimibal dan lemahnya otor peviks akibat kehamilan - Penurunan tonus otot

5. Inkontinensia total b/d

- Defisit komnikasi atau persepsi 6. Inkontinensia dorongan b/d

- Penurunan kapasitas k. Kemih akibat penyakit infeksi, trauma, tindakan pembedahan, faktor penuaan

7. Retesi urine b/d

- adanya hambatan pada sfingter akibat pebyakit striktur, BHP 8. Perubahan body image b/d

- inkontinensia dan enuresis

9. Resiko terjadinya infeksi salura kemih b/d - pemasangan kateter

- kebersihan perineum yang kurang

10. Resiko perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit b/d - gangguan drainase ureterostomi.

2.6.3 Perencanaan Keperawatan Tujuan :

1. memahami arti eliminasi urine

2. membantu mengosongkan kandung kemih secara penuh 3. mencegah infeksi

(16)

Makalah Sistem Eliminasi Urine 16 5. memberikan rasa nyaman

6. mengembalikan fungsi kandung kemih 7. memberikan asupan secara tepat 8. mencegah kerusakan kulit

9. memulihkan self esteem atau mencegah tekanan emosional

2.6.4 Rencanakan Tindakan

1. monitor/obervasi perubahan faktor, tanda dan gejala terhadap masalah perubahan eliminasi urine.

2. kurangi faktor yang mempengaruhi/penyebab masalah 3. monitor terus perubahan retensi urine

4. lakukan kateterisasi urine

2.6.5 Pelaksanaan (Tindakan Keperawatan)

1. Pengumpulan Urine untuk bahan pemeriksaan

Mengingat tujuan pemeriksaan berbeda-beda, maka pengambilan sampel urine juga dibeda-bedakan sesuai dengan tujuannya. Cara pengambilan urine tersebut atara lain : pegambilan urine biasa, pegambila urine steril dan pengumpulan selama 24 jam.

1. pengambilan urine biasa merupaka pengambilan urine dengan cara mengeluarkan urine seperti biasa, yaitu buang air kecil. Biasanya untuk memeriksa gula atau kehamilan.

2. pengambilan urine steril merupakan pengambilan urine dengan cara dengan menggunakan alat steril, dilakukan dengan menggunakan alat steril, dilakukan dengan keteterisasi atau pungsi supra pubis. Pengambilan urine steril bertujuan mengetahui adanya infeksi pada uretra, ginjal atau saluran kemih lainnya. 3. pengambilan urine selama 24 jam merupakan pengambilan urine yang

dikumpulkan dalam 24 jam, bertujuan untuk mengeetahui jumlah urine selama 24 jam dan mengukur berat jenis urine, asupan dan pengeluaran serta mengetahui fungsi ginjal.

2.6.6 Evaluasi Keperawatan

- Klien mampu berkemih secara normal tanpa mengalami gejala-gejala gangguan perkemihan

- Karakteristik urin : kekuningan, jernih, tidak mengandung unsur yg abnormal - Mampu mengidentifikasi faktor-faktor yg mempengaruhi eliminasi

(17)

Makalah Sistem Eliminasi Urine 17 BAB III

KASUS DAN PEMBAHASAN 3.1 Kasus

Tn.A (50 TH) masuk ke RS dengan keluhan sulit buang air kecil sejak 3 minggu sebelum masuk RS. Pasien mengeluh bila mau buang air kecil harus mengedan terlebih dahulu dan menimbulkan rasa nyeri pada daerah kemaluannya. Pasien juga mengatakan sering BAK di malam hari walaupun tidak banyak minum pada sore harinya. Pancaran kencingnya melemah dan terkadang menetes. Pasien merokok sejak remaja namun sudah berhenti 10 tahun lalu karena suka batuk-batuk, tidak minum alcohol. Setelah perawat melakukan pemeriksaan fisik didapatkan GCS M6V5E4, TD 120?80 mmHg, Nadi 88x/mnt, takipnea (-), hasil USG,buli-buli dengan kesan. Dokter mendiagnosa bahwa Tn.A menderita benigna Prostate Hiperplasia (BPH).

3.2 Pembahasan Kasus Menggunakan 7 Jump

3.2.1 Mengklarisifikasi hal-hal yang belum diketahui dalam scenario 1. Pasien

2. Buang air kecil 3. mengeden 4. Rasa nyeri 5. Batuk-batuk 6. Alkohol 7. USG

8. Benigna prostate hiperplasia ( BPH ) 9. Mmhg

10. Takipnea

3.2.2 Mendefinisikan Masalah

1. Apa saja penyakit atau kelainan yang berkaitan dengan BAK ?

2. Faktor-faktor yang bisa mempengaruhi kebiasaan kencing seseorang antara lain ? 3. Bagaimana frequensi buang air kecil yang normal ?

4. Bagaimana penanganan penyakit susah buang air kecil oleh profesi perawat ? 5. Tanda dan gejala Frequensi BAK ?

6. Apa penyakit yang timbul apabila kencing sering ditahan ? 7. Fungsi Dari Buang Air Kecil ?

8. Berapa Ukuran Kandung Kemih ?

3.2.3 Menganalisis Masalah a. Jawaban Kata Kunci

1. Adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada dokter.

2. Buang air kecil (BAK) adalah melepaskan urin keluar dari kandung kemih.

3. Mengedan atau mendorong adalah dimana terjadi apabila kota ingin mengeluarkan sesuatu dengan menggunakan tenaga misalnya pada ibu yang sedang melahirkan mengedan sangat diperlukan untuk membatu proses melahirkan.

(18)

Makalah Sistem Eliminasi Urine 18 4. Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah sensori

subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.

5. Adalah suatu bentuk tindakan reflex dari tubuh untuk membersihkan Jalan nafas dari sesuatu yang mengganggu Jalannya pernapasan,seperti lender,asap,debu sesuatu yang mengiritasi jalan nafas.

6. Alkohol merupakan senyawa yang memiliki gugus fungsional –OH yang terikat pada rantai karbon alifatik. Dalam molekul alkohol, Gugus fungsi –OH berikatan secara kovalen dengan atom karbon.

7. USG itu adalah kepanjangan dari Ultrasonography yang artinya adalah alat yang prinsip dasarnya menggunakan gelombang suara frekuensi tinggi yang tidak dapat didengar oleh telinga kita. Dengan alat USG ini sekarang pemeriksaan organ-organ tubuh dapat dilakukan dengan aman (tidak ada Efek radiasi). Jadi kesimpulannya apabila pemeriksaan kehamilan seminggu sekali menggunakan alat USG ini sama sekali tidak ada efeknya negatifnya kepada bayi yang dikandung.

8. BPH adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat ( secara umum pada pria lebih tua dari 50 tahun ) menyebabkan berbagai derajat obstruksi uretral dan pembatasan aliran urinarius (Marilynn, Ed, 2000)

9. Satuan mmHg (millimeter raksa) adalah salah satuan tekanan resmi yang digunakan dalam bidang fisika dan kimia.

10. Takipnea (tachypnea) adalah pernapasan abnormal cepat dan dangkal, biasanya didefinisikan lebih dari 60 hembusan per menit.

b. Jawaban Pertanyaan

1. Penyakit atau kelainan yang berhubungan dengan eliminasi urine: o Infeksi Saluran Kemih

o Gonore (penyakit kencing nanah) o Pembesaran Prostat pada Laki-laki o Diabetes Militus

o Kehamilan pada Wanita o Kencing Batu

2. jumlah cairan yang dikonsumsi, tipe cairan yang dikonsumsi (minuman yang mengandung kafein seperti alkohol, kopi, dan teh, bisa meningkatkan frekuensi buang air kecil), suhu udara, obat-obatan yang mengandung diuretics, umur, aktivitas, dan ukuran kandung kemih seseorang.

3. Menurut Bladder and Bowel Foundation, rata-rata frekuensi kencing normal bagi orang yang minum 2 liter air per hari adalah sekitar 7 kali dalam 24 jam. Kurang maupun lebih dari itu, misalnya sekitar 6-8 kali kencing dalam sehari masih termasuk dalam batas yang wajar. Satu hal yang perlu diingat, frekuensi kencing yang berbeda, misalnya antara 4-10 kali per hari, juga belum tentu menunjukkan bahwa seseorang memiliki kondisi medis yang perlu diperhatikan. Hal ini karena ada banyak faktor yang bisa mempengaruhi kebiasaan buang air kecil seseorang, yang umumnya dipengaruhi pola hidup orang tersebut.

4. Tindakan yang dilakukan:

o Lakukan pijatan lembut pada kandung kemih yang terletak di perut bagian bawah untuk memaksimalkan kekosongan air seni di dalamnya.

o Tempelkan air hangat pada perut bagian bawah. Rasa hangat akan merelaksasi beberapa organ yang bertugas mengantarkan air seni.

(19)

Makalah Sistem Eliminasi Urine 19 o Mendeteksi semua perubahan pola buang air kecil yang terjadi pada Anda akan

sangat berguna jika Anda harus melakukan perawatan dokter.

5. Ada beberapa gejala yang perlu kita perhatikan tentang frekuensi kencing, yaitu ketika kita sedikit minum namun sering sekali kencing, atau sebaliknya ketika kita sering minum namun warna urine tidak bisa menjadi jernih. Selain itu, hal yang perlu diwaspadai adalah jika ada perubahan mendadak terhadap pola buang air kecil seseorang. Misalnya jika biasanya seseorang bisa tidur 8 jam di waktu malam tanpa perlu kencing, lalu tiba-tiba belakangan ini selalu terbangun setiap malam karena ingin berkemih. Kalau hal ini terjadi pada anda dalam jangka waktu yang cukup lama, sebaiknya memeriksakan diri ke spesialis urologi.

6. menyebabkan infeksi saluran kencing maupun penyakit kencing batu. 7. untuk membuang racun-racun yang tidak diperlukan dalam tubuh.

8. ukuran kandung kemih (bladder) seseorang. Ada orang yang memiliki ukuran kandung kemih kecil (300 ml), sedang (500 ml), besar (800 ml) dan sangat besar (1000 ml +). Namun biasanya seseorang sudah merasa ingin kencing ketika kandung kemihnya sudah terisi kurang dari separuh (200-400 ml). Perbedaan ukuran kandung kemih inilah yang menjadi alasan mengapa ada orang yang bisa menahan kencing selama 8 jam atau lebih, sedangkan yang lain harus berkemih setiap 1-2 jam sekali. Kita bisa mengukur ukuran kandung kemih dengan cara mengukur jumlah air kencing yang kita keluarkan ketika benar-benar merasa ingin berkemih.

3.2.4 Membuat daftar penjelasan-penjelasan yang dapat diterima

3.2.5 Merumuskan tujuan pembelajaran

1. Untuk Mengetahui Anatomi Fisiologi terkait kebutuhan Eliminasi 2. Untuk Mengetahui Mekanisme Eliminasi (Urinaria)

3. Untuk Mengetahui Gangguan-gangguan kebutuhan eliminasi (Urinaria) 4. Untuk Mengetahui Tanda dan Gejala dengan gangguan Kebutuhan Eliminasi 5. Untuk Mengetahui Pengkajian terhadap gangguan kebutuhan eliminasi

eliminasi urinari Anfis Ginjal Kandung kemih Uretra Ureter Mekanisme Filtrasi Reabsorpsi Sekresi Gangguan Asuhan Keperawatan

(20)

Makalah Sistem Eliminasi Urine 20 6. Untuk Mengetahui tindakan untuk pemenuhan kebutuhan eliminasi (Urinaria) pasien. 7. Untuk Mengidentifikasi evaluasi Keperawatan terhadap gangguan Kebutuhan Eliminasi

(Urinaria)

3.2.6 Mencari Informasi Tambahan diluar Kelompok

1. Faktor predisposisi/Faktor pencetus Gangguan Eliminasi

a. Respon keinginan awal untuk berkemih atau defekasi.

Beberapa masyarakat mempunyai kebiasaan mengabaikan respon awal untuk berkemih atau defekasi. Akibatnya urine banyak tertahan di kandung kemih. Begitu pula dengan feses menjadi mengeras karena terlalu lama di rectum dan terjadi reabsorbsi cairan.

b. Gaya hidup.

Banyak segi gaya hidup mempengaruhi seseorang dalam hal eliminasi urine dan defekasi. Tersedianya fasilitas toilet atau kamar mandi dapat mempengaruhi frekuensi eliminasi dan defekasi. Praktek eliminasi keluarga dapat mempengaruhi tingkah laku.

c. Stress psikologi

Meningkatnya stress seseorang dapat mengakibatkan meningkatnya frekuensi keinginan berkemih, hal ini karena meningkatnya sensitif untuk keinginan berkemih dan atau meningkatnya jumlah urine yang diproduksi.

d. Tingkat perkembangan.

Tingkat perkembangan juga akan mempengaruhi pola berkemih. Pada wanita hamil kapasitas kandung kemihnya menurun karena adanya tekanan dari fetus atau adanya lebih sering berkemih. Pada usia tua terjadi penurunan tonus otot kandung kemih dan penurunan gerakan peristaltik intestinal.

e. Kondisi Patologis.

Demam dapat menurunkan produksi urine (jumlah & karakter). 2. Masalah-masalah dalam eliminasi urin :

1. Retensi, yaitu adanya penumpukan urine didalam kandung kemih dan ketidak sanggupan kandung kemih untuk mengosongkan diri.

2. Inkontinensi urine, yaitu ketidaksanggupan sementara atau permanen otot sfingter eksterna untuk mengontrol keluarnya urine dari kandung kemih.

3. Enuresis, Sering terjadi pada anak-anak, umumnya terjadi pada malam hari (nocturnal enuresis), dapat terjadi satu kali atau lebih dalam semalam.

4. Urgency, adalah perasaan seseorang untuk berkemih. 5. Dysuria, adanya rasa sakit atau kesulitan dalam berkemih.

6. Polyuria, Produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal, seperti 2.500 ml/hari, tanpa adanya peningkatan intake cairan.

7. Urinari suppresi, adalah berhenti mendadak produksi urine

3.2.7 Membuat laporan pada kelompok tentang apa yang diperoleh sewaktu belajar mandiri Reporting Makalah

(21)

Makalah Sistem Eliminasi Urine 21 BAB IV

PENUTUP 4.1 Kesimpulan

Sistem perkemihan atau sistem urinaria, adalah suatu sistem dimana terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih di pergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih). Sistem urinaria terdiri dari ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra. Dalam pemenuhan kebutuhan eliminasi urine terjadi proses berkemih. Berkemih merupakan proses pengosongan vesika urinaria (kandung kemih). Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi urine adalah diet, asupan, respon keinginan awal untuk berkemih kebiasaan seseorang dan stress psikologi.

Gangguan kebutuhan eliminasi urine adalah retensi urine,inkontinensia urine dan enuresis. Dan tindakan untuk mengatasi masalah tersebut adalah pengumpulan urine untuk bahan pemeriksaan, buang air kecil dengan urineal dan melakukan katerisasi. Salah satu fungsi ginjal yaitu mengekskresikan zat – zat sisa metabolisme yang mengandung nitrogennitrogen, misalnya amonia. 4.2 Saran

Kita harus lebih memperhatikan kebutuhan eliminasi urin dalam kehidupan kita sehari-hari.Menjaga kebersihan daerah tempat keluarnya urine. Kita juga harus menjaga pola makan, dan lebih sering meminum air putih. Karena air putih lebih baik dari air yang berwarna yang memiliki banyak kandungan. Sehingga membuat sistem eliminasi bekerja lebih keras.

(22)

Makalah Sistem Eliminasi Urine 22 DAFTAR PUSTAKA

Aris, T. (2009). Fisiologi Tubuh Manusia. Jakarta: Trans Info Media.

Gibson, J. (2003). Fisiologi dan Anatomi Modern untuk Perawat. Jakarta: EGC. Mashudi, S. (2011). Buku Ajar Anatomi Fisiologi Dasar. Jakarta: Salemba Medika. Pearce, E. C. (2002). Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Kompas Gramedia. Perry, P. (2006). Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik. Jakarta: EGC. Tambayong, J. (2001). Anatomi dan Fisiologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC. Watson, R. (2002). Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat. Jakarta: EGC.

Referensi

Dokumen terkait

Materi yang disampaikan pada siklus II adalah metode. primal dual yang diselesaikan dengan

Tujuan pendidikan dan pengajaran adalah membentuk secara terus menerus kesempurnaan lahir dan batin anak agar anak dapat mengikuti perkembangan masyarakat yang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pemberian tes formatif yang dilakukan secara teratur dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa dalam mata kuliah

dari unsur input (masukan) tenaga, dana dan sarana , unsur lingkungan meliputi kebijakan , organisiasi dan manajemen, unsur proses meliputi tindakan medis dan tindakan non

Karena Perusahaan tidak dapat mengontrol metode, volume, atau kondisi aktual penggunaan, Perusahaan tidak bertanggung jawab atas bahaya atau kehilangan yang disebabkan dari

Bandung Barat, yang mana sampai saat ini masih belum memiliki sarana prasarana yang memadai, padahal santri yang belajar dan dukungan dari masyarakat cukup baik,

a. Mempersiapkan diri dalam menerima pelajaran, memperoleh skor 120 dengan rata-rata 3,15.. bisa mengikuti pelajaran dengan disiplin. Siswa yang memperoleh skor 2 yaitu FAN, AC,

Dinas Kehutanan untuk rehabilitasi yaitu ada dua cara yakni rehabilitasi diluar kawasan hutan dan rehabilitasi didalam kawasan hutan. Yang diluar kawasan hutan berada