BAB II
PENGELOLAAN KASUS
A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Eliminasi Urine
Gangguan Eliminasi Urine adalah keadaan dimana seorang
individumengalami atau berisiko mengalami disfungsi eliminasi urine. Biasanya
orangyang mengalami gangguan eliminasi urine akan dilakukan kateterisasi
urine,yaitu tindakan memasukan selang kateter ke dalam kandung kemih
melaluiuretra dengan tujuan mengeluarkan urine.
Beberapa gangguan eliminasi urine yang dialami oleh lansia,salah satunya
adalah batu ginjal (urolitiasis). Urolitiasis merujuk pada adanya batu (kalkuli)
pada saluran perkemihan dalam ginjal,ureter,atau kandung kemih.terdiri atas
subtans yang membentuk Kristal seperti kalsium,oksalat,fosfat kalsium urat,asam
urat,dan magnesium,batu dapat menyebabkan obstruksi,infeksi,atau edema pada
saluran perkemihan.Kira-kira 75% dari semua batu yang terbentuk terdiri dari
kalsium.
Kidney Stone (batu ginjal),juga dikenal sebagai renal calculi, terjadi di dalam
ginjal.Batu dapat juga membentuk di tempat lain di dalam saluran kencing.Pasien
tidak merasakan gejala batu ginjal apapun sampai batu bergerak sepanjang
saluran ginjal kearah kandung kemih. Ada Kristal didalam urin,Aliran urin yang
lambat memberi waktu bagi kristal untuk membentuk batu.Kristal mungkin
dibentuk dari, oksalat, fosfat kalsium urat,asam urat, dan magnesium.Medikasi
seperti diuretik dapat meningkatkan resiko pembentukan risiko pembentukan batu
ginjal pada pasien.
Konsep dasar eliminasi urin normalnya adalah pengeluaran cairan.Proses
seperti ginjal, ureter, bladder, dan uretra.Ginjal memindahkan air dari darah
dalam bentuk urine.ureter mengalirkan urine ke bladder.Dalam bladder urine
ditampung sampai mencapai batas tertentu sampai batas yang kemudian
dikeluarkan melaui uretra.Air sisa metabolisme dalam darah difiltrasi oleh
ginjal.Darah mengalir sampai ke ginjal melalui arteri renal yang merupakan
cabang dari aorta abdomen. Kira-kira darah akan masuk ke ginjal 20-25% dari
kardiak output. Dalam glomerulus ginjal difiltrasi airdan zat-zat lain seperti
glukosa, asam amino, urea, kreatinin, dan elektrolit. Glomerulus akan
memfiltarasi kira-kira 125ml/menit. Tidak semua hasil filtrasi akan dikeluarkan
sebagai urine, tetapi sebagian dari zat berupa glukosa, asam amino, uric acid ,
sodium,dan pottasium kembali ke plasma. Pengeluaran urine tergantung intake
cairan.Pada orang dewasa normalpengeluaran urine kira-kira 1500-1600ml/hari,
atau 60ml/ menit. Jika pengeluaran urine kurang dari 30ml/menit kemungkinan
terjadi gagal ginjal.(Potter & Perry,2007)
1.Anatomi Dan Fisiologi Sistem Perkemihan
Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjadinya proses
penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak
dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh
tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan lagi oleh tubuh larut dalam air dan
dikeluarkan berupa urin (air kemih). Sistem perkemihan terdiri dari dua ginjal
(ren) yang menghasilkan urin, dua ureter yang membawa urin dari ginjal ke
vesika urinaria (kandung kemih), satu vesika urinaria (VU), tempat urin
dikumpulkan, dan satu uretra, urin dikeluarkan dari vesika urinaria.
Anatomi dan Fisiologi Sistem Perkemihan Sistem perkemihan terdiri atas
beberapa organ yaitu :
A.Ginjal
Fungsi vital ginjal ialah sekresi air kemih dan pengeluarannya dari tubuh
terpenting homeostasis. Ginjal berperan penting dalam pengeluaran zat-zat
toksin/racun, mempertahankan suasana keseimbangan air,mempertahankan
keseimbangan asam-basa cairan tubuh, dan mempertahankan keseimbangan
garam-garam dan zat-zat lain dalam darah. (Potter&Perry,1999)
Bentuk ginjal kiri lebih besar dari ginjal kanan.Ontogenitis, berasal dari
mesoderm, terletak dalam rongga perut pada daerah retroperitoneal, di sebelah
kanan dan kiri dari kolumna vertebralis dan melekat langsung pada dinding
belakang abdomen.Ginjal kanan terletak lebih rendah dari ginjal kiri, hal ini
karena adanya hati di sebelah kanan dan menekan ke bawah. Bila ginjal
dibelah dua, secara longitudinal (memanjang), dapat terlihat.(Potter &
Perry,1999)
B. Pelvis renalis (piala ginjal)
Piala Ginjal merupakan bagian dari ginjal dengan duktus papillaris Bellini
bermuara pada renalis yang menyebabkan terbentuknya area kribiformis pada
papilla ginjal.Papilla renalis terlihat, menonjol kedalam satu kaliks minor,
bersatu menjadi kaliks mayor, inipun menjadi pelvis renalis. Pelvis renalis ini
berlanjut menjadi ureter.(Potter &Perry,1999)
Ureter Air kemih disekresi oleh ginjal, dialirkan ke vesika urinairia (kandung
kemih) melalui ureter.Ureter berada pada kiri dan kanan kolumna vertebralis
(tulang punggung) yang menghubungkan pelvis renalis dengan kandung
kemih. Panjang ureter kurang lebih 30 cm dan berdiameter 0,5 cm. Uretra
sebagian terletak dalam rongga perut (pars abdominalis) dan selanjutnya
berjalan di dalam rongga panggul (pars pelvira). Otogenitis ureter termasuk
berasal dari mesoderm, karena itu, ureter juga terletak pada retroperitonialis.
Dinding utera terdiri atas tiga lapisan, yaitu lapisan mukosa, otot polos, dan
jaringan fibrosa.(Potter & Perry,1999)
C. Vesika urinaria
Aliran urine dari ginjal akan bermuara ke dalam kandung kemih (vesika
urinaria). Kandung kemih merupakan kantong yang dapat menggelembung
panggul. Bila terisi penuh, kandung kemih dapat terlihat sebagian ke luar dari
rongga panggul,kandung kemih berbentuk seperti kerucut. Bagian-bagiannya
ialah verteks, fundus, dan korpus. Bagian verteks adalah bagian yang
meruncing ke arah depan dan berhubungan dengan ligamentum vesiko
umbilikale medius. Bagian fundus merupakan bagian yang menghadap ke
arah belakang dan bawah.Bagian korpus berada di antara verteks dan
fundus.Bagian fundus terpisah dari rektum oleh spasium rektovesikula yang
terisi oleh jaringan ikat, duktus deferens, vesikula seminalis.Dinding kandung
kemih terdiri dari tiga lapisan otot polos dan selapis mukosa yang
berlipat-lipat.pada diding belakang lapisan mukosa, terlihat bagian yang tidak berlipat,
daerah ini disebut trigonum liestadi.(Potter&Perry,1999)
D. Uretra
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang
berfungsi menyalurkan air kemih ke luar dan juga untuk menyalurkan
semen.Pada laki-laki, uretra berjalan berkelok-kelok, menembus prostat,
kemudian melewati tulang pubis, selanjutnya menuju ke penis. Oleh karera
itu, pada laki-laki, uretra terbagi menjadi 3 bagian, yaitu pars proetalika, pars
membranosa, dan pars kavernosa. Muara uretra ke arah dunia luar disebut
meatus. Pada perempuan, uretra terletak di belakang simfisis pubis, berjalan
miring, sedikit ke atas, panjangnya kurang lebih 3-4 cm. Muara uretra pada
perempuan terletak di sebelah atas vagina, antara klitoris dan vagina. Uretra
perempuan berfungsi sebagai saluran ekskretori.(Potter&Perry,1999)
Refleks miksi kandung kemih dipersarafi oleh saraf sakral 2(S-2) dan sakral
3(S-3).Saraf sensorik dari kandung kemih dikirimkan ke medula spinalis
bagian sakral 2 sampai dengan sakral 4 kemudian diteruskan ke pusat miksi
pada susunan saraf puasat.Puasat miksi mengirimkan sinyal kepada otot
kandung kemih untukberkontraksi. Pada saat destrusor berkontraksi spinkter
interna relaksasi dan spinkter eksterna yang di bawah kontrol kesadaran akan
berperan. Apakah mau miksi atau ditunda.Pada saat miksi otot abdominal
dari 10 ml urine tersisa dalam kandung kemih yang disebut dengan residu
urine.(Brunner&Suddath,1997)
2. Proses Berkemih
1. Proses Filtrasi
Proses filtrasi terjadi di glomerulus,terjadi penyerapan darah, yang
tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein. Cairan yang tersaring
ditampung oleh simpai bowmen yang terdiri dari glukosa, air, sodium,
klorida, sulfat, bikarbonat dll, diteruskan ke tubulus ginjal.Cairan yang
disaring disebut filtrat glomerulus.(Brunner&Suddath,1997)
2. Proses Reabsorbsi
Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa,
sodium, klorida, fospat dan beberapa ion bikarbonat. Prosesnya terjadi
secara pasif (obligator reabsorbsi) di tubulus proximal(Brunner & Suddath,
1997). Sedangkan pada tubulus distal terjadi kembali penyerapan sodium
dan ion bikarbonat bila diperlukan tubuh. Penyerapan terjadi secara aktif
(reabsorbsi fakultatif) dan sisanya dialirkan pada papilla
renalis.(Brunner&Suddath,1997)
3. Proses sekresi
Sisa dari penyerapan kembali yang terjadi di tubulus distal dialirkan ke
papilla renalis selanjutnya diteruskan ke luar.(Brunner&Suddath,1997)
3. Etiologi Gangguan Eliminasi Urine
A .Intake cairan
Jumlah dan type makanan merupakan faktor utama yangmempengaruhi
output urine atau defekasi. Seperti protein dan sodiummempengaruhi
jumlah urine yang keluar, kopi meningkatkan pembentukan urine intake
B. Aktivitas
Aktifitas sangat dibutuhkan untuk mempertahankan tonus otot,eliminasi
urine membutuhkan tonus otot kandung kemih yang baik untuk tonus
sfinkter internal dan eksternal. Hilangnya tonus ototkandung kemih terjadi
pada masyarakat yang menggunakan kateter untuk periode waktu yang
lama.Karena urine secara terus menerusdialirkan keluar kandung kemih,
otot-otot itu tidak pernah merenggangdan dapat menjadi tidak berfungsi.
Aktifitas yang lebih berat akanmempengaruhi jumlah urine yang
diproduksi, hal ini disebabkankarena lebih besarpeningkatanmetabolisme tubuh.
- Berbagai macam penyebab gangguan eliminasi urine lainnya:
1.Obstruksi; batu ginjal, pertumbuhan jaringan abnormal, struktur uretra
2.Infeksi.
3.Kehamilan.
4.Penyakit; pembesaran kelenjar ptostat.
5.Trauma sumsum tulang belakang.
6.Operasi pada daerah abdomen bawah, pelviks, kandung kemih,urethra.
7. Umur .
8.Penggunaan obat-obatan.
4. Patofisiologi Gangguan Eliminasi Urine
Gangguan pada eliminasi sangat beragam seperti yang telah dijelaskan
diatas.Masing-masing gangguan tersebut disebabkan oleh etiologi yang berbeda.
Pada pasien dengan usia tua, trauma yang menyebabkan cederamedulla spinal, akan
menyebabkan gangguan dalam mengkontrol urine/inkontinensia urine.Gangguan
traumatik pada tulang belakang bisa mengakibatkan kerusakan pada medulla
spinalis.Lesi traumatik padamedullaspinalis tidak selalu terjadi bersama-sama
dengan adanya fraktur ataudislokasi.Tanpa kerusakan yang nyata pada tulang
belakang, efek traumatiknya bisa mengakibatkan efek yang nyata di medulla
spinallis.Cedera Medulla Spinalis (CMS) merupakan salah satu penyebab
Komplikasi cedera spinal dapat menyebabkan syok neurogenik dikaitkan
dengan cedera medulla spinalis yang umumnya dikaitkan sebagaisyok
spinal.Syok spinal merupakan depresi tiba-tiba aktivitas refleks padamedulla
spinalis (areflexia) di bawah tingkat cedera.Dalam kondisi ini, otot-otot yang
dipersyarafi oleh bagian segmen medulla yang ada di bawah tingkatlesi menjadi
paralisis komplet dan fleksid, dan refleks-refleksnya tidak ada.Hal ini
mempengaruhi refleks yang merangsang fungsi berkemih dan defekasi.Distensi
usus dan ileus paralitik disebabkan oleh depresi refleks yang dapatdiatasi dengan
dekompresi usus. (Brunner & Suddarth, 2002)
Hal senadadisampaikan Sjamsuhidajat (2004), pada komplikasi syok spinal
terdapat tanda gangguan fungsi autonom berupa kulit kering karena tidak
berkeringatdan hipotensi ortostatik serta gangguan fungsi kandung kemih dan
gangguandefekasi.Proses berkemih melibatkan 2 proses yang berbeda yaitu
pengisian dan penyimpanan urine dan pengosongan kandung kemih. Hal ini
saling berlawanan dan bergantian secara normal.Aktivitas otot-otot kandung
kemihdalam hal penyimpanan dan pengeluaran urin dikontrol oleh sistem
saraf otonom dan somatik.Selama fase pengisian, pengaruh sistem saraf simpatis
terhadap kandung kemih menjadi bertekanan rendah dengan menigkatkan
resistensi saluran kemih.
Penyimpanan urin dikoordinasikan oleh hambatansistem simpatis dari
aktivitas kontraktil otot detrusor yang dikaitkan dengan peningkatan tekanan otot
dari leher kandung kemih dan proksimal uretra.Pengeluaran urine secara normal
timbul akibat dari kontraksi yangsimultan otot detrusor dan relaksasi saluran
kemih. Hal ini dipengaruhi olehsistem saraf parasimpatis yang mempunyai
neurotransmitter utama asetilkolin,suatu agen kolinergik. Selama fase pengisian
impuls afferent ditransmisikan ke saraf sensoris pada ujung ganglion dorsal spinal
otak menghambat aliran parasimpatis dari pusat kemih sakral spinal.Selama
fase pengosongan kandung kemih, hambatan pada aliran parasimpatis sakral
dihentikan dan timbul kontraksi otot detrusor.Hambatan aliran simpatis pada
kandung kemih menimbulkan relaksasi pada otot uretra trigonal dan
proksimal.Impuls berjalan sepanjang nerveous pudendus untuk merelaksasikan
otot halus dan skelet dari spingter eksterna.Hasilnya keluarnya urine dengan
resistensi saluran yang minimal.
5. Faktor yang Mempengaruhi Eliminasi Urine
1. Diet dan Asupan (intake)
Jumlah dan tipe makanan merupakan faktor utama yang mempengaruhi
output urine (jumlah urine). Protein dapat menentukan jumlah urine yang
dibentuk.Selain itu, juga dapat meningkatkan pembentukan urine.
2. Respon Keinginan Awal untuk Berkemih
Kebiasaan mengabaikan keinginan awal untuk berkemih dapat
menyebabkan urine banyak tertahan di dalam urinaria sehingga
memengaruhi ukuran vesika urinaria dan jumlah urine.
3. Gaya Hidup
Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan
eliminasi dalam kaitannya terhadap tersedianya fasilitas toilet.
4. Stress Psikologis
Meningkatnya stres dapat mengakibatkan meningkatnya frekuensi
keinginan berkemih.Hal ini karena meningkatnya sensitifitas untuk
keinginan berkemih dan jumlah urine yangdiproduksi.
5. Tingkat Aktivitas
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot vesika urinaria yang baik untuk
fungsi sfingter.Hilangnya tonus otot vesika urinaria menyebabkan
kemampuan pengontrolan berkemih menurun dan kemampuan tonus otot
didapatkan dengan beraktivitas.
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga dapat memengaruhi pola
berkemih.Hal tersebut dapat ditemukan pada anak, yang lebih memiliki
mengalami kesulitan untukmengontrol buang air kecil. Namun dengan usia
yang semakin bertambah kemampuan dalam mengontrol buang airkecil
semakin baik.
7. Kondisi Penyakit
Kondisi penyakit dapat mempengaruhi produksi urine,seperti diabetes
melitus.
8. Sosiokultural Budaya
Dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi urine,sepertiadanya
kulturpada masyarakat tertentu yang melarang untuk buang air kecil di
tempat tertentu.
9. Kebiasaan Seseorang
Seseorang yang memiliki berkemih mengalami kesulitan untuk berkemih
dengan melaluiurineal/pot urine bila dalam keadaan sakit.
10. Tonus otot
Tonus otot yang memiliki peran penting dalam membantu proses
berkemih adalah ototkandung kemih, otot abdomen dan pelvis. Ketiganya
sangat berperan dalam kontraksi pengontrolan pengeluaran urine.
11. Pengobatan
Pemberian tindakan pengobatan dapat berdampak pada terjadinya
peningkatan atau penurunan proses perkemihan.Misalnya pemberian
diuretik dapat meningkatkan jumlah urine, sedangkan pemberian obat
antikolinergik dan antihipertensi dapat menyebabkan retensi urine.
12. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik ini juga dapat mempengaruhi kebutuhan eliminasi
urine, khususnya prosedur-prosedur yang berhubungan dengan tindakan
pemeriksaan saluran kemih, yang dapat membatasi jumlah asupan
menimbulkan edema lokal pada uretra yang dapat mengganggu
pengeluaranurine.(Alimul,2006)
6. Masalah-masalah pada Gangguan Eliminasi Urine
1. Retensi yaitu adanya penumpukan urine didalam kandung kemih
danketidaksanggupan kandung kemih untuk mengosongkan diri.
2 Inkontinensia urineyaitu ketidaksanggupan sementara atau
permanenototsfingtereksternal untuk mengontrol keluarnya urine dari
kandung kemih.
3. Enuresis Sering terjadi pada anak-anak, umumnya terjadi pada malamhari
(nocturnal enuresis), dapat terjadi satu kali atau lebih dalamsemalam.
4. Urgency adalah perasaan seseorang untuk berkemih.
5. Dysuria adanya rasa sakit atau kesulitan dalam berkemih
6. Polyuria Produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal,seperti
2.500ml/hari, tanpa adanya peningkatan intake cairan.
7. Urinari suppresi adalah berhenti mendadak produksi urine
Asuhan Keperawatan Konsep I. Pengkajian
A. Aspek biologis
1 .Usia.
Kebutuhan eliminasi, baik eliminasi urine, salah satunya dipengaruhi oleh
usia yang mengacu pada pertumbuahan dan perkembangan individu.
Misalnya, kemampuan untuk mengontrol mikturisi berbeda sesuai dengan
tahap perkembangan individu. Pada manusia lanjut usia,sering mengalami
nokturia, frekuensi berkemih meningkat,dan lain-lain.
2. Aktivitas fisik
Immobilisasi dapat menyebabkan retensi urine, dan penurunan tonus otot.
Kajian riwayat penyakit atau pembedahan yang pernah dialami pasien
yang dapat mempengaruhi eliminasi, seperti nefrolitiasis, colostomi, dan
lain-lain.Dikaji juga riwayat diet yang dijalani klien, seperti jenis makanan
yang dikonsumsi, jumlah, frekuensi, dan lamanya diet yang dijalani.
4. Penggunaan obat-obatan
Pengkajian meliputi jenis obat, dosis, dan sudah berapa lama
mengonsumsi obat tersebut.Penggunaan obat-obatan ini perlu dikaji
karena beberapa jenis obat dapat mempengaruhi eliminsi urine dan fekal.
Masalah eliminasi urine sering terjadi dikaitkan dengan
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, maka perlu dikaji dengan mengenai
turgor kulit dan mukosa mulut.Bila dikaitkan dengan organ sistem
perkemihan, maka perlu dikaji ginjal, vesika urinaria, dan meatus.Hal yang
dikaji seperti adakah nyari di daerah pinggul, distensi kandung kemih, perkusi
kandungan kemihpada kondisi penuh menimbulkan bunyi tumpul, adakah
nyeri tekan pada kandung kemih, pengkajian pada keadaan meatus uretra,
seperti adakah kemerahan, luka, dan lain-lain.
B. Pemeriksaan laboratorium
a. Warna urine normal bervariasi dari warna pucat, agak kekuningan
sampai kuning coklat (seperti warna madu). Warna bergantung pada
kepekatan urine (Potter & Perry, 2006)
b. Pendarahan pada ginjal atau ureter menyebabkan urine menjadi merah
gelap. Bila urine berwarna merah terang, menunjukkan adanya
pendarahan pada kandung kemih atau uretera.Selain itu,perubahan
warna urine juga dapat dipengaruhi oleh konsumsi obat.Oleh karena
ituperlu dikaji obat yang dikonsumsi.
c. Warna urine coklat gelap dapat disebabkan karena tingginya
konsentrasi bilirubin akibat disfungsi hepar.Kejernihan Urin yang
mempunyai penyakit ginjal, urine yang nampak keruh atau berbusa
akibat tingginya konsentrasi protein dalam urine.selain itu, urine pada
orang yang menderita penyakit ginjal juga tampak pekat dan keruh
akibat adanya bakteri.
d. Bau Urine,memiliki bau yang khas. Semakin pekat warna urine,
semakin kuat baunya. Urine yang dibiarkan dalam jangka waktu
lamaakan mengeluarkan bau amonia (Potter&Perry 2006)
e. Nilai normal urine, hasil urinalisis antara lain:Ph 4,6-8,0 protein < 10
mg/100 ml;glukosa tidak ada berat jenis 1,010-1,030, tidak ada keton,
tidak ada bakteri, dan lain-lain(Potter & Perry,1999).
II. Analisa Data
Data Dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status kesehatan
klien, kemampuan klien untuk mengelola kesehatan terhadap dirinya sendiri, dan
hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainnya. Data Fokus adalah data
tentang perubahan-perubahan atau respon klien terhadap kesehatan dan masalah
kesehatannya serta hal-hal yang mencakup tindakan yang dilaksanakan terhadap
klien.
Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang
dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah, serta
kebutuhan-kebutuhan keperawatan dan kesehatan klien
Pengumpulan informasi merupakan tahap awal dalam proses keperawatan.
Dari informasi yang terkumpul, didapatkan data dasar tentang masalahmasalah
yang dihadapi klien. Selanjutnya data dasar tersebut digunakan untuk menentukan
diagnosis keperawatan, merencanakan asuhan keperawatan, serta tindakan
keperawatan untuk mengatasi masalah-masalah klien.
Tujuan Pengumpulan Data
2. Untuk menentukan masalah keperawatan dan kesehatan klien.
3. Untuk menilai keadaan kesehatan klien.
4. Untuk membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langkah
selanjutnya.
Tipe Data :
1. Data Subjektif
Data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap suatu
situasi dan kejadian. Informasi tersebut tidak bisa ditentukan oleh perawat,
mencakup persepsi, perasaan, ide klien tentang status kesehatannya.misalnya
tentang nyeri, perasaan lemah, ketakutan, kecemasan,frustasi,mual,perasaan
malu.
2. Data Objektif
Data yang dapat diobservasi dan diukur, dapat diperoleh menggunakan
panca indera (lihat, dengar, cium, raba) selama pemeriksaan fisik. Misalnya
frekuensi nadi, pernafasan, tekanan darah, edema, berat badan, tingkat
kesadaran.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat dianalisa masalah keperawatan
yang paling mungkin muncul dari penderita berdasarkan diagnosa
keperawatan NANDA Internasional (2012)
Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan Pola Eliminasi: Inkotentinensia Urine
Ketidakmampuan individu yang biasanya kontinen untuk mencapai toilet
tepat waktu guna menghindari pengeluaran urine yang tidak disengaja.
Faktor yang Berhubungan :
- Perubahan faktor lingkungan
- Gangguan Kognisi
- Gangguan Penglihatan
- Keterbatasan neuromaskular
- Kelemahan struktur penyokong panggul
-2. Resiko Cedera
Beresiko mengalami cedera sebagai akibat dari kondisi lingkungan yang
berinteraksi dengan sumber-sumber adaptif dan pertahanan individu
Faktor yang berhubungan :
Internal
- Profil darah yang tidak normal (mis; leukositosis atau
leukopenia)
- Gangguan faktor pembekuan
- Disfungsi biokimia (mis;disfungsi sensori)
- Penurunan kadar hemoglobin
- Usia perkembangan (fisiologis,psikososial)
- Disfungsi efektor
- Penyakit imun atau autoimun
- Disfungsi integratif
- Malnutrisi
- Fisik(mis;kulit rusak,hambatan)
- Psikologis (orientasi afektif)
- Sel sabit
- Talasemia
- Hipoksia jaringan
Eksternal
Biologis
- Tingkat imunisasi komunitas
- Mikroorganisme
Kimia
- Obat-obatan(misalnya,agen farmasi,alcohol,kafein,nikotin,
bahan pengawet,kosmetik,dan pewarna)
- Racun
- Polutan
Fisik
- Rancangan,struktur dan penataan komunitas,bangunan,atau
peralatan
- Jenis kendaraan atau transportasi
- Individu atau penyedia layanan kesehatan (agens
nosokomial;pola pengaturan staf,pola kognitif,dan
psikomotor
3. Nyeri
Pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan akibat
kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkandengan istilah
kerusakan (International Association for the Study of Pain); awitan yang
tiba-tiba atau perlahan dengan intensitas ringan atau berat dengan akhir
yang dapat diantisipasi atau dapat diramalkan dan durasinya lebih dari
enam bulan
Faktor yang berhubungan :
- Ketunadayaan fisik atau psikososial kronis (misalnya,kanker
metastasis,cedera neurologis dan arthritis
III. Rumusan Masalah
Pengkajian fungsi eliminasi urine klien yang dilakukan terus menerus
menunjukkan pola data yang memungkinkan perawat untuk merumuskan masalah
yang relevan dan akurat. Perawat berpikir secara kritis dengan merefleksikan
pengetahuannya tentang klien sebelumnya, meninjau kembali karakteristik
penentu yang teridentifikasi, menerapkan pengetahuan tentang fungsi urine, dan
kemudian membuat perumusan masalah yang spesifik.
Perencanan dalam mengembangkan suatu rencanakeperawatan, perawat
menetapkan tujuan dan hasil akhir yang diharapkan untuk setiap
diagnosis.Rencana menggabungkan aktivitas untuk meningkatkan kesehatan dan
intervensi terapeutik untuk klien yang mengalami masalah eliminasi
urine.Intervensi preventif mungkin dibutuhkan oleh klien yang beresiko
mengalami masalah perkemihan.Perawat juga merencanakan terapi sesuai
dengan tingkat keparahan risiko pada klien. Dalam proses keperawatan, penting
untuk mempertimbangkan lingkungan rumah klien dan eliminasi rutinnya yang
normal saat merencanakan terapi untuk klien. Merencanakan asuhan
keperawatan juga melibatkan suatu pemahaman tentang kebutuhan klien untuk
mengontrol fungsi tubuhnya.Perubahan eliminasi urine dapat menjadi sesuatu
yang memalukan, membuat tidak nyaman, dan sering membuat klien
frustasi.Perawat dan klien bekerja sama untuk menetapkan langkah guna
mempertahankan keterlibatan klien dalam asuhan keperawatan untuk
B.Asuhan Keperawatan Kasus 1. PENGKAJIAN
FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI KOMUNITAS I. BIODATA
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny.S
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 60 Tahun
Status Perkawinan : Janda
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl.teratai gg..rukun kel.Sari Rejo
Tanggal Masuk RS : -
No. Register : -
Ruangan/kamar : -
Golongan Darah : -
Tanggal Pengkajian : 18 Mei 2017
Tanggal Operasi : -
Diagnosa Medis : Batu ginjal
II. KELUHAN UTAMA
Setiap hari pasien BAK lebih dari 20 kali dengan urine sedikit-sedikit setiap
kali BAK dan pasien merasa nyeri di bagian pinggang bagian belakang, hal
ini dialami pasien sekitar seminggu sebelum masuk rumah sakit. Selain itu
pasien juga merasa nyeri pada bagian pinggang saat buang air kecil.
A.Provocative / palliative
1. Penyebabnya
Ny.S sering menahan untuk BAK , dan sering komsumsi makanan dan
minuman tinggi kandungan kalsium dan purin
2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan
Pasien mengatakan hal yang dapat memperbaiki keadannya dengan
konsumsi obat-obatan
B. Quantity / quality
1. Bagaimana dirasakan
Ny.S mengatakan tidak terasa saat BAK
2. Bagaimana dilihat
Ny.S terlihat cemas dan tidak percaya diri
C. Region
1. Dimana lokasinya
Pada saluran kemih
2. Apakah menyebar
Menyebar hingga pinggang kiri
D. Severity (mengganggu aktivitas)
Ny.S mengatakan sakit yang dirasakannya mengganggu aktivitas Ny.S
E. Time (kapan mulai timbul dan bagaimana terjadinya)
Ny.S mengatakan sejak 2 tahun yang lalu
IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU A. Penyakit yang pernah dialami
Hipertensi
B. Pengobatan / tindakan yang dilakukan
Klien berobat ke puskesmas, dan kerumah sakit
C. Pernah di rawat / dioperasi
Klien tidak pernah dioperasi
Klien tidak memiliki alergi
E. Imunisasi
Imunisasi klien tidak lengkap
V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA A. Orang Tua
Orangtua laki-laki Ny.S memiliki riwayat hipertensi
B. Saudara Kandung
Saudara kandung klien tidak memiliki riwayat penyakit apapun.
C. Penyakit keturunan yang ada
Hipertensi
D. Anggota keluarga yang meninggal
Kedua orang tua klien.
E. Penyebab meninggal
Orang tua dari Ny.S meninggal karena faktor usia, bukan karena penyakit
hipertensi
VI.RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL A. Persepsi pasien tentang penyakitnya
Ny.S mengatakan ingin cepat cepat sembuh dari penyakit yang di
alaminya.
B. Konsep Diri - Gambaran diri
Klien mengatakan menyukai semua bagian tubuhnya.
- Ideal diri
Pasien tidak semangat untuk sembuh
- Harga diri
Pasien merasa dirinya mendapat banyak dukungan dari keluarganya
Dalam keluarga pasien berperan sebagai orang tua
C. Keadaan emosi
Keadaan emosi pasien saat dilakukan pengkajian dilihat terkontrol.
D. Hubungan sosial - Orang yang berarti
Orang yang berarti bagi klien adalah anak dan cucunya.
- Hubungan dengan keluarga
Hubungan klien dengan keluarga baik
- Hubungan dengan orang lain
Hubungan pasien dengan orang lain atau dillingkungan baik.
- Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Tidak ada hambatan dalam berhubungan dengan orang lain.
E. Spritual
- Nilai dan keyakinan
Pasien menganut agama Islam, biasanya pasien melakukan shalat 5
waktu di rumah dan berdzikir
- Kegiatan ibadah
Shalat,berdoa,dan berdzikir
VII. STATUS MENTAL - Tingkat kesadaran
Composmentis
- Penampilan Rapi
- Pembicaraan Baik
- Alam perasaan Sedih
- Interaksi selama wawancara Kontak mata baik
- Memori
Ingatan klien sudah terganggu mengingat usia pasien yang sudah
mulai menua.
VIII. PEMERIKSAAN FISIK A. Keadaan Umum
Klien tampak gelisah,lemah dan lesu
B. Tanda-tanda vital
- Suhu tubuh : 36,8◦C
- Tekanan darah : 110/90 mmHg
- Nadi : 84 kali / menit
- Pernafasan : 24 kali / menit
- TB : 150 Cm
- BB : 50 Kg
C. Pemeriksaan Head to toe Kepala dan rambut
Bentuk bulat dan simetris
- Ubun–ubun
Tidak ada benjolan
- Kulit kepala Kurang Bersih
Rambut
- Penyebaran dan keadaan rambut
Rambut tumbuh merata dan keadaan rambut bersih.Warna rambut
sudah mulai memutih.
Rambut tidak berbau
- Warna kulit Kuning langsat
Wajah
- Warna kulit Kuning langsat
- Struktur wajah Bulat, simetris
Mata
- Kelengkapan dan kesimetrisan Mata lengkap dan simetris
- Palpebra
Tidak ada kelainan
- Konjungtiva dan sklera
Konjungtiva merah muda dan sklera putih
- Pupil Isokor
- Cornea dan iris Tidak ada kelainan
- Visus
Ketajaman penglihatan kurang baik
- Tekanan bola mata Baik
Hidung
- Tulang hidung dan posisi septum nasi
Tulang hidung simetris dan posisi septum nasi di tengah
- Lubang hidung
Lubang hidung normal
- Cuping hidung
Telinga
- Bentuk Telinga
Daun telinga normal dan simetris
- Ukuran telinga
Simetris kiri dan kanan
- Lubang Telinga
Lubang telinga normal dan kurang bersih
- Ketajaman pendengaran Kurang baik
Mulut dan faring - Keadaan bibir
Kering, simetris
- Keadaan gusi dan gigi
Sebagian gigi pasien sudah tidak ada
- Keadaan lidah Lidah kurang bersih
- Orofaring
Pita suara kurang baik
Leher
- Normal dan simetris
Pemeriksaan integumen - Kebersihan
Kulit tampak bersih
- Kehangatan Hangat
- Warna
Warna kulit kuning langsat
- Turgor
Turgo kulit tidak elastis, CRT > 2detik
Kelembaban kulit kurang baik
- Kelainan pada kulit
Tidak ada kelainan pada kulit
- Pemeriksaan payudara dan ketiak Tidak dilakukan pemeriksaan
Pemeriksaan toraks / dada
- Bentuk normal, simetris, pernafasan terlihat tidur teratur.
Pemeriksaan paru
- Tidak dilakukan pemeriksaan
Pemeriksaan jantung
- Tidak dilakukan pemeriksaan
Pemeriksaan abdomen
- Simetris, tidak ada benjolan
Pemeriksaan muskulokeletal/ekstremitas (kesimetrisaan, kekuatan, otot, edema
- Otot tampak simetris, tidak ada edema, kekuatan otot lemah Fungsi motorik
- Pasien tidak dapat berjalan dengan baik Fungsi sensorik
- Pasien dapat merasakan sentuhan, getaran, panas, dingin, dan tajam, tumpul.
XI. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI 1. Pola makan dan minum
- Frekuensi makan / hari Pasien makan 3 kali sehari
- Nafsu / selera makan Pasien tidak selera makan
- Nyeri ulu hati
- Alergi
Pasien tidak memiliki riwayat alergi
- Mual dan muntah
Pasien tidak mengalami mual dan muntah
- Waktu pemberiaan makan
Pagi pada jam 07.00 wib, siang pada jam 12.00 wib, dan malam pada
jam 18.00 wib.
- Jumlah dan jenis makanan
Makan biasa dengan sau piring nasi dan lauk pauk
- Waktu pemberian cairan/minuman
Pemberian minum pada klien diberikan sesering mungkin.
- Masalah makan dan minum (kesulitan menelan, mengunyah) Klien makan dan minum secara mandiri.
2. Perawatan diri / personal hygine - Kebersihan tubuh
Tubuh pasien bersih
- Kebersihan gigi dan mulut
Mulut dan gigi pasien kurang bersih
- Kebersihan kuku kaki dan tangan Kuku kaki dan tangan tampak bersih
3. Pola kegiatan / aktivitas
- Uraian aktivitas pasien untuk mandi makan, eliminasi, ganti pakaian dilakukan secara mandiri, sebagian atau total
Secara umum aktivitas pasien dibantu oleh anak dan cucunya
- Uraian aktivitas pasien selama dirawat / sakit
Selama pasien sakit, pasien tetap melakukan ibadah sesuai
keyakinannya.
1 kali / hari
- Karakter feses
Lunak, berwarna kecoklatan
- Riwayat pendarahan
Tidak ada riwayat pendarahan
- Diare
Tidak ada diare
- Penggunan laksatif
Tidak ada penggunan laksatif
B. BAK - Pola BAK
Inkotinensia urine
- Karakter urin Kuning keruh
- Nyeri / rasa terbakar / kesulitan BAK Ada rasa nyeri dibagian pinggang
- Riwayat penyakit ginjal / kandung kemih Batu ginjal
- Penggunan diuretik
Tidak menggunakan diuretik
5. Mekannisme koping - Adaptif
Mampu menyelesaikan masalah
2. Analisa data
No Data Penyebab Masalah
Keperawatan
1 DS: Pasien mengatakan BAK
lebih dari 20 kali tiap hari,
urine yang dikeluarkan,saat
BAK sakit pada bagian
pinggang
DO: Terdapat adanya batu
kecil-kecil sebesar pasir pada
urine. Warna urine kuning
pekat.
Kelemahan pada otot
panggul
BAK lebih dari 20 kali/
24 jam.
Gangguan pola
eliminasi
Gangguan pola
eliminasi
2 DS: Pasien mengatakan tidak
mau menggunakan pispot dan
kateter.
-Pasien mengatakan kaki nya
tidak kuat lagi untuk berdiri
dan terasa sakit jika lama
berdiri. DO: Pasien tidak
menggunakan kateter atau
pispot saat BAK. Pasien BAK
dengan bantuan anak dan
cucu nya dan BAK harus ke
toilet. Paien berusia 60 tahun.
Penurunan fungsi
ekstremitas bawah
Kaki tidak kuat untuk
berdiri
Resiko cedera
3. Rumusan Masalah Keperawatan
1. Gangguan pola eliminasi
2. Resiko cedera
3. Nyeri
4. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pola eliminasi berhubungan dengan stimulasi
kandungkemiholeh batu ditandai dengan inkontinensia urine.
2. Resiko cedera pada pasien berhubungan dengan penurunan fungsi
fisiologis yaitu penurunan kekuatan otot tungkai bawah ditandai dengan
pasien tidak menggunakan pispot/pampers melainkan ke toilet.
3. Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan ditandai dengan pasien tampak
gelisah, dan fokus pada diri sendiri. 3 DS: Pasien mengatakan nyeri
di bagian pinggang dan
menyebar kepunggung.Pasien
mengatakan nyeri pada
bagian genitalia saat BAK
Skala nyeri 6 (0-10)
DO: Pasien tampak gelisah,
merintih dan berfokus pada
diri sendiri.
Trauma jaringan oleh
batu
Skala nyeri 6
Nyeri
5. Perencanaan Keperawatan
Hari/ Tanggal
No.Dx Perencanaan Keperawatan
1 Tujuan :
1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien
mampu mengendalikan eliminasi urinedari kandung kemih
Kriteria hasil:
1. Mengidentifikasi keinginan berkemih
2. Berespons tepat waktu terhadap dorongan berkemih
3.Mencapai toilet antara dorongan berkemih dan
pengeluaran urine
Rencana Tindakan Rasional
1.Tanyakan klien tentang
waktu berkemih
2.Dorong klien untuk dapat
melakukan eliminasi urine
dengan teratur.
3. Hindari faktor pencetus
inkontinensiaurine seperti
cemas.
4.Jelaskan tentang :
pengobatan, penyebab, dan
tindakan lainnya.
1. Membantu klien agar dapat
miksi secara teratur.
2. Membantu klien agar
mengurangi tingkat
kecemasan karena
inkotinensia urine.
3.Mengurangi/menghindari
inkontinensia urine.
4.Meningkatkanpengetahuan
dan diharapkan pasien lebih
Hari/ Tanggal
No.Dx Perencanaan Keperawatan
2 Tujuan:
1. Supaya pasien mengurangi aktivitas mobilisasi.
2. Mengurangi resiko cedera
Kriteria hasil:
1. Pasien tetap dapat memenuhi kebutuhan dengan
mobilisasi.
Rencana Tindakan Rasional
1. Identifikasi bagian tubuh
yang mengalami penurunan
fungsi fisiologis.
2.Identifikasi faktor
penyebab penurunan fungsi
tubuh.
3. Bantu pasien saat akan
mobilisasi atau anjurkan
keluarga pasien untuk
memantau dan membantu
mobilisasi toileting.
4.Menganjurkan untuk
menggunakan
pispot/pampers.
1. Penurunan fungsi tubuh
akan mengurangi
kemaksimalan dalam
mobilisasi.
2. Faktor usia mempengaruhi
penuruna fungsi tubuh.
3.Menghindari terjadinya
cedera pada pasien.
4. Mengurangi resiko
terjadinya cedera akibat
Hari/ Tanggal
No.Dx Perencanaan Keperawatan
3 Tujuan:
1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien
mampu memperlihatkan teknik relaksasi dan tingkat nyeri
Kriteria hasil:
1. Mempertahankan tingkat nyeri atau kurang
2. Memperlihatkan teknik relaksasi yang efektif
3. Mengenali faktor penyebab dan menggunakan tindakan
untuk memodifikasi faktor tersebut
Rencana Tindakan Rasional
1. Catat lokasi, lamanya
intensitas(skala 0-10) dan
penyebaran. Perhatikan
tanda non verbal, contoh
peninggian TD dan nadi,
dan gelisah
2. Jelaskan penyebab nyeri
dan pentingnya melaporkan
ke staf terhadap perubahan
kejadian/karakteristik
nyeri.
1. Membantu mengevaluasi
tempaat obstruksi dan
kemajuan gerakan kalkulus,
nyeri pinggang sering
menyebar ke punggung,dan
pembuluh darahyang
menyuplai area lain. Nyeri
tiba-tiba dan hebat dapat
mencatuskan ketakutan, dan
gelisah
2. Memberikan kesempatan
untuk pemberian analgesi
sesuai waktu dan
mewaspadakan saraf akan
kemungkinan lewatnya
batu/terjadi komplikasi.
3. Berikan tindakan
nyaman, contoh pijatan
punggung, lingkungan
istirahat.
4. Dorong / bantu dengan
ambulasi sering sesuai
indikasi dan pemasukan
cairan sedikitnya 3-4 L/hari
dalam toleransi jantung.
5. Kolaborasi pemberian
obat anti nyeri.
biasanya menunjukkan
lewatnya batu.
3. Meningkatkan relaksasi,
menurunkan tegangan otot dan
meningkatkan koping.
4. Hidrasi kuat meningkatkan
lewatnya batu, mencegah
stasis urine, dan membantu
mencegah pembentukan batu
selanjutnya.
5. Biasanya diberikan selama
episode akut untuk
menurunkan kolik uretral dan
6. Implementasi Keperawatan
Hari / Tanggal No. Dx Implementasi Evaluasi
Kamis/ 18 Mei
2017
1 1.Menanyakan klien tentang
waktu berkemih
2. Mendorong klien untuk dapat
melakukan eliminasi urine
dengan teratur
3. Menghindari faktor pencetus
inkontinensiaurine seperti cemas.
4.Menjelaskan tentang :
pengobatan, penyebab, dan
tindakan lainnya.
Klien tampak lemah
dan lesu
Klien tampak cemas
A:
mengalami penurunan fungsi
fisiologis.
2. Identifikasi faktor penyebab
penurunan fungsi tubuh.
3. Bantu pasien saat akan S:
Klien mengatakan
sakit dibagian kaki
Klien mengatakan
kaki sering kebas
mobilisasi atau anjurkan keluarga
pasien untuk memantau dan
membantu mobilisasi toileting.
4. Menganjurkan untuk
pemasangan menggunakan
pispot/pampers.
Klien tampak sulit
menggerakkan kaki
3 1.Mencatatlokasi, lamanya
intensitas(skala 0-10) dan
penyebaran. Perhatikan tanda non
verbal, contoh peninggian TD
dan nadi, dan gelisah
2. Menjelaskan penyebab nyeri
dan pentingnya berobat ke
pelayanan kesehatan terdekat
terhadap perubahan
kejadian/karakteristik nyeri.
3. Memberikan tindakan nyaman,
contoh pijatan punggung
(relaksasi), lingkungan istirahat.
4. Mendorong / bantu dengan
ambulasi sering sesuai indikasi
dan pemasukan cairan sedikitnya
3-4 L/hari dalam toleransi
jantung.
5. Kolaborasi pemberian obat anti
nyeri.
S:
Klien mengatakan
nyeri pada bagian
pinggang dan nyeri
yang dirasakan klien
Hari / Tanggal No. Dx Implementasi Evaluasi
Jumat/ 19 Mei
2017
1 1.Menanyaakan klien tentang
waktu berkemih
2. Mendorong klien untuk dapat
melakukan eliminasi urine dengan
teratur
3. Menghindari faktor pencetus
inkontinensiaurine seperti cemas.
4.Menjelaskan tentang :
pengobatan, penyebab, dan
tindakan lainnya.
S:
Klien mengatakan
frekuensi berkemih
kurang dari 20 kali
O:
Klien masih tampak
lemah
Klien tampak masih
cemas
mengalami penurunan fungsi
fisiologis.
2. Identifikasi faktor penyebab
penurunan fungsi tubuh.
3. Bantu pasien saat akan
mobilisasi atau anjurkan keluarga S:
Klien mengatakan
sakit dibagian kaki
Klien mengatakan
kaki sering kebas
O:
pasien untuk memantau dan
membantu mobilisasi toileting.
4. Menganjurkan untuk
pemasangan menggunakan
3 1.Mencatatlokasi, lamanya
intensitas(skala 0-10) dan
penyebaran. Perhatikan tanda non
verbal, contoh peninggian TD dan
nadi, dan gelisah
2. Menjelaskan penyebab nyeri
dan pentingnya berobat ke
pelayanan kesehatan terdekat
terhadap perubahan
kejadian/karakteristik nyeri.
3. Memberikan tindakan nyaman,
contoh pijatan punggung
(relaksasi), lingkungan istirahat.
4. Mendorong / bantu dengan
ambulasi sering sesuai indikasi
dan pemasukan cairan sedikitnya
3-4 L/hari dalam toleransi
jantung.
5. Kolaborasi pemberian obat anti
nyeri.
S:
Klien mengatakan
nyeri pada bagian
pinggang dan nyeri
yang dirasakan klien
menetap
O:
Skala nyeri = 4
Klien tampak sedikit
Hari / Tanggal No. Dx Implementasi Evaluasi
Sabtu/ 20 Mei
2017
1 1.Menanyaakan klien tentang
waktu berkemih
2. Mendorong klien untuk dapat
melakukan eliminasi urine dengan
teratur
3. Menghindari faktor pencetus
inkontinensiaurine seperti cemas.
4.Menjelaskan tentang :
pengobatan, penyebab, dan
tindakan lainnya.
S:
Klien mengatakan
frekuensi berkemih
kurang dari 20 kali
O:
Klien mulai ceria
-TTV
TD: 110 / 90mmHg
HR: 82 x i
RR: 22 x i
T: 36,5 °C
Klien tidak terlalu
cemas
mengalami penurunan fungsi
fisiologis.
2. Identifikasi faktor penyebab
penurunan fungsi tubuh.
3. Bantu pasien saat akan
mobilisasi atau anjurkan keluarga
pasien untuk memantau dan S:
Klien mengatakan
sakit dibagian kaki
sedikit berkurang.
O:
Klien sudah bisa
menggerakkan kaki
membantu mobilisasi toileting.
4. Menganjurkan untuk
menggunakan pispot/pampers.
3 1.Mencatatlokasi, lamanya
intensitas(skala 0-10) dan
penyebaran. Perhatikan tanda non
verbal, contoh peninggian TD dan
nadi, dan gelisah.
2. Menjelaskan penyebab nyeri
dan pentingnya berobat ke
pelayanan kesehatan terdekat
terhadap perubahan
kejadian/karakteristik nyeri.
3. Memberikan tindakan nyaman,
contoh pijatan punggung
(relaksasi), lingkungan istirahat.
4. Mendorong / bantu dengan
ambulasi sering sesuai indikasi
dan pemasukan cairan sedikitnya
3-4 L/hari dalam toleransi jantung.
5. Kolaborasi pemberian obat anti
nyeri.
S:
Klien mengatakan
nyeri pada bagian
pinggang sedikit
Klien tampak segar