1
Dalam kehidupan sehari – hari zaman sekarang ini, masyarakat
memiliki kebutuhan – kebutuhan konsumtif yang harus dipenuhi. Ada
kalanya masyarakat tidak memiliki cukup dana untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Oleh karenanya, dalam perkembangan perekonomian
masyarakat yang semakin meningkat muncullah jasa pembiayaan yang
ditawarkan oleh lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan non
bank1.
“Lembaga perbankan merupakan salah satu aspek yang diatur
dalam syariah Islam, yakni bagian muamalah sebagai bagian yang
mengatur hubungan sesama manusia. Pengaturan lembaga perbankan
dalam syariah Islam dilandaskan pada kaidah dalam ushul fiqih yang
menyatakan bahwa “ maa laa yatimm al – wajib illa bihi fa huwa wajib “,
yakni sesuatu yang harus ada untuk menyempurnakan yang wajib, maka ia
wajib diadakan. Mencari nafkah (yakni melakukan kegiatan ekonomi)
adalah wajib diadakan. Oleh karena pada zaman modern ini kegiatan
perekonomian tidak akan sempurna tanpa adanya lembaga perbankan,
maka lembaga perbankan ini pun menjadi wajib untuk diadakan”2.
1 http://www.scribd.com/doc/3144164/Praktek-Pembiayaan-Dalam-Perbankan-Syariah 13:39 22-07-2009
Salah satu fungsi utama Bank Syari’ah adalah menyalurkan dana
kepada masyarakat. Pola pembiayaan dalam Bank Syari’ah mempunyai
karakteristik yang spesifik dibanding dengan Bank Konvensional. Pada
Bank Konvensional, penilaian kelayakan pembiayaan didasarkan
semata-mata hanya pada business wise, sedangkan pada Bank Syari’ah selain
didasarkan pada business wise, juga harus mempertimbangkan syari’ah
wise. Artinya, bisnis tersebut layak dibiayai dari segi usahanya, dan
acceptable dari segi syari’ahnya.
Ada beberapa pola yang sampai saat ini dijalankan oleh Bank
Muamalat Indonesia dalam pembiayaan, yakni; jual beli dan bagi hasil.
Pada jual beli secara terminologis merupakan proses pemindahan hak
milik atau barang atau juga harta kepada pihak lain dengan menggunakan
uang sebagai alat tukar. Terdapat ada beberapa bentuk akad jual beli,
dimana jenis jual beli yang dipergunukan oleh Bank Muamalat dalam
melakukan pembiayaan kepada nasabah adalah murabahah.
Di Bank Muamalat, sekarang ini istilah pembiayaan lebih dikenal
dengan istilah penanaman dana didasarkan pada fungsi bank sebagai
manajer investasi, sedangkan secara istilah mengandung asumsi bahwa
bank seolah-olah membiayai nasabah atau semata hanya memberikan uang
kepada nasabah3. Sehingga seakan-akan tidak ada keuntungan yang bisa
didapat dari pembiayaan tersebut. Dengan menggunakan “penanaman
dana”, mangandung maksud bahwa hubungan antara nasabah dengan bank
bukan debitur dan kreditur, melainkan nasabah dianggap sebagai partner.
Penanaman dana pada piutang murabahah ini memiliki persentase cukup
besar dibanding penanaman dana yang lain yaitu mencapai 70 hingga 80
persen dari total porto folio penanaman dana.
Dalam prinsip murabahah, bank memberikan pembiayaan dengan
cara membelikan barang yang dibutuhkan nasabah. Bank dan nasabah
kemudian menyepakati margin, dan barang itu kemudian dijual kepada
nasabah. Selanjutnya nasabah tersebut tinggal mengangsurnya secara tetap
dalam periode tertentu. Seandainya terjadi kemacetan, barang itu bisa
ditarik kembali oleh bank. Dengan demikian resiko pada bank menjadi
lebih kecil dibanding resiko pola bagi hasil, maka tak heran Lebih dari
setengah aset beberapa bank syariah diinvestasikan pada transaksi murabahah4. Di kalangan masyarakat ada satu anggapan bahwa pengajuan
pembiayaan di Bank Syari’ah cukup sulit atau tidak mudah bila
dibandingkan dengan Bank Konvensional. Proses realisasi atau pencairan
dananya tidak semudah seperti lembaga keuangan lain yang lebih
mementingkan jaminanya. Asal jaminan atau jaminanya cukup untuk
menutup pembiayaan tersebut, maka permohonan pembiayaan tersebut
bisa terealisasi. Hal ini berbeda dengan Bank Syari’ah.
Sesuai dengan prinsip Bank Syari’ah, yaitu prinsip kehati-hatian
dalam pembiayaan atau penanaman dana sebenarnya sama saja dengan
Bank Konvensional karena semua mengacu pada aturan BI. Namun secara
tekhnis tentu saja berbeda atara pembiayaan di Bank Syari’ah dengan
Bank Konvensional. Perbedaan ini karena perbankan syari’ah harus
mengikuti koridor syari’ah yang telah ditetapkan. Dalam konteks
kehati-hatian pada Bank Syari’ah inilah seorang nasabah harus mengikuti
prosedur yang berlaku; nasabah yang datang mengajukan penanaman dana
harus membuat surat permohonan (SP) pembiayaan. Jenis surat
permohonannya tergantung pada pembiayaan apa yang diajukan, dan
dokumen-dokumen atau data yang menyangkut tentang usahanya,
(sebagaimana ditulis dalam buku “Konsep, Produk Dan Implementasi
Operasional Bank Syari’ah Oleh Tim Pengembangan Perbankan
Syari’ah-IB”).
Bagi nasabah yang paham akan aturan Bank Syari’ah, proses dari
permohonan penanaman dana tersebut merupakan suatu hal yang biasa dan
wajar atau tidaklah sulit, dan proses realisasi atau pencairan dananya
mudah. Proses realisasi ini harus sesua prosedur yang telah ditetapkan,
mengingat jumlah dana yang diajukan dalam permohonan penanaman
dana tersebut umumnya dalam jumlah yang relative besar, dan
resikonyapun juga besar (terjadi kredit macet). Sehingga Bank Syari’ah
prinsip kehati-hatian ini sangat penting karena dana yang dikelola oleh
bank adalah dana pihak ketiga yang merupakan amanah bagi bank. Oleh
karena itu Bank Syari’ah harus bisa memegang amanah atas dana yang
Dalam penanaman dana di Bank Muamalat Indonesia, umumnya
proses realisasi atau pencairan dana tidak bagitu membutuhkan waktu
yang lama, asalkan permohonanya sesuai dengan prosedur atau
aturan-aturan yang ada. Misalnya dalam murabahah juga harus ada kesepakatan
antara bank dan nasabah, setelah itu dana akan segera dapat dicairkan. Di
Bank Muamalat proses realisasi pembiayaan pada aplikasi murabahah ini
cukup besar dibanding dengan pembiayaan (produk penyaluran dana) yang
lain. Hal ini menjadi suatu hal yang menarik bagi penulis untuk melakukan
penelitian tentang proses realisasi atau pencairan pembiayaan pada produk
ini. Proses ralisasi ini menyangkut; ruang lingkup, persyaratan, prosedur,
kewajiban pemeriksaan dokumen pendukung, kewajiban pemeriksaan
kepatuhan ketentuan ekstern dan kebijakan bank, persiapan pencairan
penanaman dana, tahap-tahap pencairan dana, dan prosedur pencairan atau
droping serta penambahan pembiayaan (penanaman dana).
Dari latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengangkat
kedalam suatu tugas akhir (TA) dengan judul “realisasi pembiayaan
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan rumusan judul tersebut di atas, penulis membuat rumusan
masalah penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana prosedur pelaksanaan pembiayaan murabahah di Bank
Muamalat Indonesia Cabang Magelang?
2. Bagaimana proses realisasi pembiayaan murabahah di Bank Muamalat
Indonesia Cabang Magelang?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan ini antara lain:
1. Untuk mengetahui prosedur pelaksanaan murabahah di Bank
Muamalat Indonesia Cabang Magelang.
2. Untuk mengetahui realisasi pembiayaan murabahah di Bank Muamalat
Indonesia Cabang Magelang.
D. Manfaat Penelitian
1. Untuk menambah wawasan bagi penulis khususnya dan pembaca pada
umumnya mengenai praktik atau akad murabahah di Bank Muamalat
Indonesia.
2. Penulis dan pembaca dapat memperoleh diskripsi mengenai proses
realisasi pembiayaan murabahah di Bank Muamalat Cabang
Magelang.
3. Sebagai kontribusi Bank Muamalat Cabang Magelang khususnya para
operasional pembiayaan yang berkaitan dengan persyaratan dan
4. Untuk memberikan gambaran mengenai proses realisasi pembiayaan
murabahah pada peneliti selanjutnya.
E. Metode Penelitian 1. Tipe Penelitian
Penulis menggunakan tipe penelitian deskripsi dimana penelitian itu
bertujuan untuk menggambarkan suatu keadaan yeng berkaitan dengan
masalah yang diteliti.
2. Jenis Data yang Dibutuhkan
Adapaun jenis data yang diperoleh dikelompokkan menjadi 2 (dua)
macam. Yaitu;
a) Data Primer
Adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya kemudian
dicatat dan dicermati.
b) Data Skunder
Adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari semua
kegiatan yang ada dalam perusahaan yaitu dengan cara membaca
buku, serta sumber-sumber data lain yang berhubungan dengan
penelitian.
3. Metode Pengumpulan Data
Data-data yang dikumpulkan penulis dalam penyusunan karya ilmiah
ini;
Penulis membuat pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada
praktisi seputar masalah realisasi pembiayaan murabahah.
b) Observasi
Penulis mengadakan pengamatan secara langsung terhadap
pelaksanaan operasional murabahah dan realisasinya dibank yang
bersangkutan.
c) Dokumentasi
Tekhnik pengumpulan data dengan membaca buku-buku referensi
tentang murabahah yang berhubungan dengan masalah penanaman
dana untuk melengkapi data yang dibutuhkan dalam penelitian.
4. Analisis Data
Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif
yaitu menjelaskan dan menggambarkan keadaan yang sebenarnya
tentang bagaimana proses realisasi pembiayaan murobahah di Bank
Muamalat Indonesia Cabang Magelang. Adapun pendekatan yang
digunakan penulis dalam penulisan ini adalah pendekatan kualitatif,
yaitu jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang
tidak dapat dicapai dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik
(perhitungan).
F. Telaah Pustaka
Jannah, s. Managemant Pembiayaan, 2006 menjelaskan produk
pembiayaan secara garis basar tentang pembiayaan, yaitu tentang ciri dan
sangat perlu diperhatikan, mengingat masyarakatnya banyak yang
beranggapan bahwa pembiayaan yang berprinsip syari’ah sama dengan
kredit di lembaga keuangan konvensional.
Astuti, n. Prosedur Pembiayaan Murabahah,2004. Membahas
tentang prosedur-prosedur dalam mengajukan pembiayaan murabahah
yang disitu menjelaskan perbedaan kredit dan pembiayan antara lembaga
syari’ah dan konvensional.
Kali ini penulis akan membahas seputar realisasi pembiayaan
murabahah di UPS Magelang, yang menerangkan sedikit tentang seluk
beluk tentang murabahah dari prosedur dan realisasinya.
A. Sejarah dan Perkembangan BMI
B. Visi dan Misi BMI
C. Tujuan Berdirinya BMI
D. Produk-produk Bank Muamalat Indonesia
BAB IV ANALISIS
A. Pelaksanaan Murabahah Di BMI
B. Proses Realisasi Pembiayaan Murabahah.
C. Analisis
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kerangka Teoritik
Allah swt, telah menjadikan harta sebagai salah satu sebab tegaknya
kemaslahatan manusia di dunia. Untuk mewujudkan kemaslahatan
tersebut, Allah swt. Telah mensyari’atkan cara perdagangan tertentu.
Sebab, apa saja yang dibutuhkan oleh setiap orang tidak bisa dengan
mudah diwujudkan setiap saat, dan karena mendapatkannya dengan
menggunakan kekerasan dan penindasan itu merupakan tindakan yang
merusak, maka harus ada sistem yang memungkinkan tiap orang untuk
mendapatkan apa saja yang dia butuhkan, tanpa harus menggunakan
kekerasan dan penindasan. Itu adalah dasar perdagangan jual beli5.
Allah swt berfirman6:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian saling memakan harta sesama kalian dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perdagangan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kalian.” (Q.s. An-Nisa’:29).
Allah swt. Telah menjelaskan tentang orang-orang kafir,
meng-counter (membedakan) mereka, karena membandingkan antara ba’i
dengan riba tersebut berdasarkan akal mereka.
5 Ta q iyyud in An-Na b ha ni, Me mb a ng un Siste m Eko no m i Alte rna tif
(Alih Ba ha sa Ma g hfur Wa c hid ), Risa la h G usti,1986, hlm. 149.
Allah swt berfirman7:
“Hal itu adalah karena mereka menganggap ba’I (jual beli) itu sama dengan riba.” (Q.s. Al-Baqarah: 275)
Kemudian Allah swt memilah masing-masing dengan perbandingan
halal dan haram.
Firman Allah swt8:
“Padahal Allah telah menghalalkan ba’I (jual beli) dan
mengharamkan riba.” (Q.s. Al-Baqarah: 275).
Kita tau bahwa masing-masing , baik jual beli maupun riba, adalah
jenis perdagangan. Dan perdagangan diantara keduanya menurut syara’,
yaitu jual beli, hukumnya adalah mubah. Sedangkan untuk melakukan jual
beli harus menggunakan dua lafadz, yang salah satunya menunjukkan ijab
sementara yang lain menunjukkan qobul, yaitu saya menjual dan saya
membeli, atau yang senada dengan kedua pernyataan ini, baik dari segi
ungkapan maupun praktiknya.
Seorang pemilik barang bisa melakukan penjualan sendiri, atau
melalui wakil yang menggantikanya, atau delegasi yang ditugasi untuk
melakukan penjualan tersebut. Diperbolehkan juga mengontrak seorang
ajiir untuk melakukan penjualan, dengan syarat upahnya harus jelas.
Apabila pemilik barang tadi mengontrak ajiir dengan upah yang diambil
dari laba penjualan, maka ajiir tersebut statusnya adalah Syarik Mudharib
7 http :/ / www.a lq ura n-me la yu.c o m/ 2-a l-b a q a ra h/ 07:22 23-08-09
(persero yang merupakan pengelola), dan terhadap orang yang
bersangkutan harus diberlakukan hukum mudharib (persero) bukan hukum
ajiir. Diperbolehkan pula pembelian harta sendiri, atau melalui wakil,
utusanya, ataupun mengontrak orang untuk membelikanya.
Walhasil, perdagangan itu hukumnya mubah. Dan perdagangan
tersebut adalah salah satu bentuk pengembangan kepemilikan.
Ketentuanya juga sangat jelas dalam hukum-hukum ba’I (jual beli) dan
syirkah (perseroan) 9. Perdagangan tersebut juga telah dinyatakan didalam
Al-Qur’an dan Al-Hadist.
Allah swt berfirman10:
“Kecuali jika muamalah itu adalah perdagangan tunai yang kamu jalankan diantara kamu, maka tak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya.” (Q.s. Al-Baqarah: 282)
Rufa’ah meriwayatkan, bahwa dia telah keluar bersama Nabi saw. Ke
mushalla. Kemudian beliau menyaksikan ada dua orang saling melakukan
jual beli. Beliau bersabda: “hai para pedagang.” Mereka kemudian
mengangkat kepala dan pandangan mereka tertuju kepada beliau, untuk
memenuhi panggilanya. Beliau bersabda:
9 Ta q iyyud in An-Na b ha ni, Me mb a ng un Siste m Eko no m i Alte rna tif
(Alih Ba ha sa Ma g hfur Wa c hid ), Risa la h G usti,1986, hlm. 150.
“Bahwa para pedagang nanti akan dibangkitkan pada hari kiamat sebagai orang yang durjana, kecuali pedagang yang bertaqwa kepada Allah, taat dan jujur.” (H.r. Imam At-Tirmidzi).
Abi sa’id meriwayatkan dari Nabi saw. Bersabda:
“Pedagang yang jujur lagi terpercaya, kelak akan bersama-sama para Nabi dan orang-orang yang jujur, serta para syuhada’.” (H.r. Imam At-Tirmidzi).
Pada lembaga keuangan atau perbankan islam, dengan operasi
murabahah, para klien bank membeli suatu komoditi menurut rincian
tertentu dan menghendaki agar bank mengirimkanya kepada mereka
berdasarkan imbuhan harga tertentu menurut persetujuan mula antara
kedua belah pihak11.
Adapun mengenai pembayaran harga oleh nasabah dapat dilakukan
secara penuh setelah jatuh tempo, dan dapat pula diangsur setiap periode
tertentu, misalnya sepekan atau sebulan sekali, selama jangka waktu yang
disepakati12.
B. Telaah pustaka
Mannan, M.A; 1995, Menjelaskan tentang pertimbangan hukum
syari’ah dan menyatakan tentang harga, yang tidak memperkenankan
setiap jenis pengisapan baik dari pihak produsen maupun konsumen.
11 M. Ab d ul Ma nna n, Te o ri Da n Pra kte k Eko no mi Isla m , 1995, hlm.
168.
12 Ma kha lul Ilmi SM, Te o ri d a n Pra kte k Le mb a g a Mikro Ke ua ng a n
Dalam bukunya ia juga berpendapat bahwa persoalan besar yang menanti
penyelesaian negara islam ialah adanya suatu pengaturan institusional
yang jelas berdasarkan prinsip islam yang secara otomatik akan mengurus
semua penyakit ekonomi masyarakat.
An-Nabhani, T; 1996 (hlm.149). Berpendapat bahwa
hukum-hukum syara’ telah menjamin tercapainya seluruh kebutuhan primer
secara menyeluruh kepada masyarakat islam secara menyeluruh, cara yang
ditulis adalah dengan mewajibkan bekerja kepada tiap laki-laki yang
mampu bekerja, sehingga dia bisa memenuhi kebutuhan-kebutahan
primernya sendiri, berikut orang-orang yang nafkahnya menjadi
tanggunganya. Dalam bukunya juga menjelaskan tentang hukum dasar jual
beli serta menjelaskan murabahah yang dalam melaksanakan
pembayaranya diangsur atau dengan cicilan.
Ilmi, M; 2002 (hlm.37). Menjelaskan produk lembaga keuangan
yang sangat diminati masyarakat serta membahas tentang pembayaran
harga oleh nasabah yang dilakukan secara penuh setelah jatuh tempo, dan
dapat pula diangsur setiap periode tertentu yang telah disepakati lembaga
dan nasabah. Dalam buku ini juga dipaparkan bahwa kurang lebih 80%
dana dipetakan ke murabahah walau dalam praktiknya tidak semua
memenuhi ketentuan yang mutlak adanya menurut syari’ah.
Antonio, M.S; 2004. Menjelaskan tentang pengertian murabahah,
murabahah (ketentuan tentang jaminan, hutang dalam murabahah,
penundaan pembayaran oleh debitur mampu, bangkrut), dan aplikasi
murabahah dalam perbankan dan dijelaskan juga mengenai manfaat
murabahah.
Arifin, Z; 2000. Menjelaskan tentang bagaimana pola pembiayaan
koperasi, usaha kecil, dan menengah di bank muamalat indonesia. Pola
pembiayaan ini meliputi; jual beli, dan pola bagi hasil. Dalam buku ini
dijelaskan juga mengenai upaya-upaya dalam mengantisipasi hambatan
pola pembiayaan syari’ah kepada koperasi, usaha kecil dan menengah.
Muhammad; 2000. Menjelaskan tentang prosedur operasional
produk penyaluran dana yang meliputi; pinjaman baru, perpanjangan
BAB III
DESKRIPSI OBYEK
A. Sejarah Dan Perkekmbangan Bank Muamalat Indonesia UPS Magelang.
Bank Muamalat Indonesia, merupakan bank pertama di indonesia
yang menggunakan konsep perbankan secara syari’ah. Bank Muamalat
Indonesia (BMI) didirikan berdasarkan akta pendirian no.1 tanggal 1
November 1991 masehi. Akta pendirian tersebut telah memperoleh
pengesahan menteri kehakiman republik indonesia dengan surat keputusan
No.C2-2413.HT.01.01 tahun 1992 dan telah didaftarkan di kantor
pengadilan tinggi jakarta pusat pada tanggal 30 Maret 1992 dibawah
no.970/1992 serta diumumkan dalam berita negara RI No.34 tanggal 28
April 1992 tambah No.1919A.
Berdasarkan surat keputusan menteri keuangan RI
No.430/KMK.013/1992 tanggal 24 April 1992 bank muamalat telah
memperoleh izin untuk beroperasi sebagai bank umum. Bank muamalat
secara resmi mulai beroperasi sebagai bank devisa sejak tanggal 27
Oktober 1994 berdasarkan surat keputusan menteri keuangan surat
keputusan direksi BI no.27/76/KED/DIR. Berdasarkan surat keputusan
menteri keuangan No.131/KMK.017/1995 tanggal 30 maret 1995, bank
muamalat dinyatakan sebagai bank yang beroperasi dengan sistem bagi
Bank muamalat berdasarkan surat keputusan menteri keuangan
No.S-106/MK.031/1995 tanggal 7 maret 1995 memperoleh setatus bank
persepsi yang mengijinkan bank muamalat untuk menerima
setoran-setoran pajak.
Pandiri bank muamalat, diantaranya menteri kabinet pembangunan
V misalnya Ir. Dr Ginanjar Kartasasmita, alamsyah ratu perwiranegara, Ir
hartato, Dr. arifin M siregar, Ir. Azwar anas, begitu pula presiden RI
soeharto berperan serta sebagai pemrakarsa terbentuknya bank syari’ah.
Kantor pusat bank muamalah berada di gedung Artaloka, Jl. Jendral
sudirman no.2 Jakarta (10220) sedangkan kantor UPS Magelang di dirikan
pada tanggal 21 maret 2005 yang berada di Jl. Daha no. 5 capem
magelang.
B. Visi dan Misi Bank Muamalat Indonesia
1. Visi
Menjadi Bank Syari’ah utama di Indonesia, dominan di pasar
spiritual, dikagumi di pasar rasional.
2. Misi
Menjadi role model Lembaga Keuangan Syari’ah dunia dengan
penekanan pada semangat kewirausahaan, keunggulan manajemen
dan orientasi investasi yang inovatif untuk memaksimumkan nilai
kepada stakeholder.
C. Tujuan Berdiri Bank Muamalat Indonesia
1. Meningkatkan kualitas kehidupan sosial ekonomi masyarakat
Indonesia, sehingga semakin berkurang kesenjangan sosial ekonomi,
dan dengan demikian akan melestarikan pembangunan nasional, antara
lain melalui:
a) Meningkatkan kualitas dan kuantitas kegiatan usaha
b) Meningkatkan kesempatan kerja
c) Meningkatkan penghasilan masyarakt banyak
2. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan
terutama dalam bidang ekonomi keuangan, yang selama ini masih
cukup banyak masyarakat yang enggan berhubungan dengan bank
karena masih menganggap bahwa bunga bank itu riba.
3. Mengembangkan lembaga bank dan system Perbankan yang sehat
berdasarkan efisiensi dan keadilan, mampu meningkatkan partisipasi
masyarakat sehingga menggalakkan usaha-usaha ekonomi rakyat
antara lain memperluas jaringan lembaga Perbankan ke daerah-daerah
terpencil.
4. Mendidik dan membimbing masyarakat untuk berpikir secara
ekonomi, berperilaku bisnis dan meningkatkan kualitas hidup mereka.
D. Produk-produk Bank Muamalat Indonesia
1. Produk Penghimpuanan Dana (Funding Products)
Shar-‘e adalah tabungan instan investasi syari’ah yang
memadukan kemudahan akses ATM, Debit dan Phone Banking
dalam satu kartu dan dapat dibeli di kantor pos seluruh Indonesia.
Hanya dengan Rp 125.000, langsung dapat diperoleh satu kartu
Shar-‘e dengan saldo awal tabungan Rp 100.000, sebagai sarana
menabung berinvestasi di Bank Muamalat. Shar-‘e dapat dibeli
melalui kantor pos. diinvestasikan hanya untuk usaha halal dengan
bagi hasil kompetitif. Tarik tunai bebas biaya di lebih dari 8.888
jaringan ATM BCA/PRIMA dan fasilitas SalaMuamalat. (phone
banking 24 jam untuk layanan otomatis cek saldo, informasi history
transaksi, transfer antara rekening sampai dengan 50 juta dan
berbagai pembayaran).
b. Tabungan Ummat
Merupakan investasi tabungan dengan aqad Mudharabah di
Counter Bank Muamalat di seluruh Indonesia maupun di Gerai
Muamalat yang penarikannya dapat dilakukan di seluruh Counter
Bank Muamalat, ATM Muamalat, jaringan ATM BCA/PRIMA dan
jaringan ATM Bersama. Tabungan Ummat dengan Kartu Muamalat
juga berfungsi sebagai akses debit di seluruh Merchant Debit
BCA/PRIMA di seluruh Indonesia. Nasabah memperoleh bagi hasil
yang berasal dari pendapatan Bank atas dana tersebut.
Merupakan tabungan yang dimaksudkan untuk mewujudkan
niat nasabah untuk menunaikan ibadah haji. Produk ini akan
membantu nasabah untuk merencanakan ibadah haji sesuai dengan
kemampuan keuangan dan waktu pelaksanaan yang diinginkan.
Dengan fasilitas asuransi jiwa, Insya Allah pelaksanaan ibadah haji
tetap terjamin. Dengan keistimewaan tersebut, nasabah Tabungan
Arafah bisa memilih jadwal waktu keberangkatannya sendiri dengan
setoran tetap tiap bulan, keberangkatan nasabah terjamin dengan
asuransi jiwa, apabila penabung meninggal dunia, maka ahli waris
otomatis dapat berangkat. Tabungan haji Arafah juga menjamin
nasabah untuk memperoleh porsi keberangkatan (sesuai dengan
ketentuan Departemen Agama) dengan jumlah dana Rp 32.670.000
(Tiga puluh dua juta enam ratus tujuh puluh ribu rupiah), karena
Bank Muamalat telah on-line dengan Siskohat Departemen Agama
Republik Indonesia. Tabungan haji Arafah memberikan keamanan
lahir batin karena dana yang disimpan akan dikelola secara Syari’ah.
d. Deposito Mudharabah
Merupakan jenis investasi bagi nasabah perorangan dan Badan
Hukum dengan bagi hasil yang menarik. Simpanan dana masyarakat
akan dikelola melalui pembiayaan kepada sektor riil yang halal dan
baik saja, sehingga memberikan bagi hasil yang halal. Tersedia
e. Deposito Fulinves
Merupakan jenis investasi yang dikhususkan bagi nasabah
perorangan, dengan jangka waktu enam dan 12 bulan dengan nilai
nominal minimal Rp 2.000.000,- atau senilai USD 500 dengan
fasilitas asuransi jiwa yang dapat dipergunakan sebagai jaminan
pembiayaan atau untuk referensi Bank Muamalat. Nasabah
memperoleh bagi hasil yang menarik tiap bulan.
f. Giro Wadi‘ah
Merupakan titipan dana pihak ketiga berupa simpanan giro
yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan
cek, bilyet, giro, dan pemindahbukuan. Diperuntukkan bagi nasabah
pribadi maupun perusahaan untuk mendukung aktivitas usaha.
Dengan fasilitas kartu ATM dan Debit, tarik tunai bebas biaya di
lebih dari 8.888 jaringan ATM BCA/PRIMA dan ATM Bersama,
akses di lebih dari 18.000 Merchant Debit BCA/PRIMA dan fasilitas
SalaMuamalat. (phone banking 24 jam untuk layanan otomatis cek
saldo, informasi history transaksi, transfer antar rekening sampai
dengan 50 juta dan berbagai pembayaran).
g. Dana Pensiun Muamalat
Dana Pensiun Muamalat dapat diikuti oleh mereka yang
pensiun 45-65 tahun dengan iuran sangat terjangkau, yaitu minimal
Rp 20.000 per bulan dan pembayarannya dapat didebet secara
otomatis dari rekening Bank Muamalat atau dapat ditransfer dari
Bank lain. Peserta juga dapat mengikuti program WASIAT
UMMAT, dimana selama masa kepesertaan, peserta dilindungi
asuransi jiwa sebesar nilai tertentu dengan premi tertentu. Dengan
asuransi ini, keluarga peserta akan memperoleh dana pensiun sebesar
yang diproyeksikan sejak awal jika peserta meninggal dunia sebelum
memasuki masa pensiun.
2. Produk Penanaman Dana (Invesment Product)
a. Konsep Jual Beli
1) Murabahah
Adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan
keuntungan yang disepakati. Harga jual tidak boleh berubah selama
masa perjanjian.
2) Salam
Adalah pembelian barang yang diserahkan di kemudian hari
dimana pembayaran dilakukan di muka/tunai.
Adalah jual beli barang dimana Shani’ (produsen) ditugaskan
untuk membuat suatu barang (pesanan) dari Mustashni’ (pemesan).
Istishna’ sama dengan Salam yaitu dari segi obyek pesanannya yang
harus dibuat atau dipesan terlebih dahulu dengan ciri-ciri khusus.
Perbedaannya hanya pada sistem pembayarannya yaitu Istishna’
pembayaran dapat dilakukan di awal, di tengah atau di akhir
pesanan.
b. Konsep Bagi Hasil
1). Musyarakah
Adalah kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu
usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi
dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan
ditanggung sesuai kesepakatan.
2). Mudharabah
Adalah kerjasama antara bank dengan Mudharib (nasabah)
yang mempunyai keahlian atau keterampilan untuk mengelola usaha.
Dalam hal ini pemilik modal (Shahibul Maal) menyerahkan
modalnya kepada pekerja/pedagang (Mudharib) untuk dikelola.
c. Konsep Sewa
Adalah perjanjian antara bank (muajjir) dengan nasabah
(mustajir) sebagai penyewa suatu barang milik bank dan bank
mendapatkan imbalan jasa atas barang yang disewakannya.
2). Ijarah Muntahia Bittamlik
Adalah perjanjian antara Bank (muajjir) dengan nasabah
sebagai penyewa. Mustajir/penyewa setuju akan membayar uang
sewa selama masa sewa yang diperjanjikan dan bila sewa selama
masa sewa berakhir penyewa mempunyai hak opsi untuk
memindahkan kepemilikan obyek sewa tersebut.
3. Produk Jasa (Service Products)
a.Wakalah
Berarti penyerahan, pendelegasian atau pemberian mandat.
Secara teknis Perbankan, Wakalah adalah akad pemberian
wewenang/kuasa dari lembaga/seseorang ( sebagai pemberi mandat)
kepada pihak lain (sebagai wakil) untuk melaksanakan urusan dengan
batas kewenangan dan waktu tertentu. Segala hak dan kewajiban yang
diemban wakil harus mengatasnamakan yang memberikan kuasa.
b.Kafalah
Merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafil)
kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang
tanggung jawab seseorang yang dijamin dengan berpegang pada
tanggung jawab orang lain sebagai penjamin.
c.Hawalah
Adalah pengalihan hutang dari orang yang berhutang kepada
orang lain yang wajib menanggungnya. Dalam pengertian lain,
merupakan pemindahan beban hutang dari muhil (orang yang berhutang)
menjadi tanggungan muhal ‘alaih atau orang yang berkewajiban
membayar hutang.
d.Rahn
Adalah menahan salah satu milik si peminjam sebagai jaminan
atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan tersebut memiliki
nilai ekonomis, sehingga pihak yang menahan memperoleh jaminan
untuk dapat mengambil seluruh atau sebagian piutangnya. Secara
sederhana rahn adalah jaminan hutang atau gadai.
e.Qardh
Adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih
atau diminta kembali. Menurut teknis Perbankan, qardh adalah
pemberian pinjaman dari Bank ke nasabah yang dipergunakan untuk
kebutuhan mendesak, seperti dana talangan dengan kriteria tertentu dan
bukan untuk pinjaman yang bersifat konsumtif. Pengembalian pinjaman
sebesar pinjaman tanpa ada tambahan keuntungan dan pembayarannya
dilakukan secara angsuran atau sekaligus.
4. Jasa Layanan (Services)
a. ATM
Layanan ATM 24 jam yang memudahkan nassabah melakukan
penarikan dana tunai, pemindahbukuan antara rekening, pemeriksaan
saldo, pembayaran Zakat, Infaq, Sedekah (hanya pada ATM
Muamalat), dan tagihan telepon. Untuk penarikan tunai, kartu
Muamalat dapat diakses di 8.888 ATM di seluruh Indonesia, terdiri atas
mesin ATM Muamalat, ATM BCA/PRIMA dan ATM Bersama, yang
bebas biaya penarikan tunai. Kartu Muamalat juga dapat dipakai untuk
bertransaksi di 18.000 lebih Merchant Debit BCA/PRIMA. Untuk
ATM Bersama dan BCA/PRIMA, saat ini sudah dapat dilakukan
transfer antara Bank.
b. SalaMuamalat
Merupakan layanan Phone Banking 24 jam dan call center
yang memberikan kemudahan bagi nasabah, setiap saat dan di manapun
nasabah berada untuk memperoleh informasi mengenai produk, saldo
dan informasi transaksi, transfer antara rekening, serta mengubah PIN.
Jasa yang memudahkan nasabah dalam membayar ZIS, baik ke
lembaga pengelola ZIS Bank Muamalat maupun ke lembaga-lembaga
ZIS lainnya yang bekerjasama dengan Bank Muamalat, melalui Phone
Banking dan ATM Muamalat di seluruh cabang Bank Muamalat.
d. Jasa-jasa Lain
Bank Muamalat juga menyediakan jasa-jasa Perbankan lainnya
kepada masyarakat luas, seperti transfer, collection, standing
instruction, dan lain sebagainya.
BAB IV ANALISIS
A. Pelaksanaan Murabahah di Bank Muamalat Indonesia UPS Magelang
1. Murabahah di BMI UPS Magelang
Murabahah dalam pelaksanaannya di perbankan adalah akad jual
beli barang dengan menyatakan harga perolehan atau harga beli
ditambah keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan
pembeli13. Definisi lain tentang murabahah. Dalam pelaksanaanya
diperbankan yaitu pembiayaan berdasarkan perjanjian jual beli atas hal
barang tertentu, dimana pemilik barang (Bank) akan menyerahkan
barang kepada pembeli (Nasabah) dengan kelebihan yang telah
disepakati bersama. Apabila pembayaranya dilakukan secara angsuran,
disebut Bai’ Bitsaman Ajil.
Dengan demikian, yang dimaksud dengan pembiayaan
murabahah di Bank Muamalat adalah akad perjanjian penyediaan
barang berdasarkan jual beli, dimana Bank Muamalat membelikan
kebutuhan barang atau investasi nasabah dan kemudian barang atau
investasi tersebut dijual kembali kepada nasabah ditambah dengan
keuntungan yang telah disepakati. Murabahah dengan sebagaimana
yang disebutkan dalam definisi di atas, mengandung dua nusur utama
yaitu harga membeli dan biaya yang terkait, dan kesepakatan
berdasarkan keuntungan (mark-up)14
Akad murabahah merupakan salah satu produk pembiayaan yang
besifat natura certainty contracts, hal ini karena dalam murabahah
ditentukan berapa keuntungan yang akan diperoleh (redquiredrate off
profit). Oleh karena itu bank harus memberi tahu harga produk barang
yang dibeli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai
tambahanya, karena adanya unsur kepastian keuntungan yang didapat
inilah banyak bank syari’ah yang menggunakan produk pembiayaan
murabahah sebagai metode utama dalam penyaluran dana pembiayaan.
Sehingga dimungkinkan sekali murabahah ini menduduki posisi teratas
dengan jumlah yang paling tinggi dengan jumlah porto folio penanaman
dana.
BANK
Sup p lie r d a n
2. Skema Pelaksanaan Murabahah Perbankan
Skema teknis murabahah15
1.Negosiasi dan
Gambar 1: Skema Pelaksanaan Murabahah
a. Teknis Pelaksanaanya sebagai berikut:
1) Nasabahdatang ke Bank Muamalat untuk melakukan negosiasi
dan persyaratan mengenai jenis barang yang akan dibeli, dalam
hal ini bank bertindak sebagai penjual dan nasabah sebagai
pembeli.
2) Antara kedua belah pihak (bank dan nasabah) kemudian
melakukan akad jual beli
3) Setelah terjadi kesepakatan dari kedua belah pihak, selanjutnya
Bank Muamalat akan melakukan pengadaan barang, dengan
membeli secara tunai kepada suplier. Hal ini untuk
15Diambil dari “Pedoman Penanaman Dana (Pembiayaan) Bank Muamalat Indonesia” Hlm. 31
mengantisipasi terjadinya penyimpangan penggunaan dana
(insid streaming), yang biasanya terjadi apabila pemberian
pembiayaan langsung diberikan dalam bentuk uang tunai.
4) Selanjutnya bank muamalat menjual barang kepada nasabahnya
dengan harga yang telah disepakati bersama, yaitu harga
pembelian ditambah margin (keuntungan). Kesepakatan harga
ini tidak boleh berubah, hingga berakhirnya akad pembiayaan.
5) Supplier akan mengirim barang yang telah dibeli oleh Bank
Muamalat tersebut kepada nasabah beserta
dokumen-dokumennya, selanjutnya nasabah membayar harga barang
dengan cara angsuran selama jangka waktu yang telah
ditentukan. Angsuran atau pengembalian dari nasabah ini
dilakukan dengan arus kas usahanya atau sesuai jadwal
angsuran. Dengan melakukan angsuran atau pengembalian
seperti ini (sesuai dengan arus kas usahanya), maka pihak
nasabah memungkinkan pola angsuran atau cicilan kepada
Bank Muamalat secara: rata, semakin lama semakin naik (step
-up), semakin lama semakin turun (step-down), atau
menggunakan semakin naik dan semakin turun (step-up step
-down).
b. Konsekuensi logis yang timbul dengan pola jual-beli murabahah
1) Pembiayaan atau penanaman dana akan senantiasa terkait
dengan sektor riil karena harus menyebut barang
2) Harga jual sudah ditetapkan diawal dan tidak berubah hingga
akad penanaman dana berakhir.
3) Tidak ada peluang untuk melipat gandakan (coumpounding)
4) Pembiayaan hanya ditujukan kepada pengadaan barang yang
halal sesuai dengan rukun dan syarat jual beli.
5) Tidak ada penalti atas keterlambatan (bagi nasabah yang
benar-benar belum mapu membayar)
3. Aspek Pelaksanaan Murabahah di Bank Muamalat
a. Implementasi
1) Barang yang Boleh Dibeli
Pembiayaan murabahah ditujukan untuk pembelian asset
atau objek jual beli seperti; pembelian rumah atau gedung atau
sejenisnya, kendaraan atau alat-alat mesin industri, dan asset
lain yang tidak bertentangan dengan Syari’ah dan disetujui
bank.
2) Bank
Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan atau
tanpa pesanan. Dalam murabahah berdasarkan pesanan bank
melakukan pembelian barang setelah ada pemesanan dari
nasabah. Murabahah pesanan ini dapat bersifat mengikat atau
Dalam murabahah pesanan mengikat pembeli serta tidak dapat
membatalkan pesanannya.
Dengan fasilitas murabahah ini dapat digunakan untuk
membiayai nasabah seperti, untuk keperluan modal kerja
misalnya, untuk membeli bahan mentah, bahan setengah jadi,
barang jadi, stock persediaan, suku cadang, dan penggantian.
Sedangkan untuk perdagangan atau penjualan barang atau jasa
yang dilakukan oleh nasabah termasuk didalamnya biaya
produksi barang baik untuk pasar domestik maupun untuk
expor. Misalnya; untuk biaya membeli bahan mentah, tenaga
kerja, overheads cost, dan margin keuntungan16.
Berdasarkn PSAK No.59, dapat ditarik suatu kesimpulan
tentang bank sebagai berikut:
a ) Pada prinsipnya bank bertindak sebagai penyedia barang
b ) Dalam kondisi tertentu bank dapat mewakilkan (wakalah)
pembelian barang tersebut kepada nasabah.
c ) Bank berhak menentukan suplier dalam pembelian barang
yang dibutuhkan oleh nasabah.
d ) Bank menerbitkan Purchases Order (PO) sesuai
kesepakatan dengan nasabah kepada suplier bukan
diberikan langsung kepada nasabah. Kecuali jika bank
mewakilkan kepada nasabah (melalui akad wakalah).
e ) Dalam hal ini bank mewakalahkan kepada nasabah, maka
akad wakalah dilakukan pada saat penyerahan uang dari
bank kepada nasabah.
f) Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk
membeli barang dari pihak ketiga maka akad murabahah
dilakukan seteleh kepemilikan barang secara prinsip
dikuasai oleh bank.
3) Nasabah
Dalam akad murabahah, nasabah bertindak sebagai
pembeli atas suatu barang. Berdasarkan fatwa Dewan Syari’ah
Nasional (DSN) No.04/DSN-MUI/IV/2000 tentang murabahah
telah ditetapkan ketetapan kedua mengenai ketentuan
murabahah kepada nasabah yaitu sebagai berikut:
1) Nasabah mengajukan permohonan dan perjanjian
pembiayaan suatu barang atau asset suatu bank.
2) Jika bank menerima permohonan tersebut, bank harus
membeli dahulu barang yang dipesannya secara sah dengan
pedagang.
3) Bank kemudian menawarkan barang kepada nasabah dan
nasabah harus menerima (membeli) sesui dengan perjanjian
yang mengikat tersebut, kemudian kedua belah pihak harus
Nasabah yang telah mendapatkan kontrak, baik kontrak
kerja maupun kontrak pemasukan barang, dapat pula meminta
pembiayaan dari bank. Bank dapat membiayai keperluan ini
dengan prinsip murabahah dan untuk itu bank dapat meminta
Surat Perintah Kerja (SPK) dari nasabah yang bersangkutan.
4) Pemasok Barang atau Supplier
Pemasok barang atau supplier adalah orang atau badan
hukum yang membantu bank dalam penyediaan barang sesuai
permintaan nasabah. Bank akan membeli barang sesuai
permintaan nasabah ke supplier dan menjual kembali barang
tersebut kepada nasabah.
5) Harga
Harga dalam murabahah adalah harga beli ditambah
dengan margin (keuntungan) yang telah disepakati. Ketentuan
tentang harga ini meliputi:
a ) Ketentuan harga jual (pricing) ditetapkan diawal perjanjian
dan tidak boleh berubah selama waktu perjanjian.
b ) Pembayaran murabahah dapat dilakukan secara tunai atau
secara dicicil, selain itu juga diperkenankan adanya
perbedaan dalam harga barang untuk cara pembayaran yang
c ) Harga yang disepakati adalah harga jual (harga beli
ditambah margin atau keuntungan). Sedangkan harga beli
harus diberitahukan.
d ) Jika bank mendapat potongan dari pemasok, maka
potongan itu merupakan hak nasabah. Apabila potongan itu
terjadi setelah akad maka pembagian potongan tersebut
dilakukan berdasarkan perjanjian yang dimuat dalam akad.
Cara menjual secara kredit atau cicilan sebenarnya bukan
merupakan bagian dari syarat sistem murabahah atau
murabahah pesanan (KPP). Meskipun demikian transaksi
murabahah dengan sistem cicilan atau angsuran ini
mendominasi praktik pelaksanaan kedua jenis murabahah
tersebut. Hal ini dikarenakan seseorang tidak akan datang
ke bank kecuali untuk mendapatkan kredit dan membayar
secara angsur17.
e ) Apabila nasabah memberikan uang muka (urbun), maka
berdasarkan fatwa DPSN No.04/DSN-MUI/IV2000 tentang
murabahah terutama ketetapan kedua mengenai ketentuan
murabahah khususnya telah ditetapkan bahwa :
17 Muha ma d sya fi’ i a nto nio , “Ba nk Sya ri’ a h Da ri Te o ri Ke p ra ktik” , G e ma
(1)Dalam jual beli ini bang diperbolehkan meminta
nasabah untuk membayar uang muka saat
menandatangani kesepakatan awal pemesanan
(2)Jika nasabah kemudian menolak membeli barang
tersebut, biaya riil bank harus dibayar dari uang muka
tersebut.
(3)Jika nilai uang muka kurang dari nilai kerugian yang
harus ditanggung oleh bank, bank dapat meminta
kembali sisa kerugianya kepada nasabah.
(4)Jika uang muka memakai kontrak (urbun) sebagai
alternatif dari uang muka, maka:
(a )Jika nasabah memutuskan untuk membeli barang
tersebut, nasabah tinggal membayar sisa harga.
(b )Jika nasabah gagal membeli, uang muka menjadi
milik bank maksimal sebesar kerugian yang
ditanggung oleh bank akibat pembatalan tersebut.
Jika uang muka tidak mencukupi, nasabah wajib
melunasi kekuranganya.
6) Uang Muka dalam Murabahah
Berdasarkan fatwa DSN No.13/DSN-MUI/IX/2000
tentang uang muka dalam murabahah khususnya keputusan
pertama mengenai ketentuan umum uang muka maka telah
a ) Dalam akad penanaman dana Murabahah, Lembaga
Keuangan Syari’ah (LKS) dibolehkan untuk meminta uang
muka apabila kedua belah pihak bersepakat.
b ) Besarnya jumlah uang muka ditentukan berdasarkan
kesepakatan.
c ) Jika nasabah membatalkan akad murabahah, nasabah harus
memberikan ganti rugi kepada Lembaga Keuangan
Syari’ah dari uang muka tersebut.
d ) Jika jumlah uang muka lebih kecil dari kerugian, Lembaga
Keuangan Syari’ah dapat meminta tambahan kepada
nasabah.
e ) Jika jumlah uang muka lebih besar dari kerugian Lembaga
Keuagan Syari’ah harus mengembalikannya kepada
nasabah.
7) Jangka Waktu
Jangka waktu dalam murabahah disesuaikan dengan
kemampuan nasabah untuk mencicil angsuran harga jual.
8) Penundaan Pembayaran
Berdasarkan fatwa DSN No.04/DSN-MUI/IV/2000
tentang murabahah khususnya ketetapan kelima mengenai
penundaan pembayaran dalam murabahah, maka telah
a ) Nasabah yang memiliki kemampuan tidak dibenarkan
menunda penyelesaian hutangnya.
b ) Jika nasabah menunda-nunda pembayaran dengan sengaja,
atau jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibanya
dilakukan melalui Badan Arbitrase Muamalah Indonesia
(BAMUI) yang merupakan suatu lembaga yang didirikan
bersama antara kejaksaan agung republik indonesia dan
MUI.
9) Bangkrut dalam Murabahah
Berdasarkan fatwa DSN No.04/DSN-MUI/IV/2000
tentang murabahah, khususnya ketetapan keenam mengenai
bangkrut dalam murabahah maka telah ditetapkan “jika
nasabah telah dinyatakan pailit dan gagal menyelesaikan
hutangnya, bank harus menunda tagihan hutang sampai
nasabah menjadi sanggup kembali atau berdasarkan
kesepakatan.
10)Sanksi atas Nasabah Mampu yang Menunda-nunda
Pembayaran.
Berdasarkan fatwa DSN-MUI/IX/2000 sangsi atas
nasabah mampu yang menunda-nunda pembayaran, maka telah
ditetapkan bahwa:
a ) Sanksi yang disebut dalam fatwa ini adalah sanksi yang
nasabah yang mampu membayar tetepi menunda-nunda
pembayaran dengan sengaja.
b ) Nasabah yang tidak mampu membayar disebabkan for
majeur tidak boleh dikenakan sanksi
c ) Nasabah mampu yang menunda-nunda pembayaran dan
tidak mempunyai kemauan dan iktikad baik untuk
membayar hutangnya boleh dikenakan sanksi.
d ) Sanksi didasarkan pada prinsip ta’zir, yaitu bertujuan agar
nasabah libih disiplin dalam melaksanakan kewajibanya.
e ) Sangsi dapat berupa denda sejumlah uang yang dipesanya
ditentukan atas dasar kesepakatan dan dibuat saat akad
ditandatangani.
f) Dana yang berasal dari denda diperuntukkan sebagai dana
sosial (qordul hasan)
11)Diskon dalam Murabahah.
Berdasarkan fatwa DSN No. 16/DSN-MUI/IX/2000
tentang diskon murabahah, maka telah ditetapkan:
a ) Harga dalam jual beli adalah suatu jumlah yang disepakati
oleh kedua belah pihak, baik sama dengan nilai (qimah)
benda menjadi obyek jual beli lebih tinggi maupun lebih
b ) Harga dalam jual beli murabahah adalah harga beli, biaya
yang diperlukan ditambah dengan keuntungan sesuai
dengan kesepakatan.
c ) Jika dalam jual beli murabahah lembaga keuangan syari’ah
mendapat diskon dari supplier, harga sebenarnya adalah
harga setelah diskon karena diskon itu adalah hak nasabah.
d ) Jika pemberian diskon terjadi setelah akad, pembagian
tersebut dilakukan berdasarkan perjanjian atau persetujuan
yang dimuat dalam akad.
e ) Dalam akad pembagian diskon, setelah akad hendaklah
diperjanjikan dan ditandatangani.
12)Potongan dalam Pelunasan
Berdasarkan fafwa DSN No.23/DSN-MUI/III/2002
tentang potongan pelunasan dalam murabahah maka telah
ditetapkan :
a ) Jika nasabah dalam transaksi murabahah melakukan
pelunasan penanaman dana tepat waktu atau lebih cepat
dari waktu yang telah disepakati, lembaga keuangan
syari’ah boleh memberikan potongan dari kewajiban
penanaman dana tersebut dengan syarat tidak diperjanjikan
b ) Besar potongan sebagaimana dimaksud di atas diserahkan
pada kebijakan dan pertimbangan lembaga keuangan
syari’ah.
13)Penyelesaian Hutang dalam Murabahah
Berdasarkan fatwa DSN No.4/DSN-MUI/IV/2000
tentang murabahah khususnya ketetapan keempat mengenai
hutang dalam murabahah ditetapkan bahwa:
a ) Secara prinsip penyelesaian hutang nasabah dalam transaksi
murabahah tidak ada kaitanya dengan transaksi lain yang
dilakukan nasabah menjual kembali barang tersebut dengan
keuntungan atau kerugian, nasabah tetap menyelesaikan
hutangnya kepada bank.
b ) Jika nasabah menjual barang menyebabkan kerugian,
nasabah harus tetap menyelesaikan hutangnya sesuai
kesepakatan awal. Nasabah tidak boleh memperlambat
pembayaran angsuran atau meminta kerugian tersebut.
14)Lain-lain
Apabila aset murabahah yang telah dibeli bank dalam
murabahah dengan pesanan yang mengikat, mengalami
penurunan nilai sebelum diserahkan kepada pembeli, maka
penurunan nilai tersebut menjadi beban penjual (bank) dan
penjual (bank) akan mengurangi nilai akad.
Dokumen-dokumen dalam penanaman dana murabahah terdiri
dari :
1) Surat persetujuan prinsip (offering letter).
2) Surat permohonan realisasi penanaman dana murabahah
(SPRP).
3) Akad wakalah (bila diperlukan).
4) Tanda terima uang nasabah (TTUN) dalam hal bank
mewakilkan kepada nasabah.
5) Akad murabahah.
6) Surat sanggup.
7) Perjanjian pengikatan jaminan.
8) Tanda terima barang-wakalah.
9) Tanda terima barang murabahah.
4. Aspek Administrasi Murabahah Di Bank Muamalat.
a. Pembayaran
Dana pembelian barang akan dibayarkan setelah akad
perjanjian ditandatangani dengan dilengkapi dokumen resmi
pembelian barang yang diperjual belikan. Pembayaran murabahah
ini dapat dilakukan secara tunai atau cicilan. Namun umumnya
pembayaran dilakukan secara cicilan.
Pembayaran secara cicilan ini memang bila dilihat dari jenis
akadnya merupakan jenis akad Bai’ Bitsaman Ajil (BBA), tetapi di
diterapkan diterapkan dalam akad murabahah dengan alasan bahwa
konsep BBA kurang luas cakupanya (cenderung digunakan untuk
kegiatan konsumtif), sedangkan kegiatan murabahah lebih untuk
kegiatan usaha, dan BBA merupakan diverifikasi dari murabahah
sendiri sehingga akad murabahah dinilai lebih fleksibel. Selama ini
BBA hanya diterapkan di malaysia, sedangkan bank syari’ah
kebanyakan lebih menggunakan akad murabahah.
b. Kewajiban Nasabah
Pembayaran angsuran sebagai kewajiban nasabah dilakukan
dengan mendebit rekening nasabah di BMI. Jika nasabah
melakukan pembayaran uang muka, maka pembayaran tersebut
dianggap sebagai angsuran kewajiban pertama. Apabila nasabah
mengalami masalah menunda pembayaran, maka pembayaran
administrasi tunggakan kewajiban nasabah dimasukkan rekening
sosial Bank Muamalat (charrety account).
c. Pendapatan
Pendapatan bank diakui bila kewajiban nasabah sudah dibayar,
dan semua biaya administrasi yang timbul akibat dari perjanjian ini
ditanggung nasabah dan diakui sebagai pendapatan bank.
d. Asuransi
B. Proses Realisasi Pembiayaan Murabahah Di Bank Muamalat
Indonesia.
1. Ruang lingkup
Proses realisasi yang dimaksud adalah penggunaan dana bank dari
dana pihak ketiga yang disalurkan kepada nasabah. Proses pencairan
dana ini dilakukan oleh bank dengan mengkredit rekening nasabah
tersebut sejumlah penanaman dana yang dilakukan atau disetujui.
Setiap pengajuan pembiayaan atau permohonan penanaman dana
belum tentu akan selalu terealisasi, hal ini mengingat prinsip
kehati-hatian Bank Syari’ah (Bank Muamalat) dalam mengelola dana pihak
ketiga. Oleh karena itu, setiap nasabah yang ingin mengajukan
penanaman dana harus sesuai ketentuan yang berlaku. Pelaksanaan
realisasi akan dilakukan setelah ada pernyataan atau persetujuan dari
komite bahwa penanaman dana tersebut layak untuk diberikan.
Biasanya proses ini membutuhkan waktu + 7 hari. Adapun proses
penanaman dana Bank Muamalat kepada nasabah adalah sebagai
berikut:
a. Permohonan Pembiayaan (penanaman dana)
Dlam proses awal penanaman dana, seseorang calon nasabah
mendapatkan dana yang diajukan harus membuat surat
poermohonan penanaman dana kebank karena pihak bank hanya
dana diajukan secara tertulis, baik dari penanaman dana baru,
perpanjangan maupun tambahan.
b. Survey (proses inisiasi dan solisitasi)
Untuk menguji kebenaran semua informasi yang berkaitan
dengan usaha dan data pemohon, langkah yang pertama yang
dilakukan oleh setiap account manager adalah proses inisiasi dan
solisitasi. Semua langkah-langkah tersebut harus dipersiapkan
dengan cermat, karena keberhasilan proses awal salah satunya dapat
diukur tahap ini. Proses inisiasi terdiri dari; pengumpulan informasi
dan penentuan calon nasabah yang potensial. Sedangkan proses
solisitasi merupakan proses untuk memperoleh informasi data yang
dilakukan melalui kunjungan atau survei lapangan langsung ke
tempat calon nasabah atau nara sumber diluar perusahaan.
c. Analisa Pembiayaan
Dalam setiap pemberian pembiayaan tentunya ada resiko yang
akan diterima dan resiko tersebut banyak dipengaruhi oleh berbagai
faktor. Salah satu diantaranya adalah kurang mampu menganalisa
pembiayaan secara akurat dan cepat. Dengan demikian petugas atau
pejabat yang bertugas menyalurkan penanaman dana perlu dibekali
pengetahuan dalam menganalisa pemberian pembiayaan. Dalam
analisa ini mencakup:
1) Data pemohon.
3) Latar belakang nasabah.
4) Analisa keuangan nasabah.
5) Analisa aguanan.
6) Analisa resiko pemberian pembiayaan.
d. Rekomendasi Persetujuan Pemberian Pembiayaan.
Pembuatan usulan pemberian pembiayaan atau disebut dengan
memorandum analisa pemberian pembiayaan, pada dasarnya
merupakan memorandum atau proposal namun jelas yang berisikan
rangkuman data fakta, dari informasi yang berkaitan dengan analisa
pemberian pembiayaan dan keuangan dari calon nasabah yang
digunakan sebagai bahan untuk penilaian pemberian pembiayaan.
e. Persetujuan Pemberian Pembiayaan
Apabila keputusan dari komite pembiayaan tersebut disetujui,
maka pejabat pembiayaan harus membuat:
1) Surat persetujuan prinsip (offering letter)
2) Proses pengikatan.
3) Tanggung jawab dokumentasi.
f. Realisasi Pembiayaan.
Setelah usulan pemberian pambiayaan yang hendak diajukan
disetujui maka proses labih lanjut harus diperiksa
kelengkapan-kelengkapanya sebelum realisasi ke nasabah yaitu meliputi:
1) Usulan pemberian pembiayaan.
3) Bank checking.
4) Analisa atau reanalisa yuridis.
5) Kelengkapan dokumen yang menunjang baik asli atau foto
copy.
g. Monitoring Pemberian Pembiayaan.
Monitoring pembiayaan yaitu membina dan memantau
pembiayaan dana nasabah.
Di bank muamalat proses realisasi pembiayaan ini dilakukan
oleh bagian operasional pembiayaan, fungsi dari bagian ini adalah
mengelola pembukuan transaksi pembiayaan yang meliputi:
1) Dropping pembiayaan.
Yaitu melaksanakan dropping (pencairan dana) sesuai dengan
persyaratan dan komisi yang telah ditetapkan. Syarat dropping
antara lain; memo dropping, half sheet (UP), tanda terima uang
nasabah (TTUN) , surat permohonan realisasi pembiayaan
(SPRP), jadwal angsuran.
2) Angsuran
Angsuran pembiayaan dilakukan dengan mendebet rekening
nasabah sesuai jadwal angsuran dan atau sesuai memo
marketing. Jenis angsuran yaitu ; pokok dan keuntungan yang
disepakati atau bagi hasil, pakok, bagi hasil.
Melaksanakan pelunasan pembiayaan nasabah sesuai memo
pelunasan marketing (bila ada). Jenis pelunasanya yaitu: lunas
sesuai jangka waktu, namun juga bisa dipercepat.
4) Muqasah
Melakukan pembukuan muqasah dan muqasah ini bisa
disebabkan karena : pelunasan dipercepat, nasabah kesulitan,
dan kondisi pasar (tidak memungkinkan).
5) Biaya Administrasi.
Malaksanakan pembukuan biaya administrasi pembiayaan
sesuai yang telah disetujui komite pembiayaa, dan biaya
administrasi ini harus disediakan dimuka oleh nasabah tidak
boleh dipotong dari droppingnya.
6) Premi Asuransi
Melaksnakan premi asuransi pembiayaan sesuai dengan yang
telah disetujui komite pembiyaan. Jenis asuransinya yaitu:
asuransi jiwa, asuransi jaminan (kerugian), dan biaya asuransi
harus disediakan dimuka oleh nasabah, serta tidak boleh
dipotong dari droppingnya.
7) Tagihan Rupa-rupa (TRR).
Adalah perkiraan penampungan semenatara atas biaya-biaya
yang timbul berkaitan dengan pembiayaan yang diberikan
kepada nasabah. Tagihan rupa-rupa digunakan dalam
notaris, pengacara, penjualan jaminan, dan lain-lain yang akan
ditagihkan kemudian kepada nasabah.
8) PPAP atau Cadangan.
Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) adalah
cadangan kerugian yang harus dibukukan terhadap setiap
pembiayaan yang diberikan besarnya sesuai dengan ketentuan.
9) Write-off
Adalah pengahapus bukuan atas suatu pembayaran pembiayaan
bermasalah.
10)Pelaporan
Pelaporan ini meliputi:
a) Pelaporan internal, yang terdiri dari ; proffsheet
pembiayaan, keterlambatan pembayaran angsuran, titipan
operasi pembiayaan, tagihan rupa-rupa.
b) Pelaporan eksternal, yang terdiri dari ; laporan ke BI,
akuntan publik.
11)Sistem filling
Sistem filling ini meliputi ;
a) Kartu pembiayaan, baik perjenis pembiayaan atau
pertanggal angsuran.
b) Memo dropping, UP atau half sheet, TTUN, SPRP jenis
pembiayaan.
2. Persyaratan Realisasi.
a. Pemeriksaan Dokumen Awal.
Data-data yang sudah dipersyaratkan harus diperiksa oleh
support pembiayaan. Pemeriksaan tersebut berdasarkan pada
kepatuhan ketentuan perbankan dan kebijakan yang berkaitan
dengan pembiayaan. Seandainya terjadi penyimpangan maka
penyimpangan tersebut harus dilaporkan komite dan direksi.
Pemeriksaan yang dilakukan oleh support tidak hanya
dokkumen inti, melainkan juga dokumen-dokumen pendukung
dalam realisasi langkah-langkah yang harus diperiksa:
1) Apakah usulan pembiayaan (UP) beserta risalah keputusan
komite pembiayaan yang telah ditandatangani oleh seluruh
anggota komite dan salah satu diantaranya memiliki batasan
sampai dengan usulan pembiayaan yang diajukan.
2) Persyaratan-persyaratan yang diminta sebagaimana yang
dinyatakan dalm keputusan komite penanaman dana.
3) Surat permohonan realisasi pembiayaan (SPRP), surat sanggup
(promes), jadwal angsuran, surat tanda terima uang (STTU),
dan surat tanda terima barang (STTB) yang telah
ditandatangani oleh nasabah.
4) Surat perjanjian pembiayaan (akad) sesuai dengan
masing-masing jenis fasilitas serta dokumen pengikatan lainya,
dengan standar pengikatan yang ditetapkan oleh bank dan
kesemuanya telah ditandantangani oleh semua pihak
sebagaimana mestinya, serta telah dilaksanakan dengan benar.
5) Surat keterangan (cover note) dari notaris yang berisi nomor
dan tanggal perjanjian pembiayaan dan pengikatan jaminan
serta akad-akad lainya (untuk perjanjian penanaman dana
secara notariil).
b. Kewajiban Pemeriksaan Pendukung.
Dokumen-dokumen pendukung harus diperiksa terlebih
dahulu oleh support pembiayaan dan diverivikasi sebelum
diserahkan ke operasi pemebiayaan untuk pencairan (dropping)
fasilitas pembiayaan.
c. Kewajiban Pemeriksaan Kepatuhan Ketentuan Extern dan
Kebijkan Bank.
Setiap fasilitas pembiayaan yang akan diberikan harus
diperiksa kepatuhan (complience) terhadap ketentuan extern dan
kebijakan bank yang berlaku. Pemeriksaan kepatuhan minimal
harus meliputi kepatuhan terhadap ketentuan perbankan secara
umum dan kebijakan lain yang berkaitan pembiayaan bank.
Apabila ditemukan penyimpangan dalam proses
pejabat yang berwenang, dan wajib melaporkan penyimpangan
tersebut secara tertulis kepada direksi.
d. Persiapan Pencairan Pembiayaan.
Persiapan yang harus dilakukan dalam persiapan pencairan
pembiayaan antara lain:
1) Periksa kelengkapan dokumen pencairan pembiayaan yang
meliputi:
a) Usulan pembiayaan.
b) Dokumen pendukung dari usulan pembiayaan.
c) Memorandum analisa pembiayaan
d) Keputusan komite pembiayaan.
e) Memorandum dropping.
f) Surat keterangan (cover note) dari notaris sebagai bukti
akad.
2) Periksa apakah persyaratan dropping sudah dipenuhi.
e. Tahap Pencairan Pembiayaan.
1) Permintaan pencairan fasilitas pembiayaan yang dilakukan oleh
account manager (AM) melalui memorandum dropping harus
diajukan melalui support pembiayaan untuk diteruskan kepada
unit kerja operasional.
2) Support pembiaayan selanjutnya membubuhkan fiat dropping
pada usulan pembiayaan berikut pula pada dua buah lembar
3) Fiat dropping yang dibubuhkan pada setiap usulan pembiayaan
baik asli maupun foto copy harus berupa fiatdropping asli.
4) Usulan pembiayaan asli yang telah dibubuhi fiat dropping
disimpan di file pembiayaan sebagai bukti realisasi pembiayaan
yang telah dibubuhi fiat dropping dan dilengkapi copyan SPRP,
dan jadwal angsuran yang masing-masing didistribusikan
kepada operasi pembiayaan dan disimpan di file pembiayaan
(file folder).
5) Dokumen asli dan bukti keabsahanya disimpan di safe kepping,
sedangkan akad pembiayaan dan data-data pendukungnya
disimpan pada loan documentation.
6) Operasi pembiayaan setelah menerima copy usulan
pembiayaan, dan dokumen-dokumen dropping lainya meneliti
kembali kebenaran dan kelengkapanya meliputi:
a) Usulan pembiayaan telah dibubuhi fiat dropping
(keabsahan dropping)
b) Surat permohonan realisasi, surat sanggup, jadwal
angsuran, STTU, STTB, yang telah ditandatangani nasabah.
7) Pembiayaan yang mempunyai kelonggaran tarik setiap
permohonan realisasi pembiayaan yang diajukan AM
khususnya dalam bentuk plafond pembiayaan yang pencairanya
dilakukan secara bertahap, cukup menggunakan memorandum
f. Prosedur Pencairan Atau Dropping Pembiayaan.
1) Terima permohonan pencairan fasilitas pembiayaan dari
nasabah.
2) Periksa persyaratan draw down, yang meliputi:
a) Surat permohonan realisasi pembiayaan (SPRP), surat
sanggup (promes), jadwal angsuran, surat tanda terima uang
(STTU), dan surat tanda terima barang (STTB) yang telah
ditandatangani oleh nasabah.
b) Persyaratan pencairan yang ditetapkan oleh komite
pembiayaan.
3) Account manager meminta persetujuan pejabat yang
berwenang untuk menandatangani formulir dropping awal dan
perubahan fasilitas.
4) Kirim seluruh dokumen ke operasianal pembiayaan.
5) Karyawan bagian OP menerima dokumen draw down,
kemudian memeriksa apakah AM telah membubuhkan
parafnya dengan pensil pada dokumen tersebut.
6) Pelaksanaan draw down ke OP, selanjutnya setelah dilakukan
pemeriksaan, bagi para pejabat yang terkait memahami pula
apakah nasabah tersebut adalah nasabah baru, perpanjangan,
Persyaratan nasabah baru meliputi: SPRP, akad pembiayaan,
keputusan pembiayaan, persyaratan mengenai
dokumen-dokumen.
7) Siapkan kartu pembiayaan berdasarkan copy up (usulan
pembiayaan). Kartu pembiayaan mencakup data sebagai
berikut:
a) Nama pemakai dana.
b) Alamat rumah atau surat.
c) Tanggal diberikan atau dropping.
d) Angsuran pertama.
e) Tanggal jatuh tempo.
f) Jangka waktu pembiayaan.
g) Debet rekening (nasabah).
h) Tanggal akad.
i) Jatuh tempo akad.
j) Jumlah nominal
k) Jumlah bagi hasil.
l) Segmentasi pembiayaan.
m) Nama AM.
n) Nomor akad pembiayaan.
o) Tujuan pembiayaan.
p) Keuntungan setara.
r) Nilai jaminan.
8) Berdasarkan memo dropping siapkan lembar manifold
penarikan pembiayaan. Tiket penarikan pembiayaan terdiri dari
4 lembar yaitu; nota kredit, tiket debet, tiket kredit, dan copy
kartu kewajiban nasabah (KKN).
Jurnal saat penarikan atau pembayaran pembiayaan:
Debet : pembiayaan (murabahah)
Kredit : giro/kas/lainya.
9) Pada saat dropping, debitur dikenakan biaya-biaya antara lain;
biaya administrasi, biaya BABS (Badan Arbitrase Bank
Syari’ah), biaya notaris, dan biaya asuransi.
Berdasarkan surat kuasa debet, juga harus menyiapkan tiket
dan membuat jurnal:
Debet : rekening debitur beserta nota debet (debit advice).
Kredit : pendapatan administrasi.
Kredit : biaya BABS beserta nota kredit (credit advice).
Kredit : titipan biaya notaris atau asuransi beserta reversing
10)Paraf kartu penjaman, tiket atau lembar manifold penarikan
pembiayaan dan tiket untuk pendebetan biaya-biaya, kemudian
diteruskan berikut surat sanggupnya, TTUN, copy UP, dan
dokumen lain kepada karyawan lain pemeriksa (checker), yang
parafnya pada kartu pinjaman dan lembar manifold penarikan
pinjaman (ticket).
11)Kepala bagian atu pejabat bank membubuhkan tanda tangan
pada lembar manifold, paraf pada kartu pembiayaan dan tiket
biaya-biayanya, kemudian mengembalikan semua dokumen
tersebut kepada karyawan semula.
12)Teruskan lembar KKN (dari lembar manifold penarikan
pembiayaan) kepada karyawan pemegang KKN yang akan
memberi tanda terima dengan jalan membubuhkan paraf pada
lembar ticler yang ada.
13)Teruskan kepada petugas yang ditunjuk untuk difile.
Apabila setelah realisasi pembiayaan, terjadipenangguhan
pelunasan fasilitas pembiayaan (restructurisasi) atau terjadi
perubahan persyaratan (recondition), dan penjadwalan ulang
(rescheduling) oleh nasabah. Semua itu tidak mempengaruhi
jumlah plafond sebelumnya. Prosedur pelaksanaan
perpanjangan, tetap dilakukan seperti pemberian baru dan
disetujui oleh komite pembiayaan dengan salah satunya
merupakan pemegang limit.
g. Penambahan
Penambahan merupakan penambahan dana yang telah
diterima sebelumnya. Penambahan hanya berlaku untuk
dan jasa tidak diperbolehkan. Setiap terjadi perubahan fasilitas
yang berbentuk penambahan plafond, maka prosedur yang berlaku
sama dengan yang baru, sedangkan penambahan juga tetap
dilakukan sepertipemberian baru, namun keputusanya harus
disetujui oleh pemegang limit yang berhak.
h. Kebijakan Proses Perubahan Fasilitas Pembiayaan.
Setiap perubahan fasilitas pembiayaan setelah dilakukan
dropping awal harus mendapat persetujuan pejabat yang
berwenang dengan menggunakan formulir standar berupa formulir
perubahan fasilitas pembiayaan. Khususnyameliputi fasilitas;
diperpanjang, ditambah, ditutup, diselesaikan dan diturunkan.
3. Contoh Kasus Pembiayaan Murabahah
PT. Terus Maju membutuhkan dana untuk pembangunan
tower telkomsel, pada tanggal 17 maret 2008. Untuk pembangunan ini,
PT. terus maju harus menyediakan dana rp. 750.000.000. melihat
kondisi keuangan PT. Terus Maju mengalami kesulitan untuk
melakukan pembelian bahan bangunan untuk pembangunan tersebut.
PT. Terus Maju hanya memiliki kemampuan uang sebesar rp.
5.500.000 perbulan. Untuk memecahkan masalah ini, pt terus maju
mendatangi Bank Muamalat untuk mengajukan permohonan
pembiayaan dengan memaparkan kondisi kebutuhan dan keuangan.