• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAPORAN EKSTERN DENGAN METODE VARIABLE COSTING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PELAPORAN EKSTERN DENGAN METODE VARIABLE COSTING"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PELAPORAN EKSTERN DENGAN METODE VARIABLE COSTING

Oleh : Drs. I. Sujitno, Ak, MM*)

INTISARI

Dalam beberapa tahun belakangan ini suatu metode alternatif penentuan harga pokok yang disebut Metode Harga Pokok Langsung (Variable Costing) berkembang dengan pesat. Dalam variable costing hanya harga pokok pabrik variable saja yang dibebankan pada produk yang diproduksi.

Kekhasan Variable Costing terutama terletak pada dibedakannya antara biaya tetap dan biaya variabel. Menurut dasar pemikiran Metode Variable Costing, harga pokok pabrik variabel merupakan satu – satunya biaya yang secara langsung terjadi di dalam pembuatan / produksi produk. Biaya tetap yang ada diperlukan sebagai biaya periodik. Metode ini biasanya ditujukan untuk (digunakan oleh) pihak intern perusahaan (manajemen).

Kata Kunci : Variable Costing – Harga Pokok – Manajemen.

1. PENDAHULUAN

Membahas manfaat Variable Costing (VC) untuk kebutuhan intern (manajemen), tulisan ini mencoba mengetengahkan bahwa metode VC juga sangat bermanfaat untuk pelaporan bagi pihak ekstern. Dimulai dari awal pembahasan mengenai perbedaan pokok konsep antara metode VC dengan full / Absorbtion / Conventional Costing (FC). Setelah itu diuraikan, mengapa laporan rugi-laba yang disusun dengan metode VC lebih mencerminkan kinerja manajemen, daripada jika disusun dengan metode FC. Untuk memperjelas pembahasan sebagai materi pengayaan disajikan juga suatu contoh kasus ringan.

2. COSTING METHOD : VC versus FC Akuntansi sebagai suatu rekayasa informasi (Sudibyo, 1987) berusaha merekam semua transaksi keuangan perusahaan. Pada dasarnya data akuntansi baik yang direkam oleh akuntansi maupun akuntansi biaya, kedua-duanya sangat membantu manajemen dalam pengambilan keputusan ekonomi/bisnis. Akuntansi keuangan dengan standarnya – prinsip akuntansi yang lazim (GAAP) sangat berorientasi pada kebutuhan informasi dari para pemegang saham dan kreditur (FASB, 1978). Sedangkan akuntansi biaya seperti pada awal timbulnya, cenderung memuaskan kebutuhan

intern saja. Di dalam akuntansi biaya, di mana perusahaan industri sebagai model utamanya, terdapat dua metode perhitungan harga pokok. Metode itu adalah absorbtion costing method dan variable costing method (Erwin, 1989). Tujuan dan manfaat utama dari metode VC sampai saat ini adalah untuk pelaporan intern saja, sedangkan metode FC untuk pelaporan ekstern.

Perbedaan utama konsep yang melandasi metode VC dengan metode FC, terpusat pada masalah perlakuan biaya overhead pabrik tetap (BOPT). Ada dua alternatif yang tersedia, pertama, diakui dan dicatat sebagai elemen harga pokok produk, kedua dimasukkan sebagai biaya periode. Biaya periode adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan yang dimaksudkan untuk mempertahankan kapasitas agar selalu siap produksi. Biaya ini sering juga disebut biaya kapasitas.

Para pendukung metode FC berpendapat bahwa semua biaya produksi, baik itu yang berupa biaya variabel ataupun biaya tetap, semuanya akan dimasukkan sebagai harga pokok produk. Di lain pihak para pembela metode VC mengatakan bahwa harga pokok produksi hanya biaya variabel saja. BOPT harus diperlukan sebagai biaya periode saja, dalam periode akuntansi terjadinya biaya tersebut. Menunda biaya ini untuk periode mendatang,

(2)

tidak ada manfaatnya. Sejalan dengan berlalunya waktu, biaya tetap ini akan habis manfaatnya (expire) digantikan oleh sejumlah biaya tetap lainnya yang berguna agar perusahaan dapat melanjutkan produksinya pada periode berikutnya.

3. PELAPORAN LABA

Tentunya para pembaca sudah dapat menduga sebelumnya bahwa kedua metode itu akan menghasilkan perhitungan laba yang berbeda. Masalahnya sekarang mana yang lebih baik secara konseptual dan lebih mencerminkan kinerja manajemen.

Dengan memperlakukan BOPT sebagai elemen harga pokok produk pada metode FC, akan membawa konsekuensi dimasukkannya biaya tetap itu ke dalam rekening persediaan akhir, apabila pada periode itu kuantitas penjualan lebih kecil daripada kuantitas produksi. Dengan demikian BOPT seperti, depresiasi gedung pabrik akan menjadi “aktiva” dalam bentuk rekening persediaan pada neraca.

Definisi aktiva yang paling diterima umum adalah definisi yang menekankan bahwa yang dinamakan aktiva itu adalah cost yang memiliki manfaat ekonomis atau jasa potensial atau mampu menghindarkan perusahaan dari pengeluaran biaya yang sejenis di masa yang akan datang FASB, 1980; PAI, 1984; Horngren, 1967). Bila perusahaan memupuk persediaan dengan tujuan untuk mengantisipasi permintaan yang tinggi di masa yang akan datang, di mana kapasitas produksi terbatas dalam jangka waktu pendek, maka persediaan sebagai aktiva memang memiliki manfaat di masa yang akan datang. Akan tetapi dengan memperhitungkan BOPT (metode FC) ke dalam persediaan – menunda pembebanan BOPT ke periode akuntansi berikutnya sampai produk itu terjual – tidak dapat menghindarkan pengeluaran biaya yang sejenis (BOPT) di masa yang akan datang. BOPT seperti depresiasi gedung pabrik akan terus terjadi dalam periode akuntansi berikutnya tanpa dipengaruhi oleh besarnya tingkat

aktivitas perusahaan. Biaya tetap ini merupakan fungsi dari waktu.

Kelemahan konseptual lainnya dari metode FC ini adalah masalah prosedur alokasi BOPT dan jika terjadi biaya yang keluar karena ketidakefisienan atau adanya kapasitas yang menganggur (iddle capacity).

Penggunaan persediaan sebagai indikator prediktif dan sebagai input untuk model – model keputusan, akan terlihat bahwa biaya variabel akan lebih tepat, karena lebih erat hubungannya dengan arus kas dan dapat menghindarkan digunakannya alokasi secara arbitrary dalam metode Full Costing (Hendriksen, 1982). Metode FC mengalokasikan BOPT ke periode - periode akuntansi atas dasar waktu atau yang lainnya. Alokasi BOPT seperti depresiasi ditentukan secara arbitrary, yang ditinjau dari sudut konseptual, kurang valid, yang pada gilirannya proses penandingan (matching) antara cost dengan revenue juga diragukan kevalidalitasannya. Hal yang sama juga akan terjadi, apabila ada pengeluaran biaya yang disebabkan kapasitas menganggur atau ketidakefisienan. Biaya ini harus dibebankan pada periode terjadinya, bukannya ditangguhkan ke periode yang akan datang untuk ditandingkan dengan revenue saat itu.

Itulah kira – kira kelemahan metode FC yang juga sekaligus menjadi keunggulan metode VC. Keunggulan metode VC yang lainnya akan dipaparkan melalui suatu contoh kasus (disadur dari George, 1979). Contoh kasus ini dapat dilihat pada gambar 1, 2, 3, pembaca dipersilakan menyimaknya dengan teliti.

Laba yang telah dicapai dalam tahun ke-2 dan 3, sejalan dengan meningkatnya tingkat penjualan. Sementara itu tingkat produksi dalam tahun ke-2 juga naik, akan tetapi periode tahun ke-3 justru turun (manajer mengatur tingkat produksi). Hasil kerja manajer ini yang tersajikan dalam gambar 1 (metode FC), mohon dibandingkan dengan laporan rugi-laba dengan metode VC (lihat gambar 2).

Dalam gambar 2a terlihat dengan jelas bahwa sebenarnya laba baru dapat dicapai hanya dalam periode tahun ke-3 saja, dan seharusnya

(3)

akhir periode tahun ke-3 ! Mengapa laba per tahun yang dilaporkan menurut metode FC berbeda jauh dengan hasil metode VC? Perbedaan itu disebabkan oleh perbedaan perlakuan BOPT (lihat gambar 2b).

Hal yang patut digarisbawahi tentang kedua metode ini dikaitkan dengan pelaporan laba ialah bahwa laba yang dilaporkan berdasarkan metode FC sangat dipengaruhi oleh perubahan tingkat produksi. Berbeda dengan metode VC, laba yang dihitung sangat dipengaruhi oleh tingkat penjualan (lihat gambar 3). Besarnya tingkat penjualan adalah indikator yang baik, untuk menilai kinerja manajer perusahaan, karena dunia bisnis sekarang sudah benar – benar kompetitif. Dengan demikian wajarlah apabila para pemegang saham dan kreditur menerima laporan laba yang didasarkan atas kemampuan manajer menjual produk, bukannya didasarkan atas kemampuan manajer “mempermainkan” tingkat produksi.

Terlepas dari kenyataan sekarang metode VC untuk tujuan pelaporan ekstern belum diterima umum, sangatlah bijaksana apabila para pemegang saham, kreditur juga meminta manajemen untuk membuat laporan rugi – laba yang disusun dengan metode VC. Apakah laporan rugi – laba yang baru itu sebagai pengganti atau pelengkap laporan konvensional, penulis kembalikan kepada pemakai laporan keuangan. Yang jelas para pemegang saham, kreditur jangan sampai keliru dalam pengambilan keputusan, hanya karena membaca laporan rugi – laba yang menyesatkan. 4. PENUTUP

Dari hasil pembahasan dapat diungkapan simpulan dan saran sebagai berikut, 1. Perbedaan pokok metode FC dengan metode

VC terpusat pada bagaimana perlakuan atas BOPT.

2. Metode VC terbukti tidak hanya bermanfaat bagi kebutuhan intern saja. Setidak – tidaknya ada tiga alasan mengapa untuk pelaporan ekstern dengan metode VC lebih unggul daripada metode FC :

a. BOPT seperti depresiasi, biaya karena adanya kapasitas yang menganggur dan ketidakefisienan tidak mempunyai manfaat ekonomis atau jasa potensial di masa yang akan datang. Biaya – biaya seperti ini oleh metode VC langsung dibebankan ada periode akuntansi terjadinya.

b. Persediaan akan lebih bermakna dalam pengambilan keputusan, apabila persediaan itu dihitung atas dasar biaya variabel.

c. Metode VC mencegah kemungkinan manajemen membuat laporan rugi – laba yang menyesatkan. Manajemen tidak dapat mempermainkan angka laba bersih melalui kebijakan produksi. 3. Bagi perusahaan yang manajemennya

telah menggunakan metode VC untuk kebutuhan intern, sebaiknya para pemegang saham atau kreditur meminta juga laporan rugi – laba yang disusun dengan metode VC.

Gambar 1

Contoh Kasus = Pelaporan Laba

Tiga tahun yang lalu, PT Mekar Jaya berada dalam kesulitan. Tingkat produksinya di bawah kapasitas normal. Perusahaan ini telah menyewa seorang manajer yang cukup terkenal dan bersedia untuk mengambil alih kendali perusahaan. Dia seorang yang cukup bermurah hati. Ia mau dibayar dengan gaji yang relatif sangat rendah. Akan tetapi ia menuntut bonus 10 % per tahun dari laba bersih. Berikut adalah laporan rugi laba perusahaan selama ia pimpin (3 tahun).

(4)

PT Mekar Jaya – Laporan Rugi-Laba untuk tahun ke 1, 2, 3

Dalam Milyaran Rupiah, (Metode Full Costing) Th Ke-1 Th Ke-2 Th Ke-3 Th 1-3 Penjualan * ( - ) Harga Pokok Penjualan Persediaan Awal Harga Pokok Produksi Persediaan Akhir Hpp 34,0 - 25,4 - 25,4 50,0 - 38,4 (6,4) 32,0 60,0 6,4 33,4 - 39,8 144,0 - 97,2 - 97,2 Laba Kotor 8,6 18,0 20,2 46,8 ( - ) Biaya Pemasaran & 9,1 16,6 19,1 44,8

Laba (Rugi) Bersih (0,5) 1,4 1,1 2,0 * Harga Jual = Rp. 2.000,00 Per unit

A. PT Mekar Jaya – Laporan Rugi-Laba Untuk Tahun ke-1, 2, 3 Dalam Milyaran Rupiah, (Metode Variabel Costing).

Th Ke-1 Th Ke-2 Th Ke-3 Th 1-3 Penjualan 34,0 50,0 60,0 144,0 ( - ) HPP Variabel Persediaan Awal H. Pokok Produksi Var Persediaan Akhir Hpp Variabel

Biaya Pemasaran & Adm. Var. - 17,0 - 17,0 8,5 - 30,0 (5,0) 25,0 12,5 5,0 25,0 - 30,0 15,0 - 72,0 - 72,0 36,0 Marjin Kontribusi ( - ) BOP Tetap Biaya Pem & Adm Tetap Laba Bersih 8,5 8,4 0,6 9,0 (0,5) 12,5 8,4 4,1 12,5 Nihi l 15,0 8,4 4,1 12,5 2,5 36,0 25,2 8,8 34,0 2,0

B. Penjelasan Perbedaan Laba Metode FC dengan Metode VC. Tahun Ke-1 Tahun Ke-2 Tahun Ke-3 Laba Bersih (Metode FC)

Laba Bersih (Metode VC) Perbedaan

Perubahan Jumlah Persediaan dalam Unit (Metode VC) Dikalikan Tarip BOP Tetap *

(0,5) (0,5) 0 0 0,28 0 1,4 0 1,4 5 0,28 1,4 1,1 2,5 1,4 5 0,28 1,4

* Tarip ini dihitung dari total BOP tetap (= Rp 8,4 milyar) dibagi dengan kapasitas normal dalam unit (30 milyar unit).

DAFTAR PUSTAKA

Bambang Sudibyo, “Rekayasa Akuntansi dan Permasalahannya di Indonesia,”

AKUNTANSI, (Juni, 1987).

Hendriksen, S Eldon, Accounting Theory,

Homewood III: Richard D Irwin, 1982. George, Geoff, “Variabel Costing; A Superior

Concept of Profit, “The Australian Accountant, (Agustus 1979).

Horngren, CharlesT dan George H Sorter, “Direct Costing for External Reporting,

“The Accounting Review (Januari,

1961).

RA. Supriyono, Akuntansi Biaya: Perencanaan

dan Pengendalian Biaya serta

Pembuatan Keputusan, Yogyakarta:

BPFE, 1987.

“Elements of Financial Stattements of Business Enterprise, “Statement of Financial Accounting Concepts No. 3 Stamford, Conn : FASB, 1980.

*) Drs. I. Sujitno, Ak, MM, adalah pejabat fungsional dosen Akamigas Cepu.

(5)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengujian hipotesis pertama menunjukkan bahwa elemen gaya hidup yang terdiri dari aktivitas, minat dan opini secara bersama-sama berpengaruh signifikan

Tahun 2010 ini merupakan tahun yang memiliki nilai rasio kontribusi sangat besar dan paling tinggi diantara tahun-tahun berikutnya, jika dilihat dari

Data diatas menunjukan fluktuasi produksi di KUD Palapa, dan di lihat dari 3 tahun kebelakang tingkat produksi mengalami penurunan yang signifikan, dengan penurunan

• Dua segiempat kongruen jika terdapat suatu korespondensi satu-satu diantara titik-titik puncaknya sedemikian sehingga dua sudut yang berhadapan dan diagonal serta

Karena banyaknya pasangan komisi ada 6 maka banyaknya anggota minimal adalah 6 sebab jika kurang dari 6 maka akan ada seorang anggota yang tergabung dalam lebih dari 2 komisi.

Rapat-rapat yang diadakan misalnya rapat pimpinan dan Senat seringkali hanya sebuah ritual atau simbolik karena seringkali keputusan dari hasil rapat tersebut

Oleh karena itu Dinas Perumahan Kawasan Permukiman dan Pertanahan Kabupaten Lebak menyusun Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2019 sebagai suatu bentuk akuntabilitas dari

Komunikasi pemasaran dengan tingkat pendapatan homestay dalam penelitian ini di gunakan untuk mengenali bagaimana strategi pemasaran homestay dalam mencapai