PENGOLAHAN SAMPAH MINGGU 2
PENGANTAR PENGOLAHAN
KIMIA DAN BIOLOGI
Disiapkan oleh: Bimastyaji Surya Ramadan
- Institut Teknologi Yogyakarta -
PENGOLAHAN KIMIA (TERMAL)
1. Chemical oxidation and reduction
2. Ozonolysis
3. Acid-base neutralization
4. Chemical precipitation
5. Hydrolisis
6. Ion exchange
Banyak di
bahas di smt
5 (PLB3)
Masalah lingkungan terbesar yang belum terseleseikan!
Ada
Ide?
GARBAGE: THE FOUR BROAD
CATEGORIES
Organic waste: kitchen waste, vegetables, flowers, leaves,
fruits.
Toxic waste: old medicines, paints, chemicals, bulbs, spray cans,
fertilizer and pesticide containers, batteries, shoe polish.
Recyclable: paper, glass, metals, plastics.
Soiled: hospital waste such as cloth soiled with blood and other
body fluids.
WAKTU DEGRADASI
http://edugreen.teri.res.in/explore/solwaste/types.h tm
SAMPAH ALAM
SAMPAH KONSUMSI
SAMPAH ORGANIK
http://anekamesin.com/pemanfaatan-sampah-organik-yang-ada-di-lingkungan.html
COMPOSTING
Grub Composting Bokashi Composting Compost Tea Hugelkultur “Humanure” VermicompostLANDFILL
WINDROW COMPOSTING
http://www.santabarbaraca.gov/recyclin g-trash/businesses_food.htm
http://www.fao.org/docrep/007/y5104e/y5 104e07.htm
BIODRYING
http://www.wrighttech.ca/Biodryer.htm
http://www.johnwadewasterecycling.co.uk/was
CONTOH DESAIN
PENGOLAHAN SAMPAH
(KOMPOSTING)
TERMINOLOGI KOMPOS DAN
KOMPOSTING
“Kompos adalah hasil dekomposisi parsial/tidak lengkap, dipercepat secara artifisial dari campuran bahan-bahan
organik oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik.” (Modifikasi dari J.H. Crawford, 2003 dalam
http://id.wikipedia.org/wiki/Kompos)
“Pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh
mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. (http://id.wikipedia.org/wiki/Kompos)
KARAKTERISTIK SAMPAH UNTUK
KOMPOS
• Semua jenis sampah yang termasuk ke dalam sampah organik mudah lapuk. Bahan organik untuk pengomposan sendiri dibedakan menjadi bahan organik yang dapat dikomposkan dan bahan organik yang tidak dapat dikomposkan. Bahan organik yang dapat dikomposkan adalah bahan yang mudah dan cepat membusuk. Contohnya adalah rumput, dedaunan, sisa makanan,
serbuk gergaji, kotoran manusia/binatang, dsb. Sedangkan bahan organik
yang tidak dapat dikomposkan adalah bahan organik yang sebenarnya dapat dikomposkan tetapi memerlukan waktu yang relatif lama. Contohnya antara lain : kulit kelapa muda, kulit durian, pelepah pisang, sekam, dsb. (Setyorini dkk., 2008)
• Tidak termasuk atau tidak mengandung bahan yang beracun (B3), seperti logam berat. (Setyorini dkk., 2008)
Mempunyai nilai rasio karbon per nitrogen (C/N) yang mendekati C/N tanah. Bahan yang mempunyai nilai C/N yang mendekati C/N tanah (10 – 12) dapat langsung dipakai. Kondisi C/N yang dapat diterima dalam proses pengomposan untuk mempercepat proses pengomposan, yaitu 20 – 40 (Alex, 2012).
KARAKTERISTIK BAHAN KOMPOS
PERBEDAAN KOMPOS DAN PUPUK
Kompos = soil conditioner Pupuk = fertilizer http://2.bp.blogspot.com/_2SiqCjExKLQ/TUji45k cIGI/AAAAAAAAAJs/K98eKuNm_x0/s1600/pup uk1.jpg http://t2.gstatic.com/images? q=tbn:ANd9GcRgICF1kq0Dn OuZ2tLEna_OT0PtwQpR6cZ xGI2QJ8ju1uTr6reT_w
KELEBIHAN KOMPOS
Aspek Ekonomi :
1. Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah
2. Mengurangi volume/ukuran limbah
3. Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya
Aspek Lingkungan :
1. Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah dan pelepasan gas metana dari sampah organik yang membusuk akibat bakteri metanogen di tempat pembuangan sampah
2. Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan
Aspek bagi tanah/tanaman:
1. Meningkatkan kesuburan tanah
2. Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah
3. Meningkatkan kapasitas penyerapan air oleh tanah
4. Meningkatkan aktivitas mikroba tanah
5. Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen)
6. Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman
7. Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman
8. Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah
STANDAR KOMPOS
STANDAR KOMPOS
APLIKASI KOMPOS
Kompos Cacing Kompos Bagase Kompos Bokashi Kompos Jerami
Kompos Tandan Sawit Kompos Dedaunan
Kompos Sampah Pasar dan lain-lain
METODE PENGOMPOSAN
1. Pengomposan dengan teknologi rendah (Low – Technology)2. Pengomposan dengan teknologi sedang (Mid – Technology)
3. Pengomposan dengan teknologi tinggi (High – Technology)
Windrow Composting
Aerated Static Pile
HIGH TECHNOLOGY COMPOSTING
Rotary Drum Composters Box/Tunnel Composting System
HIGH TECHNOLOGY COMPOSTING
Mechanical Compost Bins
HIGH TECHNOLOGY COMPOSTING
PROSES PENGOMPOSAN
HUBUNGAN WAKTU VS TEMPERATUR
Sumber : Wahyono dkk, 2003
PROSES PENGOMPOSAN
Proses pengomposan secara sederhana dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap aktif dan tahap pematangan. Selama tahap-tahap awal proses, oksigen dan senyawa-senyawa yang mudah terdegradasi akan segera dimanfaatkan oleh mikroba mesofilik. Suhu tumpukan kompos akan
meningkat dengan cepat. Demikian pula akan diikuti dengan peningkatan pH kompos. Suhu akan meningkat hingga di atas 50o - 70o C. Suhu akan tetap tinggi selama waktu tertentu. Mikroba
yang aktif pada kondisi ini adalah mikroba Termofilik, yaitu mikroba yang aktif pada suhu tinggi. Pada saat ini terjadi dekmposisi/penguraian bahan organik yang sangat aktif. Mikroba-mikroba di dalam kompos dengan menggunakan oksigen akan menguraikan bahan organik menjadi CO2, uap air dan panas. Setelah sebagian besar bahan telah terurai, maka suhu akan berangsur-angsur mengalami penurunan. Pada saat ini terjadi pematangan kompos tingkat lanjut, yaitu pembentukan komplek liat humus. Selama proses pengomposan akan terjadi penyusutan volume maupun biomassa bahan. Pengurangan ini dapat mencapai 30 – 40% dari volume/bobot awal bahan.
Proses pengomposan dapat terjadi secara aerobik (menggunakan oksigen) atau anaerobik (tidak ada oksigen). Proses yang dijelaskan sebelumnya adalah proses aerobik, dimana mikroba
menggunakan oksigen dalam proses dekomposisi bahan organik. Proses dekomposisi dapat juga terjadi tanpa menggunakan oksigen yang disebut proses anaerobik. Namun, proses ini tidak
diinginkan selama proses pengomposan karena akan dihasilkan bau yang tidak sedap. Proses an-aerobik akan menghasilkan senyawa-senyawa yang berbau tidak sedap, seperti: asam-asam organik (asam asetat, asam butirat, asam valerat, puttrecine), amonia, dan H2S.
FAKTOR PENGOMPOSAN
1. Karakteristik bahan yang dikomposkan
2. Aktivator pengomposan yang dipergunakan
3. Metode pengomposan yang dilakukan
MIKROORGANISME DALAM
PENGOMPOSAN
FAKTOR-FAKTOR PENGOMPOSAN
1. Rasio C/N (30-40)2. Ukuran partikel (5-10 cm)
3. Ketinggian Timbunan Sampah (1,25 – 2,00 m)
4. Kelembaban (40 – 60%) (Indriani, 2011)
5. Aerasi (5 – 20%) (Wahyono dkk, 2003)
6. Porositas
7. Kandungan air/Kadar Air
8. Suhu (40 – 50°C)
9. pH (3 – 11) atau (optimal = 5,5 – 8,0) (Setyorini dkk, 2008)
10. Kandungan hara
STRATEGI PENGOMPOSAN
Menanipulasi kondisi/faktor-faktor yang berpengaruh pada proses pengomposan.
Menambahkan organisme yang dapat mempercepat proses pengomposan: mikroba pendegradasi bahan organik
(misalnya : MARROS Bio-Activa, Green Phoskko (GP-1), Promi, OrgaDec, SuperDec, ActiComp, EM4, Stardec, Starbio, BioPos, dll.) dan vermikompos (cacing).
Menggabungkan strategi pertama dan kedua.
TAHAPAN PEMBUATAN KOMPOS
•
Pemilahan
•
Penumpukan
•
Proses Pengomposan
•
Pembalikan
•
Penyiraman
•
Pematangan
•
Pemanenan kompos
TAHAPAN PENGOMPOSAN
Isro’i, 2009
1 2
3 4
INDIKATOR TINGKAT KEMATANGAN
KOMPOS
Dicium/dibaui
Warna kompos (coklat kehitam-hitaman) Penyusutan (20-40 %)
Tes kantong plastik Tes perkecambahan Suhu
Kandungan air kompos (55-65 %)
CONTOH 1
Desain fasilitas komposting di TPS:
1. TPS dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu: Tempat Kontainer
Tempat Proses Awal Lahan Pematangan
2. Kontainer hanya digunakan untuk pengumpulan residu yang akan dibuang ke TPA
3. Dilakukan pemilahan awal secara manual untuk bahan yang tidak dapat dikomposkan
4. Dilakukan pencacahan bahan hingga mencapai ukuran 2 cm
5. Sistem komposting terpilih, yaitu:
Anaerobic Fakultatif
LUAS LAHAN KOMPOSTING
1. Lahan sorting/pemilahan
2. Pencacahan
LAHAN SORTING
Volume sampah input = 1 m3
Sorting dilakukan dengan garpu penggaruk manual, kedalaman timbulan pada bak sorting = 0,5 m
Luas bak sorting = 1 m3 : 0,5 m = 2 m2; sehingga panjang = 2 m, dan lebar 1 m
Jadi, luas total = luas bak sorting + luas jarak antara = 2 m2 + 10 m2 = 12 m2
Apabila diperkirakan waktu yang diperlukan untuk memilah sampah dengan volume 1 m3 dengan 2 orang pekerja selama 30 menit, maka untuk 7 jam kerja dapat dipilah sampah
sebesar 14 m3 sampah.
PENCACAHAN
Volume bahan yang dicacah diasumsikan 80 % yang akan dimanfaatkan, sehingga 80 % x 14 m3/hari = 11,2 m3/hari
Kapasitas alat pencacah mekanis = 2 m3/jam
Dimensi alat (p x l x t) = 1 x 2 x 1 m
Dengan jam operasional alat selama 7 jam, maka alat dapat mencacah sampah sebanyak 14 m3/hari (Ok!)
Kebutuhan luas penampung hasil pencacahan: Tinggi = 1 m
Panjang = 1 m Lebar = 1,5 m
Luas total = luas penampung + luas alat + luas jarak antara Luas total = 1,5 m2 + 2 m2 + 13 m2 = 16,5 m2
PEMATANGAN
AN-AEROBIC
Volume hasil pencacahan = 11,2 m3/hari
Desain waktu pengomposan selama 30 hari dengan metode
an-aerobic fakultatif composting dengan penambahan inokulum
EM4
Luas area komposting:
Volume = 11,2 m3/hari x 30 hari = 336 m3 Dimensi bak komposting:
Tinggi = 1,2 m; Lebar = 1,5 m; Panjang = 186 m
Maka, luas area komposting = Luas bak + Luas jarak antara = 279 m2 + 375 m2 = 654 m2
PEMATANGAN
AEROBIC
Volume hasil pencacahan = 11,2 m3/hariDesain waktu pengomposan selama 30 hari dengan metode aerobic composting dengan penambahan inokulum EM4 Luas area komposting:
Volume = 11,2 m3/hari x 30 hari = 336 m3
Luas penampang timbunan (UPDK, 1992): L1 = 0,6 m
L2 = 1,75 m T1 = 1,5 m T2 = 0,6 m Panjang = 10 m
Luas penampang cross = [(1,75 + 1)/2)] x 1,5 = 2 m2
Panjang tumpukan = 336 m3 : 2 m2 = 168 m
Luas area timbunan = 168 m x 1,75 m = 294 m2
CONTOH 2
Landasan Pemilahan 1 Pemilahan 2 Area Pengomposan Gudang Kantor Pos Jaga Saluran DrainaseBak Penampung Lindi
LANDASAN
Timbulan Sampah = 15 m3/hari
Waktu kerja = 8 jam/hari Jumlah sampah = 1,875 m3/jam
Waktu tinggal sampah maksimum = 2 jam
Volume tumpukan sampah = 1,875 m3/jam x 2 jam = 3,75 m3
Tinggi tumpukan sampah maksimum = 1 m Luas tumpukan sampah = 3,75 m2
Spasi kosong untuk operasi penuangan sampah dari gerobak sampah/Fukuda = 3,75 m2
Luas area landasan = 3,75 m2 + 3,75 m2 = 7,5 m2
PEMILAHAN 1
Material Volume (m³) Dimensi bak (m3) Frek.Pengambi lan (kali/hari) Kertas 1,020 1.5x0.8x0.5 2 Plastik 0,251 1.5x0.8x0.5 1 Logam 0,871 1.5x0.8x0.5 1 Kaca/gelas 0,107 0.3x0.3x0.5 2 Karet 0,051 0.3x0.3x0.5 1 Kain 0,078 0.3x0.3x0.5 1
Kayu dan lain-lain 0,179 1.5x0.8x0.5 1 Residu ke TPA 1,838 1.5x0.8x0.5 3
PENGOMPOSAN
Pengomposan primer ini dilakukan dengan cara Windrow. Cara ini termasuk metode yang paling tua dalam proses komposting. Dalam bentuknya yang paling sederhana, windrow bisa disusun dengan
menempatkan material yang akan dikomposkan dalam lajur tumpukan
dengan ketinggian 8-10 ft dan lebar 20-25 ft. Jika diterapkan system
yang sangat minimal, cara ini akan memakan waktu tiga sampai lima
tahun untuk mencapai degradasi total, selain juga akan menimbulkan
bau karena kondisi anaerobik pada beberapa tempat.
Sistem composting windrow yang high rate membutuhkan dimensi windrow yang lebih kecil, yakni panjang 6-7 ft dan lebar 14-16 ft. Ukuran sebenarnya windrow akan sangat bergantung pada jenis peralatan yang akan digunakan dalam melakukan perbaikan tumpukan. Sebelum tumpukan windrow dibentuk, material organik diproses terlebih dahulu dengan pemilahan dan pencacahan sampai ukuran kurang lebih 1-3 in dan kelembaban dikondisikan antara
PENGOMPOSAN PRIMER
Data :
a. Sampah yang dikomposkan = 10,61 m3/hari = 991.29 Kg/hari b. Lama pengomposan 3 hari untuk 1 kotak
• Perhitungan :
a. Volume satu kotak = 10,61 m3/hari x 3 hari = 31,83 m3 b. Dengan kedalaman (H) = 1,5 m , maka:
Luas satu kotak = 31,83 m3/ 1,5 m = 21,22 m2
c. Jika direncanakan L = 4 m, maka P = 21,22/4 = 5,3 m
d. Jika direncanakan waktu untuk pengomposan primer adalah 3 minggu = 21 hari maka:
Jumlah kotak = 21/3 = 7 kotak
PENGOMPOSAN SEKUNDER
• Data:
a. Sampah yang dikomposkan = 10.61 m3/hari = 991.29
Kg/hari
b. Lama pengomposan = 1 minggu = 7 hari Perhitungan :
a. Volume = 10,61 m3/hari x 7 hari = 74,27 m3
b. Dengan kedalaman (H ) = 1,5 m , maka: Luas = 74,27/1.5 = 49,5 m2
KOMPOS DIPERKAYA (IDE)
Pengaruh pemberian kompos diperkaya mikroba pada tanaman jagung.(ket. : K = kontrol; S = Standar; P = kompos; PM = kompos diperkaya
mikroba) Pengaruh pemberian kompos diperkaya mikroba
pada tanaman tebu. (ket. : K = kontrol tanpa pemupukan; S = pemupukan standard; P = kompos tanpa mikroba; P, DT 38, MPF = kompos
PENGOMPOSAN DI INDONESIA
http://1.bp.blogspot.com/- DNcjLUQt6BI/UFdS-N3rwvI/AAAAAAAAAjA/u9TxhrG6Fo0/s16 00/keranjang+takakura.jpg http://3.bp.blogspot.com/_w7a8kl5Znx8/TP Hp-QCfDMI/AAAAAAAAGsE/WGn1Qsv-pwQ/s1600/Bedeng7.JPGWOODEN BOX BIN
WOOD AND WIRE THREE-BIN
TURNING UNIT
CINDER BLOCK BIN
SUMBER: HTTP://CWMI.CSS.CORNELL.EDU/COMPOSTING.HTMCINDER BLOCK TURNING UNIT
SUMBER: HTTP://CWMI.CSS.CORNELL.EDU/COMPOSTING.HTMSNOW FENCE BIN
GARBAGE CAN COMPOSTER
WORM COMPOSTING BIN
SUMBER: HTTP://CWMI.CSS.CORNELL.EDU/COMPOSTING.HTMCOMPOST MOUND
COMPOST POCKETS
MULCH
TUGAS 2 - KOMPOSTING
Cari jenis –jenis kompos lainnya yang dilengkapi dengan data foto, bahan baku, cara pengomposan / metodenya dan aplikasinya.
Jangan lupa sertakan referensi di setiap pengambilan data.
Format line spacing dan margin bebas (word)
Dikumpulkan ke [email protected]; materi kuliah dapat di download di https://tinyurl.com/pps2komposting
Format nama file: Nomor Kelompok_Tugas 2