• Tidak ada hasil yang ditemukan

Modul Pemeriksaan Fisik VIII

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Modul Pemeriksaan Fisik VIII"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 1

J ob S he e t : 08

OKSIGENISASI

PENGANTAR

Selanjutnya materi yang akan disajikan dalam modul ini adalah tentang konsep oksigenasi yang normal ditemui dan abnormal yang sering ditemukan pada klien dilahan praktek. Mengetahui masalah khusus dan kesehatan yang terjadi pada konsep oksigenasi merupakan dasar utama atau langkah awal dalam memberikan asuhan keperawatan secara keseluruhan.

Pada modul ini akan diawali dengan konsep oksigenasi meliputi : pengertian oksigen, anatomi dan fisiologi sistem pernafasan, jenis-jenis pernafasan, factor-faktor yang mempengaruhi sistem pernafasan, perubahan-perubahan fungsi jantung yang mempengaruhi sistem pernafasan, perubahan fungsi pernafasan, proses terjadinya pernafasan.

TUJUAN

Setelah mempelajari modul ini, Anda diharapkan akan dapat melakukan pengkajian keperawatan yang terkait dengan masalah oksigenasi yang terjadi pasien dilahan. Pada mata kuliah ini anda juga akan diberikan

(2)

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 2

Selanjutnya, marilah kita pelajari dengan seksama modul ini untuk mengetahui apa, mengapa dan bagaimana melakukan pengkajian serta tindakan keperawatan terkait dengan masalah konsep oksigenasi?

bekal bagaimana cara memberikan tindakan keperawatan yang baik sesuai dengan masalah khusus dengan gangguan oksigenasi yang terjadi.

BAHAN BACAAN

Oksigen (O2) adalah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses

metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup O2 ruangan setiap kali bernafas.

Oksigenasi adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung

Oksigen (O2) kedalam tubuh serta menghembuskan Karbondioksida (CO2)

sebagai hasil sisa oksidasi.

Penyampaian oksigen ke jaringan tubuh ditentukan oleh sistem respirasi (pernafasan), kardiovaskuler dan hematologi.

(3)

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 3

Bernafas adalah pergerakan udara dari atmosfer ke sel tubuh dan pengeluaran CO2 dari sel tubuh sampai ke luar tubuh.

Sistem pernafasan terdiri dari organ pertukaran gas yaitu paru-paru dan sebuah pompa ventilasi yang terdiri atas dinding dada, otot-otot pernafasan, diagfragma, isi abdomen, dinding abdomen dan pusat pernafasan di otak. Pada keadaan istirahat frekuensi pernafasan 12-15 kali per menit. Ada 3 langkah dalam proses oksigenasi yaitu ventilasi, perfusi paru dan difusi.

Ventilasi adalah proses keluar masuknya udara dari dan paru-paru, jumlahnya sekitar 500 ml. Ventilasi membutuhkan koordinasi otot paru dan thoraks yang elastis serta persyarafan yang utuh. Otot pernapasan inspirasi utama adalah diagfragma. Diafragma dipersyarafi oleh saraf frenik, yang keluarnya dari medulla spinalis pada vertebra servikal keempat.

Udara yang masuk dan keluar terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara antara intrapleura dengan tekanan atmosfer, dimana pada inspirasi tekanan intrapleural lebih negatif (725 mmHg) dari pada tekanan atmosfer (760 mmHg) sehingga udara masuk ke alveoli.

Ventilasi paru mencakup gerakan dasar atau kegiatan bernafas atau inspirasi dan ekspirasi.

Hukum Boyle’s : jika volume meningkat maka tekanan menurun, jika volume menurun maka tekanan meningkat

(4)

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 4

Inspirasi  bersifat aktif, selama inspirasi terjadi kontraksi otot diafragma dan interkosta eksterna, hal ini akan meningkatkan volume intra thorak  menurunkan tekanan intra thorak  tekanan intrapleural makin negatif  paru berkembang  tekanan intrapulmonary menjadi makin negatif  udara masuk paru.

Ekspirasi  bersifat pasif, selama ekspirasi terjadi relaksasi otot diafragma dan interkosta eksterna, hal ini akan menurunkan volume intra thorak  meningkatkan tekanan intra thorak  tekanan intrapleural makin postitif  paru mengempis  tekanan intrapulmonal menjadi makin positif  udara keluar paru.

Kepatenan ventilasi tergantung pada faktor :

a. Kebersihan jalan nafas, adanya sumbatan atau obstruksi jalan nafas akan menghalangi masuk dan keluarnya udara dari dan ke paru. b. Adekuatnya sistem saraf pusat dan pusat pernafasan.

c. Adekuatnya pengembangan dan pengempisan paru-paru

d. Kemampuan otot-otot pernafasan seperti diafragma, eksternal interkosta, internal interkosta, otot abdominal.

(5)

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 5

1. Kebersihan jalan nafas, adanya sumbatan atau obstruksi jalan napas akan menghalangi masuk dan keluarnya udara dari dan ke paru-paru.

2. Adekuatnya sistem saraf pusat dan pusat pernafasan 3. Adekuatnya pengembangan dan pengempisan paru-paru

4. Kemampuan otot-otot pernafasan seperti diafragma, eksternal interkosa, internal interkosa, otot abdominal.

Perfusi paru adalah gerakan darah melewati sirkulasi paru untuk dioksigenasi, dimana pada sirkulasi paru adalah darah deoksigenasi yang mengalir dalam arteri pulmonaris dari ventrikel kanan jantung. Darah ini memperfusi paru bagian respirasi dan ikut serta dalam proses pertukaan oksigen dan karbondioksida di kapiler dan alveolus. Sirkulasi paru merupakan 8-9% dari curah jantung. Sirkulasi paru bersifat fleksibel dan dapat mengakodasi variasi volume darah yang besar sehingga digunakan jika sewaktu-waktu terjadi penurunan voleme atau tekanan darah sistemik.

Perfusi paru adalah gerakan darah yang melewati sirkulasi paru untuk dioksigenasi, dimana pada sirkulasi paru adalah darah deoksigenasi yang mengalir dalam arteri pulmonaris dari ventrikel kanan jantung. Darah ini memperfusi paru bagian respirasi dan ikut serta dalam proses pertukaran oksigen dan karbondioksida di kapiler dan alveolus. Sirkulasi paru merupakan 8-9% dari curah jantung. Sirkulasi paru bersifat fleksibel dan dapat mengakodasi variasi volume darah yang besar

(6)

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 6

sehingga dapat dipergunakan jika sewaktu-waktu terjadi penurunan volume atau tekanan darah sistemik.

Adekuatnya pertukaran gas dalam paru dipengaruhi oleh keadaan ventilasi dan perfusi. Pada orang dewasa sehat pada saat istirahat ventilasi alveolar (volume tidal = V) sekitar 4,0 lt/menit, sedangkan aliran darah kapiler pulmonal (Q) sekitar 5,0 lt/menit, sehingga rasio ventilasi dan perfusi adalah :

Alveolar ventilasi (V) = 4,0 lt/mnt = 0,8,Aliran darah kapiler pulmonar(Q)

5,0 lt/mnt

Besarnya rasio ini menunjukkan adanya keseimbangan pertukaran gas. Misalnya jika ada penurunan ventilasi karena sebab tertentu maka rasio V/Q akan menurun sehingga darah yang mengalir ke alveolus kurang mendapatkan oksigen. Demikian halnya dengan jika perfusi kapiler terganggu sedangkan ventilasinya adekuat maka terjadi penigkatan V/Q sehingga daya angkut oksigen juga akan rendah.

Oksigen terus-menerus berdifusi dari udara dalam alveoli ke dalam aliran darah dan karbon dioksida (CO2) terus berdifusi dari darah ke

dalam alveoli. Difusi adalah pergerakan molekul dari area dengan konsentrasi tinggi ke area konsentrasi rendah. Difusi udara respirasi terjadi antara alveolus dengan membrane kapiler. Perbedaan tekanan

(7)

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 7

pada area membran respirasi akan mempengaruhi proses difusi. Misalnya pada tekanan parsial (P) O2 di alveoli sekitar 100 mmHg

sedangkan tekanan parsial pada kapiler pulmonal 60 mmHg sehingga oksigen akan berdifusi masuk ke dalam darah. Berbeda halnya dengan CO2 dengan PCO2 dalam kapiler 45 mmHg sedangkan pada alveoli 40

mmHg maka CO2 akan berdifusi keluar alveoli.

Paru-paru merupakan sebuah organ yang sebagian terdiri dari gelembung-gelembung udara atau alveoli. Paru-paru dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :

1. Paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus, yaitu lobus superior, lobus media, dan lobus inferior.

2. Paru-paru kiri, terdiri dari 2 lobus, yaitu lobus superior dan lobus inferior. (Syaifuddin, 1997).

Anatomi paru

(8)

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 8

Difusi adalah pergerakan molekul dari area dengan konsentrasi tinggi ke area konsentrasi rendah. Oksigen terus menerus berdifusi dari udara dalam alveoli ke dalam aliran darah dan karbondioksida (CO2) terus berdifusi dari darah ke dalam alveoli. Difusi udara respirasi terjadi antara alveolus dengan membran kapiler. Perbedaan tekanan pada area membran respirasi akan mempengaruhi proses difusi. Misalnya pada tekanan parsial (P) O2 di alveoli sekitar 100 mmHg sedangkan tekanan parsial pada kapiler pulmonal 60 mmHg sehingga oksigen akan berdifusi masuk dalam darah. Berbeda halnya dengan CO2 dengan PCO2 dalam kapiler 45 mmHg sedangkan alveoli 40 mmHg maka CO2 akan berdifusi keluar alveoli.

Kemampuan oksigenasi pada jaringan sangat dipengaruhi oleh fungsi jantung untuk memompa darah sebagai transpor oksigen. Darah masuk ke atrium kiri dari vena pulmonaris. Aliran darah keluar dari ventrikel kiri menuju aorta melalui katup aorta. Kemudin dari aorta darah disalurkanke seluruh sirkulasi sistemik melalui arteri, arteriol, dan kapiler serta menyatu kembali membentuk vena yang kemudian di alirkan ke jantung melalui atrium kanan. Darah dari atrium kanan masuk dalam ventrikel kanan melalui katup trikuspidalis kemudian keluar ke arteri pulmonaris melalui katup pulmonaris untu kemudian dialirkan ke paru-paru kanan dan kiri untuk berdifusi. Darah mengalir di dalam vena pulmonaris kembali ke atrium kiri dan bersirkulasi secara sistemik.

Difusi

(9)

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 9

Sehingga tidak adekuatnya sirkulasi sistemik berdampak pada kemampuan transpor gas oksigen dan karbondioksida.

Oksigen membutuhkan transpor dari paru-paru ke jaringan dan karbondioksida dari jaringan ke paru-paru. Sekitar 97% oksigen dalam darah dibawa eritrosit yang telah berikatan dengan hemoglobin (Hb) dan 3% oksigen larut dalam plasma. Setiap sel darah merah mengandung 280 juta molekul Hb dan setiap molekul dari keempat molekul besi dalam hemoglobin berikatan dengan satu molekul oksigen membentuk oksihemoglobin (HbO2). Reaksi pengikatan Hb dengan O2 adalah Hb + O2 - HbO2. Afinitas atau ikatan Hb dengan O2 dipengaruhi oleh suhu, pH, konsentrasi 2,3 difosfogliserat dalam darah merah. Dengan demikian besarnya Hb dan jumlah eritrosit akan mempengaruhi

transpor gas.

(10)

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 10 PEMBERIAN OKSIGEN

Pengertian : Pemberian oksigen ke dalam paru-paru melalui saluran

pernafasan dengan menggunakan alat bantu oksigen

Tujuan :

1. Memenuhi kebutuhan oksigen 2. Mencegah terjadinya hipoksia

Alat dan bahan :

1. Tabung oksigen lengkap dengan flow meter dan humidifier 2. Kateter nasal, kanula nasal, atau masker

3. Vaelin/jeli

Prosedur kerja

Kateter nasal

(11)

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 11

1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan 2. Cuci tangan

3. Atur posisi oksigen sesuai dengan kecepatan yang dibutuhkan, biasanya 1-6 liter/menit. Kemudian observasi humidifire dengan melihat air gelembung 4. Atur posisi dengan semi fowler

5. Ukur kateter nasal dimulai dari lubang telinga sampai kehidung dan beri tanda

6. Buka saluran udara dari tabung oksigen 7. Berikan minyak pelumas (vaselin/jeli)

8. Masukan kedalam hidung sampai batas yang ditentukan

9. Lakukan pengecekan kateter apakah sudah masuk atau belum dengan menekan lidah pasien menggunakan spatel (akan terlihat posisinya dibelakang uvula)

10. Fiksasi pada daerah hidung

11. Periksa kateter nasal setiap 6-8 jam

12. Kaji cuping, septum dan mukosa hidung serta periksa kecepatan aliran oksigen setiap 6-8 jam

13. Catat kecepatan aliran oksigen, rute pemberian dan respon klien 14. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan

15. Dokumentasi

Kanul nasal

1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan 2. Cuci tangan

3. Atur posisi oksigen sesuai dengan kecepatan yang dibutuhkan, biasanya 1-6 liter/menit. Kemudian observasi humidifire dengan melihat air gelembung 4. Pasang kanula nasal pada hidung dan atur pengikat untuk kenyamanan

pasien

(12)

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 12

6. Kaji cuping, septum dan mukosa hidung serta periksa kecepatan aliran oksigen tiap 6-8 jam

7. Catat kecepatan aliran oksigen, rute pemberian dan respon klien 8. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan

9. Dokumentasi

Masker oksigen

1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan 2. Cuci tangan

3. Atur posisi dengan semi fowler

4. Atur aliran oksigen sesuai dengan kecepatan yang dibutuhkan. Kemudian observasi humidifire pada tabung air yang menunjukan adanya gelembung 5. Tempatkan masker oksigen diatas mulut dan hidung pasien dan atur

pengikat untuk kenyamanan pasien

6. Periksa kecepatan aliran tiap 6-8 jam, catat kecepatan aliran oksigen, rute pemberian dan respon klien

7. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan 8. Dokumentasi

(13)

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 13 Pengertian : Merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien

yang tidak mampu mengeluarkan secret atau lendir secara mandiri dengan menggunakan alat penghisap

Tujuan :

1. Membersihkan jalan nafas

2. Memenuhi kebutuhan oksigenasi

Alat dan bahan

1. Alat penghisap lendir dengan botol berisi larutan desinfektan 500cc 2. Kateter penghisap lendir steril

3. Sarung tangan

4. Dua kom berisi larutan aquades atau NaCl 0,9% dan larutan desinfektan

5. Kasa 6. Kertas tisu 7. Stetoskop 8. Bengkok

9. Perlak dan pengalas

Prosedur kerja

1. Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan 2. Cuci tangan

3. Tempatkan pasien pada posisi terlentang dengan kepala miring kearah perawat

4. Pasang perlak dan pengalas di samping kepala pasien 5. Letakkan bengkok diatas perlak

6. Letakan tisu di sisi badan pasien 7. Gunakan sarung tangan

(14)

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 14

8. Hubungkan kateter penghisap dengan slang alat penghisap 9. Mesin penghisap dihidupkan

10. Lakukan penghisapan lendir dengan memasukan kateter penghisap kedalam kom berisi aquades atau NaCl 0,9% untuk mempertahankan tingkat kesterilan (asepsis), periksa apakah kateter penghisap dapat berfungsi dengan baik

11. Masukan kateter penghisap dalam keadaan tidak menghisap

12. Gunakan alat penghisap dengan tekanan 110-150 mmHg untuk dewasa, 9-110 mmHg untuk anak-anak, dan 50-95 mmHg untuk bayi 13. Tarik kateter penghisap dari lubang hidung dengan cara memutar

secara perlahan tidak lebih dari 15 detik

14. Bilas kateter dengan aquades atau NaCl 0,9%

15. Lakukan penghisapan antara penghisapan pertama dengan berikutnya. Minta pasien untuk bernafas dalam dan batuk. Apabila pasien mengalami distress pernapasan biarkan istirahat 20-30 detik sebelum melakukan penghisapan berikutnya

16. Auskultasi pernafasan pasien dengan menggunakan stetoskop untuk mengetahui apakah masih terdengar adanya lendir dalam saluran pernafasan atau tidak

17. Setelah selesai, kaji jumlah, konsistensi, warna, bau sekret dan respon pasien terhadap prosedur yang dilakukan

18. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan 19. Dokumentasi

(15)

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 15 MEMBERIKAN OKSIGEN MELALUI NASAL KANUL

Pengertian : Pemberian oksigen kepada klien yang memerlukan oksigen

ekstra dengan cara memasukan selang yang terbuat dari plastik ke dalam lubang hidung dan mengkaitkannya dibelakang telinga

Tujuan :

1. Meningkatkan ekspansi dada

2. Memperbaiki status oksigenisasi klien dan memenuhi kekurangan oksigen

3. Membantu kelancaran metabolisme 4. Mencegah hipoksia

(16)

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 16

6. Menurunkan kerja paru-paru pada klien dengan dyspnea

7. Meningkatkan rasa nyaman dan efisiensi frekwensi nafas pada penyakit paru

Alat dan bahan :

Baki beralas berisikan :

1. Tabung oksigen lengkap dengan manometer dan sarung tabung oksigen

2. Flow meter (pengukur aliran)

3. Humidifier (yang sudah diisi dengan aquadest) 4. Selang oksigen

5. Nasal kanule

6. Tanda ”dilarang merokok”

Prosedur kerja :

1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan 2. Jaga privacy klien

3. Kontrak waktu,tempat dan tujuan tindakan 4. Pasang sampiran

5. Berikan klien posisi fowler di tempat tidur atau posisi duduk dikursi, sampai klien merasa nyaman

6. Mencuci tangan

7. Sambungkan kanule ke selang oksigen dari humidifier

8. Putar tombol flow meter sampai kecepatan yang diprogramkan dan mencoba aliran pada kulit muka melalui ujung selang

9. Masukan cabang kanule ke dalam hudung klien ± 1-2 cm dan kaitkan tali dibelakang telinga klien, lalu rapatkan pengatur selang oksigen di bawah dagu klien

(17)

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 17

11. Menanyakan kepada klien apakah sesaknya berkurang/tidak 12. Mengobservasi status pernafasan klien

13. Memberitahu klien bahwa tindakan sudah selesai 14. Rapihkan alat dan pasien

15. Menjelaskan pada klien dan keluarga : - Tidak boleh merokok dilingkungan klien - Tidak boleh mengubah flow meter

- Segera lapor jika ada reaksi sesak bertambah/klien gelisah 16. Mencuci tangan

(18)

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 18 MEMBERIKAN OKSIGEN MELALUI FACE MASK

Pengertian : Pemberian oksigen kepada klien dengan posisi menutupi

hidung dan mulut klien

Tujuan :

1. Meningkatkan ekspansi dada

2. Memperbaiki status oksigenisasi klien dan memenuhi kekurangan oksigen

3. Membantu kelancaran metabolisme 4. Mencegah hipoksia

5. Menurunkan kerja jantung

6. Menurunkan kerja paru-paru pada klien dengan dyspnea

7. Meningkatkan rasa nyaman dan efisiensi frekwensi nafas pada penyakit paru

Alat dan bahan :

Baki beralas berisikan :

1. Tabung oksigen lengkap dengan manometer dan sarung tabung oksigen

2. Flow meter (pengukur aliran)

3. Humidifier (yang sudah diisi dengan aquadest) 4. Selang oksigen

5. Face mask

(19)

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 19 Prosedur kerja :

1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan 2. Jaga privacy klien

3. Kontrak waktu,tempat dan tujuan tindakan 4. Pasang sampiran

5. Berikan klien posisi semi fowler di tempat tidur atau posisi duduk dikursi, sampai klien merasa nyaman

6. Mencuci tangan

7. Sambungkan face mask ke selang oksigen dari humidifier

8. Putar tombol flow meter sampai kecepatan yang diprogramkan dan mencoba aliran pada kulit muka melalui face mask

9. Bantu klien untuk memakai face mask. Pastikan posisi mulut dan hidung klien ada di dalam face mask dan terpasang rapat sehinga seminimal mungkin oksigen dapat keluar dari dalam face mask

10. Ikatkan tali face mask dikepala klien

11. Menanyakan kepada klien apakah sesaknya berkurang/tidak 12. Mengobservasi status pernafasan klien

13. Memberitahu klien bahwa tindakan sudah selesai 14. Rapihkan alat dan pasien

15. Menjelaskan pada klien dan keluarga : - Tidak boleh merokok dilingkungan klien - Tidak boleh mengubah flow meter

- Segera lapor jika ada reaksi sesak bertambah/klien gelisah 16. Mencuci tangan

(20)

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 20 INHALASI DENGAN AIR PANAS

Pengertian : Memberi uap pada saluran pernafasan bagian atas

Tujuan :

1. Mengobati peradangan didalam pernafasan bagian atas 2. Mengencerkan lendir dalam saluran pernafasan bagian atas

(21)

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 21

1. TTV set

2. Mangkok besar berisi air mendidih

3. Obat-obat yang digunakan seperti menthol 5 tetes 4. Bengkok

5. Handuk kecil 2 buah 6. Tissue 7. Gelas ukur 8. Peniti 9. Vaselin 10. Masker Langkah-langkah :

1. Cuci tangan dilakukan

2. Pasien diberitahu tentang tindakan yang akan dilakukan, dalam posisi duduk dengan kaku menjuntai ke sisi tempat tidur meja pasien diletakan didepannya

3. Dada dan leher ditutup dengan handuk lalu dipenitikan kesebelah belakang

4. Sekitar mulut dan hidung diolesi dengan vaselin

5. Mangkok besar yang berisi air mendidih ditutup dengan handuk, pasien diminta memegang sendiri handuk tersebut dengan mulut dan hidung menghadap magkok sambil merapatkan tepi-tepi handuk kemukanya kemudian disuruh menghisap uap tersebut

6. Cuci tangan dilakukan

(22)

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 22 POSTURAL DRAINASE, FISIOTERAPI DADA DAN BATUK EFEKTIF

Pengertian :

Postural Drainase adalah cara klasik untuk mengeluarkan secret dari paru dengan mempergunakan gaya berat (gravitasi) dari secret.

Fisioterapi dada adalah tindakan yang dilakukan pada klien yang mengalami retensi sekresi dan gangguan oksigenasi yang memerlukan bantuan untuk mengencerkan atau mengeluarkan sekresi.

Batuk Efektif adalah cara untuk melatih pasien yang tidak memiliki kemampuan batuk secara efektif dengan tujuan untuk membersihkan laring, trakea dan bronkiolus dari sekret atau benda asing di jalan nafas

Tujuan:

1. Meningkatkan efisiensi pernapasan dan ekspansi paru 2. Memperkuat otot pernapasan

3. Mengeluarkan secret dari saluran pernapasan

4. Klien dapat bernapas dengan bebas dan tubuh mendapatkan oksigen yang cukup.

Alat dan bahan :

1. Handuk

2. Bantal ( 2 – 3 buah ) 3. Segelas air hangat 4. Tissue

5. Sputum pot, berisi cairan desinfektan 6. Masker

(23)

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 23

7. Stetoskop 8. Buku catatan

Langkah-langkah :

1. Informasikan klien mengenai : tujuan pemeriksaan, waktu dan prosedur

2. Pasang sampiran / jaga privacy pasien 3. Atur posisi yang nyaman bagi klien 4. Cuci tangan

5. Lakukan auskultasi bunyi napas klien

6. Instruksikan klien untuk mengatakan bila mengalami mual, nyeri dada, dispneu.

7. Berikan medikasi yang dapat membantu mengencerkan sekresi. 8. Kendurkan pakaian klien

9. Postural drainase :

 Pilih area yang tersumbat yang akan didrainase

 Baringkan klien dalam posisi untuk mendrainase area yang tersumbat. Letakkan bantal sebagai penyangga

 Minta klien untuk mempertahankan posisi selama 10 – 15 menit  Selama dalam posisi ini, lakukan perkusi dan vibrasi dada di atas

area yang didrainase

 Setelah drainase pada posisi pertama, minta klien duduk dan batuk efektif. Tampung sekresi dalam sputum pot.

(24)

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 24

 Ulangi untuk area tersumbat lainnya. Tindakan tidak lebih dari 30 – 60 menit.

POSISI-POSISI POSTURAL DRAINASE

1. Semi fowler bersandar kekanan, kekiri, lalu kedepan apabila daerah yang akan didrainase pada lobus atas bronkus apikal

2. Tegak dengan sudut 450 membungkuk ke depan pada bantal dengan sudut 450 ke kiri dan ke kanan apabila daerah yang akan di drainase bronkus posterior

3. Berbaring dengan bantal di bawah lutut apabila yang akan di drainase bronkus anterior

4. Posisi trandelenburg dengan sudut 300 atau dengan menaikkan kaki tempat tidur 35 - 40 cm, sedikit miring kekiri apabila yang akan di drainase pada lobus tengah (Bronkhus lateral dan medial)

5. Posisi trandelenburg dengan sudut 300 atau dengan menaikkan kaki tempat tidur 35 - 40 cm, sedikit miring ke kanan apabila daerah yang akan di drainase bronkhus superior dan inferior

6. Condong dengan bantal di bawah panggul apabila yang di drainase bronkus apikal

7. Posisi trandelenburg dengan sudut 450 atau dengan menaikkan kaki tempat tidur 45 - 50 cm ke samping kanan, apabila yang akan di drainase bronkhus medial

8. Posisi trandelenburg dengan sudut 450 atau dengan menaikkan kaki tempat tidur 45 - 50 cm ke samping kiri, apabila yang akan di

drainase bronkhus lateral

9. Posisi trandelenburg condong dengan sudut 450 dengan bantal di bawah panggul, apabila yang akan di drainase bronkhus posterior

(25)

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 25 Bronkus Apikal Lobus Anterior Kanan dan Kiri Atas

Minta klien duduk di kursi, bersandar pada bantal

Bronkuas Apikal Lobus Posterior Kanan danKiri Atas

Minta klien duduk di kursi, menyandar ke depan pada bantal atau meja.

Bronkus Lobus Anterior Kanan dan Kirir Atas

Minta klien berbaring datar dengan bantal kecil di bawah lutut

Bronkus Lobus Lingual Kiri Atas

Minta klien berbaring miring ke kanan dengan lengan di atas kepala pada posisi Trendelenburg, dengan kaki tempat tidur di tinggikan 30 cm (12 inci). Letakan bantal di belakang punggung, dan gulingkan

klien seperempat putaran ke atas bantal

Bronkus Kanan Tengah

Minta klien berbaring miring ke kiri dan tinggikan kaki tempat tidur 30 cm (12 inci). Letakan bantal di belakang punggung dan gulingkan

klien seperempat putaran ke atas bantal .

Bronkus Lobus Anterior Kanan dan Kiri Bawah

Minta klien berbaring terlentang dengan posisi trendelenburg, kaki tempat tidur di tinggikan 45 sampai 50 cm (18 sampai 20 inci). Biarkan lutut menekuk di atas bantal

Bronkus Lobus Lateral Kanan Bawah

Minta klien berbaring miring ke kiri pada posisi trendelenburg dengan kaki tempat tidur di tinggikan 45 sampai 50 cm (18 samapi 20 inci)

(26)

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 26

Bronkus Lobus Lateral Kiri Bawah

Minta klien berbaring ke kanan pada posisi trendelenburg denan kaki di tinggikan 25 sampai 50 cm (18 sampai 20 inci).

Bronkus Lobus Superior Kanan dan Kiri Bawah

Minta klien berbaring tengkurap dengan bantal di bawah lambung

Bronkus Basalis Posterior Kanan dan Kiri

Minta klien berbaring terungkup dalam posisi trendelenburg dengan kaki tempat tidur di tinggikan 45 sampai 50 (18 sampai 20 inci)

(27)
(28)

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 28 Lobus Kanan Atas :

1. segmen apical 2. segmen posterior 3. segmen anterior

Lobus Kanan Tengah :

1. segmen lateral 2. segmen medial

Lobus Kanan Bawah :

(29)

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 29

2. segmen basal anterior 3. segmen basal lateral 4. segmen basal posterior 5. segmen basal medial

10. Fisioterapi Dada

 Tutup area yang akan diperkusi dengan menggunkan handuk  Anjurkan klien untuk tarik napas dalam dan lambat untuk

meningkatkan relaksasi

 Jari dan ibu jari berhimpitan dan fleksi membentuk mangkuk

 Secara bergantian, lakukan fleksi dan ekstensi pergelangan tangan secara cepat menepuk dada

 Perkusi pada setiap segmen paru selama 1 -2 menit, jangan pada area yang mudah cedera

11. Batuk Efektif

 Atur posisi pasien dengan duduk di tepi tempat tidur membungkuk ke depan

 Anjurkan untuk menarik nafas secara pelan dan dalam dengan menggunakan pernafasan diafragma

 Setelah itu tahan nafas kurang lebih 2 detik  Batukkan 2 kali dengan mulut terbuka  Tarik nafas dengan ringan

(30)

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 30

 Catat respons yang terjadi  Cuci tangan

TUGAS

1. Orang yang pertama mencetuskan tentang personal hygene adalah...

a. Louis Pasteur b. Louis William c. Louis Bechkam d. Louis Laurent

2. Di bawah ini yang termasuk dalam tujuan dari personal hygene adalah...

(31)

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 31

2. Memelihara kebersihan diri seseorang 3. Mencegah penyakit

4. Menciptakan keindahan

3. Awal mula personal hygene berasal dari kata... a. Bahasa Latin

b. Bahasa Yunani c. Bahasa Amerika d. Bahasa Eropa

4. Kulit terdiri atas dua lapisan yaitu... 1. Lapisan Epidermis

2. Lapisan Sebasea 3. Lapisan Dermis

4. Lapisan Kutikula

5. Di dalam kulit ada dua kelenjar yang sangat membantu bagi tubuh kita yaitu kelenjar...

1. Kelenjar Endokrin 2. Kelenjar Sebasea 3. Kelenjar Eksokrin 4. Kelenjar Serumen

6. Di bawah ini adalah fungsi kulit adalah... 1. Proteksi tubuh

(32)

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 32

3. Pengeluaran air

4. Sensasi dari stimulus lingkungan

7. Faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygene dalah... 1. Body Image

2. Praktik Sosial

3. Status sosial ekonomi 4. Pengetahuan

8. Dampak yang sering timbul jika personal hygene tidak dijaga antara lain...

1. Dampak fisik

2. Dampak Lingkungan 3. Dampak Psikososial 4.Dampak Spiritual

9. Lapisan kulit yang tidak mengandung pembuluh darah terdapat di... a. Dermis

b. Epidermis c. Kutikula d. Sebasea

10. Lapisan kulit yang terdiri atas jaringan otot, saraf folikel rambut dan kelenjar terdapat di...

a. Dermis b. Epidermis c. Kutikula d. Sebasea

(33)

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 33

KRITERIA KEBERHASILAN

Kunci Jawaban :

1. A 2. E 3. B 4. B 5. C 6. E 7. E 8. B 9.B 10. A

Tingkat penguasaan = Jumlah Jawaban yang Benar 100% Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali 80 - 89% = baik 70 - 79% = cukup < 70% = kurang

(34)

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 34

TOPIK DISKUSI

Diskusikan dengan kelompok Anda hal-hal berikut:

1. Lakukan perawatan personal hygiene pada teman anda di mulai dari : a. Cara Memandikan

b. Cara mencuci rambut

c. Cara Perawatan kuku kaki dan tangan

d. Cara vulva/penis hygiene

(35)

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 35

laporan hasil

1.Tuliskan hasil perawatan personal hygiene dari ujung rambut hingga ujung kaki sesuai dengan yang saudara lakukan

2. Lakukan kembali perawatan personal hygiene pada teman yang lain kemudian bandingkan apakah hasilnya sama dengan perawatan yang dilakukan pada teman sebelumnya

(36)

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 36

REFLEKSI DIRI

1. Kendala apa saja yang ditemukan.

... ... ... ... ... ... ... ... 2. Bagian yang paling berkesan selama melakukan kegiatan.

... ... ... ... ... ... ... ... 3. Apa yang dapat Anda kembangkan setelah menyelesaiakan job sheet

ini. ... ... ... ... ... ... ... ...

(37)

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 37

DAFTAR PUSTAKA

Alimul Aziz.2004. Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia. ECG:Jakarta

Iqbal Mubarak, Wahit. 2007. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:EGC Kusyati,eni.2006, Keterampilan dan Prosedur Laboratorium Keperawatan Dasar. Jakarta : EGC

Perry,potter.2005. Fundamental Keperawatan. Edisi 4. Jakarta : EGC Perry,Peterson,Potter. 2005. Keterampilan dan Prosedur Dasar. Eds 5 jakarta : EGC

Tarwoto.2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses keperawatan. Jakarta:Salemba Medika.

Referensi

Dokumen terkait

Setelah selesai masukkan sample sesuai dengan posisi sampel tertera di alat, lalu klik START kemudian klik OK untuk memulai pemeriksaan.. Alat akan melakukan pemeriksaan sampel

Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah produk instrumen yang layak digunakan sebagai pedoman penilaian keterampilan berbicara berbasis nilai budaya

• Bell (1979) menyebutkan beberapa wujud sistem komunikasi yang dihasilkan Bell (1979) menyebutkan beberapa wujud sistem komunikasi yang dihasilkan oleh kemajuan teknologi.

Penyajian data melalui sistem informasi geografis (SIG) mampu memudahkan pengguna memahami informasi dibandingkan dengan secara tradisional melalui tabel. Dengan SIG,

And Math did know him thus; however hard he might try to look and act like a deckhand, Sebastos Abdes Pantera, he of the bland hair and the not- bland face, had made one

M., (2013), menemukan bahwa konsep gender pada Kawasan Kajang Dalam berkaitan dengan proses kesepakatan tak tertulis bagaimana seharusnya laki-laki dan perempuan

BPR Bank Pasar Sukoharjo tentang fungsi yang terkait, dokumen yang digunakan, catatan akuntansi yang digunakan, jaringan prosedur yang membentuk sistem dan unsur

Adanya perbedaan yang terjadi antar karyawan didalam suatu perusahaan, komunikaasi yang di lakukan daru pimpinan kebawahan menjadi sangat penting dimana dalam tujuan