• Tidak ada hasil yang ditemukan

SNI 01-7152-2006 PERISA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SNI 01-7152-2006 PERISA"

Copied!
150
0
0

Teks penuh

  • Sekolah: Standar Nasional Indonesia
  • Mata Pelajaran: Perisa
  • Topik: SNI 01-7152-2006 Perisa
  • Tipe: standar
  • Tahun: 2006
  • Kota: Jakarta

I. Ruang Lingkup

Standar ini mencakup berbagai aspek yang berkaitan dengan bahan tambahan pangan, khususnya perisa. SNI 01-7152-2006 menetapkan persyaratan untuk penggunaan perisa dalam produk pangan, termasuk definisi, jenis, dan pengelompokan perisa. Standar ini sangat relevan bagi industri perisa dan pangan, karena memberikan pedoman yang jelas mengenai penggunaan perisa yang aman dan sesuai dengan regulasi. Dengan adanya standar ini, diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan keamanan produk pangan yang beredar di pasaran.

II. Acuan Normatif

Standar ini merujuk pada berbagai dokumen dan pedoman internasional yang diakui, termasuk laporan JECFA dan WHO. Acuan ini penting untuk memastikan bahwa standar yang diterapkan selaras dengan praktik terbaik global dalam penggunaan bahan tambahan pangan. Dengan mengacu pada dokumen-dokumen ini, SNI 01-7152-2006 memberikan landasan yang kuat untuk pengembangan dan regulasi perisa di Indonesia, yang dapat membantu dalam menjaga kesehatan masyarakat dan keselamatan pangan.

III. Istilah dan Definisi

Bagian ini menjelaskan istilah-istilah penting yang digunakan dalam standar, seperti bahan tambahan pangan, perisa, dan senyawa perisa. Definisi yang jelas sangat penting untuk memahami konteks penggunaan perisa dalam produk pangan. Misalnya, perisa didefinisikan sebagai bahan yang memberikan flavor tanpa dimaksudkan untuk dikonsumsi langsung. Memahami istilah-istilah ini akan membantu produsen dan konsumen dalam menavigasi regulasi dan memastikan produk yang dihasilkan memenuhi standar yang ditetapkan.

IV. Jenis Perisa

Perisa dibedakan menjadi tujuh jenis berdasarkan sumber dan proses pembuatannya, termasuk perisa alami dan artifisial. Klasifikasi ini penting untuk menentukan penggunaan dan regulasi yang tepat untuk setiap jenis perisa. Misalnya, senyawa perisa alami diperoleh dari bahan tumbuhan atau hewan, sedangkan perisa artifisial disintesis secara kimia. Dengan memahami jenis-jenis perisa, produsen dapat memilih perisa yang sesuai dengan kebutuhan produk mereka sambil tetap mematuhi regulasi yang berlaku.

V. Pengelompokan Perisa

Pengelompokan perisa berdasarkan sumber dan proses pembuatannya membantu dalam penentuan label dan penggunaan perisa dalam produk pangan. Dengan mengelompokkan perisa menjadi perisa alami, identik alami, artifisial, dan hasil proses panas, produsen dapat lebih mudah mengidentifikasi perisa yang sesuai dengan standar yang ditetapkan. Hal ini juga memudahkan konsumen dalam memilih produk yang sesuai dengan preferensi mereka, serta menjamin transparansi dalam informasi produk.

VI. Penggunaan Perisa

Penggunaan perisa dalam produk pangan harus mengikuti pedoman yang ditetapkan dalam standar ini. Perisa dapat digunakan baik secara tunggal maupun campuran, tetapi harus mematuhi batasan yang ditetapkan berdasarkan CPPB dan ADI. Hal ini penting untuk menjamin keamanan dan kesehatan konsumen. Dengan adanya batasan ini, produsen diharapkan dapat memproduksi makanan yang tidak hanya lezat tetapi juga aman untuk dikonsumsi.

VII. Ajudan Perisa

Ajudan perisa adalah bahan tambahan yang diperlukan dalam pembuatan dan penggunaan perisa. Standar ini mencantumkan ajudan perisa yang diizinkan dan memberikan pedoman mengenai penggunaannya. Memahami fungsi dan batasan ajudan perisa sangat penting untuk memastikan kualitas dan keamanan produk akhir. Dengan demikian, produsen dapat memanfaatkan ajudan perisa secara efektif untuk meningkatkan kualitas flavor tanpa melanggar regulasi yang ada.

VIII. Senyawa Penanda

Senyawa penanda digunakan untuk membatasi penggunaan perisa tertentu dalam produk pangan. Misalnya, benzo[a]piren dan 3-MCPD adalah senyawa yang memiliki batas maksimum yang ketat untuk menjamin keamanan pangan. Dengan adanya ketentuan ini, diharapkan dapat mencegah penggunaan bahan berbahaya dalam produk pangan, sehingga melindungi kesehatan konsumen.

IX. Larangan

Standar ini melarang penggunaan perisa dalam produk susu formula bayi dan makanan pendamping ASI, kecuali yang telah ditetapkan dalam standar tertentu. Larangan ini bertujuan untuk melindungi kesehatan bayi dan anak-anak yang lebih rentan terhadap efek negatif dari bahan tambahan pangan. Dengan adanya larangan ini, diharapkan dapat memastikan bahwa produk yang dikonsumsi oleh kelompok rentan tersebut aman dan sesuai dengan kebutuhan gizi mereka.

X. Ketentuan Label

Ketentuan label dalam standar ini mengharuskan produsen untuk mencantumkan informasi yang jelas tentang perisa yang digunakan dalam produk pangan. Label yang informatif akan membantu konsumen dalam membuat keputusan yang lebih baik mengenai produk yang mereka konsumsi. Mematuhi ketentuan label juga merupakan bagian dari tanggung jawab produsen untuk menjamin transparansi dan kepercayaan konsumen terhadap produk yang mereka tawarkan.

Referensi Dokumen

  • Pengujian karsinogenisitas ( Stoner et al, 1973 )
  • Metode ames ( Litton Bioneticks Inc., 1976 )
  • Kajian keamanan ( NCI, 1980 )
  • Pengaturan USA dalam CFR 189.113
  • Pengaturan IOFI (International Organization of The Flavour Industry)

Gambar

Tabel 2    Batasan asam agarat dalam produk pangan
Tabel 3    Batasan asam sianida dalam produk pangan
Tabel 7    Batasan hiperisin dalam produk pangan
Tabel 10    Batasan komarin dalam produk pangan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan nilai konsentrasi logam Pb yang sudah melampaui batas maksimum yang telah ditetapkan sesuai baku mutu SNI 7387;2009 yaitu sebesar 0,3 mg/kg selain

Untuk Kerang Bolang-baling tidak mengandung logam Cr, tetapi mengandung logam Cu 11,6639-11,9724 mg/kg bobot kering yang tidak melebihi batasan maksimum yang ditetapkan

Berdasarkan nilai konsentrasi logam Pb yang sudah melampaui batas maksimum yang telah ditetapkan sesuai baku mutu SNI 7387;2009 yaitu sebesar 0,3 mg/kg selain

Sampel tanaman kangkung yang ditanam selima 6 minggu baik pada akar (3,36 mg,&g) maupun puAa ,"i*ut,6agian tanaman tanpa akar (2,09 mg/kg) mengandung logam pb melebihi

Kadar fosfat yang diperbolehkan untuk air minum adalah 0,2 mg/L, sedangkan semua sampel airtanah yang terdapat di daerah penelitian telah melebihi ambang batas maksimum

masing negara atau organisasi internasional. b) Penetapan jumlah maksimum makanan laut yang dapat dikonsumsi oleh orang dewasa (berat badan 60 kg) per minggu agar tidak

Standar ini menetapkan klasifikasi, syarat bahan baku, bahan penolong dan bahan tambahan makanan, cara penanganan dan pengolahan, teknik sanitasi dan higiene, syarat mutu dan

Untuk sampel kerang hijau yang diambi/ dari Muara Angke kedua kandungan logam tersebut berada diatas batas maksimum yang diijinkan (Cr: 0,83 mg/kg dan Zn: 144,68 mg/kg).. Dari