• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEKNIK OPERASI DAN PENYELIDIKAN INTELIJEN KEIMIGRASIAN. Teknis Substantif Intelijen Keimigrasian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TEKNIK OPERASI DAN PENYELIDIKAN INTELIJEN KEIMIGRASIAN. Teknis Substantif Intelijen Keimigrasian"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

TEKNIK OPERASI DAN PENYELIDIKAN

INTELIJEN KEIMIGRASIAN

(3)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014

TENTANG HAK CIPTA

Pasal 1 1. Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasar- kan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tan- pa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-un-dangan. Pasal 113 1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi se-bagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 100.000.000 (seratus juta rupiah). 2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau peme- gang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana di-maksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

3. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau peme- gang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana di-maksud dalam Pasal 9 ayat (l) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

4. Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana pen-jara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).

(4)

TEKNIK OPERASI DAN PENYELIDIKAN

INTELIJEN KEIMIGRASIAN

Teknis Substantif Intelijen Keimigrasian

Kristofel Aditya Prathama Pardamean Hutauruk Sugiyo

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

(5)

BPSDM KUMHAM Press

Jalan Raya Gandul No. 4 Cinere – Depok 16512 Telepon (021) 7540077, 754124 Faksimili (021) 7543709, 7546120 Laman: http://bpsdm.kemenkumham.go.id Cetakan ke-1 : September 2020 Perancang Sampul : Yulius Purnomo Penata Letak : Yulius Purnomo Sumber Ilustrasi Sampul : freepik.com xii+46 hlm.; 18 × 25 cm ISBN: 978-623-6869-86-4

Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang mengutip dan mempublikasikan

sebagian atau seluruh isi buku tanpa izin dari Penerbit Dicetak oleh:

PERCETAKAN POHON CAHAYA isi di luar tanggung jawab percetakan

TIM PENULIS: Kristofel Aditya Prathama Pardamean Hutauruk Sugiyo

TEKNIK OPERASI DAN PENYELIDIKAN

INTELIJEN KEIMIGRASIAN

(6)

KATA SAMBUTAN

Puji Syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya Modul Best Practice Intelijen Keimigrasian telah terselesaikan. Modul ini disusun untuk membekali para pembaca agar mengetahui dan memahami salah satu tugas dan fungsi Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.

Modul Best Pratice merupakan strategi pendokumentasian pengetahuan

tacit yang masih tersembunyi dan tersebar di banyak pihak, untuk menjadi bagian

dari aset intelektual organisasi. Langkah ini dilakukan untuk memberikan sumber – sumber pengetahuan yang dapat disebarluaskan sekaligus dipindah tempatkan atau replikasi guna peningkatan kinerja individu maupun organisasi. Keberadaan Modul Best Practices dapat mendukung proses pembelajaran mandiri, pengayaan materi pelatihan dan peningkatan kemampuan organisasi dalam konteks pengembangan kompetensi yang terintegrasi (Corporate University) dengan pengembangan karir.

Modul Best Practices pada artinya dapat menjadi sumber belajar guna memenuhi hak dan kewajiban pengembangan kompetensi paling sedikit 20 jam pelajaran (JP) bagi setiap pegawai. Hal ini sebagai implementasi amanat Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2020 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Aparatur Sipil Negara (ASN).

Dalam kesempatan ini, kami atas nama Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Hukum dan Hak Asasi Manusia menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak atas dukungan dan kontribusinya dalam penyelesaian modul ini. Segala kritik dan saran sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas publikasi ini. Semoga modul ini dapat berkontribusi positif bagi para pembacanya

(7)

dan para pegawai di Lingkungan Kementerian Hukum dan HAM. Selamat Membaca… Salam Pembelajar…

Jakarta, Agustus 2020

Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Hukum dan Hak Asasi Manusia,

(8)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas kehendak dan perkenan-Nya masih diberikan kesempatan dan kesehatan dalam rangka penyusunan Modul Best Practice berjudul Intelijen Keimigrasian.

Modul Best Practice Intelijen Keimigrasian sebagai sumber pembelajaran dalam meningkatkan pemahaman dan pengetahuan terhadap keberagaman bidang tugas dan fungsi serta kinerja organisasi Kemenkumham. Selain itu upaya untuk memperkuat dan mengoptimalkan kegiatan pengabadian aset intelektual dari pengetahuan tacit individu menjadi pengetahuan organisasi. Pengetahuan

tacit yang berhasil didokumentasikan, akan sangat membantu sebuah organisasi

dalam merumuskan rencana strategis pengembangan kompetensi baik melalui pelatihan maupun belajar mandiri, serta implementasi Kemenkumham Corporate

University (CorpU).

Demikian Modul Best Practice Intelijen Keimigrasian disusun, dengan harapan modul ini dapat bermanfaat dalam meningkatkan kompetensi bagi pembaca khususnya pegawai di lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.

Depok, 19 Oktober 2020 Kepala Pusat Pengembangan Diklat

Teknis dan Kepemimpinan,

Hantor Situmorang NIP 196703171992031001

(9)
(10)

DAFTAR GAMBAR

KATA SAMBUTAN ... v

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Deskripsi Singkat ... 3

C. Tujuan Pembelajaran / Pembahasan ... 3

D. Materi Pokok ... 3

E. Petunjuk Belajar ... 4

BAB II INTELIJEN KEIMIGRASIAN ... 5

A. Intelijen ... 5

B. Intelijen Keimigrasian ... 7

C. Pembuatan Perkiraan Keadaan Intelijen Keimigrasian ... 15

BAB III TEKNIK OPERASI ... 17

A. Operasi Penyelidikan ... 17

B. Operasi Pengamanan ... 20

C. Operasi Penggalangan ... 20

D. Operasi Pemusnahan ... 21

BAB III PENYELIDIKAN INTELIJEN KEIMIGRASIAN ... 23

(11)

DAFTAR PUSTAKA ... 27 Peraturan Perundang-Undangan ... 27

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tugas Pokok, Fungsi, dan Peranan Intelijen ... 5 Tabel 2. Perbedaan Penyelidikan Intelijen

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Konsep Dasar Intelijen ... 6

Gambar 2. Struktur Organisasi pada Direktorat Intelijen Keimigrasian .. 8

Gambar 3. Salah satu kegiatan Pengamanan Perizinan yang rutin dilakukan adalah Clearance House (CH) yang dilaksanakan setiap hari Selasa bertempat di Direktorat Jenderal Imigrasi, kegiatan CH difokuskan terhadap pengamanan WN Asing dari negara yang masuk daftar Calling Visa Indonesia. ... 11

Gambar 4. Kegiatan Pengamanan Material dan Dokumen... 11

Gambar 5. Kegiatan Pengamanan Kantor dan Instalasi Vital pada Kantor Imigrasi Kelas III Non TPI Kerinci pada tanggal 17-19 Februari 2020 ... 12

Gambar 6. Kegiatan Pengamanan Kantor dan Instalasi Vital pada Kantor Imigrasi ... 12

Gambar 7. Hasil dari Kegiatan Pengamanan Kantor dan Instalasi Vital pada Kantor Imigrasi didapati kedudukan server lebih rendah dari ruang pelayanan dan tidak ada pintu ... 13

Gambar 8. Hasil dari Kegiatan Pengamanan Kantor dan Instalasi Vital pada Kantor Imigrasi didapati kondisi pintu ruangan yang rusak ... 13

Gambar 9. Sistem Kerja Intelijen Keimigrasian ... 14

Gambar 10. Sifat Informasi Intelijen ... 14

Gambar 11. Struktur Laporan Perkiraan Keadaan Intelijen ... 16

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam Rangka Meningkatkan Pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kunjungan wisatawan mancanegara di Indonesia maka pemerintah memberikan kemudahan bagi orang asing untuk masuk ke wilayah Republik Indonesia yang dilaksanakan dalam bentuk pembebasan dari kewajiban memiliki visa kunjungan dengan memperhatikan asas timbal balik dan manfaat. Hal ini mengakibatkan peningkatan jumlah lalu lintas orang asing masuk dan keluar wilayah Indonesia. Dengan peningkatan tersebut terjadi kecenderungan peningkatan pelanggaran, tindak pidana keimigrasian dan keterlibatan orang asing dalam Trans Organize

Crime (narkoba, terorisme, money laundry, cyber crime, dan lai-lain).

Sebagai garda terdepan, imigrasi mempunyai peranan yang sangat strategis untuk menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam peningkatan lalu lintas orang asing yang masuk dan keuar wilayah Indonesia. Seperti yang kita ketahui, berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian, keimigrasian adalah hal ihwal lalu lintsa orang yang masuk atau keluar wilayah Indonesia serta pengawasannya dalam rangka menjaga tegaknya kedaulatan negara.

Untuk mencegah peningkatan pelanggaran, tindak pidana keimigrasian dan keterlibatan orang asing dalam Trans Organize Crime maka perlu diambil langkah- langkah strategis untuk mengantisipasi ancaman dan gangguan yang mungkin ditimbulkan oleh orang asing dengan memperkuat fungsi intelijen keimigrasian, sehingga kejahatan dapat ditangkal/dicegah sebelum orang asing tersebut masuk ke Indonesia dengan cara mengumpulkan data dan informasi serta berkoordinasi

(15)

dengan pihak lain seperti Badan Intelijen Negara (BIN), Kepolisian, Sandi negara, Kejaksaan, Interpol, TNI dan pihak intelijen negara yang lain dengan saling tukar menukar informasi terkait data orang asing maupun Warga Negara Indonesia (WNI).

Undang-undang Nomor 17 Tahun 2011 tentang Intelijen Negara, mendefinisikan intelijen sebagai pengetahuan, organisasi, dan kegiatan yang terkait dengan perumusan kebijakan, strategi nasional, dan pengambilan keputusan berdasarkan analisis dari informasi dan fakta yang terkumpul melalui metode kerja tertentu untuk pendeteksian dan peringatan dini dalam rangka pencegahan, penangkalan, dan penanggulangan setiap ancaman terhadap keamanan nasional. Berdasarkan sisi terminologi intelijen adalah setiap usaha dan upaya untuk dapat menghimpun semua data dan informasi dari pihak lawan untuk dapat ditemukan unsur kemampuan dan ketidakmampuan dengan tujuan mengatasi dan menanggulangi setiap ancaman, hambatan dan tantangan baik di masa perang maupun damai. Intelijen bersifat ofensif yaitu mengarah kepada kegiatan yang teroganisir (organized activity) pihak satu kepada pihak lain dengan menghimpun semua data dan informasi yang diperlukan.

Kata intelijen berasal dari bahasa Inggris Intelligence yang berarti kecerdasan. Intelijen berarti juga seni mencari, mengumpulkan dan mengolah informasi strategis yang diperlukan. Intelijen juga merujuk pada organisasi yang melakukan seni pencarian, pengumpulan dan pengolahan informasi, mencakup juga orang-orang yang berada di dalam organisasi intelijen termasuk sistem operasi dan analisanya.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Intelijen keimigrasian adalah kegiatan penyelidikan keimigrasian dan pengamanan keimigrasian dalam rangka proses penyajian informasi melalui analisis guna menetapkan perkiraan keadaan keimigrasian yang dihadapi atau yang akan dihadapi.

Pada dinas intelijen dan dinas terkait lainnya, intelijen merupakan data aktif ditambah dengan proses dan hasil dari pengumpulan dan analisis data tersebut.

(16)

Data dan informasi tersebut sangat penting keakuratannya untuk diolah dan dianalisis dengan metode tertentu yang kemudian hasilnya ditindaklanjuti sebagai bahan untuk mengambil kebijakan ataupun keputusan tertentu. Dalam konteks intelijen keimigrasian hanya terkait informasi dan data yang diverifikasi terkait lalu lintas orang yang masuk dan keluar wilayah Indonesia. Dari uraian tersebut di atas, kiranya perlu mengambil langkah-langkah strategis untuk mengantisipasi ancaman, tantangan, gangguan dan hambatan yang mungkin ditimbulkan oleh orang asing dengan memperkuat fungsi intelijen keimigrasian.

B. DESKRIPSI SINGKAT

Modul ini memperkenalkan pembaca mengenai teknik operasi dan penyelidikan intelijen keimigrasian beserta permasalahan yang terjadi di lapangan dalam pelaksanaan tugas, serta analisis penyelesaian masalah dan indikator keberhasilan dalam melaksanakan teknik operasi dan penyelidikan intelijen keimigrasian.

C. TUJUAN PEMBELAJARAN / PEMBAHASAN

Setelah mempelajari modul ini peserta diharapkan memahami teknik operasi dan penyelidikan intelijen keimigrasian, mengetahui praktek teknik operasi dan penyelidikan intelijen keimigrasian, mengetahui permasalahan dilapangan dalam praktek teknik operasi dan penyelidikan intelijen dan dapat menganalisa permasalahan tersebut.

D. MATERI POKOK

1. Intelijen Keimigrasian; 2. Teknik Operasi;

(17)

E. PETUNJUK BELAJAR

Penyampaian materi ini menggunakan metode pembelajaran orang dewasa (andragogi). Proses pembelajaran yang dirancang untuk meningkatkan transfer pengetahuan baru, pengalaman baru, dan keterampilan baru sehingga mendorong masing-masing individu guna meraih semaksimal mungkin ilmu pengetahuan yang diinginkannya, apa yang menjadi kebutuhannya serta keterampilan yang diperlukan. Pembelajaran dalam bentuk ceramah, tanya jawab, diskusi, dan latihan.

(18)

BAB II

INTELIJEN KEIMIGRASIAN

A. INTELIJEN

Secara umum pengertian intelijen adalah usaha, pekerjaan, kegiatan dan tindakan yang dilakukan dengan metode – metode tertentu dan secara terorganisasi untuk mendapatkan/menghasilkan produk berupa pengetahuan tentang masalah - masalah yang dihadapi baik yg sudah , sedang dan yg mungkin akan terjadi, kemudian disajikan kepada pimpinan/user sebagai bahan pengambilan keputusan/ kebijaksanaan dan tindakan dengan resiko yg telah telah diperhitungkan terlebih dahulu.

TUGAS POKOK FUNGSI PERANAN

Melaksanakan :

1. Deteksi dini,peringatan dini dan cegah dini; 2. Pelaksana pengamanan

dan pengarah bijak pimp; 3. Menciptakan kondisi

1. Dalam Kegiatannya Intel a. Melakukan:

b. Penyelidikan; c. Pengamanan; dan d. Penggalangan 2. Dalam organisasi sebagai mata dan telingan pimpinan dan dalam keadaan tertentu sebagai kaki dan tangan pimpinan/ organisasi

Dalam semua situasi atau permasalahan:

1. mendahului; 2. Menyertai; dan 3. mengakhiri

(19)

Konsep Dasar Intelijen

Intelijen dapat dibedakan menjadi intelijen sebagai bahan keterangan yang sudah diolah dan sebagai kegiatan. Dilihat dari segi tujuan penggunaan, intelijen sebagai bahan keterangan yang sudah diolah dapat dibedakan menjadi:

1. Intelijen Strategis:

Bahan-bahan keterangan yang dicari, dikumpulkan dan diolah untuk dipergunakan bagi kepentingan startegi. Intelijen ini mencakup hal-hal yang meliputi pokok-pokok persoalan:

• Politik; • Ekonomi;

• Perkembangan Ilmu Pengetahuan; • Sistem Komunikasi;

• Demografi; • Kebudayaan; dan • Angkatan Bersenjata.

(20)

2. Intelijen Taktis:

Bahan-bahan keterangan yang dicari, dikumpulkan dan diolah untuk dipergunakan bagi kepentingan yang bersifat taktis.

Kegiatan intelijen mencakup semua usaha, pekerjaan, kegiatan dan tindakan yang diwujudkan dalam bentuk penyelidikan, pengamanan dan penggalangan. Dalam hal ini dibedakan menjadi kegiatan rutin dan operasi intelijen, sebagai berikut:

a. Kegiatan Rutin Intelijen:

Usaha, kegiatan, dan tindakan yang dilakukan secara rutin dan terus menerus serta berdasarkan suatu tata cara kerja yang tetap. Kegiatan ini bisa mempunyai aspek jangka pendek dan bisa pula mempunyai aspek jangka panjang.

b. Operasi Intelijen:

Suatu usaha, kegiatan dan tindakan yang dilakukan berdasarkan suatu rencana untuk mencapai suatu tujuan yang diperinci secara khusus di luar daripada tujuan yang rutin dalam hubungan ruang dan waktu yang ditetapkan dan yang dilakukan atas dasar perintah dari pihak atasan yang berwenang.

B. INTELIJEN KEIMIGRASIAN

Direktorat Jenderal Imigrasi sebagai instansi pemerintah yang yang berada pada garda terdepan dan terakhir masuk dan keluarnya orang di wilayah Indonesia, tidak terlepas dari pada tugas dan kewajibannya dalam rangka menjaga kedaulatan dan keamanan nasional yaitu: mempertahankan, melindungi, dan mengamankan potensi nasional yang ada di dalam wilayah hukum RI; mengatasi, menanggulangi, mencegah setiap bentuk ancaman dan bencana yang dapat timbul sebagai akibat keluar masuknya subjek asing maupun Indonesia dan budaya orang asing di wilayah hukum RI.

(21)

Struktur Organisasi pada Direktorat Intelijen Keimigrasian

Berdasarkan Permenkumham Nomor 30 Tahun 2016 tentang Intelijen Keimigrasian, fungsi intelijen keimigrasian meliputi penyelidikan keimigrasian dan pengamanan keimigrasian. Fungsi intelijen keimigrasian dilaksanakan oleh pejabat imigrasi. Dalam melakukan fungsi intelijen pejabat imigrasi berwenang: 1. Mendapatkan keterangan dari masyarakat atau instansi pemerintah;

2. Mendatangi tempat atau bangunan yang diduga dapat ditemukan bahan keterangan mengenai keberadaan dan kegiatan orang asing;

3. Melakukan operasi intelijen keimigrasian;

4. Melakukan pengamanan terhadap data dan informasi keimigrasian serta pelaksanaan tugas keimigrasian.

Dalam melakukan kewenangan tersebut pejabat imigrasi mempunyai tugas: 1. Mencari, mendapatkan, memperoleh, mengumpulkan dan mengolah data

dan/atau informasi objek sasaran yang berkaitan dengan bidang keimigrasian; 2. Membuat telaahan operasi intelijen keimigrasian;

3. Membuat laporan hasil operasi intelijen keimigrasian sebagai bahan pengawasan keimigrasian.

(22)

Fungsi intelijen keimigrasian juga dapat dilaksanakan oleh tim operasi intelijen keimigrasian. Tim operasi intelijen dibentuk oleh:

1. Direktur Jenderal di tingkat pusat;

2. Kepala Kantor Wilayah di tingkat Provinsi;

3. Kepala kantor imigrasi di tingkat Kabupaten/Kota.

Pengamanan Keimigrasian yang dilakukan bertujuan untuk deteksi secara dini dan upaya pencegahan terhadap ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan terlaksananya Fungsi Keimigrasian terhadap:

1. Izin Keimigrasian meliputi:

• Pengamanan proses penerbitan paspor baik persyaratan, proses penerbitan paspor dan peruntukannya;

• Memastikan bahwa persyaratan tersebut lengkap dan otentik; • Penerbitan paspor sesuai dengan SOP;

• Memastikan persyaratan, proses penerbitan, dan peruntukan Izin Tinggal bagi WNA sesuai;

• Memastikan Visa yang diberikan kepada WNA persyaratan, proses penerbitan, dan peruntukannya harus sesuai dengan peraturan;

• Memastikan bahwa tanda masuk dan keluar yang diterakan oleh petugas Imigrasi di TPI/PLB/PLBN harus sesuai dengan peraturan yang ada; dan

• Memastikan bahwa persyaratan, proses dan peruntukannya sesuai dengan peraturan yang ada

2. Personil meliputi:

• mencegah terjadinya penyimpangan dan penyalahgunaan wewenang oleh personil dalam melaksanakan tugas dan fungsi di bidang Keimigrasian; dan

(23)

• menyajikan data dan informasi yang dibutuhkan oleh pimpinan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan penempatan dan pembinaan karir setiap personil imigrasi.

3. Material dan dokumen meliputi:

• Pendataan dan inventarisasi;

• Pengadministrasian secara elektronik; dan

• Pengawasan dalam penyimpanan dan pendistribusian.

4. Kantor dan instalasi vital meliputi:

• Gedung Direktorat Jenderal Imigrasi, Kantor Imigrasi, dan Rumah Detensi Imigrasi;

• Sarana prasarana yang ada di dalam maupun di lingkungan gedung Direktorat Jenderal Imigrasi, Kantor Imigrasi, dan Rumah Detensi Imigrasi;

• Pusat data Direktorat Jenderal Imigrasi;

• Data yang tersimpan dalam sistem informasi manajemen keimigrasian; dan

(24)

Salah satu kegiatan Pengamanan Perizinan yang rutin dilakukan adalah Clearance House (CH) yang dilaksanakan setiap hari Selasa bertempat di Direktorat Jenderal Imigrasi, kegiatan CH difokuskan

terhadap pengamanan WN Asing dari negara yang masuk daftar Calling Visa Indonesia.

(25)

Kegiatan Pengamanan Kantor dan Instalasi Vital pada Kantor Imigrasi Kelas III Non TPI Kerinci pada tanggal 17-19 Februari 2020

(26)

Hasil dari Kegiatan Pengamanan Kantor dan Instalasi Vital pada Kantor Imigrasi didapati kedudukan server lebih rendah dari ruang pelayanan dan tidak a1d7a pintu

Hasil dari Kegiatan Pengamanan Kantor dan Instalasi Vital pada Kantor Imigrasi didapati kondisi pintu ruangan yang rusak

(27)

Sistem Kerja Intelijen Keimigrasian

(28)

C. PEMBUATAN PERKIRAAN KEADAAN INTELIJEN KEIMIGRASIAN

Secara umum perkiraan keadaan merupakan Kajian strategis mengenai aspek IPOLEKSOSBUDHANKAM (dalam dan luar negeri), yang menggambarkan secara obyektif kecenderungan perkembangan peluang dan kendala yang berpengaruh terhadap kepentingan nasional, sebagai bahan pertimbangan Pimpinan Nasional atau Pembantu Utamanya dalam menentukan kebijakan nasional. Sedangkan definisi perkiraan intelijen keimigrasian adalah penelahaan terhadap semua kemungkinan perubahan yang berkembang di bidang Keimigrasian yang berpengaruh terhadap pelaksanaan kegiatan di bidang Keimigrasian pada masa atau kurun waktu tertentu. Perkiraan (forecasting) sendiri melingkupi 2 (dua) hal, yaitu:

a. Hasil dari penafsiran bahan keterangan yang didapat dari pelaksanaan kegiatan operasional Intelijen Keimigrasian sehingga dapat mengetahui apa yang sebenarnya telah terjadi, termasuk yang melatar belakanginya agar dapat diprediksi (diramalkan) kemungkinan yang akan terjadi dan menetapkan alternatif penanggulangannya; dan

b. Meramalkan sesuatu berdasarkan perhitungan sebab dan akibat, unsur-unsur yang sama dan sudah terjadi, serta kemungkinan yang akan terjadi. Metode yang digunakan dalam peramalan itu sendiri adalah:

a. Causative Forecasting (ramalan sebagai hasil sebab akibat);

b. Analogy Forecasting (ramalan yang didasarkan adanya unsur-unsur yang

hampir sama dengan yang sudah terjadi); dan

c. Probability Forecasting (ramalan yang didasarkan atas

(29)
(30)

BAB III

TEKNIK OPERASI

Perbedaan antara kegiatan Intelijen dengan operasi intelijen terletak pada kekhususannya. Operasi intelijen bersifat khusus, meliputi:

• pelaksanaan fungsi-fungsi penyelidikan; • pengamanan;

• penggalangan; dan • pemusnahan.

Operasi intelijen bersifat khusus memiliki ciri, yaitu: • tidak rutin;

• tidak umum; • waktu khusus; • dana khusus; • target khusus; dan • SDM khusus.

A. OPERASI PENYELIDIKAN

Dalam KUHAP Pasal 1 Angka 5, penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yg diatur dalam undang-undang. Sedangkan penyelidikan intelijen adalah segala usaha, pekerjaan dan kegiatan yang dilakukan secara berencana dan terarah dalam mencari, mengumpulkan berbagai bahan keterangan tentang

(31)

sasaran tugas organisasi untuk selanjutnya diolah dan disajikan kepada pimpinan sebagai bahan masukan dalam menentukan kebijaksanaan dengan resiko yang telah diperhitungkan terlebih dahulu. Yang menjadi produk intelijen adalah suatu bentuk pelaporan hasil dari kegiatan opsnal intelijen setelah melalui proses pengolahan yang meliputi pencatatan, penilaian dan penafsiran serta peramalan yang disusun sesuai dengan bentuk-bentuk yang telah ditentukan dan erat hubungan dengan tugas yang diemban. Sedangkan informasi yang diperoleh adalah keterangan, pernyataan, gagasan dan tanda-tanda yang mengandung nilai, makna dan pesan, baik data, fakta maupun penjelasannnya yang dapat dilihat, didengar dan dirasa yang disajikan dalam berbagai kemasan dan format sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi secara elektronik ataupun non elektronik.

No. Perbedaan Intelijen Penegakkan Hukum

1. Sasaran Seluruh Aspek IPOLEKSOSBUD Hanya Tindak Pidana 2. Peruntukan Bijak Pimpinan Undang- Undang

3. Waktu Sebelum Kejadian Setelah Terjadi

(32)

Sasaran Penyelidikan Intelijen

Sebagai contoh, pada suatu ketika ada perintah untuk melakukan operasi intelijen yang memfokuskan pada operasi penyelidikan atas target tertentu. Maka yang kemudian dilakukan adalah pihak yang diserahi tanggung jawab memimpin operasi penyelidikan tersebut harus segera membentuk tim kecil dengan tugas diantaranya menyusun ANTUG (analisis tugas), ANSAS (analisis sasaran), RENPULBAKET (rencana pengumpulan bahan keterangan) operasi intelijen untuk operasi penyelidikan, menyusun anggaran yang diperlukan untuk mendukung operasi penyelidikan dan menetapkan alokasi waktunya, kapan dimulai dan kapan akan berakhir (sama untuk operasi lainnya).

Selain itu juga menyusun anggota tim yang akan melakukan operasi penyelidikan, apakah sekaligus memanfaatkan struktur yang ada selama ini melakukan kegiatan penyelidikan atau membentuk tim baru, terlepas atau berbeda dengan struktur yang sudah ada.

Dalam operasi penyelidikan yang bersifat khusus, biasanya melaksanakan prinsip “kompartementasi” yang ketat, artinya satu sama lain tidak saling tahu dan

(33)

tidak saling koordinasi. Dalam hal ini pihak “handler” yang melakukan pengaturan secara tertutup, agar satu dengan yang lain tidak saling bertabrakan. Yang melakukan koordinasi bukan petugas di lapangan, melainkan para pengendali di pusat atau ditingkat yang lebih tinggi dari petugas lapangan. Sebagian besar sifat dan bentuk operasi penyelidikan adalah tertutup, berbeda dengan bentuk kegiatan penyelidikan yang biasanya lebih banyak bersifat terbuka.

Beberapa teknik dan metode operasi penyelidikan yang bersifat tertutup , diantaranya adalah: 1. Pengamatan (observation); 2. Penggambaran (describe); 3. Penjejakan (suveillance); 4. Pembuntutan (tailing); 5. Monitoring; 6. Penyusupan (penetration);

7. Penyurupan (surreption entry); dan 8. Penyadapan (tapping).

B. OPERASI PENGAMANAN

Operasi pengamanan sering kali dilakukan, terutama bila menyangkut personil VIP dan VVIP atau menyangkut pengamanan operasi-operasi, apakah operasi penyelidikan, ataupun operasi penggalangan. Karena operasi pengamanan amat beresiko, biasanya semua bentuk dipakai, yakni terbuka maupun tertutup. Bentuk terbuka diperlukan sebagai langkah “deterrent”, sedang bentuk tertutup diperlukan sebagai upaya dukungan pengamanan terbuka.

C. OPERASI PENGGALANGAN

Operasi penggalangan merupakan bagian penting operasi intelijen juga rekayasa kontrol sosial. Sesuai dengan fungsinya, operasi ini bertujuan agar

(34)

momentum atau kegiatan yang sedang dipersiapkan atau yang akan dilaksanakan dapat didukung oleh lingkungan yang kondusif. Biasanya operasi penggalangan dilakukan secara tertutup, apakah itu operasi penggalangan yang menggunakan teknik keras, ataupun yang menggunakan teknik lunak persuasif.

D. OPERASI PEMUSNAHAN

Dalam mewujudkan penyelanggaraan pelayanan publik yang baik maka dalam mendasari setiap tindakan dalam proses pelayanan harus bercermin pada prinsip pelayanan publik yang baik.

Berupa pemusnahan target yang dipesan oleh klien. Bisa dengan teknik lunak atau keras, bisa juga dengan teknik terbuka dan tertutup. Operasi i n i biasanya dilakukan untuk:

1. Menghapus jejak;

2. Membungkam pembocor informasi ; 3. Mengirimkan “sinyal ancaman”; 4. Memutus mata rantai komando; 5. Menghilangkan “batu sandungan”;

6. Sebagai hukuman untuk pengkhianat; dan 7. Mengaburkan kejelasan analisis pihak lawan.

(35)
(36)

BAB III

PENYELIDIKAN INTELIJEN KEIMIGRASIAN

Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) Pasal 1 Angka 5, penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur dalam undang- undang ini.

Sedangkan intelijen keimigrasian berdasarkan Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor 30 Tahun 2016 tentang Intelijen Keimigrasian, adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk mencari, mendapatkan, memperoleh, mengumpulkan dan mengolah data dan/atau informasi yang berkaitan dengan objek sasaran di bidang keimigrasian.

Kegiatan penyelidikan intelijen keimigrasian dilakukan secara terbuka dan/ atau tertutup secara taktis dan strategis, dengan tahapan:

1. Perencanaan;

2. Pengumpulan data dan/atau informasi; 3. Pengolahan data dan/atau informasi; 4. Penyajian laporan hasil penyelidikan.

Kegiatan penyelidikan intelijen keimigrasian yang dilakukan secara terbuka dilaksanakan melalui:

• penelitian; • wawancara; dan • interogasi

(37)

Sedangkan kegiatan penyelidikan intelijen keimigrasian yang dilakukan tertutup dilaksanakan melalui:

• pengamatan atau penggambaran; • penjejakan;

• penyadapan; • penyusupan;

• penyurupan; dan/atau • penggalangan.

(38)

BAB IV

PENUTUP

1. Intelijen Keimigrasian berperan memberikan deteksi dini terhadap setiap gangguan yang mungkin dapat terjadi yang disebabkan oleh orang asing, baik yang akan masuk ke wilayah Indonesia maupun orang asing yang berada dan berkegiatan di wilayah Indonesia yang dapat mengganggu keamanan dan ketertiban (pengawasan orang asing), dimana gangguan tersebut dapat berpengaruh/mengancam stabilitas negara.;

2. Dalam mengantisipasi segala kemungkinan Imigrasi telah membuat langkah-langkah kongkrit yaitu: pertama: membangun sistem pelaporan orang asing (APOA) yang melibatkan semua unsur masyarakat dan asosiasi hiburan, hotel, restoran untuk melaporkan keberadaan dan kegiatan orang asing. Kedua: Membentuk komunitas inteligen yang anggotanya terdiri dari Badan Intelijen Negara, TNI, Polri, dan kementerian/ lembaga yang menyelenggarakan inteligen Negara di tingkat pusat dan daerah (Kominpus dan Kominda) sebagai wadah tukar menukar informasi antar anggota terkait keberadaan dan kegiatan orang asing. Ketiga: Bekerjasama dengan Interpol (Imigrasi akan memiliki atau tersambung dengan data interpol sehingga data-data dari seluruh negara). Inteligen Kemigrasian (Imigrasi) juga bekerjasama dengan POLRI dengan menandatangani penggunaan aplikasi I- 24/7 yang fungsinya dapat mendeteksi data-data pemegang paspor yang hilang atau dicuri juga buron yang dicari oleh suatu negara.

(39)
(40)

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

John Sarodja Saleh, Sekuriti dan Intelijen Keimigrasian: Perspektif Lalu Lintas Antar Negara, Jakarta: Direktorat Jenderal Imigrasi Departemen Hukum dan HAM RI; 2008.

JURNAL/MAKALAH/ARTIKEL/PROSIDING

Trisapto Wahyudi Agung Nugroho (2018), “Peran Intelijen Keimigrasian Dalam Rangka Antisipasi Terhadap Potensi Kerawanan Yang Ditimbulkan Oleh Orang Asing Di Wilayah Indonesia”, diakses pada 25 November 2020, https:// ejournal.balitbangham.go.id/index.php/kebijakan/articl e/view/535/pdf.

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Republik Indonesia. 2011. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian. Sekretariat Negara. Jakarta.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2011 tentang Intelijen Negara

Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Nomor 30 Tahun 2016 tentang Inteligen Keimigrasian

(41)
(42)

Referensi

Dokumen terkait

kedua, dengan sudut pandang horizontal, digunakan untuk benda yang.. berbentuk memanjang / lebar (lebar

Pada halaman menu ini, terdapat 4 menu utama, yaitu : 1. Dashboard Form Username Form Password Tombol Login Icon Menu.. Selain itu, dimenu utama juga terdapat shortcut untuk ke menu

Hal tersebut terjadi karena responden dalam penelitian yang merupakan remaja akhir dan didominasi oleh remaja akhir usia 21 tahun, dimana pada masa tersebut indivdu

menerapkan Kurikulum 2013 MI NW Pancor Kopong. Hal ini sesuai dengan pendapat dari beberapa guru di sekolah ini terutama pada guru wali kelas IV dan juga Guru

Hasil skrining fitokimia ekstrak etanol dari tanaman obat di Kabupaten Bima yang telah dianalisis menunjukkan bahwa 10 sampel mengandung flavonoid, 9 sampel mengandung

Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan, perilaku agresif adalah tingkah laku yang merupakan pelampiasan dari rasa frustrasi yang bertujuan untuk

Menyimpan username dan password beberapa akun yang kita miliki didalam smartphone tentu bukan pilihan tepat mengingat hal tersebut dapat jatuh ketangan orang lain untuk

Pengelolaan usaha pembibitan ternak sapi potong secara berkelompok menunjukkan bahwa 71,54% (48 ekor) induk pada fase menyusui pada tahap kedua, sedangkan sisanya 29,85% (20 ekor)