• Tidak ada hasil yang ditemukan

ISBN :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ISBN :"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

JE Siswo Pangarso © 2017 JE Siswo Pangarso Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Diterbitkan pertama kali oleh Penerbit PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia – Jakarta

Anggota IKAPI, Jakarta

717091600 ISBN : 978-602-04-4661-5

Dilarang mengutip, memperbanyak, dan menerjemahkan sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit.

Dicetak oleh Percetakan PT Gramedia, Jakarta Isi di luar tanggung jawab percetakan

(5)
(6)
(7)

2

M

engapa anak perlu didampingi? Perlu tidaknya anak didampingi dalam belajar di rumah sangat tergantung pada kondisi dan kebiasaan anak masing-masing. Namun bagaimana seharusnya orang tua berperan dalam belajar anak, perlu menjadi bahan pertimbangan dan perenungan kita bersama.

“Aduh Bu, bagaimana caranya untuk mendorong supaya anak saya mau belajar. Dia itu malas banget, sudah berulang kali dinasihati, baik dengan cara yang keras maupun dengan cara lembut, tetap saja tidak ada perubahan, tampaknya sudah tidak mempan lagi,” keluh seorang ibu wali siswa kepada seorang guru.

“Memangnya apa saja yang sudah Bu Farida lakukan?” tanya Bu Reny salah seorang guru tempat anaknya sekolah.

“Banyak Bu Reny, membujuknya, menyuruh dengan iming-iming hadiah, tapi tetap saja malas. Celakanya Bu, Anak saya itu tidak mau belajar kalau tidak ada saya,” lanjutnya.

“Mestinya Bu Farida senang, karena anak Ibu ingin selalu dekat dengan ibunya, lebih percaya dengan ibunya daripada dengan yang lain.” Bu Reny mencoba menjelaskannya.

“Tapi Bu, waktu saya kan terbatas, saya sibuk. Belum lagi capeknya minta ampun kalau sudah malem setelah seharian bekerja. Bagaimana ya, Bu supaya anak saya itu mau belajar dan hatinya merasa senang? Saya benar-benar bingung. Apa yang harus saya lakukan agar anak saya itu bisa mandiri, tidak tergantung saya, terutama waktu mengerjakan PR maupun tugas-tugas lainnya. Saya benar-benar sudah kehabisan akal, Bu!” kata Bu Farida yang kelihatan sudah menyerah.

(8)

3 “Apakah Bu Farida tahu penyebabnya, mengapa putra Ibu tidak mau belajar dan tidak mandiri?”

“Tidak Bu, makanya saya jadi bingung apa yang mesti saya lakukan!”

“Apakah selama ini menurut Ibu sudah benar cara mengajak belajar putra Ibu?” kembali Bu Reny bertanya.

“Lho.., Bu Reny itu bagaimana, yang belajar kan anak saya bukannya saya. Jadi saya tidak mengajaknya tapi menyuruhnya belajar.” Kilah Bu Farida.

“Justru itu Bu Farida. Maaf Bu, tidak seharusnya Ibu hanya sekadar menyuruh saja, agar anak mau belajar!”

“Maksud Bu Reny bagaimana?” tanya Bu Farida agak bingung.

“Begini Bu, seharusnya Ibu tidak sekadar memerintah anak untuk belajar, tapi mengajaknya untuk belajar. Artinya Ibu sudah semestinya mendampingi putra Ibu untuk belajar. Dengan begitu putra Ibu akan merasa nyaman, merasa dilindungi dan merasa kalau diperhatikan. Satu hal lagi Ibu, jangan membiasakan membentak, apalagi memaksa anak!” Bu Reny berusaha membuat Bu Farida mengerti.

“Tapi anak saya sering membuat aku jengkel dan marah, Bu!”

“Aku paham Bu, tapi apakah dengan Ibu marah-marah, terus anak Ibu mau belajar. Begitu?” Bu Reny kembali bertanya.

“Ya, tidak. Anak saya tetep tidak mau belajar. Ujung-ujungnya menangis dan tidur, Bu.”

(9)

4

“Ibu sudah tahu kan akibatnya. Oleh karena itu mulai seka -rang Ibu harus setia mendampingi putra Ibu belajar, dan jangan lupa tidak boleh marah.” Jelas Bu Reny kepada Bu Farida.

Kalau kita mencermati di lapangan, selama ini sebagian anak-anak pada umumnya akan berusaha menghindar denga n kata belajar. Kata itu akan senantiasa dijauhi, bahkan bila mungkin dimusuhi. Mengapa demikian? Hal ini kita tidak dapa t menutup mata, dan tidak bisa dipungkiri, banyak anak yang mengalami dan beranggapan demikian, atau barang kali anak kita sendiri juga mengalami. Kondisi demikian tidaklah meng-herankan karena sering kali pengalaman mereka dalam belajar bukanlah pengalaman yang menyenangkan, tapi justru meru -pakan pengalaman yang menyakitkan, menakutkan bahkan menyeramkan.

Bukan sesuatu yang mustahil kalau hal itu benar-benar terjadi dan dialami sebagian dari anak-anak kita. Pemahaman belajar adakalanya diasosiasikan dengan pengalaman ketika dimarahi, dipukul, atau bahkan dilecehkan secara verbal. Oleh karenanya, maka sudah sepantasnya apabila anak-anak ingin menghindarinya sejauh mungkin dengan kata belajar. Kini jelaslah mengapa anak-anak tidak suka belajar. Barangkali kalau mau jujur, kita sendiri sebagai orang tua, bisa mengenang masa lampau tentang pengalaman kita sendiri sewaktu masih duduk di bangku Sekolah Dasar sebagaimana anak-anak kita sekarang. Karenanya,

jika kita menginginkan

anak kita senang belajar, berarti jawabannya

adalah bagaimana kita mampu memfasilitasi dan

mewujudkan pengalaman yang menyenangkan

ketika belajar di rumah.

(10)

5 Belajar dari kondisi dan pengalaman di atas dapat diartikan bahwa masalah belajar, sebenarnya bukanlah masalah kemam -puan, namun lebih ke masalah persepsi. Bertolak pengalaman di lapangan dari seorang guru, bahwa masalah belajar lebih cenderung masalah cara pandang. Pada dasarnya akan jauh lebih berguna membentuk anak agar senang belajar daripada mendorong anak untuk meraih prestasi yang tinggi. Anak-anak yang terpaksa belajar walaupun memiliki prestasi yang tinggi, biasanya tidak akan bertahan lama. Sedangkan anak-anak yang senang belajar akan sanggup mengembangkan dirinya sendi -ri dan sangat memengaruhi kesuksesan di-rinya di masa yang akan datang. Satu hal yang menjadi persolan dan segera di -cari penyelesaiannya adalah bagaimana agar pengalaman bel-ajar bisa menjadi pengalaman yang menyenangkan sehingga anak-anak termotivasi untuk melakukannya. Belajar bukan lagi menjadi sesuatu yang menakutkan yang harus dihindari, tapi justru menjadi sesuatu yang menyenangkan, menggairahkan sehingga sayang kalau dilewatkan begitu saja. Belajar menjadi sesuatu yang senantiasa dinanti-nanti dan diharapkan keha-dirannya setiap saat.

Selanjutnya satu hal penting yang harus dilakukan orang tua adalah bagaimana seharusnya orang tua mendampingi putra-putrinya belajar di rumah. Beberapa hal yang perlu diupayakan oleh orang tua di antaranya sebagai berikut:

1. Wujudkan rumah sebagai tempat belajar yang menye­ nangkan.

Belajar memerlukan suasana yang nyaman, menyenangkan yang membuat anak betah belajar. Menurut berbagai

(11)

6

hasil penelitian,

otak seseorang, termasuk anak

akan bekerja dengan optimal apabila berada

dalam kondisi yang menyenangkan, nyaman,

dan menyejukkan.

Maka dari itu, orang tua sebaiknya menciptakan kondisi ruangan, tempat belajar yang nyaman dan menyenangkan untuk belajar. Orang tua harus membiasakan anak untuk tidak belajar di tempat tidur. Sebaiknya orang tua menyiapkan tempat khusus untuk belajar anak.

“Mengapa tidak belajar di tempat tidur?” Tanya Bu Farida

“Karena tempat tidur bukan untuk belajar tapi untuk tidu r. Apabila anak terbiasa belajar di tempat tidur, akibat -nya tubuh akan cepat ngantuk sehingga anak bukan-nya belajar tapi malah tidur. Maka dari itu alangkah baiknya kalau orang tua memfasilitasi meja belajar yang menarik dan nyaman, penerangan yang cukup, bahkan bisa diupaya -kan adanya suara musik tidak terlalu keras namun mampu menciptakan suasana dan rasa nyaman ketika anak sedang belajar di rumah,” Bu Reny menjelaskan.

“Mana mungkin menyiapkan tempat khusus untuk belajar Bu, adanya tempat ya hanya itu tempat serbaguna.”

“Maksudnya apa Bu Farida, kok tempat serbaguna?” Bu Reny balik bertanya.

“Begini Bu Reny, karena keterbatasan tempat, maka satu-satunya tempat ya hanya itu. Tempat itu ya untuk belajar, bermain, nonton TV, sebagai ruang makan, bahkan ada kalanya untuk tidur juga,” Bu Farida blak-blakan.

(12)

profil penulis

N

ama lengkap saya R.Jumiyo Siswo Pangarso, Nama di media massa JE Siswo Pangarso. Saya lahir di Ibukota Kabupaten Gunung Kidul, tepatnya di Dusun Budegan, Desa Piyaman, Kecamatan Wonosari Gunung Kidul, 12 Mei 1959. Saya menempuh pendidikan formal di SD Negeri Piyaman 2 Wonosari GK, SMP YP “17” I Kota Yogyakarta, SPG YP “17” I, dan S1 Program Studi Teknologi Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta.

Aktivitas keseharian saya adalah sebagai PNS, Kepala SDN Margoyasan, Jl. Tamansiswa 4, Kota Yogyakarta.

Aktivitas lain diantaranya Sekretaris Lembaga Kebudayaan Jawa Sekar Pangawikan Daearah Istimewa Yogyakarta, Aktivis Kampung Wisata Dewa Bronto Yogyakarta, Sekretaris Redaksi Jurnal WING (Wahana Inovasi Guru) FIPTK Kota Yogyakarta. Buku telah diterbitkan:

# Tresna Basa lan Budaya Jawa SD/MI, PT Karya Nusa, 2013 # Ngudi Basa Jawa SD/MI (KTSP), PT Tiga Serangkai, 2015 # Ngudi Basa Jawa SD/MI (K-13), PT Tiga Serangkai, 2017 Saya bisa dihubungi melalui nomor handphone +628880 61-00866, +6285868225232 atau melalui email: siswopangarso@ gmail.com.

(13)

154

Semoga dengan hadirnya buku ini akan memberi manfaat dan bisa membantu para orang tua dan pembaca umumnya dalam mendampingi belajar buah hati tercinta.

Referensi

Dokumen terkait

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya tingkat Disparitas Perekonomian dan besarnya pengaruh PDRB, Jumlah penduduk, dan APBD (sisi

Pengujian pada bagian rangkaian power supply ini dapat dilakukan dengan mengukur tegangan keluaran dari rangkaian ini dengan menggunakan Voltmeter. 4.1.3 Pengujian

Maksud dan tujuan dari penulisan Tugas Akhir dengan judul ”Study Perencanaan Struktur Atas Jembatan Menggunakan Gelagar Beton Menerus Prategang Tipe I Girder Pada

Daerah Aliran Sungai (DAS) Krueng Aceh memiliki jaringan irigasi permukaan teknis untuk mengairi 7.450 ha lahan sawah di Kabupaten Aceh Besar. Peningkatan tekanan pada sumber

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi terbaik hidrolisis enzim yaitu pada konsentrasi enzim selulase 5% v/v selama 12 jam pada hidrolisat asam sulfat 1%

Manfaat dari kerja sama yang saling ketergantungan antarsiswa di dalam pembelajaran kooperatif berasal dari empat faktor diungkapkan oleh Slavin (dalam Eggen dan Kauchak, 2012:

Penegasan tentang pelayanan publik (Sinambela, 2011, hal. 5) menyatakan bahwa pelayanan publik adalah sebagai kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap sejumlah

Tidak berbeda dengan yang terjadi di Sriwijaya, Kerajaan Majapahit telah menerapkan nilai-nilai Pancasila, dasar negara Indonesia.. Kepemimpinan Hayam