LAPORAN PRAKTEK INDUSTRI
“
Studi Penentuan Rating Fuselink Sebagai Pengaman Percabangan Pada
Jaringan Distribusi 20kv Di PT. PLN (Persero) Area Kupang Rayon Oesao
“
OLEH :
NAMA
: TEMI TIMOTIUS D. NGEDI
NIM
: 1301132039
SEMESTER
: VII (TUJUH)
PRODI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Praktik Industri pada PT. PLN (Persero) Area Kupang Rayon Oesao selama 2 bulan, mulai tanggal 11 Juli 2016 s/d tanggal 11 September 2016 yang disusun oleh:
Nama : Temi Timotius D. Ngedi
NIM : 1301132039
Program Studi : Pend. Teknik Elektro
Jurusan : Pendidikan Teknologi Dan Kejuruan
Telah disetujui dan disahkan pada tanggal : .../Januari/2017
Mengetahui :
Manager PT. PLN (Persero) Rayon Oesao
I Made Ray Kariyasa NIP : 7192047H
Ketua Program Studi Pend. Teknik Elektro
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya haturkan kehadapan hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
Rahmat dan Anugerah-Nya saya telah berhasil menyelesaikan laporan praktek
industri dengan judul Studi Penentuan Rating Fuselink sebagai pengaman
percabangan pada jaringan distribusi 20KV PT. PLN (Persero) Rayon Oesao.
Tujuan dari penyusunan laporan ini merupakan salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan mata kuliah praktek industri yang telah dilaksanakan pada PT. PLN
(Persero) Rayon Oesao.
Dengan selesainya laporan praktek industri ini, saya ingin mengucapkan terima kasih
atas bantuan dan motivasi baik berupa moril maupun materil kepada :
1. Bapak DR. I Made Parsa, M.Pd Selaku ketua Jurusan Pendidikan teknologi
dan kejuruan
2. Bapak DR. Gunadi Tjahjono, M.Pd selaku pembimbing praktek industri di
Universitas Nusa Cendana
3. Bapak I Made Ray Kriyasa selaku manager PT. PLN (Persero) Rayon Oesao
4. Bapak Lutfi Mustofa, ST selaku Supervisor teknik di PT. PLN (Persero)
Rayon Oesao dan juga sebagai pembimbing lapangan.
5. Seluruh karyawan PT. PLN (Persero) Rayon Oesao Khususnya Layanan
Teknik.
6. Dan kepada semua pihak yang terlibat langsung maupun tidak langsung.
Dalam penulisan ini saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan, oleh karena
itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari rekan-rekan
semua demi kesempurnaan saya sebagai penulis kedepannya. Rekan-rekan semua
dapat mengirimkan kritikan dan sarannya ke akun Academia.edu milik saya pada link
berikut : https://universitasnusacendana.academia.edu/TEMMYTIMOTIUS. Terima
DAFTAR ISI
1.4. Waktu Dan Tempat Praktek Industri ... 3
1.5. Metode Pelaksanaan ... 3
1.6. Batasan Masalah ... 3
1.7. Sistematika Penulisan ... 3
BAB II ... 5
TINJAUAN UMUM PT. PLN (Persero) ... 5
2.1. Sejarah Umum Perusahaan ... 5
2.2. Profil PT. PLN (Persero) Rayon Oesao ... 6
3.1. Pengertian Sistem Proteksi Distribusi Tenaga Listrik ... 10
3.3. Persyaratan Sistem Proteksi ... 11
3.4. Pengaman Arus lebih ... 12
BAB IV ... 44
PEMBAHASAN ... 44
4.1. Kondisi Jaringan ... 44
4.2. Pengumpulan Data ... 46
4.3. Hasil Perhitungan ... 49
BAB V ... 51
PENUTUP ... 51
5.1. Kesimpulan ... 51
5.2. Saran ... 52
DAFTAR TABEL
Tabel 1. UPJ dibawah naungan PT. PLN Rayon Oesao ... 7
Tabel 2. Jumlah penyulang dalam pengawasan PLN Rayon oesao ... 8
Tabel 3. Luas wilayah pelayanan Rayon Oesao... 8
Tabel 4. Arus Leleh Fuse Link Tipe K Arus pengenal (rating) Fuse yang disarankan / disukai ... 17
Tabel 5. Arus Leleh Fuse Link Tipe K Arus pengenal (rating) Fuse yang tidak disarankan / disukai - intermediate ... 17
Tabel 6. Arus Leleh Fuse Link Tipe T Intermediate – Tidak disarankan. ... 18
Tabel 7. Arus Leleh Fuse Link Tipe T Arus pengenal (rating) Fuse yang disarankan / disukai ... 18
Tabel 8. Ketersediaan tipe dan rating fuse link yang diproduksi pabrik ... 24
Tabel 9. Koordinasi Proteksi Antara Fuse Cutout ... 38
Tabel 10. Koordinasi Proteksi Antara Fuse Cutout Fuse link tipe T Koordinasi dengan Fuse Link Tipe T ... 39
Tabel 11. Koordinasi Fuse link tipe H dengan tipe K dan tipe K dengan K ... 40
Tabel 12. Data Penyulang ... 44
Tabel 13.Data keselurahan Gardu pada tiap feeder ... 45
Tabel 14. Data Gardu Pada Feeder Camplong ... 46
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Struktur Organisasi PLN Rayon Oesao ... 6
Gambar 2. SLD PLN Oesao ... 8
Gambar 3. Klasifikasi Fuse Tegangan Tinggi... 13
Gambar 4. Fuse Cut out terbuka ... 15
Gambar 5. Fuse Cut out tertutup ... 15
Gambar 6. Fuse Cut out tipe Open Link ... 16
Gambar 7. Kurva Karakteristik Arus –Waktu Fuse link tipe K (kerja cepat) ... 21
Gambar 8. Fuse link tipe T (kerja lebih lambat) ... 22
Gambar 9. Fuse link tipe H (Tahan Surja) ... 23
Gambar 10. bagian bagian dari konstruksi FCO ... 32
Gambar 11. Pemasangan FCO untuk Proteksi Saluran ... 32
Gambar 12. Pelepasan/Pemasukan Fuse Holder FCO Dengan Load Buster ... 33
Gambar 13. Load Buster alat untuk membuka Fuse Holder Cut Out pada kondisi berbeban dengan peredam busur api ... 34
Gambar 14. Koordinasi Fuse Dengan Fuse ... 36
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Universitas Nusa Cendana (Undana) merupakan sebuah peruruan tinggi negeri di
Indonesia yang berperan dalam peningkatan sumber daya manusia guna
mempersiapkan tenaga kerja yang handal dalam dunia industri, serta sebagai
Universitas yang mempunyai cita-cita untuk meningkatkan kualitas pendidikan di
Indonesia khususnya di provinsi Nusa Tenggara Timur.
Lulusan Undana Kupang diharapkan mampu memberi sumbangsi dalam hal
pengembangan dunia industri, sesuai dengan keahlian masing-masing. Sehingga, berbagai kerja sama dengan pihak industri perlu ditingkatkan, baik dalam wujud
Kunjungan Industri atau Praktik Industri. Wawasan dan pengalaman tentang
dunia kerja sangat diperlukan bagi mahasiswa, karena mengingat negara
Indonesia tergolong negara berkembang, dimana banyak teknologi yang masuk
dan diterapkan dalam industri. Sehingga diharapkan mahasiswa dapat lebih
mengenal tentang dunia industri dan perkembangan teknologi yang di gunakan.
Praktik Industri merupakan salah satu Mata kuliah wajib yang harus ditempuh
oleh mahasiswa S-1 Pendidikan Teknik Elektro Universitas Nusa Cendana.
Dengan adanya Praktik Industri, diharapkan mampu memberi pengalaman lebih
kepada mahasiswa untuk bekerja secara langsung di Industri. Selain itu Praktik
Industri dapat dijadikan sebagai ajang penyesuaian antara dunia pendidikan
dengan dunia industri, sehingga PT. PLN (Persero) Area Kupang Rayon Oesao
1.2.Dasar Pemikiran
1.2.1. Tujuan Pendidikan Nasional, yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa
dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti
luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
kepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab dalam
kemasyarakatan dan kebangsaan
1.2.2. Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu: pendidikan, penelitian, dan pengabdian
masyarakat.
1.2.3. Tujuan pendidikan Undana, yaitu: profesional, berpendidikan, kepemimpinan,
dan sikap hidup bermasyarakat.
1.2.4. Syarat kelulusan mata kuliah Praktik Industri di Jurusan Pendidikan
Teknologi Dan Kejuruan S-1 Pendidikan Teknik Elektro Undana.
1.2.5. Untuk menyelaraskan antara dunia pendidikan tinggi dengan dunia kerja.
1.2.6. Sebagai sarana dalam mengaplikasikan ilmu yang didapat di bangku kuliah
dengan ilmu yang ada di dunia kerja.
1.3.Tujuan Dan Manfaat
1.3.1. Melatih keterampilan yang mungkin tidak ada dalam suatu mata kuliah.
1.3.2. Terciptanya hubungan yang jelas dan terarah antara dunia perguruan tinggi
dan dunia kerja sebagai pengguna lulusannya.
1.3.3. Meningkatkan kepedulian dan partisipasi dunia kerja dalam memberikan
kontribusi penyed8ia tenaga industri.
1.3.4. Memberikan pengetahuan lebih seputar dunia kerja yang sesungguhnya dan
dapat mengimplementasikan ilmu yang didapat di dunia industri serta
mengenal kehidupan dunia kerja secara menyeluruh.
1.3.5. Mahasiswa dapat mengetahui berbagi permasalahan yang ada di dunia
1.3.6. Mencari pengalaman kerja dan analisa berbagai teknologi yang digunakan
oleh PT. PLN (Persero) Area Kupang Rayon Oesao.
1.4.Waktu Dan Tempat Praktek Industri
1.4.1. Waktu Kerja Praktek
Waktu pelaksanaan kerja praktek industry di mulai pada tanggal 11 Juli s/d 11
September 2016, setiap hari kerja mulai jam 07.30 – 16.30.
1.4.2. Tempat Kerja Praktek
Tempat kerja praktek industri dilaksanakan di PT. PLN (Persero) Area
Kupang Rayon Oesao.
1.5.Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan kerja praktik industri ini dilakukan dengan beberapa cara,
yakni sebagai berikut :
Metode pengumpulan data primer, meliputi : observasi, mengamati
langsung objek yang diteliti, bertanya langsung pada para ahli atau
pihak yang terkait dalam observasi.
Metode pengumpulan data sekunder, yakni : pengumpulan data-data
dari buku, petunjuk di pabrik, dan lain-lain.
1.6.Batasan Masalah
Dalam kerja praktik ini mahasiswa hanya melakukan dan mengikuti proses
dengan jadwal yang telah ditentukan PT. PLN (Persero) Area Kupang Rayon
Oesao. Jadi, laporankerja Praktik Industri ini hanya menitik beratkan pada analisa
dan pemeliharaanperalatan system tenaga pada jaringan distribusi primer 20 KV.
1.7.Sistematika Penulisan
Laporan kerja praktik industri ini disusun dalam beberapa bab agar sistematis dan
Bab I
Berisikan tentang latar belakang, tujuan, manfaat, waktu, dan tempat pelaksanaan,
metode kerja, dan hal-hal lain yang sifatnya teknis dalam pelaksanaannya serta
kerja praktik dalam hubungannya dengan dunia pendidikan dan dunia industri.
Bab II
Gambaran umum tentang perusahaan tempat pelaksanaan kerja praktik industry
yang isinya mengenai uraian sejarah dan perkembangan dan struktur organisasi
secara umum di PT. PLN (Persero) Area Kupang Rayon Oesao.
Bab III
Berisikan mengenai pembahasan tentang pengaman percabangan pada jaringan
distribusi primer 20 KV yang di pelajari oleh mahasiswa sesuai dengan judul
yang di ambil..
Bab IV
Berisikan tentang kesimpulan dan saran dari hasil pembahasan dan praktik
industri yang telah dilakukan di PT. PLN (Persero) Area Kupang Rayon Oesao.
Lampiran
Berisikan beberapa lampiran mengenai daftar kehadiran, catatan harian, penilaian
yang diberikan perusahaan, dan lain-lain selama Praktik Industri dilakukan di PT.
BAB II
TINJAUAN UMUM PT. PLN (Persero)
2.1.Sejarah Umum Perusahaan
Berawal di akhir abad ke-19, perkembangan ketenagalistrikan di Indonesia mulai
ditingkatkan saat beberapa perusahaan asal Belanda yang bergerak di bidang pabrik
gula dan pabrik teh mendirikan pembangkit listrik untuk keperluan sendiri.
Antara tahun 1942-1945 terjadi peralihan pengelolaan perusahaan-perusahaan
Belanda tersebut oleh Jepang, setelah Belanda menyerah kepada pasukan tentara
Jepang di awal Perang Dunia II.
Proses peralihan kekuasaan kembali terjadi di akhir Perang Dunia II pada Agustus
1945, saat Jepang menyerah kepada Sekutu. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh para
pemuda dan buruh listrik melalui delegasi Buruh/Pegawai Listrik dan Gas yang
bersama-sama dengan Pimpinan KNI Pusat berinisiatif menghadap Presiden
Soekarno untuk menyerahkan perusahaan-perusahaan tersebut kepada Pemerintah
Republik Indonesia. Pada 27 Oktober 1945, Presiden Soekarno membentuk Jawatan
Listrik dan Gas di bawah Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga dengan kapasitas
pembangkit tenaga listrik sebesar 157,5 MW.
Pada tanggal 1 Januari 1961, Jawatan Listrik dan Gas diubah menjadi BPU-PLN
(Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara) yang bergerak di bidang listrik,
gas dan kokas yang dibubarkan pada tanggal 1 Januari 1965. Pada saat yang sama, 2
(dua) perusahaan negara yaitu Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebagai pengelola
tenaga listrik milik negara dan Perusahaan Gas Negara (PGN) sebagai pengelola gas
diresmikan.
Pada tahun 1972, sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.17, status Perusahaan
sebagai Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan (PKUK) dengan tugas
menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan umum.
Seiring dengan kebijakan Pemerintah yang memberikan kesempatan kepada sektor
swasta untuk bergerak dalam bisnis penyediaan listrik, maka sejak tahun 1994 status
PLN beralih dari Perusahaan Umum menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) dan
juga sebagai PKUK dalam menyediakan listrik bagi kepentingan umum hingga
sekarang.
2.2.Profil PT. PLN (Persero) Rayon Oesao
PT. PLN (Persero) Rayon OESAO memiliki 14 pegawai yang terdiri dari 1
Manager Rayon, 5 Supervisior, dan 8 Staf. Struktur organisasi pada PLN Rayon
Oesao sebagai berikut:
PT. PLN (Persero) Rayon Oesao sama halnya dengan unit PT. PLN
lainnya memiliki tugas untuk mengelola operasi dan pemeliharaan, mengelola
energi serta mengelola niaga dan pelayanan pelanggan sesuai dengan
kewenangannya dalam rangka meningkatkan pelayanan ketenagalistrikan secara
efisien dan efektif dengan mutu dan keandalan untuk mencapai target kinerja
unit. Karena wilayah kerja yang luas, PLN Rayon Oesao memiliki 4 Sub Rayon
(SR) dan 8 Kantor Jaga (KJ), yaitu:
Tabel 1. UPJ dibawah naungan PT. PLN Rayon Oesao
NO NAMA UNIT PT. PLN JUMLAH
PLN Rayon Oesao sendiri memilik sistem jaringan yang luas dengan 2 penyulang dan
1 penyulang lain (P. Rayon Kupang) dan ratusan gardu, baik gardu cantol maupun
Tabel 2. Jumlah penyulang dalam pengawasan PLN Rayon oesao
PENYULANG PANJANG JARINGAN
(KMS)
OESAO 18,2
P. CAMPLONG 138,6
P. BURAEN 174,695
KJ. BAUN 53,95
Gambar 2. SLD PLN Oesao
Luasnya wilayah kerja PLN Rayon Oesao sehingga memiliki banyak
Tabel 3. Luas wilayah pelayanan Rayon Oesao
Penyulang/Unit PLN Jumlah Trafo Jumlah Daya
Oesao 19 BUAH 1.430 KVA
“Diakui sebagai Perusahaan Kelas Dunia yang Bertumbuh kembang, Unggul
dan Terpercaya dengan bertumpu pada Potensi Insani.”
2.4.Misi Perusahaan
Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait, berorientasi
pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan dan pemegang saham.
Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat.
Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi.
Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.
2.5.Motto Perusahaan
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1.Pengertian Sistem Proteksi Distribusi Tenaga Listrik
Sistem proteksi adalah suatu system pengaman terhadap peralatan listrik, yang di
akibatkan adanya gangguan pada system baik gangguan internal maupun gangguan
eksternal yang dapat menggangu kontinuitas dan kestabilan sistem.
Berdasarkan penyebab gangguan, gangguan pada system tenaga di bagi menjadi
dua yaitu:
Gangguan arus lebih (over current fault)
Gangguan arus lebih terjadi akibat kenaikan arus pada saluran yang
menyebabkan kenaikan arus melebihi arus beban maksimum. Arus lebih
sendiri dibagi atas Arus beban lebih dan Arus hubung singkat.
Gangguan tegangan lebih (over voltage fault)
Gangguan tegangan lebih umumnya terjadi akibat sambaran petir ke system,
baik secara langsung maupun tidak langsung (induksi). Sehingga
menyebabkan kenaikan tegangan pada system melampaui BIL (Basic
Insulation Level) dari peralatan system tenaga dan dapat merusak peralatan
system.
3.2.Fungsi sistem proteksi
Ada tiga fungsi sistem pengaman dalam jaringan distribusi yaitu :
3.2.1. Mencegah atau membatasi kerusakan pada jaringan beserta peralatannya dari
3.2.Menjaga keselamatan umum dari akibat gangguan listrik
3.2.2. Meningkatkan kelangsungan pelayanan tenaga listrik kepada konsumen
Sistem pengaman yang baik harus mampu :
Melakukan koordinasi dengan sistim pengaman yang lain GI
Mengamankan peralatan dari kerusakan yang lebih luas akibat gangguan
Membatasi kemungkinan terjadinya kecelakaaan
Secepatnya membebaskan pemadaman karena gangguan
Membatasi daerah pemadaman akibat gangguan
Mengurangi frekuensi pemutusan permanen karena gangguan
3.3.Persyaratan Sistem Proteksi
Peralatan proteksi dapat bekerja dengan baik apabila memenuhi 5 syarat utama
yaitu:
3.3.1. Sensitivitas (Kepekaan)
Suatu pengaman bertugas mengamankan suatu alat atau bagian tertentu dari sistem tenaga listrik termasuk dalam jangkauan pengamanannnya merupakan
daerah tugas suatu pengaman. Pengaman mendeteksi adanya gangguan yang
terjadi didaerah pengamanannya harus cukup sensitif untuk mendeteksi dengan
nilai minimum dan bila perlu mentripkan PMT atau Pelebur untuk memisahkan
bagian yang terganggu dengan bagian yang sehat.
3.3.2. Selektivitas (Ketelitian)
Selektifitas dari pengaman adalah kwalitas kecermatan dalam mengadakan
pengamanan bagian yang terbuka dari suatu sistem oleh karena terjadinya
gangguan diusahakan seminimal mungkin jika dapat tercapai maka pengamanan
3.3.3. Keandalan (Reliabilitas)
Dalam keadaan normal pengaman tidak boleh bekerja, tetapi harus pasti dapat
bekerja bila diperlukan. Pengaman tidak boleh salah bekerja, jadi susunan
alat-alat pengaman harus dapat diandalkan. Keandalan keamanan tergantung kepada
desain, pengerjaan dan perawatannya
3.3.4. Kecepatan (Speed)
Makin cepat pengaman bekerja tidak hanya dapat memperkecil kerusakan
tetapi juga dapat memperkecil kemungkinan meluasnya akibat-akibat yang
ditimbulkan oleh gangguan.
3.4.Pengaman Arus lebih
3.4.1. Fuse Cut Out
a. Pengertian Fuse Cut Out ( F C O )
Fuse Cut Out merupakan sebuah alat pemutus rangkaian listrik yang berbeban
pada jaringan distribusi yang bekerja dengan cara meleburkan bagian dari
komponennya (fuse link) yang telah dirancang khusus dan disesuaikan ukurannya
untuk itu. Perlengkapan fuse ini terdiri dari sebuah rumah fuse (fuse support),
pemegang fuse (fuse holder) dan fuse link sebagai pisau pemisahnya dan dapat
diindetifikasi dengan hal-hal seperti berikut
Tegangan Isolasi Dasar ( TID ) pada tingkat distribusi
Utamanya digunakan untuk penyulang (feeders) TM dan proteksi trafo
Konstruksi mekanis didasarkan pemasangan pada tiang atau pada
crossarm
Dihubungkan ke sistim distribusi dengan batas-batas tegangan
operasinya
Jenis-jenis fuse untuk tegangan tinggi dapat dilihat pada gambar 1 dibawah ini
Pada gambar ini diperlihatkan fuse yang dirancang untuk penggunaan pada
tegangan tinggi dapat dibedakan dalam 2 ( dua ) macam yaitu Cutout Distribusi
(Distribution Cutouts), dilapangan sering disebut: Fuse Cut Out disingkat FCO
dan Fuse TM (Power Fuse ) yang sering disebut MV Fuse atau Fuse pembatas
arus. Dilapangan keperluan dan cara pemasangan kedua jenis fuse ini berbeda.
Fuse cut out banyak dipergunakan pada saluran saluran percabangan dengan
konstruksi saluran udara terbuka sedangkan MV fuse banyak dipergunakan pada
panel panel cubicle dengan saluran kabel atau campuran.
High Voltage Fuses
Fuse cutout distribusi diklasifikasi dalam 2 macam fuse yaitu : Fuse letupan
(Expulsion Fuse) dan Fuse Liquid (Liquid Filled Fuse) Namun pada
kenyataannya dilapangan fuse cutout letupan (expulsion) lebih banyak dipakai
untuk jaringan distribusi dibanding dengan power fuse, istilah letupan (expulsi)
merupakan suatu tanda yang dipergunakan fuse sebagai tanda adanya busur
listrik yang melintas didalam tabung fuse yang kemudian dipadamkannya.
Peristiwa yang terjadi pada bagian dalam tabung fuse ini adalah peristiwa
penguraian panas secara partial akibat busur dan timbulnya gas yang di
deionisasi pada celah busurnya sehingga busur api segera menjadi padam pada
saat arus menjadi nol. Tekanan gas yang timbul pada tabung akibat naiknya
temperatur dan pembentukan gas menimbulkan terjadinya pusaran gas didalam
tabung dan ini membantu deionisasi lintasan busur api. Tekanan yang semakin
besar pada tabung membantu proses pembukaan rangkaian, setelah busur api
padam partikel-partikel yang dionisasi akan tertekan keluar dari ujung tabung
yang terbuka.
Klasifikasi fuse cut out yang kedua adalah fuse cut out liquid, fuse jenis ini
tidak dikenal di wilayah PT PLN . Namun menurut referensi Fuse Cut Out
semacam ini dapat digunakan untuk jaringan distribusi dengan saluran kabel
udara .
Fuse Cut-Out Letupan Bertabung Fiber
Ada 2 jenis fuse letupan (expulsion) yang diklasifikasi sebagai Fuse
Cut-Out (FCO) distribusi yaitu:
Fuse cutout bertabung fiber (Fibre tube fuse)
Fuse link terbuka (Open link fuse)
tabung yang terbuat dari bahan serat selulosa. Fuse ini dapat dipergunakan baik untuk
Fuse Cut-Out terbuka (open fuse cut-out) atau Fuse Cut-Out tertutup (enclosed fuse
cutout), fuse cut-out terbuka dapat dilihat pada gambar 2. Pada gambar ini terlihat
fuse bertabung fiber dipasang diantara 2 (dua) isolator dan jaringan listrik
dihubungkan pada kedua ujung fuse holdernya pada fuse cutout tertutup, tabung fuse
terpasang disebelah dalam pintu fuse cutout dan seluruh kontak listriknya
terpasangkan pada rumah fuse yang terbuat dari porselain seperti terlihat pada
gambar(3)
Kedua Fuse Cut out ini dapat dipergunakan pada jaringan-jaringan dengan sistim
delta atau jaringan dengan sistim bintang tanpa pentanahan demikian juga pada
jaringan - jaringan yang menggunakan sistim netral ditanahkan apabila tegangan
pemutusan fuse cutout secara individual tidak melebihi tegangan maksimum pengenal
rancangan dan tahanan isolasi ketanah sesuai dengan kebutuhan operasinya
Fuse Cut-Out Link Terbuka (Open Link)
Fuse cutout link terbuka terdiri dari sebuah fuse link yang tertutup
didalam sebuah tabung fiber yang relatif kecil dengan dilengkapi kabel
penghubung tambahan pada fuse link-nya untuk memperpanjang kedua ujung
tabungnya.terlihat pada gambar 3.4
Gambar 6. Fuse Cut out tipe Open Link
Kabel penghubung tambahan ini kemudian dihubungkan ke pegas kontak beban pada rumah fuse (fuse support) untuk kerja secara mekanik. Kerja
pegas ini dimaksudkan untuk menjamin pemisahan agar kedua ujung dari fuse
terbuka pada saat fuse bekerja dan ini dipakai karena kemampuan pemutusan
pada tabung fiber yang kecil relatif terbatas. Fuse cutout ini dirancang untuk
dipakai pada tegangan 17 kV, selain itu fuse ini mempunyai arus pengenal
pemutusan yang lebih rendah dari pada fuse cutout bertabung fiber
Ada sejumlah standar yang dianut fuse link, salah satu standar pengenal fuse
link yang terdahulu dikenal dengan sebutan pengenal N. Pengenal N dispesifikasi
fuse link tersebut mampu untuk disalurkan arus listrik sebesar 100 % secara
kontinue dan akan melebur pada nilai tidak lebih dari 230 % dari angka
pengenalnya dalam waktu 5 menit [1]. Pada praktek dilapangan ketentuan tersebut
kurang memuaskan penggunanya karena hanya satu titik yang dispesifikasi pada
kerakteristik arus-waktu sehingga fuse link yang dibuat oleh sejumlah pabrik
yang berbeda mempunyai keterbatasan dalam memberikan jaminan koordinasi
antar fuse link. Setelah fuse link dengan pengenal N kemudian muncul standar
industri fuse link dengen pengenal K dan pengenal T pada tahun 1951
Pengenal K untuk menyatakan fuse link dapat bekerja memutus jaringan
listrik yang berbeban dengan waktu kerja lebih “cepat” dan pengenal T untuk menyatakan fuse link bekerja memutus jaringan listrik yang berbeban dengan
waktu kerja lebih ”lambat”. Fuse link tipe T dan tipe K ini merupakan rancangan
yang universal karena fuse link ini bisa ditukar tukar (interchangeability)
kemampuan elektris dan mekanisnya yang dispesifikasi dalam standar. Fuse link
tipe K dan tipe T yang diproduksi suatu pabrik secara mekanis akan sama dengan
fuse link tipe K dan tipe T yang diproduksi pabrik lain.
Karakteristik listrik link tipe K dan fuse link tipe T sudah distandarisasi dan
sebagai titik temu nilai arus maksimum dan minimum yang diperlukan untuk
melelehkan fuse link ditetapkan pada 3 titik waktu dalam kurva karakteristik
Kondisi ini lebih menjamin koordinasi antara fuse link yang dibuat oleh beberapa
Minimum Maksimum Minimum Maksimum Minimum Maksimum
Arus leleh Arus leleh
Arus Pengenal yang disarankan / disukai
Arus leleh
Minimum Maksimum Minimum Maksimum Minimum Maksimum
8 15 18 20. 5 31 166 199 11.1 Arus Pengenal yang tidak disarankan / tidak disukai / Intermediate
Arus
Tabel 4. Arus Leleh Fuse Link Tipe K Arus pengenal (rating) Fuse yang disarankan / disukai
Tiga titik operasi fuse link untuk tipe K dan tipe T yang distandarkan dalam
karakteristik arus – waktu adalah :
300 detik untuk fuse link 100 amper dan dibawahnya , 600 detik
untuk fuse link 140 amper dan 200 amper
10 detik
Minimum Maksimum Minimum Maksimum Minimum Maksimum
8 15 18 18 27 97 116 6. 5
Arus Pengenal yang tidak disarankan / tidak disukai / Intermediate
Minimum Maksimum Minimum Maksimum Minimum Maksimum
6 12. 0 14. 4 15. 3 23 120 144 10
200 480 576 850 1275 6250 7470 13. 0
300 – 600 detik1
0,1 detik1
Arus Pengenal yang disarankan / disukai
Arus leleh Arus leleh
Rasio
Tabel 7. Arus Leleh Fuse Link Tipe T Arus pengenal (rating) Fuse yang disarankan / disukai
0.1 detik seperti yang dirancang pada tabel 1 dan tabel 2. untuk fuse
link tipe K dan tabel tabel 3 dan tabel 4 untuk fuse link tipe T
Karakteristik arus – waktu lebur minimum fuse link tipe K dan T yang dibuat semestinya tidak kurang dari nilai-nilai minimum yang ditampilkan dan
karakteristik lebur minimum fuse link ini ditambah dengan toleransi dari
pabrikan seharusnya tidak lebih besar dari nilai maksimum seperti pada tabel 1
dan tabel 2. untuk fuse link tipe K dan tabel 3 dan tabel 4 untuk fuse link tipe T
Untuk memperoleh kerja yang selektif dapat dipergunakan sederetan fuse link
dengan nilai arus pengenal yang disarankan (prefered continues rating) : 6 - 10 – 15 – 25 – 40 – 65 – 100 – 140 dan 200 amper, nilai arus pengenal kontinyu 8 – 12 – 20 – 30 – 50 – dan 80 amper merupakan nilai arus pengenal yang tidak disarankan (non prefered countinues rating). sebagai standar intermediate.
Nilai-nilai arus pengenal fuse ini disediakan dengan maksud agar setiap nilai arus
penganal fuse link yang disarankan dapat diproteksi oleh nilai arus pengenal fuse
link yang disarankan dengan nilai arus pengenal yang lebih besar dan setiap nilai
arus pengenal fuse link yang tidak disarankan akan diproteksi oleh nilai arus
pengenal fuse link yang tidak di sarankan dengan nilai arus pengenal yang lebih
besar dalam beberapa kasus kerja selektif dapat juga diperoleh antara fuse link
yang disarankan dengan fuse link yang tidak disarankan.
Nilai arus pengenal fuse link di bawah 6 amper : 1, 2 dan 3 sudah distandarisasi,
nilai-nilai arus pengenal yang rendah ini tidak dimaksudkan untuk berkordinasi
satu dengan yang lain namun koordinasi lebih baik dengan nilai arus pengenal 6
ampere atau diatasnya. Karakteristik kerja fuse link fuse cutout type K , T dan H
masing masing dapat dilihat pada gambar 5 , gambar 6 dan pada gambar 7
Gambar 7. Kurva Karakteristik Arus –Waktu Fuse link tipe K (kerja cepat)
Kurva Leleh Minimum
Kurva Leleh Maksimu
Gambar 8. Fuse link tipe T (kerja lebih lambat)
Kurva Leleh Minimum
Kurva Leleh Maksimu
Dari kedua Karakteristik kerja fuse ini masing-masing memiliki
a. Kurva waktu leleh minimum ( minimum melting time )
Yaitu kurva yang menunjukkan waktu yang dibutuhkan mulai dari saat
terjadinya arus lebih sampai dengan mulai meleburnya pelebur untuk
harga arus tertentu.
b. Waktu busur
Waktu antara saat timbulnya busur permulaam sampai saat pemadaman
c. Kurva waktu pembebasan maksimum ( maximum clearing time )
Yaitu kurva yang menunjukkan waktu yang dibutuhkan dari saat
terjadinya arus lebih sampai dengan padamnya bunga api untuk harga arus
tertentu
d. Ketersediaan Tipe Dan Angka Pengenal Fuse Link
Seiring dengan perubahan teknologi dan kebutuhan dalam peningkatan mutu
pelayanan tenaga listrik. beragam tipe dan angka pengenal fuse cutout letupan
(expulsion) yang diproduksi dan dijual dipasaran pada masa kini. Salah satu
perusahaan pembuat fuse link menyediakan beberapa tipe yang diantaranya
adalah tipe K, T, H, N, D, S untuk sistim distribusi dengan tegangan sampai 27
kV dan tipe EK, ET dan EH untuk sistem distribusi dengan tegangan sampai 38
e. Standar PLN : SPLN 64 1985
Untuk keperluan peningkatan efisiensi dan tingkat keandalan pelayanan
sistem di PT PLN (Persero), jenis, tipe dan karakteristik perlu dipilih Fuse Cut
out yang sesuai dengan sistem dan kondisi yang ada di lingkungan PT. PLN (Persero) sebagai perusahaan yang mengelola distribusi tenaga listrik. Untuk
keperluan ini PLN merumuskan kebijaksanaanya dalam standar PLN : SPLN 64 :
1985 mengenai Petunjuk dan Penggunaan Pelebur Pada Sistem Tegangan
Menengahdengan spesifikasinya adalah sebagai berikut:
Arus kontinyu yang di
ijinkan Jenis waktu
Arus Pengenal ( % Pengenal ) kerja
( A )
Ketentuan Umum
1. Frekwensi kerja : 50 Hz
2. Tegangan pengenal : 20 kV, 24 kV untuk sistim 20 KV 3 fasa dengan
netral ditanahkan
3. Tingkat isolasi pengenal :
Tegangan ketahanan impulse : polaritas positif dan negatif
Antara kutub - tanah dan kutub – kutub ( TID ) 125 kV
(puncak)
Antara jarak isolasi dari rumah fuse 60 kV ( efektif )
Tegangan ketahanan sistim 50 Hz ( kering/ basah selama 1 menit )
Antara kutub - tanah dan kutub – kutub ( TID ) 50 kV
Arus pengenal dalam amper dan arus pemutusan dalam kilo amper
: fuse link
Arus pengenal dan arus pemutusan pengenal fuse link dipilih dari seri R10
Bagi jenis pembatas arus dalam keadaan khusus bila diperlukan tambahan boleh
diambil dari seri R 20
Seri R 10 : 1 - 1,25 – 1,6 – 2 – 2,5 – 3,15 – 4 – 6,3 – 8 dan kelipatan 10 nya
Fuse link dan rumah fuse (fuse support) harus dapat dilewati arus
pengenalnya secara terus menerus tanpa melewati batas kenaikan
suhunya seperti tertera pada tabel 4
2. Untuk pasangan luar tekanan angin tidak melebihi 700 N / m 2
3. Udara sekitar tidak tercemar oleh debu, asap, gas korosif, gas mudah
terbakar uap atau garam
4. Ketinggian dari permukaan laut tidak melebihi 1000 m
Spesifikasi Fuse Cutout Jenis Letupan ( Expulsion Fuse )
5. Macam macam angka pengenal
a. Pengenal fuse
Tegangan pengenal : 24 KV
Arus pengenal fuse dalam amper
Seri R 10. ( A ) :
1 - 1,25 – 1,6 – 2 – 2,5 – 3,15 – 4 – 6,3 – 8 dan kelipatan 10 nya
Seri R 20. ( A ) :
1 – 1,12 – 1,25 – 1,4 – 1,6 – 1,8 – 2 – 2,24 – 2,5 – 2,8 – 3.15 – 3,55 – 4 – 4,5 – 5 – 5,6 – 6,3 – 7,1- 8 – 9 dan kelipatan 10 nya
Kemampuan pemutusan pengenal dalam kilo ampere
Seri R 10. ( kA ) :
1 - 1,25 – 1,6 – 2 – 2,5 – 3,15 – 4 – 6,3 – 8 dan kelipatan 10 nya
1 – 1,12 – 1,25 – 1,4 – 1,6 – 1,8 – 2 – 2,24 – 2,5 – 2,8 – 3.15 – 3,55 – 4 – 4,5 – 5 – 5,6 – 6,3 – 7,1- 8 – 9 dan kelipatan 10 nya
Frequensi pengenal : 50 Hz
b. Pengenal rumah fuse ( Fuse Support )
Tegangan pengenal : 24 KV
Arus maksimum pengenal : Nilai-nilai standar dari arus pengenal
rumah fuse adalah : 50 A, 100 A, 200A, 400A.
Tingkat isolasi pengenal
1. Tegangan Ketahanan Impulse : Polaritas positif dan negatif
Antara kutub - tanah dan kutub – kutub ( TID ) 125 kV (puncak)
Antara jarak isolasi dari rumah fuse 145 kV ( puncak )
2. Tegangan Ketahanan sitim 50 Hz ( kering / basah selama 1 menit )
Antara kutub - tanah dan kutub – kutub ( TID ) 50 kV (puncak)
Antara jarak isolasi dari rumah pelebur 60 kV ( efektif )
c. Pengenal pemikul batang pelebur ( fuse holder )
Tegangan pengenal : 24 KV
Arus maksimum
Seri R 20. ( A ) : 1 – 1,12 – 1,25 – 1,4 – 1,6 – 1,8 – 2 – 2,24 – 2,5 – 2,8 – 3.15 – 3,55 – 4 – 4,5 – 5 – 5,6 – 6,3 – 7,1- 8 – 9 dan kelipatan 10 nya
Kemampuan pemutusan pengenal dalam KA
Seri R 10. ( kA ) : 1 - 1,25 – 1,6 – 2 – 2,5 – 3,15 – 4 – 6,3 – 8 dan
dilewati arus pengenalnya secara terus menerus tanpa melewati batas
kenaikan suhunya seperti tertera pada tabel Batas Suhu dan Kenaikan
Kelas pelebur jenis letupan dibagi dalam dua kelas yaitu :
1. Fuse letupan (expulsion ) kelas 1 dipergunakan untuk
proteksi sekelompok trafo berkapasitas besar
2. Fuse letupan (eexpulsion ) kelas 2 dipergunakan untuk
proteksi trafo-trafo kecil untuk proteksi kapasitor atau untuk
keperluan seksionalisasi jaringan distribusi tegangan
menengah dengan saluran udara
f. Karakteristik waktu–arus fuse link
Pabrik harus menyediakan kurva-kurva yang diperoleh dari pengujian jenis
karakteristik waktu sesuai yang ditentukan pada publikasi IEC 282-2 1974 .
g. Konstruksi
Pelebur yang dipilih pada umumnya tipe buka-jatuh (drop out)
dimana tabung, fuse holder dan fuse linknya akan jatuh dan
menggantung bila fuse linknya telah bekerja (putus)
Pembukaan tanpa pemadaman dapat dilakukan dengan tambahan
alat kerja kerja keadaan bertegangan (hot stick) yang dilengkapi
dengan alat pemadam busur atau dengan dengan lengan pemutus
pelebur.
f. Pemasangan FCO
FCO pada jaringan distribusi tegangan menengah biasanya dipergunakan
pada saluran saluran percabangan untuk mengamankan saluran percabngan dari
adanya gangguan hubung singkat dan untuk mengamankan sistim dari gangguan
hubung singkat pada trafo distribusi. Konstruksi Pemasangan dari Fuse Cut Out
A.
Porcelain insulator with higher
Creepage distance and greater
insulation properties.
G. Crank shaft support / lower
housing in Brass.
B. Upper eye bolt connector in Tin
plated brass. H. Trigger in stainless steel.
C. Upper contact - silver plated ETP
Copper. I.
Stainless steel spring provides
toggle action for fuse link
J. Lower eye bolt connector in Tin
plated Brass.
E.
Fuse tube holder coated with UV
resistant paint, impervious to water
& constructed in Epoxy resin with
special arc quenching liner.
K. Crank shaft.
F. Lower contact in ETP grade copper
Gambar 10. bagian bagian dari konstruksi FCO
g. Cara Pemilihan Arus Pengenal (Rating) Fuse Link FCO
a. Pemilihan Arus Pengenal Fuse link FCO untuk Proteksi
Percabangan
Pemilihan arus pengenal (Rating) fuse link Cut Out (FCO) untuk saluran
cabang sangat penting untuk dilakukan dengan sebaik baiknya dalam rangka
koordinasi sistem untuk memperoleh penampilan sistem yang optimal dengan
harapan target perusahaan dalam pencapaian kepuasan pelanggan dan
peningkatan penjualan KWh dengan mengecilkan tingkat SAIDI dan SAIFI di
harapkan dapat terpenuhi.
Salah satu metode pemutusan arus hubung singkat permanen (persistant) yang
efektif adalah dengan memasang fuse pada tiap tiap percabangan atau anak
cabangnya (sub branch).
Kesalahan dalam menentukan pilihan rating fuse link tentu akan memupus Gambar 13. Load Buster alat untuk membuka Fuse
oleh karena sering terjadi gangguan di saluran-saluran cabang atau terutama
saluran-saluran anak cabang perlu dipertimbangkan untuk penempatan FCO yang
sesuai dengan kebutuhan.
Salah satu yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan arus pengenal FCO
untuk proteksi saluran cabang atau saluran anak cabang adalah besarnya nilai
arus beban maksimum yang akan atau dapat mengalir pada saluran cabang atau
anak cabang yang dimaksud.
Sesuai dengan Standard kemampuan dari fuse link Cut out (FCO) yang
diproduksi oleh sejumlah pabrik yang telah dikemukakan di fuse cut out dan
pada pemilihan arus pengenal fuse link FCO. Untuk menentukan arus pengenal
(rating) fuse link yang dipilih dapat dilakukan sebagai berikut :
1. Pilih fuse link Cut Out ( FCO ) yang sesuai dengan standar dalam hal
ini PLN dalam SPLN 64 :1985 menentukan pilihan type K T dan H.
2. Bagilah Arus beban maksimum yang sudah ditentukan dengan
kemampuan arus kontinue fuse link.
3. Koordinasi yang sebaik baiknya dengan alat proteksi yang lain (PMT,
PBO dan Fuse Cut out ) baik yang berada di sisi sebelah hulu (sumber)
dan sebelah hilirnya (beban).
4. Perhatikan Batas ketahanan penghantar terhadap arus hubung singkat.
5. Perhatikan pula kemampuan pemutusan dari Fuse Cut Out khususnya
bagi FCO yang terpasang dekat dengan sumber tenaga.
Dengan demikian fuse link cutout yang dipilih selain harus tahan terhadap
arus beban, juga harus bisa dikoordinasikan dengan alat proteksi yang lain dan
terjadi dan dapat melindungi penghantar yang diamankan dari kerusakan akibat
arus lebih.
Pemilihan rating arus fuse link yang benar adalah tidak akan lebur atau
terjadi kerusakan oleh gangguan sesaat (no-persistant) yang terjadi disebelah
hilirnya karena recloser yang akan membuka rangkaian dengan operasi
instantaneous tanpa memutuskan fuse link. Pada saat gangguan tetap fuse link
pertama pada sebelah sumber dari gangguan akan melebur dan membuka
rangkaian setelah operasi recloser.
h. Koordinasi Proteksi Antar Fuse Cut-0ut
Penggunaan fuse link yang benar membutuhkan sejumlah informasi tentang
karakteristik sistim dan karakteristik peralatan yang akan diproteksi seperti yang
telah dituliskan mengenai dasar pemilihan fuse link dengan definisi : Bila dua
atau lebih fuse link atau alat proteksi lain digunakan pada suatu sistim alat
proteksi yang paling dekat dengan titik gangguan dari arah sumber disebut
peralatan pemproteksi dan yang paling dekat selanjutnya disebut : backup atau
diproteksi seperti digambarkan pada gambar 12 dibawah ini
Gardu Induk (Back up)Protected
Fuse Link Protecting
Fuse Link
Protecting Fuse Link
Salah satu aturan yang sangat penting dalam aturan penggunaan fuse link
adalah: Clearing time maksimum dari fuse link pemroteksi tidak lebih dari 75 %
waktu leleh minimum dari fuse link diproteksi.
Prinsip ini untuk menjamin Fuse link pemroteksi akan memutuskan dan
menghilangkan gangguan sebelum fuse link diproteksi rusak. Aturan lain yang
harus dipegang adalah arus beban pada suatu titik pemakaian semestinya tidak
lebih besar dari kapasitas arus kontinyu yang dimiliki fuse link nya. Apabila arus
melebihi kapasitasnya maka semestinya fuse link akan mengalami pemanasan
lebih, membuat pemutusan dan rangkaian menjadi terpisah dari sistem. Kapasitas
arus kontinue fuse link rata–rata adalah 150 % dari arus pengenalnya untuk fuse link type K dan type T dengan elemen pelebur dari timah dan 100% untuk fuse
link tipe H, N dan type K perak seperti terlihat pada tabel 5 pada SPLN 64 : 85
Kemampuan hantararus terus menerus pelebur ( FCO ) jenis letupan ( expulsion)
tipe T (lambat) dan tipe K (cepat) ditetapkan sebagai berikut :
a. 1.5 kali arus pengenalnya, bagi pelebur dengan arus pengenal 6.3 A
d. Pelebur ltupan tipe H sama dengan arus pengenalnya
e. Pelebur jenis Pembatas Arus ( limmiting Current) atau disebut MV
f. Kemampuan hantararus terus menerus dari pelebur harus sama atau
lebih besar dari arus beban maksimum terus menerus yang akan
melewatinya
Koordinasi operasi suatu proteksi dengan proteksi lain penting untuk
dilasanakan untuk menjaga hal yang tidak diinginkan misalnya adanya
pemutusan yang tidak di inginkan demikian juga koordinasi operasi proteksi fuse
cut out dimana prinsipnya adalah : Memberi kesempatan pada fuse pemroteksi
(protecting) pada sisi beban yang berada di depan terdekat dari titik gangguan
untuk bekerja sepenuhnya (memutus rampung) terlebih dahulu sebelum fuse
sebelah hulu (sisi sumber) yang diproteksi bertindak sebagai cadangannya mulai
bekerja.
Untuk memenuhi koordinasi hendaknya dipilih waktu leleh arus pengenal
yang memiliki kerenggangan waktu minimum 25 % antara waktu pemutusan
maksimum Fuse pemroteksi pada sisi terdekat dengan gangguan dengan waktu
leleh minimum pelebur yang diproteksi atau dengan kata lain waktu pemutusan
maksimum dari fuse pemroteksi hendaknya tidak melebihi 75 % dari minimum
fuse yang diproteksi. Untuk pelaksanaan koordinasi dapat dilakukan dengan
menggunakan tabel 6 dan tabel 7 dan 8 seperti berikut:
Tabel 11. Koordinasi Fuse link tipe H dengan tipe K dan tipe K dengan K
b. Pemilihan Arus pengenal ( Rating ) fuse FCO untuk Proteksi Trafo
Distribusi
Dilihat dari karakteristik waktu–arusnya proteksi trafo dibatasi
dua garis kerja yaitu :
a. Garis batas ketahanan pelebur yang merupakan batas
ketahanan pelebur dimana pelebur FCO tidak boleh bekerja
pada beban lebih yang masih dan harus dapat ditahan oleh
trafo tersebut yaitu :
Arus Beban Peralaihan ( Cold Load pick up )
Hubung singkat JTR
Arus Masuk Awal ( Inrush ) trafo
Arus asutan motor
b. Garis Batas Ketahanan Trafo yang merupakan batas
ketahanan trafo dimana pelebur (FCO) harus sudah
bekerja/melebur gangguan yang dapat melebihi batas
tersebut adalah hubung singkat pada sisi primer atau
sekunder trafo
Garis batas ketahanan pelebur bagi trafo distribusi umum
ditentukan oleh titik titik berikut :
2 x In selama 100 detik ...beban lebih
3 x In selama 10 detik ...Arus beban peralihan
6 x In selama 1 detik ... Arus beban peralihan
12 x In selama 0.1 detik ...Arus Inrush trafo
25 x In selama 0.01 detik ...Arus Inrush trafo
Bila Beban Trafo berupa motor listrik maka :
3 x In selama 100 detik ...Arus beban peralihan
6 x In selama 10 detik ...Arus beban peralihan
Ketahanan Pelebur terhadap surja kilat
Bagi trafo trafo berdaya kecil dibawah 100 KVApemilihan pelebur
harus memperhatikan ketahanan terhadap arus surja kilat :
minimum 74 A selama 0.01 detik untuk surja kilat 2 KA
Garis batas ketahanan trafo ditentukan oleh kondisi sebagai
berikut :
2 x In selama 300 detik ...beban lebih, arus Hs JTR
4.75 x In selama 60 detik ... beban lebih, arus Hs JTR
6.7 x In selama 30 detik ... beban lebih, arus Hs JTR
11.3 x In selama 10 detik ...Beban lebih, arus Hs JTR
25 x In selama 2 detik ...Hubung singkat pada trafo
I2t=1.250 ...Hubung singkat pada
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1.Kondisi Jaringan
PT. PLN (Persero) Rayon Oesao sama halnya dengan unit PT. PLN lainnya memiliki
tugas untuk mengelola operasi dan pemeliharaan jaringan distribusi tenaga listrik,
mengelola transaksi energi serta mengelola niaga dan pelayanan pelanggan sesuai
dengan kewenangannya dalam rangka meningkatkan pelayanan ketenagalistrikan
secara efisien dan efektif dengan mutu dan keandalan untuk mencapai target kinerja
unit. Karena wilayah kerja yang luas, PLN Rayon Oesao memiliki 4 Sub Rayon (SR)
dan 8 Kantor Jaga (KJ).
PLN Rayon Oesao sendiri memilik sistem jaringan yang luas dengan 2 penyulang dan
1 penyulang lain (P. Rayon Kupang) dan ratusan gardu, baik gardu cantol maupun
gardu portal. Berikut adalah panjang jaringan sistem PLN Rayon Oesao.
Tabel 12. Data Penyulang
PENYULANG PANJANG JARINGAN
(KMS)
OESAO 18,2
P. CAMPLONG 138,6
P. BURAEN 174,695
Gambar 15. SLD PLN Oesao
Luasnya wilayah kerja PLN Rayon Oesao sehingga memiliki banyak gardu dan beban
sebagai berikut:
Tabel 13.Data keselurahan Gardu pada tiap feeder
Penyulang/Unit PLN Jumlah Trafo Jumlah Daya
Oesao 19 BUAH 1.430 KVA
P. Camplong 70 BUAH 5.065 KVA
P. Buraen 60 BUAH 3.014 KVA
KJ. Baun 29 BUAH 1.400 KVA
KJ. Bolou 8 BUAH 400 KVA
camlpong yang mempunyai panjang jaringan 138,6 kms. Adapun data yang diambil
adalah data masing-masing gardu dari setiap percabangan yang terdapat pada feeder
tersebut. Dapat dilihat pada tabel dibawah :
Tabel 14. Data Gardu Pada Feeder Camplong
10 KR 073 160 4,624 NAIBONAT CAMPLONG 21,54 0,996069364
36 KR 057 50 1,445 UEL CAMPLONG 55,76 0,805780347
Untuk perhitungan arus dan beban terpakai pada tabel diatas digunakan persamaan
sebagai berikut :
I = Daya Trafo
√3 × Tegangan TM
4.3.Hasil Perhitungan
Dari tabel data diatas maka dapat ditentukan atau dihitung rating fuselink untuk
masing-masing percabangan yang diproteksi menggunakan fuse cut out. Hasil
perhitungannya dapat dilihat pada tabel dibawah :
Tabel 15. Hasil Perhitungan Rating FCO yang akan digunakan.
CO NAIFALO 0,446532 0,491185 1 3
CO KABUKA 0,165607 0,182168 1 3
CO BONI 0,646821 0,711503 1 2
CO LAOS 1,185838 1,304422 2 2
CO MBR 1,917486 2,109234 3 3
CO OELKUKU 2,640029 2,904032 3 3
CO BURUNG ONTA 3,584249 3,942673 6 6
Untuk menentukan Iset nya maka digunakan persamaan sebagai berikut :
Iset = Beban total × ,
Setelah dihitung Iset nya, maka dapat ditentukan nilai atau rating fuse link yang akan
dipakai oleh Fuse cut out untuk memproteksi percabangan tersebut, seprti yang
BAB V
PENUTUP
5.1.Kesimpulan
Praktek Kerja Lapangan ( PKL ) adalah salah satu bentuk pendidikan dengan cara
memberikan pengalaman belajar kepada mahasiswa untuk hidup ditengah tengah
masyarakat (perusahaan atau instansi pemerintah atau swasta ) diluar kampus, dan
secara langsung mengidentifikasi serta menangani masalah - masalah yang dihadapi.
PKL dilaksanakan oleh perguruan tinggi dalam upaya meningkatkan isi dan bobot
pendidikan bagi mahasiswa dan untuk mendapatkan nilai tambah yang lebih besar
pada pendidikan tinggi. Dan Kerja praktek merupakan salah satu bukti adanya
interaksi antara industri dengan lembaga pendidikan yang merupakan jembatan bagi
mahasiswa khususnya, yaitu mengenal dan memahami bagaimana dunia industri itu
sebenarnya, sebelum nanti masuk ke dunia industri tersebut.
Dari hasil praktek secara langsung dan data-data yang telah diperoleh selama
melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di PT. PLN (Persero) Rayon Oesao yang
meliputi pengamatan langsung kelapangan, analisa proses kerja alat serta kegiatan
lain sebagai bagian integral dalam pelaksanaannya.
Maka didapat kesimpulan bahwa dalam menentukan rating suatu pengaman dalam
hal ini fuse link diperlukan analisa yang complete sehingga tidak terjadi kesalahan
yang meneyebabkan kegagalan pada sistem yang diproteksi. Apabila terjadi
kegagalan maka kontinuitas penyaluran tenaga listrik kebeban dapat terganggu untuk
itu perlu dilakukan koordinasi yang baik antar pengaman.
Jaringan SUTM adalah jaringan distribusi tenaga listrik 3 fasa 20 KV yang
merupakan jaringan pendistribusian tenaga listrik tegangan menengah yang keluar
Sistem pengamanan pada jaringan SUTM ini perlu dikoordinasikan dengan baik, agar
keamanan jaringan dapat terpelihara dengan baik sehingga jika terjadi gangguan
dapat dilakukan perbaikan dengan cepat. Adapun tujuan dari system pengamanan ini
ialah terpeliharanya distribusi pasokan tenaga listrik kepada pelanggan. Sedangkan
untuk penanganan pemeliharaan gangguan dan perbaikan gangguan dilakukan dengan
menggunakan radio komunikasi sebagai alat komunikasi dengan gardu induk saat
terjadi gangguan jadi tidak diketahui secara langsung pemantauan jaringannya
sehingga harus dipantau dari GI dan APJ terkait lalu dilaporkan statusnya kepada
UPJ.
5.2.Saran
Sebaiknya PT. PLN (Persero) memperbaiki kondisi manajemennya sendiri
yang harus dimonitor, ditinjau kembali dan dikembangkan yang bertujuan
untuk memantapkan peran serta PLN dalam pembangunan ekonomi dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Ada baiknya PT. PLN menggunakan produksi dalam negeri terutama dalam
peralatan – peralatan konstruksi listrik yang telah memenuhi Standar Listrik Indonesia (SLI), Standar Industri Indonesia (SII) dan Standar Internasional
Elektrotechnical (IEC).
Seharusnya PLN lebih memperhatikan tingkat kontinuitas pelayanan listrik
pada konsumennya.
Demi mempertimbangkan sisi keindahan, seharusnya PLN sudah saatnya
mengganti jaringan kabel udara dengan jaringan kabel tanah.
Untuk kemajuan PT. PLN sebaiknya teknologi yang digunakan dinamis
DAFTAR PUSTAKA
[a] Suhardi, Dkk.2008. Teknik Distribusi Listrik Tenaga.(Jilid 1 Untuk SMK)
[b] Daman Suswanto: Distribusi Tenaga Listrik
[c] PT. PLN UDIKLAT. Proteksi Distribusi
[d] PT. PLN PUSDIKLAT. Perhitungan Setting Dan Koordinasi Proteksi Sistem
Distribusi
[e] SPLN 64: 1985. Petunjuk Pemilihan Dan Penggunaan Pelebur Pada Sistem