• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTEK INDUSTRI 001

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "LAPORAN PRAKTEK INDUSTRI 001"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTEK INDUSTRI

Studi Penentuan Rating Fuselink Sebagai Pengaman Percabangan Pada

Jaringan Distribusi 20kv Di PT. PLN (Persero) Area Kupang Rayon Oesao

OLEH :

NAMA

: TEMI TIMOTIUS D. NGEDI

NIM

: 1301132039

SEMESTER

: VII (TUJUH)

PRODI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO

DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Praktik Industri pada PT. PLN (Persero) Area Kupang Rayon Oesao selama 2 bulan, mulai tanggal 11 Juli 2016 s/d tanggal 11 September 2016 yang disusun oleh:

Nama : Temi Timotius D. Ngedi

NIM : 1301132039

Program Studi : Pend. Teknik Elektro

Jurusan : Pendidikan Teknologi Dan Kejuruan

Telah disetujui dan disahkan pada tanggal : .../Januari/2017

Mengetahui :

Manager PT. PLN (Persero) Rayon Oesao

I Made Ray Kariyasa NIP : 7192047H

Ketua Program Studi Pend. Teknik Elektro

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya haturkan kehadapan hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas

Rahmat dan Anugerah-Nya saya telah berhasil menyelesaikan laporan praktek

industri dengan judul Studi Penentuan Rating Fuselink sebagai pengaman

percabangan pada jaringan distribusi 20KV PT. PLN (Persero) Rayon Oesao.

Tujuan dari penyusunan laporan ini merupakan salah satu persyaratan untuk

menyelesaikan mata kuliah praktek industri yang telah dilaksanakan pada PT. PLN

(Persero) Rayon Oesao.

Dengan selesainya laporan praktek industri ini, saya ingin mengucapkan terima kasih

atas bantuan dan motivasi baik berupa moril maupun materil kepada :

1. Bapak DR. I Made Parsa, M.Pd Selaku ketua Jurusan Pendidikan teknologi

dan kejuruan

2. Bapak DR. Gunadi Tjahjono, M.Pd selaku pembimbing praktek industri di

Universitas Nusa Cendana

3. Bapak I Made Ray Kriyasa selaku manager PT. PLN (Persero) Rayon Oesao

4. Bapak Lutfi Mustofa, ST selaku Supervisor teknik di PT. PLN (Persero)

Rayon Oesao dan juga sebagai pembimbing lapangan.

5. Seluruh karyawan PT. PLN (Persero) Rayon Oesao Khususnya Layanan

Teknik.

6. Dan kepada semua pihak yang terlibat langsung maupun tidak langsung.

Dalam penulisan ini saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan, oleh karena

itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari rekan-rekan

semua demi kesempurnaan saya sebagai penulis kedepannya. Rekan-rekan semua

dapat mengirimkan kritikan dan sarannya ke akun Academia.edu milik saya pada link

berikut : https://universitasnusacendana.academia.edu/TEMMYTIMOTIUS. Terima

(4)

DAFTAR ISI

1.4. Waktu Dan Tempat Praktek Industri ... 3

1.5. Metode Pelaksanaan ... 3

1.6. Batasan Masalah ... 3

1.7. Sistematika Penulisan ... 3

BAB II ... 5

TINJAUAN UMUM PT. PLN (Persero) ... 5

2.1. Sejarah Umum Perusahaan ... 5

2.2. Profil PT. PLN (Persero) Rayon Oesao ... 6

3.1. Pengertian Sistem Proteksi Distribusi Tenaga Listrik ... 10

(5)

3.3. Persyaratan Sistem Proteksi ... 11

3.4. Pengaman Arus lebih ... 12

BAB IV ... 44

PEMBAHASAN ... 44

4.1. Kondisi Jaringan ... 44

4.2. Pengumpulan Data ... 46

4.3. Hasil Perhitungan ... 49

BAB V ... 51

PENUTUP ... 51

5.1. Kesimpulan ... 51

5.2. Saran ... 52

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. UPJ dibawah naungan PT. PLN Rayon Oesao ... 7

Tabel 2. Jumlah penyulang dalam pengawasan PLN Rayon oesao ... 8

Tabel 3. Luas wilayah pelayanan Rayon Oesao... 8

Tabel 4. Arus Leleh Fuse Link Tipe K Arus pengenal (rating) Fuse yang disarankan / disukai ... 17

Tabel 5. Arus Leleh Fuse Link Tipe K Arus pengenal (rating) Fuse yang tidak disarankan / disukai - intermediate ... 17

Tabel 6. Arus Leleh Fuse Link Tipe T Intermediate – Tidak disarankan. ... 18

Tabel 7. Arus Leleh Fuse Link Tipe T Arus pengenal (rating) Fuse yang disarankan / disukai ... 18

Tabel 8. Ketersediaan tipe dan rating fuse link yang diproduksi pabrik ... 24

Tabel 9. Koordinasi Proteksi Antara Fuse Cutout ... 38

Tabel 10. Koordinasi Proteksi Antara Fuse Cutout Fuse link tipe T Koordinasi dengan Fuse Link Tipe T ... 39

Tabel 11. Koordinasi Fuse link tipe H dengan tipe K dan tipe K dengan K ... 40

Tabel 12. Data Penyulang ... 44

Tabel 13.Data keselurahan Gardu pada tiap feeder ... 45

Tabel 14. Data Gardu Pada Feeder Camplong ... 46

(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur Organisasi PLN Rayon Oesao ... 6

Gambar 2. SLD PLN Oesao ... 8

Gambar 3. Klasifikasi Fuse Tegangan Tinggi... 13

Gambar 4. Fuse Cut out terbuka ... 15

Gambar 5. Fuse Cut out tertutup ... 15

Gambar 6. Fuse Cut out tipe Open Link ... 16

Gambar 7. Kurva Karakteristik Arus –Waktu Fuse link tipe K (kerja cepat) ... 21

Gambar 8. Fuse link tipe T (kerja lebih lambat) ... 22

Gambar 9. Fuse link tipe H (Tahan Surja) ... 23

Gambar 10. bagian bagian dari konstruksi FCO ... 32

Gambar 11. Pemasangan FCO untuk Proteksi Saluran ... 32

Gambar 12. Pelepasan/Pemasukan Fuse Holder FCO Dengan Load Buster ... 33

Gambar 13. Load Buster alat untuk membuka Fuse Holder Cut Out pada kondisi berbeban dengan peredam busur api ... 34

Gambar 14. Koordinasi Fuse Dengan Fuse ... 36

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Universitas Nusa Cendana (Undana) merupakan sebuah peruruan tinggi negeri di

Indonesia yang berperan dalam peningkatan sumber daya manusia guna

mempersiapkan tenaga kerja yang handal dalam dunia industri, serta sebagai

Universitas yang mempunyai cita-cita untuk meningkatkan kualitas pendidikan di

Indonesia khususnya di provinsi Nusa Tenggara Timur.

Lulusan Undana Kupang diharapkan mampu memberi sumbangsi dalam hal

pengembangan dunia industri, sesuai dengan keahlian masing-masing. Sehingga, berbagai kerja sama dengan pihak industri perlu ditingkatkan, baik dalam wujud

Kunjungan Industri atau Praktik Industri. Wawasan dan pengalaman tentang

dunia kerja sangat diperlukan bagi mahasiswa, karena mengingat negara

Indonesia tergolong negara berkembang, dimana banyak teknologi yang masuk

dan diterapkan dalam industri. Sehingga diharapkan mahasiswa dapat lebih

mengenal tentang dunia industri dan perkembangan teknologi yang di gunakan.

Praktik Industri merupakan salah satu Mata kuliah wajib yang harus ditempuh

oleh mahasiswa S-1 Pendidikan Teknik Elektro Universitas Nusa Cendana.

Dengan adanya Praktik Industri, diharapkan mampu memberi pengalaman lebih

kepada mahasiswa untuk bekerja secara langsung di Industri. Selain itu Praktik

Industri dapat dijadikan sebagai ajang penyesuaian antara dunia pendidikan

dengan dunia industri, sehingga PT. PLN (Persero) Area Kupang Rayon Oesao

(9)

1.2.Dasar Pemikiran

1.2.1. Tujuan Pendidikan Nasional, yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa

dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang

beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti

luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani,

kepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab dalam

kemasyarakatan dan kebangsaan

1.2.2. Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu: pendidikan, penelitian, dan pengabdian

masyarakat.

1.2.3. Tujuan pendidikan Undana, yaitu: profesional, berpendidikan, kepemimpinan,

dan sikap hidup bermasyarakat.

1.2.4. Syarat kelulusan mata kuliah Praktik Industri di Jurusan Pendidikan

Teknologi Dan Kejuruan S-1 Pendidikan Teknik Elektro Undana.

1.2.5. Untuk menyelaraskan antara dunia pendidikan tinggi dengan dunia kerja.

1.2.6. Sebagai sarana dalam mengaplikasikan ilmu yang didapat di bangku kuliah

dengan ilmu yang ada di dunia kerja.

1.3.Tujuan Dan Manfaat

1.3.1. Melatih keterampilan yang mungkin tidak ada dalam suatu mata kuliah.

1.3.2. Terciptanya hubungan yang jelas dan terarah antara dunia perguruan tinggi

dan dunia kerja sebagai pengguna lulusannya.

1.3.3. Meningkatkan kepedulian dan partisipasi dunia kerja dalam memberikan

kontribusi penyed8ia tenaga industri.

1.3.4. Memberikan pengetahuan lebih seputar dunia kerja yang sesungguhnya dan

dapat mengimplementasikan ilmu yang didapat di dunia industri serta

mengenal kehidupan dunia kerja secara menyeluruh.

1.3.5. Mahasiswa dapat mengetahui berbagi permasalahan yang ada di dunia

(10)

1.3.6. Mencari pengalaman kerja dan analisa berbagai teknologi yang digunakan

oleh PT. PLN (Persero) Area Kupang Rayon Oesao.

1.4.Waktu Dan Tempat Praktek Industri

1.4.1. Waktu Kerja Praktek

Waktu pelaksanaan kerja praktek industry di mulai pada tanggal 11 Juli s/d 11

September 2016, setiap hari kerja mulai jam 07.30 – 16.30.

1.4.2. Tempat Kerja Praktek

Tempat kerja praktek industri dilaksanakan di PT. PLN (Persero) Area

Kupang Rayon Oesao.

1.5.Metode Pelaksanaan

Metode pelaksanaan kerja praktik industri ini dilakukan dengan beberapa cara,

yakni sebagai berikut :

 Metode pengumpulan data primer, meliputi : observasi, mengamati

langsung objek yang diteliti, bertanya langsung pada para ahli atau

pihak yang terkait dalam observasi.

 Metode pengumpulan data sekunder, yakni : pengumpulan data-data

dari buku, petunjuk di pabrik, dan lain-lain.

1.6.Batasan Masalah

Dalam kerja praktik ini mahasiswa hanya melakukan dan mengikuti proses

dengan jadwal yang telah ditentukan PT. PLN (Persero) Area Kupang Rayon

Oesao. Jadi, laporankerja Praktik Industri ini hanya menitik beratkan pada analisa

dan pemeliharaanperalatan system tenaga pada jaringan distribusi primer 20 KV.

1.7.Sistematika Penulisan

Laporan kerja praktik industri ini disusun dalam beberapa bab agar sistematis dan

(11)

Bab I

Berisikan tentang latar belakang, tujuan, manfaat, waktu, dan tempat pelaksanaan,

metode kerja, dan hal-hal lain yang sifatnya teknis dalam pelaksanaannya serta

kerja praktik dalam hubungannya dengan dunia pendidikan dan dunia industri.

Bab II

Gambaran umum tentang perusahaan tempat pelaksanaan kerja praktik industry

yang isinya mengenai uraian sejarah dan perkembangan dan struktur organisasi

secara umum di PT. PLN (Persero) Area Kupang Rayon Oesao.

Bab III

Berisikan mengenai pembahasan tentang pengaman percabangan pada jaringan

distribusi primer 20 KV yang di pelajari oleh mahasiswa sesuai dengan judul

yang di ambil..

Bab IV

Berisikan tentang kesimpulan dan saran dari hasil pembahasan dan praktik

industri yang telah dilakukan di PT. PLN (Persero) Area Kupang Rayon Oesao.

Lampiran

Berisikan beberapa lampiran mengenai daftar kehadiran, catatan harian, penilaian

yang diberikan perusahaan, dan lain-lain selama Praktik Industri dilakukan di PT.

(12)

BAB II

TINJAUAN UMUM PT. PLN (Persero)

2.1.Sejarah Umum Perusahaan

Berawal di akhir abad ke-19, perkembangan ketenagalistrikan di Indonesia mulai

ditingkatkan saat beberapa perusahaan asal Belanda yang bergerak di bidang pabrik

gula dan pabrik teh mendirikan pembangkit listrik untuk keperluan sendiri.

Antara tahun 1942-1945 terjadi peralihan pengelolaan perusahaan-perusahaan

Belanda tersebut oleh Jepang, setelah Belanda menyerah kepada pasukan tentara

Jepang di awal Perang Dunia II.

Proses peralihan kekuasaan kembali terjadi di akhir Perang Dunia II pada Agustus

1945, saat Jepang menyerah kepada Sekutu. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh para

pemuda dan buruh listrik melalui delegasi Buruh/Pegawai Listrik dan Gas yang

bersama-sama dengan Pimpinan KNI Pusat berinisiatif menghadap Presiden

Soekarno untuk menyerahkan perusahaan-perusahaan tersebut kepada Pemerintah

Republik Indonesia. Pada 27 Oktober 1945, Presiden Soekarno membentuk Jawatan

Listrik dan Gas di bawah Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga dengan kapasitas

pembangkit tenaga listrik sebesar 157,5 MW.

Pada tanggal 1 Januari 1961, Jawatan Listrik dan Gas diubah menjadi BPU-PLN

(Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara) yang bergerak di bidang listrik,

gas dan kokas yang dibubarkan pada tanggal 1 Januari 1965. Pada saat yang sama, 2

(dua) perusahaan negara yaitu Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebagai pengelola

tenaga listrik milik negara dan Perusahaan Gas Negara (PGN) sebagai pengelola gas

diresmikan.

Pada tahun 1972, sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.17, status Perusahaan

(13)

sebagai Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan (PKUK) dengan tugas

menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan umum.

Seiring dengan kebijakan Pemerintah yang memberikan kesempatan kepada sektor

swasta untuk bergerak dalam bisnis penyediaan listrik, maka sejak tahun 1994 status

PLN beralih dari Perusahaan Umum menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) dan

juga sebagai PKUK dalam menyediakan listrik bagi kepentingan umum hingga

sekarang.

2.2.Profil PT. PLN (Persero) Rayon Oesao

PT. PLN (Persero) Rayon OESAO memiliki 14 pegawai yang terdiri dari 1

Manager Rayon, 5 Supervisior, dan 8 Staf. Struktur organisasi pada PLN Rayon

Oesao sebagai berikut:

PT. PLN (Persero) Rayon Oesao sama halnya dengan unit PT. PLN

lainnya memiliki tugas untuk mengelola operasi dan pemeliharaan, mengelola

(14)

energi serta mengelola niaga dan pelayanan pelanggan sesuai dengan

kewenangannya dalam rangka meningkatkan pelayanan ketenagalistrikan secara

efisien dan efektif dengan mutu dan keandalan untuk mencapai target kinerja

unit. Karena wilayah kerja yang luas, PLN Rayon Oesao memiliki 4 Sub Rayon

(SR) dan 8 Kantor Jaga (KJ), yaitu:

Tabel 1. UPJ dibawah naungan PT. PLN Rayon Oesao

NO NAMA UNIT PT. PLN JUMLAH

PLN Rayon Oesao sendiri memilik sistem jaringan yang luas dengan 2 penyulang dan

1 penyulang lain (P. Rayon Kupang) dan ratusan gardu, baik gardu cantol maupun

(15)

Tabel 2. Jumlah penyulang dalam pengawasan PLN Rayon oesao

PENYULANG PANJANG JARINGAN

(KMS)

OESAO 18,2

P. CAMPLONG 138,6

P. BURAEN 174,695

KJ. BAUN 53,95

Gambar 2. SLD PLN Oesao

Luasnya wilayah kerja PLN Rayon Oesao sehingga memiliki banyak

(16)

Tabel 3. Luas wilayah pelayanan Rayon Oesao

Penyulang/Unit PLN Jumlah Trafo Jumlah Daya

Oesao 19 BUAH 1.430 KVA

“Diakui sebagai Perusahaan Kelas Dunia yang Bertumbuh kembang, Unggul

dan Terpercaya dengan bertumpu pada Potensi Insani.”

2.4.Misi Perusahaan

Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait, berorientasi

pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan dan pemegang saham.

Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas

kehidupan masyarakat.

Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi.

Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.

2.5.Motto Perusahaan

(17)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1.Pengertian Sistem Proteksi Distribusi Tenaga Listrik

Sistem proteksi adalah suatu system pengaman terhadap peralatan listrik, yang di

akibatkan adanya gangguan pada system baik gangguan internal maupun gangguan

eksternal yang dapat menggangu kontinuitas dan kestabilan sistem.

Berdasarkan penyebab gangguan, gangguan pada system tenaga di bagi menjadi

dua yaitu:

 Gangguan arus lebih (over current fault)

Gangguan arus lebih terjadi akibat kenaikan arus pada saluran yang

menyebabkan kenaikan arus melebihi arus beban maksimum. Arus lebih

sendiri dibagi atas Arus beban lebih dan Arus hubung singkat.

 Gangguan tegangan lebih (over voltage fault)

Gangguan tegangan lebih umumnya terjadi akibat sambaran petir ke system,

baik secara langsung maupun tidak langsung (induksi). Sehingga

menyebabkan kenaikan tegangan pada system melampaui BIL (Basic

Insulation Level) dari peralatan system tenaga dan dapat merusak peralatan

system.

3.2.Fungsi sistem proteksi

Ada tiga fungsi sistem pengaman dalam jaringan distribusi yaitu :

3.2.1. Mencegah atau membatasi kerusakan pada jaringan beserta peralatannya dari

(18)

3.2.Menjaga keselamatan umum dari akibat gangguan listrik

3.2.2. Meningkatkan kelangsungan pelayanan tenaga listrik kepada konsumen

Sistem pengaman yang baik harus mampu :

Melakukan koordinasi dengan sistim pengaman yang lain GI

Mengamankan peralatan dari kerusakan yang lebih luas akibat gangguan

Membatasi kemungkinan terjadinya kecelakaaan

Secepatnya membebaskan pemadaman karena gangguan

Membatasi daerah pemadaman akibat gangguan

Mengurangi frekuensi pemutusan permanen karena gangguan

3.3.Persyaratan Sistem Proteksi

Peralatan proteksi dapat bekerja dengan baik apabila memenuhi 5 syarat utama

yaitu:

3.3.1. Sensitivitas (Kepekaan)

Suatu pengaman bertugas mengamankan suatu alat atau bagian tertentu dari sistem tenaga listrik termasuk dalam jangkauan pengamanannnya merupakan

daerah tugas suatu pengaman. Pengaman mendeteksi adanya gangguan yang

terjadi didaerah pengamanannya harus cukup sensitif untuk mendeteksi dengan

nilai minimum dan bila perlu mentripkan PMT atau Pelebur untuk memisahkan

bagian yang terganggu dengan bagian yang sehat.

3.3.2. Selektivitas (Ketelitian)

Selektifitas dari pengaman adalah kwalitas kecermatan dalam mengadakan

pengamanan bagian yang terbuka dari suatu sistem oleh karena terjadinya

gangguan diusahakan seminimal mungkin jika dapat tercapai maka pengamanan

(19)

3.3.3. Keandalan (Reliabilitas)

Dalam keadaan normal pengaman tidak boleh bekerja, tetapi harus pasti dapat

bekerja bila diperlukan. Pengaman tidak boleh salah bekerja, jadi susunan

alat-alat pengaman harus dapat diandalkan. Keandalan keamanan tergantung kepada

desain, pengerjaan dan perawatannya

3.3.4. Kecepatan (Speed)

Makin cepat pengaman bekerja tidak hanya dapat memperkecil kerusakan

tetapi juga dapat memperkecil kemungkinan meluasnya akibat-akibat yang

ditimbulkan oleh gangguan.

3.4.Pengaman Arus lebih

3.4.1. Fuse Cut Out

a. Pengertian Fuse Cut Out ( F C O )

Fuse Cut Out merupakan sebuah alat pemutus rangkaian listrik yang berbeban

pada jaringan distribusi yang bekerja dengan cara meleburkan bagian dari

komponennya (fuse link) yang telah dirancang khusus dan disesuaikan ukurannya

untuk itu. Perlengkapan fuse ini terdiri dari sebuah rumah fuse (fuse support),

pemegang fuse (fuse holder) dan fuse link sebagai pisau pemisahnya dan dapat

diindetifikasi dengan hal-hal seperti berikut

 Tegangan Isolasi Dasar ( TID ) pada tingkat distribusi

 Utamanya digunakan untuk penyulang (feeders) TM dan proteksi trafo

 Konstruksi mekanis didasarkan pemasangan pada tiang atau pada

crossarm

 Dihubungkan ke sistim distribusi dengan batas-batas tegangan

operasinya

(20)

Jenis-jenis fuse untuk tegangan tinggi dapat dilihat pada gambar 1 dibawah ini

Pada gambar ini diperlihatkan fuse yang dirancang untuk penggunaan pada

tegangan tinggi dapat dibedakan dalam 2 ( dua ) macam yaitu Cutout Distribusi

(Distribution Cutouts), dilapangan sering disebut: Fuse Cut Out disingkat FCO

dan Fuse TM (Power Fuse ) yang sering disebut MV Fuse atau Fuse pembatas

arus. Dilapangan keperluan dan cara pemasangan kedua jenis fuse ini berbeda.

Fuse cut out banyak dipergunakan pada saluran saluran percabangan dengan

konstruksi saluran udara terbuka sedangkan MV fuse banyak dipergunakan pada

panel panel cubicle dengan saluran kabel atau campuran.

High Voltage Fuses

(21)

Fuse cutout distribusi diklasifikasi dalam 2 macam fuse yaitu : Fuse letupan

(Expulsion Fuse) dan Fuse Liquid (Liquid Filled Fuse) Namun pada

kenyataannya dilapangan fuse cutout letupan (expulsion) lebih banyak dipakai

untuk jaringan distribusi dibanding dengan power fuse, istilah letupan (expulsi)

merupakan suatu tanda yang dipergunakan fuse sebagai tanda adanya busur

listrik yang melintas didalam tabung fuse yang kemudian dipadamkannya.

Peristiwa yang terjadi pada bagian dalam tabung fuse ini adalah peristiwa

penguraian panas secara partial akibat busur dan timbulnya gas yang di

deionisasi pada celah busurnya sehingga busur api segera menjadi padam pada

saat arus menjadi nol. Tekanan gas yang timbul pada tabung akibat naiknya

temperatur dan pembentukan gas menimbulkan terjadinya pusaran gas didalam

tabung dan ini membantu deionisasi lintasan busur api. Tekanan yang semakin

besar pada tabung membantu proses pembukaan rangkaian, setelah busur api

padam partikel-partikel yang dionisasi akan tertekan keluar dari ujung tabung

yang terbuka.

Klasifikasi fuse cut out yang kedua adalah fuse cut out liquid, fuse jenis ini

tidak dikenal di wilayah PT PLN . Namun menurut referensi Fuse Cut Out

semacam ini dapat digunakan untuk jaringan distribusi dengan saluran kabel

udara .

Fuse Cut-Out Letupan Bertabung Fiber

Ada 2 jenis fuse letupan (expulsion) yang diklasifikasi sebagai Fuse

Cut-Out (FCO) distribusi yaitu:

 Fuse cutout bertabung fiber (Fibre tube fuse)

 Fuse link terbuka (Open link fuse)

(22)

tabung yang terbuat dari bahan serat selulosa. Fuse ini dapat dipergunakan baik untuk

Fuse Cut-Out terbuka (open fuse cut-out) atau Fuse Cut-Out tertutup (enclosed fuse

cutout), fuse cut-out terbuka dapat dilihat pada gambar 2. Pada gambar ini terlihat

fuse bertabung fiber dipasang diantara 2 (dua) isolator dan jaringan listrik

dihubungkan pada kedua ujung fuse holdernya pada fuse cutout tertutup, tabung fuse

terpasang disebelah dalam pintu fuse cutout dan seluruh kontak listriknya

terpasangkan pada rumah fuse yang terbuat dari porselain seperti terlihat pada

gambar(3)

Kedua Fuse Cut out ini dapat dipergunakan pada jaringan-jaringan dengan sistim

delta atau jaringan dengan sistim bintang tanpa pentanahan demikian juga pada

jaringan - jaringan yang menggunakan sistim netral ditanahkan apabila tegangan

pemutusan fuse cutout secara individual tidak melebihi tegangan maksimum pengenal

rancangan dan tahanan isolasi ketanah sesuai dengan kebutuhan operasinya

(23)

Fuse Cut-Out Link Terbuka (Open Link)

Fuse cutout link terbuka terdiri dari sebuah fuse link yang tertutup

didalam sebuah tabung fiber yang relatif kecil dengan dilengkapi kabel

penghubung tambahan pada fuse link-nya untuk memperpanjang kedua ujung

tabungnya.terlihat pada gambar 3.4

Gambar 6. Fuse Cut out tipe Open Link

Kabel penghubung tambahan ini kemudian dihubungkan ke pegas kontak beban pada rumah fuse (fuse support) untuk kerja secara mekanik. Kerja

pegas ini dimaksudkan untuk menjamin pemisahan agar kedua ujung dari fuse

terbuka pada saat fuse bekerja dan ini dipakai karena kemampuan pemutusan

pada tabung fiber yang kecil relatif terbatas. Fuse cutout ini dirancang untuk

dipakai pada tegangan 17 kV, selain itu fuse ini mempunyai arus pengenal

pemutusan yang lebih rendah dari pada fuse cutout bertabung fiber

(24)

Ada sejumlah standar yang dianut fuse link, salah satu standar pengenal fuse

link yang terdahulu dikenal dengan sebutan pengenal N. Pengenal N dispesifikasi

fuse link tersebut mampu untuk disalurkan arus listrik sebesar 100 % secara

kontinue dan akan melebur pada nilai tidak lebih dari 230 % dari angka

pengenalnya dalam waktu 5 menit [1]. Pada praktek dilapangan ketentuan tersebut

kurang memuaskan penggunanya karena hanya satu titik yang dispesifikasi pada

kerakteristik arus-waktu sehingga fuse link yang dibuat oleh sejumlah pabrik

yang berbeda mempunyai keterbatasan dalam memberikan jaminan koordinasi

antar fuse link. Setelah fuse link dengan pengenal N kemudian muncul standar

industri fuse link dengen pengenal K dan pengenal T pada tahun 1951

Pengenal K untuk menyatakan fuse link dapat bekerja memutus jaringan

listrik yang berbeban dengan waktu kerja lebih “cepat” dan pengenal T untuk menyatakan fuse link bekerja memutus jaringan listrik yang berbeban dengan

waktu kerja lebih ”lambat”. Fuse link tipe T dan tipe K ini merupakan rancangan

yang universal karena fuse link ini bisa ditukar tukar (interchangeability)

kemampuan elektris dan mekanisnya yang dispesifikasi dalam standar. Fuse link

tipe K dan tipe T yang diproduksi suatu pabrik secara mekanis akan sama dengan

fuse link tipe K dan tipe T yang diproduksi pabrik lain.

Karakteristik listrik link tipe K dan fuse link tipe T sudah distandarisasi dan

sebagai titik temu nilai arus maksimum dan minimum yang diperlukan untuk

melelehkan fuse link ditetapkan pada 3 titik waktu dalam kurva karakteristik

Kondisi ini lebih menjamin koordinasi antara fuse link yang dibuat oleh beberapa

(25)

Minimum Maksimum Minimum Maksimum Minimum Maksimum

Arus leleh Arus leleh

Arus Pengenal yang disarankan / disukai

Arus leleh

Minimum Maksimum Minimum Maksimum Minimum Maksimum

8 15 18 20. 5 31 166 199 11.1 Arus Pengenal yang tidak disarankan / tidak disukai / Intermediate

Arus

Tabel 4. Arus Leleh Fuse Link Tipe K Arus pengenal (rating) Fuse yang disarankan / disukai

(26)

Tiga titik operasi fuse link untuk tipe K dan tipe T yang distandarkan dalam

karakteristik arus – waktu adalah :

 300 detik untuk fuse link 100 amper dan dibawahnya , 600 detik

untuk fuse link 140 amper dan 200 amper

 10 detik

Minimum Maksimum Minimum Maksimum Minimum Maksimum

8 15 18 18 27 97 116 6. 5

Arus Pengenal yang tidak disarankan / tidak disukai / Intermediate

Minimum Maksimum Minimum Maksimum Minimum Maksimum

6 12. 0 14. 4 15. 3 23 120 144 10

200 480 576 850 1275 6250 7470 13. 0

300 – 600 detik1

0,1 detik1

Arus Pengenal yang disarankan / disukai

Arus leleh Arus leleh

Rasio

Tabel 7. Arus Leleh Fuse Link Tipe T Arus pengenal (rating) Fuse yang disarankan / disukai

(27)

 0.1 detik seperti yang dirancang pada tabel 1 dan tabel 2. untuk fuse

link tipe K dan tabel tabel 3 dan tabel 4 untuk fuse link tipe T

Karakteristik arus – waktu lebur minimum fuse link tipe K dan T yang dibuat semestinya tidak kurang dari nilai-nilai minimum yang ditampilkan dan

karakteristik lebur minimum fuse link ini ditambah dengan toleransi dari

pabrikan seharusnya tidak lebih besar dari nilai maksimum seperti pada tabel 1

dan tabel 2. untuk fuse link tipe K dan tabel 3 dan tabel 4 untuk fuse link tipe T

Untuk memperoleh kerja yang selektif dapat dipergunakan sederetan fuse link

dengan nilai arus pengenal yang disarankan (prefered continues rating) : 6 - 10 – 15 – 25 – 40 – 65 – 100 – 140 dan 200 amper, nilai arus pengenal kontinyu 8 – 12 – 20 – 30 – 50 – dan 80 amper merupakan nilai arus pengenal yang tidak disarankan (non prefered countinues rating). sebagai standar intermediate.

Nilai-nilai arus pengenal fuse ini disediakan dengan maksud agar setiap nilai arus

penganal fuse link yang disarankan dapat diproteksi oleh nilai arus pengenal fuse

link yang disarankan dengan nilai arus pengenal yang lebih besar dan setiap nilai

arus pengenal fuse link yang tidak disarankan akan diproteksi oleh nilai arus

pengenal fuse link yang tidak di sarankan dengan nilai arus pengenal yang lebih

besar dalam beberapa kasus kerja selektif dapat juga diperoleh antara fuse link

yang disarankan dengan fuse link yang tidak disarankan.

Nilai arus pengenal fuse link di bawah 6 amper : 1, 2 dan 3 sudah distandarisasi,

nilai-nilai arus pengenal yang rendah ini tidak dimaksudkan untuk berkordinasi

satu dengan yang lain namun koordinasi lebih baik dengan nilai arus pengenal 6

ampere atau diatasnya. Karakteristik kerja fuse link fuse cutout type K , T dan H

masing masing dapat dilihat pada gambar 5 , gambar 6 dan pada gambar 7

(28)

Gambar 7. Kurva Karakteristik Arus –Waktu Fuse link tipe K (kerja cepat)

Kurva Leleh Minimum

Kurva Leleh Maksimu

(29)

Gambar 8. Fuse link tipe T (kerja lebih lambat)

Kurva Leleh Minimum

Kurva Leleh Maksimu

(30)
(31)

Dari kedua Karakteristik kerja fuse ini masing-masing memiliki

a. Kurva waktu leleh minimum ( minimum melting time )

Yaitu kurva yang menunjukkan waktu yang dibutuhkan mulai dari saat

terjadinya arus lebih sampai dengan mulai meleburnya pelebur untuk

harga arus tertentu.

b. Waktu busur

Waktu antara saat timbulnya busur permulaam sampai saat pemadaman

c. Kurva waktu pembebasan maksimum ( maximum clearing time )

Yaitu kurva yang menunjukkan waktu yang dibutuhkan dari saat

terjadinya arus lebih sampai dengan padamnya bunga api untuk harga arus

tertentu

d. Ketersediaan Tipe Dan Angka Pengenal Fuse Link

Seiring dengan perubahan teknologi dan kebutuhan dalam peningkatan mutu

pelayanan tenaga listrik. beragam tipe dan angka pengenal fuse cutout letupan

(expulsion) yang diproduksi dan dijual dipasaran pada masa kini. Salah satu

perusahaan pembuat fuse link menyediakan beberapa tipe yang diantaranya

adalah tipe K, T, H, N, D, S untuk sistim distribusi dengan tegangan sampai 27

kV dan tipe EK, ET dan EH untuk sistem distribusi dengan tegangan sampai 38

(32)

e. Standar PLN : SPLN 64 1985

Untuk keperluan peningkatan efisiensi dan tingkat keandalan pelayanan

sistem di PT PLN (Persero), jenis, tipe dan karakteristik perlu dipilih Fuse Cut

out yang sesuai dengan sistem dan kondisi yang ada di lingkungan PT. PLN (Persero) sebagai perusahaan yang mengelola distribusi tenaga listrik. Untuk

keperluan ini PLN merumuskan kebijaksanaanya dalam standar PLN : SPLN 64 :

1985 mengenai Petunjuk dan Penggunaan Pelebur Pada Sistem Tegangan

Menengahdengan spesifikasinya adalah sebagai berikut:

Arus kontinyu yang di

ijinkan Jenis waktu

Arus Pengenal ( % Pengenal ) kerja

( A )

(33)

Ketentuan Umum

1. Frekwensi kerja : 50 Hz

2. Tegangan pengenal : 20 kV, 24 kV untuk sistim 20 KV 3 fasa dengan

netral ditanahkan

3. Tingkat isolasi pengenal :

 Tegangan ketahanan impulse : polaritas positif dan negatif

 Antara kutub - tanah dan kutub – kutub ( TID ) 125 kV

(puncak)

 Antara jarak isolasi dari rumah fuse 60 kV ( efektif )

 Tegangan ketahanan sistim 50 Hz ( kering/ basah selama 1 menit )

 Antara kutub - tanah dan kutub – kutub ( TID ) 50 kV

 Arus pengenal dalam amper dan arus pemutusan dalam kilo amper

: fuse link

Arus pengenal dan arus pemutusan pengenal fuse link dipilih dari seri R10

Bagi jenis pembatas arus dalam keadaan khusus bila diperlukan tambahan boleh

diambil dari seri R 20

Seri R 10 : 1 - 1,25 – 1,6 – 2 – 2,5 – 3,15 – 4 – 6,3 – 8 dan kelipatan 10 nya

(34)

Fuse link dan rumah fuse (fuse support) harus dapat dilewati arus

pengenalnya secara terus menerus tanpa melewati batas kenaikan

suhunya seperti tertera pada tabel 4

2. Untuk pasangan luar tekanan angin tidak melebihi 700 N / m 2

3. Udara sekitar tidak tercemar oleh debu, asap, gas korosif, gas mudah

terbakar uap atau garam

4. Ketinggian dari permukaan laut tidak melebihi 1000 m

Spesifikasi Fuse Cutout Jenis Letupan ( Expulsion Fuse )

5. Macam macam angka pengenal

a. Pengenal fuse

 Tegangan pengenal : 24 KV

 Arus pengenal fuse dalam amper

Seri R 10. ( A ) :

1 - 1,25 – 1,6 – 2 – 2,5 – 3,15 – 4 – 6,3 – 8 dan kelipatan 10 nya

Seri R 20. ( A ) :

1 – 1,12 – 1,25 – 1,4 – 1,6 – 1,8 – 2 – 2,24 – 2,5 – 2,8 – 3.15 – 3,55 – 4 – 4,5 – 5 – 5,6 – 6,3 – 7,1- 8 – 9 dan kelipatan 10 nya

 Kemampuan pemutusan pengenal dalam kilo ampere

Seri R 10. ( kA ) :

1 - 1,25 – 1,6 – 2 – 2,5 – 3,15 – 4 – 6,3 – 8 dan kelipatan 10 nya

(35)

1 – 1,12 – 1,25 – 1,4 – 1,6 – 1,8 – 2 – 2,24 – 2,5 – 2,8 – 3.15 – 3,55 – 4 – 4,5 – 5 – 5,6 – 6,3 – 7,1- 8 – 9 dan kelipatan 10 nya

 Frequensi pengenal : 50 Hz

b. Pengenal rumah fuse ( Fuse Support )

 Tegangan pengenal : 24 KV

 Arus maksimum pengenal : Nilai-nilai standar dari arus pengenal

rumah fuse adalah : 50 A, 100 A, 200A, 400A.

 Tingkat isolasi pengenal

1. Tegangan Ketahanan Impulse : Polaritas positif dan negatif

 Antara kutub - tanah dan kutub – kutub ( TID ) 125 kV (puncak)

 Antara jarak isolasi dari rumah fuse 145 kV ( puncak )

2. Tegangan Ketahanan sitim 50 Hz ( kering / basah selama 1 menit )

 Antara kutub - tanah dan kutub – kutub ( TID ) 50 kV (puncak)

 Antara jarak isolasi dari rumah pelebur 60 kV ( efektif )

c. Pengenal pemikul batang pelebur ( fuse holder )

 Tegangan pengenal : 24 KV

 Arus maksimum

(36)

Seri R 20. ( A ) : 1 – 1,12 – 1,25 – 1,4 – 1,6 – 1,8 – 2 – 2,24 – 2,5 – 2,8 – 3.15 – 3,55 – 4 – 4,5 – 5 – 5,6 – 6,3 – 7,1- 8 – 9 dan kelipatan 10 nya

 Kemampuan pemutusan pengenal dalam KA

Seri R 10. ( kA ) : 1 - 1,25 – 1,6 – 2 – 2,5 – 3,15 – 4 – 6,3 – 8 dan

dilewati arus pengenalnya secara terus menerus tanpa melewati batas

kenaikan suhunya seperti tertera pada tabel Batas Suhu dan Kenaikan

(37)

 Kelas pelebur jenis letupan dibagi dalam dua kelas yaitu :

1. Fuse letupan (expulsion ) kelas 1 dipergunakan untuk

proteksi sekelompok trafo berkapasitas besar

2. Fuse letupan (eexpulsion ) kelas 2 dipergunakan untuk

proteksi trafo-trafo kecil untuk proteksi kapasitor atau untuk

keperluan seksionalisasi jaringan distribusi tegangan

menengah dengan saluran udara

f. Karakteristik waktu–arus fuse link

Pabrik harus menyediakan kurva-kurva yang diperoleh dari pengujian jenis

karakteristik waktu sesuai yang ditentukan pada publikasi IEC 282-2 1974 .

g. Konstruksi

 Pelebur yang dipilih pada umumnya tipe buka-jatuh (drop out)

dimana tabung, fuse holder dan fuse linknya akan jatuh dan

menggantung bila fuse linknya telah bekerja (putus)

 Pembukaan tanpa pemadaman dapat dilakukan dengan tambahan

alat kerja kerja keadaan bertegangan (hot stick) yang dilengkapi

dengan alat pemadam busur atau dengan dengan lengan pemutus

pelebur.

f. Pemasangan FCO

FCO pada jaringan distribusi tegangan menengah biasanya dipergunakan

pada saluran saluran percabangan untuk mengamankan saluran percabngan dari

adanya gangguan hubung singkat dan untuk mengamankan sistim dari gangguan

hubung singkat pada trafo distribusi. Konstruksi Pemasangan dari Fuse Cut Out

(38)

A.

Porcelain insulator with higher

Creepage distance and greater

insulation properties.

G. Crank shaft support / lower

housing in Brass.

B. Upper eye bolt connector in Tin

plated brass. H. Trigger in stainless steel.

C. Upper contact - silver plated ETP

Copper. I.

Stainless steel spring provides

toggle action for fuse link

J. Lower eye bolt connector in Tin

plated Brass.

E.

Fuse tube holder coated with UV

resistant paint, impervious to water

& constructed in Epoxy resin with

special arc quenching liner.

K. Crank shaft.

F. Lower contact in ETP grade copper

(39)

Gambar 10. bagian bagian dari konstruksi FCO

(40)
(41)

g. Cara Pemilihan Arus Pengenal (Rating) Fuse Link FCO

a. Pemilihan Arus Pengenal Fuse link FCO untuk Proteksi

Percabangan

Pemilihan arus pengenal (Rating) fuse link Cut Out (FCO) untuk saluran

cabang sangat penting untuk dilakukan dengan sebaik baiknya dalam rangka

koordinasi sistem untuk memperoleh penampilan sistem yang optimal dengan

harapan target perusahaan dalam pencapaian kepuasan pelanggan dan

peningkatan penjualan KWh dengan mengecilkan tingkat SAIDI dan SAIFI di

harapkan dapat terpenuhi.

Salah satu metode pemutusan arus hubung singkat permanen (persistant) yang

efektif adalah dengan memasang fuse pada tiap tiap percabangan atau anak

cabangnya (sub branch).

Kesalahan dalam menentukan pilihan rating fuse link tentu akan memupus Gambar 13. Load Buster alat untuk membuka Fuse

(42)

oleh karena sering terjadi gangguan di saluran-saluran cabang atau terutama

saluran-saluran anak cabang perlu dipertimbangkan untuk penempatan FCO yang

sesuai dengan kebutuhan.

Salah satu yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan arus pengenal FCO

untuk proteksi saluran cabang atau saluran anak cabang adalah besarnya nilai

arus beban maksimum yang akan atau dapat mengalir pada saluran cabang atau

anak cabang yang dimaksud.

Sesuai dengan Standard kemampuan dari fuse link Cut out (FCO) yang

diproduksi oleh sejumlah pabrik yang telah dikemukakan di fuse cut out dan

pada pemilihan arus pengenal fuse link FCO. Untuk menentukan arus pengenal

(rating) fuse link yang dipilih dapat dilakukan sebagai berikut :

1. Pilih fuse link Cut Out ( FCO ) yang sesuai dengan standar dalam hal

ini PLN dalam SPLN 64 :1985 menentukan pilihan type K T dan H.

2. Bagilah Arus beban maksimum yang sudah ditentukan dengan

kemampuan arus kontinue fuse link.

3. Koordinasi yang sebaik baiknya dengan alat proteksi yang lain (PMT,

PBO dan Fuse Cut out ) baik yang berada di sisi sebelah hulu (sumber)

dan sebelah hilirnya (beban).

4. Perhatikan Batas ketahanan penghantar terhadap arus hubung singkat.

5. Perhatikan pula kemampuan pemutusan dari Fuse Cut Out khususnya

bagi FCO yang terpasang dekat dengan sumber tenaga.

Dengan demikian fuse link cutout yang dipilih selain harus tahan terhadap

arus beban, juga harus bisa dikoordinasikan dengan alat proteksi yang lain dan

(43)

terjadi dan dapat melindungi penghantar yang diamankan dari kerusakan akibat

arus lebih.

Pemilihan rating arus fuse link yang benar adalah tidak akan lebur atau

terjadi kerusakan oleh gangguan sesaat (no-persistant) yang terjadi disebelah

hilirnya karena recloser yang akan membuka rangkaian dengan operasi

instantaneous tanpa memutuskan fuse link. Pada saat gangguan tetap fuse link

pertama pada sebelah sumber dari gangguan akan melebur dan membuka

rangkaian setelah operasi recloser.

h. Koordinasi Proteksi Antar Fuse Cut-0ut

Penggunaan fuse link yang benar membutuhkan sejumlah informasi tentang

karakteristik sistim dan karakteristik peralatan yang akan diproteksi seperti yang

telah dituliskan mengenai dasar pemilihan fuse link dengan definisi : Bila dua

atau lebih fuse link atau alat proteksi lain digunakan pada suatu sistim alat

proteksi yang paling dekat dengan titik gangguan dari arah sumber disebut

peralatan pemproteksi dan yang paling dekat selanjutnya disebut : backup atau

diproteksi seperti digambarkan pada gambar 12 dibawah ini

Gardu Induk (Back up)Protected

Fuse Link Protecting

Fuse Link

Protecting Fuse Link

(44)

Salah satu aturan yang sangat penting dalam aturan penggunaan fuse link

adalah: Clearing time maksimum dari fuse link pemroteksi tidak lebih dari 75 %

waktu leleh minimum dari fuse link diproteksi.

Prinsip ini untuk menjamin Fuse link pemroteksi akan memutuskan dan

menghilangkan gangguan sebelum fuse link diproteksi rusak. Aturan lain yang

harus dipegang adalah arus beban pada suatu titik pemakaian semestinya tidak

lebih besar dari kapasitas arus kontinyu yang dimiliki fuse link nya. Apabila arus

melebihi kapasitasnya maka semestinya fuse link akan mengalami pemanasan

lebih, membuat pemutusan dan rangkaian menjadi terpisah dari sistem. Kapasitas

arus kontinue fuse link rata–rata adalah 150 % dari arus pengenalnya untuk fuse link type K dan type T dengan elemen pelebur dari timah dan 100% untuk fuse

link tipe H, N dan type K perak seperti terlihat pada tabel 5 pada SPLN 64 : 85

Kemampuan hantararus terus menerus pelebur ( FCO ) jenis letupan ( expulsion)

tipe T (lambat) dan tipe K (cepat) ditetapkan sebagai berikut :

a. 1.5 kali arus pengenalnya, bagi pelebur dengan arus pengenal 6.3 A

d. Pelebur ltupan tipe H sama dengan arus pengenalnya

e. Pelebur jenis Pembatas Arus ( limmiting Current) atau disebut MV

(45)

f. Kemampuan hantararus terus menerus dari pelebur harus sama atau

lebih besar dari arus beban maksimum terus menerus yang akan

melewatinya

Koordinasi operasi suatu proteksi dengan proteksi lain penting untuk

dilasanakan untuk menjaga hal yang tidak diinginkan misalnya adanya

pemutusan yang tidak di inginkan demikian juga koordinasi operasi proteksi fuse

cut out dimana prinsipnya adalah : Memberi kesempatan pada fuse pemroteksi

(protecting) pada sisi beban yang berada di depan terdekat dari titik gangguan

untuk bekerja sepenuhnya (memutus rampung) terlebih dahulu sebelum fuse

sebelah hulu (sisi sumber) yang diproteksi bertindak sebagai cadangannya mulai

bekerja.

Untuk memenuhi koordinasi hendaknya dipilih waktu leleh arus pengenal

yang memiliki kerenggangan waktu minimum 25 % antara waktu pemutusan

maksimum Fuse pemroteksi pada sisi terdekat dengan gangguan dengan waktu

leleh minimum pelebur yang diproteksi atau dengan kata lain waktu pemutusan

maksimum dari fuse pemroteksi hendaknya tidak melebihi 75 % dari minimum

fuse yang diproteksi. Untuk pelaksanaan koordinasi dapat dilakukan dengan

menggunakan tabel 6 dan tabel 7 dan 8 seperti berikut:

(46)
(47)

Tabel 11. Koordinasi Fuse link tipe H dengan tipe K dan tipe K dengan K

b. Pemilihan Arus pengenal ( Rating ) fuse FCO untuk Proteksi Trafo

Distribusi

 Dilihat dari karakteristik waktu–arusnya proteksi trafo dibatasi

dua garis kerja yaitu :

a. Garis batas ketahanan pelebur yang merupakan batas

ketahanan pelebur dimana pelebur FCO tidak boleh bekerja

pada beban lebih yang masih dan harus dapat ditahan oleh

trafo tersebut yaitu :

(48)

 Arus Beban Peralaihan ( Cold Load pick up )

 Hubung singkat JTR

 Arus Masuk Awal ( Inrush ) trafo

 Arus asutan motor

b. Garis Batas Ketahanan Trafo yang merupakan batas

ketahanan trafo dimana pelebur (FCO) harus sudah

bekerja/melebur gangguan yang dapat melebihi batas

tersebut adalah hubung singkat pada sisi primer atau

sekunder trafo

 Garis batas ketahanan pelebur bagi trafo distribusi umum

ditentukan oleh titik titik berikut :

2 x In selama 100 detik ...beban lebih

3 x In selama 10 detik ...Arus beban peralihan

6 x In selama 1 detik ... Arus beban peralihan

12 x In selama 0.1 detik ...Arus Inrush trafo

25 x In selama 0.01 detik ...Arus Inrush trafo

Bila Beban Trafo berupa motor listrik maka :

3 x In selama 100 detik ...Arus beban peralihan

6 x In selama 10 detik ...Arus beban peralihan

(49)

 Ketahanan Pelebur terhadap surja kilat

Bagi trafo trafo berdaya kecil dibawah 100 KVApemilihan pelebur

harus memperhatikan ketahanan terhadap arus surja kilat :

 minimum 74 A selama 0.01 detik untuk surja kilat 2 KA

(50)

 Garis batas ketahanan trafo ditentukan oleh kondisi sebagai

berikut :

2 x In selama 300 detik ...beban lebih, arus Hs JTR

4.75 x In selama 60 detik ... beban lebih, arus Hs JTR

6.7 x In selama 30 detik ... beban lebih, arus Hs JTR

11.3 x In selama 10 detik ...Beban lebih, arus Hs JTR

25 x In selama 2 detik ...Hubung singkat pada trafo

I2t=1.250 ...Hubung singkat pada

(51)

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1.Kondisi Jaringan

PT. PLN (Persero) Rayon Oesao sama halnya dengan unit PT. PLN lainnya memiliki

tugas untuk mengelola operasi dan pemeliharaan jaringan distribusi tenaga listrik,

mengelola transaksi energi serta mengelola niaga dan pelayanan pelanggan sesuai

dengan kewenangannya dalam rangka meningkatkan pelayanan ketenagalistrikan

secara efisien dan efektif dengan mutu dan keandalan untuk mencapai target kinerja

unit. Karena wilayah kerja yang luas, PLN Rayon Oesao memiliki 4 Sub Rayon (SR)

dan 8 Kantor Jaga (KJ).

PLN Rayon Oesao sendiri memilik sistem jaringan yang luas dengan 2 penyulang dan

1 penyulang lain (P. Rayon Kupang) dan ratusan gardu, baik gardu cantol maupun

gardu portal. Berikut adalah panjang jaringan sistem PLN Rayon Oesao.

Tabel 12. Data Penyulang

PENYULANG PANJANG JARINGAN

(KMS)

OESAO 18,2

P. CAMPLONG 138,6

P. BURAEN 174,695

(52)

Gambar 15. SLD PLN Oesao

Luasnya wilayah kerja PLN Rayon Oesao sehingga memiliki banyak gardu dan beban

sebagai berikut:

Tabel 13.Data keselurahan Gardu pada tiap feeder

Penyulang/Unit PLN Jumlah Trafo Jumlah Daya

Oesao 19 BUAH 1.430 KVA

P. Camplong 70 BUAH 5.065 KVA

P. Buraen 60 BUAH 3.014 KVA

KJ. Baun 29 BUAH 1.400 KVA

(53)

KJ. Bolou 8 BUAH 400 KVA

camlpong yang mempunyai panjang jaringan 138,6 kms. Adapun data yang diambil

adalah data masing-masing gardu dari setiap percabangan yang terdapat pada feeder

tersebut. Dapat dilihat pada tabel dibawah :

Tabel 14. Data Gardu Pada Feeder Camplong

(54)

10 KR 073 160 4,624 NAIBONAT CAMPLONG 21,54 0,996069364

(55)

36 KR 057 50 1,445 UEL CAMPLONG 55,76 0,805780347

Untuk perhitungan arus dan beban terpakai pada tabel diatas digunakan persamaan

sebagai berikut :

I = Daya Trafo

√3 × Tegangan TM

(56)

4.3.Hasil Perhitungan

Dari tabel data diatas maka dapat ditentukan atau dihitung rating fuselink untuk

masing-masing percabangan yang diproteksi menggunakan fuse cut out. Hasil

perhitungannya dapat dilihat pada tabel dibawah :

Tabel 15. Hasil Perhitungan Rating FCO yang akan digunakan.

(57)

CO NAIFALO 0,446532 0,491185 1 3

CO KABUKA 0,165607 0,182168 1 3

CO BONI 0,646821 0,711503 1 2

CO LAOS 1,185838 1,304422 2 2

CO MBR 1,917486 2,109234 3 3

CO OELKUKU 2,640029 2,904032 3 3

CO BURUNG ONTA 3,584249 3,942673 6 6

Untuk menentukan Iset nya maka digunakan persamaan sebagai berikut :

Iset = Beban total × ,

Setelah dihitung Iset nya, maka dapat ditentukan nilai atau rating fuse link yang akan

dipakai oleh Fuse cut out untuk memproteksi percabangan tersebut, seprti yang

(58)

BAB V

PENUTUP

5.1.Kesimpulan

Praktek Kerja Lapangan ( PKL ) adalah salah satu bentuk pendidikan dengan cara

memberikan pengalaman belajar kepada mahasiswa untuk hidup ditengah tengah

masyarakat (perusahaan atau instansi pemerintah atau swasta ) diluar kampus, dan

secara langsung mengidentifikasi serta menangani masalah - masalah yang dihadapi.

PKL dilaksanakan oleh perguruan tinggi dalam upaya meningkatkan isi dan bobot

pendidikan bagi mahasiswa dan untuk mendapatkan nilai tambah yang lebih besar

pada pendidikan tinggi. Dan Kerja praktek merupakan salah satu bukti adanya

interaksi antara industri dengan lembaga pendidikan yang merupakan jembatan bagi

mahasiswa khususnya, yaitu mengenal dan memahami bagaimana dunia industri itu

sebenarnya, sebelum nanti masuk ke dunia industri tersebut.

Dari hasil praktek secara langsung dan data-data yang telah diperoleh selama

melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di PT. PLN (Persero) Rayon Oesao yang

meliputi pengamatan langsung kelapangan, analisa proses kerja alat serta kegiatan

lain sebagai bagian integral dalam pelaksanaannya.

Maka didapat kesimpulan bahwa dalam menentukan rating suatu pengaman dalam

hal ini fuse link diperlukan analisa yang complete sehingga tidak terjadi kesalahan

yang meneyebabkan kegagalan pada sistem yang diproteksi. Apabila terjadi

kegagalan maka kontinuitas penyaluran tenaga listrik kebeban dapat terganggu untuk

itu perlu dilakukan koordinasi yang baik antar pengaman.

Jaringan SUTM adalah jaringan distribusi tenaga listrik 3 fasa 20 KV yang

merupakan jaringan pendistribusian tenaga listrik tegangan menengah yang keluar

(59)

Sistem pengamanan pada jaringan SUTM ini perlu dikoordinasikan dengan baik, agar

keamanan jaringan dapat terpelihara dengan baik sehingga jika terjadi gangguan

dapat dilakukan perbaikan dengan cepat. Adapun tujuan dari system pengamanan ini

ialah terpeliharanya distribusi pasokan tenaga listrik kepada pelanggan. Sedangkan

untuk penanganan pemeliharaan gangguan dan perbaikan gangguan dilakukan dengan

menggunakan radio komunikasi sebagai alat komunikasi dengan gardu induk saat

terjadi gangguan jadi tidak diketahui secara langsung pemantauan jaringannya

sehingga harus dipantau dari GI dan APJ terkait lalu dilaporkan statusnya kepada

UPJ.

5.2.Saran

 Sebaiknya PT. PLN (Persero) memperbaiki kondisi manajemennya sendiri

yang harus dimonitor, ditinjau kembali dan dikembangkan yang bertujuan

untuk memantapkan peran serta PLN dalam pembangunan ekonomi dan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia.

 Ada baiknya PT. PLN menggunakan produksi dalam negeri terutama dalam

peralatan – peralatan konstruksi listrik yang telah memenuhi Standar Listrik Indonesia (SLI), Standar Industri Indonesia (SII) dan Standar Internasional

Elektrotechnical (IEC).

 Seharusnya PLN lebih memperhatikan tingkat kontinuitas pelayanan listrik

pada konsumennya.

 Demi mempertimbangkan sisi keindahan, seharusnya PLN sudah saatnya

mengganti jaringan kabel udara dengan jaringan kabel tanah.

 Untuk kemajuan PT. PLN sebaiknya teknologi yang digunakan dinamis

(60)

DAFTAR PUSTAKA

[a] Suhardi, Dkk.2008. Teknik Distribusi Listrik Tenaga.(Jilid 1 Untuk SMK)

[b] Daman Suswanto: Distribusi Tenaga Listrik

[c] PT. PLN UDIKLAT. Proteksi Distribusi

[d] PT. PLN PUSDIKLAT. Perhitungan Setting Dan Koordinasi Proteksi Sistem

Distribusi

[e] SPLN 64: 1985. Petunjuk Pemilihan Dan Penggunaan Pelebur Pada Sistem

Gambar

Gambar 1. Struktur Organisasi PLN Rayon Oesao
Tabel 1. UPJ dibawah naungan PT. PLN Rayon Oesao
Tabel 2. Jumlah penyulang dalam pengawasan PLN Rayon oesao
Tabel 3. Luas wilayah pelayanan Rayon Oesao
+7

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, diperlukan adanya kajian yang dapat memperkirakan tingkat efektivitas kerja dari mesin-mesin yang beroperasi pada statsiun penggilingan

merupakan perangkat yang idealnya diharapkan bekerja efektif, langsung memutus jalur listrik, namun pada tulisan ini penulis mengkaji kegagalan fungsi proteksi

Laporan praktek kerja industri ini penulis tulis atas dasar semua yang telah penulis dapatkan selama mengikuti praktek kerja industri di NIKITA HOTEL BUKITTINGGI selama lebih kurang

Kalau kita bekerja maka jantung akan lebih cepat berkonstriksi sehingga darah lebih banyak dialirkan ke seluruh tubuh: Kerja jantung dapat diketahui dengan jalan memeriksa

Switch jaringan dapat digunakan sebagai penghubung komputer atau router pada satu area yang terbatas, switch juga bekerja pada lapisan data link, cara kerja switch hampir sama

LAPORAN KERJA PRAKTEK ANALISA JARINGAN UNTUK PERANCANGAN ULANG TOPOLOGI JARINGAN DAN MANAJEMEN BANDWITH DENGAN METODE SIMPLE QUEUE MENGGUNAKAN MIKROTIK DI KANTOR PELAYANAN

Untuk mencegah dan membatasi kerusakan pada jaringan distribusi listrik beserta peralatan yang dicatu, diperlukan suatu sistem perlindungan proteksi.Alat pengaman dalam sistem

LAPORAN KERJA PRAKTEK UNIT LAYANAN PUSAT LISTRIK TENAGA DIESEL BAGAN BESAR UNIT KERJA PLTD BENGKALIS PERAWATAN MESIN DIESEL CATERPILAR TYPE 3512B HABIBUR RAHMAN 2204181186