• Tidak ada hasil yang ditemukan

SAIFULLAH YUSUF Sang Penghibur yang Terus Mengalir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SAIFULLAH YUSUF Sang Penghibur yang Terus Mengalir"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

SAIFULLAH YUSUF

Sang Penghibur yang Terus Mengalir

“Saya kira kita tidak bisa meninggalkan…kesalehan sosial”, begitulah Saifullah Yusuf atau lebih akrab disapa Gus Ipul menggambarkan kegemarannya untuk bersosialisasi. Gus Ipul adalah seorang penghibur sejati.

Penghibur sejati selalu menyapa audiensnya terlebih dahulu, begitulah Gus Ipul dalam kesehariannya. Sebagai sosok yang lugas dan terbuka, Gus Ipul merasakan kenyamanan ketika berada di tengah-tengah lingkungan sosialnya. Sebagaimana layaknya seorang penghibur, ia nyaman berpindah dari satu panggung ke panggung lain dan membuat hati orang lain merasa senang.

Pria kelahiran Pasuruan 44 tahun silam ini sebenarnya memiliki cita-cita yang sederhana, yaitu menjadi seorang guru Madrasah Ibtidaiyah, sebagaimana ayahnya yang juga seorang guru. Jika akhirnya ia harus berubah cita-cita, hal itu karena sang paman, KH. Abdurrahman Wahid—atau yang akrab dipanggil Gus Dur—turut berperan didalamnya. Selepas SMA, sang paman mengajak Gus Ipul untuk hijrah ke Jakarta. Ia semula menolak ajakan tersebut, namun berkat nasehat dari sang ayah, hatinya menjadi luluh dan mencoba membuka cakrawala baru di Jakarta.

Ibukota memiliki magnet tersendiri untuk menarik mereka yang berhasrat dengan tantangan perubahan, tak terkecuali Gus Ipul. Gegap gempita panggung politik nasional membuat dirinya tergoda untuk ikut “mencicipi”. Sebagai sosok sang penghibur yang selalu bermain dari satu panggung ke panggung yang lain, begitulah gambaran keaktifan Gus Ipul. Ia bergulir dari satu organisasi ke organisasi lain, menekuni pekerjaan sebagai wartawan, pengusaha percetakan, anggota DPR, hingga Menteri.

Bagi Gus Ipul, mencari pengalaman-pengalaman baru adalah suatu tantangan tersendiri. Pilihan profesinya sebagai profesi wartawan, misalnya, didorong oleh keinginan terhadap pekerjaan yang berhubungan dengan orang banyak serta menjanjikan pengalaman dan tantangan baru. Sosok yang satu ini

(2)

merasa mendapatkan energi ketika berada di tengah-tengah orang-orang berpotensi pada setiap organisasi tempatnya bernaung.

Kegemarannya mencari pengalaman-pengalaman baru, benar-benar membuat hidupnya berwarna, meskipun di sisi lain, karena keasyikannya di organisasi ia harus membayar dengan molornya waktu kuliah. Terkadang pula pengalaman itu juga bersinggungan dengan bahaya. Hal ini dialaminya ketika ia harus berurusan dengan polisi karena mencetak buku yang dinilai berbau subversif oleh pemerintah orde baru. Menanggapi hal ini, Gus Ipul hanya berseloroh, “wong saya cuman nyetak saja kok, isinya ya mana saya tau…”.

Pengalaman sebagai wartawan tidak hanya mendatangkan sesuatu yang kurang mengenakkan. Sebab, pekerjaannya sebagai wartawanlah yang justru mempertemukan dirinya dengan Ummu Fatma, gadis Jombang yang di kemudian hari menjadi istrinya. Tidak hanya itu, profesinya sebagai wartawan pula yang membawanya dekat dengan tokoh-tokoh nasional dan pada akhirnya menyeretnya ke dalam pentas panggung politik nasional.

Gus Ipul merasakan betul manfaat dari ‘keliaran’-nya dalam mencari pengalaman dan tantangan baru. Hal ini sejalan dengan filosofi hidup Glundung Semprong yang dia pegang, yakni hidup yang mengalir begitu saja seperti air. “Saya ini ingin hidup seperti air mengalir aja ya jadi nggak terlalu ini lah, saya nikmati aja saya ingin menikmati perjalan hidup saya meskipun ada kenyataan yang kadang pahit…ya kita jalani” demikian ia mengungkapkan.

“Bekerja itu ya melakukannya”

Pada setiap penyusunan program, Gus Ipul akan mempertimbangkan nilai-nilai diyakininya, dan—sebagai seorang penghibur—semua pekerjaan yang dilakukan, diupayakan untuk menyenangkan banyak orang. Baginya “hidup akan bermakna ketika bisa berbuat untuk orang lain, berbuat lebih untuk orang lain, orang yang baik adalah orang yang bermanfaat untuk orang lain”.

Ketika program sudah tersusun sesuai dengan nilai-nilai yang diyakininya, maka Gus Ipul akan memiliki komitmen yang tinggi dalam setiap

(3)

Pembangunan Daerah Tertinggal. Saat itu ia tercatat sebagai Menteri yang paling banyak mengunjungi daerah pelosok dalam waktu singkat, yaitu 140 daerah tertinggal dalam kurun waktu 2,5 tahun—catatan ini masuk dalam rekor MURI. Inilah wujud komitmen yang ia berikan, sesuai dengan motto yang ia pegang bahwa bekerja adalah dengan melakukannya.

Gus Ipul memiliki cara tersendiri dalam mengajak para kepala daerah untuk turut membangun daerah tertinggal. Hal ini nampak ketika ia harus merencanakan pembangkit listrik di daerah tertinggal dengan infrastruktur yang tidak memadai namun memiliki potensi yang cukup besar. Sebagai seorang penghibur, ia memiliki kemahiran untuk membuat orang memperhatikan dirinya. Kemahirannya inilah yang membuatnya mampu menggerakkan hati kepala daerah untuk ikut serta membangun daerahnya.

Pada saat meresmikan pembangkit listrik yang akhirnya selesai dibuat, ia mendatangkan penyanyi Anang dan Krisdayanti. Acara tersebut disiarkan di salah satu TV swasta, sehingga banyak sorot mata yang akhirnya tertuju pada daerah tersebut. Dengan demikian, mau tidak mau sang kepala daerah harus membenahi infrastruktur yang ada.

“Kesalehan Sosial untuk sebuah rekonsiliasi”

Sebagai seorang penghibur, ia selalu dituntut untuk dapat menguasai panggung, siapapun audiensnya, termasuk membuka dan membawakan acaranya hingga usai. Hal ini tentunya menuntut kemampuan komunikasi yang tinggi. Kemampuan semacam ini cukup menonjol pada dirinya dan menjadi ciri khas dari sosok Gus Ipul. Ia tidak canggung untuk membuka pembicaraan dengan setiap lawan bicara. Kecenderungannya untuk terbuka pada siapapun, membuat dirinya merasa memiliki banyak teman.

Pertemanan baginya tidak akan lekang oleh waktu. Kejadian-kejadian menyenangkan bersama teman-teman—seperti ketika membuat “kebun raya kecil-kecilan” semasa SD di Purwosari—masih diingat betul olehnya. Kehadiran seorang teman bagi sosok Gus Ipul sangat berarti. Berada di tengah-tengah para

(4)

teman sejawat serasa memberikan energi tambahan baginya untuk bertindak atau melakukan sesuatu.

Pada sisi lain, Gus Ipul adalah sosok pribadi yang mudah sekali jenuh. Rutinitas baginya ibarat sebuah pentas yang sudah terlalu sering dia mainkan. Guna mengatasi kejenuhan semacam itu, ia terkadang membutuhkan teman-teman dekatnya untuk sekedar bersenda gurau atau berolah raga mencari kesegaran. Dengan demikian ia serasa mendapatkan energi tambahan.

Kemahiran Gus Ipul dalam membangun relasi, kelihaian melihat celah situasi serta gaya komunikasi yang konkrit, membuat dirinya dikenal sebagai pelobi ulung—meskipun ia sendiri lebih senang disebut sebagai “kurir”. Baginya, kegemaran membangun relasi dan kesediaan menjadi “kurir” adalah bagian dari usahanya untuk menyenangkan orang lain. Ia menyebutnya sebagai sebentuk “kesalehan sosial”, yang itu semua ia lakukan dengan semangat untuk rekonsiliasi.

Perpaduan yang komplementer antara “kesalehan sosial” dan kemampuan komunikasi, membuatnya merasa nyaman untuk berbincang dengan orang lain. Membuka pembicaraan dengan orang lain, baginya merupakan panggung untuk menghibur lawan bicaranya, dengan demikian sorot mata akan tertuju padanya.

Pemilihan bahasa dalam setiap perbincangan yang dilakukan Gus Ipul, sangat memperhatikan kesan batin yang ditangkap lawan bicaranya. Hal ini nampak dari guyonan-guyonan segar yang dilontarkannya dalam berbagai kesempatan. Salah satu contoh adalah ketika ia harus menyampaikan pidato perpisahan sebagai menteri PPDT dengan meniru gaya pelawak Thukul untuk membuat para hadirin tertawa. Pribadi yang satu ini memang gemar sekali menciptakan suasana-suasana yang menyenangkan, tidak hanya untuk menyenangkan dirinya sendiri, tetapi juga untuk orang lain.

(5)

“Pilihannya adalah pulang ke rumah”

Konflik batin yang dihadapi oleh Gus Ipul dialaminya ketika mengambil keputusan untuk mundur dari PDIP dan hijrah ke PKB. Kondisi saat itu adalah kondisi tersulit yang dihadapinya selama berkiprah di dunia politik. Pada satu sisi, keterlibatannya di PDIP sudah sangat mendalam kala itu, dan Megawati-pun telah menganggapnya sebagai kader yang memiliki potensi besar. Pada sisi lain, ia memilki tanggung jawab untuk membesarkan PKB karena ia ikut membidani kelahiran partai tersebut. Keputusan untuk mundur dari PDIP merupakan keputusan yang sulit baginya. “Gus Dur adalah paman saya, sedangkan saya di PDIP. Itu rasanya satu hari seperti 20 tahun”, demikian ia mengungkapkan.

Sebagai seorang penghibur, ia ingin selalu dapat menghibur orang lain, karena menyenangkan orang lain merupakan kepuasan tersendiri baginya. Setiap pengambilan keputusan selalu didasarkannya pada pertimbangan tersebut, meski harus dihadapkan pada pilihan-pilihan yang sulit. Oleh karenanya, keputusan untuk lebih memilih PKB dan mundur dari PDIP ia ibaratkan sebagai pulang ke rumah orang tua tanpa harus menyinggung perasaan orang tua asuh yang ikut membesarkannya.

Jalan yang ia tempuh pada akhirnya adalah dengan menyatakan secara terbuka tentang alasan pengunduran dirinya kepada jajaran DPP PDIP dan mengajukan surat resmi. “Saya datang tampak muka, pulang tampak punggung”, demikian ia memberikan alasan. Hal ini menggambarkan karakteristik Gus Ipul yang cenderung tidak ingin mencari masalah atau menjauh dari konflik ketika berada di tengah-tengah kelompok. Jika harus menghadapi sebuah permasalahan, baik perbedaan pendapat maupun konflik, maka keputusan yang diambilnya sebisa mungkin tidak menyakiti pihak lain.

“Semua memang harus senang”

Gus Ipul dalam kehidupan keluarganya merupakan sosok orang tua yang cenderung membebaskan anak-anaknya dalam menentukan pilihan, termasuk dalam hal karir. Ia berpendapat keempat anaknya tidak perlu mengikuti jejak sang ayah yang menjadi politikus. “saya membebaskan mereka dalam memilih

(6)

kehidupan. Mau jadi dokter, olahragawan atau seniman, semuanya saya serahkan kepada mereka. Saya tidak pernah memaksa mereka. Buat saya yang penting dasar agamanya kuat”. Gus Ipul menyadari betul keterbatasan waktu yang dimilikinya bersama anak-anak. Oleh karenanya, ia lebih mempercayakan pengasuhan anak kepada istrinya. Meski demikian bukan berarti ia sama sekali tidak memperhatikan mereka. Ketika ada waktu luang, walaupun sedikit, ia menyempatkan diri untuk jalan-jalan bersama keluarga, kemanapun tujuannya.

Pada konteks hubungan dengan anak buah dalam lingkungan kerja, Gus Ipul memiliki perhatian dan pertimbangan menyangkut kondisi internal mereka, artinya ia tidak ingin terlalu membebani anak buahnya. Sosok seperti Gus Ipul lebih menginginkan lingkungan kerja yang menyenangkan dan membuat nyaman orang-orang yang terlibat didalamnya. Dengan kata lain, ia turut berperanan dalam menciptakan suasana kerja yang menyenangkan, disamping ia sendiri memang kurang suka dengan hal-hal yang berbau rutinitas.

Hal ini tercermin ketika ia masih menjabat sebagai menteri dan harus dikawal oleh ajudan. Menurutnya, kehadiran ajudan hanya diperlukan pada saat jam kerja saja, selebihnya ia akan membebastugaskan ajudannya, “Saat menyandang jabatan Menteri pun, saya jarang memakai pengawal. Kalau sudah jadwal pulang kerja, pengawal saya suruh pulang. Setiap malam biasanya saya main bulutangkis di GP Ansor. Setelah sampai di Ansor, ajudan saya suruh pulang” ujarnya.

Bagi seorang penghibur, siapapun yang ada dihadapannya adalah audiensnya, yang berhak untuk dihibur, tanpa memandang siapapun ia dan darimana asalnya. Hal inilah yang membuat berbagai pihak menyadari bahwa kehadiran Gus Ipul di tengah-tengah mereka adalah sebagai “Sang Penghibur” sejati.

Referensi

Dokumen terkait

 Sel mikroba secara kontinyu berpropagasi menggunakan media segar yang masuk, dan pada saat yang bersamaan produk, produk samping metabolisme dan sel dikeluarkan dari

MAKMAL NO. AMALI PENYELARAS/ PENGAJAR BIL. KOD PROGRAM/ MAJOR/ KLASIFIKASI/ KUOTA BIL.. FAKULTI SAINS Fakulti JABATAN KIMIA Jabatan : : KOD KURSUS/ KREDIT.. NAMA KURSUS

pang nuageurkeun ku gamparan seug nyaur Syarif Hidayat lamun kami enggeus tepang jeung kangjeng Nabi Muhammad. Memeh cageur eta diri Naga Pertala geus waras ku karamat Syarif Anom

untuk menyalurkan pesan dari pengirim dan penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses

Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi n-heksan daun andong mempunyai efek antiinflamasi lebih aktif atau kuat dibandingkan dengan fraksi etil asetat dan

Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mempelajari profil kalsium, fosfor dan magnesium dalam serum sapi pejantan bibit berdasarkan bangsa dan umur serta

Langkah pertama untuk peramalan produksi karet menggunakan metode ARIMA yang mengandung unsur musiman yaitu dilakukan proses differencing (pembedaan) pada data

to changing average climate conditions (incl. benefits) adaptation to climate change Climate risk management (including weather extremes). DRR central in CCA – by addressing