• Tidak ada hasil yang ditemukan

DJM 13(3) October 2014 DAMIANUS VOLUME 13, NOMOR 3, PUBLISHED SINCE 2002 October 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DJM 13(3) October 2014 DAMIANUS VOLUME 13, NOMOR 3, PUBLISHED SINCE 2002 October 2014"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

ARTIKEL PENELITIAN

161-172 PENGARUH BLOK KEDOKTERAN ADIKSI TERHADAP PERSEPSI TENTANG ADIKSI ZAT PSIKOAKTIF PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA

Michael Jaya, Yeremias Jena, Astri Parawita Ayu, Satya Joewana

173-182 PERSEPSI TERHADAP ADIKSI ZAT PSIKOAKTIF PADA MAHASISWA PESERTA PROGRAM STUDI MAGISTER PSIKOLOGI DAN DOKTER UMUM PESERTA PROGRAM INTERNSHIP

Mahaputra, Astri Parawita Ayu

183-190 PENGARUH PEMBERIAN DOSIS MINIMAL KAFEIN TERHADAP PENINGKATAN ATENSI MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA

Julia Rahadian, Laurensia Scovani

191-198 GIGI KARIES DAN KELAINAN JARINGAN PERIODONTAL PADA PENGGUNA HEROIN YANG MENJALANI TERAPI RUMATAN METADON

Isadora Gracia, Rensa, Minawati, Teguh Sarry Hartono, Surilena

199-207 GAMBARAN MASALAH EMOSI DAN PERILAKU PADA PELAJAR SMA REGINA PACIS JAKARTA DENGAN ADIKSI INTERNET

Adrian, Ana Lucia Ekowati, Eva Suryani

208-217 WHY ADOLESCENT SMOKE? A CASE STUDY OF NORTH JAKARTA, INDONESIA Regina Satya Wiraharja, Charles Surjadi

TINJAUAN PUSTAKA

218-223 EFEKTIVITAS BERBAGAI PRODUK NICOTINE REPLACEMENT THERAPY SEBAGAI TERAPI UNTUK BERHENTI MEROKOK

Bernardus Mario Vito, Irene

LAPORAN KASUS

224-232 KETERGANTUNGAN ALPRAZOLAM PADA LANJUT USIA DENGAN INSOMNIA DAN DEPRESI Surilena

ARTIKEL KHUSUS

233-236 MENGENAL KEDOKTERAN ADIKSI DI NIJMEGEN INSTITUTE FOR SCIENTIST PRACTIONERS IN ADDICTION

Eva Suryani, Isadora Gracia

ISSN 2086-4256

PUBLISHED SINCE 2002 October 2014

DJM 13(3) 161-236 October 2014

DAMIANUS

Journal of Medicine

VOLUME 13, NOMOR 3, 2014

(2)

GIGI KARIES DAN KELAINAN JARINGAN PERIODONTAL PADA

PENGGUNA HEROIN YANG MENJALANI TERAPI RUMATAN METADON

DENTAL CARIES AND PERIODONTAL DISEASE IN HEROIN ADDICTS

WHO RECEIVES METHADONE MAINTENANCE TREATMENT

Isadora Gracia1, Rensa2, Minawati3, Teguh Sarry Hartono4, Surilena5

ARTIKEL PENELITIAN

1 Departemen Ilmu Penyakit Gigi dan

Mulut, Fakultas Kedokteran Universi-tas Katolik Indonesia Atma Jaya, Jl. Pluit Raya 2, Jakarta 14440

2 Departemen Ilmu Penyakit Dalam,

Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Jl. Pluit Raya 2, Jakarta 14440

3 Departemen Biokimia, Fakultas

Kedokteran Universitas Katolik In-donesia Atma Jaya, Jl. Pluit Raya 2, Jakarta 14440

4 Pusat Informasi Kesehatan KIOSK

Atma Jaya, Jl. Pluit Raya 2, Jakarta 14440

5 Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa,

Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Jl. Pluit Raya 2, Jakarta 14440

Korespondensi:

Isadora Gracia, Departemen Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut, Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya. E-mail: isadora.gracia@gmail.com

ABSTRACT

Introduction: Numbers of heroin abuser in Indonesia was still high but reports

on oral condition among this group were still limited.

Objectives: The goal of this cross-sectional study was to gain data on oral hygiene

and prevalence of oral disease among heroin abuser, especially those who were in the methadone maintenance program.

Method: Several types of data were collected during this study. General data was

gathered through anamneses (age, gender, history of heroin and other addictive substance use, length of period of using methadone, methadone dosage and adherence level), data of physical condition which gained through examination by doctor, oral condition which gained through oral examination by dentist (oral hygiene, dental and periodontal status).

Results: Among subjects who willing to participate in this study (n=48), dental

caries was found in 47 subjects (97.91%), and all subject had periodontal disease. Mean value of DMF-T among those who received ≤120 mg methadone was lower compared with those with >120 mg, although this difference was not significant.

Conclusion: This study confirmed other previously studies about poor oral

condition among heroin abuser who received methadone maintenance treatment. This unhealthy oral condition was worsening by consumption of other addictive drug or substance.

Key Words: dental caries, heroin, methadone, periodontal disease

ABSTRAK

Latar belakang: Jumlah pengguna heroin di Indonesia masih cukup tinggi, namun

laporan tentang kondisi rongga mulut pada kelompok ini masih terbatas.

Tujuan: Penelitian potong lintang ini bertujuan untuk mendata kondisi kebersihan

rongga mulut serta prevalensi kelainan rongga mulut pada kelompok pengguna heroin, terutama yang menjalani terapi rumatan metadon.

Metode: Beberapa macam data dikumpulkan selama penelitian ini. Data umum

dikumpulkan melalui anamnesis (usia, jenis kelamin, penggunaan heroin dan zat adiktif lainnya, lama pemakaian metadon, dosisnya, serta tingkat kepatuhan), data kondisi fisik melalui pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh dokter, data kondisi

(3)

192 Vol. 13, No. 3, Oktober 2014

DAMIANUS Journal of Medicine

rongga mulut dilakukan oleh dokter gigi (kebersihan rongga mulut, kondisi gigi, dan jaringan periodontal).

Hasil: Pada kelompok subjek yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini

(n=48) ditemukan gigi karies pada 47 subjek (97,91%) dan kelainan jaringan periodontal pada 48 subjek (100,0%). Rerata jumlah DMF-T pada kelompok metadon ≤120 mg lebih rendah dibandingkan kelompok metadon >120 mg, walaupun perbedaan ini tidak signifikan.

Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas kesehatan rongga mulut

di kalangan penyalah guna heroin yang menjalani terapi rumatan metadon sangat buruk. Kondisi rongga mulut yang tidak sehat ini ini diperparah oleh pemakaian obat atau zat yang bersifat adiktif lainnya.

Kata Kunci: heroin, karies gigi, kelainan jaringan periodontal, metadon

PENDAHULUAN

Badan Narkotika Nasional (BNN) Republik In-donesia melaporkan heroin merupakan jenis narkoba kelima terbanyak setelah shabu (meth),

ganja, miras, dan ekstasi.1 Banyak masalah

me-dis yang timbul akibat penyalahgunaan heroin, salah satunya adalah infeksi HIV akibat peng-gunaan jarum suntik tidak steril. Terapi rumatan metadon merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk pengendalian penyebaran HIV akibat pemakaian jarum suntik bersama. Meta-don adalah long acting agonis opioid sintetik yang bekerja pada reseptor yang sama dengan heroin, yaitu µ-receptor. Umumnya metadon tersedia untuk pemakaian peroral dalam bentuk preparat sirup yang mengandung sukrosa dalam konsentrasi tinggi. Bentuk sediaan sirup dengan konsentrasi sukrosa yang tinggi dapat

meme-ngaruhi kesehatan rongga mulut.2

Rendahnya kualitas kesehatan rongga mulut pada kelompok individu dengan masalah adiksi sudah sejak lama dilaporkan dan sudah ba-nyak diteliti lebih lanjut hingga saat ini. Dengan adanya peningkatan jumlah publikasi, terutama

dalam beberapa tahun terakhir ini, menunjuk-kan adanya peningkatan perhatian terhadap kesehatan rongga mulut pada kelompok ini di banyak negara. Jenis maupun tingkat keparahan kelainan rongga mulut yang dilaporkan bervariasi bergantung dari jumlah subjek, desain penelitian, dan jenis zat adiktif yang diteliti. Di Indonesia, penelitian tentang kondisi rongga mulut pada kelompok individu dengan masalah adiksi, terutama heroin dan metadon, masih terbatas. Tujuan penelitian yang kami lakukan adalah untuk mendapatkan prevalensi kelainan rongga mulut, khususnya kelainan gigi dan jaringan periodontal, pada kelompok pengguna heroin yang menjalani rumatan metadon.

METODE

Subjek, Kriteria Inklusi, dan Kriteria Eksklusi

Subjek penelitian adalah laki-laki dan perempuan dengan masalah ketergantungan heroin, men-jalani terapi rumatan metadon minimal 6 bulan sebelum penelitian ini dilakukan dan bersedia berpartisipasi dengan menandatangani informed

(4)

consent yang sudah disediakan. Kriteria eksklusi adalah subjek tidak bersedia berpartisipasi dan tidak kooperatif. Subjek penelitian adalah klien Kios Informasi Kesehatan Pusat Penelitian HIV/ AIDS Unika Atma Jaya di Jakarta.

Data yang Dikumpulkan

Beberapa data dikumpulkan dalam penelitian ini. Pertama, data umum (demografik) yang diperoleh melalui anamnesis dan meliputi usia, jenis kelamin, penggunaan heroin dan zat adiktif lainnya, lama pemakaian metadon, dosisnya, serta tingkat kepatuhan. Pemeriksaan fisik umum dilakukan untuk memperoleh data kondisi sistemik. Data kondisi rongga mulut merupakan hasil pemeriksaan ekstra- dan intraoral yang di-lakukan oleh seorang dokter gigi menggunakan alat pemeriksaan standar disposable dan ban-tuan sinar senter diagnostik. Data kondisi rongga mulut terdiri atas status kebersihan rongga mulut, status gigi geligi, dan kelainan jaringan periodontal. Status kebersihan rongga mulut diu-kur dengan Simplified Oral Hygiene Index atau

OHI-S.3 Selanjutnya skor OHI-S yang diperoleh

dimasukkan ke dalam salah satu kategori, yaitu kebersihan rongga mulut sangat baik (skor 0,0); baik (skor 0,1-1,2); sedang (skor 1,3-3,0); dan buruk (skor 3,1-6,0).

Status gigi ditetapkan dengan indeks Decay-Missing-Filling-Tooth (DMF-T).4 Decay adalah

gigi yang secara klinis mengalami perubahan anatomi akibat proses karies dan/atau fraktur, missing adalah gigi dengan karies yang dirawat dengan cara pencabutan (tooth extraction) dan filling adalah gigi dengan karies dan mendapat perawatan penambalan dan/atau pembuatan mahkota tiruan. Gigi molar tiga tidak dilibatkan

dalam pencatatan. Nilai DMF-T adalah total gigi dengan status decay, missing, dan filling pada tiap subjek dengan kisaran nilai antara 0-28. Selain sebagai data numerik, nilai DMF-T juga dikategorikan menjadi 2 kelompok, yaitu nilai total ≤7 dan nilai total >7. Nilai 7 dipakai sebagai patokan pengelompokan DMF-T karena nilai ini menggambarkan 25% dari total 28 gigi sudah

mengalami kerusakan atau karies.5

Kelainan jaringan periodontal dibedakan menjadi gingivitis marginalis kronik dan periodontitis kro-nik. Gingivitis marginalis kronik adalah kelainan jaringan periodontal yang ditandai secara klinis adanya inflamasi pada jaringan gingival tanpa disertai kerusakan pada daerah perlekatan di antara jaringan periodontal dengan gigi. Peri-odontitis kronik adalah kelainan jaringan peri-odontal dengan kondisi terjadi kerusakan pada daerah perlekatan di antara jaringan periodontal dengan gigi dan secara klinis tampak sebagai

resesi margin gingival.6

Statistik

Seluruh data diolah dengan menggunakan IBM SPSS 15.0 for Windows Evaluation Version. Adanya perbedaan rerata decay, missing, filling tooth, dan DMF-T berdasarkan dosis metadon dianalisis dengan uji T tidak berpasangan. Adanya perbedaan jumlah subjek pada kedua kelompok DMF-T berdasarkan dosis metadon dianalisis dengan uji chi-square.

HASIL

Seperti yang tampak pada tabel 1, sebagian besar subjek penelitian adalah laki-laki (91,7%),

(5)

194 Vol. 13, No. 3, Oktober 2014

DAMIANUS Journal of Medicine

termasuk kriteria usia 20-39 tahun (66,7%), me-makai metadon ≥2 tahun (95,8%). Sekitar sepa-ruh dari total subjek penelitian ini menggunakan metadon dengan >120 mg/hari (52,1%). Tabel 2 menampilkan gambaran umum kondisi rongga mulut subjek penelitian. Seluruh subjek mempu-nyai kebersihan rongga mulut buruk dengan nilai rerata OHI-S antara 3,1-6,0. Dalam penelitian ini gigi karies ditemukan pada seluruh subjek,

kecuali 1 subjek, yang termasuk dalam kelompok ≤120 mg/hari, mempunyai nilai DMF-T = 0 atau bebas karies (tidak ditampilkan secara khusus dalam tabel). Lebih dari 50% subjek mempunyai nilai total DMF-T >7. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar subjek mempunyai lebih dari 25% dari total seluruh giginya terlibat karies. Ta-bel 2 juga menggambarkan lebih dari 50% subjek dalam penelitian ini menderita kelainan jaringan

Kriteria n (%) Dosis Metadon

≤ 120 mg/hari > 120 mg/hari Jenis Kelamin Laki-laki 44 (91,7) 21 23 Perempuan 4 (8,3) 2 2 Usia 20-29 tahun 12 (25,0) 4 8 20-39 tahun 32 (66,7) 16 16 ≥ 40 tahun 4 (8,3) 3 1 Tingkat kepatuhan ≤ 95% 30 (62,5) 15 15 > 95% 18 (37,5) 8 10 Zat adiktif yang masih digunakan

Tidak menggunakan zat adiktif 22 (45,8) 10 12

Heroin tanpa zat adiktif lainnya 11 (22,9) 4 7

Heroin dan zat adiktif lainnya 15 (31,3) 9 6

(ganja, alkohol, alprazolam, nikotin)

Lama pemakaian metadon

< 2 tahun 2 (4,2) 2 0

≥ 2 tahun 46 (95,8) 21 25

Kriteria n (%) Dosis Metadon

≤120 mg/hari >120 mg/hari Status kebersihan rongga mulut berdasarkan OHIS Buruk (skor 3,1-6,0) 48 (100,00) 23 25 Status gigi geligi berdasarkan nilai maksimal DMFT Nilai maksimal DMF-T ≤ 7 20 (41,66) 10 10 Nilai maksimal DMF-T > 7 28 (58,34) 13 15 Kelainan periodontal

Gingivitis marginalis kronik 11 (22,90) 5 6

Periodontitis kronik 37 (77,10) 18 19

Tabel 1. Data Demografik Subjek Penelitian (N = 48)

(6)

periodontal yang parah (periodontitis kronik). Selanjutnya pada tabel 3 tampak rerata decay, missing, filling tooth, dan DMF-T berdasarkan dosis metadon. Hasil analisis T-test tidak berpa-sangan menunjukkan tidak ada perbedaan rerata jumlah DMF-T antara kelompok yang menerima metadon ≤120 dan >120 mg/hari.

PEMBAHASAN

Gigi karies merupakan kelainan rongga mulut yang banyak ditemukan pada kelompok pene-litian ini. Tercatat 47 subjek (97,92%) dengan gigi karies di mana hasil rerata decay, missing, filling tooth, dan DMF-T sebesar 7,83; 3,10; 0,15; dan 11,08. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Ris-kesdas) tahun 2013 menunjukkan rerata decay, missing, filling tooth, dan DMF-T di Indonesia, secara berurutan, adalah sebagai berikut 1,6;

2,9; 0,08; dan 4,6.7 Bila hasil Riskesdas tersebut

dibandingkan dengan hasil penelitian ini, maka tampak jelas bahwa nilai rerata decay, missing, filling tooth, dan DMF-T dalam penelitian ini lebih tinggi. Selanjutnya, bila ditinjau berdasarkan ketetapan World Health Organization, maka kedua nilai rerata DMF-T, baik secara nasional (4,6) maupun hasil penelitian ini (11,08), terma-suk kategori tinggi. Dengan demikian, penelitian ini menunjukkan betapa buruknya kondisi gigi geligi di kalangan pengguna heroin yang

men-jalani terapi rumatan metadon.

Karies merupakan kelainan pada struktur gigi yang bersifat kronik dan dipengaruhi oleh be-berapa faktor, antara lain diet yang kaya akan gula, mikroorganisme kariogenik, permukaan gigi, saliva, serta waktu. Banyak peneliti yang menyimpulkan bahwa pada kelompok pengguna metadon, prevalensi karies yang tinggi sering disebabkan berkurangnya produksi saliva, ren-dahnya kebiasaan menjaga kebersihan rongga mulut, serta meningkatnya asupan makanan

dan minuman yang banyak mengandung gula.8,9

Cara kerja metadon dalam menurunkan produksi saliva sama seperti golongan opioid lainnya, yai-tu dengan menghambat proses sinyaling perifer sehingga terjadi gangguan pada reseptor mus-karinik parasimpatik. Selain gangguan sinyaling, berkurangnya produksi saliva pada pengguna metadon juga dapat disebabkan adanya obat

atau zat lain yang bersifat serogenik.2 Sebagian

besar pengguna metadon juga mendapat obat antidepresan yang bersifat serogenik. Dalam penelitian kami ditemukan sebagian besar sub-jek mengonsumsi obat atau zat adiktif lainnya, seperti alprazolam, kanabis, alkohol, nikotin, dan bahkan beberapa subjek masih mengonsumsi heroin.

Selain perubahan pada kuantitas saliva, tingginya prevalensi gigi karies pada kalangan

Decay Missing Filling DMF-T

Rerata seluruh subjek (n = 48) 7,83 ± 6,81 3,10 ± 6,18 0,15 ± 0,51 11,08 ± 8,50

Rerata subjek dengan dosis metadon

≤ 120 mg/hari (n = 23) 6,74 ± 6,50 3,48 ± 6,00 0,17 ± 0,60 10,39 ± 8,80

> 120 mg/hari (n = 25) 8,84 ± 7,06 2,76 ± 6,40 0,12 ± 0,30 11,72 ± 8,30

(7)

196 Vol. 13, No. 3, Oktober 2014

DAMIANUS Journal of Medicine

pok dosis metadon >120 mg/hari dibandingkan dosis metadon ≤120 mg/hari, walaupun perbe-daannya tidak signifikan. Selain itu, hasil pene-litian ini menunjukkan tingginya prevalensi ke-lainan jaringan periodontal pada kelompok sub-jek yang mengonsumsi metadon dan zat adiktif lainnya dibandingkan hanya mengkonsumsi metadon. Perbedaan antara kedua kelompok ini juga tidak signifikan. Diperlukan penelitian lebih lanjut yang melibatkan jumlah subjek yang lebih banyak untuk memperjelas hubungan antara dosis, keterlibatan zat adiktif lain, dan keparahan kelainan jaringan periodontal.

KESIMPULAN

Publikasi penelitian kelainan rongga mulut pada kelompok individu dengan ketergantungan heroin yang menjalani terapi rumatan metadon di Indonesia masih terbatas jumlahnya. Hasil penelitian ini tidak hanya menyajikan data awal prevalensi karies dan kelainan jaringan peri-odontal pada kelompok pengguna heroin yang menjalani terapi rumatan metadon di Indonesia (khususnya Jakarta), tetapi juga menunjukkan terdapat perbedaan prevalensinya pada kelom-pok subjek dengan dosis metadon >120 mg/ hari dan ≤120 mg/hari. Karies dan penyakit peri-odontal lebih banyak ditemukan pada kelompok subjek dengan dosis metadon tinggi (>120 mg/ hari). Keterbatasan penelitian ini adalah rendah-nya jumlah subjek yang terlibat. Perlu dilakukan penelitian dengan subjek penelitian yang lebih banyak untuk memperjelas faktor-faktor yang berperan dalam peningkatan karies dan kelainan jaringan periodontal pada kelompok pengguna heroin yang menjalani terapi rumatan metadon. pengguna metadon juga disebabkan adanya

perubahan pola asupan makanan dan minuman. Pengguna metadon lebih memilih makanan yang banyak mengandung gula, namun kurang serat. Perubahan ini merupakan akibat teraktivasinya reseptor-reseptor yang berperan dalam reward pathway, yaitu reseptor µ dan reseptor κ, oleh

metadon maupun opioid lainnya.2 Selanjutnya,

perubahan pola asupan makanan dan minuman ini mempercepat pembentukan plak di rongga mulut. Ditambah dengan kebersihan rongga mulut yang buruk, maka jumlah gigi berlubang meningkat pada kelompok pengguna metadon. Selain prevalensi gigi karies yang tinggi, banyak peneliti yang melaporkan tingginya prevalensi

kelainan jaringan periodontal dan mukosa.5,10-19

Kelainan jaringan periodontal dan mukosa juga berhubungan dengan berkurangnya produksi saliva. Saliva mengandung beberapa kompo-nen yang berperan penting sebagai pertahanan imun lokal rongga mulut. Seperti temuan dalam penelitian ini, 100% subjek penelitian menderita kelainan jaringan periodontal (77,1% periodon-titis kronik; 22,9% gingivitis marginalis kronik). Tingginya prevalensi kelainan jaringan periodon-tal dalam penelitian ini sesuai dengan hasil pene-litian Ma et al. pada tahun 2012. Menurut Ma et al., keparahan jaringan periodontal dipengaruhi oleh pembentukan plak dan kalkulus, usia, serta lama pemakaian zat adiktif.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebe-lumnya adalah dilakukannya analisis hubungan faktor lain, yaitu dosis dan pemakaian zat adiktif lainnya, dengan timbulnya kelainan jaringan periodontal. Penelitian ini membuktikan tingginya prevalensi kelainan jaringan periodontal

(8)

kelom-DAFTAR PUSTAKA

1. Badan Narkotika Nasional Republik Indo-nesia. Data Tindak Pidana Narkoba tahun 2007-2011. Jakarta: Badan Narkotika Na-sional Republik Indonesia; 2012. Available from: http://www.bnn.go.id/portal/_uploads/ post/2012/05/31/20120531153207-10234. pdf.

2. Brondani M, Park PE. Methadone and Oral Health – A Brief Review. J Dent Hyg. 2011;85(2):92-8.

3. Tayanin GD. Simplified Oral Hygiene Index. Available from: http://www.mah.se/CAPP/ Methods-and-Indices/Oral-Hygiene-Indices/ Simplified-Oral-Hygiene-Index--OHI-S/. 4. Tayanin GD. Caries prevalence and

calculation. Available from: http://www. mah.se/Templates/MAH/Pages/Page. aspx?id=31941&epslanguage=sv

5. Rooban T, Rao A, Joshua E, K R. Dental and oral health status in drug abusers in Chennai, India: a cross-sectional study. J Oral Maxil-lofac Pathol. 2008;13:16-21.

6. James E. Hinrichs, Kotsakis G. Classifica-tion of Diseases and CondiClassifica-tions Affecting the Periodontium. Twelfth edition. Carranza’s Clinical Periodontology. 2012. p. 45-67. 7. Badan Penelitian dan Pengembangan

Ke-sehatan Kemenkes RI. Riset KeKe-sehatan Dasar 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI; 2013. Available from: http://www.litbang. depkes.go.id/sites/download/rkd2013/Lapo-ran_Riskesdas2013.PDF.

8. Hara AT, Zero DT. The Caries Environment: Saliva, Pellicle, Diet, and Hard Tissue

Ultra-structure. Dent Clin North Am. 2010;54:455-67.

9. Shekarchizadeh H, Khami MR, Mohebbi SZ, Virtanen JI. Oral health behavior of drug addicts in withdrawal treatment. BMC Oral Health. 2013;31.

10. Saini G, Gupta N, Prabhat K. Drug addic-tion and periodontal diseases. J Indian Soc Periodontol. 2013;17(5):587-91.

11. Ma H, Shi X, Hu D, Li X. The poor oral health status of former heroin users treated with methadone in a Chinese city. Med Sci Monit. 2012;18(4):51-5.

12. Mateos-Moreno MV, del-Río-Highsmith J, Riobóo-García R, Solá-Ruiz MF, Celemín-Viñuela A. Dental profile of a community of recovering drug addicts: Biomedical aspects. Retrospective cohort study. Med Oral Patol Oral Cir Bucal. 2013;18(4):e671-9.

13. Supic ZT, Petrovic R, Milicevic MS, Trajkovic G, Bukumiric Z. The oral health of heroin drug users: case study in Bosnia and Herze-govina. BMC Public Health. 2013;13:1202. 14. Reece A. Dentition of addiction in Queensland:

poor dental status and major contributing drugs. Aust Dent J. 2007;52(2):144-9. 15. Brown C, Krishnan S, Hursh K, Yu M,

John-son P, Page K, et al. Dental disease preva-lence among methamphetamine and heroin users in an urban setting. J Am Dent Assoc. 2012;143(9):992-1001.

16. Gupta T, Shah N, Mathur VP, Dhawan A. Oral health status of a group of illicit drug users in Delhi, India. Community Dent Health. 2012;29(1):49-54.

(9)

198 Vol. 13, No. 3, Oktober 2014

DAMIANUS Journal of Medicine

17. Protrka N, Katunarić M, Filipović I, Verzak Z. Caries prevalence in heroin addicts. Acta Clin Croat. 2013;52(4):436-43.

18. Kayal RA, Elias WY, Alharthi KJ, Demyati AK, Mandurah JM. Illicit drug abuse affects periodontal health status. Saudi Med J.

2014;35(7):724-8.

19. Jamieson LM, Gunthorpe W, Cairney SJ, Sayers SM, Roberts-Thomson KF, GD S. Substance use and periodontal disease among Australian Aboriginal young adults. Addiction. 2010;105(4):719-26.

Gambar

Tabel	2.	Status Kebersihan Rongga Mulut, Gigi Geligi, dan Kelainan Periodontal
Tabel	3.	Rerata Decay, Missing, Filling Tooth, dan DMFT Berdasarkan Dosis Metadon

Referensi

Dokumen terkait

Ketelitian menguraikan masalah dengan algoritma Informasi tidak lengkap, kurang tepat, sumber kurang jelas, tidak cepat Informasi lengkap, kurang tepat, sumber kurang  jelas,

Berdasarkan tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa nilai interaksi belajar guru dengan siswa dalam pembelajaran tematik melalui model pembelajaran NHT siklus 1, dari

&gt; = Mempunyai anggota Bernilai TRUE, bila semua elemen dari himpunan 2 terdapat pada himpunan 1. IN Terdapat di dalam Bernilai TRUE, bila elemen merupakan anggota

10 41122165 Mohamad Aldy Tofan RPL Penentuan Penerimaan Bantuan Dana Rumah Tidak Layak Huni ( Rutilahu) Melalui Penerapan Sistem Pendukung Keputusan Menggunakan Metode

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya biaya, penerimaan, keuntungan, profitabilitas, efisiensi dan risiko usaha industri rengginang singkong

Kesadaran individu terhadap kenyataan bahwa dirinya mengalami kekurangan yang disertai dengan sikap pengingkaran, tidak terima, serta menyalahkan diri sendiri atau

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa sikap terhadap profesi petani selain mengandung penilaian netral (dilambangkan dengan angka 0), juga mengandung penilaian

Dalam komputasi grid digunakan Certificate Authority (CA) yang berguna untuk memastikan bahwa resource yang terhubung dalam grid atau user yang menggunakan resource komputasi