• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRACT. Key word : downdraft gasifier, solid waste of sugar palm powder, wood chips, temperature, calor 1. PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ABSTRACT. Key word : downdraft gasifier, solid waste of sugar palm powder, wood chips, temperature, calor 1. PENDAHULUAN"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENAMBAHAN SERPIHAN KAYU TERHADAP KINERJA GASIFIKASI LIMBAH PADAT PATI AREN

(THE EFFECTS OF WOOD CHIPS ADDITION TO THE PERFORMANCE OF SUGAR PALM POWDER SOLID WASTE GASIFICATION)

Bambang Purwantana1, Rudiati Evi Masithoh1, Sri Markumningsih2, Angga Senoaji Hermanto2

ABSTRACT

Sugar palm powder solid waste gasification is a process converting solid waste of sugar palm powder industries into gaseous fuel. Preliminary research revealed that the use of 100 % solid waste of sugar palm powder faced some problems such as difficulties in controlling material flow and combustion rate. Addition of another biomass which has larger dimension is expected to be able to solve the problem. The objective of this research is to observe the effect of wood chips addition to the performance of sugar palm powder solid waste gasification.

The research was done by adding wood chips into solid waste of sugar palm powder as a fuel of gasifier with percentage of 0 %, 25%, 50%, and 75%. The parameter observed were effective time for gas production, energy produced, and temperature characteristic in each zones of gasifier. The effective time for gas production was measured from gas could be burnt until finished. Amount of energy was measured based on temperature difference in heating a mass of water. Characteristic of temperature was measured at every zone in gasifier using thermocouple.

The result shows that addition of wood chips affects on the performance of gasifier. Composition of 50 % wood chips and 50 % solid waste of sugar palm powder resulted the best performance of gasification with effective time for gas production of 21 minutes/kg, energy of 1.9 MJ/kg, and temperature in drying, pyrolysis, combustion, and reduction zone of 78 oC, 157 oC, 384 oC, and 198 oC respectively.

Key word : downdraft gasifier, solid waste of sugar palm powder, wood chips,

temperature, calor

1. PENDAHULUAN

Pati aren merupakan bahan baku pembuatan berbagai produk makanan seperti soun, cendol, mie, dan lain-lain. Proses memproduksi pati aren meliputi : pemotongan dan pembelahan batang aren, pemarutan, perendaman, penyaringan (3-7 kali), dan pengendapan. Dari proses tersebut, khususnya saat penyaringan, dihasilkan limbah padat atau ampas yang jumlahnya sangat besar. Selama ini limbah tersebut hanya dibuang di tempat-tempat yang kosong atau di pinggir-pinggir sungai sehingga menimbulkan pencemaran dan mengganggu lingkungan. Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan

1 Dosen Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Jl. Sosio Yustisia, Bulaksumur, Yogyakarta 55281. E-mail: bambang_pw@ugm.ac.id

2

(2)

langkah pemanfaatan limbah sehingga menjadi sesuatu yang lebih berguna. Pemanfaatan limbah pati aren sebagai bahan bakar dalam bentuk bahan bakar gas melalui proses gasifikasi merupakan salah satu pilihan terbaik.

Gasifier merupakan alat atau instrumen untuk mengkonversi berbagai bahan padat maupun cair seperti misalnya biomassa menjadi bahan bakar gas. Gasifier merupakan reaktor kimia dimana berbagai proses kimia dan fisika yang kompleks dapat terjadi, seperti: pengeringan, pemanasan, pirolisis, oksidasi parsial, dan reduksi. Melalui gasifikasi, bahan padat karbonat (CH1,4O0,6) dipecah menjadi bahan-bahan dasar seperti CO, H2, CO2, H2O dan CH4 ( McKendry, 2002). Gas-gas yang dihasilkan selanjutnya dapat digunakan secara langsung untuk proses pembakaran maupun disimpan dalam tabung gas.

Beberapa peneliti telah mengembangkan gasifier dengan bahan baku biomasa limbah pertanian. Payne et.al, 1985, telah mengembangkan gasifier dengan bahan baku serbuk gergaji. Gasifier dengan bahan baku seresah tebu dikembangkan oleh Rajeev dan Rajvanshi, 1997. Hoki et. al, 2002, mengembangkan gasifier sekam padi.

Purwantana dan Masithoh, 2007, telah mengembangkan gasifier tipe aliran ke bawah (downdraft gasfier) dengan menggunakan bahan bakar limbah padat pati aren. Dilaporkan bahwa limbah padat pati aren potensial untuk digunakan sebagai bahan baku gasifikasi. Dari disain reaktor yang dikembangkan, proses gasifikasi terbaik diperoleh pada dimensi sudut kemiringan hoper lebih dari 70o, diameter ruang pembakaran 18 cm, tinggi titik pembakaran 5 – 10 cm di atas dasar ruang pembakaran, dan tinggi kerucut ruang reduksi 20 cm. Dilaporkan juga bahwa pada debit udara 11 m3/jam, dihasilkan kalor 2 MJ/kg bahan.

Kelemahan atau hambatan utama yang masih dihadapi dalam pengembangan gasifikasi dengan bahan bakar limbah padat pati aren antara lain adalah laju aliran bahan yang tidak konstan dan bahan bakar cepat menjadi abu sehingga gas yang dihasilkan tidak stabil (Purwantana dan Masithoh, 2007). Hal ini diperkirakan disebabkan karena struktur limbah pati aren yang sangat lembut dengan berat material yang sangat ringan. Untuk mengatasi kelemahan tersebut, melalui penelitian ini dicoba mencampur limbah padat pati aren dengan bahan yang memiliki ukuran partikel lebih besar atau kasar yaitu serpihan kayu. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan serpihan kayu sebagai bahan bakar terhadap kinerja gasifikasi limbah padat pati aren serta menentukan komposisi campuran limbah padat pati aren dan serpihan kayu terbaik untuk bahan bakar gasifikasi. Kinerja gasifikasi diukur melalui parameter komposisi gas, produktifitas gas, karakteristik suhu di tiap-tiap zona gasifier, dan panas atau kalor yang dihasilkan.

(3)

2. GASIFIKASI BIOMASA

Gasifikasi merupakan proses konversi bahan bakar padat atau cair menjadi bahan bakar gas dengan pemanasan tanpa menghasilkan limbah atau residu karbon padat. Tidak seperti pada pembakaran, dimana oksidasi terjadi secara sempurna dalam satu tahap, gasifikasi mengkonversi energi kimia dari karbon dalam biomassa menjadi gas yang mudah terbakar dalam dua tahap. Gas yang dihasilkan tersebut dapat lebih mudah dimanfaatkan atau dibakar dibanding dengan bimasa aslinya (McKendry, 2002).

Bridgwater, 2003, menyatakan bahwa bahan bakar gas dapat diperoleh dari biomassa melalui suatu proses pemanasan menggunakan oksidasi parsial, uap air (steam), atau gasifikasi pirolisis (pyrolystic gasification). Konversi thermo-khemis biomassa padat menjadi bahan bakar gas ini secara umum disebut gasifikasi biomassa. Gasifikasi terjadi dalam beberapa tahap yaitu pengeringan, pirolisis, oksidasi parsial dan gasifikasi atau reduksi. Gas yang dihasilkan antara lain terdiri dari unsur-unsur hidrogen, karbon monoksida, methan, karbon dioksida, uap air, senyawa hidrokarbon lain dalam jumlah yang kecil, serta bahan-bahan non-organik (Lim dan Sims, 2003). Komposisi gas dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain komposisi bahan bakar, kadar air, suhu reaksi dan oksidasi lanjutan dari hasil pirolisis (Bridgwater, 2003). Setiap kilogram biomassa kering-udara mengandung sekitar 2,5 Nm3 bahan bakar gas. Dalam terminologi energi, efisiensi konversi pada proses gasifikasi biomassa berkisar antara 60 – 70% (McKendry, 2002).

Pirolisis merupakan salah satu proses yang penting pada gasifikasi biomassa. Pirolisis merupakan proses peruraian atau dekomposisi dari konstituen-konstituen kayu seperti lignin, selulosa dan hemiselulosa akibat panas tanpa adanya oksigen. Selulosa merupakan polimer yang tersusun dari molekul gula rantai panjang atau unit glukosa dari polisakarida. Selulosa mengalami dekomposisi dengan hebat pada suhu 280°C yang berakhir pada suhu 300°C - 350°C (Girard, 1992).

Hartoyo dan Nurhayati, 1976, menyatakan bahwa proses pirolisis dapat dibagi menjadi empat tahap yaitu penguapan massa air, penguraian selulosa, penguraian lignin, dan pembentukan gas. Pada permulaan pemanasan, air dalam biomasa menguap, kemudian terjadi peruraian selulosa sampai suhu 200°C. Peruraian selulosa dan bahan lain dalam biomasa sebagian besar menjadi asam-asam dengan sedikit methanol. Asam cuka, dan asam lainnya sebagian besar terbentuk pada suhu 200°C - 260°C. Pada suhu 260°C - 310°C, sebagian besar selulosa terurai secara intensif. Pada tingkatan ini banyak dihasilkan pyrolygneous liquor, gas serta sedikit tar yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengawet.

(4)

Pyrolygneous liquor berwarna kecoklatan dan sedikit mengandung persenyawaan organik dan mempunyai titik didih rendah seperti asam cuka, methanol, dan tar terlarut. Gas yang terbentuk dari peruraian kayu terdiri dari CO2 dan CO. Pada suhu 310°C - 500°C lignin terurai, terbentuk lebih banyak tar, sedangkan Pyrolygneous liquor dan gas menurun dari 50 l/kg kayu kering tanur menjadi 30 l/kg kayu kering tanur. Dengan meningkatnya suhu dan lamanya waktu menyebabkan gas CO2 yang terjadi semakin berkurang, sedangkan gas CO, CH4 dan H2 bertambah. Pada suhu 500°C - 1000°C diperoleh gas kayu yang sukar dikondensasikan yaitu terutama gas hidrogen.

Gasifier merupakan perangkat atau instrument untuk terjadinya suatu proses gasifikasi. Gasifier dengan alas tetap merupakan jenis gasifier yang banyak digunakan karena konstruksi yang lebih sederhana. Salah satu tipe gasifier yang termasuk gasifier dengan alas tetap adalah downdraft gasifier atau gasifier aliran ke bawah. Sebuah survey terhadap pabrik gasifier menemukan bahwa 75 % gasifier yang ditawarkan secara komersial adalah downdraft gasifier, 20 % fluidized bed gasifier (termasuk circulating gasifier), 2,5 % updraft gasifier dan 2,5 % adalah tipe yang lain (Barrio et al., 2004).

Pada downdraft gasifier, input biomassa dan udara bergerak dengan arah yang sama. Biomassa masuk dari atas ke bawah menuju zona pembakaran sedangkan udara dihembuskan dari samping gasifier untuk membantu proses oksidasi parsial. Gas yang dihasilkan keluar dari gasifier setelah melewati zona pembakaran, memungkinkan terjadi pemecahan tar yang terbentuk selama gasifikasi sehingga gas yang keluar memiliki kandungan tar yang rendah (McKendry, 2002).

3. METODE PENELITIAN a. Alat dan Bahan

Alat-alat utama yang digunakan untuk penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Downdraft gasifier. Merupakan alat utama yang dipakai dalam penelitian ini. Secara fungsional gasifier ini memiliki beberapa zona yaitu zona pengeringan, pirolisis, pembakaran, dan reduksi seperti ditunjukkan pada Gambar 1.

2. Blower. Digunakan blower 2” untuk memasukkan udara ke dalam gasifier. Blower dipasang pada bagian samping gasifier dan udara disalurkan ke zona pembakaran melalui sebuah pipa.

3. Termokopel. Digunakan lima buah termokopel tipe K. Empat buah digunakan untuk mengukur suhu di setiap zona gasifier dan satu digunakan untuk mengukur suhu air.

(5)

Gambar 1. Downdraft gasifier

4. Manometer. Digunakan manometer tipe pitot untuk mengukur debit udara yang dimasukkan serta debit gas yang dihasilkan.

5. Kompor. Digunakan untuk membakar gas dan memanaskan air untuk perhitungan panas yang dihasilkan gasifier.

6. Portable Data Logger. Digunakan untuk merekam data yang terukur oleh termokopel 7. Timbangan. Digunakan untuk menimbang bahan bakar yang dipakai.

Alat-alat tersebut diatas dirangkai dan disusun seperti ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 2. Rangkaian alat percobaan pirolisis reduksi pembakaran pengeringan Manometer Termokopel II

Set kompor Termokopel III

Blower Termokopel I

(6)

Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah padat pati aren dan serpihan kayu atau tatal seperti ditunjukkan pada Gambar 3.

a. Limbah padat pati aren b. Serpihan kayu Gambar 3. Bahan bakar utama untuk gasifikasi

b. Prosedur Penelitian

1. Pengukuran kalor yang dihasilkan oleh downdraft gasifier

Dibuat campuran bahan bakar dari limbah padat pati aren dan serpihan kayu atau tatal sebanyak 3,2 kg dengan perbandingan berat sebagai berikut :

(1) limbah padat pati aren : serpihan kayu = 100 % : 0 % (2) limbah padat pati aren : serpihan kayu = 75 % : 25 % (3) limbah padat pati aren : serpihan kayu = 50 % : 50 % (4) limbah padat pati aren : serpihan kayu = 25 % : 75 %

Campuran bahan bakar dimasukkan ke dalam gasifier sampai batas ruang pembakaran dan dibakar dengan bantuan penyalaan awal. Udara dimasukkan ke dalam gasifier menggunakan blower dengan bukaan penuh.

Setelah bahan di dalam ruang bakar gasifier membara, semua campuran bahan bakar dimasukkan ke dalam gasifier kemudian gasifier ditutup. Gas yang keluar dari pipa output gasifier dinyalakan. Ketika nyala api sudah mulai konstan, dipanaskan air sebanyak 1800 ml diatas nyala api kompor yang terbentuk dari pembakaran gas selama 5 menit. Suhu air yang dipanaskan tersebut direkam dengan portable data logger setiap 15 detik. Kegiatan memanaskan air tersebut dilakukan lagi sampai nyala api kompor habis. Kalor yang dikandung gas dapat dihitung berdasarkan hubungan : Q = 1/E(m c T), dimana Q = kalor (Joule), E = efisiensi, m = massa air (kg), c = kalor jenis air (Joule/kgoC), dan T = kenaikan suhu air (oC)

(7)

Langkah-langkah pengoperasian gasifier diatas dilakukan lagi untuk variasi campuran bahan bakar yang lain, masing-masing sebanyak tiga kali ulangan.

2. Pengukuran waktu nyala efektif dari gas yang dihasilkan

Gasifier dinyalakan dengan langkah-langkah seperti pada pengukuran kalor. Dicatat semua hal yang terjadi selama gasifier dioperasikan dengan bahan bakar yang sudah ditentukan sampai selesai.

3. Pengukuran suhu tiap zona pada downdraft gasifier

Gasifier dinyalakan dengan langkah-langkah seperti pada pengukuran kalor. Suhu masing-masing zona pada gasifier yaitu pengeringan, pirolisis, pembakaran dan reduksi yang terukur oleh termokopel direkam menggunakan data logger setiap 3 menit.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Karakteristik Suhu Tiap Zona Gasifier

Downdraft gasifier memiliki 4 zona yaitu zona pengeringan, pirolisis, pembakaran dan reduksi. Suhu rata-rata pada masing-masing zona gasifier dengan komposisi campuran bahan bakar yang bervariasi ditunjukkan pada Tabel 1. Secara umum besarnya suhu yang dicapai oleh reaktor masih relatif rendah untuk terjadinya proses gasifikasi yang sempurna. Sebagai dampaknya masih relatif banyak tar dan arang yang belum terproses dan terurai menjadi gas.

Tabel 1. Suhu rata-rata tiap zona downdraft gasifier No Variasi komposisi bahan

bakar

Suhu pada Zona (oC)

Pengeringan Pirolisis Pembakaran Reduksi 1 100 % limbah aren, 0 % serpihan kayu 77,5 140,4 251,5 195, 7 2 75 % limbah aren, 25 % serpihan kayu 77,3 146,6 243,1 202, 9 3 50 % limbah aren, 50 % serpihan kayu 77,9 156,7 384,4 197, 5 4 25 % limbah aren, 75 % serpihan kayu 78,1 135,2 258,2 201, 1

Pada zona pengeringan terlihat bahwa penambahan serpihan kayu sebagai campuran bahan bakar gasifikasi limbah padat pati aren tidak mempengaruhi karakteristik suhu proses pengeringan. Hal ini dapat dimengeri karena pada zona ini panas yang terukur cenderung

(8)

berupa panas uap air dari proses pengeringan yang terjadi. Apabila diamati dari hasil pengukuran distribusi suhu selama proses pengeringan terlihat bahwa kenaikan suhu yang terukur tidak terlalu besar khususnya setelah 15 menit dari saat awal operasional gasifier.

Pada zona pirolisis, sedikit perbedaan karakteristik terjadi pada campuran 50% serpihan kayu. Hal ini berkaitan dengan proses yang terjadi pada zona pembakaran dimana pada komposisi campuran tersebut rerata suhu yang dihasilkan paling tinggi sehingga berdampak pada proses pirolisa yang semakin sempurna. Hasil pengamatan juga menunjukkan bahwa pada komposisi campuran 50% serpihan kayu, laju aliran bahan menjadi lebih stabil dan konstan dan debit gas yang dihasilkan, yang ditunjukkan oleh perilaku nyala api kompor, relatif lebih konstan.

Pada zona reduksi rerata suhu yang terukur relatif tidak jauh berbeda. Meskipun demikian apabila dicermati dari distribusi suhu selama proses gasifikasi terdapat fluktuasi yang cukup besar dimana hal ini diprediksi dikarenakan laju penurunan material abu hasil pembakaran dari zona pembakaran ke zona gasifikasi yang tidak kontinyu melainkan periodik.

4.2. Waktu Nyala Efektif

Waktu nyala efektif diukur berdasarkan lama waktu gasifier menghasilkan gas yang dapat dinyalakan atau dibakar secara stabil. Hasil pengukuran ditunjukkan melalui Tabel 2. Dari hasil pengukuran tersebut didapatkan waktu nyala efektif maksimum sebesar 24 menit / kg bahan yang diperoleh pada perbandingan 75% limbah padat pati aren dan 25% serpihan kayu. Pada komposisi 100% limbah padat pati aren dicatat bahwa bahan bakar terlalu cepat turun ke zone gasifikasi dimana sebagiannya belum sempat terjadi pirolisis sehingga gas yang dihasilkan menjadi kurang stabil. Pada komposisi serpihan kayu yang terlalu besar bahan bakar cenderung tertahan di bagian bawah ruang pirolisis.

Tabel 2. Waktu nyala efektif gas yang dihasilkan gasifier per kg bahan bakar

No. Variasi campuran bahan bakar

Waktu Nyala Efektif / 3,2 kg bahan (menit)

Waktu nyala efektif / kg bahan (menit) 1. 100 % limbah aren 0 % serpihan kayu 62 19, 4 2. 75 % limbah aren 25 % serpihan kayu 78 24, 4 3. 50 % limbah aren 50 % serpihan kayu 65 20, 8 4. 25 % limbah aren 75 % serpihan kayu 48 15,0

(9)

4.3. Kalor yang Dihasilkan

Kalor yang dihasilkan proses gasifikasi diukur berdasarkan metode perbedaan suhu pada pemanasan sejumlah masa air. Hasil perhitungan disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Kalor yang dihasilkan tiap kg komposisi campuran bahan bakar No. Variasi campuran bahan bakar Kalor yang dihasilkan

1 100 % Limbah Aren & 0 % serpihan kayu 1,75 MJ 2 75 % Limbah Aren & 25 % serpihan kayu 1,95 MJ 3 50 % Limbah Aren & 50 % serpihan kayu 1,96 MJ 4 25 % Limbah Aren & 75 % serpihan kayu 1,63 MJ

Penambahan serpihan kayu sebagai bahan bakar pada gasifikasi limbah padat pati aren sampai batas 50% menambah nilai kalor yang dihasilkan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa disamping waktu efektif reaktor dalam menghasilkan gas, penambahan serpihan kayu memperbaiki kestabilan produksi gas. Pada penelitian ini belum dilakukan analisa komponen gas. Meskipun demikian dari visual hasil pengamatan terhadap nyala api kompor yang diperoleh dipastikan bahwa penambahan serpihan kayu memperbaiki produksi gas bakar seperti methan dan CO.

Dari hasil pengamatan pada sisa bahan gasifikasi didapatkan bahwa baru sekitar 80 - 90 % berat bahan bakar dapat digasifikasikan. Sisa bahan yang tidak terproses tersisa sebagai arang, biomasa kering, serta tar. Sisa berupa arang didapatkan pada zona reduksi dimana karena suhu yang tidak optimal arang tersebut tidak terurai menjadi gas dan abu. Biomasa kering didapatkan sebagai sisa proses gasifikasi karena di akhir proses yaitu ketika bahan bakar mendekati habis proses menjadi berhenti (mati) sehingga tidak semua bahan dapat mengalami proses pirolisa maupun reduksi. Tar juga masih didapatkan sebagai material tersisa karena suhu reaktor belum cukup tinggi dan konstan.

Dari parameter waktu nyala efektif dan jumlah kalor yang dihasilkan diperoleh hasil yang berbeda mengenai campuran bahan bakar yang terbaik. Tetapi kinerja gasifier lebih ditentukan oleh parameter yang kedua yaitu jumlah kalor yang dihasilkan. Hal itu dikarenakan dalam perhitungan jumlah kalor yang dihasilkan sudah memperhitungkan lama waktu nyala efektif. Jadi, penambahan serpihan kayu sebesar 50 % untuk bahan bakar gasifier akan memberikan kinerja gasifikasi limbah padat pati aren yang terbaik.

(10)

Disamping parameter yang dihitung secara kuantitif, terdapat beberapa parameter kualitatif yang diamati dalam percobaan seperti karakteritik nyala api dari pembakaran gas yang dihasilkan dan operasional gasifier. Penambahan serpihan kayu sebagai bahan bakar pada gasifikasi limbah padat pati aren menghasilkan gas yang jika dibakar nyala apinya berwarna biru dan konstan. Sampai batas penambahan 50% juga berdampak pada operasional reaktor yang lebih baik dimana frekuensi pengaturan kepadatan bahan bakar menjadi lebih rendah.

5. KESIMPULAN

1. Penambahan serpihan kayu sebagai campuran bahan bakar pada gasifikasi limbah padat pati aren mempengaruhi kinerja gasifikasi yang ditunjukkan melalui karakteristik suhu pada tiap-tiap zona gasifier, lama waktu efektif reaktor menghasilkan gas, dan panas yang dihasilkan reaktor.

2. Penambahan sampai dengan 50% serpihan kayu direkomendasikan untuk memberikan kinerja terbaik gasifikasi limbah padat pati aren.

3. Pada komposisi campuran 50% serpihan kayu 50% limbah padat pati aren, gasifier menghasilkan kinerja waktu nyala efektif 21 menit / kg bahan, jumlah kalor 1,9 MJ/kg, dan suhu pada zona pengeringan, pirolisis, pembakaran dan reduksi masing-masing 78, 157, 384 dan 198oC.

DAFTAR PUSTAKA

Barrio, M., Fossum, M., Hustad, J.E. 2004. A small-scale stratified downdraft gasifier coupled to a gas engine for combined heat and power production. Norwegian Univ of Science and Technology, 7491 Trondheim, Norway

Bridgwater, A. 2003. Renewable fuels and chemicals by thermal processing of biomass. Chemical Engineering Journal, Vol. 91:87-102

Firdayati, M., Handajani, M. 2005. Studi Karakteristik Dasar Limbah Industri Tepung Aren. Infrastructure and Built Environment Vol. I No. 2

Girard, J. P. , 1992. Smoking (dalam Technology of meat and meat product). Ellias Horwood. New York

Hartoyo dan Nurhayati, 1976. Rendemen dan sifat arang dari beberapa jenis kayu Indonesia. Lap. Lembaga Penelitian Hasil Hutan, Departemen Kehutanan. Bogor Hoki, M., Sato, K., Miao, Y., Nishidate, J., 2002. The study of biomass gasification system

(11)

Agricultural Engineering Conference, Wuxi, China, November 28-30, 2002:578-582

Lim, K., Sims, R. 2003. Liquid and gaseous biomass fuels, in R Sims (ed). Bioenergy option for a cleaner environment, Elsevier, the United Kingdom

McKendry, P. 2002. Energy production from biomass (part 3): gasification technologies. Bioresource technology. Vol. 83:55-63

Payne, F.A., Chandra, P.K. 1985. Mass balance for biomass gasifier combustor. Transaction of the ASAE 28(6):2037-2041

Purwantana, B., Masithoh, R.E. 2007. Pengembangan Gasifikasi Limbah Padat Pati Aren Untuk Aplikasi Pemanasan. Prosiding Seminar Nasional peningkatan Peran Teknik Pertanian untuk Pengembangan Agroindustri Dalam Rangka Revitalisasi Pertanian, Yogyakarta 3 Juli 2007 : 239-251

Rajeev J., Rajvanshi, A.K. 1997. Sugarcane leaf-bagasse gasifier for industrial heating application. Biomass and Bioenergy Vol.13, No.3:141-146

Gambar

Gambar 2. Rangkaian alat percobaan pirolisis reduksi  pembakaran pengeringan  Manometer Termokopel II
Tabel 1. Suhu rata-rata tiap zona downdraft gasifier  No  Variasi komposisi bahan
Tabel 2. Waktu nyala efektif gas yang dihasilkan gasifier per kg bahan bakar  No.  Variasi campuran bahan
Tabel 3. Kalor yang dihasilkan tiap kg komposisi campuran bahan bakar  No.  Variasi campuran bahan bakar  Kalor yang dihasilkan

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian diatas maka perlu diadakan penelitian tentang pengaruh pemberian kombinasi pestisida nabati terhadap hasil tanaman padi (Oryza sativa L.) secara SRI ( System

Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa perlakuan komposisi media tanam secara tunggal berpengaruh sangat nyata terhadap saat muncul calon tubuh buah(pin head), munculnya

Industri semen di Indonesia telah mengalami perkembangan yang pesat dalam produksi semen dan penggunaan batu kapur sebagai bahan baku pembuatan semen juga semakin

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Muhammad Shofiyullah NIM : 10630057 Jurusan : Kimia Fakultas : Sains dan Teknologi Judul Penelitian : Identifikasi Senyawa Aktif dan

Hasil dari penelitian menunjukan bahwa persepsi remaja di RT 04/RW 04 Kelurahan Tangkerang Barat Kecamatan Marpoyan Damai terhadap tayangan dahsyat dapat dilihat dari perbedaan

Total Pembiayaan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah berdasarkan Jenis Penggunaan dan Propinsi - Desember 2014 (Financing of Islamic Commercial Bank and Islamic Business Unit

Kriteria unjuk kerja merupakan bentuk pernyataan yang menggambarkan kegiatan yang harus dikerjakan untuk memperagakan hasil kerja/karya pada setiap elemen kompetensi. Kriteria

Pertama disiapkan larutan blanko yang ber)ungsi menegah terukurnya serapan selain analit, lauran standar yang mengandung 9:5%, aminoantipirin serta en<im urikase yang