• Tidak ada hasil yang ditemukan

AHLUSSUNNAH WAL JAMA AH; SOLUSI KESESATAN AKIDAH. Oleh : Ahmad Khusairi. Seiring dengan perkembangan mesin waktu yang akhirnya mengantarkan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "AHLUSSUNNAH WAL JAMA AH; SOLUSI KESESATAN AKIDAH. Oleh : Ahmad Khusairi. Seiring dengan perkembangan mesin waktu yang akhirnya mengantarkan"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH; SOLUSI KESESATAN AKIDAH

Oleh : Ahmad Khusairi a. Problematika umat islam saat ini

Seiring dengan perkembangan mesin waktu yang akhirnya mengantarkan pada sebuah istilah globalisasi atau bahkan sudah terbilang new globaliasi memberikan tantangan tersendiri bagi umat muslim secara keseluruhan dan umat muslim indonesia dalam lingkup yang lebih khusus. Telah terjadi banyak musibah yang menimpa umat muslim akhir-akhir ini, dan diantara musibah yang amat menyedihkan adalah penyimpangan akidah yang benar-benar diyakini akan menyebabkan kehancuran dan kesesatan. Karena, akidah yang benar menjadi motivasi utama terciptanya amal yang bermanfaat. Tanpa akidah yang benar, seseorang akan menjadi mangsa bagi persangkaan dan keragu-raguan yang akhirnya akan menumpuk dan menghalangi setiap individu dari pandangan yang benar terhadap jalan hidup kebahagiaan.

Dan pada pergeseran selanjutnya akan terbentuk masyarakat hewani karena sudah tidak lagi dibentengi oleh akidah yang benar. Sehingga, tidak lagi memiliki prinsip-prinsip hidup bahagia, meskipun mereka bergelimang dengan materi yang menjadi salah satu ciri khas “globalisasi” ini. Masyarakat tanpa akidah akan mempunyai kerangka dasar hidup yang bersifat matrealisme dan hal inilah yang dapat kita lihat pada masyarakat jahiliah pra Islam. Searah dengan paparan di atas bahwa kekayaan materi memerlukan taujih (pengarahan) dalam penggunaannya, dan tidak ada pemberi arahan yang benar, kecuali akidah benar pula.

Berkenaan dengan hal ini, ada beberapa hal yang ditenggarai menjadi penyebab terjadinya problem yang betul-betul menakutkan, antara lain adalah :

(2)

Pertama : Kebodohan terhadap akidah yang benar, karena enggan mempelajari dan mengajarkannya, atau karena kurangnya perhatian terhadapnya. Akibatnya, tumbuh suatu generasi yang tidak mengenal akidah yang benar dan juga tidak mengetahui lawan maupun lawan. Sehingga, pada akhir-akhir ini sering menjelma generasi-generasi yang meyakini sesuatu yang hak sebagai sesuatu yang batil dan yang batil dianggap sebagai yang hak. Sebagaimana prediksi sayyidina Umar r.a. yang artinya, "Sesungguhnya ikatan simpul Islam akan pudar satu demi satu, manakala di dalam Islam terdapat orang yang tumbuh tanpa mengenal kejahiliahan."

Kedua : Taklid buta, hal ini terjadi karena tidak bisa dipisahkan dari point sebelumnya. Tidak adanya pemahaman yang cukup akan akidah yang benar sehingga menyebabkan munculnya taklid buta seperti yang marak di kalangan para generasi muda saat ini. Sehingga ada sebagian yang menegaskan bahwa taklid buta terjadi bukan dikarenakan yang mati hidup lagi, namun yang hidup telah mati.

Ketiga : Lalai (ghaflah) terhadap perenungan ayat-ayat Allah yang terhampar di jagat raya ini (ayat-ayat kauniyah) dan ayat-ayat Allah yang tertuang dalam kitab-Nya (ayat-ayat Quraniyah). Di samping itu, juga terbuai dengan hasil-hasil teknologi dan kebudayaan, sampai-sampai mengira bahwa itu semua adalah hasil kreasi manusia semata, sehingga mereka mengagung-agungkan manusia serta menisbatkan seluruh kemajuan ini kepada jerih payah dan penemuan manusia semata.

Sudah amat banyak dari generasi saat ini yang tidak berpikir dan tidak pula melihat keagungan Tuhan yang telah menciptakan alam ini dan yang telah menimbun berbagai macam keistimewaan di dalamnya. Tidak sedikit yang pikirannya dikuasai

(3)

oleh yang telah menciptakan manusia lengkap dengan bekal keahlian dan kemampuan guna menemukan keistimewaan-keistimewaan alam serta memfungsikannya demi kepentingan manusia. Dan masalah yang amat mendasar adalah di dalam setiap rumah tangga sekarang ini cenderung kosong dari pengarahan yang benar menurut Islam. Padahal, lingkungan keluarga adalah lingkungan yang sangat menjadi penentu arah generasi masa depan sebagaimana nabi memberikan penegasan dalam salah satu sabdanya.

Keempat : Media pendidikan dan media informasi yang tidak berjalan sebagaimana mestinya. Kurikulum pendidikan kebanyakan tidak memberikan perhatian yang cukup terhadap nilai-nilai agama Islam (walaupun dengan adanya rumusan kurikulum 2013 muncul yang namanya kompetensi inti lebih menitik-beratkan pada relegiutas), bahkan ada yang tidak peduli sama sekali. Sedangkan media informasi, baik media cetak maupun elektronik, berubah menjadi sarana penghancur dan perusak, atau paling tidak hanya memfokuskan pada hal-hal yang bersifat materi dan hiburan semata. Tidak memperhatikan hal-hal yang dapat meluruskan moral dan menanamkan akidah serta menangkis aliran-aliran sesat. Dari sini, muncullah generasi yang telanjang tanpa senjata, tidak berdaya di hadapan pasukan kekufuran yang persenjataannya lengkap.

b. Urgensi akidah aswaja di abad 21

Akidah berasal dari kata ’aqd yang berarti pengikatan. A'taqattu kadza artinya “saya beritikad begini”. Maksudnya, saya mengikat hati terhadap hal tersebut. Akidah adalah apa yang diyakini oleh seseorang. Jika dikatakan, “Dia mempunyai akidah yang benar,” berarti akidahnya bebas dari keraguan. Akidah merupakan perbuatan

(4)

hati, yaitu kepercayaan hati dan pembenarannya kepada sesuatu. Adapun makna akidah secara syara adalah sebagai berikut. Yaitu, iman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-malaikat-Nya, para rasul-malaikat-Nya, dan kepada hari akhir, serta kepada qadar yang baik maupun yang buruk. Hal ini disebut juga sebagai rukun iman.

Syariat terbagi menjadi dua: itiqadiyah dan amaliyah. I’tiqadiyah adalah hal-hal yang tidak berhubungan dengan tata cara amal, seperti i’tiqad (kepercayaan) terhadap rububiyah Allah dan kewajiban beribadah kepada-Nya, juga beritikad terhadap rukun-rukun iman yang lain. Hal ini disebut ashliyah. Benar dan rusaknya amaliyah tergantung dari benar dan rusaknya i’tiqadiyah. Maka, akidah yang benar adalah fundamen bagi bangunan agama serta merupakan syarat sahnya amal seperti yang disebutkan di dalam surah al-Kahfi 110, az-Zumar 2-3, 65 dan ayat-ayat yang lain.

Ayat-ayat di atas dan yang senada, jumlahnya banyak, menunjukkan bahwa segala amal tidak diterima jika tidak bersih dari syirik. Karena itulah, perhatian Nabi saw. yang pertama kali adalah pelurusan akidah. Dan, hal pertama yang didakwahkan para rasul kepada umatnya adalah menyembah Allah semata dan meninggalkan segala yang dituhankan selain Dia. Allah SWT berfirman, "Dan, sesungguhnya Kami telah mengutus rasul tiap-tiap umat (untuk menyerukan): ‘Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut itu," (An-Nahl: 36). Dan rasulpun di awal dakwahnya selalu mengucapkan, "Wahai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya." (Al-A’raf: 59, 65, 73, 85).

Redaksi-redaksi di atas antara lain diucapkan oleh para nabi-nabi terdahulu dan mengajak manusia kepada tauhid dan pelurusan akidah, karena hal itu merupakan landasan bangunan Islam. Para penyiar agama dalam setiap masa

(5)

mestinya harus mengikuti jejak para rasul dalam menyiarkan agama. Sebagai bukti, para rasul mereka memulai dengan dakwah kepada tauhid dan pelurusan akidah. Setelah itu mereka mengajak kepada seluruh perintah agama yang lain.

c. Akidah Aswaja sebagai solusi

Terdapat tantangan mendasar dari permasalahan di atas, agar umat Islam tidak terskoptasi dengan ideologi sesat yang secara tidak langsung akan menjauhkan Islam itu sendiri dengannya. Pengejawantahan tentang nilai Islam rahmatan lil’alamin harus benar-benar terwujud melalui langkah yang pasti. Salah satunya dengan konsistensi berakidah, dan menjauhkannya dari pola pikir liberal.

Keberadaan ahlussunnah wal jama’ah menjadi solusi dari kesesatan akidah yang secara riil semakin merajalela di Indonesia, hal ini disebabkan oleh beberapa hal yang telah disebutkan di atas. Ahlussunah wal jama’ah sendiri secara bahasa terdiri dari tiga kata, yaitu: ahl; keluarga, kelompok, golongan, dan komunitas, al-sunnah; tradisi, jalan, kebiasaan dan perbuatan sedang al-jamaah; kebersamaan, kolektifitas, komunitas, mayoritas dan lain-lain. Tiga rangkaian kata di atas, kemudian berkembang menjadi istilah bagi sebuah komunitas muslim yang secara konsisten bepegang teguh kepada tradisi (sunnah) Nabi Muhammad Saw dan sebagai landasan normatif setelah Al-Qur.’an, dan selalu mengikuti alur pemikiran dan sikap mayoritas kaum muslimin.

Secara manhajiah, Aswaja tidak bisa dipisahkan dengan tiga hal, sehingga hal ini akan menjadi penutup pintu akan keberadaan paham-paham sesat dalam pola pikir maupun I’tikadiyah. Ketigal hal tersebut adalah:

Pertama, tasamuh (toleransi), artinya sikap lapang dada dan menghargai sikap pendirian dan harga diri dan bersedia berbeda pendapak, baik dalam masalah

(6)

keagamaan, kemasyarakatan dan kebudayaan. Sikap toleransi menjadi urgen terutama dalam menyikapi perbedaan yang terjadi di antara umat. Tetapi, toleransi yang dimaksud di sini adalah toeransi yang tidak kebablasan. Dengan kata lain, menghormati pendapat atau keyakinan orang lain yang berbeda dengan kita dengan tetap memberi koreksi atau catatan. Dengan sikap ini, ketegangan ideologis akan dapat diredam yang pada tahap berikutnya perbedaan dapat bergandengan tangan dalam kedamaian serta bisa membawa paham yang bersebrangan kembali pada jalan yang lurus.

Kedua, tawasuth (moderat). Dalam manhaj ini, bahwa selain wahyu, kita juga memposisikan akal pada posisi yang terhormat (namun tidak terjebak dalam menggunakan akal) karena martabat manusia terletak pada apakah dan bagaimana dia menggunakan akal yang dimilikinya. Sikap tawasuth menggiring umat untuk mengambil jalan tengah dalam berakidah, yakni tidak radikal jaga tidak membebaskan diri tanpa batas.

Ketiga, tawazun (seimbang atau netral), artinya keseimbangan memperhatikan dan memperhitungkan berbagai faktor, berusaha mendudukkan secara proporsional dalam memandang segala bentuk kegiatan keberagamaan yang menjadi satu titik tekan keberimanan seseorang.

Kesesatan akidah, yang orientasi pijakannya adalah akal pikiran sebagai dewa, akan termentahkan dengan sendirinya dengan kuatnya akidah Ahlussunnah wal jama’ah dan manhaj sebagai pola pikir yang riil.

Referensi

Dokumen terkait

Beroperasi dengan tujuan melakukan pengawasan disekitar Rawa Pening, dalam pengolahan analisa teknis, olah gerak akan dilakukan pada saat kapal diam (V= 0 knot)

Banyaknya pemirsa yang mengikuti forum chatting lewat sms di Chat Mate ini menurut penulis cukup menarik untuk diteliti, karena jika dilihat dari jam tayang program yaitu

Kedua, baik keilahian dan kemanusiaan diperlukan agar Kristus men- jadi Juruselamat yang efektif, karena Alkitab menjelaskan tentang Kristus untuk men- jadi korban

Hal ini juga sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menyebutkan bahwa peningkatan kadar ovalbumin dalam butiran hasil enkapsulasi pada formula dengan konsentrasi

Design research cycles typically consist of three phases: preparation and design phase, teaching experiment and retrospective analysis.. The results of the retrospective analysis

tahunan, selebaran berita, surat pembaca (di surat kabar, majalah) dan karangan di surat kabar. 27 Dengan dokumentasi, peneliti mencatat tentang sejarah Pondok

Dalam konteks ini penulis mendapati bahawa wujud sebilangan pelajar bahasa Arab yang memandang ringan terhadap peranan aspek ta‘rif dan tankir dalam ayat atau

Sebuah teori yang dapat digunakan perawat untuk memahami hub kebutuhan dasar.. manusia saat