CLINICAL PRACTICE GUIDELINES
(Panduan Praktik Klinis)
Komite Medis RSCM
26 Juli 2016
Problem in health care
Research:
what we can do
HTA:
which ones we can do
Clinical guidelines:
what we should do
Practice:
doing what we should do
Clinical Governance
"A framework through which NHS
organizations are accountable for
continuously improving the quality of
their services and safeguarding high
standards of care, by creating an
environment in which excellence in
Clinical Governance Clinical audits Education & Training Risk management Account-ability Research & development Clinical Effective-ness
Taxonomy of health system standards
(Ashton, 2002)
Clinical practice guidelines
PLUS
– Clinical pathways – Protocols – Procedures – Algorithms – Standing orders Must be: # Evidence-based # Periodically revisedThe jungle of terms
Standar pelayanan, standar pelayanan
kedokteran, standar pelayanan kesehatan,
standar prosedur operasional, prosedur
operasional standar, standar profesi, standar
fasilitas, standar pelayanan medis, pedoman
pelayanan medis, panduan pelayanan medis,
panduan praktik klinis, prosedur baku, etc etc.
Juliet Capulet:
What’s in a name?
A rose by any other name
would smell as sweet
Standardisasi istilah
Banyak istilah yang rancu / tumpang tindih
Mengacu pada Ashton (2002): Taxonomy of
Health System Standards, dengan modifikasi:
– Pedoman nasional pelayanan kedokteran (PNPK) – Panduan praktik klinis (PPK) yang dapat disertai:
• Alur klinis (clinical pathway) (CP) • Algoritme
• Protokol • Prosedur
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK)
PNPK adalah penyataan yang dibuat secara sistematis
yang didasarkan pada bukti ilmiah (scientific evidence),
untuk membantu dokter dll. tentang tata laksana penyakit atau kondisi klinis yang spesifik. Sinonim: clinical
guidelines, clinical practice guidelines, practice parameters.
Dalam pustaka istilah Clinical Guidelines digunakan baik pedoman yang bersifat nasional/global, maupun lokal Dalam dokumen ini:
– dokumen yang dibuat oleh kelompok pakar koordinasi
Kemenkes disebut sebagai Pedoman Nasional Pelayanan
Kedokteran (PNPK),
– yang telah diadaptasi sesuai dengan fasilitas setempat disebut sebagai Panduan Praktik Klinis (PPK).
Bilakah perlu dibuat PNPK?
PNPK diperlukan bila:
– jumlah kasusnya banyak (high volume)
– mempunyai risiko tinggi (high risk)
– cenderung memerlukan biaya tinggi (high cost)
terutama bila terdapat
variasi yang luas
di
antara para praktisi untuk penanganan kasus
yang sama.
Karakteristik PNPK
Sahih / valid, evidence-based
Reproducible
Cost-effective
Representatif, seringkali multidisiplin
Dapat diterapkan dalam praktik
Fleksibel
Jelas
Terjadwal untuk dilakukan revisi
Dapat digunakan untuk audit klinis
Proses pembuatan PNPK
Pemilihan dan penentuan topik
– Kemenkes menulis surat kepada organisasi
profesi, RS pendidikan, RS besar
– Seleksi awal
– Yang terpilih dilengkapi secara rinci alasan
topik tersebut dipilih, pakar-pakar yang
diusulkan, perkiraan proyek akan selesai, dll
– Penentuan prioritas
Proses pembuatan PNPK
Pembentukan Panel Pakar PNPK
– Kemenkes membentuk panel pakar
• Organisasi profesi • Akademisi
• Pakar lain
– Dalam rapat pertama:
• Maksud pembuatan PNPK
• Format PNPK (lihat Lampiran xx) • Cara kerja, termasuk time-table
Proses pembuatan PNPK
Pembuatan draft dan Rapat-rapat
– Draft awal PNPK dibuat oleh Ketua & Staf
– Draft awal dikembangkan bersama oleh seluruh anggota panel dengan mekanisme yang
disepakati, termasuk komunikasi melalui email. – Rapat Panel tiap bulan untuk membahas
perkembangan pembuatan draft PNPK
– Selesai dalam waktu 3-4 kali pertemuan draft – Pleno dengan KUK, serahkan ke Dirjen
Format PNPK (dapat dimodifikasi bila perlu)
Judul
Daftar tabel, singkatan, istilah, sambutan dll. Ringkasan eksekutif
Latar belakang
– Pembenaran mengapa diperlukan PNPK – Pertanyaan klinis
Metode
– Strategi pencarian bukti, kata kunci, database, dll – Kriteria inklusi dan eksklusi
– Peringkat bukti
– Derajat rekomendasi
Hasil dan diskusi
Simpulan dan rekomendasi Daftar pustaka
Tampilan PNPK
Tampilan PNPK dibakukan, dengan sampul
yang menunjukkan pengesahan dari
Kementerian Kesehatan serta organisasi
profesi yang terlibat dalam pembuatan PNPK.
Para pakar yang langsung terlibat dalam
pembuatan PNPK dicantumkan sebagai
kontributor.
PNPK
Penyakit Dalam – HIV-AIDS – Sepsis – Diabetes – PGT IK Anak – BBLR – Asfiksia – Talasemia – EpilepsiParu
– Tuberkulosis Bedah – Trauma – Kanker payudara – Penyakit Hirschsprung – Peritonitis Ob-gin – Eklamsia – IUGR – Perdarahan pascasalin – Ketuban pecah diniPanduan Praktik Klinis (PPK)
PPK
adalah istilah teknis sebagai pengganti
istilah
SPO
(standar prosedur operasional)
yang digunakan dalam UUPK 2004
PNPK harus diterjemahkan sesuai dengan
kondisi dan fasilitas setempat menjadi PPK
Terutama karena perbedaan fasilitas yang
amat lebar antar fasyankes
Tidak diperlukan untuk negara yang:
– Geografi kecil
– Fasilitas lebih kurang sama – Sistem rujukan bagus
Panduan Praktik Klinis (PPK)
Bila tersedia PNPK, PPK dibuat dengan
rujukan utama PNPK
Karena PNPK hanya dibuat untuk sebagian
kecil penyakit, maka sebagian besar PPK
dibuat dengan rujukan lain
Panduan Praktik Klinis (PPK)
PPK dapat sama/berbeda di RS yang beda:
– PPK untuk DBD tanpa syok, mungkin bersifat sama, di rumah sakit tipe, A, B, C, D.
– Di RS tipe A, PPK untuk PJB dari Dx sampai
bedah, di RS tipe A yang lain hanya Dx lalu rujuk – Di RS tipe B clinical pathway untuk stroke
melibatkan bedah saraf, di RS B yang lain tidak Jadi PPK bersifat hospital specific.
Tujuan PPK
Meningkatkan kualitas pelayanan
Mengurangi intervensi yang tidak perlu
Memberikan opsi pengobatan terbaik
Memberikan opsi terapi dengan risiko terkecil
Tata laksana dengan biaya yang memadai
PPK untuk penyakit yang umum
Untuk penyakit yang tidak dibuat PNPK, atau yang
PNPK-nya belum ada, staf medis membuat PPK dengan: – mengacu pustaka mutakhir/PNPK negara lain
– panduan profesi / direktorat Kemenkes – buku ajar, kesepakatan para staf medis
Di RSU: PPK penyakit-penyakit terbanyak untuk setiap departemen, sedangkan untuk RS rujukan: PPK untuk penyakit-penyakit tiap subdisiplin
Pembuatan PPK dikoordinasi oleh Komite Medis
Perangkat untuk pelaksanaan PPK
Dalam PPK mungkin perlu rincian langkah demi langkah: – Stroke iskemik: tata laksana multidisiplin dan dengan
pemeriksaan serta intervensi dengan urutan tertentu. Karakteristik penyakit ini sesuai untuk dibuat alur
klinis (clinical pathway)
– Gagal ginjal kronik perlu hemodialisis. Uraian rinci tentang hemodialisis dimuat dalam protokol
hemodialisis pada dokumen terpisah.
– Kejang demam kompleks perlu dilakukan pungsi lumbal prosedur pungsi lumbal
– Kejang demam perlu pemberian diazepam rektal
segera oleh perawat bila dokter tidak ada; ini diatur dalam “standing order”.
Clinical Pathway (CP)
CP = critical pathway, care pathway, care map,
integrated care pathways, multidisciplinary pathways of care, pathways of care, collaborative care pathways.
CP merinci apa yang harus dilakukan pada kondisi klinis tertentu. CP = rencana tata laksana hari demi hari
dengan standar pelayanan yang sesuai.
CP bersifat multidisiplin sehingga semua dapat menggunakan format yang sama.
Perkembangan pasien dapat dimonitor setiap hari, baik intervensi maupun outcome-nya.
CP paling layak untuk penyakit multidisiplin, dan
perjalanan klinisnya dapat diprediksi (pada >70% kasus). Perjalanan menyimpang ∞ varian
Apakah semua penyakit perlu CP?
Tidak.
Di RSU hanya 30% dirawat dengan CP,
selebihnya dirawat dengan usual care.
CP hanya efektif dan efisien apabila
dilaksanakan untuk penyakit atau kondisi
kesehatan yang perjalanannya predictable,
khususnya bila memerlukan perawatan
Tidak. CP, seperti semua jenis PPK harus patient-oriented
CP tidak dibuat untuk memperoleh rincian biaya perawatan, dengan konsekuensi dibuatnya secara dipaksakan CP untuk semua jenis penyakit
CP mungkin dapat menjadikan biaya perawatan menjadi lebih murah
CP juga dapat menjadi masukan untuk program lain yang menyangkut pembiayaan, misalnya ”diagnostic
related group” (DRG), INA-CBG, BPJS
Apakah CP dibuat untuk
memperoleh rincian biaya?
Algoritme
Algoritme merupakan format tertulis berupa flowchart dari pohon pengambilan keputusan. Dengan format ini dapat dilihat secara cepat apa yang harus
dilakukan pada situasi tertentu. Algoritme merupakan panduan yang efektif dalam beberapa keadaan
klinis tertentu misalnya di ruang gawat darurat atau instalasi gawat darurat. Bila staf dihadapkan pada situasi yang darurat, dengan menggunakan algoritme ia dapat melakukan tindakan yang cepat untuk
Protokol
Protokol = panduan tata laksana untuk kondisi tertentu. Misalnya dalam PPM disebutkan bila pasien mengalami gagal napas perlu pemasangan ventilasi mekanik.
Protokol pemasangan ventilasi mekanik: dari
pemasangan endotracheal tube, mengatur konsetrasi oksigen, kecepatan pernapasan, pemantauan, apa yang harus diperhatikan, pemeriksaan berkala apa yang harus dilakukan, dan seterusnya.
Dalam protokol harus termasuk siapa yang dapat melaksanakan, komplikasi yang mungkin timbul dan cara pencegahan atau mengatasinya, kapan suatu intervensi harus dihentikan, dan seterusnya.
Prosedur
Prosedur merupakan uraian
langkah-demi-langkah untuk melaksanakan tugas teknis
tertentu. Prosedur dapat dilakukan oleh
perawat (misalnya cara memotong dan
mengikat talipusat bayi baru lahir, merawat
luka, suctioning, pemasangan pipa
nasogastrik), atau oleh dokter (misalnya pungsi
lumbal atau biopsi sumsum tulang).
Standing orders
Standing orders adalah suatu set instruksi dokter
kepada perawat atau profesional kesehatan lain untuk melaksanakan tugas pada saat dokter tidak ada di tempat. Standing orders dapat diberikan oleh dokter pada pasien tertentu, atau secara umum
dengan persetujuan komite medis. Contoh: perawatan pascabedah tertentu, pemberian antipiretik untuk
demam, pemberian antikejang per rektal untuk pasien kejang, defibrilasi untuk aritmia
tertentu
.Bagaimana dokter menerapkan PPK
PPK harus diterapkan secara individual. PPK
bersifat rekomendasi atau advis, tidak harus
diterapkan pada semua pasien
Harus ditulis eksplisit
disclaimer/penyangkalan
– PPK dibuat untuk ’average patients’. – PPK dibuat untuk penyakit tunggal.
– Respons pasien terhadap prosedur diagnostik dan terapeutik sangat bervariasi.
– PPK dianggap valid pada saat dicetak.
– Praktik kedokteran modern mengharuskan kita mengakomodasi apa yang dikehendaki oleh keluarga dan pasien.
Siapa yang menetapkan?
Orang yang paling berwenang menilai secara
komprehensif keadaan pasien adalah dokter
yang bertugas merawat. Dialah yang akhirnya
menentukan untuk memberikan atau tidak
memberikan obat atau prosedur sesuai dengan
PPK. Bila
ia tidak melaksanakan apa yang ada
dalam PPK, ia harus menuliskan alasannya dengan
jelas dalam rekam medis, dan siap untuk
mempertanggungjawabkan
.
Bila ini tidak
dilakukan maka ia dianggap lalai melakukan
kewajibannya kepada pasien.
If it is not written down,
it didn’t happen
Tambahan disclaimer:
These guidelines are not intended to serve as a standard of medical care. (MOH Singapore)
… RWH provides these as a service and does not
warrant the accuracy of these guidelines (RWH, Melb)
..… The CPGs do not necessarily represent the views of all the clinicians in the RCH (RCH, Melb).
The recommendations contained in these guidelines do not indicate an exclusive course of action, or serve as a standard of medical care (RCH Melb).
… these guidelines are intended as a guide purposes only and do not replace or remove clinical judgment or the professional care and duty necessary for each
Revisi PPK
Terkini
Revisi periodik
Lazimnya: 2 tahun
Dapat + Pathways Algoritme Protokol Prosedur Standing orders
Standar Prosedur Operasional = PPK
Sesuai dengan Jenis dan strata (hospital specific)
PNPK
Terutama untuk penyakit yang banyak, mahal, risiko, bervariasi dalam praktik Dibuat oleh pakar multidisiplin
Ideal, terkini, evidence-based, canggih Dikoordinasi Kemenkes, disahkan Menkes
Ringkasan
PNPK dibuat oleh pakar, koordinasi Kemenkes
Standar prosedur operasional (SPO)
adalah
istilah administratif, digunakan dalam
UUPK.
Dalam tataran teknis disebut sebagai
PPK
PPK dibuat oleh staf medis, kordinasi Komite
Medis
PPK dapat disertai pathway, algoritme,
protokol, prosedur, standing order
Beberapa pengertian yang perlu
diluruskan/disepakati/kesamaan persepsi:
PNPK
– High volume, high risk, high cost, high variability
– Dibuat oleh tim pakar, hampir selalu multidisiplin – Informasi mutakhir, ideal, evidence-based
– Disahkan Menteri
– Harus diterjemahkan ke fasilitas pelayanan menjadi PPK (dalam UU-PK disebut sebagai Standar Prosedur Operasional)
PPK
Bersifat hospital specific
Dibuat oleh staf medis RS di bawah kordinasi Komite Medis dengan rujukan utama PNPK (bila tersedia)
Karena PNPK hanya sedikit, sebagian besar PPK dibuat dengan merujuk pada
– Literatur mutakhir (artikel asli, SR/meta-analisis, dll) – Clinical guidelines asing
– Buku ajar, evidence-based textbooks
– Panduan dari organisasi profesi, direktorat tertentu Kemenkes dll [Usul nama: Panduan Umum PPK]
Clinical pathways
Merupakan bagian atau pelengkap PPK karenanya memiliki karakteristik PPK termasuk:
– Hospital specific
– Dibuat oleh Staf Medis, kordinasi Komite Medis – Merujuk PNPK atau sumber pustaka lain
Terbaik untuk penyakit / kondisi yang perlu penanganan multidisiplin, dan perjalanan klinisnya predictable
Jangan dipaksakan, hindarkan“mentalitas menerabas” Tidak menggantikan clinical judgment
Harus patient oriented, jangan sampai DRG-oriented atau length