• Tidak ada hasil yang ditemukan

Acuan Penyusunan Standar Dan Spo Layanan Klinis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Acuan Penyusunan Standar Dan Spo Layanan Klinis"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

Penyusunan Standar Prosedur Operasional (SPO)/Panduan Praktik Klinis (PPK) di Puskesmas sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1438 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Kedokteran

Dody Firmanda

Ketua Komite Medik

RSUP Fatmawati, Jakarta

Pendahuluan

Standar Pelayanan Kedokteran1 adalah pedoman yang harus diikuti oleh dokter dalam menyelenggarakan praktik kedokteran2 dan salah satu tindak lanjut dari perundangan yang telah diterbitkan enam tahun yang lalu.3 Standar Pelayanan Kedokteran terdiri dari Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK) dan Standar Prosedural Operasional (SPO).4

Untuk rumah sakit Komite Medik adalah mengkordinasikan penyusunan Panduan Praktik Klinis (PPK) yang dibuat oleh (kelompok) staf medis5 dan mengacu kepada Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK) yang dibuat oleh organisasi profesi6 dan disahkan

(2)

oleh Menteri Kesehatan6. Pertanyaan yang menarik disini adalah – sudah berapa PNPK yang telah disahkan ? Bila telah ada PNPK tersebut – apakah telah dilakukan sosialisasi?7

Sedangkan untuk tingkat pelayanan primer dalam hal ini Puskesmas, dokter atau kelompok dokter menyusun Panduan Praktik Klinis (PPK) tetap mengacu kepada Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK) yang dibuat oleh organisasi profesi (IDI)6 dan agar upaya kesehatan rujukan berkesinambungan dokter Puskesmas tersebut dapat mengacu kepada PPK dari RSUD setempat.. Penggunaan PPK Puskesmas tersebut disahkan penggunaannya oleh Pimpinan Puskesmas (atau Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota bila dokter tersebut merangkap selaku Pimpinan Puskesmas).

Disampaikan pada Acara “Penyusunan Standar Prosedur Puskesmast” diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan di Hotel Pena Mas, Makassar 26 Juni 2012.

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1438/IX/2010 tentang Standar Pelayanan Kedokteran.

http://www.scribd.com/doc/43070763/Dody-Firmanda-2010-Permenkes-No-1438-MENKES-PER-IX-2010-Standar-Pelayanan-Kedokteran

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1438/IX/2010 tentang Standar Pelayanan Kedokteran Pasal 1 ayat 1.

Undang Undang RI Nomor 29 Tahun 2004 Pasal 44 ayat 3.

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1438/IX/2010 tentang Standar Pelayanan Kedokteran Pasal 3 ayat 1.

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1438/IX/2010 tentang Standar Pelayanan Kedokteran Pasal 11.

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1438/IX/2010 tentang Standar Pelayanan Kedokteran Pasal 3 dan Pasal 6.

(3)

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1438/IX/2010 tentang Standar Pelayanan Kedokteran Pasal 9.

(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)

Secara ringkas tentang Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1438/IX/2010 tentang Standar Pelayanan Kedokteran tersebut sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 1 berikut.

Dibuat: kelompok dokter

Puskesmas

Disahkan dan ditetapkan :

(14)

Gambar 1. Ringkasan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1438/Menkes/Per/IX/2010 dan Lembaran Berita Negara Tahun 2010 Nomor 464 tertanggal 24 September 2010 tentang Standar Pelayanan Kedokteran dengan modifikasi untuk tingkat Puskesmas.

Standar Pelayanan Kedokteran (PNPK dan PPK) tidak identik dengan Buku Ajar, Text-books ataupun catatan kuliah yang digunakan di perguruan tinggi. Karena Standar Pelayanan Kedokteran merupakan alat/bahan yang diimplementasikan pada pasien; sedangkan buku ajar, text-books, jurnal, bahan seminar maupun pengalaman pribadi adalah sebagai bahan rujukan/referensi dalam menyusun Standar Pelayanan Kedokteran.

Standar Prosedur Operasional untuk profesi medis Puskesmas dalam bentuk Panduan Praktik Klinis8 - pada umumnya dapat diadopsi dari Panduan Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK) yang telah dibuat oleh organisasi profesi masing masing, tinggal dicocokkan dan disesuaikan dengan kondisi sarana dan kompetensi yang ada di Puskesmas. Bila PNPK yang telah dibuat oleh organisasi profesi tersebut dan telah disahkan oleh Menteri Kesehatan RI serta sesuai dengan kondisi Puskesmas – maka tinggal disepakati oleh kelompok dokter terkait sebagai Panduan Praktik Klinis (PPK)

(15)

8 Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1348/MENKES/PER/IX/2010

(16)

Puskesmas dan disahkan penggunaannya oleh Pimpinan Puskesmas atau Kepala Dinas Kabupaten/Kota.

Namun bila PNPK tersebut belum ada atau tidak sesuai dengan kondisi Puskesmas atau dalam PNPK belum mencantumkan jenis penyakit yang sesuai dengan keadaan

epidemiologi penyakit di daerah kerja Puskesmas tersebut – maka Puskesmas tersebut

wajib membuat Panduan Praktik Klinis (PPK) setempat dan mempertimbangkan dengan PPK di RSUD setempat yang menjadi tempat rujukannya agar pelayanan dapat

berlangsung secara berkesinambungan dan tidak terjadi duplikasi pemeriksaan penunjang maupun terapi.

Dalam menyusun PPK Puskesmas – dokter (kelompok dokter) memberikan pelayanan keprofesiannya secara efektif (clinical effectiveness) dalam hal menegakkan diagnosis dan memberikan terapi berdasarkan pendekatan evidence-based medicine.

Peran Pimpinan Puskesmas disini adalah:

membuat dan menetapkan format umum Panduan Praktik Klinis Puskesmas

menetapkan kesepakatan tingkat evidens yang akan dipergunakan di Puskesmas

mengkompilasi PPK yang telah selesai

merekomendasikan PPK kepada Kepala Dinas Kabupaten/Kota untuk pengesahan penggunaan PPK tersebut di Puskesmas

(17)

melaksanakan audit medis dengan mempergunakan PPK

menetapkan kewenangan klinis profesi medis di Puskesmas

Penyusunan Panduan Praktik Klinis

Panduan Praktik Klinis (PPK) berdasarkan pendekatan Evidence-based Medicine (EBM)9 dan atau Health Technology Assessment (HTA)1 yang isinya terdiri sekurang kurangnya dari:10 Definisi/pengertian Anamnesis Pemeriksaan Fisik Kriteria Diagnosis Diagnosis Banding Pemeriksaan Penunjang Terapi

(18)

Edukasi

Prognosis

Kepustakaan

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1438/Menkes/Per/IX/2010 tentang Standar Pelayanan Kedokteran Pasal 4 ayat 3

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1438/Menkes/Per/IX/2010 tentang Standar Pelayanan Kedokteran Pasal 10 ayat 4

(19)

Penyusunan Panduan Praktik Klinis (PPK) di atas dapat tentang:11

Tatalaksana penyakit pasien dalam kondisi tunggal dengan/tanpa komplikasi Tatalaksana pasien berdasarkan kondisi

Adapun langkah langkah dalam penyusunan Panduan Praktik Klinis secara ringkasnya dapat dilihat dalam Gambar 2 berikut.

(20)
(21)

11 Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1438/Menkes/Per/IX/2010 tentang Standar Pelayanan Kedokteran Pasal 4 ayat 1

(22)
(23)
(24)

PNPK/PPK

Gambar 2. Langkah umum dalam kajian literatur melalui pendekatan evidence-based medicine, tingkat evidens dan rekomendasi dalam proses penyusunan Standar Pelayanan Kedokteran bentuk Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK) dan atau Panduan Praktik Klinis (PPK).

(25)

Agar lebih mudah dan praktis dalam membantu profesi medis di SMF menyusun PPK, maka digunakan Tabel 1 berikut sebagai panduan dalam menentukan tingkat evidens dan rekomendasi sebagaimana langkah ke tiga dari EBM dalam telaah kritis (critical

appraisal).

Tabel 1. Ringkasan dalam telaah kritis (critical appraisal) – VIA (Validity, Importancy dan Applicability)

(26)
(27)
(28)

Contoh Format Umum Panduan Praktik Klinis

PANDUAN PRAKTIK KLINIS

PUSKESMAS : ………

KABUPATEN : ...

2012 – 2014

(29)

1. Pengertian (Definisi) ……….. 2. Anamnesis ……….. ……….. ……….. ………..

(30)

……….. 3. Pemeriksaan Fisik ……….. ……….. ……….. ………..

(31)

……….. ……….. ………. 4. Kriteria Diagnosis 1. ………. 2. ………

(32)

3. ……… 4. ……….. 5. ………... 5. Diagnosis ………. 6. Diagnosis Banding 1. ……….

(33)

2. ………. 3. ……… 7. Pemeriksaan Penunjang 1. ……… 2. ……… 3.

(34)

……… 4. ……… 8. Terapi 1. ……… 2. ……… 3. ……… 4.

(35)

………

5.

………...

(36)

9. Edukasi 1. ……… 2. ……… 3. ……… 4. ……… 5. ………... 10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam/malam

(37)

Ad sanationam

: dubia ad bonam/malam

Ad fumgsionam : dubia ad bonam/malam 11. Tingkat Evidens I/II/III/IV 12. Tingkat Rekomendasi A/B/C 13. Penelaah Kritis 1. ……… 2. ……… 3. ……… 4.

(38)

……… 14. Indikator Medis ……… ……….. ……….. 15. Kepustakaan 1. ……… 2. ……… 3. ……… 4. ……… 5. ………...

(39)

..., ……….2012

Pimpinan Puskesmas...

...

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota ...

(40)
(41)

Dalam implementasi Panduan Praktik Klinis dokter menerapkannya kepada pasien dapat

dilengkapi dengan bentuk clinical pathways, algoritma, protokol, prosedur atau standing order.12

Memang salah satu kekurangan dari Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1438/IX/2010 tentang Standar Pelayanan Kedokteran ini tidak menjelaskan batasan/pengertian akan istilah clinical pathways, algoritma, dan standing order pada Bab 1 Ketentuan Umum13 sebagaimana lazimnya.

Clinical pathways, algoritma, dan standing order

Secara umum dalam suatu Standar Sistem Layanan Kesehatan (Healthcare System Standards) di sarana fasilitas pelayanan kesehatan (termasuk Puskesmas) terdapat

beberapa istilah yang harus diketahui terlebih dahulu agar tidak menimbulkan multi tafsir dan salah interpretasi. Sistem terdiri dari komponen Input, Proses dan Output

(Outcome)14,15 berrkaitan domain administrasi dan tehnis.16

Istilah (taksonomi) akan clinical pathways, algoritma, dan standing order merupakan istilah yang digunakan dalam Standar Sistem Layanan Kesehatan (Healthcare System Standards) yang termasuk dalam proses dari kategori domain tehnis sebagaimana dapat dilihat dalam Tabel 2 adn 3 berikut.

(42)

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1438/IX/2010 tentang Standar Pelayanan Kedokteran Pasal 10 ayat 4. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1438/IX/2010 tentang Standar Pelayanan Kedokteran Pasal 1.

Donabedian A. Evaluating the quality of medical care. Milbank Qrtly 1966;44:166-206.

Donabedian A. Exploration in Quality Assessment and Monitoring. Vol 1: The definition of Quality and Approaches to Its Assessments. Chicago, IL: Health Administeration Press; 1987.

(43)

Ashton J. Monitoring the quality of hospital care. HealthManager’s Guide. Bethesda, MD: Published for the U.S. Agency for International Development (USAID) by the Quality Assurance Project; 2001

(44)

Tabel 2. Taksonomi istilah digunakan dalam Standar Sistem Layanan Kesehatan

(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)

Gambar 3. Contoh algoritme untuk Infeksi Saluran Kemih (ISK)

(53)
(54)

Gambar 4. Standing Orders

Proses selanjutnya setelah menyusun Panduan Praktik Klinis (PPK) adalah membuat

Clinical Pathways sebagai salah satu komponen dari Sistem Casemix (INA CBG) yang

saat ini dipergunakan untuk Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (Jamkesmas) di rumah sakit, dan nantinya akan dipergunakan juga pada Universal Coverage yang akan berlaku mulai pada 1 Januari 2014 - maka INA CBG akan lebih disempurnakan dengan menghitung

(55)

DRG Relative Weight dan Casemix Index serta Base Rate setiap pengelompokkan jenis

penyakit dan selanjutnya dapat membandingkan (benchmarking) cost efficiency antar fasilitas layanan kesehatan (Puskesmas dan rumah sakit) dalam memberikan layanan kesehatan berdasarkan keadaan sebenarnya diberikan melalui

Clinical Pathways.

(56)

Clinical Pathways (CP) adalah suatu konsep perencanaan pelayanan terpadu yang merangkum setiap langkah yang diberikan kepada pasien berdasarkan standar pelayanan medis dan asuhan keperawatan yang berbasis bukti dengan hasil yang terukur

dan dalam jangka waktu tertentu selama di fasilitas layanan kesehatan (puskesmas dan rumah sakit).17,18,19

Implementasi Clinical Pathways sangat bermanfaat bagi profesi dalam memberikan

pelayanan, pendidikan maupun penelitian di rumah sakit sebagaimana dapat dilihat

(57)
(58)

Firmanda D. Pedoman Penyusunan Clinical Pathways dalam rangka implementasi Sistem DRGs Casemix di rumah sakit. Disampaikan dalam Sidang Pleno Komite Medik RS Fatmawati, Jakarta 7 Oktober

2005.

Firmanda D. Clinical Pathways: Peran profesi medis dalam rangka menyusun Sistem DRGs Casemix di rumah sakit. Disampakan pada kunjungan lapangan ke RSUP Adam Malik Medan 22 Desember 2005, RSUP Hasan Sadikin Bandung 23 Desember 2005 dan Evaluasi Penyusunan Clinical Pathways dalam rangka penyempurnaan Pedoman DRGs Casemix Depkes RI, Hotel Grand Cempaka Jakarta 29 Desember 2005.

Firmanda D, Pratiwi Andayani, Nuraini Irma Susanti, Srie Enggar KD dkk. Clinical Pathways Kesehatan Anak dalam rangka implementasi Sistem DRGs Casemix di RS Fatmawati, Jakarta 2006.

(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)

Gambar 6. Implementasi Clinical Pathways untuk penelitian .

(65)
(66)

Gambar 7. Implementasi Clinical Pathways dikaitan dengan asesmen penilaian untuk peserta didik mahasiswa dan peserta program dokter spesialis

(67)

Konsep. konstruksi maupun model implementasi Clinical Pathways secara tidak langsung sebagaimana diutarakan diatas bahwa: Clinical Pathways sebagai instrumen pelayanan berfokus kepada pasien (patient-focused care), terintegrasi, berkesinambungan dari pasien masuk dirawat sampai pulang sembuh (continuous care), jelas akan dokter/perawat

penanggung jawab pasien (duty of care), utilitas pemeriksaan penunjang, penggunaan obat obatan termasuk antibiotika, prosedur tindakan operasi, antisipasi kemungkinan terjadinya medical errors (laten dan aktif, nyaris terjadi maupun kejadian tidak diharapkan/KTD) dan pencegahan kemungkinan cedera (harms) serta infeksi nosokomial dalam rangka

keselamatan pasien (patient safety), mendeteksi dini titik titik potensial berisiko selama proses layanan perawatan pasien (tracers methodology) dalam

(68)

rangka manajemen risiko (risks management), rencana pemulangan pasien (patient discharge) , upaya peningkatan mutu layanan berkesinambungan (continuous quality improvement) baik dengan pendekatan tehnik TOC (Theory of Constraints) untuk sistem maupun individu profesi, penulusuran kinerja (performance) individu profesi maupun kelompok (team-work).

Merupakan suatu rangkaian sistem yang dapat dipergunakan sebagai instrumen untuk memenuhi persyaratan penilaian Akreditasi dari Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS) versi baru maupun dari Joint Commission International for Hospital (JCI) versi 2011 untuk standar standar dalam Section I. Patient Centered Standard maupun dalam Section II. Healthcare Organization Management Standard sebagaimana ilustrasi Gambar 8 sampai 10 berikut.

(69)
(70)
(71)
(72)
(73)

Gambar 8. Clinical Pathways dan JCI 2011 Accreditation Standards

(74)
(75)
(76)

Not

Met

Gambar 9. Sistematika dalam JCI 2011 Hospital Standards dan Penilaiannya

(77)
(78)

Gambar 10. Clinical Pathways dan tehnik Tracer Methodology yang digunakan oleh surveyor dalam rangka Akreditasi JCI 2011

(79)

Terima kasih, semoga bermanfaat

Makassar, 26 Juni 2012

Dody Firmanda Ketua Komite Medik

RSUP Fatmawati, Jakarta http://www.scribd.com/Komite%20Medik firmanda@indo.net.id

Gambar

Tabel 1. Ringkasan dalam telaah kritis (critical appraisal) – VIA (Validity, Importancy dan  Applicability)
Tabel 2. Taksonomi istilah digunakan dalam Standar Sistem Layanan Kesehatan

Referensi

Dokumen terkait

SOP penilaian kinerja petugas pemberi pelayanan klinis, proses evaluasi, hasil evaluasi dan tindak lanjut. SK tentang keterlibatan petugas pemberi pelayanan klinis dalam

Dari kedua grafik tersebut dapat dilihat bahwa masih ada perbedaan kemiringan (slop e ) yang cukup besar, sehingga kalau dibandingkan antara grafik hasil pengujian alat ukur

Namun demikian, mekanisme pasti peningkatan motilitas setelah pemberian secara in vivo belum dapat dijelaskan, sebab beberapa argumen yang ada (Schlegel et al., 1981;

Ketika menangani bahan dalam jumlah yang banyak, diperlukan kacamata pengaman dengan pelindung bagian sisi wajah atau kenakan penutup seluruh wajah jika ada

Skripsi berjudul Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan Program Kelas Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Gladak Pakem Kabupaten Jember Tahun 2013 telah diuji dan disahkan

Yang dimaksud dengan “pengawasan intensif” adalah suatu peningkatan proses pengawasan terhadap BPR atau BPRS yang sebelumnya berada dalam pengawasan normal dengan

Setnov, Pemberantasan Korupsi di Saudi, Cukai Kendaraan Bermotor, Kebakaran di Margonda, Dugaan Pungli Seleksi Hakim, Pembangunan Pelabuhan Patimban, Izin Pembangunan

"elain menggunakan diagram panah dan kartesius1 sebuah relasi yang menghubungkan himpunan yang satu dengan himpunan lainnya dapat disajikan dalam bentuk himpunan