• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DALAM PERSPEKTIF VALUE FOR MONEY. Indra Puji Sukma Ikhsan Budi Riharjo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PELAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DALAM PERSPEKTIF VALUE FOR MONEY. Indra Puji Sukma Ikhsan Budi Riharjo"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PELAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DALAM PERSPEKTIF VALUE FOR MONEY

Indra Puji Sukma Indrapujisukma@gmail.com

Ikhsan Budi Riharjo

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya ABSTRACT

This research is meant to evaluate the presentation of government istitution performance accountability statement (LAKIP) and to measure the implementation of program and activity based on the Value for Money perspective. The research method has been done by using qualitative descriptive, this research applies secondary data and primary data. The data collection technique which has been applied in this research is interview and documentation. The result of the discussion and the analysis about the report of performance of government institution performance in Sukolilo district of Surabaya in 2016 shows that in realizing the performance accountability of the Sukolilo district of Surabaya has been generated by developedperformance assessment system by determining the economic performance to consider the budget (input) with budget realization. The effective performance when it is reviewed from the total output which has been generated to the input. The effective performance when it is reviewed from the output or outcome which has been succeeded in running the goals of the institution in achieving the expected program. Based on the performance measurement model which has been applied to measure the program implementation performance and activities which has been done by using economic, efficiency, and effectiveness can be used as standard of performance in the following periods. Even though, the performance statement of Sukolilo district of Surabaya has shown the achievement performance of economic, efficiency and effective in accordance with the expectation, nevertheless, the development of relevant performance statement modelby considering its relevancy to the goals of the program and the activities.

Keywords: Accountability, Value for Money, Economic, Efficiency, Effectiveness. ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi penyajian laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (LAKIP) dan menilai pelaksanaan program dan kegiatan berdasarkan perspektif Value for Money. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, dengan sumber data berupa data sekunder dan data primer. Hasil analisis dan pembahasan mengenai pelaporan kinerja intansi pemerintahpada Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya tahun 2016 menunjukkan bahwa, dalam mewujudkan akuntabilitas kinerja kecamatan Sukolilo Surabaya, dihasilkan melalui sistem penilaian kinerja yang dikembangkan, dengan menentukan kinerja ekonomi untuk mempertimbangkan anggaran (input) dengan realisasi anggaran. Kinerja efisien terlihat dari jumlah realisasi output yang dihasilkan terhadap input. Kinerja efektif dilihat dari output maupun outcome yang telah berhasil dalam menjalankan tujuan instansi dalam mencapai program yang diharapkan. Berdasarkan model pengukuran kinerja yang digunakan untuk menilai kinerja pelaksanaan program dan kegiatan, dengan menggunakan ukuran ekonomis, efisiensi dan efektivitas dapat dijadikan tolak ukur kinerja pada periode berikutnya. Meskipun dengan laporan kinerja Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya sudah menunjukkan capaian kinerja ekonomis, efisien, dan efektif sesuai dengan yang diharapkan, namun demikian deperlukan pengembangan model pengukuran kinerja yang relevan, dengan mempertimbangkan relevansinya tujuan program dan kegiatan.

(2)

PENDAHULUAN

Perkembangmanajemen pemerintah yang semakin tertata dengan berbagai sistem pengukuran kinerja untuk mewujudkan suatu pemerintahan yang bersih dan berwibawa atau yang dikenal dengan istilah good governance. organisasi sektor publik berupaya memberikan kualitas pelayanan yang baik kepada masyarakat, hal ini disebabkan oleh naiknya tingkat kesadaran masyarakat terhadap penyelenggaraan administrasi publik. Bentuk respon kesadaran tersebut dibuktikan dengan mulai banyaknya aspirasi masyarakat untuk mendapatkan pelayanan publik yang berkualitas, selain itu juga memiliki standar mutu untuk mengukur keberhasilan kinerja. Dengan kata lain, kinerja instansi pemerintah kini lebih banyak mendapat sorotan dari masyarakat yang mulai mempertanyakan manfaat-manfaat atas pelayanan instansi pemerintah.

Upaya ini juga didukung oleh banyak pihak baik pemerintah sendiri sebagai lembaga eksekutif, DPR sebagai lembaga legislatif, pers dan juga oleh lembaga-lembaga swadaya masyarakat. Menurut Soelendro (2000:13), unsur-unsur pokok upaya perwujudan good governance ini adalah transparency, fairness, responsibility dan accountability. Sedangkan Yunus (2000:1) berpendapat bahwa unsur-unsur good governance adalah tuntutan keterbukaan (transparency), peningkatan efisiensi di segala bidang (efficiency), tanggung jawab yang lebih jelas (responsibility) dan kewajaran (fairness). Hal ini muncul sebenarnya sebagai akibat dari perkembangan proses demokratisasi di berbagai bidang serta kemajuan profesionalisme. Dengan demikian pemerintah sebagai pelaku utama pelaksanaan good governance ini dituntut untuk memberikan pertanggungjawaban yang lebih transparan dan lebih akurat. Hal ini semakin penting untuk dilakukan dalam era reformasi ini melalui pemberdayaan peran lembaga-lembaga kontrol sebagai pengimbang kekuasaan pemerintah. Menurut Mardiasmo (2002:127), value for money merupakan inti pengukuran kinerja pada organisasi pemerintah. Halim (2007:335) memberikan pengertian value for money sebagai konsep pencarian dan penggunaan dana pemerintah daerah yang menerapkan prinsip 3E (ekonomis, efisien, dan efektif). Artinya, Pemerintah Daerah harus selalu memperhatikan tiap sen/rupiah dana (uang) yang diperoleh dan digunakan. Lebih lanjut, menurut Kumorotomo (2005:10), tolok ukur keberhasilan dari pelaksanaan anggaran kinerja adalah prestasi yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan dengan penggunaan dana yang efektif dan efisien.

Berdasarkan Undang-Undang No. 23 tahun 2014 tentang pemerintah daerah, mendorong penyelenggaraan pemerintahan daerah yang lebih efisien, efektif dan bertanggungjawab. Sebagai organisasi sektor publik, pemerintah daerah dituntut agar memiliki kinerja yang berorientasi pada kepentingan masyarakat dan mendorong pemerintah agar senantiasa tanggap akan tuntutan lingkungannya, dengan berupaya memberikan pelayanan terbaik secara transparan dan berkualitas serta adanya pembagian tugas yang baik pada pemerintahan tersebut. Sejalan dengan kewenangan yang diberikan dalam pelaksanaan otonomi daerah, Pemerintah Daerah diharapkan lebih mampu menggali sumber-sumber keuangan khususnya untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan pemerintahan dan pembangunan di daerahnya melalui Pendapatan Asli Daerah (PAD). Peranan Pemerintah Daerah dalam menggali dan mengembangkan berbagai potensi daerah sebagai sumber penerimaan daerah akan sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan tugas pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat di daerah (Halim, 2007:22).

Menurut Mardiasmo (2002:20) Akuntanbilitas publik adalah kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya kepada pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut.Beberapa instansi pemerintah telah menggunakan model pengukuran kinerja dengan menggunakan perspektif value for money. Beberapa instansi pemerintah telah menggunakan model pengukuran kinerja dengan menggunakan perspektif

(3)

value for money. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Kurrohman (2013) yang menyebutkan bahwa kinerja keuangan pemerintah daerah kabupaten dan kota di Jawa Timur sebelum dan sesudah penerapan penganggaran berbasis kinerja menggunakan metode Value for Money menunjukkan adanya perbedaan sebelum dan sesudah penerapan penganggaran berbasis kinerja pada rasio ekonomi dan efisien, tetapi tidak ditemukan perbedaan sebelum dan sesudah penerapan penganggaran berbasis kinerja pada rasio efektif.

Sedangkan penelitian dari Arfan (2014) menyebutkan bahwa kinerja Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2011-2012 telah menjalankan keseluruhan programnya dengan ekonomis, efisien, dan efektif namun terdapat satu program yang kurang efektif yaitu program Peningkatan Kesejahteraan Petani, karena pada pelaksanaannya capaian kinerja yang dihasilkan kurang maksimal yaitu sebesar 99,29%.

Dengan memperhatikan kinerja instansi pemerintah yang sering menjadi sorotan masyarakat dan juga dampak yang diberikan Kecamatan Sukolilo terhadap kesejahteraan masyarakat yang ada di wilayah Kecamatan sampai dengan beberapa kelurahan, maka penulis tertarik untuk mengemukakan masalah dalam mengukur kinerja Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya menggunakan perspektif Value for Money. Untuk melaksanakan fungsinya sebagai organisasi sektor publik Kecamatan Sukolilo dapat dilakukan dengan hasil pelaporan dan mengukur kinerja organisasi berdasarkan pedoman kinerja organisasi pemerintah sebagai alternatif pengukuran kinerja Dinas Koperasi dan UMKM Kota Surabaya.

Permasalahan ini menjadi latar belakang, maka fokus kajian dalam penelitian ini adalah “Pelaporan Kinerja Instansi Pemerintah dalam Perspektif Value For Money”. Agar tidak meluas, ruang lingkup dalam penelitian ini difokuskan dengan mengukur kinerja pada Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya selama tahun 2016 yang berpedoman pada Peraturan PemerintahNo. 8 Tahun 2006 tentang pelaporan keuangan dan kinerja instansi pemerintah.

TINJAUAN TEORETIS Organisasi Sektor Publik

Dalam sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, perencanaan strategi merupakan langkah awal oleh instansi pemerintah agar mampu menjawab tuntutan lingkungan strategi lokal, nasional, global dan tetap berada dalam tatanan sistem administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan pendekatan perencanaan strategi yang jelas dan sinergi, instansi pemerintah lebih dapat menyelaraskan visi dan misinya dengan potensi, peluang, dan kendala yang dihadapi dalam upaya peningkatan Akuntabilitas kinerjanya. Penulisan LAKIP Pemerintahan Kecamatan Sukolilo Tahun 2017 ini, berpedoman pada rencana kerja Kecamatan Sukolilo yang dijabarkan melalui Rencana Strategis (Renstra) Kecamatan Sukolilo Tahun 2017 yang menggambarkan Visi, Misi, Tujuan, Sasaran Program dan Kegiatan daerah.

Menurut Bastian (2006:30) organisasi sektor publik adalah organisasi yang menggunakan dana masyrakat, seperti organisasi pemerintah pusat, daerah, parpol dan LSM, yayasan, pendidikan dan kesehatan serta organisasi tempat ibadah. Sedangkan menurut Mardiasmo (2002:25) istilah sektor publik dari sudut pandang ilmu ekonomi artinya suatu entitas yang aktifitasnya berhubungan dengan usaha untuk menghasilkan barang dalam pelayanan publik untuk memenuhi kebutuhan dan hak publik.

Kinerja dan Pengukuran Kinerja

Menurut Mahmudi (2007:12) Kinerja merupakan alat untuk menilai kesuksesan organisasi. Dalam konteks organisasi sektor publik, kesuksesan organisasi itu akan digunakan untuk mendapatkan legitimasi dan dukungan publik. Masyarakat akan menilai

(4)

kesuksesan organisasi sektor publik melalui kemampuan organisasi dalam memberikan pelayanan publik yang relatif murah dan berkualitas. Sedangkan menurut Mahsun (2006:25) adalah gambaran mengenai tingkatpencapaian pelaksanaan suatu kegiatan atau program atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi. Kriteria keberhasilan ini berupa tujuan-tujuan atau target-target tertentu yang hendak dicapai. Tanpa ada tujuan atau target, kinerja seseorang atau organisasi tidak mungkin dapat diketahui karena tidak ada tolak ukurnya.

Pengukuran kinerja (performance measurement) adalah suatu proses penilaian kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya, termasuk informasi atas: efisiensi penggunaan sumber daya dalam menghasilkan barang dan jasa; kualitas barang dan jasa (seberapa baik barang dan jasa diserahkan kepada pelanggan dan sampai seberapa jauh pelanggan terpuaskan); hasil kegiatan dibandingkan dengan maksud yang diinginkan; dan efektivitas tindakan dalam mencapai tujuan (Robertson, 2002 dalam Mahsun, 2006:25).

Tujuan Pengukuran sektor Publik

Menurut Mardiasmo (2002:122) secara umum, tujuan sistem pengukuran kinerja adalah: (a) untuk mengkomunikasikan strategi secara lebih baik (top down dan bottom up), (b) untuk mengukur kinerja finansial dan non–finansial secara berimbang sehingga dapat ditelusur perkembangan pencapaian strategi, (c) untuk mengakomodasi pemahaman kepentingan manajer level menengah dan bawah serta memotivasi untuk mencapai goal congruence, dan (d) sebagai alat untuk mencapai kepuasan berdasarkan pendekatan individual dan kemampuan kolektif yang rasional.

Sedangkan tujuan dilakukan pengukuran kinerja di sektor publik menurut Mahmudi (2007:14) adalah: (a) Mengetahui tingkat ketercapaian tujuan organisasi. Pengukuran kinerja pada organisasi sektor publik digunakan untuk mengetahui ketercapaian tujuan organisasi. Penilaian kinerja berfungsi sebagai tonggak (milestone) yang menunjukkan tingkat ketercapaian tujuan dan juga menunjukkan apakah organisasi berjalan sesuai arah atau menyimpang dari tujuan yang ditetapkan, (b) Menyediakan sarana pembelajaran pegawai. Pengukuran kinerja merupakan pendekatan sistematik dan terintegrasi untuk memperbaiki kinerja organisasi dalam rangka mencapai tujuan strategik organisasi dan mewujudkan visi dan misinya. Sistem pengukuran kinerja bertujuan untuk memperbaiki hasil dari usaha yang dilakukan oleh pegawai dengan mengaitkannya terhadap tujuan organisasi, (c) Memperbaiki kinerja periode berikutnya. Pengukuran kinerja dilakukan sebagai sarana pembelajaran untuk perbaikan kinerja dimasa yang akan datang. Penerapan sistem pengukuran kinerja dalam jangka panjang bertujuan untuk membentuk budaya berprestasi (achievement culture) di dalam organisasi, (d) Memberikan pertimbangan yang sistematik dalam pembuatan keputusan pemberian reward dan punishmen. Pengukuran kinerja bertujuan memberikan dasar sistematik bagi manajer untuk memberikan reward, misalkan kenaikan gaji, tunjangan, dan promosi, atau punishment, misalkan pemutusan kerja, penundaan promosi dan teguran, (e) Memotivasi pegawai. Pengukuran kinerja bertujuan meningkatkan motivasi pegawai. Dengan adanya pengukuran kinerja yang dihubungkan dengan manajemen kompensasi, maka pegawai yang bekinerja tinggi akan memperoleh reward. Reward tersebut memberikan motivasi pegawai untuk berkinerja lebih tinggi dengan harapan kinerja yang tinggi akan memperoleh kompensasi yang tinggi, (f) Menciptakan akuntabilitas pegawai. Pengukuran kinerja merupakan salah satu alat untuk mendorong terciptanya akuntabilitas publik. Pengukuran kinerja menunjukkan seberapa besar kinerja manjerial dicapai, seberapa bagus kinerja finansial organisasi, dan kinerja lainnya yang menjadi dasar penilaian akuntabilitas.

(5)

Manfaat Pengukuran Sektor Publik

Sektor publik tidak lepas dari kepentingan umum sehingga pengukuran kinerja mutlak diperlukan untuk mengetahui seberapa berhasil misi sektor publik tersebut dapat dicapai penyedia jasa dan barang–barang publik. Sementara dari perspektif internal organisasi, pengukuran kinerja juga sangat bermanfaat untuk membantu kegiatan manajerial keorganisasian. Berikut manfaat pengukuran kinerja baik untuk internal maupun eksternal organisasi sektor publik (BPKP, 2000 dalam Mahsun, 2006:33): (a) memastikan pemahaman para pelaksana dan ukuran yang digunakan untuk pencapaian kinerja, (b)memastikan tercapainya skema kinerja yang disepakati, (c) memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan kinerja dan membandingkannya dengan skema kerja serta melakukan tindakan untuk memperbaiki kinerja, (d) memberikan penghargaan dan hukuman yang obyektif atas kinerjayang dicapai setelah dibandingkan dengan skema indikator kinerjayang telah disepakati, (e) menjadikan alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam upaya memperbaiki kinerja organisasi, (f) mengindentifikasi apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi, (g) membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah, (h) memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara obyektif, (i) menunjukkan peningkatan yang perlu dilakukan, (j) mengungkap permasalahan yang terjadi.

Penilaian Kinerja Value For Money

Sektor publik sering dinilai sebagai sarang inefisiensi, pemborosan, sumber kebocoran dana, dan institusi yang selalu merugi. Value for money sendiri merupakan konsep yang penting dalam organisasi sektor publik. Tuntutan baru muncul agar organisasi sektor publik memperhatikan value for money dalam menjalankan kinerjanya. Konsep value for money terdiri atas tiga elemen utama, yaitu: (a) Ekonomi merupakan pemerolehan input dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada harga yang terendah. Ekonomi merupakan perbandingan input dengan input value yang dinyatakan dalam satuan moneter. Ekonomi terkait dengan sejauh mana organisasi sektor publik dapat meminimalisir input resources yang digunakan yaitu dengan menghindari pengeluaran yang boros dan tidak produktif, (b) Efisiensi merupakan pencapaian output yang maksimum dengan inputtertentu atau penggunaan input yang terendah untuk mencapai output tertentu. Efisiensi merupakan perbandingan output/input yang dikaitkan dengan standar kinerja atau target yang telah ditetapkan, (c) Efektivitas merupakan tingkat pencapaian hasil program dengan target yang telah ditetapkan. Secara sederhana efektivitas merupakan perbandingan outcome dengan output.Dari uraian ketiga elemen tersebut, dapat disimpulkan bahwa: ekonomi terkait dengan input, efisiensi terkait dengan input dan output, dan efektivitas terkait dengan output dan tujuan.

Menurut Mardiasmo (2002:4) Value for money dapat tercapai apabila organisasi telah menggunakan biaya input paling kecil untuk mencapai output maksimum dalam rangka mencapai tujuan organisasi.Kampanye implementasi konsep value for money pada organisasi sektor publik gencar dilakukan seiring dengan meningkatnya tuntutan akuntabilitas publik dan pelaksanaan good governance. Implementasi konsep value for money diyakini dapat memperbaiki akuntabilitas sektor publik dan memperbaiki kinerja sektor publik.

Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

Merujuk pada Peraturan Presiden Nomer 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang selanjutnya disingkat SAKIP, adalah rangkaian sistematik dari berbagai aktivitas, alat, dan prosedur yang dirancang untuk tujuan penetapan dan pengukuran, pengumpulan data, pengklasifikasian, pengikhtisaran, dan pelaporan kinerja pada instansi pemerintah, dalam rangka pertanggungjawaban dan peningkatan kinerja instansi pemerintah. Berdasarkan pada pasal 3 PP No. 29 tahun 2009 tentang penyelenggaraan SAKIP pada Kementerian Negara/Lembaga dilaksanakan oleh entitas

(6)

Akuntabilitas Kinerja secara berjenjang dengan tingkatan sebagai berikut: 1)Entitas Akuntabilitas Kinerja Satuan Kerja; 2) Entitas Akuntabilitas Kinerja Unit Organisasi; dan 3) Entitas Akuntabilitas Kinerja Kementerian Negara/Lembaga.

Dalam pasal 5 PP No. 29 tahun 2009 penyelenggaraan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) meliputi: 1) Rencana strategis; 2) Perjanjian Kinerja; 3) Pengukuran Kinerja; 4) Pengelolaan data Kinerja; 5) Pelaporan Kinerja; dan 6) Reviu dan evaluasi Kinerja. Aturan yang berkaitan dengan masalah pengukuran kinerja antara lain Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 53 tahun 2014 tentang petunjuk teknis perjanjian kinerja, pelaporan kinerja dan tata cara riviu atas laporan kinerja instansi pemerintah, peraturan tersebut dipergunakan sebagai pedoman bagi setiap instansi pemerintah dalam menyusun perjanjian kinerja, pelaporan kinerja dan tata cara reviu atas laporan kinerja.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)

LAKIP merupakan singkatan dari laporan akuntabilitas kinerja intansi pemerintah. LAKIP adalah sebuah laporan yang berisikan akuntabilitas dan kinerja suatu intansi pemerintah juga merupakan bentuk implementasi dari SAKIP. Dalam pelaporannya LAKIP harus menyajikan data dan informasi relevanbagi pembuat keputusan agar dapat mengintegrasikan keberhasilan dan kegagalan secara lebih luas dan mendalam. Oleh karena itu, perlu dibuat suatu analisis tentang pencapaian akuntabilitas kinerja instansi pemerintah secara keseluruhan. Analisis tersebut meliputi uraian keterkaitan pencapaian kinerja kegiatan dengan program dan kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan dan misi serta visi sebagaimana ditetapkan dalam rencana strategik.

Dalam analisis ini perlu dijelaskan perkembangan kondisi pencapaian sasaran dan tujuan secara efisien dan efektif, sesuai kebijakan, program dan kegiatan yang telah ditetapkan. Analisis tersebut dilakukan dengan menggunakan informasi/data yang diperoleh secara lengkap dan akurat, dan bila memungkinkan dilakukan pula evaluasi kebijakan untuk mengetahui ketepatan dan efektifitas baik kebijakan itu sendiri maupun sistem dan proses pelaksanaannya.

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian dan Gambaran dari Objek Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan metoda penelitian kualitatif, yaitu suatu pendekatan yang menggunakan data berupa kalimat tertulis atau lisan, fenomena, perilaku, peristiwa-peristiwa, pengetahuan dan objek studi yang dapat diamati oleh peneliti. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif. Pendekatan deskriptif merupakan suatu jenis penyajian data yang diperoleh dari hasil penelitian dengan memberikan gambaran sesuai dengan kenyataan atau pun fakta-fakta yang ada pada saat diadakan penelitian.

Karakteristik penelitian kualitatif menurut Moleong (2002:4) adalah sebagai berikut: (a) Penelitian dilakukan pada latar belakang ilmiah atau konteks keseluruhan. Penulis melakukan penelitian pada Dinas Pendidikan Kota Surabaya, (b) Manusia sebagai alat, maksudnya manusia dikatagorikan sebagai pengumpul, pengolah, dan penganalisis data yang dibutuhkan dalam penulisan ilmiah, (c) Data yang akan dikumpulkan oleh peneliti data yang bersifat deskriptif. Profil organisasi dan data berbagai lainnya dikumpulkan untuk mendapatkan gambaran situasi dari Dinas Pendidikan Kota Surabaya, (d) Hasil penelitian dirundingkan dan disepakati bersama dari pihak penulis dan pihak yang bersangkutan dalam penyusunan penulisan ilmiah ini.

Sedangkan metode yang digunakan dalam pendekatan kualitatif, dan analisis deskriptif adalah jenis penyajian data yang diperoleh dari hasil penelitian dengan memberikan gambaran sesuai dengan kenyataan ataupun fakta-fakta yang ada pada saat

(7)

diadakan penelitian sesuai dengan pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang akan diteliti.

Teknik Pengumpulan Data

Ada dua jenis data yang digunakan dalam penelitian, yaitu data sekunder dan data primer. Data sekunder sendiri menurut Indriantoro dan Supomo (2002:147) merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan. Sedangkan data primer adalah data yang diperoleh secara langsung, yaitu dengan observasi langsung dan melakukan wawancara kepada pihak-pihak yang bersangkutan.

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah: (a) Survey Pendahuluan. Peneliti melakukan kunjungan awal pada objek penelitian untuk mengetahui gambaran secara umum objek penelitian serta situasi, kondisi, dan permasalahan yang akan diteliti dan dibahas dalam penelitian ini, (b) Survey Lapangan. Peneliti melakukan tinjauan langsung pada objek penelitian guna memperoleh data-data yang diperlukan dengan melakukan pengumpulan data melalui beberapa cara, seperti: Wawancara merupakan penggunaan teknik pengumpulan data dalam metode survey dengan menggunakan teknik tanya jawab secara lisan dan bertatap muka secara langsung dengan subjek penelitian dan dokumentasi yang merupakan teknik pengumpulan data dengan cara memeriksa langsung pada dokumen, catatan tertulis, arsip-arsip, dan buku-buku yang berkaitan dengan masalah yang akan di teliti, seperti mengumpulkan data-data objek penelitian dari tempat objek penelitian berupa gambaran umum objek penelitian, profil perusahaan, meliputi gambaran umum perusahaan, sejarah singkat perusahaan, lokasi dan bentuk perusahaan, struktur organisasi serta visi dan misi perusahaan, laporan kinerja pada Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya.

Satuan Kajian

Penelitian deskriptif kualitatif perlu menjelaskan satuan kajian yang merupakan satuan terkecil objek penelitian yang diinginkan peneliti sebagai klasifikasi pengumpulan data serta memberikan gambaran sesuai dengan kenyataan ataupun fakta-fakta yang ada pada saat diadakan penelitian. Objek penelitian yang dibutuhkan: (a) Pengukuran Kinerja ditujukan untuk meningkatkan kinerja secara umum, dan dalam rangka mengukur tingkat keberhasilan suatu unit pemerintah diperlukan adanya suatu pengukuran kinerja yang dapat memberikan informasi kepada pengguna Laporan Kinerja. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya sebagai objek penelitian, dimana Kecamatan Sukolilo merasa kemajuan kota haruslah memberikan kemanfaatan sekaligus memberikan ruang bagi warga untuk berpartisipasi di dalamnya. Untuk itu, Pemerintah Kota telah mengagendakannya dalam program pemberdayaan ekonomi masyarakat. bentuk keseriusan Pemerintah Kota Surabaya mewujud pada pelibatan beberapa Satuan Kerja Pemerintahan Daerah (SKPD) dalam mengusahakan program-program pemberdayaan. Masing-masing memiliki program dengan jenis dan target yang berbeda. (b) Perspektif Value for Money yang mempunyai 3 elemen utama antara lain: pertama, Pengukuran Ekonomi. Ekonomi memiliki pengertian bahwa dalam memperoleh sumber daya (input) sebaiknya dengan harga yang lebih rendah (spending less) atau harga yang mendekati harga pasar. Ekonomi merupakan perbandingan input dengan input value yang dinyatakan dalam satuan moneter. Dalam penelitian ini pengukuran ekonomi dilakukan dengan membandingkan antara realisasi pengeluaran dengan anggaran pengeluaran. Suatu kinerja organisasi dikatakan ekonomis apabila realisasi anggaran lebih kecil daripada target anggaran dan dapat mencapai output (keluaran) sesuai dengan yang ditetapkan atau 100%. Kedua

(8)

Pengukuran Efisiensi.Efisiensi merupakan hubungan antara barang dan jasa (output) yang dihasilkan sebuah kegiatan atau aktivitas dengan menggunakan sumber daya (input) yang disediakan. Efisiensi diukur dengan rasio antara output dengan input. Rasio efisiensi tidak dinyatakan dalam bentuk absolut tetapi dalam bentuk relatif. Dalam pengukuran kinerja Value for Money, efisiensi dapat dibagi menjadi dua yaitu efisiensi alokasi, efisiensi teknis atau manajerial. Efisiensi terkait dengan kemampuan untuk mendayagunakan sumber daya input pada tingkat kapasitas optimal. Efisiensi teknis atau manajerial terkait dengan kemampuan mendayagunakan sumber daya input pada tingkat output tertentu. Dengan keterangan output adalah keluaran yang dicapai dari suatu kegiatan atau program sedangkan Input adalah segala sumber daya yang digunakan untuk melaksanakan suatukegiatan atau program. Suatu organisasi, program, atau kegiatan dikatakan efisien apabila mampu menghasilkan output tertentu dengan input serendah rendahnya, atau dengan input tertentu mampu menghasilkan output sebesar besarnya. Ketiga Pengukuran Efektivitas. Efektivitas adalah ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai tujuannya. Hal terpenting dalam efektivitas adalah efektivitas tidak menyatakan berapa besar biaya yang telah dikeluarkan dalam mencapai tujuan tertentu melainkan hanya melihat apakah suatu progam atau kegiatan telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Efektivitas diukur dengan membandingkan Outcome dengan Output. Suatu kinerja organisasi dikatakan efektif apabila dapat mencapai tujuan yang ditetapkan melalui terlaksananya semua program atau kegiatan yang telah direncanakan. (c) Laporan Akuntabilitas Kinerja Intansi Pemerintah (LAKIP) merupakan laporan yang berisikan akuntabilitas dan kinerja dari suatu instansi pemerintah dan juga bentuk implementasi dari SAKIP. Regulasi atau peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang penyusunan LAKIP terdapat dalam PP No. 8 tahun 2006. Dengan menggunakan regulasi yang ada diharapkan penyusunan LAKIP dapat disusun dengan benar, sehingga terwujud laporan akuntabilitas kinerjainstansi pemerintah yang akuntabel.

Teknik Analisis Data

Pendekatanyang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif dengan analisis secara kualitatif. Metode kualitatif merupakan serangkaian observasi dimana setiap observasi yang terdapat pada sampel atau populasi tergolong pada salah satu dari kelas-kelas yang ekslusif secara bersama-sama (mutual exclusive)dan kemungkinan tidak dapat dinyatakan dalam angka-angka.

Metode kualitatif pada penelitian ini dapat disimpulkan merupakan metode dengan pengumpulan data yang berwujud informasi tentang keterangan baik secara tertulis maupun lisan yang diperoleh dalam suatu pengamatan atau penelitian, yaitu mengenai laporan akuntabilitas kinerja intansi pemerintah (LAKIP) telah menunjukkan laporan kinerja yang akuntabel sesuai dengan peraturan perundang-undangan dalam meningkatkan akuntabilitas pelayanan publik pada Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya. Kemudian dari data yang terkumpul tersebut diolah menjadi kalimat yang dapat menjelaskan suatu permasalahan, kemudian diperoleh hasil pengolahan data yang dibandingkan dengan teori yang ada, dimana teori tersebut menunjang pelaksanaan penelitian.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Pengukuran Kinerja Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya

Bastian (2006:274) mengatakan dalam mengukur keberhasilan/kegagalan suatu organisasi, seluruh aktivitas organisasi tersebut harus dapat dicatat dan diukur. Pengukuran ini ini tidak hanya dilakukan pada input program, tetapi juga pada keluaran manfaat dari program tersebut.

(9)

Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya tidak terlepas dari Pemerintahan Kota Surabaya dalam upayanya menyajikan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP). Pihak Kecamatan Sukolilo menyampaikan bahwa setiap pengukuran yang mereka lakukan

adalah melalui sistem yang sudah disediakan oleh Pemerintahan Kota Surabaya, yaitu e-performancedan pengukuran dari kecamatn sendiri dengan menggunakan tes kompetensi

dan media komunikasi seperti yang disampaikan oleh Sekretaris Camat.

Akuntabilitas Kinerja dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya

Akuntabilitas menurut Salim (1991)berasal dari istilah dalam bahasa Inggris yaitu accountability, yang berarti pertanggungjawaban atau keadaan untuk dipertanggungjawabkan atau keadaan untuk diminta pertanggungjawaban.

Dalam pemenuhan tanggung jawab kepada pemberi amanah yaitu Wali Kota Surabaya, maka Kecamatan Sukolilo Surabaya menunjuk untuk menyusun LAKIP. Proses penyajian LAKIP mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah dan berpedoman pada Peraturan Presiden No. 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Review Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintahmaka Kecamatan Sukolilo menyusun Laporan Kinerja yang disampaikan kepada Walikota Surabaya melalui Sekretaris Daerah. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) merupakan bentuk pertanggungjawaban atas semua kegiatan yang dilakukan guna mengetahui tingkat keberhasilan pencapaian sasaran yang ditetapkan dalam dokumen Penetapan Kinerja Tahun 2016. LAKIP pada Kecamatan Sukolilo Surabaya menyajikan analisis realisasi kinerja sasaran, sekaligus sebagai bahan untuk mengupayakan perbaikan dan peningkatan kinerja secara berkelanjutan. Akuntabilitas kinerja organisasi tidak terlepas dari evaluasi kinerja. Evaluasi kinerja merupakan kegiatan untuk menilai atau melihat keberhasilan dan kegagalan manajer publik dalam melaksanakan kegiatan dan fungsi yang diamanahkan kepadanya sebagaimana visi dan misi organisasi.

Dengan demikian Laporan Kinerja yang telah disajikan, diharapkan adanya optimalisasi peran Kecamatan dalam peningkatan efisiensi, efektivitas dan produktivitas kinerja seluruh jajaran di Kelurahan se-Kecamatan Sukolilo pada tahun-tahun selanjutnya, sehingga mendukung kinerja Pemerintahan mewujudkan Good Governance dan Clean Government. Pengukuran Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya Menggunakan Perspektif Value For Money

Kinerja Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya Ditinjau Dari Segi Efisiensi

Efisiensi merupakan hubungan antara output berupa barang atau jasa yang dihasilkan dengan sumber daya yang digunakan untuk menghasilkan output tersebut. Mahmudi (2007:89) mengatakan bahwa dalam organisasi sektor publik setiap pengeluaran perlu dibuat standar belanjanya sebagai bentuk standar biaya. Secara matematis, efisiensi merupakan perbandingan antara output dengan input atau dengan istilah lain output per unit input. Dalam penelitian ini pengukuran efisiensi dilakukan dengan perhitungan sebagai berikut:

Efisiensi = output

(10)

Maka berdasarkan Pelaksanaan yang berhubungan dengan aspek keuangan pada Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya dapat dilihat dalam gambaran pada realisasi anggaran tahun 2016 sebagaimana tertuang dalam tabel berikut:

Tabel 1

Realisasi Anggaran Tahun 2016

NO PROGRAM KEGIATAN ANGGARAN (RP) REALISASI (RP) %

1 Penanggulangan Kemiskinan Monitoring dan Pendataan

Kemiskinan 78.286.500 65.385.546 83.52 % 2 Penataan Daerah Otonom

Pembinaan, Penyuluhan dan Optimalisasi Kecamatan

15.594.600 14.539.100 93.23 %

3 Penataan Kelembagaan dan Ketatalaksanaan Operasional Kelurahan 4.825.318.058 4.333.002.282 88.96 % 4 Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial Pendataan PMKS dan PSKS 20.895.800 20.240.350 96.86 % 5 Pemeliharaan Kantrantibmas dan Pencegahan Tindak Kriminal Pengawasan, Pengendalian dan Evaluasi Kegiatan Polisi Pamong Praja 259.410.000 227.446.837 87.68 % 6 Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender dan Anak

Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender dan Anak

111.413.040 99.191.073 89.03 % 7 Penataan Administrasi Kependudukan Peningkatan Pelayanan Publik dalam Bidang Kependudukan 272.441.450 261.111.432 95.84 %

8 Pengelolaan Kebersihan Kota

Peningkatan Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan Persampahan dan Lingkungan 79.799.000 61.864.771 77.53 % 9 Perencanaan Pembangunan Daerah. Penyelenggaraan Musrenbang RKPD Tingkat Kecamatan 4.256.625 4.247.000 99.77 % Sumber: LAKIP Kecamatan Sukolilo tahun 2016

Adapun belanja anggaran dan realisasi dari penataanKelembagaan dan ketatalaksanaan yang kegiatannya operasional kelurahan terdiri dari 7 (Tujuh) Kelurahan:

(11)

Tabel 2

Realisasi Anggaran Penataan Kelembagaan dan Ketatalaksanaan Tahun 2016

NO. PROGRAM KEGIATAN ANGGARAN

(RP) REALISASI (RP) %

1 Penataan Kelembagaan dan Ketatalaksanaan Operasional Kelurahan Keputih 654.011.326 588.257.697 89.95 % 2 Penataan Kelembagaan dan Ketatalaksanaan Operasional Kelurahan Gebang Putih 576.816.826 488.834.497 84.75 % 3 Penataan Kelembagaan dan Ketatalaksanaan Operasional Kelurahan Klampis Ngasem 663.018.026 605.075.926 91.26 % 4 Penataan Kelembagaan dan Ketatalaksanaan Operasional Kelurahan Menur Pumpungan 719.702.546 639.498.369 88.86 % 5 Penataan Kelembagaan dan Ketatalaksanaan Operasional Kelurahan Nginden Jangkungan 729.669.971 650.232.163 89.11 %

6 Penataan Kelembagaan dan Ketatalaksanaan Operasional Kelurahan Semolowaru 757.030.687 706.117.738 93.27 % 7 Penataan Kelembagaan dan Ketatalaksanaan Operasional Kelurahan Medokan Semampir 725.068.676 654.985.892 90.33 % Sumber: LAKIP Kecamatan Sukolilo tahun 2016

Dari kegiatan yang telah dilaksanakan, telah menyerap anggaran sebesar Rp 5.821.972.602,- dari dana anggaran sebesar Rp 6.567.318.903,- atau sebesar 88,65%.

Pengukuran efisiensi dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara output yang dihasilkan terhadap input yang digunakan (cost of output) dikali 100% untuk menghasilkan presentase pencapaian dari program yang telah dilaksanakan, pengukuran ini berdasarkan konsep velue for money. Suatu organisasi, program, atau dapat kegiatan dikatakan efisien apabila menghasilkan output tertentu dengan input serendah rendahnya, atau dengan input tertentu mampu menghasilkan output sebesar besarnya.

Dari hasil di atas, Jika ditinjau nilai efisiensi terlihat dari capaian atau realisasi dari indikator keluaran (output) yang dihasilkan dalam merealisasikan kegiatan operasi terhadap indikator masukan (input) yang digunakan. Tidak hanya dari pengelolaan anggaran dana saja yang efisien tapi dilihat dari pelaporan keuangan dan belanja sudah dimudahkan dengan e-delivery dan e-budgeting yang ada pada e-performance. Dapat diketahui bahwa kinerja Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya secara umum dapat dinilai efisien. Bastian (2006:280) menyebutkan bahwa dalam pengukuran rasio tidak bersifat absolut tetapi bersifat relatif dan rasio dapat diperbaiki dengan 4 cara, yaitu: (a) Meningkatkan output pada input

(12)

yang sama, (b) Proporsi peningkatan output lebih besar dari proporsi peningkatan mutu, (c) Menurunkan input pada output yang sama, (d) Proporsi penurunan penggunaan input lebih besar dari proporsi penurunan output.

Kinerja Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya Ditinjau Dari Segi Ekonomis

Ekonomis (hemat/tepat guna) sering disebut kehematan yang mencakup juga pengelolaan secara hati-hati atau cermat (prudency) dan tidak ada pemborosan. Suatu kegiatan operasional dikatakan ekonomis jika dapat menghilangkan atau mengurangi biaya yang tidak perlu. Dalam hal ini suatu organisasi sektor publik dapat dikatakan ekonomis dalam konsep value for money apabila organisasi tersebut dapat mengelola hubungan antara pasar dan masukan (cost of input). Jumlah anggaran tahun 2016 yang digunakan untuk mencapai kinerja sebesar Rp.6.736.503.195,- dengan realisasi anggaran Rp 6.267.160.771,- untuk Belanja Lansung tercapai 93.03% dan Tidak Langsung Rp 9.267.432.794,-. dengan realisasi anggaran Rp 8.996.983.880,- tercapai 96.76% Hal ini kegiatan Kecamatan Sukolilo Realisasi anggaran tercapai sebesar 95.19%. Menurut Hilton (2009) Biaya Langsung (Direct Cost) “A cost that can be traced to a particular department is called a direct cost of a department” Biaya langsung adalah biaya yang terjadi pada suatu segmen dan terjadinya karena adanya segmen tersebut. Biaya ini merupakan biaya yang dapat ditelusuri dengan jelas dan nyata ke bagian segmen tertentu yang akan dianalisa. Sedangkan Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost) “A cost that is t directly traceable to a particular department is called an indirect cost of the department”. Biaya tidak Langsung adalah biaya yang tidak secara langsung berkaitan dengan segmen Contoh biaya tidak langsung adalah gaji dan eksekutif perusahaan.

Dari hasil diatas, perkembangan pengukuran ekonomis Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya tahun 2016 berada pada katagori ekonomis, karena jika ditinjau lagi dengan konsep ekonomis pada value for money presentase pencapaian yang didapat dari realisasi anggaran dibagi dengan anggaran dana yang ada untuk program tersebut lalu dikali 100% sesuai dengan rumus ekonomis yang ada pada konsep value for money, untuk melihat berapa presentase tingkat ekonomisnya. Total anggaran yang diberikan pemerintah kota pada

anggaran biaya langsung dan tidak langsung di Kecamatan Sukolilo pada tahun 2016 Rp 16.003.935.989,- lebih tingi dari tahun 2015 dengan anggaran dana Rp 14.687.466.175,-

perbedaan anggaran ini dipengaruhi adanya kenaikan BBM, Upah Minimum regional (UMR) di Surabaya yang setiap tahunnya selalu naik dan berbagai kebutuhan lainnya. Kinerja Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya Ditinjau Dari Segi Efektivitas

Efektivitas adalah ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai tujuannya. Hal terpenting dalam efektivitas adalah efektivitas tidak menyatakan berapa besar biaya yang telah dikeluarkan dalam mencapai tujuan tertentu melainkan hanya melihat apakah suatu progam atau kegiatan telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Bastian (2006:280) menyebutkan apabila organisasi telah berhasil mencapai tujuannya, maka organisasi tersebut berjalan dengan efektif.

Selanjutnya peneliti akan memaparkan capaian kinerja Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya bulan Januari sampai dengan 31 Desember 2016 untuk sasaran terwujudnya tatakelola pemerintahan yang baik dengan peningkatan kualitas layanan publik dari Indikator Kinerja Pelayanan pada IKM yang di target 88,49% tercapai 91,54% termasuk katagori kinerja baik, sehingga ada peningkatan capaian dari tahun ke tahun dibandingkan tahun 2015 dari target 76.47% tercapai 73.83% juga termasuk katagori baik. Dalam indikator diatas sehingga bisa mencapai presentase tersebut semuanya dilakukan oleh pemerintah kota baik dari target sampai pengukurannya yang dilakukan oleh tim survey/tim penilai kinerja dari pemerintah kota yang menilai langsung kinerja yang ada pada Kecamatan Sukolilo. Capaian kinerja tahun 2016 ini bila dibandingkan dengan capaian kinerja tahun

(13)

2015, mengalami kenaikan sebesar 10%. Kenaikan ini secara sederhana menggambarkan bahwa kinerja Kecamatan Sukolilo mengalami peningkatan. Akan tetapi perlu dipahami bersama bahwa tolok ukur keberhasilan yang paling utama dalam pengukuran kinerja adalah realisasi anggaran selain efektifitas dan efisiensi pelaksanaan tugas.

Analisis ini meliputi uraian berkaitan pencapaian kinerja kegiatan dengan program dan kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan dan misi serta visi yang telah ditetapkan dalam rencana strategis. Dalam analisis ini pencapaian kinerja kebijakan dapat dirinci sebagai berikut: (1) Peningkatan Pelayanan, Terwujudnya Tatakelola Pemerintahan yang baik dan Peningkatan Pelayanan Publik dari Capaian 4 (empat) Indikator dari Target 92,95% dapat dilaksanakan dengan maksimal. (2) Persentase RW yang dilengkapi dengan Fasilitas sambungan Internet dan termanfaatkan 100%. Pemanfaatan Fasilitas Internet di tingkat RW guna memberikan Pelayanan kepada mayarakat dari Target 100% dapat tercapai. (3) Perbandingan Realisasi Kinerja dari program yang telah di tetapkan sampai dengan tahun ini dengan target jangka menengah sesuai perencanaan strategis organisasi telah terpenuhi. (4) Analisis atas efesiensi penggunaan sumber daya terhadap program yang telah dilaksanakan telah sesuai ketentuan.

Dari pembahasan diatas dapat kita ukur dengan konsep efektivitas dalam value for money menggunakan perbandingan antara dampak suatu program atau kegiatan terhadap masyarakat (Outcome) terhadap hasil kegiatan (Output). Hal terpenting yang perlu dicatat adalah bahwa efektivitas tidak menyatakan tentang berapa besar biaya yang telah dikeluarkan untuk mencapai tujuan tersebut. Biaya boleh jadi melebihi apa yang telah dianggarkan, boleh jadi dua kali lebih besar atau bahkan tiga kali lebih besar daripada yang telah dianggarkan. Efektivitas hanya melihat apakah suatu program atau kegiatan telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Jika anlisis yang ada Kecamatan Sukolilo Surabaya dapat dikatakan efektivitas dengan dilihat bahwa dalam tahun 2016 Kecamatan Sukolilo telah memenuhi seluruh target kinerja (100%), dari 8 indikator untuk 3 sasaran, 8 indikator dinyatakan “berhasil” yaitu dengan capaian ≥ 90% dari target yang telahh ditetapkan. Capaian tersebut merupakan capaian kinerja tahun pertama Rencana Strategis Kecamatan Sukolilo yang diukur melalui indikator kinerja.

Rancangan Perubahan Rencana Kerja Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya Tahun 2016 Penyusunan Perubahan Rencana Kerja (Perubahan Renja SKPD) Tahun 2016 merupakan pedoman dalam penyusunan perencanaan pembangunan berikutnya. Perubahan Renja adalah Perubahan Rencana Kerja yang disusun oleh SKPD dalam hal ini Kecamatan Sukolilo guna menentukan arah dan tujuan kerja SKPD dengan mensinkronisasi program yang telah dibuat oleh Pemerintah Kota Surabaya ke dalam kegiatan pelayanan SKPD yang telah dibuat serta ditetapkan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya atau oleh Pemerintah Kota Surabaya. Perubahan Renja SKPD merupakan satu kesatuan dokumen yang telah direncanakan oleh Pemerintah Pusat, antara lain adalah Dokumen RKPD, Renstra SKPD, Renja Kementrian dan Renja Provinsi. Dokumen-dokumen tersebut merupakan penjabaran dari Program Pemerintah yang diteruskan oleh Pemerintah Daerah/Kota guna mensukseskan serta mendukung program serta kegiatan pemerintah yang telah dicanangkan selama 5 tahun.

Dalam hal pencapaian target yang di cantumkan di Renstra ataupun Renja SKPD, Kecamatan Sukolilo selalu berhasil memenuhi dan melaksanakan tugas sesuai dalam realisasi output yang ada serta selalu melakukan dan mengirim hasil evaluasi secara periodik ke Pemerintah Kota. Kecamatan Sukolilo dalam melaksanakan penyusunan Perubahan Rencana Kerja (Perubahan Renja SKPD) Tahun 2016, berdasarkan peraturan yang berlaku antara lain sebagi berikut: (1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; (2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, Pasal 150 Ayat (3) Huruf (d); (3) Undang-Undang Nomor 58 Tahun 2005

(14)

tentang Pengelolaan Keuangan Daerah Pasal 32 dan 33; (4) Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah Pasal 81 dan 82; (5) Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; (6) Permendagri No. 54 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Penendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; (7) Permendagri No. 23 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2014.

Menurut Mahsun (2006:159) evaluasi kinerja akan memberikangambaran kepada penerima informasi mengenai nilai kerja yang berhasil dicapai organisasi. Capaian kinerja organisasi dapat dinilai dengan skala pengukuran tertentu. Kecamatan Sukolilo sudah melakukan evaluasi secara berkala dan hasil evaluasi telah di sampaikan ke Pemerintah Kota dalam hal ini adalah Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya melalui http://bappeko.surabaya.go.id/devplan2016/. Hasil evaluasi tersebut telah disinkronisasi terhadap laporan kinerja tahunan dan realisasi APBD yang telah menjadi tanggung jawab Kecamatan Sukolilo, sesuai dengan Kegiatan Pelayanan yang ada di Kecamatan Sukolilo. Sedangkan Faktor-faktor yang menjadi bahan pertimbangan terhadap rumusan program dan kegiatan kecamatan dijabarkan sebagaimana dalam tabel pencapaian, kajian usulan program/kegiatan dari masyarakat dan penggabungan prioritas masukan masyarakat serta dengan Perubahan Renja SKPD terdahulu.

Kegiatan pada Perubahan Renja tahun 2016 bertolak pada Visi, Misi, Tujuan, dan Program yang dilaksanakan Kecamatan Sukolilo secara rasional akan menyentuh segala aspek dalam sebuah sistem organisasi, baik aspek internal (pemberi layanan = Petugas Pelayanan Kecamatan) maupun aspek eksternal (penerima layanan = masyarakat). Aspek eksternal yang dimaksud adalah masyarakat itu sendiri sebagai subyek sekaligus obyek dari pelayanan yang diberikan. Apabila aspek internal dapat dicapai maka aspek eksternal akan secara otomatis tercapai. Kita analogikan seperti pelayanan yang terjadi dalam perusahaan swasta nasional maupun internasional, betapa petugas memberi layanan sangat bersahabat sekali sehingga penerima layanan merasa seperti raja, segala kebutuhan yang diinginkan penerima layanan dapat dengan cepat dan cermat dipenuhi oleh pemberi layanan.

Dengan demikian sistem managemen pemerintahan yang baik dan benar dapat mengendalikan pemerintahan yang diciptakan dan diterapkan akan sangat berguna apabila manusia (aparatur pemerintah) yang menjalankannya tidak berada pada jalur yang diharapkan (lemahnya norma), maka sistem yang direncanakan akan hancur dengan sendirinya. Intinya adalah bagaimana menciptakan manusia yang cerdas, cakap, profesional dalam arti yang lebih luas. Cerdas, cakap dan profesional dalam berucap dan bertindak akan menghasilkan tatanan pemerintahan yang baik, tanggap, cerdas dan profesional pula.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Menurut hasil analisis dan pembahasan tentang Pelaporan Kinerja Instansi Pemerintah, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: (1)Model Pengukuran Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya dilakukan secara sistematis melalui program E-Performance. Menurut Sekretaris Camat Sukolilo dengan pengukuran secara online memudahkan laporan yang setiap Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan Pemerintah Kota Surabaya. Tes komptensi dan manual merupakan alat alternative yang dipakai untuk membantu menilai kinerja di Kecamatan Sukolilo untuk melengkapi kordinasi setiap staff dan beberapa pimpinan yang ada untuk mejalankan kegiatan dan tugas setiap staff. Dalam kinerjanya baik E-Performance, tes kompetensi, atau manual dapat membantu melakuakn evaluasi kinerja dan juga meminimalisir terjadinya kecurangan dalam segi materi ataupun tenaga. (2) Hasil

(15)

pengukuran kinerja ditinjau dari tingkat ekonomisnya menunjukkan bahwa tingkat Capaian Kinerja keseluruhan pada tahun 2016 dapat dicapai dengan baik dan capaian tersebut lebih baik dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2015. Hal ini berdasarkan perbandingan realisasi anggaran lebih hemat pengeluarannya dari jumlah dana anggaran yang digunakan untuk mencapai kinerja tersebut. Dalam kegiatan Kecamatan Sukolilo realisasi anggaran tercapai sebesar 95.19%. Dalam segi ekonomis Kecamatan sukolilo bisa di nilai ekonomis dalam pengelolaan anggaran dananya, dan dari sisa anggaran yang telah disediakan pemerintah bisa dikembalikan kepada Pemerintah Kota Surabaya. (3) Hasil pengukuran kinerja ditinjau dari tingkat efisiennya menunjukkan bahwa tingkat capaian Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya selama tahun 2016 dapat dinilai relatif efisien. Dengan pengelolaan anggaran dana dan kegiatan yang ada pada tahun 2016 yang relatif efisien jika dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2015. Tingkat efisiensi diukur berdasarkan perbandingan antara output terhadap input, dimana target dan anggaran untuk setiap kegiatan digunakan secara efisien dan mampu menjalankan kegiatan sesuai dengan target yang direncanakan. (4) Hasil pengukuran kinerja ditinjau dari tingkat efektivitasnya menunjukkan bahwa tingkat capaian kinerja efektivitas Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya selama tahun 2016 dapat dinilai dengan melihat bahwa dalam tahun 2016 Kecamatan Sukolilo telah mencapai seluruh target kinerja (100%), dari 8 indikator untuk 3 sasaran, 8 indikator dinyatakan “berhasil” yaitu dengan capaian ≥ 90% dari target yang telahh ditetapkan. Capaian tersebut merupakan capaian kinerja tahun pertama Rencana Strategis Kecamatan Sukolilo yang diukur melalui indikator kinerja.

Saran

Saran-saran yang dapat diberikan oleh peneliti bagi Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya yaitu: (1) Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya dengan penelitian ini, diharapkan adanya optimalisasi peran Kecamatan dalam peningkatan ekonomis/produktivitas, efisiensi dan efektivitas kinerja seluruh jajaran Kecamatan Sukolilo pada tahun‐tahun selanjutnya, sehingga mendukung kinerja Pemerintahan mewujudkan Good Governance dan Clean Government dan membantu proses perkembangan pengelolaan Kota Surabaya agar lebih baik lagi baik dari segi kesejahteraan masyarakatnya sampai tatakelola wilayah Kecamatan Sukolilo Surabaya. (2) Untuk memperbaiki indikator kinerja yang digunakan pada kecamatan Sukolilo Surabaya hendaknya digunakan ukuran-ukuran kinerja yang relevan dengan tujuan pelaksanaan program dan kegiatan untuk menilai efrsiensi dan efektivitas, tidak semata-mata menggunakan ukuran keuangan saja (anggaran dan realisasi). (3) Meningkatkan koordinasi baik dengan instansi terkait maupun elemen masyarakat di tingkat Kelurahan, RW dan RT. dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan program khususnya yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat. Selalu memperhatikan aspirasi masyarakat yang disesuaikan dengan program kerja dan anggaran. DAFTAR PUSTAKA

Arfan, D. A. 2014. Analisis Value For MoneyDalam Pengukuran Kinerja Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta Periode Tahun 2011–2012. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.

Bastian, I. 2006. Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Erlangga. Jakarta.

Halim, A. 2007. Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Keuangan Daerah. Salemba Empat. Jakarta. Hilton, R. W. 2005. Managerial Accounting: Creating Value in a Dynamic Business Environment.

Seventh Edition. McGraw-Hill Companies. New York.

Indriantoro, N. dan Supomo, B. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akutansi dan Manajemen. BPFE. Yogyakarta.

(16)

Kecamatan Sukolilo Surabaya. 2016. Rancangan Perubahan Rencana Kinerja Kecamatan Sukolilo Tahun 2016. Surabaya.

Kecamatan Sukolilo Surabaya. 2016. Profil Kecamatan Sukolilo Tahun 2016. Surabaya. Kotler, P. dan Kevin. L. K. 2008. Manajemen Pemasaran. Jilid 1. Erlangga. Jakarta.

Kumorotomo, W. 2005. Akuntabilitas Birokrasi Publik, Sketa Pada Masa Transisi. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Kurrohman, T. 2013. Evaluasi Penganggaran Berbasis Kinerja Melalui Kinerja Keuangan Yang Berbasis Value for Money Di Kabupaten/Kota Di Jawa Timur. Jurnal Dinamika Akuntansi 5 (1): 1-11.

Mahmudi. 2007. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Edisi Revisi. UPP STIM YKPN. Yogyakarta. Mahsun, M. 2006. Pengukuran Kinerja Sektor Publik. Penerbit BPFE. Jakarta.

Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik : Suatu Pengantar. Erlangga. Yogyakarta.

Moleong, L. J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Penerbit PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Mustafa, B. dan A. Halim. 2009. Pengukuran Kinerja Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Kalimantan Barat. Jurnal Aplikasi Manajemen 7(4):792-802.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2006 Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah. 3 April 2006. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 80. Jakarta.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. 21 April 2014. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 80. Jakarta.

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2015 Pedoman Evaluasi Atas Implementasi SAKIP. 22 Juni 2015. Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 986. Jakarta.

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2014 Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara Riviuw Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. 20 November 2014. Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1842. Jakarta.

Sadjiarto, A. 2000. Akuntanbilitas dan Pengukuran Kinerja Instansi Pemerintah. Jurnal Akuntansi dan Keuangan 2(2):138-150.

Salim, P. 1991. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Modern English Press. Jakarta.

Soelendro, A. 2000. Paradigma Baru Aparat Pengawasan Intern Pemerintah. Makalah Kongres Akuntan Indonesia IV. Jakarta

Tim Penyusun LAKIP. 2016. Laporan Akuntabilitas Kinerja Dinas Instansi Pemerintah. Kecamatan Sukolilo. Surabaya.

Tjiptono, F. 2009. Strategi Pemasaran. edisi kedua. cetakan ketujuh. Andi Offset. Yogyakarta. Ulum, I. 2004. Akuntansi Sektor Publik. Edisi Pertama. UMM. Malang.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 Pemerintah Daerah. 30 September 2014. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244. Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Gutunak Espainian duen aplikazioaren ebaluaziorako egin diren lau txostenak arretaz irakurriz gero, hiru kontu geratzen dira agerian gutxienez: azken hamarkadetan euskal

Berdasarkan analisis yang dilakukan, maka revisi terhadap media diorama berfokus dalam penambahan tulisan yang mewakili sub tema (lingkungan tempat tinggalku) agar

Kas Basis akan mencatat kegiatan keuangan saat kas atau uang telah diterima misalkan perusahaan menjual produknya akan tetapi uang pembayaran belum diterima maka

Selain itu kajian mengenai struktur naratifnya, pada penelitian kali ini dilakukan dari enam aspek, yaitu insiden, alur (plot), tokoh dan penokohan, latar, tema, dan

Area penyimpanan, persiapan, dan aplikasi harus mempunyai ventilasi yang baik , hal ini untuk mencegah pembentukan uap dengan konsentrasi tinggi yang melebihi batas limit

Sementara negara tujuan ekspor yang paling banyak memberlakukan NTM untuk seluruh produk hortikultura adalah Jepang dengan total 86 kebijakan, dengan SPS sebanyak

Hasil penelitian menemukan bahwa : (1) Gaya Kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta sebesar ( 

Kontribusi Kompensasi Dan Motivasi Mengajar Terhadap Kinerja Mengajar Guru di Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Tamijajar,Tulang Bawang Barat,Lampung (Studi Analitik Terhadap