• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari banyak struktur, semuanya berfungsi secara bersama-sama untuk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari banyak struktur, semuanya berfungsi secara bersama-sama untuk"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Fungsionalisme Struktural

Masyarakat sering dibandingkan dengan suatu organisme raksasa yang terdiri dari banyak struktur, semuanya berfungsi secara bersama-sama untuk memelihara keseluruhan sistem , sama halnya dengan kita yang hidup, paru-paru, ginjal, hati dan organ lainnya berfungsi untuk memelihara tubuh kita.

2.1.1. Prinsip-Prinsip Pokok Fungsionalisme Struktural

Secara essensial prinsip-prinsip pokok fungsionalisme structural menurut Stephen K. Sanderson (1993:9) adalah sebagai berikut:

1. Masyarakat merupakan system yang kompleks yang tediri dari bagian-bagian yang saling berhubungan dan saling tergantung, dan setiap bagian saling berpengaruh secara signifikan terhadap bagian-bagian lainnya.

2. Setiap bagian dari sebuah masyarakat eksis karena bagian tersebut memiliki fungsi penting dalam memelihara eksistensi dan stabilitas masyarakat secara keseluruhan.

3. Semua masyarakat memiliki mekanisme untuk mengintegrasikan dirinya, yaitu mekanisme yang dapat merekatkannya menjadi satu. Salah satu bagian penting

(2)

dari mekanisme ini adalah komitmen para anggota masyarakat kepada serangkaian kepercayaan dan nilai yang sama.

4. Masyarakat cenderung mengarah kepada satu keadaan equilibrium atau homeostatis,dan gangguan pada salah satu bagian cenderung menimbulkan penyesuaian pada bagian lain agar tercapai harmoni dan stabilitas.

5. Perubahan sosial merupakan kejadian yag tidak biasa dalam masyarakat tetapi bila itu terjadi juga maka perubahan itu pada umumnya akan membawa kepada konsekwensi-konsekwensi yang menguntungkan masyarakat secara keseluruhan.

Menurut George Ritzer ( 1985: 25), asumsi dasar teori fungsional structural adalah bahwa setiap struktur dalam system sosial, juga berlaku fungsional terhadap yang lainnya. Sebaliknya kalau tidak fungsional maka maka struktur iru tidak akan ada atau akan hilang dengan sendirinya. Teori ini cenderung melihat sumbangan satu system atau peristiwa terhadap system yang lain dank arena itu mengabaikan kemungkinan bahwa suatu peristiwa atau suatu system dalam beroperasi menentang fungsi-fungsi lainnya dalam suatu system sosial.

2.2. Fungsi Nyata dan Fungsi Tersembunyi

Sosiologi mengartikan fungsi sebagai akibat atau konsekwensi logis, obyektif (nyata, lepas dari maksud atau motivasi seseorang) terbuka untuk setiap pengamatan empiris dan dari suatu sosio-budaya bagi kesatuan sosial yang lebih

(3)

besar. Dalam hal fungsi, Merton membagi fugsi menjadi dua bagian yaitu “fungsi nyata” (manifest function) dan “fungsi sembunyi” ( atau fungsi tersembunyi).

2.2.1. Fungsi Nyata ( Manifest Function)

Pengembangan dalam memahami fungsi manifest dalam sosiologi banyak dipengaruhi oleh ilmu biologi, dimana setiap fungsi dalam tubuh manusia memiliki fungsi biologis. Jadi jika mengacu kepada fungsi ini dapat dikatakan bahwa keluarga memiliki fungsi reproduksi dan sosialisasi sehingga negara bertanggung jawab dalam fungsinya sebagai pemelihara tatanan dan lain-lain.

2.2.2. Fungsi Tersembunyi ( Laten Fungction)

R. K Merton menggarisbawahi pendapat bahwa sebuah institusi sosial memiliki fungsi-fungsi yang bersifat laten ( tersembunyi) dan berbeda dengan motif-motif eksplisitnya. Misalnya, upacara minta hujan yang dilakukan orang-orang Indian Hopi memepunyai motif agar hujan segera turun, namun beberapa ilmuan yakin bahwa ada fungsi lain dari upacara ritual yang dilakukan yakni, mempertahankan kohesi kelompok (nazsir 2008:11)

2.3. Kepercayaan (Trust)

Menurut Fukuyama, Kepercayaan adalah salah satu unsure penting dalam sebuah lembaga sosial yang merupakan tali pengikat antara satu sama lain sehingga tercipta suatu dukungan yang solid dan tahan lama. Trust adalah pengharapan yang muncul dalam sebuah komunitas yang berprilaku jujur,

(4)

kooperatif, berdasarkan norma-norma yang dimiliki bersama, dan kepentingan anggota yang lain dari komunikasi itu ( Field, 2002:36).

Robert D. Putnam (1993), mendefinisikan trust atau rasa percaya (mempercayai) adalah suatu bentuk keinginan untuk mengambil resiko dalam hubungan-hubungan sosialnya yang didasari oleh perasaan yakin bahwa yang lain akan melakukan sesuatu seperti yang diharapkan dan akan senantiasa bertindak dalam suatu pola tindakan yang saling mendukung, paling tidak yang lain tidak akan bertindak merugikan diri dan kelompoknya ( hasbullah, 2006:11).

2.4. Lembaga Menurut Sosiologi

Secara sosiologis, istilah lembaga dapat diartikan sebagai suatu format yang mantap, stabil, terstruktur dan mapan (established). Dalam pengertian ini lembaga sebagai suatu jaringan sarana hidup berisi peranan yang menjalankan fungsi masyarakat secara terus menerus dan berulang- ulang. Secara umum lembaga lahir dari cara-cara berbuat (Usage) yang menjadi kebiasaan (Folksway), lalu kebiasaan tumbuh menjadi menjadi tata-kelakuan (mores), dan apabila tata kelakuan ini bertambah matang, disertai adanya aturan dan pengenaan sanksi yang relatif berat terhadap pelanggar aturan tersebut, maka berarti telah terbentuk apa yang disebut sebagai adat istiadat (Customs). Dengan kata lain, lembaga merupakan kebiasaan berbuat yang dilakukan secara sadar, bersifat permanen dan rasional (super folksway).

(5)

Istilah lembaga mengandung pengertian yang lebih kompleks dari pada sekedar jaringan kebiasaan kehidupan kelompok. Dalam pengertian ini, lembaga lebih merupakan kristalisasi dari aksi dan kaedah-kaedah yang selanjutnya dijadikan sebagai pedoman hidup yang menunjuk pada pola perilaku yang mapan. Banyak pula kalangan menterjemahkan lembaga sebagai kumpulan cara berbuat yang berguna untuk mengatur stabilitas hubungan sosial dalam kehidupan masyarakat. Cooley dan Davis menyatakan bahwa lembaga merupakan

kaedah-kaedah yang kompleks yang ditetapkan oleh masyarakat, untuk secara teratur memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokoknya. Dengan demikian, maka suatu

lembaga dapat dianggap sebagai acuan tata-tertib dalam bertindak, sehingga dalam usaha memenuhi kebutuhan pokok itu terhindar dari penyimpangan perilaku dan perlakuan yang tidak adil.

Dalam sosiologi, lembaga mencakup kompleksitas peraturan dan adat istiadat yang mempertahankan nilai-nilai yang penting. Menurut penjelasan Bouman (1982) bahwa lembaga-lembaga (institutions) adalah bentuk-bentuk perbuatan dalam hubungan kelompok yang dilestarikan oleh kultur dan transfer kultur. Proses hubungan kelompok ini mendorong terjadinya penekanan dan pemaksaan terhadap individu untuk berbuat sesuai dengan kehendak masyarakat. Lembaga mempunyai tujuan untuk mengatur antar hubungan yang diadakan untuk memenuhi kebutuhan manusia yang paling mendasar.

Acuff, Allen dan Taylor (Mayor Polak, 1979) mengatakan dengan jelas dan tegas bahwa "patterned norms integrated around a principal function of

(6)

society" (lembaga-lembaga merupakan norma-norma yang berintegrasi di sekitar

suatu fungsi masyarakat yang penting). Termasuk apa yang dipercakapkan sehari-hari dapat disebut sebagai lembaga, seperti percakapan yang menyangkut badan ilmiah, ikatan sarjana, berbagai bentuk organisasi yang mempunyai tujuan amal atau memelihara dan memperluas pengetahuan, dan sebagaianya. Dalam sosiologi, lembaga mencakup kompleksitas peraturan dan adat istiadat yang mempertahankan nilai-nilai yang penting. Menurut penjelasan Bouman (1982) bahwa lembaga-lembaga (institutions) adalah bentuk-bentuk perbuatan dalam hubungan kelompok yang dilestarikan oleh kultur dan transfer kultur. Proses hubungan kelompok ini mendorong terjadinya penekanan dan pemaksaan terhadap individu untuk berbuat sesuai dengan kehendak masyarakat. Lembaga mempunyai tujuan untuk mengatur antarhubungan yang diadakan untuk memenuhi kebutuhan manusia yang paling mendasar.

Jadi lembaga adalah suatu kompleks nilai-nilai, norma-norma, peraturan-peraturan dan peranan-peranan sosial. Broom dan Selznick mendefinisikan institusi sebagai proses terjadinya lembaga sosial atau institusionalisasi (institutionaliza-tion), yaitu perkembangan susunan yang tertib, stabil dan mengintegrasikan dari aksi-aksi yang tidak stabil, berpola tidak tentu.

Dalam proses perkembangan lembaga-lembaga meliputi rangkaian tumbuhnya berbagai anggapan umum dan peraturan yang mengatur antar hubungan sosial. Dalam hal ini Polak menjelaskan bahwa proses pelembagaan tersebut dimaksudkan sebagai proses strukturasi antar hubungan melalui

(7)

inkulturasi konsep-konsep kebudayaan baru, seperti nilai-nilai dan norma-norma baru. Proses ini berjalan dan berkembang terus menerus dalam kehidupan masyarakat. Apabila aktivitasaktivitas sosialnya menyangkut usaha pemenuhan kebutuhan yang kemudian melahirkan suatu struktur universal, maka struktur ini dapat disebut sebagai lembaga.

Alex Inkeles (Kamanto Sunarto, 1985) menjelaskan bahwa dalam struktur terdapat sistem tindakan, yaitu seluruh perangkat kebiasaan-kebiasaan, nilai-nilai dan cara-cara bertindak yang baku yang biasanya diwujudkan oleh suatu kelompok yang mempunyai hubungan sosial timbal balik yang relatif langgeng. Perlu dipahami bahwa dasar utama suatu lembaga adalah menyangkut stabilitas progresif, artinya pola kehidupan baru dalam pemenuhan kebutuhan tertentu merupakan terminal struktur yang berkemajuan. Aktivitas sosial yang dapat dihimpun menjadi kebiasaan-kebiasaan yang berkaitan erat dengan peranan-peranan dari perangkat struktur dapat dinamakan lembaga.

Ciri-ciri umum dari pada lembaga sosial (kemasyarakatan), menurut Gillin and Gillin (Soerjono Soekanto, 1982) adalah sebagai berikut:

1. Suatu lembaga kemasyarakatan adalah suatu organisasi dari pada pola-pola pemikiran dan pola-pola perikelakuan yang terwujud melelui aktivitas-aktivitas kemasyarakatan dan hasil-hasilnya. Lembaga kemasyarakatan terdiri dari unsur-unsur kebudayaan lainnya yang secara langsung maupun tidak langsung tergabung dalam satu unit yang fungsional.

(8)

2. Suatu tingkat kekekalan tertentu merupakan ciri dari semua lembaga kemasyarakatan. Sistem- sistem kepercayaan dan aneka macam tindakan, baru menjadi bagian lembaga kemasyarakatan setelah melewati waktu yang relatif lama. Misalnya suatu sistem pendidikan tertentu baru akan dapat diterapkan seluruhnya, setelah mengalami suatu percobaan. Lembaga-lembaga kemasyarakatan biasanya juga berumur lama sekali, oleh karena pada umumnya orang menganggapnya sebagai himpunan norma-norma yang berkisar pada kebutuhan pokok masyarakat yang sudah sewajarnya harus dipelihara.

3. Lembaga kemasyarakatan mempunyai satu atau beberapa tujuan tertentu. Mungkin tujuan-tujuan tersebut tidak sesuai atau sejalan dengan fungsi lembaga yang bersangkutan, apabila dipandang dari sudut kebudayaan secara keseluruhan. 4. Lembaga kemasyarakatan mempunyai alat-alat perlengkapan yang dipergunakan untuk mencapai tujuan lembaga yang bersangkutan, seperti misalnya bangunan, peralatan mesin-mesin dan sebagainya. Bentuk serta penggunaan alat-alat tersebut biasanya berlainan antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya.

5. Lambang-lambang biasanya juga merupakan ciri yang khas dari lembaga kemasyarakatan. Lambang-lambang tersebut secara simbolis menggambarkan tujuan dan fungsi lembaga yang bersangkutan.

6. Suatu lembaga kemasyarakatan, mempunyai suatu tradisi yang tertulis ataupun yang tak tertulis, yang merumuskan tujuannya, tata-tertib yang berlaku dan lain-lain. Tradisi tersebut, merupakan dasar bagi lembaga itu didalam pekerjaannya

(9)

untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok dari pada masyarakat, dimana lembaga kemasyarakatan tersebut menjadi bagiannya.

Secara lebih singkat, Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi (1964), memperinci ciri-ciri lembaga kemasyarakatan sebagai berikut:

a. Merupakan unit yang fungsional, merupakan organisasi pola pemikiran dan perilaku yang terwujud melalui aktivitas kemasyarakatan dan hasil-hasilnya. b. Mempunyai tingkat kekekalan tertentu, yaitu telah teruji dan berupa himpunan norma-norma pencapaian kebutuhan pokok yang sewajarnya harus dipertahankan. c. Mempunyai tujuan atau beberapa tujuan tertentu.

d. Mempunyai perangkat peralatan untuk mencapai tujuan lembaga tersebut, misalnya: bangunan gedung, mesin-mesin, alat-alat lain.

e. Mempunyai alat pengebor semangat, misalnya: lambang-lambang, panji-panji, slogan-slogan, semboyan-semboyan dan lain sebagainya.

f. Mempunyai tradisi atau tata-tertib sendiri.

Lembaga merupakan kumpulan dari berbagai cara berperilaku yang diakui oleh anggota-anggota masyarakat sebagai sarana untuk mengatur hubungan-hubungan sosial. Dengan demikian secara sosiologis, lembaga dalam pengertian hubungan sosial dapat diartikan sebagai suatu jaringan proses hubungan antar manusia dalam kehidupan masyarakat, di mana dalam proses tersebut terdapat suatu pola perilaku yang disepakati bersama sebagai patokan agar stabilitas kerjasama upaya mencapai tujuannya dapat terpelihara.

(10)

Dari segi integritas sosial dapat dipahami bahwa lembaga mengandung unsur antar hubungan sosial berdasarkan kebutuhan kerjasama saling melengkapi secara multidimensional. Kelebihan di satu pihak merupakan kekurangan pihak lain, terjalin secara interdependensial dalam jangka waktu yang cukup lama. Kalau reaksi terhadap suatu peristiwa terdapat persamaan antara sebagian besar anggota suatu kelompok masyarakat, maka ada kecenderungan integritas sosial semakin meningkat. Keadaan ini mencerminkan suatu pelembagaan tentang kesamaan perilaku antar anggota kelompok dalam memenuhi segenap kebutuhan bersamanya, khususnya mengenai selera, norma dan kepentingan-kepentingan. Jadi lembaga sosial mengandung jaminan kesadaran kelompok bahwa kepentingan-kepentingan kelompok itu dirasakan dan dihayati oleh anggotanya sebagai kepentingan dirinya juga.

2.5. Proses Pelembagaan

Roucek dan Warren (1984), menyebut lembaga sebagai pola organisasi untuk memenuhi berbagai keperluan manusia, yang lahir dengan adanya berbagai budaya sebagai satu ketetapan untuk menggunakannya yang tetap, memperoleh konsep kesejahteraan masyarakat, dan melahirkan suatu struktur. (Pdfsearchengine.com/ fisip- strategi kebudayaan2)

Lembaga pada mulanya terbentuk atas dorongan kesamaan pandangan, hasrat dan keinginan bersama manusia untuk hidup secara teratur. Cita-cita tentang keteraturan hidup ini berpusat pada tatanan normatif hubungan antar angota masyarakat dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Penataan,

(11)

pemeliharaan dan pengekalan keteraturan hubungan antar anggota masyarakat itu sangat tergantung pada intensitas kesadaran bersama terhadap fungsi norma-norma sosial yang berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Apabila kemudian secara sadar norma-norma sosial itu diakui, dihormati dan dipatuhi bersama sebagai satu-satunya alternatif yang dapat berfungsi memelihara stabilitas hubungan sosial dan dapat mendorong kemudahan dalam usaha memenuhi kepentingan-kepentingan kelompoknya, maka kehidupan kelompok ini akan semakin mapan dan terpola dalam bentuk lembaga sosial.

2.5.1. Modal Sosial Dan Jaringan-Jaringan Sosial

Tesis sentralnya adalah pentingnya hubungan dengan membangun hubungan satu sama lain, dan memeliharanya agar terjalin terus, orang dapat bekerjasama untuk memperoleh hal yang sebelumnya tidak dapat mereka capai seorang diri, atau jika seorang diri hanya dapat di capai dengan kesulitan besar. Manusia dapat berhubungan dalam seri jaringan dan mereka cenderung berbagi nilai-nilai umum bersama angota-anggota lain dalam jaringan tersebut ; sampai pada tingkat bahwa jaringan-jaringan itu membentuk suatu sumber daya, yaitu dapat di lihat sebagai pembentukan jenis modal. Selain sangat bermanfaat dalam konteks-konteks yang yang dekat, cadangan modal ini sering dapat di tarik pada bidang-bidang lainya. Kemudian, semakin banyak orang yang anda kenal dan semakin banyak anda berbagi pandangan umum dengan mereka, semakin kayalah modal social anda ( Field, 2005, 1). Dari defenisi di atas dapat di katakan bahwa

(12)

modal social bukan hanya berupa sesuatu yang bersifat materi, namun modal social dapat juga merupakan hal yang di akibatkan pola interaksi yang di bangun antar satu individu dengan individu lainnya.

2.5.2. Hubungan-Hubungan Dalam Ekonomi

Menurut Putnam (1993), Ada banyak literature umum mengenai peranan jaringan-jaringan sosial dalam tingkah laku ekonomi. Telah lama diketahui bahwa kontak-kontak personal membantu para pencari kerja dengan cara yang sangat efektif untuk menemukan kedudukan-kedudukan baru dan promosi-promosi yang berdaya guna, karena sejak tahun 1990-an membludak jaringan perusahaan-perusahaan, para peneliti dan pembuat kebijakan dianggap sebagai factor yang menentukan dalam mendorong inovasi dan menyempurnakan pelaksanaan persaingan. Selanjutnya, Putnam mengklaim bahwa masyarakat yang berhubungan dengan baik dapat melaksanakan ekonomi secara menyeluruh daripada masyarakat yag tidak saling berhubungan (Field 2005: 45).

Suatu studi di Kanada tentang orang-orang yang mendapat kesejahteraan jangka panjang selama pertengahan tahun 1990-an menunjukkan bahwa pengaruh modal sosial pada kemungkinan menemukan jalan kesejahteraan lebih besar daripada setiap factor lain, termasuk modal manusia dan karakteristik demografis (Levesque dan White 2001).

(13)

dengan luas sebagai suatu sumber informasi penting, yang sangat menentukan dalam mengidentifikasi dan mengeksploitasi peluang-peluang bisnis (Hendry et

al. 1991: 16; Mullholland 1997 703-6). Jaringan-jaringan itu dapat juga

meyediakan akses financial (Bates 1994: 674). Modal sosial juga telah dianggap sebagai suatu asset berkenaan dengan pasar dan tenaga kerja; bahkan ketika direkrut melalui pranata, baik konsumen maupun para pekerja dikatakan menunjukkan suatu kosetiaan dan komitmen yang lebih besar daripada yang mungkin menjadi persoalaan bagi orang-orang asing secara total (Bates 1994;674). Jaringan-jaringan juga dianggap member kontribusi yang pada model manajemen yang konsisten dan stabil yang pada gilirannya sungguh vital perusahaan-perusahaan sanggup bertahan pada tantangan-tantangan eksternal (Hendry et al. 1991: 17). Ada beberapa petunjuk mengapa sebuah asosiasi bisa menjadi lebih kuat, hal ini di dukung oleh karya yang lebih rinci dari Narayan dan Pritchitt, dalam studi mereka di pedalaman Tanzania yang menfsirkan, bahwa variasi modal sosial pada tingkat pedesaan mempunyai pengaruh yang lebih besar pada tingkat penghasilan daripada perubahan-perubahan ekuivalen baik dalam modal manusia maupun asset-aset fisik (Narayan dan Pritchitt 1999: 274).

2.5.3. Manfaat-Manfaat untuk Kesehatan dan Kesejahteraan

Ide menghubungkan kohesi sosial dan kesejahteraan sudah ada selama satu abad. Pada akhir abad kesembilan belas, Durkheim menunjukkan bahwa

(14)

tingkat bunuh diri lebih tinggi di kalangan orang-orang yang mempunyai tingkat integrasi sosial yang rendah, dan lebih rendah dalam komunitas-komunitas yang terikat kuat. Pembuktian atas asosiasi umum di antara tingkat-tingkat kesehatan dan ikatan-ikatan sosial telah diterima umum sejak tahun 1970-an, ini menunjukkan bahwa orang-orang yang mempunyai jaringan-jaringan sosial yang kuat mempunyai tingkat kematian setengah atau sepertiga dari tingkat kematian orang-orang yang mempunyai ikatan-ikatan sosial yag lemah (Whithead dan Didrichsen 2001). Pembuktian lebih jauh tentang hubungan ini terus bertambah. Suatu perbandingandi Finlandia di antara kesehatan-kesehatan kaum minoritas berbahasa Swedia dengan sisa penduduk lainnya, mengungkapkan bahwa tingkat kematian yang lebih rendah dan kehidupan yang lebih lama dari kaum yang minorotas- yang makanan dan cara hidupnya tidak berbeda- diasosiasikan dengan ‘ketidaksamaan dalam integrasi sosial’ (Hyppa an Maki 2001). Suatu studi komparatif pada komunitas-komunitas local di kalangan usia lanjut di daerah tambang batubara Yorksire Selatan menunjukkan bahwa tingkat-tingkat resiproksitas yang lebih tinggi adalah di asosiasi secara dekat dengan skor-skor kesehatan yang lebih tinggi (Green et al. 2002).

Referensi

Dokumen terkait

Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan Pasal 31 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 41 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pusat

Kegiatan sebagai Komplemen Solusi Permasalah arsitektural pola pemukiman sempadan sungai  Menpertahan kan arsitektural rumah lanting  Pengembangan

Maka permasalahan yang menjadi pembahasan dalam penelitian ini adalah Kriteria apakah yang dipakai pihak bank untuk menentukan debiturnya telah melakukan wanprestasi dan

Berdasarkan hasil penelitian ini disimpulkan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan kadar Hb yang rendah pada bayi usia 6 bulan di Kabupaten Bantul adalah pemberian MP ASI,

Hasil proyeksi juga menunjukkan bahwa dalam periode 2002-2010 jumlah permintaan selalu lebih besar dari produksi dalam negeri, bahkan perbedaan itu semakin melebar, sehingga

Table matrik ini untuk !etiap pa!angan kriteria-kriteria, ukuran Table matrik ini untuk !etiap pa!angan kriteria-kriteria, ukuran kuantitati dan kualitati dari eek yang

Permodalan BMT Ventura mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung atas putusan hakim Pengadilan Tinggi Agama Jakarta yang dirasa sangat tidak berdasarkan hukum dan tidak

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan metode Inverse Distance Weighting (IDW) untuk model logam berat pada biota yang telah dicoba nilai Root Mean Square