• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MODUL AKIDAH AKHLAK BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI AKHLAK PERGAULAN REMAJA KELAS XI DI MAN 3 PAYAKUMBUH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN MODUL AKIDAH AKHLAK BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI AKHLAK PERGAULAN REMAJA KELAS XI DI MAN 3 PAYAKUMBUH"

Copied!
181
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN MODUL AKIDAH AKHLAK BERBASIS

PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI AKHLAK

PERGAULAN REMAJA KELAS XI

DI MAN 3 PAYAKUMBUH

SKRIPSI

Ditulis Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Jurusan Pendidikan Agama Islam

OLEH:

DEBY TAUFIT HIDAYAT NIM: 13 101 024

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BATUSANGKAR

(2)
(3)
(4)
(5)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat

Allah Swt yang senantiasa mencurahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Pengembangan Modul Akidah Akhlak Berbasis Problem Based Learning Pada Materi Akhlak Pergaulan Remaja Kelas XI MAN 3 Payakumbuh”.

Salawat serta salam senantiasa penulis kirimkan kepada Nabi Muhammad Saw yang telah berjuang membawa umat Islam dari zaman jahiliah kepada zaman yang berilmu pengetahuan seperti saat ini.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mengalami kesulitan karena keterbatasan kemampuan dan literature yang dimiliki. Namun berkat kesungguhan penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Ridwal Trisoni, M.Pd. selaku pembimbing I dan ibunda Dra. Demina, M.Pd. selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktunya dengan memberikan bimbingan serta pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Ibunda Dra. Eliwatis, M.Ag. selaku penguji I dan bapak Dr. David., M.Pd. yang telah meluangkan waktunya dan memberikan bimbingan serta pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

3. Ibunda Susi Herawati, S.Ag., M.Pd.sebagai Penasehat Akademik (PA) yang telah mengarahkan atau membantu penulis dalam menyelesaikan perkuliahan. 4. Ibu Dra. Marni. selaku kepala sekolah MAN 3 Payakumbuh yang telah

bersedia memberikan penulis kesempatan untuk melakukan penelitian.

(6)

Sehingga penulis dapat memperoleh data-data yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini.

5. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda dan Ibunda serta adik-adikku tercinta yang selalu mendoakan, memberikan dorongan, motivasi serta bantuan baik moril maupun materil sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. 6. Teman-teman semua atas kebersamaan, dukungan dan bantuan yang sangat

berarti bagi penulis.

7. Semua pihak yang banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga apa yang telah mereka berikan kepada penulis akan menjadi amal shaleh serta mendapatkan imbalan yang berlipat ganda dari Allah Swt, Amin yarobbal alamin……

Batusangkar, 20 Juli 2018 Penulis

DEBY TAUFIT HIDAYAT 13 101 024

(7)

ABSTRAK

DEBY TAUFIT HIDAYAT. 13 101 024. “PENGEMBANGAN MODUL AKIDAH AKHLAK BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI AKHLAK PERGAULAN REMAJA KELAS XI MAN 3 PAYAKUMBUH”. Sebanyak 68 halaman. Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar, 2018.

Masalah yang ditemui di MAN 3 Payakumbuh adalah Akidah Akhlak merupakan pelajaran kurang menarik untuk dipelajari oleh siswa. Bahan ajar yang digunakan berasal dari beberapa penerbit yang biasanya dibeli/dipotocopy dan pada umumnya belum sesuai dengan kebutuhan siswa dan guru. Belum adanya ketersedian modul yang dibuat oleh guru berupa modul akidah akhlak berbasis

Problem Based Learning pada materi akhlak pergaulan remaja. Maka dari itu

peneliti mengembangkan modul akidah akhlak berbasis Problem Based Learning yang sesuai dengan karakteristik siswa dan kebutuhan siswa sehingga meraka dapat belajar secara mandiri dan lebih menyukai pembelajaran Akidah Akhlak.

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (research and

development). Model pengembangan 4D .Penelitian ini terdiri dari tiga tahap

yaitu: pendefinisian (define), perancangan (design), dan pengembangan

(development). Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah lembar

validasi (modul dan RPP), lembar wawancara dan angket respon. Uji kelayakan dilakukan di MAN 3 Payakumbuh yang dibantu oleh 2 orang dosen dan 1 orang guru sebagai validator, serta melibatkan 16 orang siswa. Teknik analisis data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif melalui analisis validitas produk, analisis kepraktisan serta wawancara.

Berdasarkan hasil penilaian menunjukkan bahwa modul Akidah Akhlak berbasis Problem Based Learning pada materi akhlak pergaulan remaja kelas XI MAN Payakumbuh yang dirancang sangat valid dengan hasil validitas yang diperoleh adalah 88,3%. Kemudian modul Akidah Akhlak berbasis Problem

Based Learning pada materi akhlak pergaulan remaja kelas XI MAN Payakumbuh

sangat praktis digunakan setelah diuji coba kepraktisannya pada 16 orang siswa kelas XI MAN Payakumbuh , dengan hasil praktikalitas sebesar 95,7%. Simpulan dari penelitian ini bahwa modul Akidah Akhlak berbasis Problem Based Learning yang peneliti kembangkan layak untuk digunakan dalam kegiatan belajar di sekolah.

Kata kunci: Modul Akidah Akhlak, Problem Based Learning.

(8)

PERNYATAAN KEASLIAN...iii

KATA PENGANTAR...iv

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Batasan dan Rumusan Masalah ... 8

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat Penelitian ... 8

F. Spesifikasi Produk ... 9

G. Asumsi dan Fokus Pengembangan ... 11

H. Definisi Operasional... 11

BAB II LANDASAN TEORI ... 13

A. Modul Berbasis Problem Lased Learning ... 13

B. Kualitas Pengembangan ... 27

C. Model Pengembangn Four-D (4d) ... 28

D. Penelitian yang Relevan ... 29

E. Kerangka Berfikir... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 33

A. Jenis Penelitian ... 33

B. Desain dan Prosedur Penelitian ... 33

C. Teknik Pengumulan Data ... 38

D. Instrumen Peneltian ... 39

(9)

ix

E. Teknik Analisis Data ... 40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 43

A. Hasil ... 43

B. Pembahasan ... 61

C. Keterbatasan Penelitian ... 63

Keterbatasan yang ada pada penelitian ini adalah: ... 63

BAB V PENUTUP ... 65

A. Kesimpulan ... 65

B. Saran ... 65

(10)

Tabel 3. 4Kategori Partikalitas Modul ... 41

Tabel 4. 1 Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, Indikator, ... 45

Tabel 4. 2 Hasil Validasi Modul ... 56

Tabel 4. 3 Saran-Saran Oleh Validator Mengenai Modul ... 58

Tabel 4. 4 Hasil Praktikalitas Oleh Siswa ... 60

(11)

11

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1Kerangka berfikir ... 32

Gambar 3. 1Bagan Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran. ... 37

Gambar 4. 1Tampilan Pembuka (a) Sebelum Revisi dan (b) Sesudah Revisi ... 47

Gambar 4. 2 Identitas Modul ... 48

Gambar 4. 3 Peta Konsep ... 48

Gambar 4. 4 Tampilan Opening Materi ... 49

Gambar 4. 5 akhlak terpuji dalam pergaulan remaja ... 50

Gambar 4. 6 akhlak tercela dalam pergaulan remaja ... 51

Gambar 4. 7 menyadari masalah dan organisation ... 52

Gambar 4. 8 Penyelidikan dan penyajian ... 52

Gambar 4. 9 verification dan generalisation ... 53

Gambar 4. 10 kesimpulan ... 54

Gambar 4. 11 Tampilan Evaluasi ... 55

Gambar 4. 12 Hasil Praktikalitas Oleh Guru Mata Pelajaran ... 59

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Silabus MA ... 65

Lampiran 2 Validasi RPP ... 78

Lampiran 3 Pengolahan data validasi RPP ... 83

Lampiran 4 RPP ... 89

Lampiran 5 Kisi-kisi validasi modul ... 102

Lampiran 6 Lembar validasi modul ... 104

Lampiran 7 Validasi pedoman wawancara ... 111

Lampiran 8 Pedoman wawancara ... 114

Lampiran 9 Analisis pedoman wawancara guru ... 116

Lampiran 10 Validasi angkaet respon siswa ... 117

Lampiran 11 Analisis validasi angket respon siswa ... 121

Lampiran 12 Angket respon siswa ... 122

Lampiran 13 Analisis angket respon siswa ... 124

Lampiran 14 Mohon penerbitan surat izin penelitian ... 126

Lampiran 15 Izin melaksanakan penelitian ... 127

Lampiran 16 Surat keterangan telah melakukan penelitian ... 128

Lampiran 17 Dokumentasi Penelitian ... 129

Lampiran 18 Modul ... 130

(13)

BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan pada hakikatnya adalah upaya manusia untuk meningkatkan sumber daya manusia agar dapat mengembangkan potensi dirinya sehingga mampu menghadapi perubahan yang terjadi. Sebagaimana dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) No 20 tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 menyatakan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Depdiknas,2003, h.185).

Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan pelatihan. Artinya tujuan kegiatan belajar adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan, sikap, bahkan meliputi segenap aspek pribadi.Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Menurut Djamarah, belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor.

Jadi, belajar adalah proses serangkaian kegiatan untuk berusaha memperoleh pengetahuan dan dapat menimbulkan perubahan (tingkah laku, kepandaian, dan lain-lain) yang berasal dari pengalaman orang seorang yang berhubungan dengan kognitif, afektif, dan psikomotor.Untuk menangkap isi dan pesan belajar, maka dalam belajar tersebut individu menggunakan kemampuan pada ranah-ranah: 1) Kognitif yaitu kemampuan yang berkenaan dengan pengetahuan, penalaran atau pikiran yang terdiri dari kategori pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis,

(14)

sintesis, dan evaluasi. 2) Afektif yaitu kemampuan yang mengutamakan perasaan, emosi, dan reaksi-reaksi yang berbeda dengan penalaran yang terdidri dari kategori penerimaan, partisipasi, penilaian sikap, organisasi, dan pembentukan pola hidup. 3) Psikomotorik yaitu kemampuan yang mengutamakan ketrampilan jasmani yang terdiri dari persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan, dan kreativitas.

Proses pembelajaran itu dipengaruhi oleh berbagai hal, diantaranya adalah lingkungan murid, guru, petugas perpustakaan, kepala sekolah, bahan atau materi pelajaran (buku, modul, selebaran, makalah, rekaman video, dan audio, dll) dan berbagai sumber belajar dan fasilitas (video, radio, televisi, komputer, perpustakaan, dan lain-lain). Salah satu faktor yang mempengaruhi ketercapaian tujuan suatu pembelajaran adalah sumber belajar. Sumber belajar adalah segala sesuatu yang ada disekitar lingkungan kegiatan belajar yang secara fungsional dapat digunakan untuk membantu optimalisasi hasil belajar( Wina Sanjaya, 2010, h.228).

Jadi, sumber belajar adalah segala sesuatu yang bisa dimanfaatkan oleh siswa dalam proses pembelajaran dalam rangka menambah ilmu pengetahuan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Sebab pada hakikatnya belajar adalah mendapatkan hal-hal baru.

Sumber pokok pembelajaran agama Islam adalah Al-Qur‟an dan Hadits. Pada masa awal pertumbuhan Islam, Nabi Muhammad SAW telah menjadikan Al-Qur‟an sebagai sumber belajar pendidikan agama disamping sunnah beliau sendiri. Kedudukaan Al-Qur‟an sebagai sumber belajar yang paling utama dijelaskan oleh Allah dalam Al-Qur‟an.

Firman Allah SWT Q.S An-Nahl: 64

   

(15)

3

64. dan Kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al Quran) ini,

melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.

Dari ayat di atas jelas menunjukkan bahwa pada masa Nabi Muhammad SAW, sumber pokok dan utama yang dijadikan sumber rujukan pendidikan pada masa itu adalah Al-Qur‟an.Sumber belajar ini disebut sebagai sumber belajar utama (pokok). Namun selain sumber belajar pokok di atas masih ada beberapa sumber belajar lainnya yaitu: a). Manusia (orang, masyarakat) b). Bahan pembelajaran c). Situasi belajar d). Mass media e). Alat dan Perlengkapan Pembelajaran f). Aktivitas (teknik) g). Alam lingkungan h). Perpustakaan.

Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa banyak sumber belajar yang bisa digunakan guru dalam proses pembelajaran yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Melihat kemajuan teknologi yang semakin pesat, siswa dapat belajar dimana saja dan kapan saja dengan menggunakan teknologi. Oleh sebab itu, peranan seorang guru telah bergeser dari sumber belajar menjadi pengelola sumber belajar.

Berdasarkan kurikulum 2013 yang telah diterapkan di sekolah perlu dikembangkan berbagai sumber belajar seperti laboratorium, pusat sumber belajar, dan perpustakaan serta tenaga pengelola yang profesional. Dalam pengembangan sumber belajar guru harus mampu membuat sendiri alat pembelajaran dan alat peraga( E. Mulyasa, 2009, h. 157 ).Guru harus mampu mengembangkan bahan ajar (modul, LKS, hand out, diktat, dan lain-lain), namun dalam kenyataannya yang sering ditemui di sekolah, guru lebih terfokus pada penggunaan buku paket sebagai sumber belajar. Padahal buku paket yang digunakan tersebut belum sesuai dengan silabus yang dikembangkan. Dengan hanya terfokus pada satu buku paket, maka pembelajaran akan menjadi kurang menarik karena buku paket tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang beragam, oleh karena itu perlu adanya solusi dari hal tersebut.

(16)

Menurut purwanto, dkk, “keterbatasan waktu dapat ditutupi dengan proses pembelajaran yang dilakukan secara mandiri oleh masing-masing siswa. Belajar secara mandiri disamping belajar dalam kelas dapat memenuhi tujuan pembelajaran. Siswa dapat memahami materi kecepatan dan kemampuan masing-masing. Dengan demikian perlu lebih dari buku untuk dapat membimbing siswa menjadi aktif belajar secara mandiri (Retno Wulan Setyowati, 2013:2)

Kondisi di atas tidak jauh berbeda dengan kondisi yang penulis lihat saat observasi dan wawancara di MAN 3 Payakumbuhpada tanggal 29 Oktober 2016. Berdasarkan observasi dan wawancara tersebut, penulis mendapatkan bahwa pada mata pelajaran Akidah Akhlak, saat guru memberikan materi pelajaran, materi yang disampaikan tersebut hanya atas usaha sendiri dalam mencari bahan, disebabkan tidak adanya sumber yang bisa dijadikan sebagai panduan, baik berupa modul biasa, maupun berupa modul yang berbasis Problem based learning ataupun modul dalam bentuk yang lainnya dalam pembelajaran Akidah Akhlak tersebut. Jadi, di sekolah tersebut belum ada terdapat modul dalam pembelajaran Akidah Akhlak.

Disisi lain, juga dilakukan analisis terhadap isi buku akidah akhlak yang digunakan oleh bapak Ashafil kudri, M.A.dengan hasil bahwa buku-buku yangdigunakannya materinya masih terbatas, juga tidak bisa mencukupi atau menjawab semua indikator yangterdapat dalam silabus yang sedang digunakan.

Jadi jelaslah terlihat bahwa, sekolah ini perlu adanya alternatif sumber belajar lain yang dapat melengkapi kekurangan-kekurangan yang ada dalam buku paket yangdigunakan sebelumnya.seperti halnya modul, supaya semua indikator yang ada pada silabus yangdigunakan dapat terjawab. Dengan adanya modul ini guru dan siswa dapat terbantu karnamateri yang tidak ada dalam buku pegangan guru akan dimuat dalam modul yang dikembangkan.

(17)

5

Menurut purwanto dkk mengtakan “dari segi sifat penyajiannya buku sekolahni perlu adanya alternatif sumber belajar lain yang dapat melengkapi kekurangan-kekurangan yang ada dalam buku paket yang digunakan sebelumnya cendrung informatif dan sajian materi ajarnya memiliki cakupan luas dan umum, sehingga komunikasi berlangsung satu arah dan siswa memiliki kecendrungan untuk pasif. Dengan karakter tersebut buku kurang memfasilitasi untuksiswa belajar secara mandiri. (Retno Wulan Setyowati, 2013:3)

Di samping itu pada saat proses belajar mengajar, pembelajaran cendrung berpusat pada guru. Hal itu terlihat ketika proses belajar guru sering menggunakan metode ceramah ketimbang metode lain. Hal ini tentuakan membuat siswa menjadi jenuh dan bosan.

Dari permasalahan itu terlihat jelas bahwa siswa sangat memerlukan bahan pegangan yang bisa digunakan dalam pembelajaran, baik berupa modul, LKS, hand out dan lain-lain untuk meningkatkan hasil belajarnya. Melihat karakteristik siswa (1) siswa lebih senang belajar sendiri, (2) siswa bisa lebih mendalami materi setelah membaca kembali bahan pelajaran di rumah, (3) siswa lebih memahami materi setelah mengerjakan latihan yang diberikan guru, (4) siswa lebih termotivasi belajar bila banyak disampaikan motivasi-motivasi dan lain sebagainya.

Untuk menyikapi masalah di atas perlu adanya solusi agar proses pembelajaran berjalandengan efektif dan efisien serta tercapainya tujuan pembelajaran. Salah satu solusi dari permasalahan tersebut adalah dengan mengembangkan sebuah bahan ajar yang bisa digunakan siswa yaitu modul. Modul merupakan salah asatu bentu unit lengkap yang berdiri sendiri yang terdiri dari rangkaian kegiatan belajarb yang disusun untuk membantu peserta didik mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan secara khusus dan jelas ( Wina Sanjaya, 2008, h. 331 ).

Modul merupakan bahan ajar dalam bentuk cetakan. Modul adalah suatu proses pembelajaran mengenai suatu tujuan bahasan tertentu yang disusun secara sistematis, operasional dan terarah untuk digunakan oleh

(18)

peserta didik, disertai dengan pedoman penggunaannyaoleh guru( E.Mulyasa, 2009, h. 231 ) .

Salah satu alasan modul dikembangkan adalah melihat kebutuhan siswa dan melihat kelebiahan yang terdapat dalam modul, (a) dilihat dari aspek praktis modul bisa dibawa siswa kemana-mana karena modul bisa dipelajari siswa sendiri melalui petunjuk-petunjuk yang telah dipaparkan di modul. (b) dilihat dari aspek pengetahuan yang mana daya serap setiap siswa tidak sama, ada siswa yang suka belajar sendiri di rumah, ada siswa yang senang belajra kelompok. Kemudian di dalam modul juga terdapat umpan balik, siswa dapat mengukur sejauh mana pengetahuan yang ia peroleh setelah mempelajari modul berbasis Problem baset learning ini. (c) dilihat dari aspek bentu fisik, modul disajikan dengan tulisan berwarna dan gambar-gambar sesuai materi yang dapat menambah pemahaman siswa dan lain-lain.

Selain itu Penulis mengambil pengembangan modul sebagai bahan ajar karena dengan menggunakan modul dapat mengubah konsepsi siswa menuju konsep yang ilmiah, sehingga pada gilirannya hasil belajar mereka dapat ditingkatkan dengan seoptimal mungkin baik dari segi kualitas maupun dari segi kuantitasnya dan pendidikan lebih berdaya guna, karena bahan pelajaran disusun menurut jenjang akademik, dan bertujuan unuk meningkatkan motivasi belajar siswa, karena setiap kali mengerjakan tugas pelajaran yang dibatasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan..

Penulis mengambil pengembangan modul dikarnakan kurangnya sumber belajara di sekolah ter sebut. Kurangnya sumber belajar baik dari segi kualitas maupun kualitas. Oleh karena itu penulis ingin mengembangkan mudul berbasis Problem Based Learning yang di desain semenarik mungkin sehingga modul yang di kembangkan bisa menjadi sumber belajar untuk siswa sehingga pembelajarn lebih menarik.

Penulis memilih materi akhlak pergaulan remaja sebagai materi yang di sajikan dalam modul dikarnakan kecocokan materi dengan strategi

(19)

7

mengetahui benar pada modul yang mana siswa telah berhasil dan pada bagian modul yang mana mereka belum berhasil.

Pengembangan modul berbasis Problem based learning pada mata pelajaran Akidah Akhlak membantu siswa untuk bisa lebih aktif dan bersifat individual. Salah satu metode yang tepat digunakan uuntuk melakukan pengajaran secara individual adalah dengan menggunakan modul.Dalam sistem pengajaran modul, bahan pelajaran atau materi pokok pelajaran dapat dipelajari sendiri oleh siswa, guru tinggal hanya memberikan arahan serta bimbingan kepada siswa. Dalam pelaksanaannya pembelajaran dengan modul menitikberatkan pada aktivitas dan kreativitas belajar siswa( Syarifudin, dkk, 2010, 210 ) .

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis melakukan penelitian pengembangan yang menghasilkan suatu produk berupa modul berbasisProblem based learning pada pelajaran Akidah Akhlak. Oleh sebab itu, Penulis merancang penelitian pengembangan yang akan dilaksanakan dengan judul “ Pengembangan Modul Akidah Akhlak Berbasis Problem Based Learning(PBL) Pada Materi Pergaulan Remaja Kelas XI di MAN 3 Payakumbuh.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat diidentifikasi masalah yang terjadi sebagai berikut:

1. Pembelajaran yang dilakukan masih berpusat pada guru ( teacher

centered).

2. Belum terdapatnya modul untuk pembelajaran Akidah Akhlak di MAN 3 Payakumbuh.

3. Belum terdapat modul berbasis Problem based learning pada mata pelajaran Akidah Akhlak pada materi akhlak pergaulan remajakelas XI di MAN 3 Payakumbuh.

4. Siswa kurang bisa untuk belajar mandiri dengan baik karena hanya terbiasa menerima dari guru.

(20)

C. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah, maka penelitian ini difokuskan pada pengembangan modul berbasis Problem based learning pada mata pelajaran Akidah Akhlak pada materi akhlak pergaulan remajakelas XI di MAN 3 Payakumbuh.

2. Rumusan Masalah

a) Bagaimana validitas modul berbasis Problem based learning pada mata pelajaran Akidah Akhlak pada materi akhlak pergaulan remajakelas XI di MAN 3 Payakumbuh.

b) Bagaimana praktikalitas modul berbasis Problem based learning pada mata pelajaran Akidah Akhlak pada materi akhlak pergaulan remaja kelas XI di MAN 3 Payakumbuh. D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui validitas modul berbasis Problem based learning pada mata pelajaran Akidah Akhlak pada materi akhlak pergaulan remajayang dapat digunakan di MAN 3 Payakumbuh kelas XI.

2. Untuk mengetahui praktikalitas modul berbasis Problem based

learning pada mata pelajaran Akidah Akhlak pada materi akhlak

pergaulan remajayang dapat digunakan di MAN 3 Payakumbuh kelas XI.

E. Manfaat Penelitian

Suatu penelitian akan bernilai jika dapat memberikan manfaat bagi sebagian pihak. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Untuk Penulis

Untuk mencapai gelar sarjana S1 dan dapat menambah wawasan dan pemahaman tentang Modul berbasis Problem based learning pada

(21)

9

Pembelajaran Akidah Akhlak ini, bagi permasalahan yang terjadi di sekolah khususnya dalam proses pembelajaran Akidah Akhlak.

2. Untuk Sekolah

Dapat digunakan sebagai acuan dalam menyediakan sumber pembelajaran khususnya sumber Pembelajaran Akidah Akhlakberbasis Problem based learning demi tercapainya ketuntasan belajar siswa.

3. Untuk guru mata pelajaran Akidah Akhlak

Modul berbasis Problem based learningpada pembelajaran Akidah Akhlak ini bisa dipakai sebagai salah satu sumber belajar dan sebagai bahan ajar yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan yang terjadi di kelas karena hal ini mudah dan tidak berbelit-belit. Sehingga proses pembelajaran menjadi menarik, tidak monoton dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

4. Untuk Siswa

Bisa dijadikan sebagai sumber belajar sehingga pembelajaran lebih menarik dan menambah pemahaman bagi siswa sehingga nilai mereka meningkat.

F. Spesifikasi Produk

Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan produk berupa modul berbasis Problem based learning pada pembelajaran Akidah Akhlak di MAN 3 Payakumbuh kelas XI. Modul berbasisProblem based

learningini memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Modul pembelajaran ini didesain sesuai dengan Kompetensi Dasar (KD).

2. Modul pembelajaran ini dirancang memuat materi pembelajaran Akidah Akhlak kelas XI semester II MAN 3 Payakumbuh yaitu pembahasan mengenai akhlak pergaulan remaja.

(22)

a. Siswa mampu menjelaskan pentingnya akhlak terpuji dalam pergaulan dengan baik dan benar

b. Siswa mampu menyebutkan bentuk-bentuk akhlak terpuji dengan baik dan benar

c. Siswa mampu menyebutkan bentuk-bentuk akhlak akhlak tercela dalam pergaulan remaja

4. Penyajian modul didisain dengan tulisan yang menarik serta tidak membosankan.

5. Modul ini di sesuikan dengan kurikulum 2013 penyajian materi terdapat langkah-langkah Problem Baset Learning(PBL) deengan langkah sebagai berikut:

a. Menyadari masalah b. Merumuskan masalah c. Merumuskan hipotesis d. Mengumpulkan data e. Menguji hipotesis

f. Menentukan pilihan penyelesaian Modul ini terdiri dari:

a. Kover b. Pengantar c. Daftar isi d. Petunjuk belajar

e. Kompetensi yang dicapai yang terdiri dari SK, KD,dan Indikator serta tujuan pembelajaran.

f. Pendahuluan (berisi gambaran umum tentang cakupan bab yang di maksud).

g. Penyajian materi terdapat langkah-langkah Problem Based Learning (PBL) deengan langkah sebagai berikut:

1) Menyadari masalah 2) Merumuskan masalah 3) Merumuskan hipotesis

(23)

11

4) Mengumpulkan data 5) Menguji hipotesis

6) Menentukan pilihan penyelesaian h. Latihan-latihan dan evaluasi.

i. Kunci jawaban.

G. Asumsi dan Fokus Pengembangan 1. Asumsi Pengembangan

Beberapa asumsi yang melandasi penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Pembelajaran Akidah Akhlak menjadi lebih baik dengan menggunakan modul berbasis Problem based learning ini, jika modul dipelajari dengan baik oleh siswa.

b. Aktifitas siswa akan lebih terarah dalam belajar dengan menggunakan modul melalui strategi Problem based learning. 2. Fokus Pengembangan

Pengembangan Modul Akidah Akhlak Berbasis Problem Based

Learning (PBL) Pada Materi Pergaulan Remaja Kelas XI di MAN 3

Payakumbuh. H. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam memahami judul penelitian ini, maka penulis akan menjelaskan beberapa istilah di bawah ini:

Pengembangan modul berbasis Problem based learning, dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Pengembangan adalah menghasilkan suatun produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut( Sugiyono, 2007, h. 407 ).Pengembangan yang penulis maksud adalah pengembangan modul berbasis Problem based learning pada pembelajaran Akidah Akhlak di MAN 3 kelas XI.

(24)

2. Modul adalah suatu unit yang lengkap dan berdiri sendiri dan terdiri atas suatu rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk membantu siswa mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan secara khusus dan jelas( Darwyan Syah, dkk, 2009, h. 225 ). Yang Penulis maksud yaitu bahan ajar yang berisikan materi Akidah Akhlak.

3. Modul berbasis Problem based learning didefinisikan sebagai paket bahan ajar yang memuat pendahuluan, materi, dan serangkaian aktivitas belajar agar siswa mampu mencapai tujuan pembelajaran yang disusun secara sistematis dengan menerapkan komponen pembelajaran pendekatan Problem based learning. Yaitu dengan menghasilkan sebuah produk berupa suatu unit lengkap yang terdiri dari rangkaian kegiatan belajar Akidah Akhlak yang dikembangkan dengan strategi pembelajaran Problem based learningdalam rangka mengaitkan materi Akidah Akhlak yang dipelajari dengan menggiring siswa untuk bisa berfikir kritis dan ilmiah.

4. Mata pelajaran Akidah Akhlak di MAN 3 Payakumbuh adalah salah satu mata pelajaran pendidikan agama islam yang pokok dipelajari di Madrasah Aliyah.

(25)

BAB II

LANDASAN TEORI A. Modul Berbasis Problem Lased Learning

1. Modul

a. Pengertian Modul

Dalam kegiatan pembelajaran bahan ajar sangat penting bagi guru dan siswa. Guru akan mengalami kesulitan dalam meningkatkan efektivitas pembelajarannya jika tanpa disertai bahan ajar yang lengkap. Begitu pula siswa, tanpa adanya bahan ajar siswa akan mengalami kesulitan dan kejenuhan dalam belajar. Hal tersebut itu akan semakin diperburuk lagi jika guru dalam menjelaskan materi pembelajarannya cepat dan kurang jelas. Oleh karena itu, bahan ajar sangat penting untuk dikembangkan sebagai upaya meningkatkan kkualitas dalam pembelajaran.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh guru dalam rangka mengurangi kesulitan dan kejenuhan belajaar pada peserta didik adalah dengan mengembangkan bahan ajar kedalam berbagai bentuk bahan ajar, misalnya bahan ajar yang berbentu modul.

Secara bahasa, kata modul diambil dari bahasa Inggris “ module” yang berarti “ unit, bagian, atau juga bermakna kursus, latihan, pelajaran berupa kursus yang lebih besar. Dalam kamus bahasa Indonesia modul berarti “ unit usaha kecil dari satu pelajaran yang dapat beroperasi sendiri”. Jadi modul bermakna kumpulan satu unit program belajar mengajar terkecil yang terinci yang terdapat pada komponen-komponen modul (Ramayulis, 2010, h. 183 ).

Modul adalah unit yang lengkap dan berdiri sendiri yang terdiri atas suatu rangkaian kegitan belajar yang disusun untuk membantu siswa mencapai sejumlah tujuan yag dirumuskan secara

(26)

khusus daan jelas (Darwyan Syah, dkk, 2009, h. 225). Modul merupakan bahan ajar dalam bentuk cetakan.

Abhanda Amra (2010 : 116), mengatakan modul merupakan jenis kesatuan kegiatan belajar yang terencana, dirancang untuk membantu para siswa secara individual dalam mencapai tujuan-tujuan belajarnya. Modul bisa dipandang sebagai paket program pengajaran yang terdiri dari komponen-komponen yang berisi tujuan belajar, bahan pelajaran, metode belajar atau media, serta sumber belajar dan evaluasinya.

Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan (BP3KK) Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan modul didefinisikan sebagai suatu unit program belajar-mengajar terkecil yang secara rinci menggariskan:

1) Tujuan instruksional yang akan dicapai.

2) Topik yang akan dijadikan dasar proses belajar-mengajar. 3) Pokok-pokok materi yang dipelajari.

4) Kedudukan dan fungsi modul dalam kesatuan program yang lebih luas.

5) Peranan guru dalam proses belajar-mengajar. 6) Alat-alat dan sumber yang akan dipergunakan.

7) Kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan dan dihayati murid secara berurutan.

8) Lembaran kerja yang harus diisi oleh siswa.

9) Program evalusi yang dilaksanakan (Nana Sujana dan Ahmad Riva‟i, 2003, h. 132-133).

Jadi, dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa modul adalah bahan ajar terprogram yang disusun sedemikian rupa dan disajikan secara terpadu, sistematis, serta terperinci. Dengan mempelajari modul, siswa diarahkan pada pencarian suatu tujuan melalui langkah-langkah belajar tertentu, karena modul merupakan

(27)

15

paket program untuk keperluan belajar. Dan suatu paket program modul, terdiri dari komponen-komponen yang berisi tujuan belajar, bahan belajar, metode belajar, alat dan sumber belajar, dan system evaluasi.

Dengan demikian, modul merupakan bahan ajar yang dapat meningkatkan aktivitas peserta didik sehingga tujuan pembelajaran tercapai karena di dalam modul sudah dilengkapi dengan penjelasan- penjelasan materi dengan rinci, dan lembar kegiatan siswa yang bias dikerjakan secara sendiri-sendiri maupun kelompok.

b. Tujuan dan Fungsi Pembelajaran Modul

Secara prinsip, tujuan utama dari pembelajaran adalah agar siswa berhasil materi pembelajaran sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan. Karena dalam setiap kelas berkumpul siswa yang memiliki kemampuan heterogen atau kemampuan yang berbeda baik kecerdasan, bakat dan kecepatan belajarnya. Untuk itu diperlukan pengorganisasian materi yang bertujuan agar semua siswa dapat mencapai dan menguasai materi pelajaran sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam waktu yang telah ditentukan pula, misalnya satu semester.

Disamping pengorganisasian materi pembelajaran yang dimaksud di atas, juga perlu memperhatikan cara-cara mengajar yang disesuaikan dengan pribadi individu. Bentuk pelaksanaan cara mengajar seperti itu adalah dengan membagi bahan pembelajaran menjadi bagian-bagian pembelajaran yang masing- masing bagian meliputi satu atau beberapa pokok bahasan. Bagian - bagian materi pembelajaran itu disebut dengan modul.

Tujuan lain dari pengajaran modul adalah membuka kesempatan bagi peserta didik untuk belajar menurut kecepatan masing-masing. Dianggap bahwa peserta didik tidak dapat mencapai hasil belajar yang sama pula dan bersedia mempelajari

(28)

suatu mata pelajaran pada waktu yang sama. Pengajaran modul juga memberi kesempatan bagi peserta didik untuk belajar menurut cara mereka sendiri. Pengajaran modul yang baik memberikan aneka ragam kegiatan instruksional, seperti membaca buku pelajaran, buku perpustakaan, majalah dan buku karangan lainnya, mempelajari gambar, foto, diagram, melihat film,

slides,mendengarkan audio-tape,audio visual, mengikuti berbagai

kegiatan ekstrakurikuler dan lain sebagainya.

Tujuan selanjutnya, pengajaran modul ialah member pilihan dari sejumlah topik dalam suatu pelajaran,bila dianggap bahwa peserta didik tidak mempunyai pola minat yang sama atau motivasi yang sama untuk mencapai tujuan yang sama. Di samping itu, tujuan pengajaran modul juga memberi kesempatan bagi para peserta didik untuk mengenal kelebihan dan kekurangannya dan memperbaiki kelemahannya melalui modul, ulangan-ulangan atau variasi dalam cara belajar.

Modul sering memberikan evaluasi untuk mendiagnosis kelemahan peserta didik secepat mungkin agar diperbaiki dan member kesempatan yang sebanyak - banyaknya kepada peserta didik untuk mencapai hasil hasil yang maksimal. Jadi, modul yang tersusun secara baik dapat memberikan feedback yang banyak sehingga peserta didik dapat mengetahui taraf hasil belajarnya (Ramayulis, 2010, h. 184-185).

Disamping itu, adapun fungsi dari pembelajarn modul adalah sebagai berikut:

1) Meningkatkan motivasi belajar siswa secara maksimal

2) Meningkatkan kreatifitas guru dalam mempersiapkan alat, bahan atau sumber belajar yang akan digunakan dalam kegiatan belajar mengajar

(29)

17

4) Meningkatkan konsentrasi belajar siswa(Syarifuddin, dkk, 2007, h. 218) .

c. Komponen-Komponen Modul

Dalam pengembangan sebuah modul pembelajaran harus diperhatikan komponen-komponen yang menyusunnya. Komponen-komponen tersebut diantaranya adalah:

1. Pedoman guru

Pedoman guru berisi petunjuk-petunjuk guru agar pengajaran dapat diselenggarakan secara efisien, juga member penjelasan tentang:

a) Umum, berisikan:

(1) Fungsi modul serta kedudukannya dalam kesatuan program pengajaran

(2) Kemampuan khusus yang perlu dikuasai terlebih dahulu sebagai prasyarat

(3) Penjelasan singkat tentang istilah-istilah. b) Khusus, berisi:

(1) Topik yang dikembangkan dalam modul (2) Kelas yang bersangkutan

(3) Waktu yang diperlukan untuk modul itu (4) Tujuan instruksional

(5) Pokok-pokok materi yang dibahas

(6) Prosedur pengerjaan modul, kegiatan guru dan murid, serta alat yang dipergunakan

(7) Penilaian prosedur dan alatnya 2. Lembar Kegiatan Siswa

1) Petunjuk untuk murid mengenai topik yang akan dibahas, pengarahan umum, dan waktu yang tersedia untuk mengerjakannya.

2) Tujuan pelajaran, yaitu yang berupa tujuan instruksional khusus yang ingin dicapai dengan modul yang bersangkutan

(30)

3) Pokok-pokok materi dan rinciannya 4) Alat-alat pelajaran yang dipergunakan

5) Petunjuk khusus tentang langkah-langkah kegiatan belajar yang harus ditempuh, yang diberikan secara terperinci dan berkelanjutan diselingi dengan pelaksanaan kegiatan.

3. Lembar kerja siswa

Berisi tugas-tugas atau soal-soal yang harus dikerjakan oleh murid setelah mempelajari kegiatan murid

4. Kunci jawaban untuk lembaran kerja siswa

Berisi jawaban yang diharapkan tentang tugas - tugas yang dikerjakan oleh siswa pada waktu melaksanakan kegiatan belajar dengan mempergunakan lembar kerja. Dengan kunci jawaban ini, anak dapat mengoreksi sendiri apakah pekerjaannya telah diselesaikan dengan baik atau tidak.

5. Lembaran soal

Berisi soal-soal untuk menilai keberhasilan murid dalam mempelajari bahan yang disajikan dalam modul tersebut (Syarifuddin, dkk, 2007, h. 121-123).

Menurut Ahmad Sabri, modul merupakan satuan yang terdiri dari komponen utama sebagai berikut (1) Rumusan tujuan pembelajaran yang eksplisik dan spesifik, (2) Petunjuk untuk guru, (3) Petunjuk untuk siswa, (4) Lembar kegiatan siswa yang memuat materi pelajaran yang harus dikuasai siswa, (5) Lembaran kerja, (6)Kunci lembar kerja, dan (7) Kunci evaluasi. (Ahmad Sabri, 2010 : 143)

Andi Prastowo (2013 : 214-217) juga mengumukakan komponen-komponen modul terdiri dari: judul modul, kata pengantar, daftar isi, latar belakang, SK, KD, tujuan pembelajaran, petunjuk penggunaan modul, materi modul, dan evaluasi. Sedangkan menurut Syarifudin (2010 :222-223) sebuah modul terdiri dari: 1) petunjuk penggunaan modul untuk guru dan siswa; 2) lembar kegiatan siswa, berisi tentang

(31)

19

topik modul, pengarahan umum, waktu mengerjakan modul, KD, indikator, tujuan pembelajaran, materi pokok, alat pengajaran, petunjuk khusus dalam kegiatan belajar; 3) lembar kerja siswa, berisi tugas atau persoalan-persoalan yang harus dikerjakan dan setelah mempelajari kegiatan siswa; 3) kunci lembar kerja siswa; 3) lembar soal; 4) lembar jawaban 5) soal kunci jawaban soal. Suryosubroto mengatakan bahwa modul itu harus ada petunjuk penggunaan modul untuk guru, lembar kegiatan siswa, lembaran kerja, kunci lembaran kerja, lembaran tes dan kunci lembaran tes.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka komponen-komponen yang perlu ada dalam sebuah modul adalah: judul modul, kata pengantar, daftar isi, latar belakang, SK, KD, tujuan pembelajaran, petunjuk penggunaan modul, materi modul, dan evaluasi.

Pembelajaran dengan menggunakan modul lebih menekankan pada aktivitas siswa secara individual tanpa mengurangi fungsi guru. Dalam pembelajaran modul guru berperan sebagai fasilitator.

1. Langkah-langkah Pengembangan Modul

Suatu modul yang digunakan disekolah, disusun atau ditulis dengan melalui langkah-langkah seperti berikut:

1) Merumuskan sejumlah tujuan secara jelas, spesifik, dalam bentuk kelakuan siswa yang dapat diamati dan diukur.

2) Urutan tujuan itu yang menentukan langkah-langkah yang diikuti dalam modul itu.

3) Terdiagnostik untuk mengukur latar belakang siswa, pengetahuan, dan kemampuan yang telah dimilikinya sebagai pra-syarat untuk menempuh modul.

4) Menyusun alasan atau rasional pentingnya modul ini bagi siswa. Ia harus tahu apa gunanya ia mempelajari modul ini, siswa harus yakin akan manfaat modul itu agar ia bersedia mempelajarinya dengan sepenuh tenaga

(32)

5) Kegiatan-kegiatan belajar direncanakan untuk membantu dan membimbing siswa agar mencapai kompetensi-kompetensi seperti dirumuskan dalam tujuan. Menyusun post-test untuk mengukur hasil belajar murid, hingga dimana ia menguasai tujuan-tujuan modul. Dapat pula disusun beberapa bentuk test yang paralel. Butir-butir test harus bertalian erat dengan tujuan modul.

6) Menyiapkan pusat sumber-sumber berupa bacaan yang terbuka bagi siswa setiap waktu ia membutuhkannya (Ahmad Sabri, 2010, h. 144-145).

2. Kelebihan dan Kekurangan Modul

Modul memiliki kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan modul itu adalah:

a) Memungkinkan siswa belajar sendiri secara aktif

b) Memungkinkan perbedaan kecepatan belajar para siswa sehingga memungkinkan siswa untuk berkompetisi secara sehat

c) Terdapat kejelasan tujuan yang harus dicapai para siswa untuk setiap bahan pelajaran terkecil

d) Menggunakan multimedia dan multimetode sesuai dengan kebutuhan kejelasan bahan dan perbedaan individu siswa

e) Memungkinkan partisipasi aktif dari para siswa dalam seluruh proses belajar mengajar

f) Memiliki komponen-komponen yang memungkinkan siswa secara langsung dapat mengetahui apakah ia sudah dapat melangkah lebih jauh atau masih harus mempelajari hal yang belum dikuasainya. g) Memungkinkan secara optimal penerapan prinsip belajar tuntas

dan sistem administrasi kurikulum maju berkelanjutan.

Dari penjelasan tentang kelebihan modul dapat dipahami bahwa kelebihan modul yaitu siswa dapat belajar secara mandiri secara aktif, kejelasan, kejelasan tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran, siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran.

(33)

21

Sedangkan kekurangan dari modul itu adalah:

1) Dibutuhkan keahlian tertentu untuk menyusun modul, kesuksesan atau kegagalan suatu modul tegantung kepada penyusunnya.

2) Memerlukan biaya yang cukup besar terutama untuk pengadaan modul sendiri, serta pencarian sumber belajar lainnya oleh siswa. 3) Tidak semua materi efektif penggunaannya.

4) Apabila variasi kemampuan siswa dalam kelas terlalu banyak akan berakibat rumitnya penanganan administrasi terutama penentuan penjadwalan dan kelulusan (Syarifuddin, dkk, 2007, h. 227-228). Pembelajaran dengan modul pembelajaran ini memiliki beberapa keunggulan dan keterbatasan menurut (Mulyasa, 2009 h. 236) diantaranya:

Keunggulan belajar menggunakan modul pembelajaran

a. Berfokus pada kemampuan individual peserta didik, karena pada hakekatnya mereka memiliki kemampuan untuk bekerja sendiri dan lebih bertangung jawab atas tindakan-tindakannya

b. Adanya control terhadap hasil belajar melalui penggunaan standar kompetensi dalam setiap modul yang harus dicapai setiap peserta didik

c. Relevansi kurikulum ditunjukan dengan adanya tujuan dan cara pencapaiannya, sehingga peserta didik dapat mengetahui keterkaitan antara pembelajaran dan hasil yang akan diperoleh

Keterbatasan penggunaan modul pembelajaran

a. Penyusunan modul yang baik membutuhkan keahlian tertentu

b. Sulit menentukan proses penjadwalan dan kelulusan, serta mem-butuhkan manajemen pendidikan yang sangat berbeda dari pemebelajaran konvensional

Dukungan pembelajaran berupa sumber belajar pada umumnya cukup mahal, karna setiap peserta didik harus mencarinya sendiri Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa modul juga memiliki beberapa kekurangan. Salah satu kekurangan modul itu adalah butuh

(34)

keahlian tertentu untuk membuat sebuah modul. Keberhasilan dan kegagalan suatu modul itu tergantung pada pada penyusunnya. Oleh sebab itu, perlu keahlian dan kreativitas dalam menyusun sebuah modul agar hasil akhir yang diperoleh itu memuaskan.

2. Strategi Pebelajaran Problem Baset Learning a. Pengertian Pebelajaran Problem Baset Learning

Strategi pembelajaran berbasis masalah ( problem solving) adalah salah satu penyajian pembalajarandengan mendorong siswa untuk mencari dan memecahkan suatu masalah atau persoalan dalam rangka tercapai tujuan pembelajan. Menurut John Dewey, sebagai eorang tokoh pencipta metode problem solving, ia menyarankan agar dalam pelaksanaan melalui metode problem solving ini siswa dibiasakan percaya pada diri sendiri untuk mengatasi kesulitan atau masalah yang dihadapi baik mengenai dirinya sendiri, lingkungan maupun lingkungan dalam arti yang lebih luas, yakni masyarakat (Ramayulis, 2005, h. 289).

b. Tujuan Problem Baset Learning

Ada beberapa tujuan dalam metode problem solving yaitu:

1) Mengembangkan sikap, keterampilan, kepercayaan diri peserta didik dalam mengambil suatu keputusan secara tepat dan objektif

2) Mengembangkan kemampuan berfikir agar lebih tanggap, cermat, dan melatih daya nalar.

3) Membian dan mengembangkan sikap ingin lebih tahu 4) Mengungkapkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor.

c. Langkah-langkah dalam Pelaksanaan Problem Baset Learning Banyak ahli yang menjelaskan bentuk penerapan SPBM. John Dewey seorang ahli pendidikan berkebangsaan Amerika

(35)

23

menjelaskan 6 langkah SPBM yang kemudian dinamakan metode pemecahan masalah (problem solving) , yaitu:

1) Merumuskan masalah, yaitu langkah siswa menentukan masalah yang akan dipecahkan.

2) Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudut pandang.

3) Merumuskan hipotesis, yaitu langkah siswa merumuskan berbagai kemungkianan pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.

4) Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari dan menggambarkan informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah.

5) Pengujian hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil atau merumuskan kesimpulan sesui dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang di ajukan.

6) Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah siswa menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasi pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan (Wina Sanjaya, 2009, h. 215).

David Johnson & Johnson mengemukakan 5 langkah SPBM melalui kegiatan kelompok.

1. Mendefinisikan masalah, yaitu merumuskan masalah dari peristiwa tertentu yang mengandung isu konflik, hingga siswa siswa menjadi jelas masalah apa yang akan dikaji. Dalam kegiatan ini guru biasanya meminta pendapat dan penjelasan siswa tenteng isu-isu hangat yang menarik untuk di pecahkan. 2. Mendiaknosis masalah, yaitu menetukan sebab- sebab terjadinya

masalah, serta menganalisi berbagai faktor, baik faktor yang bisa menghambat maupun faktor yang yang dapat mendukung penyelesaian masalah.kegiatan ini bisa dilakukan dalam diskusi

(36)

kelompok kecil, hingga pada akhirnya siswa dapat mengurutkan tindakan-tindakan prioritas yang dapat dilakukan sesuai dengan jenis penghambat yang diperkirakan.

3. Merumuskan alternatif strategi, yaitu menguji setiap tindakan yang telah dirumuskan melalui diskusi kelas. Pada tahapan ini setiap siswa didorong untuk berfikir mengemukakan pendapat tentang kemukinan setiap tindakan yang dapat dilakukan.

4. Menentukan dan menerapkan strategi pilihan, yaitu mengambil keputusan tentang strategi mana yang dapat dilakukan.

5. Melakukan evaluasi, baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil. Evaluasi proses adalah evaluasi terhadap seluruhkegiatan pelaksanaan kegiatan, sedangkanevaluasi hasil adalah evaluasi terhadap akibat daripenerapan strategi yang di terapkan (Wina Sanjaya, 2007, h. 215).

d. Kelebihan dan Kekurangan Strategi Pembelajaran Problem Baset Learning

1. Kelebihan PBL

Diantara kelebihan yang dimiliki oleh pendekatan PBL ini adalah sebagai berikut:

a) Pemecahan masalah (problem solving) merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran. b) Pemecahan masalah (problem solving) dapat mematangkan

kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.

c) Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.

d) Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana mentrasfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.

e) Pemecahan masalah dapa membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung

(37)

25

jawab dalam pembelajran yang mereka lakukan. Di samping itu pemecahan masalah itu juga dapat mendorong untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil maupun proses belajarnya.

f) Melalui pemecahan masalah bisa diperlihatkan kepada siswa bahawa setiap mata pelajaran pada dasarnya merupakan cara berfikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar belajar dari guru atau buku – buku saja.

g) Pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa.

h) Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berfikir kritis dan mengembangkan kemempuan mereka untuk menyesuaikan dengan kemampuan baru.

i) Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengengatahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.

j) Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus-menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir

2. Kekurangan Strategi Pembelajaran PBL

Disamping memiliki kelebihan, PBL juga mempunyai kekurangan, diantaranya:

a) Memerlukan waktu yang lama.

b) Peserta didik yang pasif dan malas akan tertinggal. c) Sukar sekali untuk mengorganisasikan bahan pelajaran d) Sukar sekali menentukan masalah yang benar-benar cocok

dengan tingkat kemampuan peserta didik (Ranmayulis, 2012, h. 359).

(38)

e) Sulit menentukan tingkatan masalah yang disesuikan dengan tingkat pemahan dan perkembangan siswa.

f) Memakan waktu yang lama dan menyita waktu yang di pergunakan untuk jam yang lain.

g) Sulit mengubah pola pikir siswa darimenjadikan guru sebagai sumber belajar utama kepada belajar dengan berfikir yang lebih membutuhkan lebih banyak lagi sumber belajar (Syarifuddin, 2010, h. 151).

3. Modul Melalui Strategi Pembelajaran Problem Based Learning Modul melalui pendekataan inquiry merupakan suatu unit bahan ajar yang memuat seranngkaian kegiatan belajar siswa yang disusun secara sistematis untuk membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran. Modul melalui Strategi Pembelajaran Problem Baset Learning yaitu, siswa dituntut untuk mencari dan menemukan sendiri suatu permasalahan dan mencari sendiri jawaban atas pertanyaan itu.

Modul dirancang sedemikian rupa sesuai dengan komponen-komponen modul yang telah ditetapkan. Sebagai bahan ajar mandiri, modul harus memuat unsur-unsur pembentu sebuah modul yang terdapat pendahuluan, presentasi materi dan penutup (kesimpulan).

Pada pendahuluan ditulis tujuan yang akan dicapai pada sub bab atau unit tersebut serta menjelaskan pentingnya materi yang akan dipelajari dan dilengkapi dengan peta konsep, untuk memberikan informasi pada siswa tentang materi yang akan dibahas.

Bagian kegiatan belajar berisi penjelasan materi pelajaran, dan meminta siswa untuk menemukan masalah didalam materi tersebut dan memuat lembar kerja siswa yang mengarah kepada Strategi Pembelajaran Problem Baset Learning , latihan dan umpan balik. Sementara penutup modul berisi kesimpulan sub bab dan siswa diminta menuliskan kesimpulan dan lembar refleksi, pada lembar refleksi ini siswa diminta untuk menuliskan contoh-contoh

(39)

27

permasalahan yang tidak hanya terjadi dalam kehidupan umat seagama tetapi juga beda agama.

B. Kualitas Pengembangan 1. Validitas

Validitas adalah kriteria penilaian terhadap produk yang dihasilkan apakah sudah valid dan tepat. Hal ini sesuai dengan pendapat (Lufri 2007. h. 115) yang menyatakan bahwa validitas merupakan kriteria penilaian yang mengacu pada ketepatan, kebermaknaan, dan keberagaman terhadap suatu produk. Validasi produk dilakukan oleh pakar yang mengerti produk yang dihasilkan. Media pembelajaran yang dihasilkan dapat divalidasi oleh pakar seperti dosen dan guru. Komponen penilaian mencakup kelayakan isi, kebahasaan, sajian, dan kegrafikaan. Hal ini sesuai dengan ( Depdiknas 2008 h 28) yang menyatakan bahwa:

a. Komponen kelayakan isi antara lain mencakup: 1) Kesesuaian dengan SK dan KD.

2) Kesesuaian dengan perkembangan anak. 3) Kesesuaian dengan kebutuhan bahan ajar. 4) Kebenaran substansi materi pembelajaran. 5) Manfaat untuk penambah wawasan.

6) Kesesuaian dengan nilai moral dan nilai sosial. b. Komponen kebahasaan antara lain mencakup :

1) Keterbacaan.

2) Kejelasan informasi.

3) Kesesuaian dengan Kaidah Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). 4) Pemanfaatan bahasa secara efektif dan efisien.

c. Komponen penyajian antara lain: 1) Kejelasan tujuan (indikator). 2) Urutan sajian.

(40)

4) Interaksi (pemberian stimulus dan respon). 5) Kelengkapan informasi.

d. Komponen kegrafikaan antara lain mencakup : 1) Penggunaan font : jenis dan ukuran. 2) Layout atau tata letak.

3) Ilustrasi, gambar, dan foto. 4) Desain tampilan.

Berdasarkan penjelasan di atas, banyak komponen-komponen yang harus diperhatikan dalam membuat suatu produk pengembangan agar valid. Selain itu, komponen evaluasi ini juga dapat membantu dalam perbaikan agar dihasilkan media pembelajaran yang valid sehingga dapat digunakan dalam proses pembelajaran.

2. Praktikalitas

Praktikalitas merupakan bagaimana kepraktisan produk yang dihasilkan. Menurut (Purwanto 2009. h,141), kepraktisan adalah suatu kualitas yang menunjukkan kemungkinan dapat dijalankan suatu kegunaan umum dari suatu teknik penilaian. Menurut (Sukardi 2008 h,52) pertimbangan praktikalitas dapat dilihat dalam aspek-aspek berikut ini:

a. Kemudahan penggunaan yang memiliki unsur: mudah diatur, disimpan, dan digunakan sewaktu-waktu secara mudah.

b. Waktu yang diperlukan dalam pelaksanaan sebaiknya singkat, cepat, dan tepat.

c. Daya tarik perangkat terhadaap minat siswa.

d. Mudah diinterpretasi oleh guru ahli maupun guru lain.

e. Memiliki ekivalen yang sama sehingga bisa digunakan sebagai pengganti atau variasi.

C. Model Pengembangn Four-D (4d)

Penelitian pengembangan adalah suatu langkah untuk menghasilkan produk tertentu atau menyempurnakan produk yang telah ada serta menguji keefektifan produk tersebut. Penelitian pengembangan ini dilakukan dengan

(41)

29

menggunakan model pengembangan 4D yang dikembangkan oleh Semmel (dalam Trianto, 2009: 189-192) . Model pengembangan 4D terdiri dari 4 tahap, yaitu:

1. Tahap define (pendefinisian)

Tahap ini bertujuan menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat pembelajaran diawali dengan analisis tujuan dari batasan materi yang dikembangkan.Tahap ini meliputi 5 langkah pokok, yaitu (a) analisis ujung depan, (b) analisis siswa, (c) analisis tugas, (d) analisis konsep, dan (e) perumusan tujuan pembelajaran.

2. Tahap design (perancangan)

Tahap ini terdiri dari: (a) pemilihan media atau bahan ajar yang sesuai tujuan untuk menyampaikan materi pelajaran, (b) pemilihan format, dapat dilakukan dengan mengkaji format-format perangkat yang sudah ada, (c) design awal, rancangan awal yang dimaksudkan adalah rancangan seluruh perangkat pembelajaran yang harus dikerjakan sebelum uji coba dilakukan.

3. Tahap develop (pengembangan)

Tahap ini bertujuan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran yang sudah direvisi berdasarkan masukan dari hasil evaluasi para pakar. Selanjutnya uji coba lebih lanjut dengan jumlah siswa yang sesuai dengan kelas sesungguhnya.

4. Tahap disseminate (penyebaran)

Tahap ini merupakan tahap penggunaan perangkat yang telah dikembangkan pada skala yang lebih luas misalnya di kelas lain, di sekolah lain, atau oleh guru yang lain. Tujuan lain adalah untuk menguji efektivitas penggunaan perangkat dalam pembelajaran. D. Penelitian yang Relevan

Adapun penelitian yang relevan dengan penelitian ini antara lain, pengembangan modul pembelajaran Akidah Akhlak untuk siswa kelas XI di MAS Tanjung Barulak oleh Zilfadliah (2007), yang mana hasil penelitian pengembangan ini menunjukkan bahwa modul ini mampu

(42)

menyajikan materi secara terstruktur, dapat meningkatkan motivasi dan keterlibatan siswa dalam proses pembentukan pengetahuannya sendiri dan pengembangan modul berbasis pendekatan kontekstual materi dimensi tiga kelas X SMAN 1 Situjuah Kab.

Lima Puluh Kota oleh Fifi Ulfa Mawista (2007), pada akhir penelitian ini menghasilkan suatu produk berupa modul berbasis kontekstual yang valid dan siap digunakan dalam pembelajaran.

Titik Yulianti (2014), pengembangan modul berbasis Problem Baset Learning materi pencemaran lingkungan untuk membiasaan sikap peduli lingkungan siswa SMPN 1Bulu Sukoharjo.

Ririn Noviyanti ( 2017), pengembangan modul berbasis Problem Baset Learning pada materi pencemaran lingkungan untuk pemebntukan kemampuan berfikir kritis siswa menengah atas di Lampung Timur.

Afrida Husniati(2016), pengembangan modul berbasis ProblemBaset Learning (PBL) disertai diagram pohon pada materi fotosintesis kelas VIII SMP Negeri 1 Sawoo.

E. Kerangka Berfikir

Mata pelajaran Akidah Akhlak di MAN 3 Payakumbuh adalah salah satu bagian dari mata pelajaran Pendidikan Agam Islam yang merupakan peningkatan dari yang telah dipelajari oleh peserta didik di MTs. Peningkatan tersebut dilakukan dengan cara mempelajari, memperdalam serta memperkaya kajian pendidikan islam tentang Akidah Akhlak tingkat MTs, MA yang pada prinsipnya mempunyai maksud dan tujuan yang sama dengan tujuan Pendidikan Nasional yaitu untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, cerdas, terampil, berakhlak mulia, mengerti, dan memahami serta mengamalkan kandungan Al-Qur‟an.

Pendidikan agama islam secara umum dan khususnya mata pelajaran Akidah Akhlak melatih dan membimbing manusia menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa dan dapat dipraktekkan dalam

(43)

31

kehidupan sehari-hari. Tujuannya adalah untuk melahirkan aqidah yang benar dan ibadah yang baik serta mewujudkan akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari.

Tercapainya tujuan pembelajaran dalam suatu pembelajaran sangat tergantung kepada ketersediaan sumber belajar. Karena buku teks akan sangat membantu siswa untuk memahami materi pelajaran. Namun kenyataan yang dilihat dilapangan banyak diantara guru yang hanya menjadikan satu buku paket dalam pembelajaran. Buku teks yang tersedia juga sangat kaku dan sulit untuk dipahami oleh siswa, sehingga berdampak pada aktivitas daan motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.

Secara prinsip tujuan pembelajaran adalah agar siswa berhasil menguasai bahan pelajaran sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan. Karena dalam setiap kelas berkumpul siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda ( kecerdasan, bakat dan kecepatan belajar). Maka perlu diadakan pengorganisasian materi, sehingga semua siswa dapat mencapai dan menguasai materi pelajaran sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam waktu yang disediakan, misalnya satu semester. Di samping pengorganisasian materi pembelajaran yang dimaksud di atas, juga perlu memperhatikan cara-cara mengajar yang disesuaikan dengna pribadi individu.

Upaya peningkatan pembelajaran merupakan tugas dan tanggung jawab semua tenaga pendidik, sebab gurulah yang langsung bertemu untuk membina para siswa di sekolah melalui proses belajar mengajar. Salah satu upaya yang dimaksud adalah penggunaan modul dalam pembelajaran.

Modul adalah suatu proses pembelajaran mngenai suatu satuan bahasan tertentu yang disusun secara sistematis, operasional, dan terarah untuk digunakan oleh peserta didik, disertai dengan pedoman penggunaanya oleh guru. Maka disusunlah sebuah modul berbasis

Problem Baset Learning sehingga akan mempermudah siswa dalam

(44)

modul yang dirancang sesuai dengan kebutuhan siswa sehingga modul dapat mengukur apa yang menjadi tujuan pembelajaran sehingga modul dapat dikatakan valid.

Secara ringkas kerangka berfikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 2. 1Kerangka berfikir Pengembangan Modul Berbasis Problem Based Learning

Hakikat pembelajaran Akidah Akhlak

Modul pembelajaran Akidah Akhlak berbasis Problem

Baset Learning

Validitas

(45)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembagan. Metode penelitian dan pengembangan atau dalam bahasa Inggris yaitu (Research

and Development) adalah metode penelitian yang digunakan untuk

menghasilkan produk tertentu dan menguji kefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2010, h. 297). Dimana produk yang dihasilkan yaitu berupa modul mata pelajaran Akidah Akhlak melalui Strategi Problem Baset Learningpada materi Pergaulan Remaja. Untuk menilai produk yang dirancang, maka dalam penelitian ini dilakukan uji validasi terhadap modul melalui Strategi Problem Based Learning yang penulis kembangkan.

B. Desain dan Prosedur Penelitian

Desain dan prosedur pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pengembangan 4-D terdiri atas empat tahap pengembangan , yaitu define, design, develop, dan disseminate(Trianto, 2009, h. 189). Pada penelitian ini tahap disseminate tidak dilakukan, karena dalam penyebarluaasan produk memakan biaya yang cukup besar dan bukan hanya untuk satu sekolah saja.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada setiap tahap pengembangan dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Define (pendefinisan)

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan yaitu menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat pengembangan. Tahap ini disebut juga dengan tahap analisis kebutuhan.

Tahap ini bertujuan untuk menetapkan dan menefenisikan syarat-syarat pembelajaran. Tahap ini, dilakukan untuk mengetahui keadaan di lapangan. Tahap ini bisa disebut sebagai tahap analisis kebutuhan. Pada tahap ini dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

(46)

a. Observasi dan wawancara dengan guru bidang studi Akidah Akhlakdi MAN 3 Payakumbuh.

Observasi dan wawancara dengan guru bidang studi Akidah Akhlakyang ada di MAN 3 Payakumbuh bertujuan untuk mengetahui masalah, hambatan serta fenomena apa saja yang dihadapi dilapangan sehubungan dengan mata pelajaran Akidah Akhlak. Masalah, hambatan maupun fenomena dapat berasal dari guru ataupun dari siswa.

b. Analisis siswa

Analisis siswa bertujuan untuk mengidentifikasi target pembelajaran yaitu siswa. Analisis ini dilakukan melalui observasi lansung ke dalam proses pembelajaran dan mengamati jalanya proses pembelajaran secara lansung dengan meliputi pengamatan karakteristik pada siswa saat mereka bejajar.

c. Menganalis silabus dan buku teks Akidah Akhlak kelas XI semester II.

Sebelum merancang modul mata pelajaran Akidah Akhlak melalui Strategi Problem Based Learning , buku teks Akidah Akhlaksudah ditelaah terlebih dahulu. Hal ini bertujuan untuk melihat isi buku, cara penyajian serta contoh dan tugas yang diberikan apakah sudah sesuai dengan silabus mata pelajaran Akidah Akhlak yang berlaku. Berdasarkan buku yang penulis analisis, materinya sedikit, tidak dijelaskan berdasarkan fenomena yang terjadi di dalam kehidupan sehari-hari pada saat ini.

d. Analisis konsep

Analisis konsep dilakukan dengan cara mengidentifikasi konsep-konsep utama pada materi sistem regulasi. Konsep-konsep utama yang akan diajarkan disusun secara sistematik serta sesuai urutan materi dan konsep–konsep materi pelajaran agar mudah dipahami oleh siswa.

(47)

35

2. Design (perancangan)

Pada tahap ini, peneliti sudah membuat produk awal (prototipe) atau rancangan produk. Pada konteks pengembangan bahan ajar, tahap ini dilakukan untuk membuat modul atau buku ajar sesuai dengan kerangka.

Tahap design bertujuan untuk menyiapkan prototipe perangkat pembelajaran. Tahap ini penulis mulai merancang modul mata pelajaran Akidah Akhlak melalui strategi Problem Based Learning untuk kelas XI semester satu di MAN 3 Payakumbuh, dalam modul yang penulis buat terdapat ringkasan materi berserta lembaran kerja siswa dan lembaran tes yang berisikan masalah-masalah yang akan dikerjakan oleh siswa.

3. Develop (pengembangan)

Pada tahap ini, dibagi menjadi dua bagian kegiatan yaitu: expert

appraisal dan developmental testing. Expert appraisal adalah teknik

untuk memvalidasi atau menilai kelayakan rancangan produk. Dalam kegiatan ini dilakukan evaluasi oleh para ahli dalam bidangnya.

Developmental testing adalah kegiatan uji coba rancangan produk

pada sasaran subjek yang sesungguhnya.

Pada tahap ini, peneliti akan melakukan validasi modul Akidah Akhlak melalui strategi Problem Based Learning . Validasi dilakukan dalam bentuk tertulis dan diskusi dengan pakar berpendapat bahwa modul mata pelajaran Akidah Akhlak melalui Strategi Problem Baset Learningyang dikembangkan telah valid.

a. Tahap validasi

Ada dua macam validasi prototipe yang digunakan pada modul mata pelajaran Akidah Akhlak melalui strategi Problem Based

Learning , yaitu:

1) Validasi isi, yaitu apakah modul mata pelajaran Akidah Akhlak melalui Strategi Problem Based Learning yang telah dirancang

(48)

sesuai dengan silabus mata pelajaran Akidah Akhlak yang ada di MAN 3 Payakumbuh.

2) Validasi konstruk, yaitu kesesuaian komponen-komponen modul mata pelajaran Akidah Akhlak melalui Strategi Problem

Baset Learningdengan indikator-indikator yang telah ditetapkan.

Aspek-aspek yang akan divalidasikan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3. 1 Aspek Validasi Modul Mata Pelajaran Akidah Akhlak melalui strategi Problem Based Learning

No Aspek Instrument

1 Kesesuaian tujuan denagn KI dan KD Lembar validasi 2 Kesesuaian materi dengan KI dan KD

3 Karakteristik modul:

a. Kesesuaian materi dengan pendekatan Problem Based Learning

b. Kesesuaian KI dan KD dengan pendekatanProblem Based Learning

c. Kesesuaian peta konsep dengan pendekatan Problem Based Learning

4 Kesesuaian bahasa 5 Bentuk modul

(49)

37

Rancangan penelitian di atas digambarkan dalam prosedur penelitian yang dapat dilihat dari bagan berikut:

Gambar 3. 1Bagan Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran. 4. Disseminate (penyebarluasan)

1. Tahap analisis ujung depan, meliputi:

a. Wawancara dengan guru mata pelajaran akidah akhlak MAN 3 Payakumbuh

b. Analisis silabus pembelajaran akidah akhlak kelas XI Semest II 2. Analisis siswa 4. Analisis konsep 5. Perumusan Tujuan

Pembelajaran

Tahap Design 1. Pemilihan Prangkat Pembelajaran

2. Pemilihan Format 3. Perancangan Awal

Draf Modul Pembelajarn

Tahap Develop

Validasi Oleh Validator Tidak valid

(Revisi)

Tahap uji coba Valid

Modul Pembelajaran akidah akhlak Berbasis Problem based

learning

Uji Praktikalitas Pengambilan data

Pengolahan dan analisis data

Modul pembelajaran akidah akhlak berbasis

problem based learning yang valid dan praktis

Gambar

Gambar 2. 1Kerangka berfikir Pengembangan Modul Berbasis  Problem Based Learning
Tabel 3. 1 Aspek Validasi Modul Mata Pelajaran Akidah Akhlak  melalui strategi Problem Based Learning
Gambar 3. 1Bagan Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran.
Tabel 3. 2Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen  No  Aspek  yang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Persentase-persentase yang dihasilkan tersebut menunjukkan bahwa produk pengembangan berupa modul program KRPL termasuk dalam kriteria valid dan dapat digunakan

problem based learning dipadu think pair share yang dikembangkan memiliki kriteria validitas sangat valid dan tidak membutuhkan revisi sehingga layak digunakan dalam

Aspek tampilan media memperoleh nilai sebesar 98,7% sehingga mendapatkan kriteria sangat valid, dengan hasil penilaian yang menyatakan bahwa secara keseluruhan

problem based learning dipadu think pair share yang dikembangkan memiliki kriteria validitas sangat valid dan tidak membutuhkan revisi sehingga layak digunakan dalam

rikan penilaian aspek isi, bahasa, dan penulisan. Pada validasi isi, validator mem- berikan penilaian berupa valid, cukup valid, kurang valid, dan tidak valid. Pada validasi

Kevalidan modul diketahui dari hasil penilaian expert pada lembar validasi yang menyatakan bahwa modul yang dikembangkan telah valid, berdasarkan konten (isi materi sudah

Hasil Validasi Oleh Ahli Media Aspek Penilaian Validator Tingkat Validitas Media Kriteria Ahli Media I Ahli Media II Kelayakan Penyajian 75% 83% 79% Valid Kelayakan Bahasa

Hasil validasi produk oleh para ahli Para ahli Jumlah Persentase Kriteria Materi 76,5 80,53% Sangat valid Media 56,5 86,92% Sangat valid Rata-rata 66,5 83,73% Sangat