• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Doping Atom Na Dan Cl Terhadap Sifat Optik Germanene Dengan Pendekatan Teori Fungsi Kerapatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Doping Atom Na Dan Cl Terhadap Sifat Optik Germanene Dengan Pendekatan Teori Fungsi Kerapatan"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tes Konvergensi Pada penelitian ini terlebih dahulu dilakukan tes konvergensi untuk mencari nilai minimum dari variabel yang dapat digunakan kedalam input file agar file output yang dihasilkan dengan metode DFT akurat. Nilai minimum tersebut didapatkan dari perhitungan self consistent field (scf) dengan melakukan perhitungan yang berulang hingga nilai energi dalam perhitungan tidak mengalami perubahan meskipun masih dilakukan perhitungan. Adapun variabel yang dikonvergensi yaitu energi cut-off (ecut), skala vector kisi (acell), banyaknya iterasi (nstep) dan jumlah titik kisi untuk setiap k-point (ngkpt). Gambar 4.1 berikut merupakan hasil dari tes konvergensi.. ngkpt Germanene. ecut Germanene -26.1 -26.2 0 -26.3 -26.4 -26.5 -26.6 -26.7. -31.32 20. 40. 0. 60. 10. -31.325. 20. 20. 30. 16. -31.33 -31.335. nstep Germanene -31.26. -31.28 -31.3. 0. 20. 40. 10. -31.32 -31.34 Gambar 4. 1 Tes Konvergensi Variabel Masukan Germanene Murni. Didapatkan nilai variabel masukan yang sudah konvergen yaitu pada ecut adalah 20, ngkpt 16, nstep 10 dan acell sumbu z 29.5 bohr.. 27.

(2) 4.2 Tes Validasi Tes Validasi merupakan bentuk dari penyesuaian hasil konvergensi dengan variabel pada teori maupun data eksperimen sumber yang valid sebagai upaya untuk memperkuat dasar kebenaran penelitian. Variabel dapat dikatakan valid apabila nilai penelitian mendekati atau sama dengan parameter secara teori maupun data penelitian lain. Hal ini digunakan sebagai dasar pemilihan variabel untuk penelitian tahap berikutnya. Adapun parameter yang disesuaikan yaitu Fungsi dielektrik dari germanium dan germanene yang didapatkan dari perhitungan DFT/abinit hasil dari variabel input yang sudah konvergen dan lattice constant yang dapat diukur setelah struktur dalam keadaan dasarnya yang di dapatkan dari variabel acell sumbu x dan y. 4.2.1. Lattice Constant Lattice Constant merupakan jarak antara atom yang dapat diketahui dari struktur pada keadaan dasar, dengan terlebih dahulu dicari nilai Acell pada sumbu x dan y untuk mengetahui bahwa struktur dalam keadaan stabil. Berikut merupakan grafik yang menunjukan bahwa struktur dalam keadaan dasarnya:. Acell Sumbu X ; Y -31.318 -31.32. 14.8. 15. 15.2. 15.4. 15.6. 15.8. 16. 16.2. -31.322 -31.324 -31.326. 15.5. -31.328 -31.33. -31.332 -31.334 Gambar 4. 2 Skala Vektor Kisi Germanene. Pada nilai Acell sumbu x dan y telah didapatkan kesetabilan struktur germanene terletak pada 15.5 Bohr atau sama dengan 8.2. 28.

(3) Angstrom. kemudian dari hasil tersebut akan divisualisasikan menjadi gambar dengan aplikasi xcrysden hingga diketahui nilai lattice constant nya, kemudian dilakukan penyesuaian dengan hasil penelitian lain yang ada dalam tabel 4.1. berikut merupakan visualisasi struktur Germanene dengan menggunakan aplikasi xcrysden:. Gambar 4. 3 (a) Struktur Germanene (b) lattice constant (a1) Germanene. Berikut merupakan pnyesuaian hasil lattice constant dengan penelitian lainnya: Tabel 4. 1 Validasi Lattice Constant. Hasil Penelitian lain Tahun Tahun Tahun 2013[2 2014[3 2014[4. Nilai Lattice Constant. Hasil Simulas i. Tahun 2009[1 ]. ]. ]. ]. ]. Germanen e. 4.10. 3.97. 4.055. 4.07. 4.13. 4.10. Tahun 2015[5. Refrensi: [1] Cahangirov et al.2009. [2] Matthes, L. et al., 2013. [3] Roome, N.J. & Carey, J.D., 2014. [4] Trivedi, 2014. [5] Balendhran, S. et al., 2015.. 4.2.2 Validasi Konsta Dielektrik Pada penelitian ini fungsi dielektrik memiliki peran yang sangat penting karena dalam perhitungan sifat optic. digunakan parameter fungsi dielektrik baik itu yang bernilai ril atau imajiner menjadi sangat penting sehingga terlebih dahulu akan dilakukan tes penyesuaian fungsi dielektrik antara hasil penelitian dengan literatur pada germanium dan germanene murni. Pada Germanium dilakukan tes validasi Karena merupakan unsur pembentuk germanene. Berikut merupakan grafik teori dan ekperimen dari germanium murni yang diteliti oleh (Aspnes. 1983).. 29.

(4) Gambar 4. 4 Fungsi Dielektrik Germanium. Gambar 4.4 menunjukan bentuk grafik yang mirip antara hasil penelitian dan literature, pada fungsi dielektrik Germanium didapatkan puncak dari nilai real dan imajiner sekitar 30. Pada fungsi dielektrik imajiner didapatkan energi optimal pada kisaran energi 3-5eV, sedangkan untuk fungsi dielektrik ril energi optimal terjadi pada kisaran energi 2 eV. Berikut merupakan grafik teori dan experiment dari Germanene murni yang diteliti oleh (John & Merlin 2017).. 30.

(5) Gambar 4. 5 Fungsi Dielektrik Hasil Perhitungan. Fungsi dielektrik memberikan informasi tentang factor kerugian pengurangan energi foton yang merupakan rasio dari bagian ril dan imajiner. Pada Fungsi Dielektrik Germanene didapatkan bentuk grafik yang mirip dengan teori tetapi nilai puncak dan energi yang berbeda. 4.3 Sifat Optik Pada Penelitian ini Sifat optik akan diteliti adalah germanene murni yang terdiri dari delapan atom germanium, kemudian germanene yang didoping oleh sebuah atom yaitu Natrium atau Klorin dan germanene yang didoping oleh dua atom sekaligus yaitu Natrium dan klorin dengan variasi posisi doping seperti pada (subbab 3.3.2 & 3.3.3). Sifat Optik yang pertama kali dihitung yaitu Germanene Murni yang nantinya akan digunakan sebagai langkah awal yang digunakan untuk menganalisa sifat optik Germanene yang didoping oleh unsur Natrium, Klorin dan Natrium dan Klorin. Berikut merupakan Grafik sifat optik germanene Murni.. 31.

(6) Gambar 4. 6 Indek Bias Germanene Murni. Pada indeks bias bagian ril Germanene murni energi foton meningkat pada kisaran 4-6.8 eV dan mengalami penurunan pada kisaran 6.8- 8 eV, hal ini menunjukan bahwa pada kisaran energi 4-6.8 eV banyak energi yang hilang terserap oleh material dan menyebabkan terjadinya pengurangan kecepatan gelombang, sedangkan pada kisaran energi 6.8-8 eV menunjukan adanya dispersi cahaya yang menunjukkan bahwa faktor kerugian menurun seiring dengan meningkatnya energi foton dalam rentang energi ini. Sedangkan pada indek bias imajiner pada energi 0- 5 eV belum ada peak terbentuk, yang berarti tidak ada aktivitas penyerapan dan pemantulan. Hanya terjadi sedikit penyerapan dan pemantulan. Terjadinya penyerapan mulai pada energi 5 eV dengan aktifitas penyerapan maksimal berada 2.9 pada energi 6.2 eV, hal ini menunjukan bahwa koefisien kepunahan efektif di kisaran energi 5-7 eV.. a. Gambar 4. 7 Sifat Optik Germanene Murni (a) Revlektivitas (b) Koefisien Absorpsi. 32. b.

(7) Sifat Revlektivitas Germanene energi foton meningkat pada kisaran 4- 6.8 ev dan mengalami penurunan pada kisaran 6.8- 8 eV, terdapat dua puncak pemantulan yang terbentuk dari grafik dengan tinggi 4.3 pada saat energi 6.8 eV dan pada puncak Pemantulan tertinggi 0.55 saat energi 6.8 eV. Hal ini menunjukan bahwa pemantulan efektif dari material germanene yaitu pada kisaran 6-7 eV. Pada koefisien Absorpsi menunjukan peningkatan energi foton dimulai pada kisaran energi 5-6.4 eV dan mengalami penurunan dari 6.4 - 8eV dengan puncak tertinggi pada nilai 0.12 angstrom. Hal ini menunjukan bahwa pada energi kurang dari 5 eV jarak antara pita valensi dan konduksi yang lebar sehingga tidak terjadi penyerapan. dan mulai terjadi penyerapan pada kisaran energi 5-6.4 eV yang menunjukan bandgap antara pita valensi dan konduksi yang dekat. 4.4 Sifat Optik Germanene di doping Natrium Setelah didapatkan sifat optik dari germanene murni selanjutnya akan dihitung sifat optik dari germanene yang di doping oleh Natrium kemudian dilakukan perbandingan antara germanene murni dan germanene yang didoping oleh natrium yang terlebih dahulu data dikumpulkan dalam (tabel 4.2). berikut merupakan grafik sifat optik germanene yang didoping oleh natrium yang didapatkan hasil penelitian. 4.4.1. Doping Natrium Posisi Bridge. 33.

(8) Gambar 4. 8 Sifat Optik Germanene didoping Natrium Posisi B a.Indek Bias Real, b. Indek Bias Imajiner, c. Revlektifitas, d. Koef. Absorpsi. 4.4.2. Doping Natrium Posisi Top. Gambar 4. 9 Sifat Optik Germanene didoping Natrium Posisi-B a.Indek Bias Real, b. Indek Bias Imajiner, c. Revlektifitas, d. Koef. Absorpsi. 34.

(9) 4.4.3. Doping Natrium Posisi Hollow. Gambar 4. 10 Sifat Optik Germanene didoping Natrium Posisi Hollow a.Indek Bias Real, b. Indek Bias Imajiner, c. Revlektifitas, d. Koef. Absorpsi Tabel 4. 2 Sifat Optik Germanene didoping Natrium. Germanene Doped Na Germanene Na posisi Na posisi Na posisi Murni B T H Indeks bias 1.82 1.85 2.6 1.85 pada 4.2 pada 4.2 Ril n(𝜔) Pada 6 eV pada 5 eV eV eV Indeks bias 1.9 1.1 1.25 1.59 pada 6.1 pada 5.7 pada 5.8 pada 5.2 Im k(𝜔) eV eV eV Ev 0.55 0.26 0.28 0.37 Reflektivitas pada 6.6 pada 5.2 pada 4.9 pada 5.2 r(𝜔) eV eV eV eV Koef. 0.12 0.059 0.08 0.064 Absorpsi pada 6.2 pada 5 pada 5.2 pada 5 eV eV eV Ev 𝛼(𝜔) Sifat optik. 35.

(10) Tabel 4.2 Pengaruh doping Natrium terhadap Germanene menunjukan bahwa energi yang mengenai material di doping lebih kecil dibandingkan dengan germanene murni, hal ini terjadi karena karakteristik dari atom pendoping yang menyebabkan diperukan lebih banyak energi dalam menembus material serta pada sifat optik germanene yang di doping oleh Natrium mempunyai nilai peak yang lebih kecil dibanding dengan germanene murni. pada indek bias ril polarisasi efektif terjadi pada kisaran energi 4-5 eV dengan nilai puncak terletak pada 1.82 pada setiap posisi doping. Hal ini menunjukan bahwa posisi doping natrium tidak mempengaruhi nilai polarisasi indek bias, yang mempengaruhi hanya doping atomnya saja. energi foton berkurang disebabkan Karena penyerapan dari natrium. Sedangkan pada indek bias imajiner posisi doping atom mempengaruhi banyaknya penyerapan energi foton. didapatkan nilai puncak terbesar pada saat posisi Hollow. Hal ini menandakan bahwa posisi penyerapan terbaik doping dari unsur natrium jika diletakan di posisi Hollow. Sifat Revlektivitas Germanene yang didoping oleh Natrium menyebabkan terjadinya pemantulan tertinggi pada 0.37 diposisi Hollow. energi foton mengalami pergeseran efektif pada kisaran 5eV. Hal ini menunjukan bahwa pemantulan efektif dari material germanene yaitu pada kisaran 5 eV. Pada Koefisien absorpsi atom natrium efektif pada energi kisaran 5.2 eV dengan puncak tertinggi pada 0.08 di posisi Hollow, kemudian pada saaat posisi Top dan terendah saat diletakan di Bridge. Hal ini menandakan bahwa posisi penyerapan terbaik doping dari unsur natrium jika diletakan di posisi Hollow. nilai revlektivitas germanene yang di doping oleh Natrium mempunyai nilai yang lebih kecil dibanding dengan germanene murni, hal ini terjadi Karena pada germanene yang di doping oleh natrium energi foton tidak langsung terpantulkan, ada sebagian yang terserap diantara material. 4.5 Sifat Optik Germanene di doping Klorin Pada Germanene yang didoping oleh klorin untuk mengetahui pengaruhnya pengaruh atom klorin dilakukan perbandingan terhadap sifat optik germanene murni. terlebih dahulu data dikumpulkan dalam (tabel 4.3). Berikut merupakan grafik sifat optik germanene yang didoping oleh natrium yang didapatkan hasil penelitian,. 36.

(11) 4.5.1. Doping Klorin Posisi Bridge. Gambar 4. 11 Sifat Optik Germanene didoping Klorin Posisi Bridge a.Indek Bias Real, b. Indek Bias Imajiner, c. Revlektifitas, d. Koef. Absorpsi. 4.5.2. Doping Klorin Posisi Top. 37.

(12) Gambar 4. 12 Sifat Optik Germanene didoping Klorin Posisi Top a.Indek Bias Real, b. Indek Bias Imajiner, c. Revlektifitas, d. Koef. Absorpsi. 4.5.3. Doping Klorin Posisi Hollow. Gambar 4. 13 Sifat Optik Germanene didoping Klorin Posisi Hollow a.Indek Bias Real, b. Indek Bias Imajiner, c. Revlektifitas, d. Koef. Absorpsi. 38.

(13) Tabel 4. 3 Sifat Optik Germanene didoping Klorin. Sifat optik. Germanene Murni. Indeks bias Re n(𝜔). 2.6 Pada 6 eV. Indeks bias Imajiner 𝑘(𝜔). 1.9 pada 6.1 eV. Reflektivitas 𝑟(𝜔). 0.55 pada 6.6 eV. Koef. Absorpsi 𝛼 (𝜔). 0.12 pada 6.2 eV. Germanene Doped Cl Cl BClClposisi Tposisi Hposisi 1.8 2.1 1.9 pada pada 5.8 pada 5 5.8 eV eV Ev 1.2 1.2 0.62 pada 6 pada 6 pada 6.7 eV eV Ev 0.26 0.26 0.09 pada pada 6 pada 6.8 6.1 Ev eV Ev 0.072 0.072 0.043 pada 6 pada 6 pada 6.7 eV eV Ev. Tabel 4.3 Pengaruh doping klorin terhadap Germanene menunjukan bahwa sifat optik germanene yang di doping oleh klorin mempunyai nilai puncak dan energi yang lebih kecil dibanding dengan germanene murni. Hal ini disebabkan karena perubahan geomrtri material dan karekteristik dari klorin. Pada indek bias ril polarisasi efektif terjadi pada kisaran energi 5.5 eV dengan nilai puncak terletak pada 2.1 pada posisi Top. Hal ini menunjukan bahwa posisi doping klorin dapat mempengaruhi nilai polarisasi indek bias. Sedangkan pada indek bias imajiner posisi doping atom mempengaruhi banyaknya penyerapan energi foton. didapatkan nilai energi dan puncak gelombang sama antara posisi top dan bridge. Hal ini menandakan bahwa posisi doping klorin untuk penyerapan bisa ditempatkan pada bridge dan top. Pada Koefisien absorpsi atom natrium efektif pada energi kisaran 6-7 eV dengan puncak tertinggi pada 0.077 di posisi bridge dan Top jika dibanding dengan posisi doping lainnya. Hal ini menandakan bahwa posisi penyerapan terbaik dari unsur klorin pada posisi Top dan bridge. hal ini terjadi Karena pada germanene yang di doping oleh. 39.

(14) klorin energi foton tidak langsung terpantulkan, ada sebagian yang terserap diantara material. Pada revlektivitas atom natrium efektif pada energi kisaran 6 eV dengan puncak tertinggi pada 0.26 di posisi top dan bridge. 4.6 Sifat Optik Germanene di doping Natrium dan Klorin Pada germanene yang didoping oleh dua atom sekaligus untuk mengetahui sifat optiknya sama saja seperti ketika germanene didoping oleh sebuah atom hanya berbeda cara dalam melakukan perbandingan yang digunakan. Pada doping atom ganda digunakan hasil dari germanene yang didoping oleh Natrium dengan variasi posisi yang berbeda. Karena pada Sifat Optik germanene yang di doping oleh NaCl sama dengan variasi posisi doping natriun yang kemudian di tambahan doping atom klorin dengan variasi posisi yang berbeda. 4.6.1 Pada Variasi Natrium Posisi B Pada Variasi posisi atom Natrium terletak di posisi Bridge selanjutnya ditambah klorin dengan variasi posisi yang berbeda. untuk mengetahui pengaruh doping NaCl saat atom natrium dalam posisi Bridge terlebih dahulu dikumpulkan data hasil penelitian dalam tabel. Berikut merupakan grafik sifat optik germanene yang didoping oleh NaCl pada Variasi posisi Natrium Bridge yang didapatkan hasil penelitian: 4.6.1.1 Doping Na dan Cl Posisi BB. 40.

(15) Gambar 4. 14 Sifat Optik Germanene didoping Na dan Cl Posisi BB a.Indek Bias Real, b. Indek Bias Imajiner, c. Revlektifitas, d. Koef. Absorpsi. 4.6.1.2 Doping Na dan Cl Posisi BT. Gambar 4. 15 Sifat Optik Germanene didoping Na dan Cl Posisi BT a.Indek Bias Real, b. Indek Bias Imajiner, c. Revlektifitas, d. Koef. Absorpsi. 41.

(16) 4.6.1.3 Doping Na dan Cl Posisi BH. Gambar 4. 16 Sifat Optik Germanene didoping Na dan Cl Posisi BH a.Indek Bias Real, b. Indek Bias Imajiner, c. Revlektifitas, d. Koef. Absorpsi Tabel 4. 4 Sifat Optik doping Na dan Cl saat Na-Bridge. Sifat optic. Germanene didoping Na posisi Bridge. Indeks bias Re 𝑛(𝜔). 1.82 pada 4.2 eV. Indeks bias Im 𝑘(𝜔). 1.8 pada 5.7 eV. Reflektivitas 𝑟(𝜔). 0.26 pada 5.2 eV. Koef. Absorpsi 𝛼 (𝜔). 0.06 pada 5 eV. 42. Germanene Doped Na-Cl BBBTBHposisi posisi posisi 1.82 1.68 1.62 pada pada pada 1.1 eV 1.1 Ev 3.3 eV 0.84 0.6 1.11 pada pada pada 4.8 eV 4.4 Ev 4.8 eV 0.14 0.08 0.22 pada pada pada 4.8 eV 4.2 Ev 4.6 Ev 0.04 0.03 0.05 psda pada 6 pada 4.8 eV Ev 4.8 Ev.

(17) Tabel 4.4 3 Pengaruh doping natrium dan klorin terhadap Germanene menunjukan bahwa sifat optik germanene yang di doping mempunyai nilai puncak dan energi yang lebih kecil dibanding dengan germanene murni. Hal ini disebabkan karena perubahan geomrtri material dan karekteristik dari natrium klorin. sifat optik germanene yang di doping oleh NaCl mempunyai nilai yang sama dengan germanene murni pada saat posisis BB, hanya saja nilai energinya berbeda yaitu 1.82 eV. Hal ini menunjukan bahwa pada proses pembiasan cahaya posisi BB dapat memberikan nilai yang sama dengan energi yang lebih rendah. Sedangkan pada indek bias imajiner posisi doping atom mempengaruhi banyaknya penyerapan energi foton sehingga didapatkan nilai energi dan puncak gelombang tertinggi pada posisi BH. Hal ini menandakan bahwa banyaknya energi kepunahan terjadi pada posisi BH. Pada koefisien absorpsi doping NaCl aktifitas penyerapan terjadi pada energi kisaran 5-6 Ev dengan puncak tertinggi pada 0.33 saat energi 6eV di posisi BT. jika dibanding dengan Germanene yang didoping oleh natrium peak yang terbentuk jauh lebih tinggi. Hal ini menandakan bahwa posisi penyerapan terbaik dari unsur natrium pada posisi BT. Pada revlektivitas atom natrium doping BH memiliki energi yang lebih rendah tetapi puncak memiliki nilai refleksi yang hampir sama dengan germanene doping Natrium. Hal ini menandakan bahwa pada posisi doping atom mempengaruhi nilai revlektivitas. 4.6.2. Pada Variasi Natrium Posisi Top. Pada Variasi posisi atom Natrium terletak di posisi Top selanjutnya ditambah klorin dengan variasi posisi yang berbeda. untuk mengetahui pengaruh doping NaCl saat atom natrium dalam posisi Bridge terlebih dahulu dikumpulkan data hasil penelitian dalam tabel. Berikut merupakan grafik sifat optik germanene yang didoping oleh NaCl pada Variasi posisi Natrium Bridge yang didapatkan hasil penelitian:. 43.

(18) 4.6.2.1 Doping Na dan Cl Posisi TB. Gambar 4. 17 Sifat Optik Germanene didoping Na dan Cl Posisi TB a.Indek Bias Real, b. Indek Bias Imajiner, c. Revlektifitas, d. Koef. Absorpsi. 4.6.2.2 Doping Na dan Cl Posisi TT. 44.

(19) Gambar 4. 18 Sifat Optik Germanene didoping Na dan Cl Posisi TT a.Indek Bias Real, b. Indek Bias Imajiner, c. Revlektifitas, d. Koef. Absorpsi. 4.6.2.3 Doping Na dan Cl Posisi TH. Gambar 4. 19 Sifat Optik Germanene didoping Na dan Cl Posisi TH a.Indek Bias Real, b. Indek Bias Imajiner, c. Revlektifitas, d. Koef. Absorpsi. 45.

(20) Tabel 4. 5 Sifat Optik Doping Na dan Cl saat Na-Top. Sifat optic. Germanene Murni T. Germanene Doped Na-Cl TBTTTHposisi posisi posisi Indeks bias 1.85 pada 1.77 1.74 1.59 4.2 Ev pada 1.3 pada 1.2 pada 3.8 𝑛(𝜔) eV eV Ev Indeks bias Im 1.25 pada 0.77 0.61 1.02 5.8 Ev pada 4.9 pada 4.7 pada 4 𝑘(𝜔) eV eV Ev Reflektivitas 0.28 pada 0.122 0.85 0.22 4.9 Ev pada 4.8 pada 1.2 pada 4.1 𝑟(𝜔) eV eV Ev Koef. Absorpsi 0.064 pada 0.038 0.029 0.043 5 eV pada 4.9 pada 5.2 pada 4 𝛼 (𝜔) eV eV Ev Tabel 4.5 Pengaruh doping Natrium dan klorin dengan atom Natrium pada posisi T terhadap sifat optik Germanene menunjukan pada indek bias ril polarisasi efektif terjadi pada kisaran energi 1-4 ev dengan nilai puncak terletak pada TH sebesar 1.59. Sedangkan pada indek bias imajiner posisi doping atom menghambat energi foton yang akan masuk ke dalam material, sehingga nilai koefisien kepunahan sangat sedikit. (banyak yang terpantul) . Pada Koefisien absorpsi Natrium T-posisi memiliki nilai penyerapan yang rendah, hal ini terjadi Karena atom pendoping yang diletakan diposisi doping variasi T tidak sesuai. Sebalikinya pada revlektivitas atom natrium variasi Top memiliki nilai pemantulan yang tinggi pada posisi TT didapatkan nilai maksimum sebesar 0.85 pada energi 1.2 Ev. 4.6.3. Pada Variasi Natrium Posisi Hollow. Pada Variasi posisi atom Natrium terletak di posisi Hollow selanjutnya ditambah klorin dengan variasi posisi yang berbeda. untuk mengetahui pengaruh doping NaCl saat atom natrium dalam posisi Bridge terlebih dahulu dikumpulkan data hasil penelitian dalam tabel. Berikut merupakan grafik sifat optik germanene yang didoping oleh. 46.

(21) NaCl pada Variasi posisi Natrium Bridge yang didapatkan hasil penelitian: 4.6.3.1 Doping Na dan Cl Posisi HB. Gambar 4. 20 Sifat Optik Germanene didoping Na dan Cl Posisi HB a.Indek Bias Real, b. Indek Bias Imajiner, c. Revlektifitas, d. Koef. Absorpsi. 4.6.3.2 Doping Na dan Cl Posisi HT. 47.

(22) Gambar 4. 21 Sifat Optik Germanene didoping Na dan Cl Posisi HT a.Indek Bias Real, b. Indek Bias Imajiner, c. Revlektifitas, d. Koef. Absorpsi. 4.6.3.3 Doping Na dan Cl Posisi HH. Gambar 4. 22 Sifat Optik Germanene didoping Na dan Cl Posisi HH. 48.

(23) Tabel 4. 6 Sifat Optik Doping Na dan Cl saat Na-Hollow. Sifat optic. Germanene Murni Na posisi H. Indeks bias 𝑛(𝜔). 1.85 pada 5 Ev. Indeks bias Im 𝑘(𝜔). 1.59 pada 5.2 Ev. Reflektivitas 𝑟(𝜔). 0.37 pada 5.2 Ev. Koef. Absorpsi 𝛼( 𝜔). 0.08 pada 5.2 Ev. Germanene Doped Na-Cl HBHTHHposisi posisi posisi 1.62 1.61 1.61 pada 4.4 pada 4.4 pada 4.4 eV eV 0.93 0.95 0.95 pada 4.8 pada 4.7 pada 4.7 eV Ev eV 0.15 0.15 0.20 pada 4.8 pada 4.8 pada 4.8 eV eV eV 0.045 0.045 0.044 pada 4.8 pada 4.8 pada 4.6 eV eV eV. Tabel 4.6 Pengaruh doping natrium dan klorin terhadap Germanene menunjukan bahwa sifat optik germanene yang di doping mempunyai nilai puncak dan energi yang lebih kecil dibanding dengan germanene murni. Hal ini disebabkan karena perubahan geomrtri material dan karekteristik dari natrium klorin. Pengaruh doping Natrium dan Klorin terhadap Germanene pada saat posisi Natrium hollow menunjukan bahwa sifat optik germanene yang di doping oleh NaCl mempunyai nilai maksimum yang hampir sama di setiap posisi doping, hal ini menunjukan pada nilai indek bias tidak bergitu dipengaruhi posisi pada saat variasi H. Sedangkan pada indek bias imajiner posisi doping atom nilai maksimal energi yang diserap lebi sedikit jika dibanding dengan germanene yang didopig Natrium pada posisi Hollow saja, hal ini juga menunjukan bahwa pada variasi H (HB, HT dan HH) posisi doping tidak begitu mempengaruhi nilai maksimal penyerapan. Pada Koefisien absorpsi doping NaCl variasi Natrium posisi Hollow didapatkan aktifitas penyerapan terjadi pada energi kisaran 4.5 eV dengan nilai absorspsi tertinggi pada doping HB dan HT yang. 49.

(24) memiliki nilai sama. Hal ini menunjukan bahwa untuk penyerapan efektif terjadi pada saat posisi atom Cl berada pada posisi Bridge atau Top hal ini sesuai dengan sifat dari atom klorin. pada revlektivitas atom natrium variasi doping Hollow memiliki energi yang sama disetiap posisi hanya perbedaan nilai maksimal pemantulannya saja. Didapatkan nilai pemantulan maksimal pada posisi HH dengan nilai maksimal pemantulan sebesar 0.20, hal ini menunjukan respon materi terhadap saat nilai penyerapan kecil banyak energi foton yang di pantulkan.. 50.

(25)

Gambar

Gambar 4. 1 Tes Konvergensi Variabel Masukan  Germanene Murni20-26.7-26.6-26.5-26.4-26.3-26.2-26.10204060ecut Germanene 16-31.335-31.33-31.325-31.32010 20 30ngkpt Germanene10-31.34-31.32-31.3-31.28-31.2602040nstep Germanene
Gambar 4. 2 Skala Vektor Kisi Germanene15.5-31.334-31.332-31.33-31.328-31.326-31.324-31.322-31.32-31.31814.81515.215.415.615.8 16 16.2Acell Sumbu X ; Y
Gambar 4.4 menunjukan bentuk grafik yang mirip antara hasil  penelitian dan literature, pada fungsi dielektrik Germanium didapatkan  puncak dari nilai real dan imajiner sekitar 30
Gambar 4. 5 Fungsi Dielektrik Hasil  Perhitungan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Terkait dalam mengambilan keputusan, majelis hakim mengacu pada pertimbangan yuridis berupa fakta-fakta dipersidangan yang mempunyai nilai kekuatan pembuktian penuh

Apabila sasaran pengembangan agribisnis komoditas ternak unggas ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pangan protein hewani pada 10 tahun mendatang, setara dengan 1.250 miliar ekor

Data yang akan diambil dalam wawanacara ini adalah informasi dari informan yang berkaitan dengan pokok masalah yang diajukan oleh peneliti, dalam hal ini adalah mengenai

Berdasarkan tabel diatas yang termasuk faktor ekstern penyebab terjadinya perubahan sosial budaya ditunjukkan pada nomor.... Seorang anak mengalami keterbatasan dalam

Analisis korelasi memperlihatkan pixel-pixel di dalam cipher-image tidak berkorelasi satu lain (memiliki koefisien korelasi yang mendekati nol), sehingga

Hasil yang dicapai dalam pengabdian adalah: melalui kegiatan pelatihan manajemen usaha jumlah tenaga pengrajin meningkat dari 12 menjadi 30 orang, dengan melakukan

budaya sesungguhnya karena diciptakan dan dikembangkanoleh individu – individu yang bekerja dalam suatu organisasi dan termasuk nilai – nilai yang

di suatu sekolah dasar, ada seorang guru yang selalu tulus mengajar dan selalu berusaha dengan sungguh-sungguh membuat suasana kelas yang baik untuk murid-muridnya.. Ketika