• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSES PERENCANAAN PROGRAM UPAYA KESEHATAN WAJIB (BASIC SIX) PADA PUSKESMAS DI KABUPATEN KEEROM PROPINSI PAPUA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROSES PERENCANAAN PROGRAM UPAYA KESEHATAN WAJIB (BASIC SIX) PADA PUSKESMAS DI KABUPATEN KEEROM PROPINSI PAPUA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PROSES PERENCANAAN PROGRAM UPAYA KESEHATAN WAJIB

(BASIC SIX) PADA PUSKESMAS DI KABUPATEN KEEROM

PROPINSI PAPUA

PLANNING PROCESS OF BASIC SIX PROGRAM ON PUBLIC HEALTH IN

KEEROM REGENCY IN PAPUA PROVINCE

Nick Albertho Yoku

1

, Syahrir A. Pasinringi

1

, A. Zulkifli Abdullah

2 1

Bagian Manajemen Pelayanan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat,Universitas

Hasanuddin,

2

Bagian Epidemiologi, Fakultas Kesehatan Masyarakat,Universitas

Hasanuddin, Makassar

Alamat Korespondensi :

Nick Albertho Yoku

Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Hasanuddin

Makassar,

HP : 082239091800

(2)

Abstrak

Perencanaan merupakan fungsi pertama dalam fungsi pokok manajemen, yang mendahului fungsi pengorganisasian, ketenagaan, kepemimpinan, dan pengendalian yang dimaksudkan untuk membantu tercapainya tujuan organisasi

.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis proses perencanaan yang dilaksanakan pada program upaya kesehatan wajib (basic six) di Puskesmas Kabupaten Keerom. Penelitian ini dilaksanakan di empat puskesmas yang mewakili dua daerah DTPK dan dua daerah non DTPK di Kabupaten Keerom menggunakan metode kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan proses perencanaan program Basic six di Puskesmas yang ada di Kabupaten Keerom telah sesuai dengan tahapan dan petunjuk teknis proses perencanaan yang diberikan. Tahapan proses perencanaan berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis situasi dilakukan dengan mempertimbangkan masalah kesehatan, kinerja program, dan faktor resiko lingkungan. Penentuan prioritas masalah dijalankan pada setiap puskesmas, penentuan tujuan mengikuti Dinas Kesehatan Kabupaten Keerom, Identifikasi masalah tidak dilakukan di semua puskesmas, dan rencana operasional dirumuskan melibatkan seluruh komponen puskesmas dan dirumuskan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Keerom. Perbandingan yang dilakukan terhadap proses perencanaan masing-masing puskesmas memperlihatkan perbedaan hanya terletak pada keterlibatan komponen puskesmas dalam proses perencanaan.

Kata kunci : proses perencanaan, basic six, puskesmas, Kabupaten Keerom

Abstract

Planning is the first function in the basic functions of management, which precedes the function of organizing, serenity, leadersip, and controls that are intended to help achieve organizational goals. This study aimed to the situation analysis of six basic program planning process, the process of determining the priority issue of six basic programs, the determination of the six basic program goals , identification of six basic activities of the program and the plan six basic program operations and comparing the six basic program planning process in the Health Office Keerom Regency of Papua Province. The design study is a qualitative research. The data collection was done through documents, direct observation (observation) and in-depth interviews to the informant. Analysis of the data in this study is done interactively and continues over time until complete. The results showed that the Basic program planning process in six health centers in Keerom accordance with the stages of the planning process and the technical instructions given. Stages of the planning process based on the results of the study showed that the situation analysis carried out by considering of health problems, program performance, and environmental risk factors. Prioritization problem is run on each health center, goal setting followed Health Office of Keerom Regency, problem identification is not done at all health centers, and operational plans formulated involving the entire health centers and formulated in accordance with rules set by the Health Office of Keerom Regency. Comparisons were made to the planning process of each health center shows only difference lies in the involvement of health center component in the planning process.

(3)

PENDAHULUAN

Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional yang

bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi orang

agar terwujud derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat maka diselenggarakan upaya

kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), pengobatan (kuratif), dan pemulihan kesehatan

(rehabilitatif) yang di selenggarakan secara berkesinambungan. (Depkes RI, 2004)

Desentralisasi perencanaan kesehatan sebagai salah satu faktor esensial dalam proses

desentralisasi merupakan proses yang kompleks dan membutuhkan kerjasama yang harmonis

di antara penentu kebijakan, perencana, tenaga administrasi dan masyarakat. Oleh karena itu,

dibutuhkan tekad yang kuat dan kesiapan yang cukup matang untuk menata dan memperkuat

sistem perencanaan kesehatan pada masing-masing kabupaten/kota. (Munif, 2012)

Sebagai konsekuensi dari implementasi Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 dan

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pada sektor kesehatan,

maka kesiapan Dinas Kesehatan kabupaten/kota dalam penguatan sistem perencanaan mutlak

diperlukan. Suatu hal yang dapat dikemukakan sebagai masalah pokok dalam implementasi

perencanaan kesehatan pada kabupaten/kota adalah sistem perencanaan kesehatan kurang

efektif dalam mengakomodir kebutuhan dan permasalahan kesehatan masyarakat setempat.

(Bakri, 2001)

Kesehatan merupakan salah satu aspek yang diatur dan diurus oleh pemerintah daerah,

yang pada awalnya bersifat

top-down

(dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah) sekarang

menjadi

bottom-up

(dari pemerintah daerah ke pemerintah pusat). Otonomi daerah bidang

kesehatan memberikan kesempatan yang banyak kepada pemerintah darerah untuk

mengeksplorasi kemampuan daerah dari berbagai aspek, mulai dari komitmen pemimpin dan

masyarakat untuk membangun kesehatan, sistem kesehatan daerah, manajemen kesehatan

daerah, dana, sarana, dan prasarana yang memadai, sehingga diharapkan kesehatan

masyarakat di daerah menjadi lebih baik dan tinggi. (Hamdi, 2010)

Proses penyusunan perencanaan mempunyai langkah-langkah yang saling berkaitan.

Adapun perhitungan anggaran dalam teori dikenal dengan “line item budgeting” dan

“performance budgeting”.

Line item badgeting

pada saat ini sudah banyak ditinggalkan

karena mempunyai kelemahan yaitu tidak adanya kejelasan hubungan antara belanja barang

dan jasa yang digunakan dengan output atau kinerja program. (Gani, 2004)

Anggaran berbasis kinerja pada akhir-akhir ini menjadi pilihan dalam penyusunan

perencanaan penganggaran sesuai dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 36 Tahun

2006 yang telah diubah menjadi Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007

(4)

Pada

Performance budgeting

didasarkan pada adanya kesinambungan antara kinerja

kegiatan/output dan anggaran / input yang dibutuhkan. (Gani, 2004)

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui proses perencanaan yang terdiri dari analisis

situasi, penentuan prioritas masalah, penentuan tujuan, identifikasi kegiatan dan rencana

operasional yang dilakukan oleh puskesmas yang ada di wilayah Dinas Kesehatan Kabupaten

Keerom.

BAHAN DAN METODE

Lokasi dan Desain Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2013 - Februari 2014 di empat

puskesmas yang terdiri dari dua puskesmas dari daerah DTPK dan dua puskesmas dari daerah

non DTPK

.

Desain penelitian ini adalah penelitian kualitatif melalui wawancara mendalam

kepada informan yang merupakan Kepala puskesmas, Bendahara puskesmas, Ketua - Ketua

program basic six, dan pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Keerom terkait.

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petugas kesehatan yang ada di puskesmas

yang ada di wilayah Kabupaten Keerom dan pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Keerom.

Adapun sampel penelitian ini adalah Kepala puskesmas, Bendahara puskesmas, ketua

Program basic six dari empat puskesmas dan dua pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten

Keerom.

Metode pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan melalui telah dokumen, pengamatan langsung

(observasi) dan wawancara mendalam kepada informan.

HASIL

Karakteristik Responden

Tabel 1 menunjukkan distribusi responden berdasarkan usia, pendidikan terakhir dan

masa kerja. Tabel tersebut menunjukkan bahwa pada puskesmas Arso Timur, berdasarkan

umur informan, maka informan paling muda berusia 22 tahun dan informan berusia paling tua

adalah 40 tahun. Berdasarkan pendidikan terakhir, 2 orang merupakan sarjana S1 dan 2 orang

merupakan lulusan DIII. Berdasarkan masa kerja informan, masa kerja terendah adalah 2

tahun dan masa kerja tertinggi adalah 12 tahun. Pada Puskesmas Waris, berdasarkan umur,

petugas kesehatan termuda berusia 25 tahun sebanyak 2 orang dan tertua berumur 41 tahun

(5)

sebanyak 1 orang. Berdasarkan pendidikan terakhir, informan berasal dari latar belakang

pendidikan sarjana S1 sebanyak 2 orang, DIII sebanyak 4 orang, DII sebanyak 1 orang, dan

SMAK sebanyak 1 orang. Masa kerja terendah adalah 3 tahun dan tertinggi sebesar 21 tahun.

Pada Puskesmas Arso Kota, berdasarkan umur, informan termuda berusia 27 tahun dan

informan tertua berusia 40 tahun. Berdasarkan pendidikan terakhir, informan semuanya

merupakan lulusan DIII. Berdasarkan masa kerja, masa kerja terendah adalah 5 tahun dan

masa kerja tertinggi adalah 20 tahun. Sedangkan pada puskesmas Arso III, berdasarkan usia,

usia termuda berumur 27 tahun, usia tertua 46 tahun. Berdasarkan pendidikan terakhir,

informan dengan latar belakang pendidikan S1 sebanyak dua orang, DIII sebanyak 4 orang,

SPK/SMEA sebanyak 2 orang.

Proses perencanaan puskesmas Arso Timur

Analisis situasi

menghasilkan masalah kesehatan mempengruhi perencanaan namun

ada program yang tidak mengaitkannya dengan anggaran. Kondisi ini menunjukkan

ketidakkonsistenan dalam proses perencanaan. Kinerja program sebagian besar menyatakan

ada pengaruh terhadap perencanaan dan anggaran, sedangkan yang tidak mengaitkan kinerja

dengan perencanaan dan anggaran adalah program gizi, promkes, kesling, dan P2M. Alasan

yang dikemukakan umumnya tentang tidak adanya pengaruh adalah karena anggaran telah

ditentukan sebelumnya. Faktor perilaku dan lingkungan sangat mempengaruhi perencanaan

dan penganggaran program. Pada

Penentuan prioritas masalah

di puskesmas Arso Timur

dilihat dari beberapa hal, yaitu jumlah kasus yang terjadi sebelumnya, besarnya masalah yang

ada, evaluasi SPM sebelumnya, dan melihat dampak penyakit menular yang meluas. Pada

proses

Penentuan Tujuan

, tujuan dan target puskesmas/program basic six perlu

mengacu/memperhatikan tujuan dan target dari dinas kesehatan. Pada proses

Penentuan Identifikasi kegiatan, puskesmas Arso Timur tidak melaksanakan proses identifikasi kegiatan dalam perencanaan melainkan langsung menyusun kegiatan tanpa membedakan jenis kegiatan. Pada proses

Rencana Operasional,

penyusunan rencana operasional telah mengikuti format yang telah

ditentukan dinas. Format tersebut terdiri atas nama kegiatan, tujuan, sasaran, lokasi, biaya

yang dibutuhkan, waktu pelaksanaan, dan penanggung jawab kegiatan. Namun, dalam telaah

dokumen yang dilakukan, diperoleh ada program yang tidak melengkapi data rencana

operasional sesuai dengan format yang diberikan.

Proses Perencanaan Puskesmas Waris

Pada proses a

nalisis situasi,

masalah kesehatan terkadang berpengaruh pada proses

perencanaan dan anggaran. Kinerja Program berpengaruh pada perencanaan dan anggaran

sebagian besar program, sementara faktor resiko lingkungan sangat mempengaruhi

(6)

perencanaan dan penganggaran program Basic six di puskesmas Waris.

Penentuan Prioritas

Masalah

didasarkan pada cakupan SPM tahun sebelumnya dan program yang paling

bermasalah.

Penentuan Tujuan program kesehatan

mengikuti tujuan dan target dari Dinas

Kesehatan Kabupaten Keerom, dimana yang menjadi landasan pertimbangan adalah SDM,

dana, dan sarana yang hanya melibatkan kepala puskesmas.

Identifikasi kegiatan, tidak dilakukan dalam penyusunan kegiatan dengan kata lain tidak ada pembedaan jenis kegiatan dalam

penyusunan kegiatan.

Rencana Operasional

mengikuti format yang telah ditentukan dinas.

Format tersebut terdiri atas nama kegiatan, tujuan, sasaran, lokasi, biaya yang dibutuhkan,

waktu pelaksanaan, dan penanggung jawab kegiatan. Dalam perumusan rencana operasional

pada puskesmas Waris melibatkan kepala puskesmas, bendahara dan sebagian PJ program.

Proses Perencanaan Puskesmas Arso Kota

Pada

Analisis Situasi,

masalah kesehatan dan kinerja program berpengaruh terhadap

perencanaan dan anggaran di semua program basic six. Faktor resiko lingkungan dan perilaku

sangat mempengaruhi perencanaan dan penganggaran semua program basic six di puskesmas

Arso Kota.

Penentuan Prioritas Masalah

dilihat melalui cakupan program tahun sebelumnya

dan masalah yang terjadi disertai diskusi antar pihak-pihak berkompeten yang ada di

puskesmas.

Penentuan Tujuan

, didasarkan pada tujuan Dinas Kesehatan Kabupaten Keerom.

I

dentifikasi kegiatan tidak dilakukan dalam penyusunan kegiatan. Sementara r

encana operasional

penyusunan rencana operasional, mengikuti format yang telah ditentukan dinas. Format

tersebut terdiri atas nama kegiatan, tujuan, sasaran, lokasi, biaya yang dibutuhkan, waktu

pelaksanaan, dan penanggung jawab kegiatan, melibatkan kepala puskesmas, bendahara dan

PJ program.

Proses Perencanaan Puskesmas Arso III

Pada analisis situasi,

Setiap program menyusun perencanaan dan anggaran didasarkan

pada permasalahan kesehatan yang ada di wilayahnya, sehingga perencanaan tepat sesuai

dengan kebutuhan daerahnya.

Kinerja Program

mempengaruhi perencanaan dan anggaran

setiap program.

Faktor resiko lingkungan dan perilaku

berpengaruh pada setiap perencanaan

dan anggaran seluruh program basic six.

Penentuan prioritas Masalah

dilakukan berdasarkan

cakupan dan target capaian tahun sebelumnya, besarnya suatu masalah dan dampak yang

ditumbulkan.

Penentuan Tujuan

didasarkan pada tujuan dan target Dinkes Kab. Keerom.

Sementara Identifikasi kegiatan tidak dilakukan dalam penyusunan kegiatan. Rencana Operasional

penyusunan rencana operasional, mengikuti format yang telah ditentukan dinas. melibatkan kepala puskesmas, bendahara dan PJ program.

(7)

PEMBAHASAN

Penelitian ini menghasilkan adanya kesamaan proses perencanaan pada empat

puskesmas. Perbedaan proses perencanaan hanya terlihat dari keterlibatan informan dalam

proses perencanaan. Proses perencanaan terdiri dari analisis situasi, penentuan prioritas

masalah, penentuan tujuan, identifikasi kegiatan dan rencana operasional. (Dasmar dkk.,

2013) Perencanaan merupakan salah satu tahapan proses dalam sebuah organisasi yang

memiliki pengaruh signifikan terhadap penyerapan anggaran. (Priyatno dkk., 2013)

Analisis situasi bertujuan untuk mengumpulkan informasi mengenai jenis dan bentuk

kegiatan, keterlibatan, strategi serta anggaran yang diperlukan. Proses analisis situasi pada

puskesmas di Kabupaten Keerom menunjukkan adanya pengaruh masalah kesehatan, kinerja

dan faktor resiko lingkungan terhadap perencanaan dan anggaran. Namun demikian ada pula

informan yang merupakan ketua program yang tidak mengaitkan anggaran dengan masalah

kesehatan, kinerja program maupun faktor resiko lingkungan. Hal ini dikarenakan menurut

mereka alokasi anggaran yang diberikan pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Keerom telah

tidak mengalami perubahan. Hal ini sesuai dengan penelitian Kurniasih (2007) yang

menemukan adanya pengaruh kegiatan dengan anggaran dimana beberapa kegiatan kesehatan

dihilangkan karena keterbatasan dana.

Proses penentuan prioritas masalah kesehatan merupakan pekerjaan yang tidak mudah.

Proses ini diperlukan agar dapat memberikan solusi yang tepat terhadap permasalahan

kesehatan yang ada di suatu daerah. Hasil wawancara mendalam terhadap informan di

puskesmas Kabupaten Keerom menunjukkan bahwa seluruh informan memahami pentingnya

penentuan prioritas masalah kesehatan dalam proses perencanaan. Seluruh program basic six

di empat puskesmas melakukan penentuan prioritas masalah berdasarkan cakupan SPM tahun

sebelumnya, masalah yang sedang terjadi atau kegagalan suatu program. Hal ini sesuai

dengan hasil penelitian Khozin (2010) yang menemukan bahwa kebijakan SPM dapat

meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

Proses penentuan tujuan merupakan hal yang penting dalam perencanaan kesehatan.

Rencana kerja yang baik dan ingin mendapatkan hasil yang baik memerlukan tujuan yang

ingin dicapai, dimana tujuan dibagi menjadi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.

Penentuan tujuan pada puskesmas di Kabupaten Keerom mengikuti tujuan Dinas Kesehatan

Kabupaten Keerom. Penentuan ini sebagian besar melibatkan kepala puskesmas. Dari tujuan

yang telah ditentukan, pada kenyataannya diperoleh masih ada yang kurang realistis dengan

kondisi yang ada di lapangan. Hal ini mungkin disebabkan tujuan yang dibuat belum secara

secara detail menjelaskan masalah yang terjadi di wilayah Kabupaten Keerom.

(8)

Proses identifikasi kegiatan secara garis besar dapat dibagi menjadi kegiatan

pelayanan individu, kegiatan pelayanan masyarakat, kegiatan manajemen dan kegiatan

pengembangan. (Gani dkk., 2004) Identifikasi kegiatan sangat penting untuk dilakukan karena

berhubungan erat dengan perhitungan kebutuhan anggaran. (Saifuddin, 2006). Berdasarkan

hasil wawancara yang dilakukan, seluruh puskesmas tidak melakukan identifikasi kegiatan

dalam penyusunan kegiatan setiap program. Kegiatan disusun tanpa memisahkan jenis

kegiatan, meskipun proses ini melibatkan kepala puskesmas, bendahara dan para penanggung

jawab program. Hal ini disebabkan belum adanya pelatihan khusus mengenai proses

perencanaan puskesmas khususnya mengenai identifikasi kegiatan.

Rencana operasional berkaitan dengan detail kegiatan yang akan dilaksanakan oleh

masing-masing program. Rencana operasional ini nantinya dapat menjadi bahan evaluasi

kepala puskesmas terhadap pelaksanaan kegiatan oleh penanggung jawab program,

perbandingan tujuan/target dengan hasil yang telah dicapai, sehingga dapat menganalisis lebih

lanjut faktor penyebab atau kendala di lapangan terutama yang bersumber pada kelemahan

staf dan manajemen pelaksanaan program. Hasil penelitian melalui wawancara menunjukkan

rencana operasional telah disusun sesuai format dinas kesehatan Kabupaten Keerom oleh

sebagian besar program basic six di empat puskesmas dengan melibatkan kepala puskesmas,

bendahara dan penanggung jawab program. Namun dalam telaah dokumen masih ditemukan

adanya data yang tidak diisi lengkap oleh puskesmas.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh proses perencanaan pada

empat puskesmas tidak memiliki perbedaan mencolok antara puskesmas DTPK dan non

DTPK. Pada analisis situasi, sebagian besar dari program yang terdapat pada keempat

puskesmas tersebut menjadikan masalah kesehatan, kinerja program dan faktor resiko

lingkungan dan perilaku sebagai dasar dalam melakukan perencanaan dan anggaran. Pada

proses penentuan prioritas masalah, seluruh program upaya kesehatan wajib (basic six) di

empat puskesmas juga memahami perlunya melakukan penentuan prioritas masalah dalam

perencanaan agar alokasi anggaran yang diberikan tepat sasaran. Pada proses penentuan

tujuan, seluruh puskesmas menyatakan kesamaan, yakni mengikuti tujuan dari Dinas

Kesehatan Kabupaten Keerom, sebagian besar melibatkan kepala puskesmas, bendahara, dan

ketua - ketua program. Sementara pada proses identifikasi kegiatan menjadi empat jenis

kegiatan, tidak dilaksanakan pada semua program basic six di empat puskesmas tersebut.

Pada perumusan rencana operasional, seluruh puskesmas juga telah mengikuti format yang

(9)

diberikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Keerom dengan melibatkan kepala puskesmas,

bendahara dan ketua-ketua program, meskipun dalam telaah dokumen masih ditemukan

ketidaklengkapan pengisian format yang diberikan.

DAFTAR PUSTAKA

Bakri, H. (2001). Penguatan Sistem Perencanaan di Kabupaten/Kota Hamdi

Dasmar,dkk., (2013). Studi Evaluasi Program Dana Bantuan Operasional Kesehatan di

Kabupaten Luwu :

Jurnal AKK Vol.2 No.1 Januari 2013 Hal. 1-7

. Makassar

Departemen Kesehatan RI. 2004. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

128/MENKES/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat

Gani Ascobat, Nadjib Madiati dan Chusnun Prastuti. (2004).

Perencanaan dan

Penganggaran Kesehatan Terpadu (P2KT)

. DHS.1, Depkes RI.

Hamdi, Rizwan. (2010). Otonomi Daerah dan Pembangunan Kesehatan di Indonesia. Jakarta.

Khozin, M. (2010). Evaluasi Implementasi Kebijakan Standar Pelayanan Minimal Bidang

Kesehatan di Kabupaten Gunungkidul :

Jurnal Studi Pemerintahan Vol. 1 No.1

Agustus 2010.

Yogyakarta.

Kurniasih, W. (2007). Analisis Proses Penyusunan dan Penetapan Anggaran Dinas Kesehatan

yang Bersumber dari APBD Kota Tasikmalaya :

e-journal pascasarjana Universitas

Diponegoro

. Semarang

Munif A, (2012) Penguatan Sistem Perencanaan Kesehatan Kabupaten/Kota.

Enfironmental

Sanitation’s Journal

.

Priyatno, PA dkk., (2013). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Anggaran

pada Satuan Kerja Lingkup Pembayaran KPPN Blitar :

Jurnal Ilmiah Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.

Surabaya.

Saifuddin. (2006). Analisis Perencanaan dan Penganggaran Program Kesehatan Ibu dan Anak

pada Puskesmas di Kabupaten Banjar Tahun 2007 : e-journal Universitas Diponegoro.

Semarang

(10)

Tabel 1 Karakteristik Informan

No

Informan

Umur

( Thn )

Jabatan

Pendidikan

Terakhir

Masa

Kerja

( Thn )

Puskesmas Arso Timur

1

K

1

34

Kepala

Puskesmas

S1 Ners

7

2

K

2

22

Bendahara

D III

Keperawatan

2

3

K

3

26

PJ Program

Gizi

D III Gizi

3

4

K

4

40

PJ Program

KIA & KB

D III

Kebidanan

12

5

K

5

28

PJ Program

Promkes

D III

Keperawatan

4

6

K

6

28

PJ Progaram

Penyehatan

Lingkungan

D III Sanitasi

5

7

K

7

28

PJ Program

P2M

D III

Keperawatan

5

8

K

8

27

PJ Program

P2K

S1 Kedokteran

2

Puskesmas Waris

9

K

9

41

Kepala

Puskesmas

S1 Kesmas

21

10

K

10

25

Bendahara

SMAK

6

11

K

11

28

PJ Program

Gizi

D III Gizi

6

12

K

12

28

PJ Program

KIA & KB

D III

Kebidanan

6

13

K

13

29

PJ Program

Promkes

S 1 Kesmas

5

14

K

14

27

PJ Program

Penyehatan

Lingkungan

D III Sanitasi

6

15

K

15

25

PJ Program

P2M

D III

Keperawatan

3

16

K

16

30

PJ Program

P2K

D II

Keperawatan

7

Puskesmas Arso Kota

17

K

17

40

Kepala

Puskesmas

D III

Keperawatan

20

18

K

18

40

Bendahara

D III

Kebidanan

15

19

K

19

37

PJ Program

Gizi

D III Gizi

8

20

K

20

29

PJ Program

KIA & KB

D III

Kebidanan

7

21

K

21

30

PJ Program

D III

5

(11)

Promkes

Keperawatan

22

K

22

36

PJ Progaram

Penyehatan

Lingkungan

D III Sanitasi

9

23

K

23

37

PJ Program

P2M

D III Perawat

8

24

K

24

27

PJ Program

P2K

D IIIPerawat

6

Puskesmas Arso III

25

K

25

38

Kepala

Puskesmas

S 1

Kedokteran

9

26

K

26

46

Bendahara

SMEA

22

27

K

27

27

PJ Program

Gizi

D III Gizi

4

28

K

28

38

PJ Program

KIA & KB

D III

Kebidanan

12

29

K

29

37

PJ Program

Prokes

S1 Kedokteran

Gigi

1

30

K

30

38

PJ Program

Penyehatan

Lingkungan

D III Sanitasi

10

31

K

31

40

PJ Program

P2M

SPK

22

32

K

32

36

PJ Program

P2K

D III

Keperawatan

11

Gambar

Tabel 1 Karakteristik Informan  No  Informan  Umur  ( Thn )  Jabatan  Pendidikan Terakhir  Masa Kerja  ( Thn )  Puskesmas Arso Timur

Referensi

Dokumen terkait

Dari uraian tersebut dapat terlihat bahwa masalah utama dari tidak terlaksananya program upaya kesehatan kerja di Pos UKK wilayah kerja Puskesmas Kampung Bugis adalah kurangnya

kegiatan lain yang berkaitan dengan BOK di Kabupaten/Kota.. 4) Kegiatan refreshing /penyegaran kader kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas. Perjalanan dinas lebih