PROSES PERENCANAAN PROGRAM UPAYA KESEHATAN WAJIB
(BASIC SIX) PADA PUSKESMAS DI KABUPATEN KEEROM
PROPINSI PAPUA
PLANNING PROCESS OF BASIC SIX PROGRAM ON PUBLIC HEALTH IN
KEEROM REGENCY IN PAPUA PROVINCE
Nick Albertho Yoku
1, Syahrir A. Pasinringi
1, A. Zulkifli Abdullah
2 1Bagian Manajemen Pelayanan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat,Universitas
Hasanuddin,
2Bagian Epidemiologi, Fakultas Kesehatan Masyarakat,Universitas
Hasanuddin, Makassar
Alamat Korespondensi :
Nick Albertho Yoku
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Hasanuddin
Makassar,
HP : 082239091800
Abstrak
Perencanaan merupakan fungsi pertama dalam fungsi pokok manajemen, yang mendahului fungsi pengorganisasian, ketenagaan, kepemimpinan, dan pengendalian yang dimaksudkan untuk membantu tercapainya tujuan organisasi
.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis proses perencanaan yang dilaksanakan pada program upaya kesehatan wajib (basic six) di Puskesmas Kabupaten Keerom. Penelitian ini dilaksanakan di empat puskesmas yang mewakili dua daerah DTPK dan dua daerah non DTPK di Kabupaten Keerom menggunakan metode kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan proses perencanaan program Basic six di Puskesmas yang ada di Kabupaten Keerom telah sesuai dengan tahapan dan petunjuk teknis proses perencanaan yang diberikan. Tahapan proses perencanaan berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis situasi dilakukan dengan mempertimbangkan masalah kesehatan, kinerja program, dan faktor resiko lingkungan. Penentuan prioritas masalah dijalankan pada setiap puskesmas, penentuan tujuan mengikuti Dinas Kesehatan Kabupaten Keerom, Identifikasi masalah tidak dilakukan di semua puskesmas, dan rencana operasional dirumuskan melibatkan seluruh komponen puskesmas dan dirumuskan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Keerom. Perbandingan yang dilakukan terhadap proses perencanaan masing-masing puskesmas memperlihatkan perbedaan hanya terletak pada keterlibatan komponen puskesmas dalam proses perencanaan.Kata kunci : proses perencanaan, basic six, puskesmas, Kabupaten Keerom
Abstract
Planning is the first function in the basic functions of management, which precedes the function of organizing, serenity, leadersip, and controls that are intended to help achieve organizational goals. This study aimed to the situation analysis of six basic program planning process, the process of determining the priority issue of six basic programs, the determination of the six basic program goals , identification of six basic activities of the program and the plan six basic program operations and comparing the six basic program planning process in the Health Office Keerom Regency of Papua Province. The design study is a qualitative research. The data collection was done through documents, direct observation (observation) and in-depth interviews to the informant. Analysis of the data in this study is done interactively and continues over time until complete. The results showed that the Basic program planning process in six health centers in Keerom accordance with the stages of the planning process and the technical instructions given. Stages of the planning process based on the results of the study showed that the situation analysis carried out by considering of health problems, program performance, and environmental risk factors. Prioritization problem is run on each health center, goal setting followed Health Office of Keerom Regency, problem identification is not done at all health centers, and operational plans formulated involving the entire health centers and formulated in accordance with rules set by the Health Office of Keerom Regency. Comparisons were made to the planning process of each health center shows only difference lies in the involvement of health center component in the planning process.
PENDAHULUAN
Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional yang
bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi orang
agar terwujud derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat maka diselenggarakan upaya
kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), pengobatan (kuratif), dan pemulihan kesehatan
(rehabilitatif) yang di selenggarakan secara berkesinambungan. (Depkes RI, 2004)
Desentralisasi perencanaan kesehatan sebagai salah satu faktor esensial dalam proses
desentralisasi merupakan proses yang kompleks dan membutuhkan kerjasama yang harmonis
di antara penentu kebijakan, perencana, tenaga administrasi dan masyarakat. Oleh karena itu,
dibutuhkan tekad yang kuat dan kesiapan yang cukup matang untuk menata dan memperkuat
sistem perencanaan kesehatan pada masing-masing kabupaten/kota. (Munif, 2012)
Sebagai konsekuensi dari implementasi Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 dan
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pada sektor kesehatan,
maka kesiapan Dinas Kesehatan kabupaten/kota dalam penguatan sistem perencanaan mutlak
diperlukan. Suatu hal yang dapat dikemukakan sebagai masalah pokok dalam implementasi
perencanaan kesehatan pada kabupaten/kota adalah sistem perencanaan kesehatan kurang
efektif dalam mengakomodir kebutuhan dan permasalahan kesehatan masyarakat setempat.
(Bakri, 2001)
Kesehatan merupakan salah satu aspek yang diatur dan diurus oleh pemerintah daerah,
yang pada awalnya bersifat
top-down
(dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah) sekarang
menjadi
bottom-up
(dari pemerintah daerah ke pemerintah pusat). Otonomi daerah bidang
kesehatan memberikan kesempatan yang banyak kepada pemerintah darerah untuk
mengeksplorasi kemampuan daerah dari berbagai aspek, mulai dari komitmen pemimpin dan
masyarakat untuk membangun kesehatan, sistem kesehatan daerah, manajemen kesehatan
daerah, dana, sarana, dan prasarana yang memadai, sehingga diharapkan kesehatan
masyarakat di daerah menjadi lebih baik dan tinggi. (Hamdi, 2010)
Proses penyusunan perencanaan mempunyai langkah-langkah yang saling berkaitan.
Adapun perhitungan anggaran dalam teori dikenal dengan “line item budgeting” dan
“performance budgeting”.
Line item badgeting
pada saat ini sudah banyak ditinggalkan
karena mempunyai kelemahan yaitu tidak adanya kejelasan hubungan antara belanja barang
dan jasa yang digunakan dengan output atau kinerja program. (Gani, 2004)
Anggaran berbasis kinerja pada akhir-akhir ini menjadi pilihan dalam penyusunan
perencanaan penganggaran sesuai dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 36 Tahun
2006 yang telah diubah menjadi Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007
Pada
Performance budgeting
didasarkan pada adanya kesinambungan antara kinerja
kegiatan/output dan anggaran / input yang dibutuhkan. (Gani, 2004)
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui proses perencanaan yang terdiri dari analisis
situasi, penentuan prioritas masalah, penentuan tujuan, identifikasi kegiatan dan rencana
operasional yang dilakukan oleh puskesmas yang ada di wilayah Dinas Kesehatan Kabupaten
Keerom.
BAHAN DAN METODE
Lokasi dan Desain Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2013 - Februari 2014 di empat
puskesmas yang terdiri dari dua puskesmas dari daerah DTPK dan dua puskesmas dari daerah
non DTPK
.
Desain penelitian ini adalah penelitian kualitatif melalui wawancara mendalam
kepada informan yang merupakan Kepala puskesmas, Bendahara puskesmas, Ketua - Ketua
program basic six, dan pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Keerom terkait.
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petugas kesehatan yang ada di puskesmas
yang ada di wilayah Kabupaten Keerom dan pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Keerom.
Adapun sampel penelitian ini adalah Kepala puskesmas, Bendahara puskesmas, ketua
Program basic six dari empat puskesmas dan dua pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten
Keerom.
Metode pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan melalui telah dokumen, pengamatan langsung
(observasi) dan wawancara mendalam kepada informan.
HASIL
Karakteristik Responden
Tabel 1 menunjukkan distribusi responden berdasarkan usia, pendidikan terakhir dan
masa kerja. Tabel tersebut menunjukkan bahwa pada puskesmas Arso Timur, berdasarkan
umur informan, maka informan paling muda berusia 22 tahun dan informan berusia paling tua
adalah 40 tahun. Berdasarkan pendidikan terakhir, 2 orang merupakan sarjana S1 dan 2 orang
merupakan lulusan DIII. Berdasarkan masa kerja informan, masa kerja terendah adalah 2
tahun dan masa kerja tertinggi adalah 12 tahun. Pada Puskesmas Waris, berdasarkan umur,
petugas kesehatan termuda berusia 25 tahun sebanyak 2 orang dan tertua berumur 41 tahun
sebanyak 1 orang. Berdasarkan pendidikan terakhir, informan berasal dari latar belakang
pendidikan sarjana S1 sebanyak 2 orang, DIII sebanyak 4 orang, DII sebanyak 1 orang, dan
SMAK sebanyak 1 orang. Masa kerja terendah adalah 3 tahun dan tertinggi sebesar 21 tahun.
Pada Puskesmas Arso Kota, berdasarkan umur, informan termuda berusia 27 tahun dan
informan tertua berusia 40 tahun. Berdasarkan pendidikan terakhir, informan semuanya
merupakan lulusan DIII. Berdasarkan masa kerja, masa kerja terendah adalah 5 tahun dan
masa kerja tertinggi adalah 20 tahun. Sedangkan pada puskesmas Arso III, berdasarkan usia,
usia termuda berumur 27 tahun, usia tertua 46 tahun. Berdasarkan pendidikan terakhir,
informan dengan latar belakang pendidikan S1 sebanyak dua orang, DIII sebanyak 4 orang,
SPK/SMEA sebanyak 2 orang.
Proses perencanaan puskesmas Arso Timur
Analisis situasi
menghasilkan masalah kesehatan mempengruhi perencanaan namun
ada program yang tidak mengaitkannya dengan anggaran. Kondisi ini menunjukkan
ketidakkonsistenan dalam proses perencanaan. Kinerja program sebagian besar menyatakan
ada pengaruh terhadap perencanaan dan anggaran, sedangkan yang tidak mengaitkan kinerja
dengan perencanaan dan anggaran adalah program gizi, promkes, kesling, dan P2M. Alasan
yang dikemukakan umumnya tentang tidak adanya pengaruh adalah karena anggaran telah
ditentukan sebelumnya. Faktor perilaku dan lingkungan sangat mempengaruhi perencanaan
dan penganggaran program. Pada
Penentuan prioritas masalah
di puskesmas Arso Timur
dilihat dari beberapa hal, yaitu jumlah kasus yang terjadi sebelumnya, besarnya masalah yang
ada, evaluasi SPM sebelumnya, dan melihat dampak penyakit menular yang meluas. Pada
proses
Penentuan Tujuan
, tujuan dan target puskesmas/program basic six perlu
mengacu/memperhatikan tujuan dan target dari dinas kesehatan. Pada proses
Penentuan Identifikasi kegiatan, puskesmas Arso Timur tidak melaksanakan proses identifikasi kegiatan dalam perencanaan melainkan langsung menyusun kegiatan tanpa membedakan jenis kegiatan. Pada prosesRencana Operasional,
penyusunan rencana operasional telah mengikuti format yang telah
ditentukan dinas. Format tersebut terdiri atas nama kegiatan, tujuan, sasaran, lokasi, biaya
yang dibutuhkan, waktu pelaksanaan, dan penanggung jawab kegiatan. Namun, dalam telaah
dokumen yang dilakukan, diperoleh ada program yang tidak melengkapi data rencana
operasional sesuai dengan format yang diberikan.
Proses Perencanaan Puskesmas Waris
Pada proses a
nalisis situasi,
masalah kesehatan terkadang berpengaruh pada proses
perencanaan dan anggaran. Kinerja Program berpengaruh pada perencanaan dan anggaran
sebagian besar program, sementara faktor resiko lingkungan sangat mempengaruhi
perencanaan dan penganggaran program Basic six di puskesmas Waris.
Penentuan Prioritas
Masalah
didasarkan pada cakupan SPM tahun sebelumnya dan program yang paling
bermasalah.
Penentuan Tujuan program kesehatan
mengikuti tujuan dan target dari Dinas
Kesehatan Kabupaten Keerom, dimana yang menjadi landasan pertimbangan adalah SDM,
dana, dan sarana yang hanya melibatkan kepala puskesmas.
Identifikasi kegiatan, tidak dilakukan dalam penyusunan kegiatan dengan kata lain tidak ada pembedaan jenis kegiatan dalampenyusunan kegiatan.
Rencana Operasional
mengikuti format yang telah ditentukan dinas.
Format tersebut terdiri atas nama kegiatan, tujuan, sasaran, lokasi, biaya yang dibutuhkan,
waktu pelaksanaan, dan penanggung jawab kegiatan. Dalam perumusan rencana operasional
pada puskesmas Waris melibatkan kepala puskesmas, bendahara dan sebagian PJ program.
Proses Perencanaan Puskesmas Arso Kota
Pada
Analisis Situasi,
masalah kesehatan dan kinerja program berpengaruh terhadap
perencanaan dan anggaran di semua program basic six. Faktor resiko lingkungan dan perilaku
sangat mempengaruhi perencanaan dan penganggaran semua program basic six di puskesmas
Arso Kota.
Penentuan Prioritas Masalah
dilihat melalui cakupan program tahun sebelumnya
dan masalah yang terjadi disertai diskusi antar pihak-pihak berkompeten yang ada di
puskesmas.
Penentuan Tujuan
, didasarkan pada tujuan Dinas Kesehatan Kabupaten Keerom.
I
dentifikasi kegiatan tidak dilakukan dalam penyusunan kegiatan. Sementara rencana operasional
penyusunan rencana operasional, mengikuti format yang telah ditentukan dinas. Format
tersebut terdiri atas nama kegiatan, tujuan, sasaran, lokasi, biaya yang dibutuhkan, waktu
pelaksanaan, dan penanggung jawab kegiatan, melibatkan kepala puskesmas, bendahara dan
PJ program.
Proses Perencanaan Puskesmas Arso III
Pada analisis situasi,
Setiap program menyusun perencanaan dan anggaran didasarkan
pada permasalahan kesehatan yang ada di wilayahnya, sehingga perencanaan tepat sesuai
dengan kebutuhan daerahnya.
Kinerja Program
mempengaruhi perencanaan dan anggaran
setiap program.
Faktor resiko lingkungan dan perilaku
berpengaruh pada setiap perencanaan
dan anggaran seluruh program basic six.
Penentuan prioritas Masalah
dilakukan berdasarkan
cakupan dan target capaian tahun sebelumnya, besarnya suatu masalah dan dampak yang
ditumbulkan.
Penentuan Tujuan
didasarkan pada tujuan dan target Dinkes Kab. Keerom.Sementara Identifikasi kegiatan tidak dilakukan dalam penyusunan kegiatan. Rencana Operasional
penyusunan rencana operasional, mengikuti format yang telah ditentukan dinas. melibatkan kepala puskesmas, bendahara dan PJ program.